• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO

SURABAYA JAWA TIMUR

Oleh :

Endang Pudji Astuti

A14104065

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

ENDANG PUDJI ASTUTI. Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Bustaman (2003) menyatakan bahwa beras sangat penting terkait jumlah produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi produsen, usahatani padi di Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga. Sedangkan dari sisi konsumen, lebih dari 90 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, bahkan 30 persen dari total pengeluaran rumah tangga miskin dipergunakan untuk membeli beras. Ini menunjukkan posisi beras yang sangat strategis sebagai penopang ketahanan pangan di Indonesia, stabilitas ekonomi, dan lapangan kerja.

Konsumsi beras perkapita yang tinggi, disertai jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar mengkonsumsi beras menyebabkan total konsumsi beras nasional yang tinggi setiap tahunnya. Bagi negara dengan kebutuhan beras yang besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor jelas berisiko.

Perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan terus berkembang. Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya tuntutan terhadap kualitas. Perubahan struktur demografi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, gaya hidup, teknologi, transportasi, dan komunikasi mempengaruhi preferensi dan kepuasan konsumen. Sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas bagi pemenuhan kebutuhan, beras yang dihasilkan seharusnya dapat memenuhi keinginan konsumen yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Konsumen beras terdiri dari beragam kelas sosial, baik ditinjau dari pekerjaan, pendapatan, kekayaan, dan variabel kelas sosial lainnya. Menurut Selamet (2003), kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap serta tindakan yang diambil konsumen dalam proses keputusan pembelian beras dan atribut-atribut yang dianggap penting. Hal ini mengakibatkan adanya kebutuhan strategi pemasaran yang berbeda bagi setiap kelas sosial.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik konsumen beras, (2) menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras, (3) menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan (4) menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan (5) menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi perilaku konsumen. Pemilihan tempat dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan Kecamatan Mulyorejo memiliki responden dengan latar belakang status sosial ekonomi yang beragam. Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 2008. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Convinience Sampling.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk meringkas dan mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan dalam pembelian beras oleh responden. Selain itu, digunakan juga Important&Performance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras.

(3)

Jawa, dan berada dalam usia matang sebagai pengambil keputusan terkait dengan konsumsi beras. Beberapa perbedaan karakteristik responden berdasarkan kelas sosial terkait tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga per bulan. Semakin tinggi kelas sosial, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan per bulan keluarganya akan semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras.

Motivasi utama mengkonsumsi beras adalah kebiasaan, Responden mendapatkan informasi sebagian besar dari penjual, namun informasi yang paling dipercaya adalah informasi dari diri sendiri (ingatan). Pertimbangan awal yang utama bagi kelas bawah dalam membeli beras adalah harga beras, sedangkan bagi kelas menengah dan kelas atas adalah penampakan fisik. Beras yang dikonsumsi adalan beras domestik dan pembelian direncanakan. Kelas bawah melakukan pembelian hampir setiap hari dan tempat pembelian terbanyak adalah warung. Kelas menengah melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah pasar tradisional. Kelas atas melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah supermarket/mall. Sebagian besar responden berniat melakukan pembelian berulang. Semakin tinggi kelas sosial, rata-rata harga beras yang dikonsumsi semakin tinggi.

Berdasarkan perhitungan CSI dan IPA pada seluruh responden, diketahui bahwa kepuasan total konsumen yang telah terpenuhi oleh atribut-atribut beras yang berada dalam penelitian ini sebesar 70,03 persen. Sisanya belum terpuaskan karena atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen seperti keseragaman butir, daya tahan beras, dan harga beras kinerjanya belum memuaskan.

Setelah dilakukan analisis pada masing-masing kelas, nilai CSI menunjukkan bahwa kepuasan total pada ketiga kelas sosial seluruhnya berada pada range ”puas”. Semakin tinggi kelas sosial kepuasan konsumen terhadap beras yang dikonsumsi semakin tinggi. Nilai CSI kelas atas sebesar 77,05 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi. Berdasarkan hasil dari proses keputusan pembelian dan IPA, diketahui bahwa sebagian besar gap tersebut dipengaruhi oleh kinerja dua atribut beras yang dianggap penting namun kinerjanya belum memuaskan, yaitu kemudahan mendapatkan beras dan pelayanan di tempat pembelian beras.

Nilai CSI kelas menengah 67,87 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu broken, keseragaman butir beras, dan daya tahan beras untuk disimpan. Nilai CSI kelas bawah 67,86 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu aroma nasi saat dimasak, kebersihan beras, broken, dan harga beras.

(4)

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO

SURABAYA JAWA TIMUR

Oleh :

Endang Pudji Astuti

A14104065

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul Skripsi : Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur

Nama : Endang Pudji Astuti

NRP : A14104065

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 685 542

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP

BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR”

BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Mei 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorong, tanggal 25 Januari 1986. Penulis merupakan

anak tunggal dari pasangan Edy Mukair dan Kasriati.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Yayasan Islam

Fak-Fak Irian Jaya sejak tahun 1990 selama dua tahun. Pada tahun 1992, penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Yapis Fak-Fak sampai tahun

1997. Setelah itu, penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SDN Tambakromo II

Malo Bojonegoro Jawa Timur sampai tahun 1998. Penulis menempuh pendidikan

menengah di SLTP I Bojonegoro Jawa Timur sampai tahun 2001, dilanjutkan di

SMUN I Bojonegoro jawa Timur sampai tahun 2004. Pada tahun yang sama,

penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis,

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Peranian, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa kepanitiaan kampus

dan organisasi kemahasiswaan, yaitu Paguyuban Angkling Darmo (PAD) tahun

2004-2008, Rohis Program Studi Manajemen Agribisnis tahun 2004-2008, Gentra

Kaheman tahun 2005-2008, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian

periode 2006-2007.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu

dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Preferensi dan Kepuasan

Konsumen terhadap Beras di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur”

bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan, preferensi dan

kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, serta menyusun rekomendasi

bauran pemasaran yang tepat berdasarkan hasil analisis perilaku konsumen.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna

mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki penulis selama

berlangsungnya penelitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Mei 2008

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan motivasi, kritik, saran, dan solusi atas terselesaikannya skripsi ini.

2. Ir. Joko Purwono, MS, selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik, yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen, yang telah berkenan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan cucuran ilmu kepada penulis dan Sekretariat Agribisnis atas segala bantuannya.

5. Biblio Butaflika, selaku pembahas seminar yang telah memberi masukan-masukan yang berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu yang paling hebat, yang tiada henti mengalirkan do’a, semangat, dukungan, dan cinta yang tanpa syarat. Terima kasih, ananda tak akan bisa membalas semua kebaikan bapak dan ibu.

7. Maulvi Nazir dan keluarga, yang telah membantu pengerjaan skripsi.

8. Temen-temen AGB’41 yang telah menemani penulis selama 4 tahun masa kuliah.

9. Sahabat dan rekan di Surabaya (Mbak Di2, Hendik, Gion, Tya, Kantor Kelurahan & Kecamatan Mulyorejo) yang telah membantu pengumpulan data di Surabaya.

10.Teman-teman Cendana yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. 11.Semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Mei 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Perumusan Masalah.………... 6

1.3 Tujuan Penelitian………... 10

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Padi……….. 12

2.2 Teknologi Pascapanen Padi………... 13

2.3 Karakteristik Beras……… 15

2.4 Standardisasi Beras di Indonesia………... 16

2.5 Penelitian Terdahulu………... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……….... 24

3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen…….…………..…… 24

3.1.2 Karakteristik……….………….. 25

3.1.3 Proses Pengambilan Keputusan…………..………... 28

3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan………..…. 30

3.1.5 Atribut Produk………..…….. 34

3.1.6 Preferensi Konsumen………..………... 35

3.1.7. Kepuasan Konsumen... 36

3.1.8 Garis Anggaran dan Kurva Indiferen... 38

3.1.9 Skala Likert………..……….. 42

3.1.10 Analisis Deskriptif…………....……… 43

3.1.11 Customer Satisfaction Index (CSI) ……… 43

3.1.12 Important and Performance Analisys (IPA) …………... 43

3.1.13 Bauran Pemasaran……….. 44

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional……….. 47

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian………...………... 51

(11)

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO

SURABAYA JAWA TIMUR

Oleh :

Endang Pudji Astuti

A14104065

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

ENDANG PUDJI ASTUTI. Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen Terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur (Di bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Bustaman (2003) menyatakan bahwa beras sangat penting terkait jumlah produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi produsen, usahatani padi di Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga. Sedangkan dari sisi konsumen, lebih dari 90 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, bahkan 30 persen dari total pengeluaran rumah tangga miskin dipergunakan untuk membeli beras. Ini menunjukkan posisi beras yang sangat strategis sebagai penopang ketahanan pangan di Indonesia, stabilitas ekonomi, dan lapangan kerja.

Konsumsi beras perkapita yang tinggi, disertai jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar mengkonsumsi beras menyebabkan total konsumsi beras nasional yang tinggi setiap tahunnya. Bagi negara dengan kebutuhan beras yang besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor jelas berisiko.

Perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan terus berkembang. Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan terjadinya tuntutan terhadap kualitas. Perubahan struktur demografi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, gaya hidup, teknologi, transportasi, dan komunikasi mempengaruhi preferensi dan kepuasan konsumen. Sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas bagi pemenuhan kebutuhan, beras yang dihasilkan seharusnya dapat memenuhi keinginan konsumen yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Konsumen beras terdiri dari beragam kelas sosial, baik ditinjau dari pekerjaan, pendapatan, kekayaan, dan variabel kelas sosial lainnya. Menurut Selamet (2003), kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan sikap serta tindakan yang diambil konsumen dalam proses keputusan pembelian beras dan atribut-atribut yang dianggap penting. Hal ini mengakibatkan adanya kebutuhan strategi pemasaran yang berbeda bagi setiap kelas sosial.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji karakteristik konsumen beras, (2) menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam pembelian beras, (3) menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan (4) menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, dan (5) menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi perilaku konsumen. Pemilihan tempat dilakukan dengan sengaja dengan mempertimbangkan Kecamatan Mulyorejo memiliki responden dengan latar belakang status sosial ekonomi yang beragam. Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 2008. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Convinience Sampling.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk meringkas dan mempermudah pemahaman mengenai karakteristik dan proses pengambilan keputusan dalam pembelian beras oleh responden. Selain itu, digunakan juga Important&Performance Analisis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk melihat preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras.

(13)

Jawa, dan berada dalam usia matang sebagai pengambil keputusan terkait dengan konsumsi beras. Beberapa perbedaan karakteristik responden berdasarkan kelas sosial terkait tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga per bulan. Semakin tinggi kelas sosial, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan per bulan keluarganya akan semakin tinggi. Hal ini mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras.

Motivasi utama mengkonsumsi beras adalah kebiasaan, Responden mendapatkan informasi sebagian besar dari penjual, namun informasi yang paling dipercaya adalah informasi dari diri sendiri (ingatan). Pertimbangan awal yang utama bagi kelas bawah dalam membeli beras adalah harga beras, sedangkan bagi kelas menengah dan kelas atas adalah penampakan fisik. Beras yang dikonsumsi adalan beras domestik dan pembelian direncanakan. Kelas bawah melakukan pembelian hampir setiap hari dan tempat pembelian terbanyak adalah warung. Kelas menengah melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah pasar tradisional. Kelas atas melakukan pembelian sebulan sekali dan tempat pembelian terbanyak adalah supermarket/mall. Sebagian besar responden berniat melakukan pembelian berulang. Semakin tinggi kelas sosial, rata-rata harga beras yang dikonsumsi semakin tinggi.

Berdasarkan perhitungan CSI dan IPA pada seluruh responden, diketahui bahwa kepuasan total konsumen yang telah terpenuhi oleh atribut-atribut beras yang berada dalam penelitian ini sebesar 70,03 persen. Sisanya belum terpuaskan karena atribut-atribut yang dianggap penting oleh konsumen seperti keseragaman butir, daya tahan beras, dan harga beras kinerjanya belum memuaskan.

Setelah dilakukan analisis pada masing-masing kelas, nilai CSI menunjukkan bahwa kepuasan total pada ketiga kelas sosial seluruhnya berada pada range ”puas”. Semakin tinggi kelas sosial kepuasan konsumen terhadap beras yang dikonsumsi semakin tinggi. Nilai CSI kelas atas sebesar 77,05 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi. Berdasarkan hasil dari proses keputusan pembelian dan IPA, diketahui bahwa sebagian besar gap tersebut dipengaruhi oleh kinerja dua atribut beras yang dianggap penting namun kinerjanya belum memuaskan, yaitu kemudahan mendapatkan beras dan pelayanan di tempat pembelian beras.

Nilai CSI kelas menengah 67,87 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu broken, keseragaman butir beras, dan daya tahan beras untuk disimpan. Nilai CSI kelas bawah 67,86 persen. Sisanya belum terpuaskan oleh atribut-atribut beras yang selama ini dikonsumsi, yaitu aroma nasi saat dimasak, kebersihan beras, broken, dan harga beras.

(14)

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO

SURABAYA JAWA TIMUR

Oleh :

Endang Pudji Astuti

A14104065

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul Skripsi : Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen terhadap Beras Di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur

Nama : Endang Pudji Astuti

NRP : A14104065

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 131 685 542

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP

BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR”

BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Bogor, Mei 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorong, tanggal 25 Januari 1986. Penulis merupakan

anak tunggal dari pasangan Edy Mukair dan Kasriati.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Yayasan Islam

Fak-Fak Irian Jaya sejak tahun 1990 selama dua tahun. Pada tahun 1992, penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Yapis Fak-Fak sampai tahun

1997. Setelah itu, penulis melanjutkan Sekolah Dasar di SDN Tambakromo II

Malo Bojonegoro Jawa Timur sampai tahun 1998. Penulis menempuh pendidikan

menengah di SLTP I Bojonegoro Jawa Timur sampai tahun 2001, dilanjutkan di

SMUN I Bojonegoro jawa Timur sampai tahun 2004. Pada tahun yang sama,

penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis,

Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Peranian, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa kepanitiaan kampus

dan organisasi kemahasiswaan, yaitu Paguyuban Angkling Darmo (PAD) tahun

2004-2008, Rohis Program Studi Manajemen Agribisnis tahun 2004-2008, Gentra

Kaheman tahun 2005-2008, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian

periode 2006-2007.

(18)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahiim

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga setiap langkah selalu

dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Preferensi dan Kepuasan

Konsumen terhadap Beras di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur”

bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan, preferensi dan

kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut beras, serta menyusun rekomendasi

bauran pemasaran yang tepat berdasarkan hasil analisis perilaku konsumen.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna

mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki penulis selama

berlangsungnya penelitian. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Mei 2008

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing, memberikan motivasi, kritik, saran, dan solusi atas terselesaikannya skripsi ini.

2. Ir. Joko Purwono, MS, selaku dosen penguji utama dan pembimbing akademik, yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

3. Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen, yang telah berkenan memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan cucuran ilmu kepada penulis dan Sekretariat Agribisnis atas segala bantuannya.

5. Biblio Butaflika, selaku pembahas seminar yang telah memberi masukan-masukan yang berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu yang paling hebat, yang tiada henti mengalirkan do’a, semangat, dukungan, dan cinta yang tanpa syarat. Terima kasih, ananda tak akan bisa membalas semua kebaikan bapak dan ibu.

7. Maulvi Nazir dan keluarga, yang telah membantu pengerjaan skripsi.

8. Temen-temen AGB’41 yang telah menemani penulis selama 4 tahun masa kuliah.

9. Sahabat dan rekan di Surabaya (Mbak Di2, Hendik, Gion, Tya, Kantor Kelurahan & Kecamatan Mulyorejo) yang telah membantu pengumpulan data di Surabaya.

10.Teman-teman Cendana yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. 11.Semua pihak yang telah membantu namun tak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Mei 2008

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Perumusan Masalah.………... 6

1.3 Tujuan Penelitian………... 10

1.4 Kegunaan Penelitian……….. 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………. 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Padi……….. 12

2.2 Teknologi Pascapanen Padi………... 13

2.3 Karakteristik Beras……… 15

2.4 Standardisasi Beras di Indonesia………... 16

2.5 Penelitian Terdahulu………... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……….... 24

3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen…….…………..…… 24

3.1.2 Karakteristik……….………….. 25

3.1.3 Proses Pengambilan Keputusan…………..………... 28

3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan………..…. 30

3.1.5 Atribut Produk………..…….. 34

3.1.6 Preferensi Konsumen………..………... 35

3.1.7. Kepuasan Konsumen... 36

3.1.8 Garis Anggaran dan Kurva Indiferen... 38

3.1.9 Skala Likert………..……….. 42

3.1.10 Analisis Deskriptif…………....……… 43

3.1.11 Customer Satisfaction Index (CSI) ……… 43

3.1.12 Important and Performance Analisys (IPA) …………... 43

3.1.13 Bauran Pemasaran……….. 44

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional……….. 47

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Tempat Penelitian………...………... 51

(21)

4.3 Metode Pengambilan Sampel……...……… 52

4.4 Metode Pengumpulan Data……….. 53

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data………...…...……... 54

4.5.1 Analisis Deskriptif……...……….. 55

4.5.2 Customer Satisfaction Index (CSI) ………... 55

4.5.3 Important and Performance Analisys (IPA) ……… 57

4.6 Definisi Operasional………. 60

V. KARAKTERISTIK UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK UMUM SAMPEL 5.1 Karakteristik Umum Daerah Penelitian …………..……… 64

5.2 Karakteristik Umum Responden……..………... 67

VI. PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BERAS 6.1 Pengenalan Kebutuhan………..………...……… 73

6.2 Pencarian Informasi………..……….………... 76

6.3 Evaluasi Alternatif………..….………. 79

6.4 Proses Pembelian………..……… 84

6.5 Pasca Pembelian...……… 91

VII. TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA ATRIBUT BERAS 7.1 Customer Satisfaction Index...……….. 99

7.2 Tingkat Kepentingan Atribut Beras………...…… 104

7.2.1 Tingkat Kepentingan Atribut Beras Kelas Atas………… 104

7.2.2 Tingkat Kepentingan Atribut Beras Kelas Menengah.…. 105 7.2.3 Tingkat Kepentingan Atribut Beras Kelas Bawah...……. 106

7.3 Tingkat Kinerja Atribut Beras.……….……….... 108

7.3.1 Tingkat Kinerja Atribut Beras Kelas Atas... 109

7.3.2 Tingkat Kinerja Atribut Beras Kelas Menengah.…... 110

7.3.3 Tingkat Kinerja Atribut Beras Kelas Bawah.………... 111

7.4 Important and Performance Matrix...……….………... 114

7.5 Rekomendasi Bauran Pemasaran...……….. 135

7.5.1 Strategi Produk………....………... 135

7.5.2 Strategi Harga………..…... 137

7.5.3 Strategi Distribusi………..…………... 137

7.5.4 Strategi Promosi………... 138

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan…………...…….………...……… 139

8.2 Saran...………..……….………... 140

DAFTAR PUSTAKA……….... 141

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Rata-Rata Konsumsi Pangan Berdasarkan Jenis Pangan di Indonesia

Tahun 2006………...……...……… 3

2. Data Konsumsi Beras di Indonesia Tahun 2000-2005………... 4 3 Komposisi Zat Gizi Beras Per 100 gram... 15 4. Persyaratan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Tahun 2003…... 17 5. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mulyorejo... 64 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Status Kesejahteraan Keluarga di

Kelurahan Mulyorejo... 65

7. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di

Kelurahan Mulyorejo... 66 8. Karakteristik Responden Beras Berdasarkan Kelas Sosial... 71 9. Alasan Utama Responden Mengkonsumsi Beras dalam Pemenuhan

Karbohidrat... 74 10. Frekuensi Responden Mengkonsumsi Nasi Dalam Sehari... 75 11. Sumber Informasi Tentang Beras Yang Akan Dibeli... 77 12. Sumber Informasi Yang Paling Mempengaruhi Responden... 78 13. Varietas Beras Yang Diingat Responden... 79 14. Total Nilai Terhadap Variabel-variabel Awal Yang Dipertimbangkan

Responden Sebelum Membeli Beras... 80

15. Urutan Variabel-variabel Awal Yang Dipertimbangkan Responden Sebelum Membeli Beras...

81

16. Jenis Beras Yang Dikonsumsi Responden... 84 17. Alasan Utama Konsumen Lebih Memilih Mengkonsumsi Beras

Domestik atau Beras Impor... 85 18. Cara Responden Memutuskan Pembelian Beras... 86 19. Varietas Beras Yang Sering Dikonsumsi Responden... 87 20. Jangka Waktu Pembelian Beras Dalam Satu Bulan... 88 21. Ukuran Pembelian Beras Dan Harga Rata-Rata Yang Sering Dibeli.... 88 22. Tempat Pembelian Beras Yang Biasa Dikunjungi Responden... 89 23. Pertimbangan Utama Responden Membeli Beras di Tempat

(23)

34. Perhitungan Customer Satisfaction Index Atribut Beras Kelas

Menengah………... 101

35. Perhitungan Customer Satisfaction Index Atribut Beras Kelas Bawah 102 36. Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Atas... 105 37. Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Menengah... 106 38. Tingkat Kepentingan Atribut Beras Responden Kelas Bawah……….. 107 34. Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Atas... 110 35. Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Menengah... 111 36. Tingkat Kinerja Atribut Beras Responden Kelas Bawah... 112 37. Hasil Important and Performance Matrix Responden Kelas Atas...…. 117 38. Hasil Important and Performance Matrix Responden Kelas

Menengah………... 118

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan………..………….. 28

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras adalah komoditas pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian

besar penduduk Indonesia. Menurut Sawit (2000) dalam Ariani (2004), beras

harus dipandang sebagai barang kuasi publik, yang tidak saja berfungsi sebagai

barang privat tetapi juga barang publik. Banyak kepentingan publik dihasilkan

oleh beras, dan beras berperan penting dalam ketahanan pangan, stabilitas

ekonomi, dan lapangan kerja. Bahkan menurut penelitian Timmer (1996) dalam

Amang dan Sawit (1999), membuktikan secara empiris bagaimana eratnya kaitan

antara pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan, didapat kesimpulan bahwa

tidak ada negara yang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi tanpa

terlebih dahulu memecahkan masalah ketahanan pangan.

Ketahanan pangan di Indonesia sangat erat kaitannya dengan beras. Salah

satu cara mengupayakan ketahanan pangan adalah dengan diselenggaraannya

Pekan Padi Nasional 2008 dengan tema Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi

Perubahan Iklim Global Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Salah

satu tujuan dari kegiatan tersebut adalah memperagakan berbagai varietas unggul

dan komponen teknologi pra-pasca panen yang prospektif untuk meningkatkan

produksi guna mencapai ketahanan pangan dan perbaikan efisiensi usaha tani

guna peningkatan pendapatan petani. 1

1

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2008. Seminar Nasional Padi.

(27)

Bustaman (2003) menyatakan bahwa beras juga sangat penting terkait

jumlah produsen dan konsumennya di Indonesia. Dari sisi produsen, usahatani

padi di Indonesia melibatkan 25,4 juta rumah tangga. Sedangkan dari sisi

konsumen, sekitar 30 persen dari total pengeluaran rumah tangga miskin

dipergunakan untuk membeli beras. Saat ini lebih dari 90 persen penduduk

Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Dari sisi gizi dan nutrisi,

beras relatif unggul dari pangan lain. Seluruh bagian beras dapat dimakan, dengan

kandungan energi 360 kalori dan protein 6,8 gr per 100 gr. Pangsa beras pada

konsumsi energi per kapita mencapai 54,3 persen. Artinya, lebih dari setengah

dari energi yang kita gunakan bersumber dari beras. Selain itu, sekitar 40 persen

sumber protein juga dipenuhi dari beras. Ini menunjukkan posisi beras yang

sangat strategis sebagai penopang ketahanan pangan di Indonesia.

Beras memiliki sejarah panjang dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Sebagian besar beras dikonsumsi setelah diolah menjadi nasi. Memakan nasi

terkait erat dengan budaya makan dan citra status sosial di masyarakat.

Mengkonsumsi beras dianggap meningkatkan prestise dibanding sumber karbohidrat lainnya. Saat ini masyarakat luas berpendapat bahwa makanan pokok

selain beras seperti jagung, umbi-umbian, dan sagu dianggap sebagai orang tidak

mampu.

Upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras telah dilakukan

melalui program-program diversifikasi pangan. Pada tahun 1950-an dilakukan

upaya melalui Panitia Perbaikan Pangan Rakyat dan beberapa upaya lainnya

sampai tahun 1974 dengan dikeluarkannya Inpres 14/1974 tentang Perbaikan

(28)

Mutu Makanan Rakyat (PPMR).2 Kebijakan tersebut kemudian disempurnakan

dengan Impres 20/1079. Namun secara operasional, diversifikasi pangan belum

dapat terlaksana dengan efektif. Surono (1998) dalam Selamet (2003) menyatakan

bahwa pola konsumsi beras masyarakat Indonesia tidak dapat diubah secara

drastis karena berkaitan dengan budaya masyarakat yang sudah demikian melekat.

Hal tersebut merupakan cerminan sosial budaya dari interaksi potensi produksi

dan preferensi dalam proses waktu, sehingga menghasilkan suatu pola konsumsi

bahan pangan pada setiap etnis (Saragih, 1998 dalam Selamet, 2003). Berikut data

konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia berdasarkan jenis pangan pada

tahun 2006.

Tabel 1 Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein Berdasarkan Jenis Pangan di Indonesia Tahun 2006

No Jenis Pangan Konsumsi Energi/kapita/hari (kal)

Konsumsi Protein/kapita/hari (gr)

1 Padi-padian 992,93 23,33

2 Umbi-umbian 51,08 0,41

3 Ikan 44,56 7,49

4 Daging 31,27 1,95

5 Telur dan susu 43,35 2,51

6 Sayur-sayuran 40,2 2,66

7 Kacang-kacangan 64,42 5,88

8 Buah-buahan 36,95 0,39

9 Minyak dan lemak 234,5 0,45

Sumber : BPS, 2008 (diolah) 3

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 tingkat konsumsi jenis

pangan padi-padian perkapita penduduk Indonesia masih sangat tinggi baik

sebagai konsumsi energi maupun konsumsi protein dibandingkan jenis pangan

lainnya. Konsumsi beras perkapita yang tinggi, disertai jumlah penduduk

Indonesia yang sebagian besar mengkonsumsi beras menyebabkan konsumsi

2

Krisnamurti, Bayu. 2006. Difersifikasi Pangan. www.ekonomirakyat/org/edisi-19/artikel-4.htm (10 Februari 2006)

3

(29)

beras nasional yang tinggi setiap tahunnya. Berikut merupakan data total

konsumsi beras Indonesia tahun 2000-2005.

Tabel 2 Data Konsumsi Beras di Indonesia Tahun 2000-2005

Tahun Jumlah Penduduk (000 jiwa)

Konsumsi/kapita (kg)

Total Konsumsi (000 ton)

2000 205.843 103,532 21.311 2001 209.732 102,440 21.448 2002 212.003 100,048 21.210 2003 215.276 100,360 21.605 2004 217.854 98,748 21.512 2005 220.969 95,888 21.188

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

Tabel 2 dapat memperlihatkan bahwa dari tahun 2000-2005, konsumsi

total beras nasional Indonesia relatif stabil dan hanya sedikit berfluktuasi. Tabel

yang sama juga menunjukkan bahwa konsumsi beras perkapita penduduk

Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun terkait dengan

penganekaragaman pangan sebagai efek perubahan pendidikan, pendapatan, dan

gaya hidup. Namun penurunan tersebut tidak tercermin dalam konsumsi total

beras nasional. Hal ini diduga akibat peningkatan jumlah penduduk. Pertumbuhan

penduduk setiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan konsumsi total beras tetap

tinggi.

Kebutuhan beras yang tinggi tersebut dapat disediakan dengan

memproduksi sendiri dan mengimpor dari negara lain. Indonesia adalah salah satu

negara pengimpor beras besar di dunia (Lampiran 1). Menurut Suryana et al.

(2001), selama ini produksi beras Indonesia sangat berfluktuasi. Sekitar tahun

1984 pertanian Indonesia menjadi sorotan dunia dikarenakan Indonesia mampu

berswasembada beras. Namun demikian, tahun-tahun berikutnya hasil

pertumbuhan produksi beras Indonesia terus mengalami penurunan. Dillon et al.

(30)

stagnasi dan degradasi teknologi; (2) kesuburan tanah yang makin menurun; (3)

kejenuhan intensitas tanam; (4) rendemen penggilingan yang semakin menurun;

(5) serangan hama dan penyakit; dan (6) iklim yang tidak normal. Ini

menyebabkan menurunnya hasil dan total produksi padi dalam bentuk beras

sehingga berdampak negatif baik dalam profitabilitas usahatani maupun produksi

beras nasional. Kinerja produksi padi di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2.

Saat ini Indonesia juga mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Beberapa negara yang menjadi lumbung beras impor bagi Indonesia

diantaranya adalah Thailand dan Vietnam (Lampiran 3). Amang dan Sawit (1999)

menyatakan bahwa beras di pasar dunia amat tipis, yaitu 4-7 persen dari total

produksi dunia. Pasarnya jauh dari sempurna karena sekitar 80 persen ekspor

beras dikuasai oleh beberapa negara. Negara-negara produsen beras dapat dilihat

pada Lampiran 4. Beras yang dijual di pasar dunia merupakan sisa konsumsi

domestik (residual goods). Pasar yang tipis dan oligopolistik ini yang membuat harga beras lebih tidak stabil ketimbang komoditas lain seperti gandum, jagung,

dan kedelai. Bagi negara besar seperti Indonesia, bergantung pada pasar impor

jelas berisiko.

Mengingat pentingnya beras bagi masyarakat Indonesia, sejalan dengan

adanya upaya peningkatan produktivitas, beras yang dihasilkan seharusnya dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berkembang seiring

berjalannya waktu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seharusnya diperhatikan

segala aspek yang mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas bagi para

(31)

1.2 Perumusan Masalah

Beras dikonsumsi oleh masyarakat baik individu, rumah tangga, maupun

usaha jasa. Konsumen beras pun terdiri dari beragam kelas sosial, baik ditinjau

dari pekerjaan, pendapatan, kekayaan, dan variabel kelas sosial lainnya. Garis

pendapatan-konsumsi menunjukkan bahwa perbedaan pendapatan yang diperoleh

menyebabkan perbedaan pola konsumsi pada setiap konsumen. Perbedaan

pendapatan merupakan salah satu indikator perbedaan kelas sosial. Hal ini

menyebabkan perbedaan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi beras pada

kelas sosial yang berbeda.

Menurut Sutrisno (1998) dalam Selamet (2003), pada kelas menengah ke

atas, semakin meningkat pendapatan kelas tersebut, semakin menurun konsumsi

berasnya, beralih ke susu dan telur, dan jajanan lainnya yang cenderung protein.

Ini memperlihatkan bahwa bagi kelas menengah ke atas, beras termasuk jenis

barang inferior. Namun untuk kelompok menengah ke bawah, peningkatan

pendapatan cenderung membuat konsumsi pangan pokok beralih ke beras. Ini

memperlihatkan bahwa bagi kelompok menengah ke bawah, beras termasuk jenis

barang normal, di mana jika pendapatan meningkat, konsumsi barang tersebut

juga meningkat.

Kemajuan di berbagai bidang telah mempengaruhi pola permintaan

pangan, termasuk permintaan beras sebagai salah satu makanan pokok. Tantangan

dalam permintaan pangan di masa yang akan datang diantaranya adalah : (1)

pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, (2)

perubahan struktur demografi, dan (3) globalisasi preferensi konsumen (Suryana

(32)

Perilaku konsumen dalam pembelian bahan pangan termasuk beras

berkembang seiring kemajuan tersebut. Peningkatan pendapatan masyarakat

mengakibatkan peningkatan tuntutan terhadap mutu. Di sisi lain, perubahan

demografi seperti tingkat pendidikan, tingkat urbanisasi, dan tingkat partisipasi

angkatan kerja wanita disertai kemajuan transportasi dan komunikasi saat ini,

mempengaruhi preferensi konsumen. Konsumen lebih menekankan pada

keseimbangan mutu, gizi, dan estetika. Sedangkan meningkatnya partisipasi

angkatan kerja wanita, khususnya daerah perkotaan mendorong konsumen

memilih bahan pangan yang dikemas sedemikian rupa sehingga mereka merasa

nyaman dalam berbelanja, mudah dimasak, dan mudah menyiapkannya.

Data tentang Perkembangan Pengeluaran Pangan Menurut kelompok

Pangan (Lampiran 5) menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran terhadap

kebutuhan pangan dari tahun ke tahun (1993-2002) cenderung menurun (kecuali

antara tahun 1996-1999). Ariani (2004) menyatakan bahwa kenaikan proporsi

pengeluaran untuk pangan meningkat pada tahun 1996-1999 karena tingkat

kesejahteraan masyarakat menurun sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada

pertengahan tahun 1997. Pada periode pemulihan (1999-2002), tingkat

kesejahteraan meningkat kembali, terlihat dari menurunnya pangsa pengeluaran

pengan meskipun kondisinya masih lebih buruk dibandingkan sebelum krisis.

Tahun 2002, proporsi pengeluaran untuk padi-padian menurun sedangkan untuk

pangan hewani menjadi meningkat. Ini menunjukkan kualitas konsumsi pangan

masyarakat Indonesia yang semakin membaik.

Persaingan pemasaran beras saat ini sangat ketat dengan banyaknya

(33)

beras impor. Dalam usaha meningkatkan produksi beras, sejumlah varietas padi

unggul telah disebarluaskan. Keanekaragaman varietas tersebut juga memberi

keragaman sifat dan mutu beras yang dihasilkan. Peningkatan produksi untuk

memenuhi pasaran menyebabkan konsumen lebih leluasa memilih mutu beras

yang dikehendaki (Damardjati, 1982 dalam Ambarinanti, 2007). Banyaknya

pilihan produk beras baik berupa jenis beras, kemasan, harga, rasa, dan hal

lainnya serta perbedaan dan pengaruh lingkungan budaya, kelas sosial, daya beli,

motivasi, dan gaya hidup membentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda. Hal

ini menuntut para produsen untuk menyediakan produk beras yang sesuai dengan

keinginan konsumen, khususnya segmen pasar yang dituju.

Selama ini pemerintah berusaha keras pada peningkatan kuantitas dan

produktivitas beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun selain

peningkatan kuantitas, preferensi dan kepuasan yang terus berkembang menuntut

adanya peningkatan pada kualitas beras yang selama ini dikonsumsi. Untuk

menghasilkan beras yang sesuai dengan harapan konsumen, langkah awal yang

harus diperhatikan produsen adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen.

Pengetahuan mengenai preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang

diambil tidak bertentangan dengan harapan konsumen, mengingat semua

keputusan konsumsi ada ditangan konsumen. Sedangkan pengetahuan mengenai

kepuasan konsumen perlu diketahui agar dapat ditingkatkan kinerja produk yang

dinilai konsumen masih kurang memuaskan.

Pulau Jawa memiliki peran besar dalam produksi padi nasional. Akibat

lahan yang lebih subur, jaringan irigasi yang tersedia, dan teknologi usahatani

(34)

Selama 30 tahun terakhir, Jawa rata-rata menyumbang 59,8 persen terhadap

produksi padi nasional (Amang dan Sawit, 1999). Jawa Timur adalah salah satu

propinsi yang merupakan sentra produksi padi di Indonesia. Data menunjukkan

bahwa Jawa Timur mempunyai rata-rata produksi per hektar padi tertinggi

dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia pada tahun 2001-2005 (BPS, 2005).

Jawa Timur juga mempunyai populasi penduduk yang cukup tinggi, menempati

urutan kedua setelah Jawa Barat. Hal ini menyebabkan konsumsi total beras di

propinsi ini juga tinggi sebanding dengan jumlah penduduk yang berada dalam

propinsi tersebut.

Surabaya sebagai ibukota propinsi Jawa Timur, adalah kota yang sedang

berkembang dan merupakan kota tujuan pemasaran beras dari beberapa daerah

sentra produksi beras di Jawa Timur. Kota ini juga memiliki struktur masyarakat

yang beraneka ragam. Keragaman tersebut meliputi budaya, gaya hidup,

pendidikan dan pekerjaan, serta tingkat perekonomian yang tercermin dalam

kehidupan sehari-hari. Keragaman yang tercipta tentu mempengaruhi masyarakat

di kota tersebut dalam pengambilan keputusan konsumsi suatu produk, termasuk

konsumsi beras. Kecamatan Mulyorejo adalah kecamatan dengan pemukiman

penduduk paling merata diantara diantara kecamatan lainnya di Surabaya.

Kecamatan ini mempunyai penduduk dengan latar belakang status sosial yang

beragam dari kelas bawah, menengah, dan atas, serta dan memperoleh beras

dengan membeli (bukan memproduksi sendiri). Hal ini sesuai dengan penelitian

(35)

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik konsumen beras berdasarkan kelas sosial ?

2. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam

pembelian beras?

3. Bagaimanakah preferensi konsumen terhadap beras dikaitkan dengan

atribut-atribut beras?

4. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap beras dikaitkan dengan

atribut-atribut beras?

5. Bagaimana rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi

perilaku konsumen?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengkaji karakteristik konsumen beras.

2. Menganalisis proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen dalam

pembelian beras.

3. Menganalisis preferensi konsumen terhadap beras dikaitkan dengan

atribut-atribut beras.

4. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap beras dikaitkan dengan

atribut-atribut beras.

5. Menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan studi

(36)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait,

diantaranya :

1. Bagi produsen dan pengusaha beras, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usaha setelah

mengetahui preferensi dan kepuasan konsumen terhadap atribut beras.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan subsektor pangan.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang komoditi beras.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

ƒ Penelitian ini terfokus pada preferensi dan kepuasan konsumen terhadap

atribut-atribut beras.

ƒ Penelitian akan dilakukan di Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Mulyorejo

Surabaya Jawa Timur.

ƒ Responden adalah konsumen beras yang telah mengerti prosedur tanya jawab

dalam kuesioner dan telah memiliki aksesibilitas pribadi dalam mengambil

(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Padi

Setyono dalam Suryana (2003) menyatakan bahwa Padi (Oryza Sativa) merupakan tanaman pertanian kuno yang asal usulnya masih diperdebatkan. Bukti

sejarah di Propinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi

di Asia telah dimulai 7000 tahun yang lalu. Beberapa Negara yang diduga menjadi

daerah asal padi adalah India Utara bagian Timur, Bangladesh Utara, dan daerah

yang membatasi Negara Burma, Thailand, Laos, Vietnam, Cina bagian Selatan.

Tinjauan tersebut bertentangan dengan hikayat-hikayat kuno Jawa yang

menyatakan bahwa tanaman padi adalah tanaman asli Indonesia dan merupakan

keturunan dari Dewi Sri dan Retna Dumila. Padi yang merupakan keturunan Dewi

Sri pada akhirnya menjadi padi sawah, sedangkan padi yang merupakan keturunan

Retna Dumila menjelma menjadi padi gogo (Siregar, 1981).

Hitchcock dalam Manurung dan Ismunaji (1988) mengklasifikasikan

padi (Oriza Sativa) sebagai famili Gramineae. Berdasarkan klasifikasi ini, tanaman padi dimasukkan dalam sub-famili Festucoidae. Genus Oryza

mempunyai 20 spesies, tetapi yang dibudidayakan adalah Oryza Sativa L. di Asia dan Oryza Glaberrima Steund di Afrika. Berdasarkan penelitian Lu dan Chang dalam Manurung dan Ismunaji (1988), proses evolusi dari Oryza Sativa

(38)

2.2 Teknologi Pascapanen Padi

Beras adalah bahan pangan yang berasal dari padi yang sudah tidak

memiliki kulit ari dan sekam. Ada dua cara pengolahan untuk mengubah gabah

menjadi beras, yaitu secara tradisional dengan ditumbuk, dan secara modern

dengan alat-alat atau mesin. Walaupun saat ini masih ada pengolahan dengan cara

ditumbuk, namun sebagian besar pengolahannya telah beralih pada pengolahan

modern.

Untuk mengubah beras menjadi gabah, ada dua fase pengolahan. Fase

pertama adalah melapaskan kulit atau sekam dari caryopsis yang menghasilkan beras pecah kulit. Beras ini memiliki kandungan vitamin B yang tinggi, tepatnya

pada bagian pericarp. Namun berasnya kurang enak dimakan dan tidak dapat disimpan lama karena baunya mudah apek.

Pada fase kedua, lapisan caryopsis dan pericarp dikikis, yaitu dengan cara disosoh. Derajad kejernihan dari beras yang keluar dari mesin penyosoh

tersebut tergantung setelan mesin penyosoh yang disesuaikan dengan mutu beras

yang diinginkan. Semakin jernih beras yang diinginkan, semakin banyak bagian

beras bernilai gizi yang disosoh sehingga menjadi dedak. Walaupun nilai gizinya

berkurang, namun penampakannya menjadi lebih menarik di mata konsumen

(Siregar dalam Selamet, 2003). Nilai gizi yang berkurang diantaranya adalah

karbohidrat dan protein menurun sekitar satu persen dan lemak menurun sekitar

setengah persen.

Menurut Suismono dan Damardjati dalam Suryana (2003), berdasarkan

teknik penggilingan, penggilingan padi dikelompokkan menjadi tiga kelompok,

(39)

modifikasi kontinyu; dan (3) sistem penggilingan kontinyu. Sistem penggilingan

kontinyu dan modifikasi kontinyu dapat meningkatkan efisiensi kerja, kapasitas

produksi, dan mutu beras (grader).

Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan yang

menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual (Lampiran 6).

Sistem penggolongan padi modifikasi kontinyu adalah sistem penggilingan yang

proses pemecahan kulit berasnya secara kontinyu, tetapi proses penyosohannya

secara manual (Lampiran 7). Sedangkan sistem penggilingan kontinyu adalah

sistem penggilingan padi yang terdiri dari satu unit mesin penggiling secara

kontinyu (langsung atau ban berjalan), kapasitas 1000 kg per jam, yang dilengkapi

mesin-mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit (paddy separator), penyosoh (polisher), dan ayakan beras (grader).

Untuk meningkatkan mutu penampakan beras, dapat dilakukan juga

dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses penyosohan

beras disertai pengkabut uap agar penampakan beras lebih mengkilap (Lampiran

8). Dalam sistem pengkabut uap, terjadi reaksi antara lemak yang terkandung

dalam bekatul dan air yang akan menghasilkan beras lebih mengkilap, bersih, dan

cemerlang. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras kristal

(Suismono dan Damardjati dalam Suryana, 2003).

Untuk menambah daya tarik konsumen, biasanya beras kristal ini diberi

bahan pewangi yang disemprot bersamaan dengan pengkabutan air. Aroma wangi

tambahan tersebut akan bertahan sekitar satu bulan. Sedangkan daya tahan mutu

(40)

kepala) menjadi berkurang setelah pemolesan, karena sebagian butir utuh menjadi

patah akibat gesekan selama proses pemolesan (Thahir et al., 1999).

2.3 Karakteristik Beras

Beras secara biologi adalah bagian biji yang terdiri dari : (1) aleuron,

lapisan terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit; (2)

endospermia, tempat sebagian besar pati dan protein beras; dan (3) embrio yang

marupakan calon tanaman baru.4 Komposisi zat gizi beras dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi Zat Gizi Beras Per 100 gram

Komponen Gizi Kadar Komponen Gizi Kadar

Energi (kkal) 358,00 Natrium (mg) 1,00

Protein (gr) 6,50 Seng (mg) 1,10

Total Lemak (gr) 0,52 Tembaga (mg) 0,21

Karbohidrat (gr) 79,15 Mangan (mg) 1,04

Total Fiber (gr) 2,80 Selenium (mg) 15,10

Total Gula (gr) - Thiamin (mg) 0,56

Kalsium (mg) 3,00 Riboflavin (mg) 0,05

Magnesium (mg) 4,23 Niasin (mg) 4,11

Fosfor (mg) 23,00 Vitamin B6 (mg) 0,17

Kalium (mg) 95,00

Sumber : Nutrition Analyser (2008)

Penduduk di berbagai negara memiliki selera yang berbeda terhadap

kandungan amilosa yang terdapat di dalam beras. Penduduk Filipina, Malaysia,

Thailand, dan Indonesia menyukai rasa nasi dari beras dengan kandungan amilosa

medium (20-25 persen), sedangkan Jepang dan Korea menyukai beras dengan

kadar amilosa rendah (13-25 persen).

Kandungan amilosa ini mempengaruhi kandungan rasa nasi secara

keseluruhan sebesar 65 persen. Amilosa adalah rangkaian dari unit-unit gula

(glukosa) yang menyusun molekul-molekul besar dari pati beras. Kandungan

4

Wikipedia Indonesia. 2008. Kandungan Beras. http://id.wikipedia.org/wiki/Beras#Kandungan_beras

(41)

amilosa mempengaruhi kepulenan nasi, sifat pemekaran volume beras, dan

cepatnya nasi mengeras setelah dimasak. Semakin kecil kadar amilosa beras,

maka nasi akan semakin pulen, semakin tidak mekar, dan semakin lama menjadi

keras satelah dingin.

Aroma pada beras ternyata dipengaruhi juga oleh suhu dan udara.

Apabila beras disimpan pada suhu diatas 15° C, setelah 3-4 bulan, beras akan

mengalami perubahan aroma dan rasa. Semakin tinggi suhu udara dan semakin

lama beras disimpan, akan semakin menurun rasa dan aroma nasinya.

Ukuran beras secara umum digolongkan atas butir sangat panjang (> 7

mm), panjang (6-6,9 mm), sedang (5-5,9 mm) dan pendek (< 5 mm). sedangkan

bentuknya digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu lonjong (ramping), sedang, dan

bulat (Lampiran 9). Di pasaran internasional, beras ukuran panjang mempunyai

preferensi yang tinggi serta memberikan perbedaan harga yang jelas. Berbeda

dengan di Indonesia, ukuran biji beras tidak memberikan perbedaan terhadap

harga beras (Damardjati dan Oka dalam Damardjati, 1995).

2.4 Standardisasi Beras di Indonesia

Menurut Damardjati (1990), di Indonesia belum ada klasifikasi dan

standardisasi beras secara resmi yang digunakan sebagai patokan dalam

perdagangan maupun yang dianut oleh konsumen secara luas. Standar mutu beras

giling sangat diperlukan oleh konsumen dan produsen sebagai kepastian terhadap

mutu yang diinginkan dan untuk pembinaan perbaikan mutu beras di tingkat

petani dan di tingkat penggilingan. Namun hingga saat ini belum ada standardisasi

(42)

nasional. Kriteria mutu yang ditetapkan Deptan dan BULOG seperti yang ada

pada Tabel 4 bertujuan untuk penyimpanan pangan yang didasarkan atas fisik

beras dan kurang memperhatikan preferensi konsumen sehingga kurang dapat

[image:42.595.102.521.267.478.2]

digunakan di pasaran bebas. Keterangan tabel 4 dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 4 Persyaratan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Tahun 2003

No I. Persyaratan Umum

1 2 3 4

Bebas hama dan penyakit yang hidup

Bebas bau apek, asam atau bau-bau asing lainnya Bersih dari campuran dedak dan katul

Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan baik secara visual maupun secara organoleptik

II. Persyaratan Khusus No

Komponen Mutu Satuan Pengukuran Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV Mutu V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Derajat Sosoh Kadar Air Beras Kepala Butir Utuh Butir patah Butir Menir Butir Merah Butir Kuning/Rusak Butir Mengapur Butir Asing Butir Gabah

Campuran Varetas Lain

Min (%) Max (%) Min (%) Min (%) Max (%) Max (%) Max (%) Max (%) Max (%) Max (%) Max Butir/100 gr Max (%) 100 14 100 60 0 0 0 0 0 0 0 5 100 14 95 min 50 5 0 0 0 0 0 0 5 100 14 84 min 40 15 1 1 1 1 0,02 1 5 95 min 14 73 min 35 25 2 3 3 3 0,05 2 10 85 min 15 60 min 35 35 5 3 5 5 0,2 3 10

Sumber : Deptan dan BULOG (2003)

Preferensi yang dimaksud adalah rasa, kepulenan, dan aroma.

Atribut-atribut tersebut merupakan ungkapan perasaan selera pribadi, sehingga sulit

diukur. Karena itu dalam perdagangan, atribut-atribut ini tidak dimasukkan dalam

grade beras.

Beberapa atribut mutu yang yang diuraikan di atas, baik yang tercantum

pada standar beras nasional maupun atribut lain seperti rasa, aroma, dan warna

merupakan atribut mutu intrinsik. Selain atribut tersebut, dalam pemasaran beras

ada beberapa atribut mutu ekstrinsik yang telah berkembang seperti merek,

kemasan, label (informasi), serta sertifikasi keaslian varietas beras dan sistem

(43)

Untuk mencapai standar mutu beras nasional dilakukan melalui

penyusunan suatu konsep standar mutu beras yang dapat diterima secara luas. Saat

ini konsep semacam itu telah ada dengan dikeluarkannya beras berlabel Standar

Nasional Indonesia (SNI). Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyusun konsep

standar mutu beras giling dengan memperhatikan standar mutu beras Filipina dan

Amerika Serikat, standar mutu beras BULOG, hasil analisis contoh beras dari

beberapa propinsi, dan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (Deptan, 1999).

2.5 Penelitian Terdahulu

Jufri (2006) melakukan penelitian tentang analisis perilaku konsumen

dan strategi pemasaran beras Super Ciherang LDM Sri Jaya Karawang. Penelitian

dilakukan secara sengaja di Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat.

Sampel yang diambil sebanyak 92 orang yang sudah pernah mengkonsumsi Super

Ciherang LDM Sri Jaya Karawang. Data yang diperoleh dianalisis dengan tabulasi

sederhana, analisis komponen utama, dan analisis konjoin.

Dalam penelitian ini, dikemukakan bahwa manfaat yang dicari adalah

untuk memenuhi kebutuhan pokok karena makan nasi (beras) sudah menjadi

kebiasaan. Namun dalam mengkonsumsi beras, terdapat indikator kualitas yang

sangat diperhatikan pada atribut beras. Hal itu adalah keragaman butir beras,

warna beras, kepulenan nasi, kemekaran beras, dan ukuran kemasan beras.

Strategi pemasaran yang perlu dibenahi meliputi strategi produk, harga,

distribusi, dan promosi. Untuk strategi produk, diharapkan LDM Sri Jaya

Karawang dapat menyediakan beras dengan tingkat keseragaman yang tinggi,

(44)

kemasan 20 kg. Pada strategi harga, harus diupayakan harga yang beragam

terutama untuk beras eceran/kiloan dan pemberian potongan harga untuk

pembelian partisi besar. Pemasaran beras kepada konsumen kelas atas dan kelas

menengah sebaiknya dilakukan melalui pasar swalayan karena konsumen

menginginkan tempat berbelanja yang mudah dicapai, kualitas produk yang baik,

pelayanan yang memuaskan, dan suasana yang nyaman. Strategi distribusi untuk

kelas bawah yaitu dengan menyediakan beragam beras, baik harga maupun

jenisnya, serta kedekatan pedagang dengan lokasi perumahan. Promosi dapat

dilakukan dengan komunikasi lisan antara pedagang dengan pembeli. Untuk

konsumen kelas menengah atas, penyampaian informasi dapat dilakukan dengan

menggunakan katalog harga yang biasa dikeluarkan supermarket dan

penyampaian informasi pada kemasan beras.

Penelitian yang dilakukan oleh Selamet (2003), mengenai analisis proses

keputusan konsumen dalam pembelian beras dan strategi pemasaran beras.

penelitian ini berlokasi di Kelurahan Tegalleja, Kecamatan Bogor Tengah dengan

responden sebanyak 60 orang. Dari seluruh responden tersebut, 30 responden

digolongkan sebagai kelas atas dan 30 responden lainnya digolongkan sebagai

kelas bawah.

Dalam penelitiannya, kelas sosial sangat berpengaruh terhadap perbedaan

sikap serta tindakan yang diambil konsumen kelas atas dan kelas bawah dalam

proses keputusan pembelian beras. Selain itu, proses keputusan pembelian beras

juga dipengaruhi variabel-variabel lain terutama motivasi dan keterlibatan,

budaya, situasi pembelian dan komunikasi, pengetahuan tentang beras, sumber

(45)

Pada tahap pengenalan kebutuhan, keterlibatan terhadap beras tinggi,

terutama pada kelas bawah. Secara umum, pengetahuan kelas atas terhadap beras

lebih banyak dibandingkan dengan kelas bawah, namun sumber-sumber informasi

yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian beras kelas atas dan kelas bawah

relatif tidak ada perbedaan. Dalam evaluasi alternatif, kelas atas lebih teliti dalam

memutuskan beras mana yang akan dibeli. Namun, baik kelas atas maupun kelas

bawah telah memperhatikan sejumlah atribut yang ada dalam pembelian beras.

Keputusan pembelian beras kelas atas berdasarkan nama jenis/varietas beras,

kenyamanan dan kepraktisan dalam pembelian, namun mereka relatif kurang setia

pada satu tempat pembelian. Keputusan pembelian kelas bawah lebih didasarkan

pada harga, kedekatan dan pelayanan tempat pembelian. Kelas bawah sebagian

besar belum mendapat kepuasan dalam pembelian beras dibandingkan dengan

kelas atas. Namun dalam menyikapi keluhan, baik kelas bawah maupun kelas atas

mengedepankan sikap percaya pada tempat pembelian.

Strategi pemasaran yang penting bagi kelas bawah adalah harga beras

yang beragam dan terjangkau. Sedangkan strategi untuk kelas atas adalah

pengutamaan mutu beras sebagai produk beserta jasa yang menyertainya.

Suryana (2003) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi proses keputusan pembelian beras domestik dan impor. Penelitian

ini dilakukan di Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah dengan melibatkan

100 responden.

Dalam penelitian itu disebutkan bahwa perilaku konsumen dalam

pembelian bahan pangan berkembang seiring dengan berkembangnya kemajuan di

(46)

tuntutan terhadap kualitas. Konsumen lebih menekankan pada keseimbangan

mutu, gizi, serta estetika. Perubahan struktur demografi seperti tingkat pendidikan,

pengetahuan, gaya hidup, kemajuan teknologi, transportasi, dan komunikasi pada

saat ini mempengaruhi selera atau preferensi konsumen.

Pengolahan data dengan Analisis Faktor menghasilkan tiga komponen

utama yang dipertimbangkan konsumen pada setiap kelas sosial. Variabel utama

yang paling dominan mempengaruhi responden kelas bawah adalah keragaman

jenis beras di toko, perolehan informasi dari penjual, dapat membeli dengan cara

berhutang, lokasi penjual, dan daya tahan beras, sedangkan variabel dominan pada

kelas menengah adalah rasa beras, kepulenan beras, daya tahan beras, dan

kenyamanan lokasi pembelian. Variabel yang mempengaruhi konsumen kelas atas

adalah beragam jenis beras yang dijual, pengetahuan tentang beras, kemasan

beras, iklan beras, dan keutuhan butir beras.

Strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan mencakup strategi produk,

strategi harga, strategi promosi, dan strategi distribusi. Dalam strategi produk,

pemasar hendaknya melakukan grading pada beras sejenis, menjaga kebersihan, menyalurkan beras yang pulen, dan lebih memperhatikan kemasan yang menarik.

Strategi harga yang harus dilakukan adalah menyesuaikan harga jual dengan pasar

sasaran yang dituju serta menerapkan harga sesuai dengan kualitas grading beras. Strategi promosi yang dilakukan adalah dengan melakukan personel selling dari penjual kepada konsumen serta menggunakan iklan pada media elektronik, cetak,

atau spanduk dengan target konsumen wanita. Strategi distribusi dilakukan

(47)

pelayanan dengan target pasar, serta menyediakan beragam jenis dan harga beras

di tempat penjualan.

Penelitian yang dilakukan Yuniarti (2002) mengenai analisis perilaku

konsumen produk beras kemasan pada kaum wanita. Dari 100 responden yang

dilibatkan, didapat kesimpulan bahwa kaum wanita, baik ibu rumah tangga

maupun wanita bekerja, dalam mengkonsumsi beras, melalui tahap-tahap

pengambilan keputusan. Proses tersebut dipengaruhi berbagai macam faktor

pembeda yang turut mempengaruhi perilaku dan keputusan pembelian mereka

seperti sumber informasi yang diperoleh, penilaian terhadap produk beras

kemasan, hingga preferensi konsumen terhadap produk tersebut.

Dikatakan bahwa perilaku konsumen beras kemasan saat ini dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan, pendapatan yang meningkat, gaya hidup, dan

bertambahnya beragam produk beras kemasan. Hal ini menyebabkan konsumen

mulai membandingkan harga dan mutu produk, meminta pengemasan yang lebih

baik dan menarik, dan lebih peka terhadap informasi dan periklanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (1999) mengenai konsep standar

mutu beras berdasarkan preferensi konsumen dan pedagang beras di Surabaya

mengemukakan bahwa secara umum perhatian responden terhadap mutu beras

telah demikian tingginya. Ini terlihat dari banyaknya responden yang memilih

kriteria mutu sebagai faktor yang paling menentukan jika mereka membeli beras.

Dari sampel yang diwawancarai sebanyak 80 orang, sebanyak 70 persen rumah

tangga dan 85,7 persen rumah makan memilih kriteria mutu sebagai faktor yang

(48)

Damardjati (1990), melakukan penelitian untuk mengetahui perilaku

konsumen di daerah perkotaan terhadap mutu beras dikaitkan dengan harga yang

harus dibayar oleh konsumen untuk setiap kilogram beras yang mereka beli.

Selain itu, penelitian ini mencoba membandingkan pola permintaan konsumen

terhadap karakteristik yang dikelompokkan berdasarkan lokasi (Medan, Jakarta,

dan Ujung Pandang) serta berdasarkan tingkat pendapatan (rendah, sedang, dan

tinggi).

Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa konsumen di Jakarta lebih

menyukai kelompok beras dengan rasa nasi pulen, sedangkan di Ujung Pandang

para konsumen lebih menyukai nasi yang lebih keras, sementara di Medan

konsumen menyukai beras lokal dengan rasa nasinya relatif pera tetapi

mempunyai aroma. Share pengeluaran untuk beras dalam total pengeluaran untuk makanan dipengaruhi oleh harga beras dan pendapatan konsumen, namun tidak

dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Share pengeluaran untuk beras dalam total pengeluaran untuk makanan akan menurun jika pendapatan per kapita per

bulan konsumen meningkat. Dengan kata lain, konsumen akan mengutamakan

kualitas makanan dengan meningkatkan pengeluaran untuk makanan selain beras.

(49)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen

Kotler (2000) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok

yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk

kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).

Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai

barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari

mengkonsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur

sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari

sejumlah nilai yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap

biaya yang dikeluarkan (Kotler, 2000).

Menurut Engel et al. (1994) perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk

dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Definisi lain dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang

mensyaratkan aktivitas individu yang mengevaluasi, memperoleh, menggunakan,

(50)

(2004) perilaku konsumen adalah semua kegiatan tindakan serta proses psikologis

yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,

menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas

atau kegiatan mengevaluasi.

Perilaku konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh

produsen dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari

perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan

dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk

memperoleh produk dan jasa yang mereka inginkan. Dimana didalamnya

menyangkut pembahasan tentang jenis alasan, waktu, tempat, dan frekuensi

pemakaian suatu produk barang dan jasa. Perilaku konsumen mencerminkan

tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan dari produk dan dari mereka

sendiri yang berupa pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses

psikologis.

3.1.2 Karakteristik

Karakteristik konsumsi menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan

dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi

konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak

menge

Gambar

Tabel 1 Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein Berdasarkan Jenis Pangan di
Tabel 4 Persyaratan Kualitas Beras Pengadaan Dalam Negeri Tahun 2003
Gambar 1. Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 2. Tingkat Kepuasan Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

akibat adanya invensi yang sama yang diajukan oleh pemohon yang berbeda dalam waktu yang tidak bersamaan ( conflicting application ). Tanggal prioritas adalah tanggal

Pemberian probiotik pada pakan dengan konsentrasi 10 7 cfu/ml, 10 9 cfu/ml dan 10 11 cfu/ml memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan kontrol terhadap

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan praktis (practical life)/ pembiasaan mengurus diri sendiri merupakan serangkaian kegiatan

Setelah melakukan penelitian yang berjudul Peranan Media Sempoa Dalam Menstimulasi Kemampuan Konsep Bilangan Dan Lambang Bilangan Anak Usia 4-5 Tahun Di TK Putera

7HNQRORJL GDWDEDVH VDDW LQL PHPXQJNLQNDQ XQWXN PHQ\LPSDQ VHMXPODK GDWD GDODP MXPODK \DQJ VDQJDW EHVDU GDQ WHUDNXPXODVL QDPXQ GLVLQLODK DZDO WLPEXOQ\D SHUVRDODQ OHGDNDQ GDWD

Aplikasi modul online merupakan sebuah aplikasi yang berisi mengenai pembahasan materi dan latihan soal dari mata kuliah pengantar system komputer. Diharapkan aplikasi ini

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tiga lokasi sungai tambahan dalam penelitian keanekaragaman ikan di pulau bangka ini diperoleh komposisi ikan yang

[r]