• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKNIK TARI BAMBU (BAMBOO DANCING) TERHADAP KEMAMPUAN MENCERITAKAN TOKOH IDOLA SISWA KELAS VII SMP SWASTA NURUL HASANAH MEDAN +TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015DANCING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TEKNIK TARI BAMBU (BAMBOO DANCING) TERHADAP KEMAMPUAN MENCERITAKAN TOKOH IDOLA SISWA KELAS VII SMP SWASTA NURUL HASANAH MEDAN +TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015DANCING."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKNIK TARI BAMBU (BAMBOO DANCING)

TERHADAP KEMAMPUAN MENCERITAKAN TOKOH

IDOLA SISWA KELAS VII SMP SWASTA

NURUL HASANAH MEDAN TAHUN

PEMBELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LIA ANDRIYANI

NIM 2113111046

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)

i

ABSTRAK

Lia Andriyani, NIM 2113111046. Pengaruh Teknik Tari Bambu (Bamboo

Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII

SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015, Program Studi Pndidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/S-1, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik tari bambu (bambo dancing) terhadap kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang. Sampel penelitian ini adalah sampel yang ditetapkan dari sebagian jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 99 orang siswa.

Penelitian ini bersifat eksperimen dengan model one group pre-test post-test design. Dari pengolahan data diperoleh hasil pre-post-test dengan rata-rata 69.96, standar deviasi 5,96, dengan berkategori sangat baik 0%, berkategori baik 36.67%, berkategori cukup 63,33%, berkategori kurang 0%, dan berkategori sangat kurang 0%. Sedangkan hasil post-test diperoleh rata-rata 80.06, standar deviasi 6.5, dengan berkategori sangat baik 26.67%, berkategori baik 66.67%, berkategori cukup 6.67%, berkategori kurang 0%, dan berkategori sangat kurang 0%. Dari uji homogenitas didapat bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas, didapatlah to sebesar 8.08 ; setelah to diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan df = N-1 = 30 – 1 = 29, dari df 29 diperoleh taraf signifikan 5% = 1.70. karena to yang diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 8.08 > 21.70, hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015.

(3)

iv

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...10

A. Kerangka Teoretis...10

1. Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...10

a. Langkah-langkah Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...11

b. Kelebihan Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...12

c. Kekurangan Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...13

2. Pengertian Bercerita ...13

3. Tujuan Bercerita ...14

4. Konsep Menceritakan Tokoh Idola ...16

5. Langkah-langkah Menceritakan Tokoh Idola ...17

6. Karakteristik Cara Bercerita yang Baik ...19

7. Aspek-aspek Penilaian Menceritakan Tokoh Idola ...23

B. Kerangka Konseptual ...24

(4)

v

BAB III METODE PENELITIAN ...27

A. Lokasi dan Waktu Penelitian...27

1. Lokasi Penelitian ...27

2. Waktu Penelitian...27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...27

1. Populasi Penelitian...27

2. Sampel Penelitian ...28

C. Metode Penelitian ...29

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...30

E. Desain Penelitian ...31

F. Instrumen Penelitian ...32

G. Jalannya Eksperimen ...36

H. Organisasi Pengolahan Data...39

I. Teknik Analisis Data ...40

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...44

A. Hasil Penelitian ...44

1. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) (Pretest) ...45

2. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sesudah Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) (Posttest) ...48

3. Pengaruh Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola ...52

4. Standar Eror Perbedaan Variabel X dan Variabel Y ...53

B. Uji Persyaratan Analisis Data ...53

1. Uji Normalitas ...53

a. Uji Normalitas Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo dancing) (Pretest) ...53

b. Uji Normalitas Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) (Posttest) ...54

(5)

vi

3. Uji Hipotesis ...56

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...59

1. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...59

2. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Sesudah Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...63

3. Pengaruh Tekni Tari Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 ...67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...70

A. Kesimpulan ...70

B. Saran ...71

(6)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah

Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 ...28

Tabel 3.2 Desain Eksperimen One Group Pretest Posttest ...31

Tabel 3.3 Aspek Penilaian Menceritakan Tokoh Idola ...33

Tabel 3.4 Keterangan Kategori pada Tiap-tiap Aspek dalam Penilaian Menceritakan Tokoh Idola ...33

Tabel 3.5 Kategori Penilaian ...36

Tabel 3.6 Jalannya Eksperimen One Group Pretest Posttets Design Pengaruh Model Kooperatif tipe Tari Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola ...36

Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Siswa Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest ...46

Tabel 4.3 Identifikasi Kecenderungan Hasil Pretest ...48

Tabel 4.4 Hasil Tes Kemampuan Siswa Menceritakan Tokoh Idola Sesudah Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...48

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest ...50

Tabel 4.6 Identifikasi Kecenderungan Hasil Posttest...51

Tabel 4.7 Analisis Data Kelompok Pretest dan Posttest ...53

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Pretest ...54

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Posttest ...55

Tabel 4.10 Pengujian Normalitas Data Penelitian ...55

Tabel 4.11 Pengujian Homogenitas Penelitian ...56

(7)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ...74

Lampiran 2 : RPP...77

Lampiran 3 : Tes Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Pretest) ...88

Lampiran 4 : Tes Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Posttest) ...89

Lampiran 5 : Nilai Hasil Pretes ...90

Lampiran 6 : Nilai Hasil Posttest... . 93

Lampiran 7 : Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Pre-Test Post-Test ... .96

Lampiran 8 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z ... 102

Lampiran 9 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F ... 103

Lampiran 10 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors ... 105

Lampiran 11 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t ... 106

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

bercerita memiliki peranan yang penting untuk melatih komunikasi peserta didik.

Melalui keterampilan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam

cerita, dapat mengungkapkan perasaan sesuai dengan yang dialami, dirasakan,

dilihat, dibaca, dapat mengungkapkan keinginan, dan membagikan pengalaman

yang diperoleh pencerita. Sama seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (2008:

32), bahwa kegiatan bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang

bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain.

Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai

sekarang. Namun, kegiatan bercerita ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Pada

zaman dahulu, orang tua memiliki kebiasaan bercerita pada anaknya, sehingga

anak terbiasa mendengarkan cerita. Kegiatan bercerita tersebut dapat melatih

imajinasi anak dalam bercerita. Oleh karena itu, anak akan memiliki kemampuan

bercerita tentang sesuatu yang terlintas dalam pikiran dan keinginannya.

Keterampilan bercerita ini dapat membantu anak dalam proses pemerolehan

bahasa, karena melalui bercerita siswa dapat mengolah kembali semua bentuk

pengalaman dalam bahasa lisan. Pada dasarnya kegiatan bercerita ataupun

mendengarkan cerita menjadi aspek penting dalam pemerolehan bahasa, karena

melalui bercerita dan mendengarkan cerita, anak akan memperoleh pengetahuan

(9)

2

Melihat besarnya manfaat keterampilan bercerita dalam kehidupan

manusia, maka pengembangan keterampilan bercerita perlu mendapat perhatian

lebih, sejak pendidikan tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Dalam pelaksanaan

bercerita harus menguasai bahan atau ide cerita, penguasaan bahasa, keberanian,

kemampuan penyampaian ide dengan lancar, jelas, dan runtut sehingga terampil

dalam bercerita. Keterampilan bercerita ini tidak hanya diperoleh pada waktu

yang singkat, melainkan harus dipelajari dan diberikan latihan secara rutin

(kebiasaan).

Salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu mampu menceritakan tokoh idola. Hal ini

terdapat dalam Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas

VII yang berisi “Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman

melalui kegiatan menanggapi cerita dan telepon,” dengan kompetensi dasar 10.1

“Menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas tokoh, keunggulan,

dan alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai.” Oleh karena itu,

menceritakan tokoh idola merupakan salah satu cara meningkatkan keterampilan

berbicara siswa.

Hal di atas menandakan bahwa keterampilan berbicara khususnya

menceritakan tokoh idola adalah salah satu pembelajaran yang penting untuk

dilaksanakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Keterampilan

berberbicara ini harus mampu dikuasai oleh setiap siswa agar siswa mampu

mengomunikasikan ide dan gagasan-gagasannya secara cerdas sesuai dengan

(10)

3

bercerita bermanfaat untuk menyalurkan kebutuhan dan fantasi anak sehingga

dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak. Namun, pentingnya kegiatan

bercerita/berbicara tersebut tidak sinkron dengan hasil yang ditunjukkan di

lapangan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia, Sri Murni Tambunan, S.Pd. di SMP Swasta Nurul

Hasannah Medan didapatkan informasi bahwa kemampuan siswa dalam berbicara

atau bercerita masih kurang dan tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Hal ini dapat dilihat dari proses dan produk pembelajaran, bahwa siswa

terlihat malu, gerogi, dan kurang ekspresif saat bercerita.

Selanjutnya, penulis juga melakukan observasi pada siswa yang akan

dikenai tindakan. Hasil observasi menunjukkan, siswa kelas VII-I mengalami

kendala dalam pembelajaran bercerita. Kendala yang dialami siswa yakni siswa

kurang antusias, suasana belajar kurang menarik, dan rendahnya gairah belajar.

Selain itu, adanya anggapan siswa bahwa berbicara sebagai salah satu indikator

kemahiran berbahasa yang mudah dan sudah biasa dilakukan sejak kecil, sehingga

pembelajaran berbicara tidak dilakukan serius. Kendala-kendala tersebut yang

menyebabkan rendahnya kemampuan bercerita, yakni siswa saat bercerita tidak

berani, gerogi, malu, kurang ekspresif, suara sangat lirih, dan siswa

tersendat-sendat saat berbicara.

Muliasari (2009:9) dalam jurnal penelitiannya juga menyatakan bahwa,

“rendahnya kemampuan berbicara peserta didik sangat dipengaruhi oleh

(11)

4

mengakibatkan peserta didik malu dan takut ditertawakan apabila salah dalam

berbicara.”

Pernyataan di atas didukung oleh pendapat Kusmintayu, dkk (2012: 208)

pada jurnal penelitiannya yang mengatakan bahwa:

Keterampilan berbicara yang masih rendah disebabkan faktor internal dalam diri siswa, yaitu : (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran berbicara karena metode yang digunakan oleh guru kurang inovatif; (2) evaluasi untuk pembelajaran berbicara jarang dilakukan sehingga siswa tidak terbiasa untuk berlatih berbicara dan menganggap kegiatan berbicara mudah; (3) dalam berbicara di depan kelas siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya sehingga pembicaraan tidak terstruktur; (4) dalam kegiatan berbicara siswa merasa tegang, gugup, malu, dan kurang rileks, kondisi ini akan mengurangi kualitas tuturan mereka; dan (5) siswa kurang bisa merangkaikan ide dan gagasannya secara lengkap, mereka sering lupa dan tidak fokus dengan apa yang akan mereka sampaikan saat berada di depan kelas.

Pemaparan di atas merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa faktor

penyebab kesulitan siswa dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh

idola yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri siswa, pembelajaran yang

monoton dan tidak menarik, dan kurangnya pembelajaran yang menekankan pada

praktik terutama dalam latihan berbicara.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berusaha memperbaiki keadaan

dengan menawarkan suatu teknik pembelajaran yang diyakini dapat mengatasi

masalah tersebut. Teknik pembelajaran tersebut adalah tari bambu (bamboo

dancing).

Penggunaan teknik pembelajaran tari bambu (bamboo dancing)

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kenyataan ini telah dibuktikan oleh

(12)

5

Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari

Bambu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 060942

Medan Deli Tahun Ajaran 2011/2012” beliau menyimpulkan bahwa teknik tari

bambu telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menyusun cerita. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan model tersebut adalah 44 dan

sesudah menggunakan model tersebut nilai rata-rata siswa adalah 69.

Selanjutnya, keberhasilan teknik pembelajaran tari bambu ini juga telah

dibuktikan oleh Umi Fatimah (2009), beliau meneliti tentang kemampuan siswa

dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik tari bambu pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2008/2009. Hasil

penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis

puisi yang diberi perlakuan dengan menggunakan teknik tari bambu dan teknik

konvensional dengan nilai thitung (6,358) > ttabel (2,042).

Sedikit gambaran terkait teknik pembelajaran tari bambu (bamboo

dancing) bahwa pada dasarnya merupakan pembelajaran yang lebih menekankan

pada interaksi dan kerja sama dalam kelompok. Teknik ini diberi nama tari bambu

karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua

potong bambu yang digunakan dalam tari bambu. Dalam kegiatan belajar

mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat bersamaan.

Selanjutnya, Lie (2010:67) menyatakan bahwa, “bahan pelajaran yang paling

cocok digunakan dengan teknik tari bambu adalah bahan yang membutuhkan

(13)

6

pemaparan diatas, maka materi pembelajaran menceritakan tokoh idola

merupakan bahan pelajaran yang paling cocok menggunakan model ini karena

antar siswa saling bertukar pikiran dan informasi tentang masing-masing tokoh

yang diidolakannya.

Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan

memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan

singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana

gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie, 2010: 67).

Dengan adanya prosedur-prosedur teknik pembelajaran tari bambu

(bamboo dancing) yang diterapkan pada pembelajaran berbercerita diharapkan

dapat menjadi daya tarik bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan dan

perasaannya terutama dalam menceritakan tokoh idola. Adanya kerja sama dan

interaksi antarsiswa juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan

kemampuan berbicaranya dalam menceritakan tokoh idola. Oleh karena itu,

penulis berencana untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Teknik Tari

Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola

Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran

2014/2015.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

(14)

7

2. pembelajaran berbicara di sekolah tidak dilakukan dengan baik;

3. kurangnya rasa percaya diri siswa dalam menceritakan tokoh idola sesuai

dengan pendapatnya sendiri;

4. model pembelajaran yang diterapkan kurang inovatif sehingga pembelajaran

menjadi monoton dan tidak menarik;

5. kurangnya pembelajaran yang menekankan pada praktik terutama dalam

latihan berbicara.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang tepat dan terarah maka perlu

dibatasi permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini, permasalahan

dibatasi dan difokuskan pada kemampuan bercerita yang masih rendah dan proses

pembelajaran yang masih menggunakan model pembelajaran yang kurang

inovatif. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Swasta Nurul

Hasanah Medan pada semester genap tahun pembelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP

Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sebelum

penggunaan teknik tari bambu (bamboo dancing)?

2. Bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP

Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sesudah

(15)

8

3. Adakah pengaruh teknik tari bambu (bamboo dancing) terhadap kemampuan

menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan

tahun pembelajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:

1. untuk mendeskripsikan kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII

SMP Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sebelum

penggunaan teknik tari bambu (bamboo dancing);

2. untuk mendeskripsikan kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII

SMP Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sesudah

penggunaan teknik tari bambu (bamboo dancing);

3. untuk mendeskripsikan adanya pengaruh teknik tari bambu (bamboo dancing)

terhadap kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta

Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. sumbangan pengetahuan dalam penggunaan teknik pembelajaran tari

bambu (bamboo dancing) pada mata pelajaran bahasa Indonesia;

b. sebagai motivasi belajar siswa dalam menggunakan teknik pembelajaran

tari bambu (bamboo dancing);

c. sebagai suatu teknik pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses

belajar terhadap menceritakan tokoh idola.

(16)

9

a. sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia termasuk

penulis dalam mengajar nantinya. Melalui teknik ini guru menjadi lebih

fokus untuk meneliti kemampuan menceritakan tokoh idola di dalam kelas

ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga proses pembelajaran

dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan tetap terkondisi;

b. sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah yang bersangkutan agar dapat

meningkatkan kualitas pengajarannya;

c. sebagai bahan perbandingan untuk peneliti-peneliti lain dalam objek ini

(17)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian, diperoleh simpulan sebagai

berikut:

1. Kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul

Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 sebelum menggunakan

teknik pembelajaran tari bambu (bamboo dancing) nilai rata-rata 66,96

kategori cukup.

2. Kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul

Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 sesudah menggunakan

teknik pembelajaran tari bambu (bamboo dancing) menunjukkan bahwa nilai

rata-rata siswa sebesar 80,06 kategori baik.

3. Teknik tari bambu (bamboo dancing) berpengaruh positif terhadap

kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP swasta Nurul

Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015, hal ini dapat dilihat dari

(18)

71

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis juga menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam berbicara khususnya menceritakan tokoh idola

perlu ditingkatkan lagi. Untuk itu dibutuhkan teknik pembelajaran yang lebih

efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) di sekolah.

Salah satu teknik pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah teknik

pembelajaran tari bambu (bamboo dancing).

2. Menggunakan teknik tari bambu (bamboo dancing) diperlukan pemahaman

guru bahasa Indonesia baik dari segi persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi

agar hal yang diharapkan dapat tercapai yakni meningkatnya kemampuan

berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut oleh penelitian lain guna memberi masukan

yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam peningkatan

(19)

72

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yusuf Zainal. 2012. Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Dhieni, N, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ibrahim, Muslim, dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.

Majid, Abdul. 2001. Mendidik Anak dengan Cerita. Bandung : Rosdakarya

Mursini. 2010. Bimbingan Apresiasi Sastra Anak-anak. Medan: USU Press.

Mudini dan Salamat Purba. 2009. “Pembelajaran Bercerita”. Jakarta: Modul

Suplemen KKG Bermutu.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Yogyakarta. PT. Kurnia Kalam.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.

(20)

73

Fatimah, Umi. 2009. “ Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Tari Bambu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009”. Bandung:UPI.

Halidjah, Siti. 2010. “Evaluasi Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, Vol. 2, No. 1.

Kusmintayu, Norma, dkk. 2012. “Penerapan Metode Mind Mapping

untukMeningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Sekolah Menengah Pertama.” BASASTRA Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 1, No. 1, Desember 2012, ISSN 12302-6405.

Muliasari, Ely. 2009. “Penggunaan Kemampuan Strategi Pembelajaran

Questioning Based Story untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas X di SMA N 1 Pemalang”. Jurnal Didaktika: Periode September 2009. No. 3. Tahun 1.

Pandia, Laila Kadrina S. 2012.“Meningkatkan Minat Belajar Siswa dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 060942 Medan Deli Tahun Ajaran 2011/2012. E-Jurnal Unimed.

Referensi

Dokumen terkait

Wira Koperasi Satolop yang merupakan koperasi serba usaha sebagai wadah bagi masyarakat petani kopi di Kelurahan Pasar Siborongborong dalam meningkatkan taraf hidupnya.. Tujuan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, respon fisiologis benih ikan tengadak ( Barbonymus schwanenfeldii ) dari setiap perlakuan salinitas dan penambahan kalsium pada

Ruminansia Berkelanjutan di Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Heri Ahmad Sukria,

  Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Konsep Anak Baik Dalam Keluarga Jawa” tidak pernah terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah umumnya lansia masih tergolong lansia muda dengan umur 60-74 tahun, hanya lulusan sekolah dasar, lebih banyak yang

Permasalahan emosi pada masa remaja sangat menarik sebab emosi merupakan suatu fenomena yang dimiliki oleh setiap manusia, pengaruhnya sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan

Evaluasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah guru menent ukan. KKM (krit eria ket unt asan minimum) dan melaksanakan

Mioma Uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma, fibriomioma atau