• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Ke Amerika Serikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Ke Amerika Serikat"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KARET INDONESIA

KE AMERIKA SERIKAT

TESIS

Oleh

JULIANA M

107018037/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KARET INDONESIA

KE AMERIKA SERIKAT

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIANA M

107018037/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA

KE AMERIKA SERIKAT

Nama Mahasiswa : Juliana M

Nomor Pokok : 107018037

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec ) ( Dr. Rahmanta, M.Si )

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) ( Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE )

(4)

Telah di uji pada : Tanggal 31 Agustus 2012

PENILAI PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec Anggota : 1. Dr. Rahmanta, MSi

2. Dr. Rujiman, MA 3. Dr. HB. Tarmizi, SU

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke Amerika. Dimana faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah volume ekspor karet Indonesia, jumlah produksi karet Indonesia, harga karet internasional, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar dan GDP Amerika Serikat.

Untuk analisis, penelitian ini menggunakan data time series kuartalan dari 2002 sampai 2011. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Teknik analisis akan menggunakan regresi linier Ordinary Least Square (OLS) first difference.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perubahan produksi karet, nilai kurs dan GDP Amerika Serikat signifikan mempengaruhi perubahan volume ekspor karet, sedangkan variabel perubahan harga karet internasional tidak signifikan mempengaruhi perubahan volume ekspor karet.

(6)

ABSTRACT

This research couducted to analysis the factor’s that influence Indonesian rubber export to United States. the factors observed of in this research, are the volume Indonesian rubber export, Indonesian rubber production, international rubber prices, exchange rate and GDP of United States.

The analysis, in object, introducing quanterly time series data from 2002-2011. model used in this research, uppleed the ordinary least square (OLS).

The research results show that indonesian rubber production, exchange rate and GDP of United States Significantion effect Indonesian rubber export. While, international rubber prices not significantion effect the Indonesian rubber export.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan Nabi Muhammad

SAW yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyelesaikan tesis ini guna untuk

memperoleh gelar Magister Ekonomi Pembangunan (S2) pada Sekolah

Pascasarjana Program Magister Ilmu-Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Medan. Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan tesis ini tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang tak terhingga terutama kepada alm. Ayahanda dan Ibunda yang sangat

penulis sayangi dan hormati yang telah membesarkan, mendidik, mendukung dan

mendengarkan keluh-kesah penulis selama ini. Serta kepada suami tercinta yang

selalu memberikan semangat dan membuat hidup penulis semakin berwarna.

Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K).,

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin Sembiring, SE., M.Ec., selaku Ketua

Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga

(8)

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., M.S., selaku Sekretaris Program Studi

Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si., selaku Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dan arahan di dalam penyempurnaan

tesis ini.

6. Bapak Dr. Rujiman, MA., Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Bapak Drs.

Rahmat Sumanjaya, M.Si., selaku Komisi Pembanding yang telah banyak

memberian masukan dan saran serta kritik dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen-Dosen Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai

pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Magiser Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan

moril kepada penulis untuk dapat terus menimba ilmu setinggi-tingginya.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi semua pihak.

10. Terima kasih kepada Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN)

yang sudah memberikan Beasiswa kepada saya semoga beasiswa ini

berlanjut terus.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Juliana. M

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Langkat/01 Juli 1976

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl. Teh 4 No. 1 P. Simalingkar Medan 20141

No. Handphone : 081362130171

Pekerjaan : PNS

Nama Orang Tua Laki-laki : Alm. Mardijana

Nama Orang Tua Perempuan : Norma

Nama Suami : Zulham

Riwayat Pendidikan Formal

1. SD Lulus tahun 1990

2. SMP Lulus tahun 1993

3. SMA Lulus tahun 1996

4. S1 Lulus tahun 2002

(10)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Karet ... 11

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 29

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 29

(11)

3.4 Model Analisis ... 29

3.5 Uji Asumsi Klasik ... 30

3.6 Uji Kesesuaian Model ... 33

3.7 Definisi Operasional ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 36

4.1.1 Volume Ekspor Karet Indonesia ... 36

4.1.2 Jumlah Produksi Karet Indonesia ... 38

4.1.3 Harga Karet Internasional ... 41

4.1.4 Nilai Kurs ... 44

4.1.5 GDP Amerika ... 46

4.2 Hasil Analisis ... 48

4.2.1 Interpretasi Model Penelitian ... 49

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 52

4.2.3 Pengujian Kesesuaian Model ... 55

4.3 Pembahasan ... 49

4.3.1 Pengaruh Produksi Karet Indonesia ... 49

4.3.2 Pengaruh Harga Karet Internasional ... 50

4.3.3 Pengaruh Nilai Kurs ... 50

4.3.4 Pengaruh GDP Amerika ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Produksi Karet Alam Indonesia ... 2

1.2 Luas Perkebunan Karet Indonesia ... 4

1.3 Harga Karet Alam Internasional ... 5

1.4 Perkembangan GDP Amerika ... 6

1.5 Ekspor Karet Menurut Negara Tujuan Utama ... 7

1.6 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Serikat Dalam Bentuk Remah Tahun 2005-2010 (000ton)……… 8

4.1 Perkembangan Volume Ekspor Karet Indonesia ... 36

4.2 Perkembangan Produksi Karet Indoesia ... 39

4.3 Perkembangan Harga Karet Internasional ... 41

4.4 Perkembangan Nilai Kurs ... 44

4.5 Perkembangan GDP Amerika ... 46

4.6 Koefisien Variabel Penelitian ... 48

4.7 Hasil Pengujian Normalitas... 52

4.8 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 54

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Ke Amerika Serikat ... 28

4.1 Perkembangan Volume Ekspor Karet Indonesia ... 36

4.2 Perkembangan Produksi Karet Indonesia ... 39

4.3 Perkembangan Harga Karet Internasional ... 41

4.4 Perkembangan Nilai Kurs ... 44

4.5 Perkembangan GDP Amerika ... 46

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1. Data Penelitian ... 60

2. Hasil Estimasi Awal ... 62

3. Hasil Estimasi First Difference ... 63

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke Amerika. Dimana faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah volume ekspor karet Indonesia, jumlah produksi karet Indonesia, harga karet internasional, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar dan GDP Amerika Serikat.

Untuk analisis, penelitian ini menggunakan data time series kuartalan dari 2002 sampai 2011. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Teknik analisis akan menggunakan regresi linier Ordinary Least Square (OLS) first difference.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perubahan produksi karet, nilai kurs dan GDP Amerika Serikat signifikan mempengaruhi perubahan volume ekspor karet, sedangkan variabel perubahan harga karet internasional tidak signifikan mempengaruhi perubahan volume ekspor karet.

(16)

ABSTRACT

This research couducted to analysis the factor’s that influence Indonesian rubber export to United States. the factors observed of in this research, are the volume Indonesian rubber export, Indonesian rubber production, international rubber prices, exchange rate and GDP of United States.

The analysis, in object, introducing quanterly time series data from 2002-2011. model used in this research, uppleed the ordinary least square (OLS).

The research results show that indonesian rubber production, exchange rate and GDP of United States Significantion effect Indonesian rubber export. While, international rubber prices not significantion effect the Indonesian rubber export.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem

perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat

penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi

mensyaratkan bahwa kesejahteraan penduduk harus meningkat, dan salah satu

ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

ekonomi (Abdul, 2002).

Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dalam waktu

belakangan ini sudah menjadi perhatian berbagai kalangan. Perdagangan

internasional khususnya ekspor diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan agregat output yang sangat dominan

dalam perdagangan internasional. Suatu negara tanpa adanya jalinan kerjasama

dengan negara lain akan sulit untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.

Semenjak saat itu ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi

seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri

substitusi impor ke industri promosi ekspor. Ekspor memiliki peran yang penting

dalam waktu-waktu mendatang, apalagi dengan digulirkannya

perundingan-perundingan WTO menuju perdagangan dunia tanpa hambatan (Faisal, 2002).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk

(18)

Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan

perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8%

perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005

mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan

melakukan peremajaan dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani

serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20

tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun

1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0 juta ton pada tahun 2005.

Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai

US$ 2.0 milyar, dan diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2006 akan

mencapai US $ 4,2 milyar.

Berikut ini adalah tabel hasil produksi karet alam di Indonesia berdasarkan

kepemilikan perkebunan rakyat, BUMN dan swasta :

Tabel 1.1 Produksi Karet Alam Indonesia (ribu Ton)

Produksi Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perkebunan rakyat masih

mendominasi sekitar 80% dari total produksi karet alam di Indonesia dari tahun

(19)

2005 hingga tahun 2010 terus mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2009

sedikit mengalami koreksi, dimana hal ini kemungkinan disebabkan adanya krisis

global yang menyebabkan kelesuan diseluruh negara sehingga permintaan

terhadap karet alam Indonesia juga mengalami pengaruh yang signifikan.

Arah pembangunan Sub sektor Perkebunan seperti yang ditetapkan oleh

Direktoraat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, adalah mewujudkan perkebunan

yang efisien, produktif dan berdaya saing tinggi untuk kemakmuran rakyat secara

berkeadilan dan berkesinambungan. Program Pembangunan Perkebunan yaitu

melaksanakan pengembangan Agribisnis yang berbasis komoditas dan

memantapkan ketahanan pangan. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

mempertangguh daya saing, guna menghadapi sistem perdagangan bebas.

Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang menyebabkan terjadinya

inflasi yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena kurangnya kepercayaan

masyarakat pada pemerintahan waktu itu. Krisis ini mengakibatkan perekonomian

menjadi tidak stabil dimana harga-harga barang melambung dan tidak terkendali.

Sehingga sangat berdampak terhadap rakyat kecil. Untuk mengatasi keadaan

tersebut pemerintah berusaha mengambil kebijakan-kebijakan baru yang bisa

menekan tingginya inflasi. Meskipun krisis ini sangat mempengaruhi

perekonomian Indonesia namun untuk sektor ekspor terutama ekspor karet ke

Amerika tidak terlalu terpengaruh.

Bukan hanya produksi karet saja yang didominasi oleh perkebunan rakyat,

luas lahan perkebunan karet di Indonesia juga didominasi oleh perkebunan rakyat.

Dimana dominasi tersebut perkuat dengan trend pertumbuhan luas lahan dari

(20)

perkebunan milik BUMN dan Swasta. Adapun tabel perkembangan luas lahan

perkebunan karet di Indonesia berdasarkan kepemilikan lahan tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 1.2 Luas Perkebunan Karet Indonesia (ribu Ha) Luas

Kebun

Tahun

2005 % 2006 % 2007 % 2008 % 2009 % 2010 % Rakyat 2.767 89,1 2.838 80,1 2.899 80,0 2.910 80,2 2.921 80,8 2.936 81,3

BUMN 238 9,9 238 9,7 239 9,8 238 9,7 238 9,2 236 9,0

Swasta

275 10,0 275 10,2 276 10,2 275 10,1 275 10,0 273 9,7

Total 3.280 100 3.346 100 3.414 100 3.424 100 3.435 100 3.445 100 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012.

Karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif lebih stabil

dibandingkan dengan karet alam. Selain itu, karet sintetik yang umumnya

diproduksi dan dikonsumsi negara industri, harganya cenderung naik sejalan

dengan harga bahan baku, kenaikan biaya produksi dan tingkat inflasi dari negara

produsen. Hal ini sangat berbeda dengan harga karet alam yang berfluktuasi yang

dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca/iklim), nilai tukar dan perkembangan

ekonomi negara konsumen. Untuk menghindari kerugian karena gejolak harga

karet alam, pasar berjangka (future trading) karet menyediakan sarana dan

(21)

Tabel 1.3 Harga Karet Alam Internasional (US Dollar/100 gr)

Kuartal

Tahun

2008 2009 2010 2011

I 264,75 155,90 336,35 544,85

II 307,95 219,60 380,65 536,60

III 304,80 235,65 376,50 460,15

IV 140,65 297,25 461,50 399,55

Jumlah 1018.15 908.4 1555 1941.15 Sumber : International Rubber Study Group, 2012.

Pasar berjangka karet alam yang saat ini menjadi panutan/pedoman dunia

adalah Singapura (SICOM) dan Jepang (TOCOM), serta yang relatif baru di

Thailand (AFET) dan China (SHFE). Sedangkan pasar fisik (physical/spot) karet

alam, selain di Singapura dan Jepang juga terdapat di negara produsen seperti

Malaysia dan Thailand serta di negara-negara konsumen seperti di Amerika

Serikat, Inggris, dan Jepang.

Dengan harga minyak bumi dan tingkat suku bunga jangka pendek, inflasi

yang tinggi serta adanya bencana alam, pertumbuhan ekonomi global tetap

kontinu sesuai dengan harapan. Hal tersebut ditunjang oleh kondisi pasar uang

dan kebijakan ekonomi makro yang akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat masih tetap menjadi lokomotif pertumbuhan global, dengan pertumbuhan

ekonomi Jepang mulai menggeliat, dan pemulihan ekonomi di daratan Eropa

mulai menunjukan tanda-tanda berkelanjutan, walaupun pertumbuhan permintaan

domestiknya belum pulih. Pertumbuhan ekonomi yang menonjol untuk negara

(22)

Tabel 1.4 Perkembangan GDP Amerika (Milyar Dollar) Kuartal

Tahun

2008 2009 2010 2011

I 14.273,90 13.893,70 14.277,90 14.867,80

II 14.415,50 13.854,10 14.467,80 15.012,80

III 14.395,10 13.920,50 14.605,50 15.176,10

IV 14.081,70 14.087,40 14.755,00 15.319,40

Jumlah 57166,20 55755,70 58106,20 60376,10 Sumber : US Statistic (data diolah).

Amerika Serikat diharapkan dengan pertumbuhan GDP yang relatif rendah

seperti terlihat pada tabel di atas, tetapi dengan kenaikan pendapatan, tabungan

yang tinggi dan tingkat pembelanjaan kapital yang meningkat pada tahun 2011,

tetap menjadi lokomotif perekonomian dunia, sehingga dengan adanya depresiasi

dollar akan menjadikan keseimbangan melalui naiknya ekspor, dimana barang

ekspor menjadi lebih kompetitif pada pasar dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar di

dunia disamping Malaysia dan Thailand. Keunggulan Indonesia dalam

peningkatan produksi karet untuk yang masa yang akan datang adalah pada masih

tersedianya lahan tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon

karet. Produksi karet di Malaysia dan Thailand terus mengalami penurunan karena

kebijakan pemerintahnya.

Diantara beberapa negara tujuan utama ekspor karet Indonesia seperti

Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan lainnya, Amerika

Serikat merupakan negara yang paling banyak mengimpor karet dari Indonesia.

Setelah ada tanggapan positif dari para pelaku ekonomi dan masyarakat pada

(23)

perekonomian dapat membaik. Hal itu ditunjukkan dengan mulai normalnya

harga-harga barang di pasaran.

Tabel 1.5 Volume Ekspor Karet Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama (metrik Ton)

Negara Tujuan

Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jepang 357.539 397.776 400.693 272.878 313.242 387.655

Korea Selatan 90.593 93.091 106.460 99.548 91.810 120.059

China 337.222 341.821 318.841 457.118 418.098 409.377

Singapura 135.406 161.255 151.260 100.165 117.592 104.262

Amerika Serikat 590.946 644.270 622.167 394.307 546.548 607.870

Kanada 66.045 53.628 59.163 51.210 69.546 77.262

Brasil 48.360 65.749 77.066 58.507 110.079 94.426

Perancis 42.989 48.197 46.380 30.083 47.779 65.642

Jerman 82.100 80.809 57.705 36.639 57.492 60.757

Spanyol 40.954 41.538 41.885 25.299 43.061 59.065

Lainnya 493.843 478.622 413.836 465.509 536.668 569.364

Jumlah 2.285.997 2.406.756 2.295.456 1.991.263 2.351.915 2.555.739 Sumber : BPS Indonesia, 2012.

Sekarang ini konsumen karet dunia semakin meningkat. Sampai tahun

2005 konsumsi karet dunia akan naik dari 15 juta ton menjadi 20 juta ton. Selain

itu harga karet dunia menembus 1 dollar AS per kilogram dan diyakini akan terus

naik mendekati 1,77 dollar AS per kilogram seperti pada masa kejayaan karet

pada tahun 1958. Dengan asumsi tersebut, maka ke depan prospek komoditas

perkebunan yang paling menjanjikan adalah karet (Kompas 5 April 2003). Karena

itu, investasi paling berharga dalam perkebunan saat ini adalah peremajaan pohon

(24)

Tabel 1.6 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Serikat Dalam Bentuk Remah Tahun 2005-2010 (000ton)

Sumber : BPS, Tahun 2010/2011

Pada tabel 1.6 dapat di jelaskan bahwa dari tahun 2005 perkembangan

ekspor karet Indonesia ke Amerika sebesar 633,5 ton, tahun 2006 557,2 ton, tahun

2007 609,0 ton, tahun 2008 589, 5 ton, 2009 368,5 ton dan 2010 507,4 ton, untuk

ekspor karet ke Amerika dalam US$ pada tahun 2005 520,0, tahun 2006 685,3,

tahun 2007 803,8, tahun 2008 1039,7, tahun 2009 1216,5, dan tahun 2010 1571.9.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berusaha untuk mengetahui lebih

jauh mengenai seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa faktor

terkait terhadap permintaan ekspor karet. Untuk itu penulis menuangkannya

dalam skripsi dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT.

(25)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah yang dimaksud adalah :

1. Bagaimana pengaruh produksi karet Indonesia terhadap ekspor karet

Indonesia ke Amerika Serikat?

2. Bagaimana pengaruh harga karet internasional terhadap ekspor karet

Indonesia ke Amerika Serikat?

3. Bagaimana pengaruh nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah terhadap

ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat?

4. Bagaimana pengaruh GDP Amerika terhadap ekspor karet Indonesia ke

Amerika Serikat?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh produksi karet Indonesia terhadap ekspor

karet Indonesia ke Amerika Serikat.

2. Untuk menganalisis pengaruh harga karet internasional terhadap ekspor

karet Indonesia ke Amerika Serikat.

3. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah

terhadap ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat.

4. Untuk menganalisis pengaruh GDP Amerika terhadap ekspor karet

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui penulisan tesis ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan dan pemantapan teori dan ilmu yang penulis

peroleh selama kuliah di Magister Ekonomi Pembangunan Universitas

Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

sumber referensi bagi peneliti yang berminat dengan pembahasan yang

sejenis di masa mendatang.

3. Sebagai bahan masukan untuk para pengambil kebijakan ekonomi pusat

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini

mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet berwarna hijau.

Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang

tangkai daun utama 3 – 20 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3 – 10 cm dan

pada ujungnya terdapat kelenjar. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan

ujung runcing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam. Bunga karet terdiri dari

bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang.

Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang

berbentuk setengah bola. Bila buah sudah masak maka akan pecah dengan

sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman

karet secara alami.

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Ukuran biji besar dengan kulit

keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji

karet sebenarnya berbahaya karena mengandung racun. Akar tanaman karet

merupakan akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh

(28)

2.2. Jenis-jenis Karet

2.2.1. Perbedaan karet alam dengan karet sintetis

Karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah

karet sintetis atau buatan pabrik. Sesungguhnya karet alam belum dapat

digantikan oleh karet sintetis karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

• Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna

• Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah

• Mempunyai daya aus yang tinggi

• Tidak mudah panas (low heat build up)

• Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking

resistance)

Karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia

dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada

pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu, maka biasanya

pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan.

Walaupun memiliki beberapa kelemahan, karet alam tetap mempunyai

pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tetap memiliki ketergantungan yang

besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan

pemakai terbesar karet alam. Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet

sintetis adalah 1:2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah, bahkan

hanya setengah dari produksi karet sintetis, tetapi sesungguhnya jumlah produksi

(29)

2.2.2.Jenis-jenis karet alam

Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah :

a. Bahan olah karet

• Lateks kebun, adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon

karet.

Sheet angin, adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah

disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang

sudah digiling tetapi belum jadi.

Slab tipis, adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah

digumpalkan dengan asam semut.

Lump segar, adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan

lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

b. Karet alam konvensional

Ribbed smoked sheet (RSS), adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang

mendapat proses pengasapan dengan baik.

White crepe dan Pale crepe, merupakan crepe yang berwarana putih atau

muda. White crepe dan Pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.

Estate brown crepe, merupakan crepe yang berwarna coklat. Selain itu

karena banyak dihasilkan oleh perkebunan besar atau estate.

Compo crepe, adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap

pohon, potongan-potongan sisa dari RSS, atau slab basah. Scrap tanah

tidak boleh digunakan.

Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena

(30)

Thick blanket crepes ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dan

berwarna cokelat.

Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis

crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk

scrap tanah yang berwarna hitam.

Pure smoked blanket crepe, merupakan crepe yang diperoleh dari

penggilingan karet asap yang khusus berasal dari Ribbed smoked sheet,

termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau sisa dari potongan

Ribbed smoked sheet.

Off crepe, merupakan crepe yang tidak tergolong bentuk baku atau

standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembentukan langsung dari

bahan lateks yang masih segar.

c. Lateks pekat

Adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran

atau padatan lainnya.

d. Karet bongkah atau Block rubber

Adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi

bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan.

e. Karet spesifikasi teknis atau Crumb rubber

Adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya.

f. Tyre rubber

Adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang

setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk

(31)

g. Karet reklim atau Reclaimed rubber

Adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas. Boleh

dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah di

vulkanisir.

2.2.3.Karet sintetis

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku

minyak bumi. Berikut macam karet sintetis :

a. Karet sintetis untuk kegunaan umum

• SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintetis yang

paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor

atau panas yang ditimbulkan juga rendah.

• BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih

rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit.

• IR (isoprene rubber) atau polyisoprene rubber, mirip dengan karet alam

karena sama-sama merupakan polimer isoprene.

b. Karet sintetis untuk kegunaan khusus

• IIR (isobutene isoprene rubber)

Sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap

sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan asap.

• NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber

Adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling sering

digunakan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak.

(32)

• CR (clhoroprene rubber)

Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR masih

kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara,

bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api.

• EPR (ethylene propylene rubber)

Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar

matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Kelemahannya pada

daya lekat yang rendah.

2.3. Perdagangan Internasional

Dapat didefinisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu

negara asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan

oleh perusahaan multinasional corporation untuk melakukan perpindahan barang

dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan tekhnologi

(pabrik) dan perpindahan merek dagang. Robbock membahas “Perdagangan

Internasional” dari sudut pandang manajemen dan memerinci kegiatan-kegiatan

perdagangan sebagai berikut (Harry, 1995) :

• Perdagangan Internasional terjadi melalui perpindahan barang-barang,

perpindahan jasa-jasa dari satu negara ke negara lain yang disebut transfer

of good and services.

• Perdagangan Internasional juga melewati perpindahan modal yaitu

masuknya investasi asing dari luar negeri yang disebut transfer of capital.

• Tenaga kerja juga merupakan objek dalam Perdagangan Internasional.

(33)

tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari luar negeri. Pada kenyataannya,

unskilled labor dapat juga memperoleh pekerjaan di luar negeri.

• Perdagangan Internasional dapat dilakukan melalui transfer of technology

yaitu dengan cara mendirikan pabrik-pabrik di negara-negara lain.

• Keberhasilan dari suatu Perdagangan Internasional tergantung dari transfer

of data dan informasi terutama dalam penyampaian informasi tentang

kepastian tersedianya bahan baku dan pangsa pasar.

2.4. Teori Perdagangan Internasional

1. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith)

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil

bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory)

perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan

perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan

banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin

banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut

(Labor Theory of value )

Teori absolute advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori

nilai tenaga kerja, Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab

menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta

merupakan satu-satunya factor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu

tidak homogen, factor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak

(34)

menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah

dari negara lain.

Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan

bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda,

dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran

negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan

absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada

keuntungan.

Bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional

karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara

tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang jika negara

tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (Hamdy, 2001). Teori absolute

advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:

• Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.

• Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.

• Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.

• Biaya transpor ditiadakan.

2. Comparative Advantage dari JS Mill

Teori ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan

kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage

terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu

barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang

(35)

Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya

tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Dasar nilai

pertukaran (term of Trade) ditentukan dengan batas - batas nilai tujar masing -

masing barang didalam negeri. Kelebihan untuk teori comparative advantage ini

adalah dapat menerangkan berapa nilai tukar dan berapa keuntungan karena

pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori absolute

advantage.

3. Comparative Cost Dari David Ricardo

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana Negara tersebut dapat

berproduksi relative lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut

berproduksi relative kurang/tidak efisien. Berdasarkan contoh hipotesis dibawah

ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative advantage dari David Ricardo

adalah cost comparative advantage.

Suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional

jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara

tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana

negara tersebut berproduksi relatif kurang / tidak produktif

Kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak dapat menjelaskan

mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara 2 negara. Sedangkan

kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat

terjadi walaupun hanya 1 negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan

(36)

Advantage atau production Comparative Advantage. Teori ini mencoba melihat

kuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif. Teori ini berlandaskan pada

asumsi:

• Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh

jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang

tersebut, dimana nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga

kerja yang dipergunakan untuk memproduksinya.

• Perdagangna internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan

barang.

• Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal

pemasaran

• Produksi dijalankan dengan biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak

berpengaruh.

Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu ,

suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang

dan mengekspornya bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan

akan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai

kerugian dalam memproduksi.

• Paham klasik dapat menerangkan comparative advantage yang diperoleh

dari perdagangan luar negeri timbul sebagai akibat dari perbedaan harga

relatif ataupun tenaga kerja dari barang-barang tersebut yang

diperdagangkan.

Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan yang

(37)

atau keunggulan komparatif, baik secara cost comparative (labor efficiency)

maupun production comparative (labor productivity).

Menurut teori cost comparative (labor efficiency), suatu negara akan

memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi

produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif

lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif

kurang/tidak efisien.

Sedangkan menurut Production comparative advantage (labor

productivity), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan

internasioanal jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang

dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor

barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak produktif (Hamdy,

2001).

4. Teori H-O

Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak/ murah dalam

memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor

barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka/ mahal dalam

memproduksinya.

Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan

dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif

yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari

(38)

• Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam

suatu negara.

• Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses

produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.

Dalam analisisnya, teori H-O menggunakan dua kurva yaitu, kurva

Isocost, kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan kurva

Isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama

(Hamdy, 2001). Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal

atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis teori

H-O :

• Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau

proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing Negara

• Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki

masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi

yang dimilkinya.

• Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi

dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor

produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya

• Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu

karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan

mahal untuk memproduksinya.

Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi

yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis

(39)

5. Paradoks Leontief

Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output

matriks, melalui study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan

fakta, fakta itu mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor).

Amerika serikat tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut

sebagai paradoks leontief. Berdasarkan penelitian lebiih lanjut yang dilakukan ahli

ekonomi perdagangan ternyata paradox liontief tersebut dapat terjadi karena

empat sebab utama yaitu :

• Intensitas faktor produksi yang berkebalikan

• Tariff and Non tariff barrier

• Pebedaan dalam skill dan human capital

• Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam

Kelebihan dari teori ini adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga

kerja terdidik maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara

kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.

6. Teori International Product Life Cycle (IPLC)

Ada ketidak sesuaian asumsi teori H-O sehingga menimbulkan berbagai

pertanyaan. Teori siklus kehidupan produk merupakan jawaban atas kegagalan

teori H-O yang dikemukakan oleh Raymond Vernon pada tahun 1966 yaitu bahwa

jalan hidup suatu produk menimbulkan keunggulan komparatif pada tiap tahap

menciptakan perdagangan. Menurut model ini, pada tahap awal penciptaan sebuah

produk baru dan pengenalannya ke pasar, biasanya proses produksinya

(40)

memperoleh pasar yang luas, maka produk itupun menjadi standar (Salvatore,

1997).

Menurut Sak Onkvisit dan John J. Shaw, berdasarkan teori IPLC terdapat

lima tahapan, yaitu tahap I sampai tahap V yang memberi gambaran tentang

perkembangan suatu produk. Tahapan-tahapan itu adalah (Hamdy, 2001) :

• Inovasi lokal

• Inovasi di luar negeri

Maturity

• Imitasi di luar

• Pembalikan

7. Teori Opportunity Cost

Opportunity Cost digambarkan sebagai production possibility curve (PPC)

yang menunjukkan kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu Negara

dengan sejumlah faktor produksi secara full employment. Dalam hal ini bentuk

PPC akan tergantung pada asusmsi tentang Opportunity Cost yang digunakan

yaitu PPC Constant cost dan PPC increasing cost

8. Offer Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)

Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu

Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan

kesediaan suatu Negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan

(41)

Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh

manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang

lebih tinggi. Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan

harga factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan

harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan

comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara.

Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa

diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional.

2.5. Penelitian Terdahulu

1. Wira Rahadi (2000), dengan judul penelitiannya adalah “Analisis Ekspor

Karet Alam Indonesia Ke Amerika Tahun 1971-1998”. Metode analisis yang

digunakan adalah regresi linier berganda. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara Volume ekspor karet alam Indonesia dengan

variabel-variabel yang mempengaruhinya yaitu harga karet alam dunia, harga

karet sintetis, produksi karet alam Indonesia, GDP riil Amerika Serikat

sebagai negara tujuan dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.

Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dengan urutan dari variabel

yang sangat berpengaruh hingga variabel yang pengaruhnya lebih kecil adalah

GDP riil Amerika Serikat, harga karet alam dunia, nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika Serikat, produksi karet alam Indonesia dan harga karet

(42)

2. Fistina Devi (2001), dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Ekspor Timah Putih Indonesia ke Singapura Tahun 1978 –

1997”. Penelitiannya menggunakan alat analisis regresi log natural. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nilai ekspor timah putih

Indonesia ke Singapura dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya

yaitu harga timah putih, konsumsi dalam negeri, biaya transportasi dan nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hasil dari penelitian diketahui bahwa

variabel harga timah putih, biaya tranportasi, konsumsi dalam negeri dan nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika secara bersama-sama berpengaruh

tehadap ekspor timah putih Indonesia. Selain itu, secara statistik

variabel-variabel independen yang terdiri dari harga timah putih, biaya transportasi,

konsumsi dalam negeri dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

mampu menjelaskan variasi pada variabel dependen yaitu ekspor timah putih

Indonesia sebesar 87,39 % (R squared = 0,864321).

3. Dian Cahyono (2004), dengan judul penelitiannya adalah “Analisis

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tembakau Olahan Indonesia Oleh

Singapura 1986-2002”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Volume

ekspor tembakau Indonesia ke Singapura dengan variabel-variabel yang

mempengaruhinya yaitu harga tembakau internasional, GDP riil Singapura

sebagai negara tujuan dan nilai tukar Dollar Singapura terhadap Rupiah. Hasil

dari penelitian diketahui bahwa variabel harga tembakau internasional dan

(43)

nilai tukar dollar Singapura ke rupiah tidak berpengaruh secara nyata terhadap

ekspor tembakau Indonesia oleh Singapura.

4. Ajeng Wulandari (2006), dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet dari Indonesia ke Amerika kurun waktu

1983-2003”. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logaritma linier kuadrat

terkecil. Dari analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa secara

statistik yang mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke Amerika

adalah GDP Amerika, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan juga

variabel dummy. Sedangkan harga karet alam dunia dan harga karet sintetis

tidak mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke Amerika secara nyata.

2.6. Kerangka Konseptual

Indonesia terkenal sebagai salah satu produsen karet yang sangat penting

dalam ekonomi dunia. Tanaman karet juga memiliki peranan yang besar dalam

kehidupan perekonomian Indonesia. Karet termasuk komoditi sosial prioritas

tinggi. Komoditi tersebut mempunyai peranan strategis, tidak saja merupakan

sumber penghasilan devisa utama di sektor pertanian, tetapi lebih penting lagi

adalah rangkaian kegiatan produksi karet termasuk pengolahan dan pemasarannya. Itu

semua menciptakan lapangan kerja yang cukup banyak menyerap tenaga. Banyak

penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Karet tak

hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki

areal mencapai ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat.

Sehubungan dengan adanya pemikiran bahwasannya ekspor karet

Indonesia dipengaruhi berbagai faktor selain permintaan dan penawaran terhadap

(44)

Amerika dan faktor penawaran diwakili oleh jumlah produksi karet dalam negeri,

sedangkan harga karet dunia dan kurs merupakan variabel yang mempengaruhi

permintaan dan penawaran itu sendiri.

Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia ke Amerika

2.7. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Produksi Karet Indonesia berpengaruh positif terhadap volume ekspor

karet Indonesia ke Amerika Serikat.

2. Harga karet internasional akan berpengaruh positif terhadap volume

ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat.

3. Nilai Kurs akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet

Indonesia ke Amerika Serikat.

4. GDP Amerika akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet

Indonesia ke Amerika Serikat. Produksi Karet

Harga Karet Dunia

GDP Amerika Kurs

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi

ekspor karet Indonesia ke Amerika. Dengan variabel penelitiannya adalah volume

ekspor karet Indonesia, produksi karet alam Indonesia, harga karet alam dunia,

nilai kurs dan GDP Amerika.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu

triwulanan mulai dari triwulan pertama tahun 2002 sampai triwulan keempat

tahun 2011, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan data

pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer SPSS ver. 19 dalam mengolah

dan menganalisis data penelitian di dalam tesis ini.

3.4 Model Analisis

Model analisis yang akan digunakan merupakan model ekonometrik

dengan menggunakan teknik analisis Ordinary Least Square (OLS). Adapun

(46)

Ekspor = f (produksi karet, harga karet alam, kurs dan GDP Amerika) ... (1)

Adapun model persamaannya dengan menggunakan pendekatan first

different adalah sebagai berikut :

∆EKt = β0+ β1∆Prodt+ β2∆Hrgt+ β3∆Kurst+ β4∆GDPt + εt ... (2)

Dimana :

∆EK = Perubahan Volume ekspor karet Indonesia

∆Prod = Perubahan Produksi karet alam Indonesia

∆Hrg = Perubahan Harga karet alam dunia

∆Kurs = Perubahan Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

∆GDP = Perubahan Gross Domestik Produk Amerika

β0 = Intersep

β1 – β4 = koefisien regresi

t = Triwulan (1, 2, ..., 39)

ε = Kesalahan pengganggu

3.5 Uji Asumsi Klasik 3.5.1 Uji Normalitas

Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus

memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varians

infinitif (ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar). Hasil pendugaan

yang memiliki varians infinitif menyebabkan pendugaan dengan metode OLS

akan menghasilkan nilai dugaan yang not meaningful (tidak berarti). Hal ini

mengindikasikan bahwa uji F dan t terhadap parameter pendugaan tidak

(47)

pendugaan tidak efektif, namun hasil uji F dan t terhadap parameter penduga

masih memiliki nilai (Verbeek et. al, 2000 dan Thomas, 1997).

Di dalam program SPSS salah satu metode untuk melihat enormalan data

adalah dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Dimana Kolmogorov-Smirnov test

mempunyai distribusi derajat bebas dua. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov test lebih

besar dari nilai α = 5 persen, maka tolak hipotesis nul yang berarti data

berdistribusi normal. Jika hasil Kolmogorov-Smirnov test lebih kecil dari nilai α =

5 persen, maka terima hipotesis nul yang berarti data tidak berdistribusi normal.

Sedangkan pendekatan lain adalah dengan cara melihat gambar grafik, dimana

semakin dekat titik-titik data kepada garis kenormalan maka dapat disimpulkan

bahwa data telah berdistribusi normal.

3.5.2 Uji Multikolinieritas

Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna

atau pasti diantara beberapa variable atau semua variable independen dalam

model. Pada kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi

menunjukkan pengaruh murni dari variable independen dalam model. Ada

beberapa model untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas. Untuk

mendeteksi multikolinearitas digunakan uji pada variable-variabel bebas dengan

pengukuran terhadap Varian Inflatio Factor (VIF) dan Tolerance (Tol) apabila

nilai VIF berada di bawah 10 dan nilai Tol berada di atas 1 dikatakan bahwa

(48)

3.5.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan yang terjadi antara variabel-variabel

dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Dengan kata

lain, autokorelasi akan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan

dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan

pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode

sebelumnya. Adapun alat penguji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi adalah :

Durbin-Watson test (D-W test)

DW test dapat dirumuskan sebagai berikut :

(

)

Di dalam pengujian autokorelasi ini, maka terlebih dahulu harus

ditentukan besarnya nilai kritis dari dU dan dL berdasarkan jumlah pengamatan

dan variabel bebasnya.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0: ρ = 0, tidak ada gejala autokorelasi

Ha: ρ≠ 0, ada gejala autokorelasi

Dengan kriteria sebagai berikut :

H0 diterima jika (dU < d < 4 – dU),

Artinya data pengamatan tidak terdapat gejala autokorelasi.

H0 ditolak jika (d < dL) atau (d > 4 – dL),

(49)

Tidak ada kesimpulan jika (dL≤ d ≤ dU) atau (4 – dU≤ d ≤ 4 – dL),

Artinya Uji Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan yang pasti

terhadap ada atau tidaknya gejala autokorelasi pada data pengamatan.

3.6 Uji Kesesuaian Model

3.6.1 Koefisien Determinan (R Square)

Koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar

variabel-variabel bebas memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel terikat. Dimana jika

R2 = 0, artinya variabel-variabel bebas tidak dapat menerangkan hubungan

terhadap variabel terikat. Sedangkan jika R2 = 1, artinya variabel-variabel bebas

mampu menerangkan hubungan terhadap variabel terikat.

3.6.2 Uji t (uji parsial)

Merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing

koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan

menganggap variabel independen lainnya konstan. Pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai t hitung

dapat diperoleh melalui rumus berikut ini :

(

)

Berdasarkan Uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

(50)

Ha: βi ≠ 0

Dengan kriteria sebagai berikut :

Ho diterima jika t hitung < t tabel

Artinya ada variabel independen yang tidak secara nyata mempengaruhi variabel

dependen.

Ho ditolak jika t hitung > t tabel

Artinya ada variabel independen yang secara nyata mempengaruhi variabel

dependen.

3.6.3 Uji F (uji serempak)

Merupakan pengujian untuk melihat seberapa besar variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini juga

dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai F hitung dapat diperoleh melalui

rumus berikut ini :

(

)

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho: β1 = β2= β3= β4 = 0

Ha: β1= β2= β3= β4 ≠ 0 (paling sedikit satu variabel)

(51)

Ho diterima jika F hitung≤ F tabel

Artinya seluruh variabel independen tidak secara nyata mempengaruhi variabel

dependen.

Ho ditolak jika F hitung > F tabel

Artinya seluruh variabel independen secara nyata mempengaruhi variabel

dependen.

3.7 Definisi Operasional

1. Ekspor karet Indonesia merupakan total volume ekspor karet Indonesia yang

telah berangkat dari seluruh pelabuhan tujuan ekspor dalam satuan metrik ton.

2. Produksi karet alam Indonesia merupakan hasil keseluruhan produksi

perkebunan karet di Indonesia selama satu periode dalam satuan ribu ton.

3. Harga karet alam dunia merupakan harga penjualan karet alam yang tercatat

di bursa pasar karet dunia di Singapura dan Tokyo dalam satuan US

Dollar/100 gr.

4. Kurs merupakan nilai tukar tengah Rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika

dalam satuan rupiah.

5. Gross Domestik Produk Amerika merupakan pendapatan seluruh elemen

(52)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan ditampilkan nilai dari seluruh variabel penelitian

dalam bentuk tabel dan grafik sehingga akan terlihat perkembangan variabel

penelitian tersebut selama periode penelitian.

4.1.1 Volume Ekspor Karet Indonesia

Perkembangan volume ekspor karet Indonesia selama periode penelitian

secara umum menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini menunjukkan

perbaikan perekonomian Indonesia yang sempat terpuruk akibat krisis moneter

pada periode 1997-1998. Sehingga dengan adanya peningkatan ekspor karet ini

diharapkan terjadinya peningkatan perbaikan taraf hidup petani karet secara

umum dan akan memberikan dampak yang positif terhadap pemerataan distribusi

pendapatan kepada seluruh elemen rakyat Indonesia.

Adapun tabel perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun

2007-2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Perkembangan Volume Ekspor Karet Indonesia (Metrik Ton) Kuartal Tahun

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa volume ekspor karet Indonesia

(53)

ton. Hal ini kemungkinan disebabkan dampak perekonomian dunia yang sedang

terpuruk akibat berbagai krisis yang terjadi sehingga mengganggu permintaan

terhadap karet Indonesia dan berakibat negatif terhadap volume ekspor karet

Indonesia. Sedangkan pada kuartal pertama tahun 2011 merupakan volume ekspor

karet Indonesia tertinggi yang berjumlah 4.000 metrik ton. Hal ini kemungkinan

disebabkan adanya peningkatan produksi karet dalam negeri yang didorong

tingginya harga karet internasional sehingga meningkatkan jumlah karet yang

diekspor ke luar negeri.

Adapun grafik perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun

2007-2011 adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1 Perkembangan Volume Ekspor Karet Indonesia (Metrik Ton)

Dari gambar di atas dapat dilihat pada tahun 2007 terdapat trend

penurunan volume ekspor karet Indonesia, kemudian pada tahun 2008-2010

prospek karet mengalami perbaikan ditandai dengan adanya trend peningkatan

volume ekpor karet Indonesia selama periode tersebut. Sedangkan pada tahun

2011, walaupun merupakan masa keemasan ekspor karet Indonesia -ditandai

(54)

dengan puncak ekspor tersebut tetapi secara umum pada tahun ini trend penurunan

yang terjadi.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir,

terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin

seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan

permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan

karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang

relatif stagnan.

4.1.2 Jumlah Produksi Karet Indonesia

Perkembangan produksi karet Indonesia selama periode penelitian secara

umum menunjukkan perkembangan yang relatif konstan walaupun sangat rendah.

Hal ini menunjukkan masih rendahnya produktivitas tanaman karet yang ada di

Indonesia akibat masih rendahnya pertumbuhan luas lahan perkebunan karet dan

pemanfaatan teknologi di dalam pengembangan kualitas dan kuantitas produksi

karet di Indonesia. Selain itu, prospek bisnis karet juga seakan tenggelam dengan

meningkatnya hegemoni masyarakat dan pengusaha terhadap komoditas

perkebunan lainnya seperti kelapa sawit. Dimana hal ini merupakan penyebab

(55)

Adapun tabel perkembangan produksi karet Indonesia tahun 2007-2011

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perkembangan Produksi Karet Indonesia (Ribu Ton) Kuartal Tahun

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi karet Indonesia terendah

terjadi pada kuartal pertama tahun 2009 yang berjumlah 2,06 juta ton. Hal ini

kemungkinan disebabkan adanya penurunan harga karet internasional sehingga

berdampak terhadap hasrat pemilik perkebunan karet untuk mengekspor hasil

karetnya sehingga menurunkan produksi karet Indonesia. Sedangkan pada kuartal

pertama tahun 2011 merupakan produksi karet Indonesia tertinggi yang berjumlah

5 juta ton. Hal ini kemungkinan disebabkan tingginya harga karet internasional

sehingga meningkatkan jumlah karet yang diekspor ke luar negeri dan berdampak

terhadap produksi karet Indonesia sehingga pemilik perkebunan akan

mendapatkan hasil yang lebih banyak.

Menurut International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan

terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal ini

menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti

Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG

membentuk Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk melakukan studi tentang

permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035. Hasil studi REP

(56)

adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton

diantaranya adalah karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan

8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan

mencapai 3% per tahun, sedangkan Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%.

Pertumbuhan produksi Indonesia ini dapat dicapai melalui peremajaan atau

penaman baru karet yang cukup luas, dengan perkiraan produksi pada tahun 2020

sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton.

Adapun grafik perkembangan produksi karet Indonesia tahun 2007-2011

adalah sebagai berikut :

Gambar 4.2 Perkembangan Produksi Karet Indonesia (Ribu Ton)

Dari gambar di atas dapat dilihat pada tahun 2007-2008 terdapat trend

produksi karet Indonesia yang konstan, kemudian pada tahun 2009-2010 prospek

karet mengalami perbaikan ditandai dengan adanya trend peningkatan produksi

karet Indonesia selama periode tersebut. Sedangkan pada tahun 2011, walaupun

merupakan masa keemasan ekspor karet Indonesia ditandai dengan puncak

produksi tersebut tetapi secara umum pada tahun ini trend penurunan yang terjadi.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

(57)

4.1.3 Harga Karet Internasional

Perkembangan harga karet internasional selama periode penelitian secara

umum menunjukkan perkembangan yang meningkat walaupun pada

periode-periode tertentu mengalami gejolak. Hal ini menunjukkan masih tingginya

pengaruh permintaan dan penawaran karet terhadap harga di pasar internasional,

selain itu kondisi cuaca dan perekonomian baik untuk begara pengekspor maupun

negara tujuan ekspor memiliki pengaruh yang tidak kecil terhadap persediaan

karet dunia yang pada akhirnya mempengaruhi harga di pasar internasional.

Adapun tabel perkembangan harga karet internasional tahun 2007-2011

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perkembangan Harga Karet Internasional (USD/100 gr) Kuartal Tahun

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa harga karet internasional terendah

terjadi pada kuartal keempat tahun 2008 yang bernilai 140 USD/100 gr. Hal ini

kemungkinan disebabkan adanya penurunan konsumsi karet dunia akibat lesunya

perekonomian negara-negara konsumen utama karet, sehingga menyebabkan

penurunan permintaan yang pada akhirnya harga karet internasional juga

mengalami koreksi. Sedangkan pada kuartal pertama tahun 2011 merupakan harga

(58)

disebabkan adanya perbaikan perekonomian secara global yang berdampak

terhadap peningkatan permintaan akan karet sehingga mendorong harga karet di

pasar internasional cenderung meningkat.

Bedasarkan data IRSG (2004a), ketakseimbangan (imbalance) penawaran

dan permintaan karet alam mulai terlihat sejak tahun 1900-an (surplus/defisit dari

penawaran karet alam), dan berpengaruh terhadap cadangan (stock) karet alam

dunia. Secara teoritis, harga diharapkan akan bereaksi dengan ketakseimbangan

penawaran dan permintaan. Dimana kenaikan harga terjadi karena defisit

penawaran dan turunnya harga karena surplus penawaran, akan tetapi hipotesis

tersebut tidak didukung kenyataan di lapangan. Hal tersebut tentunya akan

menyulitkan bagi pelaku pasar dalam mengambil keputusan.

Menurut Ng (1986), tidak berpengaruhnya surplus/defisit pasokan dan

cadangan terhadap harga karet dunia, disebabkan oleh adanya imperfect

knowledge terhadap penawaran dan permintaan global karet alam pada waktu

tertentu (adanya senjang waktu karena masalah akses informasi) serta adanya

kegiatan spekulasi dan hedging pada kegiatan pemasaran karet alam dunia seperti

(59)

Adapun grafik perkembangan harga karet internasional tahun 2007-2011

adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3 Perkembangan Harga Karet Internasional (USD/100 gr)

Dari gambar di atas dapat dilihat pada tahun 2007-2008 terdapat trend

peningkatan harga karet internasional, walaupun pada akhir periode tersebut harga

karet mengalami koreksi yang signifikan. kemudian pada tahun 2009-2010

prospek karet mengalami perbaikan ditandai dengan adanya trend peningkatan

harga karet internasional selama periode tersebut. Sedangkan pada tahun 2011,

walaupun merupakan masa keemasan harga karet dipasar internasional ditandai

dengan puncak harga tersebut tetapi secara umum pada tahun ini trend penurunan

yang terjadi.

0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 Produksi Karet Alam Indonesia (ribu Ton)
Tabel 1.2 Luas Perkebunan Karet Indonesia (ribu Ha)
Tabel 1.3 Harga Karet Alam Internasional (US Dollar/100 gr)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan data menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam,

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa produksi kopi berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap volume ekspor

Besarnya pengaruh yang diberikan oleh produksi panili Indonesia, harga ekspor panili Indonesia, harga domestik panili Indonesia, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah,

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah, dan volume ekspor the pada

Terjadinya krisis ekonomi Amerika Serikat berdampak terhadap ekpor karet Indonesia ke Amerika Serikat dengan mengalami penurunan nilai ekspor, harga dan produksi

dapat diinterprestasikan bahwa secara simultan ketiga variabel yang dihipotesiskan yaitu produksi karet alam di Indonesia (QKR), harga ekspor karet alam (HXKR) dan nilai tukar

Berdasarkan hasil Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) serta model regresi linear berganda untuk pengaruh volume ekspor kayu Indonesia, kurs rupiah

Pengaruh Produksi, Harga, dan Nilai Tukar Terhadap Volume Ekspor (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010