PENGARUH TEKNIK TARI BAMBU (BAMBOO DANCING)
TERHADAP KEMAMPUAN MENCERITAKAN TOKOH
IDOLA SISWA KELAS VII SMP SWASTA
NURUL HASANAH MEDAN TAHUN
PEMBELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
LIA ANDRIYANI
NIM 2113111046
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i
ABSTRAK
Lia Andriyani, NIM 2113111046. Pengaruh Teknik Tari Bambu (Bamboo
Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII
SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015, Program Studi Pndidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/S-1, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik tari bambu (bambo dancing) terhadap kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang. Sampel penelitian ini adalah sampel yang ditetapkan dari sebagian jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 99 orang siswa.
Penelitian ini bersifat eksperimen dengan model one group pre-test post-test design. Dari pengolahan data diperoleh hasil pre-post-test dengan rata-rata 69.96, standar deviasi 5,96, dengan berkategori sangat baik 0%, berkategori baik 36.67%, berkategori cukup 63,33%, berkategori kurang 0%, dan berkategori sangat kurang 0%. Sedangkan hasil post-test diperoleh rata-rata 80.06, standar deviasi 6.5, dengan berkategori sangat baik 26.67%, berkategori baik 66.67%, berkategori cukup 6.67%, berkategori kurang 0%, dan berkategori sangat kurang 0%. Dari uji homogenitas didapat bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas, didapatlah to sebesar 8.08 ; setelah to diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan df = N-1 = 30 – 1 = 29, dari df 29 diperoleh taraf signifikan 5% = 1.70. karena to yang diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 8.08 > 21.70, hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015.
iv
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...10
A. Kerangka Teoretis...10
1. Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...10
a. Langkah-langkah Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...11
b. Kelebihan Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...12
c. Kekurangan Teknik Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...13
2. Pengertian Bercerita ...13
3. Tujuan Bercerita ...14
4. Konsep Menceritakan Tokoh Idola ...16
5. Langkah-langkah Menceritakan Tokoh Idola ...17
6. Karakteristik Cara Bercerita yang Baik ...19
7. Aspek-aspek Penilaian Menceritakan Tokoh Idola ...23
B. Kerangka Konseptual ...24
v
BAB III METODE PENELITIAN ...27
A. Lokasi dan Waktu Penelitian...27
1. Lokasi Penelitian ...27
2. Waktu Penelitian...27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...27
1. Populasi Penelitian...27
2. Sampel Penelitian ...28
C. Metode Penelitian ...29
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...30
E. Desain Penelitian ...31
F. Instrumen Penelitian ...32
G. Jalannya Eksperimen ...36
H. Organisasi Pengolahan Data...39
I. Teknik Analisis Data ...40
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...44
A. Hasil Penelitian ...44
1. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) (Pretest) ...45
2. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sesudah Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) (Posttest) ...48
3. Pengaruh Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola ...52
4. Standar Eror Perbedaan Variabel X dan Variabel Y ...53
B. Uji Persyaratan Analisis Data ...53
1. Uji Normalitas ...53
a. Uji Normalitas Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo dancing) (Pretest) ...53
b. Uji Normalitas Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) (Posttest) ...54
vi
3. Uji Hipotesis ...56
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...59
1. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...59
2. Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Sesudah Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...63
3. Pengaruh Tekni Tari Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 ...67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...70
A. Kesimpulan ...70
B. Saran ...71
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah
Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 ...28
Tabel 3.2 Desain Eksperimen One Group Pretest Posttest ...31
Tabel 3.3 Aspek Penilaian Menceritakan Tokoh Idola ...33
Tabel 3.4 Keterangan Kategori pada Tiap-tiap Aspek dalam Penilaian Menceritakan Tokoh Idola ...33
Tabel 3.5 Kategori Penilaian ...36
Tabel 3.6 Jalannya Eksperimen One Group Pretest Posttets Design Pengaruh Model Kooperatif tipe Tari Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola ...36
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Siswa Menceritakan Tokoh Idola Sebelum Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...45
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest ...46
Tabel 4.3 Identifikasi Kecenderungan Hasil Pretest ...48
Tabel 4.4 Hasil Tes Kemampuan Siswa Menceritakan Tokoh Idola Sesudah Menggunakan Teknik Tari Bambu (Bamboo Dancing) ...48
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest ...50
Tabel 4.6 Identifikasi Kecenderungan Hasil Posttest...51
Tabel 4.7 Analisis Data Kelompok Pretest dan Posttest ...53
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Pretest ...54
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Posttest ...55
Tabel 4.10 Pengujian Normalitas Data Penelitian ...55
Tabel 4.11 Pengujian Homogenitas Penelitian ...56
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus ...74
Lampiran 2 : RPP...77
Lampiran 3 : Tes Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Pretest) ...88
Lampiran 4 : Tes Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola (Posttest) ...89
Lampiran 5 : Nilai Hasil Pretes ...90
Lampiran 6 : Nilai Hasil Posttest... . 93
Lampiran 7 : Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Pre-Test Post-Test ... .96
Lampiran 8 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z ... 102
Lampiran 9 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F ... 103
Lampiran 10 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors ... 105
Lampiran 11 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t ... 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan
bercerita memiliki peranan yang penting untuk melatih komunikasi peserta didik.
Melalui keterampilan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam
cerita, dapat mengungkapkan perasaan sesuai dengan yang dialami, dirasakan,
dilihat, dibaca, dapat mengungkapkan keinginan, dan membagikan pengalaman
yang diperoleh pencerita. Sama seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (2008:
32), bahwa kegiatan bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain.
Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai
sekarang. Namun, kegiatan bercerita ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Pada
zaman dahulu, orang tua memiliki kebiasaan bercerita pada anaknya, sehingga
anak terbiasa mendengarkan cerita. Kegiatan bercerita tersebut dapat melatih
imajinasi anak dalam bercerita. Oleh karena itu, anak akan memiliki kemampuan
bercerita tentang sesuatu yang terlintas dalam pikiran dan keinginannya.
Keterampilan bercerita ini dapat membantu anak dalam proses pemerolehan
bahasa, karena melalui bercerita siswa dapat mengolah kembali semua bentuk
pengalaman dalam bahasa lisan. Pada dasarnya kegiatan bercerita ataupun
mendengarkan cerita menjadi aspek penting dalam pemerolehan bahasa, karena
melalui bercerita dan mendengarkan cerita, anak akan memperoleh pengetahuan
2
Melihat besarnya manfaat keterampilan bercerita dalam kehidupan
manusia, maka pengembangan keterampilan bercerita perlu mendapat perhatian
lebih, sejak pendidikan tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Dalam pelaksanaan
bercerita harus menguasai bahan atau ide cerita, penguasaan bahasa, keberanian,
kemampuan penyampaian ide dengan lancar, jelas, dan runtut sehingga terampil
dalam bercerita. Keterampilan bercerita ini tidak hanya diperoleh pada waktu
yang singkat, melainkan harus dipelajari dan diberikan latihan secara rutin
(kebiasaan).
Salah satu kompetensi yang harus dicapai siswa dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu mampu menceritakan tokoh idola. Hal ini
terdapat dalam Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP kelas
VII yang berisi “Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman
melalui kegiatan menanggapi cerita dan telepon,” dengan kompetensi dasar 10.1
“Menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas tokoh, keunggulan,
dan alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai.” Oleh karena itu,
menceritakan tokoh idola merupakan salah satu cara meningkatkan keterampilan
berbicara siswa.
Hal di atas menandakan bahwa keterampilan berbicara khususnya
menceritakan tokoh idola adalah salah satu pembelajaran yang penting untuk
dilaksanakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Keterampilan
berberbicara ini harus mampu dikuasai oleh setiap siswa agar siswa mampu
mengomunikasikan ide dan gagasan-gagasannya secara cerdas sesuai dengan
3
bercerita bermanfaat untuk menyalurkan kebutuhan dan fantasi anak sehingga
dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak. Namun, pentingnya kegiatan
bercerita/berbicara tersebut tidak sinkron dengan hasil yang ditunjukkan di
lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah satu guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia, Sri Murni Tambunan, S.Pd. di SMP Swasta Nurul
Hasannah Medan didapatkan informasi bahwa kemampuan siswa dalam berbicara
atau bercerita masih kurang dan tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Hal ini dapat dilihat dari proses dan produk pembelajaran, bahwa siswa
terlihat malu, gerogi, dan kurang ekspresif saat bercerita.
Selanjutnya, penulis juga melakukan observasi pada siswa yang akan
dikenai tindakan. Hasil observasi menunjukkan, siswa kelas VII-I mengalami
kendala dalam pembelajaran bercerita. Kendala yang dialami siswa yakni siswa
kurang antusias, suasana belajar kurang menarik, dan rendahnya gairah belajar.
Selain itu, adanya anggapan siswa bahwa berbicara sebagai salah satu indikator
kemahiran berbahasa yang mudah dan sudah biasa dilakukan sejak kecil, sehingga
pembelajaran berbicara tidak dilakukan serius. Kendala-kendala tersebut yang
menyebabkan rendahnya kemampuan bercerita, yakni siswa saat bercerita tidak
berani, gerogi, malu, kurang ekspresif, suara sangat lirih, dan siswa
tersendat-sendat saat berbicara.
Muliasari (2009:9) dalam jurnal penelitiannya juga menyatakan bahwa,
“rendahnya kemampuan berbicara peserta didik sangat dipengaruhi oleh
4
mengakibatkan peserta didik malu dan takut ditertawakan apabila salah dalam
berbicara.”
Pernyataan di atas didukung oleh pendapat Kusmintayu, dkk (2012: 208)
pada jurnal penelitiannya yang mengatakan bahwa:
Keterampilan berbicara yang masih rendah disebabkan faktor internal dalam diri siswa, yaitu : (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran berbicara karena metode yang digunakan oleh guru kurang inovatif; (2) evaluasi untuk pembelajaran berbicara jarang dilakukan sehingga siswa tidak terbiasa untuk berlatih berbicara dan menganggap kegiatan berbicara mudah; (3) dalam berbicara di depan kelas siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya sehingga pembicaraan tidak terstruktur; (4) dalam kegiatan berbicara siswa merasa tegang, gugup, malu, dan kurang rileks, kondisi ini akan mengurangi kualitas tuturan mereka; dan (5) siswa kurang bisa merangkaikan ide dan gagasannya secara lengkap, mereka sering lupa dan tidak fokus dengan apa yang akan mereka sampaikan saat berada di depan kelas.
Pemaparan di atas merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa faktor
penyebab kesulitan siswa dalam berbicara terutama dalam menceritakan tokoh
idola yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri siswa, pembelajaran yang
monoton dan tidak menarik, dan kurangnya pembelajaran yang menekankan pada
praktik terutama dalam latihan berbicara.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berusaha memperbaiki keadaan
dengan menawarkan suatu teknik pembelajaran yang diyakini dapat mengatasi
masalah tersebut. Teknik pembelajaran tersebut adalah tari bambu (bamboo
dancing).
Penggunaan teknik pembelajaran tari bambu (bamboo dancing)
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kenyataan ini telah dibuktikan oleh
5
Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari
Bambu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 060942
Medan Deli Tahun Ajaran 2011/2012” beliau menyimpulkan bahwa teknik tari
bambu telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia pada pokok bahasan menyusun cerita. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai rata-rata siswa sebelum menggunakan model tersebut adalah 44 dan
sesudah menggunakan model tersebut nilai rata-rata siswa adalah 69.
Selanjutnya, keberhasilan teknik pembelajaran tari bambu ini juga telah
dibuktikan oleh Umi Fatimah (2009), beliau meneliti tentang kemampuan siswa
dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik tari bambu pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung tahun ajaran 2008/2009. Hasil
penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis
puisi yang diberi perlakuan dengan menggunakan teknik tari bambu dan teknik
konvensional dengan nilai thitung (6,358) > ttabel (2,042).
Sedikit gambaran terkait teknik pembelajaran tari bambu (bamboo
dancing) bahwa pada dasarnya merupakan pembelajaran yang lebih menekankan
pada interaksi dan kerja sama dalam kelompok. Teknik ini diberi nama tari bambu
karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua
potong bambu yang digunakan dalam tari bambu. Dalam kegiatan belajar
mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat bersamaan.
Selanjutnya, Lie (2010:67) menyatakan bahwa, “bahan pelajaran yang paling
cocok digunakan dengan teknik tari bambu adalah bahan yang membutuhkan
6
pemaparan diatas, maka materi pembelajaran menceritakan tokoh idola
merupakan bahan pelajaran yang paling cocok menggunakan model ini karena
antar siswa saling bertukar pikiran dan informasi tentang masing-masing tokoh
yang diidolakannya.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan
memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan
singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana
gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Lie, 2010: 67).
Dengan adanya prosedur-prosedur teknik pembelajaran tari bambu
(bamboo dancing) yang diterapkan pada pembelajaran berbercerita diharapkan
dapat menjadi daya tarik bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaannya terutama dalam menceritakan tokoh idola. Adanya kerja sama dan
interaksi antarsiswa juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
kemampuan berbicaranya dalam menceritakan tokoh idola. Oleh karena itu,
penulis berencana untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Teknik Tari
Bambu (Bamboo Dancing) terhadap Kemampuan Menceritakan Tokoh Idola
Siswa Kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan Tahun Pembelajaran
2014/2015.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
7
2. pembelajaran berbicara di sekolah tidak dilakukan dengan baik;
3. kurangnya rasa percaya diri siswa dalam menceritakan tokoh idola sesuai
dengan pendapatnya sendiri;
4. model pembelajaran yang diterapkan kurang inovatif sehingga pembelajaran
menjadi monoton dan tidak menarik;
5. kurangnya pembelajaran yang menekankan pada praktik terutama dalam
latihan berbicara.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran yang tepat dan terarah maka perlu
dibatasi permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini, permasalahan
dibatasi dan difokuskan pada kemampuan bercerita yang masih rendah dan proses
pembelajaran yang masih menggunakan model pembelajaran yang kurang
inovatif. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Swasta Nurul
Hasanah Medan pada semester genap tahun pembelajaran 2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP
Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sebelum
penggunaan teknik tari bambu (bamboo dancing)?
2. Bagaimana kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP
Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sesudah
8
3. Adakah pengaruh teknik tari bambu (bamboo dancing) terhadap kemampuan
menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah Medan
tahun pembelajaran 2014/2015?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. untuk mendeskripsikan kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII
SMP Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sebelum
penggunaan teknik tari bambu (bamboo dancing);
2. untuk mendeskripsikan kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII
SMP Swasta Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015 sesudah
penggunaan teknik tari bambu (bamboo dancing);
3. untuk mendeskripsikan adanya pengaruh teknik tari bambu (bamboo dancing)
terhadap kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta
Nurul Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. sumbangan pengetahuan dalam penggunaan teknik pembelajaran tari
bambu (bamboo dancing) pada mata pelajaran bahasa Indonesia;
b. sebagai motivasi belajar siswa dalam menggunakan teknik pembelajaran
tari bambu (bamboo dancing);
c. sebagai suatu teknik pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses
belajar terhadap menceritakan tokoh idola.
9
a. sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia termasuk
penulis dalam mengajar nantinya. Melalui teknik ini guru menjadi lebih
fokus untuk meneliti kemampuan menceritakan tokoh idola di dalam kelas
ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan tetap terkondisi;
b. sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah yang bersangkutan agar dapat
meningkatkan kualitas pengajarannya;
c. sebagai bahan perbandingan untuk peneliti-peneliti lain dalam objek ini
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian, diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul
Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 sebelum menggunakan
teknik pembelajaran tari bambu (bamboo dancing) nilai rata-rata 66,96
kategori cukup.
2. Kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP Swasta Nurul
Hasanah Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 sesudah menggunakan
teknik pembelajaran tari bambu (bamboo dancing) menunjukkan bahwa nilai
rata-rata siswa sebesar 80,06 kategori baik.
3. Teknik tari bambu (bamboo dancing) berpengaruh positif terhadap
kemampuan menceritakan tokoh idola siswa kelas VII SMP swasta Nurul
Hasanah Medan tahun pembelajaran 2014/2015, hal ini dapat dilihat dari
71
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis juga menyampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam berbicara khususnya menceritakan tokoh idola
perlu ditingkatkan lagi. Untuk itu dibutuhkan teknik pembelajaran yang lebih
efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) di sekolah.
Salah satu teknik pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah teknik
pembelajaran tari bambu (bamboo dancing).
2. Menggunakan teknik tari bambu (bamboo dancing) diperlukan pemahaman
guru bahasa Indonesia baik dari segi persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi
agar hal yang diharapkan dapat tercapai yakni meningkatnya kemampuan
berbicara siswa dalam menceritakan tokoh idola.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjut oleh penelitian lain guna memberi masukan
yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam peningkatan
72
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yusuf Zainal. 2012. Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Dhieni, N, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ibrahim, Muslim, dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.
Majid, Abdul. 2001. Mendidik Anak dengan Cerita. Bandung : Rosdakarya
Mursini. 2010. Bimbingan Apresiasi Sastra Anak-anak. Medan: USU Press.
Mudini dan Salamat Purba. 2009. “Pembelajaran Bercerita”. Jakarta: Modul
Suplemen KKG Bermutu.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Yogyakarta. PT. Kurnia Kalam.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.
73
Fatimah, Umi. 2009. “ Menulis Puisi dengan Menggunakan Teknik Tari Bambu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009”. Bandung:UPI.
Halidjah, Siti. 2010. “Evaluasi Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, Vol. 2, No. 1.
Kusmintayu, Norma, dkk. 2012. “Penerapan Metode Mind Mapping
untukMeningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Sekolah Menengah Pertama.” BASASTRA Jurnal Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 1, No. 1, Desember 2012, ISSN 12302-6405.
Muliasari, Ely. 2009. “Penggunaan Kemampuan Strategi Pembelajaran
Questioning Based Story untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas X di SMA N 1 Pemalang”. Jurnal Didaktika: Periode September 2009. No. 3. Tahun 1.
Pandia, Laila Kadrina S. 2012.“Meningkatkan Minat Belajar Siswa dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 060942 Medan Deli Tahun Ajaran 2011/2012. E-Jurnal Unimed.