• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN LKS TERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON SMA N 1PERCUT SEI TUAN T.P 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN LKS TERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON SMA N 1PERCUT SEI TUAN T.P 2014/2015."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN LKS TERSTRUKTUR TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON SMAN 1 PERCUT SEI TUAN T.P 2014/2015

Oleh :

Domika Pariani Dongoran 4103121016

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

RIWAYAT HIDUP

(4)

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan LKS Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum

Newton SMAN 1 Percut Sei Tuan T.P 2014/2015

Domika Pariani Dongoran (NIM 4103121016)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah menggunakan LKS terstruktur terhadap hasil belajar pada materi pokok hukum newton di kelas X semester I SMA N 1 Percut Sei Tuan T.P. 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X Semester I SMA N 1 Percut Sei Tuan yang terdiri dari 5 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 5 kelas secara acak yaitu kelas X IPA 3 sebagai kelas eksperimen berjumlah 34 orang dan kelas X IPA 1 sebagai keelas kontrol berjumlah 35 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal.

Hasil pengujian pretes sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 37,65 dengan standar deviasi 10,82 dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol 38,86 dengan standar deviasi 9,63. Hasil uji t dua pihak data kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Selama proses pembelajaran, nilai rata-rata afektif adalah 72,35 dengan kategori nilai B, dan nilai rata-rata psikomotorik adalah 77,63 dengan kategori nilai B. Setelah pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 65,29 dengan standar deviasi 8,79 dan kelas kontrol 57,14 dengan standar deviasi 10,09. Dari hasil pengolahan data postes diperoleh bahwa thitung = 3,57 dan ttabel = 1,67, sehingga thitung > ttabel (3,57 > 1,67) maka H diterima yakni ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan LKS terstruktur dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional materi pokok hukum newton di kelas X semester I SMA N 1 Percut Sei Tuan T.P. 2014/2015.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode pembelajaran yang lebih menarik.

(5)

vi

DAFTAR ISI Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I: PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Rumusan Masalah 6

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 6

1.7 Defenisi Operasional 7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Kerang Teoritis 8

2.1.1 Pengertian Belajar 8

2.1.2 Hasil Belajar 9

2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran 11 2.1.4 Model Pembelajaran Problem Based Learning 13 2.1.4.1 Dukungan teoritis dan empiris PBL 14 2.1.4.2 Merancanakan Pelajaran PBL 15 2.1.4.3 Melaksanakan Pelajaran PBL 16 4.1.4.4 Menggunakan Learninng Centers untuk PBL 22

2.1.5 Lembar Kerja Siswa (LKS) 23

2.1.6 Kajian Penelitian Yang Relevan 26

2.1.7 Pembelajaran Konvensional 27

2.1.8 Materi Pembelajaran Hukum Newton 28

2.2 Kerangka Konseptual 30

2.3 Hipotesis 32

BAB III: METODE PENELITIAN 33

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 33

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 33

3.2.1 Populasi Penelitian 33

3.2.2 Sampel Penelitian 33

3.3 Variabel Penelitian 33

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 34

3.4.1 Jenis Penelitian 34

(6)

3.5 Prosedur Penelitian 35 3.5.1 Tahap Awal (Persiapan dan Perencanaan) 35 3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian 35

3.5.3 Rancangan Penelitian 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data 37

3.7 Instrumen Penelitian 37

3.7.1 Tes Hasil Belajar 37

3.7.2 Observasi Hasil Belajar 38

3.7.3 Observasi Ranah Aktifitas Psikomotorik 40 3.8 Pengujian Instrumen Penelitian 41

3.8.1 Validitas Tes 41

3.8.9 Validitas Isi 41

3.10 Teknis Analisis Data 42

3.10.1 Uji Normalitas 43

3.10.2 Uji Homogenitas 43

3.10.3 Uji Hipotesis 44

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

4.1 Hasil Penelitian 48

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian 48

4.1.1.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 48

4.1.2 Pengujian Analisis Data 50

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretes 50 4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes 50

4.1.2.3 Uji Hipotesis Data Pretes 50

4.1.3 Deskripsi Hasil Belajar Selama Proses Perlakuan 51 4.1.3.1 Deskripsi Hasil Belajar Ranah Afektif 52 4.1.3.1.1 Hasil Belajar Ranah Afektif di Kelas Eksperimen 52 4.1.3.1.2 Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Kontrol 54 4.1.3.2 Hasil Penelitian Ranah Psikomotorik 55 4.1.3.2.1 Hasil Penelitian Ranah Psikomotorik Kelas Eksperimen 55 4.1.3.2.2 Hasil Penelitian Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol 57 4.1.4 Deskripsi Hasil Belajar Postes 59

4.1.4.1 Uji Hipotesis Penelitian 60

4.2 Pembahasan Penelitian 60

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 65

5.1 Kesimpulan 65

5.2 Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 67

(7)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sitak Untuk PBL 20

Tabel 2.2 Perbedaan Teacher Centered Dan Learner Centered 22

Table 2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan 26

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 34

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Pada Materi Pokok Hukum Newton 38 Tabel 3.3 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Belajar Siswa 39

Tabel 3.4 Kriteria Dan Persentase Nilai 39

Tabel 3.5 Pedoman Observasi Aktifitas Psikomotorik Belajar Siswa 40

Tabel 3.6 Kriteria dan Persentase Nilai 41

Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 49 Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 51

Tabel 4.4 Ringkasan Perhitungan Uji t Pretes 51

Tabel 4.5 Distribusi hasil belajar siswa ranah afektif di kelas eksperimen 52 Tabel 4.6 Distribusi hasil belajar siswa ranah afektif di kelas kontrol 54 Tabel 4.7 Distribusi hasil belajar ranah psikomotrik kelas eksperimen 56 Tabel 4.8 Distribusi hasil belajar ranah psikomotrik kelas kontrol 57 Tabel 4.9 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Pembelajaran Oleh Dennis Sale (2000) Dalam

(Amir, 2010:9) 12

Gambar 2.2 Prosedur Strategi Pembelajaran Dengan PBL 21

Gambar 3.1 Desain Kegiatan Penelitian 36

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 01 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 169 Lampiran 02 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 81 Lampiran 03 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 92

Lampiran 04 Lembar Penilaian Kognitif 1 106

Lampiran 05 Lembar Penilaian Kognitif 2 108

Lampiran 06 Lembar Penilaian Kognitif 3 110

Lampiran 07 Rubrik Penilaian Afektif 113

Lampiran 08 Rubrik Penilaian Psikomotorik 115

Lampiran 09 Lembaran Kegiatan Siswa 1 119

Lampiran 10 Lembaran Kegiatan Siswa 2 124

Lampiran 11 Lembaran Kegiatan Siswa 3 129

Lampiran 12 Instrumen Tes Hasil Belajar 134

Lampiran 13 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 144

Lampiran 14 Jawaban Tes Hasil Belajar 149

Lampiran 15 Distribusi Hasil Pretes Kelas Eksperimen 150 Lampiran 16 Distribusi Hasil Postes Kelas Eksperimen 152 Lampiran 17 Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol 154 Lampiran 18 Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol 156 Lampiran 19 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen 158

Lampiran 20 Data Hasil Belajar Kelas Kontrol 160

Lampiran 21 Perhitungan Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, Dan Varians 162

Lampiran 22 Uji Normalitas 164

Lampiran 23 Uji Homogenitas 169

Lampiran 24 Uji Hipotesis 173

Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 179 Lampiran 26 Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 180 Lampiran 27 Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 181 Lampiran 28 Daftar Niiai Persentil Untuk Distribusi T 183 Lampiran 29 Daftar Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen 184 Lampiran 30 Daftar Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol 186 Lampiran 31 Distribusi Ketuntasan Indikator Afektif Kelas Eksperimen 188 Lampiran 32 Distribusi Ketuntasan Indikator Afektif Kelas Kontrol 189 Lampiran 33 Daftar Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen 190 Lampiran 34 Daftar Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol 192 Lampiran 35 Distribusi Ketuntasan Indikator Psikomotorik Kelas Eksperimen

194

Lampiran 36 Distribusi Ketuntasan Indikator Psikomotorik Kelas Kontrol 195

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Yamin (2013:1) menyatakan bahwa pendidikan adalah media

mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran pendidikan signifikan dan sentral sebab ia

memberikan pembukaan dan perluasan pengetahuan. Peningkatan mutu

pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius dan seksama. Berbagai

usaha telah diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya

adalah pengembangan penelitian di bidang pendidikan khususnya dalam proses

belajar-mengajar. Peningkatan mutu pendidikan diharapkan menghasilkan sumber

daya manusia yang berketerampilan tinggi, meliputi pemikiran kritis, logis,

kreatif, dan kemauan bekerjasama yang dapat dikembangkan melalui pendidikan

fisika.

Masalah pendidikan terjadi juga dalam proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Perlu diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berkaitan dengan mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan sebuah penemuan.

Fisika sebagai cabang dari IPA merupakan objek mata pelajaran yang menarik

dan lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan.

Fisika sebagai salah satu cabang IPA, tidak terlepas dari satu kesatuan

yang terdiri atas produk, sikap, dan keterampilan proses. Proses sains dalam

pembelajaran IPA akan berjalan sesuai dengan kaidah yang benar apabila subjek

yang melaksanakan proses tersebut memiliki sikap ilmiah yang memadai. Sikap

ilmiah merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk berperilaku dan

mengambil tindakan pemikiran ilmiah yang sesuai dengan metode ilmiah. Sikap

ilmiah ini tentunya akan diperoleh ketika siswa dengan aktif melakukan

serangkaian aktivitas di dalam proses belajarnya.

Hasil observasi di SMAN 1 Percut Sei Tuan dan pengalaman PPL penulis,

(11)

2

guru fisika. Hasil wawancara yang diperoleh dari guru bidang studi fisika SMAN

1 Percut Sei Tuan, beliau mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

pernah juga diterapkan namun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal

ini dikarenakan daya analisis siswa masih sangat rendah dalam penyelesaian

permasalahan yang diberikan, bahkan siswa jadi terlalai dengan model

pembelajaran yang digunakan, tidak fokus terhadap isi materi yang diajarkan.

Berdasarkan angket yang disebarkan diketahui bahwa siswa memandang fisika

sebagai mata pelajaran yang penuh dengan rumus – rumus dan angka menurut

sebagian siswa, sehingga siswa enggan tertarik pada mata pelajaran ini. Masalah

yang sering dijumpai dalam pembelajaran fisika di sekolah adalah pembelajaran

fisika yang sukar dimengerti sehingga menyebabkan siswa mendapatkan kesulitan

untuk belajar. Dari masalah diatas yaitu materi fisika yang sukar dimengerti

sehingga menyebabkan siswa mendapatkan kesulitan untuk belajar karena tidak

paham rumus, kurang mengerti materi, dan cara menggunakan rumus untuk

menyelesaikan masalah.

Selain masalah – masalah diatas juga timbul masalah lain yaitu metode

pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Metode pembelajaran yang tidak tepat,

memicu keragaman masalah pada diri masing – masing individu antara lain : 1)

para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar

siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 2) keaktifan

dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih

kurang, 3) kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas, 4)

kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran hanya diposisikan sebagai

pendengar, 5 proses pembelajaran yang monoton dan kurang menarik, 6)

rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika, dan 7) kurangnya

rasa ingin tahu siswa terhadap fisika dalam menyelesaikan masalah-masalah alam

yang berhubungan dengan fisika

Hal ini menggambarkan keefektifan pembelajaran di dalam kelas yang

masih rendah. Akibatnya menyebabkan motivasi dan keaktifan siswa yang rendah

untuk malas membaca materi tentang fisika / mengulang materi yang telah

(12)

Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih dan

menggunakan beberapa model pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang

dipakai oleh guru yang mana masing-masing model mempunyai kelebihan dan

kekurangan, kekurangan suatu model dapat ditutupi oleh model mengajar yang

lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa model mengajar dalam

melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu model pembelajaran perlu

memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang

tersedia, dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar.

Berdasarkan pemaparan masalah diatas, salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan

model pembelajaran problem based learning (PBL). Karena model pembelajaran

PBL adalah strategi yang dimulai dengan : (1) kegiatan kelompok, yaitu membaca

kasus; menentukan masalah mana yang paling relevan dengan tujuan

pembelajaran; membuat rumusan maslah; membuat hipotesis; mengidentifikasi

sumber informasi, diskusi, dan pembagian tugas; dan melaporkan, dan

mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan kemajuan yang

dicapai setiap anggota kelompok, serta presentasi dikelas; (2) kegiatan

perorangan, yaitu siswa melakukan kegiatan membaca berbagai sumber, meneliti,

dan penyampaian temuan; dan (3) kegiatan di kelas, yaitu mempresentasikan

laporan, dan diskusi antar kelompok dibawah bimbingan guru. Dari tiga kegiatan

kelompok, perorangan maupun kelas yang merupakan faktor utama dalam strategi

pembelajaran dengan PBL adalah pada rumusan masalah yang ada (Rusmono,

2012:78).

Pengertian “masalah” dalam strategi pembelajaran dengan PBL adalah

kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara

kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan ini dapat

dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh

karena itu, materi pelajaran atau topik tidak berbatas pada materi pelajaran yang

bersumber dari buku saja, tetapi juga dari sumber-sumber lain, seperti

(13)

4

Hasil penelitian Nababan, T. (2007) menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

berbasis masalah dan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional. Pada kelas yang diajar dengan pendekatan kontekstual mempunyai

nilai rata-rata 5.70 sedangkan pada siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional mempunyai nilai rata-rata 5.04. penelitian yang dilakukan oleh

Fatimah, (2009) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Pada kelas

yang diajar dengan pendekatan kontekstual mempunyai nilai rata-rata 5.76

sedangkan pada kelas yang diajar dengan pembelajaran konvensional mempunyai

nilai rata-rata 4.85.

Kedua penelitian tersebut mempunyai kelemahan, yaitu kelas kurang

terkontrol (ribut) dan kurangnya efesiensi waktu dalam menerapkan lima

komponen model pembelajaran berbasis masalah pada saat pembelajaran

berlangsung. Untuk itu dalam penelitian selanjutnya, penulis akan lebih

memperhatikan waktu yang tersedia dan lebih membangkitkan kereatifitas siswa

agar pembelajaran lebih efektif.

Perbedaan rencana penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu :

pertama, terletak pada materi yang digunakan dan lokasi penelitian. Kedua,

tarletak pada tujuannya, dimana tujuan penelitian yang akan dilakukan ini adalah

untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar fisika siswa melalui model

pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan dari hasil belajar

fisika siswa yang diberi pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian dari penelitian diatas, jelaslah bahwa metode dan

model pembelajaran mempengaruhi suasana dan hasil belajar siswa. Guru yang

mengajar dengan model pembelajaran yang kurang menarik dapat menyebabkan

siswa menjadi bosan, pasif, dan tidak kreatif. Guru dituntut untuk menggunakan

model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar

tujuan akhir belajar dapat tercapai tepat. Salah satu alternatif yang dapat

digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan menciptakan suasana

(14)

pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu upaya solusinya, model

pembelajaran ini dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam

memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih paham

terhadap konsep fisika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan tidak

menganggap bahwa pelajaran fisika hanya belajar dengan rumus saja.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menggunakan LKS Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi

Pokok Hukum Newton SMAN 1 Percut Sei Tuan T.P 2014/2015”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat

diidentifikasi masalah-masalah berikut :

1. Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta

agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham

2. Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan baik depan kelas maupun

tugas pada proses pembelajaran juga masih kurang

3. Kebosanan siswa, karena dalam pembelajaran yang monoton dan kurang

menarik, siswa hanya diposisikan sebagai pendengar sehingga rendah

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika

4. Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap fisika dalam menyelesaikan

masalah-masalah alam yang berhubungan dengan fisika.

1.3. Batasan Masalah

Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester SMAN I Percut Sei Tuan

tahun ajaran 2013/2014

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis

(15)

6

3. Hasil belajar siswa pada materi pokok hukum newton di kelas X semester

I SMAN I Percut Sei Tuan

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dinyatakan sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas X selama pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan

LKS terstruktur pada materi pokok Hukum Newton di kelas X SMAN 1

Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2013/2014 ?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah menggunakan

LKS terstruktur terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Percut Sei

Tuan Tahun Ajaran 2013/2014 ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X selama pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

menggunakan LKS terstruktur pada materi pokok Hukum Newton di kelas

X SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah

menggunakan LKS terstruktur terhadap hasil belajar siswa kelas X

SMAN 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi peserta didik, agar dapat membantu mereka mengatasi kesulitan

(16)

2. Bagi guru, pendekatan kontekstual diharapkan setiap guru terutama yang

mengajarkan fisika dapat melakukan perbaikan terhadap pembelajaran

yang menyangkut pengelesaian soal sehingga diperoleh hasil yang optimal

3. Bagi peneliti, menjadikan pengalaman berharga untuk menambah

wawasan sebagai calon guru yang propesional untuk meningkatkan

pembelajaran sehingga mampu mengelola pembelajaran secara optimal

1.7. Defenisi Operasional

Untuk memberikan arahan bagi pelaksanaan pendidikan, maka berikut ini

diajukan beberapa defenisi operational yang mengacu pada penelitian,antara lain:

1. Model berbasis masalah menggunakan LKS terstruktur merupakan salah

satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar

aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering

diterapkan di sekolah-sekolah secara umum.

3. Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan

baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

4. Hasil belajar adalah perubahan prilaku individu yang meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor tetapi hasil belajar yang dimaksud dalam

(17)

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan dan pengujian hipotesis maka disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok

hukum newton di kelas X semester I SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan T.P.

2014/2015 pada ranah kognitif memiliki nilai rata-rata pretes 38,86 dan

postes 57,14 dengan kategori kurang baik; pada ranah afektif dengan nilai

rata-rata 64,43 dengan kategori kurang baik; dan ranah psikomotorik dengan

nilai rata-rata 57,45 dengan kategori kurang baik. Hasil belajar siswa dengan

model pembelajaran berbasis masalah menggunakan LKS terstruktur pada

materi pokok hukum newton di kelas X semester I SMA Negeri 1 Percut Sei

Tuan T.P. 2014/2015 pada ranah kognitif memiliki nilai rata-rata pretes

37,65 dan postes 65, 29 dengan kategori tuntas KKM; pada ranah afektif

dengan nilai rata-rata 72,35 dengan kategori cukup baik; dan ranah

psikomotorik dengan nilai rata-rata 77,63 dengan kategori baik.

2. Hasil belajar siswa akibat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah

menggunakan LKS terstruktur lebih baik daripada pembelajaran konvensional

pada materi pokok hukum newton di kelas X semester I SMA Negeri 1 Percut

Sei Tuan T.P. 2014/2015.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan maka untuk tindak lanjut penelitian ini, peneliti mempunyai saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memperhatikan masalah pada materi

yang akan dihadapkan kepada siswa agar sesuai dengan pencapaian indikator

(18)

sederhana seperti halnya penerapan pola permainan dalam belajar untuk

meningkatkan daya tarik siswa terhadap materi hukum newton.

3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya sebelum proses pembelajaran

memberikan arahan terlebih dahulu tentang model yang digunakan, dan

(19)

67

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufiq. (2010), Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Anderson, L.W dan David R. Krathwohl. (2010). Terjemahan. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Revisi Taksonomi Bloom, Penerbit Pustaka, Yogyakarta.

Arends, Richard I. (2008), Learning To Teach’belajar Untuk Mengajar’, Penerbit

Pustaka Belajar, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Dwi, I.M., Arif, H., Sentot, K., (2013), Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis Ict Terhadap Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9: 1693-1246.

Kamajaya. (2008), Cerdas Belajar Fisika untuk SMA/MA kelas X, Penerbit Grafindo, Bandung.

Lestari, N.,Tandiling, E., Mursyid, S., (2013), Penggunaaan LKS Terstuktur Berbasis PBL Untuk Meremediasi Kesulitan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas X SMA, jurnal pendidikan fisika Untan.

Nurachmandani, Setya. (2009), Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X, Penerbit Grahadi, Jakarta.

Rosyada, Dede. (2007), Paradigma Pendidikan Demokratis “ Sebuah Model

Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Dengan Problame Based Learning Itu Perlu, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rohman, Muhammad., Amri, Sofan (2013). Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran, Penerbit Prestasi Pustaka, Surabaya.

Syafaat, E.M., Nurjannah, Werdhiana, I.K, (2009), Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Asesmen Ranking Task Exercise (RTE) terhadap Pemahaman Konsep Hukum Newton, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) 2: 2338-3240.

(20)

Sanjaya, Wina. (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sudjana. (2002), Metode Statistika, Penerbit Tarsito Bandung, Bandung.

Trianto, (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Penerbit : Kencana Prenoda Media Group, Jakarta.

Gambar

Gambar 2.1Model Pembelajaran Oleh Dennis Sale (2000) Dalam
Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z

Referensi

Dokumen terkait

1. Strategi penanaman nilai-nilai cinta tanah air pada siswa melalui pembelajaran PKn telah dilakukan dengan baik di SMK Negeri 1 Banyudono. Strategi penanaman nilai cinta tanah

Bagi pimpinan perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan memberdayakan peranan sumber daya manusia yang ada dalam

[r]

Pada subpenelitian pertama, diketahui bahwa pemberian silika, baik dalam bentuk silika biasa (SB) maupun dalam bentuk nano silika powder (NSP) dan nano silika koloid

Artinya masa usia dini yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan di masa yang datang dan sebaliknya (Sujiono, 2006: 1). Pendidikan anak usia dini merupakan basis penentu

Salep basis lanolin memiliki sifat emolien (pelunak kulit) dan menyimpan lapisan berminyak pada kulit (Lachman et al., 1994). Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya pengaruh variabel produk, harga, tempat,promosi, orang, sarana dan prasarana, serta proses sebagai dimensi utama

[r]