• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Hati Sapi Yang Diambil Dari Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Hati Sapi Yang Diambil Dari Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA HATI SAPI DARI PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

NIM 081000139 MERRY IRASANTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA HATI SAPI DARI PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIM 081000139 MERRY IRASANTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Hati sapi merupakan makanan bergizi yang mengandung banyak protein yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tubuh. Hati sapi selain mengandung protein tinggi juga berpotensi terkontaminasi mikrobiologi dan kimiawi. Pencemaran Timbal (Pb) bisa saja terjadi pada saat pemeliharaan sapi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi dari peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang dan mengetahui gambaran lokasi peternakan, pakan dan air minum pada sapi.

Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat dekskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran lokasi peternakan, pakan dan air minum pada sapi dan analisa kandungan Timbal (Pb) dalam hati sapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Timbal (Pb) dalam hati sapi tidak melebihi ambang batas yang ditentukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Kandungan Timbal (Pb) pada kesepuluh sampel hati sapi yang diperiksa, yang terendah 0,023 ppm dan yang tertinggi adalah 1,230 ppm.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa kandungan Timbal (Pb) dalam hati sapi tersebut berada dibawah ambang batas. Hal ini karena Peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang memberikan pakan yang baik untuk sapi mereka tetapi masih ada peternakan yang berada di tepi jalan raya dan dekat dengan pembuangan limbah. Namun demikian, perlu diadakan pengawasan, pengaturan dan saran oleh instansi terkait (Dinas kesehatan) tentang penyesuaian lokasi untuk peternakan sapi.

(5)

ABSTRACT

Beef liver is a nutritious food contains a lot of protein needed for body growth, development and health. A high protein beef liver could be potentially contaminated both microbiological and chemical substance. Contamination of lead (Pb) could be occurred at the husbandry.

This study aimed to determine the lead (Pb) content in beef liver from cattle farm in Deli Serdang and describe the location of the cattle farm, fodder and drinking water for cow.

This study was conducted by descriptive method as an attempt to describe the location of the cattle farm, fodder and drinking water for cow and the analysis of the lead (Pb) content in beef liver.

The analyze showed the lead content in beef liver did not exceed the specified threshold value, according to Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 about the maximum limit value of heavy metal contamination in food. The laboratory tests result of the lead content from ten beef livers showed that the lowest was 0,023 ppm and the highest was 1,230 ppm.

Based on the result of study, it was found that the content of lead (Pb) in beef liver was under the specified threshold value. This could be as the result of the good feeding of cattle farm in Deli Serdang regency but there are also many cattle farms located on the side of the highway and close to waste dumps. However, there should be controlling, regulation, and advisory by related instance (Health Department) about the suitable location for the location of the cattle farm.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Merry Irasanti Lumban Tobing

Tempat/ Tanggal lahir : Medan, 23 Desember 1989

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Yos.sudarsso, Kampung Lalang, T. Tinggi

Riwayat Pendidikan :

Tahun 1995-2001 : SD R.A. Kartini T.Tinggi

Tahun 2001-2004 : SLTP Katolik Cinta Kasih T.Tinggi

Tahun 2004-2007 : SMA St. Thomas 1 Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepadaMu ya Bapa, atas segala kasih dan kekuatan yang Engkau curahkan dari awal hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA HATI SAPI YANG DIAMBIL DARI PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2012 “ sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Bapak dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing II yang selama proses penulisan skripsi ini telah banyak meluangkan waktu dan sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan masukkan untuk perbaikan skripsi ini sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril dan material. Oleh karena itu, dengan hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya dosen Departemen Kesehatan Lingkungan, kepada kak Dian dan bang Yanof terima kasih atas bantuannya dalam pengurusan administrasi selama ini.

5. Pak Alhamra selaku Ka. Laboratorium MMH Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan

6. Sahabatku yang paling baik, Febryna Maria Sibarani yang selalu memberikan masukan, nasehat, dan semangat, makasih banyak ya feb, you are the best. Shinta Sinaga selaku teman seperjuangan yang selalu mengingatkan dan mendorong kemajuan perkembangan skripsi ini, Susan buat doanya , Berta, Fiesta, Vita, Bram, Putra, Nelly, Devy, Ela dan Iti, vany, tela, makasih ya woi. 7. Teman-teman kos 265, khususnya bg saragih, Benny dan Junedy, terima kasih sudah membantu survey, itoku Gabe yang selalu bertanya tentang kemajuan skripsi ini, tumiur, dan teman lainnya.

8. Teman- teman imakel ’08, yang melewati masa-masa kekompakaan dan kegalauan rahas, leo, jo, novy, rudi, sara, dan lainnya.

9. Semua stambuk 08 yang tidak bisa disebut namanya satu persatu, yang berjuang untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

10.Ika, ferry yang selalu menanyakan kabar skripsi, melva, dan dastrisna semoga tetap semangat.

(9)

12.Teman-teman mudika yang terkasih , kk sarah terima kasih udah ngingatin, kk iren, bg boy yang selalu jadi inspirasiku, bg Vero, bg Socrates, kk Haga, kiki sitepu, dan lainnya.

Teristimewa kepada kedua orangtuaku, Babe T.P lumban Tobing dan mamiku S. br Hutagalung, yang selalu senantiasa mendoakan, mengingatkan, dan mendukungku dalam segala hal sampai saat ini. Terimakasih buat kasih sayang yang mami dan babe berikan semoga berkat dan kasih Tuhan selalu bersama kalian. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak dan kedua adik penulis yang senantiasa mendoakan penulis dari jauh. Terimakasih juga penulis ucapkan untuk keluarga besar op. Angel, dan keluarga besar op. Damanik yang memberikan dorongan dan bantuannya selama ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga membutuhkan banyak masukkan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan Semoga Yesus Kristus mencurahkan berkat dan rahmat melimpah buat kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2.Tujuan Khusus ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Timbal (Pb)... 6

2.1.1.Definisi dan Sifat- Sifat Timbal (Pb) ... 6

2.1.2.Asal dan Jenis Timbal (Pb) ... 7

2.1.3.Penggunaan Timbal (Pb)... 8

2.1.4.Sumber Pencemaran Timbal (Pb) ... 9

2.1.5.Timbal (Pb) di Lingkungan ... 11

2.1.6.Efek Toksisitas Timbal (Pb) pada Kesehatan ... 13

2.2.Absorpsi, Distribusi, dan Ekskresi Timbal (Pb) dalam Tubuh Manusia ... 16

2.3.Teori Simpul ... 18

2.4.Resiko Pencemaran Timbal (Pb) pada Hati Sapi ... 19

2.5.Sapi ... 22

2.5.1.Karakteristik Sapi... 23

2.5.2.Tujuan Pemeliharaan Sapi ... 26

2.5.3.Cara Pemeliharaan Sapi ... 27

2.5.4.Pakan Sapi ... 28

2.5.4.1. Jenis Pakan ... 28

2.5.4.2. Nutrisi Pakan ... 29

2.5.4.3. Kendala dalam Ketersediaan Pakan ... 31

2.5.5.Tindakan Hieginis/ Sanitasi ... 32

(11)

2.7.Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1.Jenis Penelitian ... 36

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2.Waktu Penelitian ... 36

3.3.Objek Penelitian ... 36

3.4.Mekanisme Pengambilan Sampel ... 36

3.5.Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5.1.Data Primer ... 37

3.6.Definisi Operasional ... 37

3.7.Prosedur Kerja Pemeriksaan Timbal (Pb) ... 38

3.8.Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41

4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 41

4.1.1.Aspek Geografi ... 41

4.2. Hasil Penelitian ... 42

4.2.1.Karakteristik Pengelola Peternakan Sapi ... 42

4.2.2.Manajemen Pemeliharaan Sapi ... 44

4.2.3.Analisa Kadar Timbal (Pb) pada Hati Sapi ... 45

BAB V PEMBAHASAN ... 47

5.1. Karakteristik Pengelola Peternakan Sapi ... 47

5.1.1.Jenis Kelamin ... 47

5.1.2.Umur ... 47

5.1.3.Tingkat Pendidikan ... 48

5.1.4.Lama Bekerja ... 48

5.2. Manajamen Pemeliharaan Sapi ... 49

5.2.1.Sumber Pakan Sapi ... 49

5.2.2.Sumber Air Minum Sapi ... 50

5.2.3.Lokasi Peternakan ... 51

5.3. Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Hati Sapi ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 53

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1. Hubungan konsentrasi Timbal (Pb) dalam darah

dengan efeknya terhadap kesehatan ... 14

4.1. Distribusi Jenis Kelamin Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 42

4.2. Distribusi Umur Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 43\

4.3. Distribusi Pendidikan Terakhir Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 43

4.4. Distribusi Lama Bekerja Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 43

4.5. Distribusi Sumber Pakan Sapi ... 44

4.6. Distribusi Sumber Air Minum Sapi ... 44

4.7. Distribusi Lokasi Peternakan Sapi ... 44

4.8. Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb) Yang Diambil Dari Peternakan Sapi Potong Pada Hati Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar kuesioner ... 57

Lampiran II Lembar observasi ... 59

Lampiran III Surat permohonan izin penelitian dari FKM USU ... 60

Lampiran IV Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari Balai Riset dan Standardisasi Medan. ... 61

Lampiran V Hasil pemeriksaan kandungan timbal (Pb) ... 62

Lampiran VI Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 ... 63

(15)

ABSTRAK

Hati sapi merupakan makanan bergizi yang mengandung banyak protein yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tubuh. Hati sapi selain mengandung protein tinggi juga berpotensi terkontaminasi mikrobiologi dan kimiawi. Pencemaran Timbal (Pb) bisa saja terjadi pada saat pemeliharaan sapi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi dari peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang dan mengetahui gambaran lokasi peternakan, pakan dan air minum pada sapi.

Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat dekskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran lokasi peternakan, pakan dan air minum pada sapi dan analisa kandungan Timbal (Pb) dalam hati sapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Timbal (Pb) dalam hati sapi tidak melebihi ambang batas yang ditentukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Kandungan Timbal (Pb) pada kesepuluh sampel hati sapi yang diperiksa, yang terendah 0,023 ppm dan yang tertinggi adalah 1,230 ppm.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa kandungan Timbal (Pb) dalam hati sapi tersebut berada dibawah ambang batas. Hal ini karena Peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang memberikan pakan yang baik untuk sapi mereka tetapi masih ada peternakan yang berada di tepi jalan raya dan dekat dengan pembuangan limbah. Namun demikian, perlu diadakan pengawasan, pengaturan dan saran oleh instansi terkait (Dinas kesehatan) tentang penyesuaian lokasi untuk peternakan sapi.

(16)

ABSTRACT

Beef liver is a nutritious food contains a lot of protein needed for body growth, development and health. A high protein beef liver could be potentially contaminated both microbiological and chemical substance. Contamination of lead (Pb) could be occurred at the husbandry.

This study aimed to determine the lead (Pb) content in beef liver from cattle farm in Deli Serdang and describe the location of the cattle farm, fodder and drinking water for cow.

This study was conducted by descriptive method as an attempt to describe the location of the cattle farm, fodder and drinking water for cow and the analysis of the lead (Pb) content in beef liver.

The analyze showed the lead content in beef liver did not exceed the specified threshold value, according to Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 about the maximum limit value of heavy metal contamination in food. The laboratory tests result of the lead content from ten beef livers showed that the lowest was 0,023 ppm and the highest was 1,230 ppm.

Based on the result of study, it was found that the content of lead (Pb) in beef liver was under the specified threshold value. This could be as the result of the good feeding of cattle farm in Deli Serdang regency but there are also many cattle farms located on the side of the highway and close to waste dumps. However, there should be controlling, regulation, and advisory by related instance (Health Department) about the suitable location for the location of the cattle farm.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pencemaran lingkungan bukanlah suatu hal yang baru, karena pencemaran lingkungan telah terjadi sejak dahulu sampai sekarang.. Pencemaran yang paling besar disebabkan oleh pembuangan senyawa kimia tertentu dari kegiatan industri dan transportasi. Salah satu bahan pencemar terbesar yang dihasilkan adalah Timbal (Pb). Banyak industri yang pada proses produksinya menggunakan Timbal (Pb) seperti industri pembuatan baterai, industri cat, pestisida, pembuatan pipa, dan industri keramik. Timbal (Pb) juga digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar, khususnya bensin sebagai anti knocking (anti letup).

(18)

produksi, pasca-produksi, maupun praproduksi. Praproduksi mencakup proses pembibitan dan pemeliharaan baik tanaman maupun hewan ternak. Beberapa penelitian tentang kandungan Timbal (Pb) pada makanan menunjukkan kontaminasi Timbal (Pb) terjadi pada saat praproduksi.

(19)
(20)

1.2.Perumusan Masalah

Bahan pangan hewani seperti daging, telur, jeroan dan hasil ternak lainnya mengandung protein yang tinggi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tubuh. Namun selain mengandung protein yang tinggi, juga rentan terhadap kontaminasi baik mikrobiologik maupun bahan racun kimia seperti logam berat Timbal (Pb). Keberadaan Timbal (Pb) tersebut di dalam pangan hewani bisa disebabkan pencemaran pakan maupun minuman ternak. Logam Timbal (Pb) tersebut akan berakumulasi pada hati hewan ternak tersebut secara terus menerus dalam jangka waktu panjang. Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah apakah ada kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi yang diambil dari peternakan sapi potong di Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi dari peternakan sapi potong di Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

1.3.2.Tujuan Khusus.

1. Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) pada hati sapi tersebut apakah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan ketetapan Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan.

2. Untuk mengetahui gambaran pakan dan air minum sapi. 3. Untuk mengetahui gambaran lokasi peternakan sapi.

(21)

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi kepada masyarakat mengenai kemungkinan adanya kadar Timbal (Pb) pada hati sapi.

2. Sebagai masukan kepada pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sanitasi peternakan sapi potong khususnya dalam hal pemberian pakan dan minum ternak, dan lokasi peternakan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Timbal (Pb)

2.1.1.Definisi dan Sifat- Sifat Timbal (Pb)

Menurut Widowati (2008), Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang terbentuk secara alami. Namun, Timbal (Pb) juga bisa berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Timbal (Pb) alami. Timbal (Pb) meleleh pada suhu 328ºC (662ºF); titik didih 1740ºC (3164ºF); dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20.

Sedangkan menurut ATSDR (2005), Timbal (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat yang secara alami terdapat pada lapisan kerak bumi. Bagaimanapun, Timbal (Pb) jarang ditemukan dalam bentuk logam tunggal tetapi biasanya ditemukan bergabung dengan dua atau lebih logam lainnya dalam satu komposisi.

Timbal (Pb) banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Menurut Fardiaz (1992) hal ini dikarenakan timbal (Pb) memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1) Timbal (Pb) mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.

2) Timbal (Pb) merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.

(23)

4) Timbal (Pb) dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk mempunyai sifat berbeda dengan Timbal (Pb) yang murni.

5) Densitas Timbal (Pb) lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan merkuri.

2.1.2.Asal dan Jenis Timbal (Plumbum)

Penyebaran logam Timbal (Pb) di bumi sangat sedikit. Menurut Palar (2008), jumlah Timbal (Pb) yang terdapat di seluruh lapisan bumi hanya 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi. Di alam sendiri terdapat 4 macam isotop plumbum yaitu:

1)Timbal-204 atau Pb204, diperkirakan berjumlah 1,48% dari seluruh isotop timbal yang terdapat di alam.

2)Timbal-206 atau Pb206, ditemukan dalam jumlah sebesar 23,6% dari seluruh isotop timbal yang terdapat di alam.

3)Timbal-207 atau Pb207, sebanyak 22,6% dari seluruh isotop plumbum yang terdapat di alam.

4)Timbal-208 atau Pb208, ditemukan sebanyak 52,32% dari seluruh isotop plumbum yang terdapat di alam.

(24)

Bijih logam Timbal (Pb) ini bergabung dengan logam-logam lain seperti perak (argentums-Ag), seng (zincum-Zn), arsen (arsenicum-Ar), logam stibi (stibium-Sb), dan dengan logam bismuth (bismuth-Bi). Bijih-bijih logam Timbal (Pb) yang diperoleh dari hasil penambangan hanya mengandung sekitar 3 – 10 % timbal. Hasil ini akan dipekatkan lagi hingga mencapai 40% sehingga didapatkan logam timbal murni.

Menurut ATSDR (2005), Timbal (Pb) secara alami terdapat di lingkungan. Tetapi walaupun begitu, sebagian besar keberadaan Timbal (Pb) di lingkungan berasal dari kegiatan manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke lingkungan dari kegiatan pertambangan Timbal (Pb) dan logam lainnya juga dari industri yang menggunakan Timbal (Pb) ataupun dalam bentuk alloy.

2.1.3.Penggunaan Timbal (Pb)

Menurut Widowati (2008), logam Timbal (Pb) dalam pertambangan berbentuk sulfida logam (Pbs) yang disebut galena. Logam timbal (Pb) digunakan dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat antiletup pada bensin, bahan untuk penyolderan, sebagai formulasi penyambung pipa. Kemampuan timbal (Pb) membentuk alloy dengan berbagai jenis logam lain sehingga banyak digunakan, seperti :

1) Pb + Sb sebagai kabel telepon

2) Pb + As + Sn + Bi sebagai kabel listrik

3) Pb + Ni senyawa azida sebagai bahan peledak 4) Pb + Cr + Mo +Cl sebagai pewarnaan cat

(25)

6) Pb + Te sebagai pembangkit listrik tenaga panas

7) Tetrametil-Pb dan Tetraetil Pb sebagai bahan aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor.

Menurut Nasution (2004) dalam Widowati (2008), Timbal (Pb) sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar, yaitu (C₂H₅)₄Pb atau TEL (Tetran Ethyl Lead) yang digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan

angka oktan. Keberadaan octane booster dibutuhkan dalam bensin agar mesin bisa bekerja dengan baik.

Sedangkan menurut ATSDR (2005), industri yang paling banyak menggunakan Timbal (Pb) untuk produksi adalah industri pembuatan baterai. Penggunaan Timbal (Pb) lainnya untuk pembuatan benda-benda yang disolder, untuk mesin x- ray dan pencegahan korosi pada peralatan dan bangunan gedung.

2.1.4.Sumber Pencemaran Timbal (Pb)

Keberadaan Timbal (Pb) dapat ditemukan secara alami dan secara buatan seperti dari hasil industri dan dari buangan kendaraan bermotor.

1. Sumber Alami

(26)

Menurut Mukono (2002), analisis air bawah tanah menunjukkan kadar Timbal (Pb) sebesar 1 – 60 µg/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka 1 – 10 µg/liter. Sedangkan menurut Palar (2008), di pantai California (USA) kadar Timbal (Pb) menunjukkan kadar 0,08 - 0,04 µg/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C₂H₃O₂)₂), timbal klorat Pb(CLO₃)₂, timbal nitrat Pb(NO₃)₂, timbal stearat Pb(C₁₈H₃₅O₂)₂. Timbal (Pb) juga dapat berada dalam tumbuhan secara alami. Menurut Siregar (2005), secara normal kandungan Pb dalam berbagai jenis tanaman berkisar antara 0,5 - 3,0 μg/g, atau dengan kata lain kandungan maksimal Pb dalam tanaman adalah 3,0 μg/g.

2. Sumber dari Industri

Menurut Sudarmaji (2006), industri yang berpotensi sebagai sumber pencemaran Timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, seperti industri pengecoran, pembuatan baterai, kabel, dan industri kimia dalam pembuatan cat, karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain.

3. Sumber dari Transportasi

(27)

(Pb) yang ditambahkan ke bensin, kurang lebih 70% diemisikan melalui knalpot dalam bentuk garam inorganik, 1% diemisikan masih dalam bentuk tetraakyl lead dan sisanya terperangkap dalam sistem exhaust dan mesin oli (Mukono, 2002).

Menurut Santi (2001), penggunaan Timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas Timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram Timbal (Pb) perliter bensin mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga Timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya.

2.1.5.Timbal (Pb) di Lingkungan 1. Timbal (Pb) di udara

Menurut Mukono (2002), Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Di daerah tanpa penghuni dipegunungan California (USA), kadar Timbal (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m³ sedangkan baku mutu di udara adalah 0,025 - 0,04 gr/Nm³.

2. Timbal (Pb) di Air

(28)

Menurut Sudarmaji (2006), secara alami Timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar Timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 – 10 µg/ liter. Dalam air laut kadar Timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar.

3. Timbal (Pb) di Tanah

Menurut Widowati (2008), rata-rata timbal (Pb) yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5 – 25 mg/kg. Keberadaan timbal di dalam tanah dapat berasal dari emisi kendaraan bermotor, dimana partikel timbal yang terlepas ke udara, secara alami dengan adanya gaya gravitasi, maka timbal tersebut akan turun ke tanah.

4. Timbal di Batuan

Timbal secara alami terdapat sebagai timbal sulfida, timbal karbonat, timbal sulfat, dan timbal klorofosfat (Faust and Aly, 1981) dalam (Diapari, 2009). Kandungan Timbal (Pb) dari beberapa batuan kerak bumi sangat beragam. Batuan eruptif seperti granit dan riolit memiliki kandungan Pb kurang lebih 200 ppm. Menurut Mukono (2002), bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut study Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.

5. Timbal di Tumbuhan

(29)

6. Timbal di Makanan

Menurut Fardiaz (1992), semua bahan pangan alami mengandung Timbal (Pb) dalam konsentrasi kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan bertambah. Timbal (Pb) pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi glaze. Sedangkan menurut Palar (2008), dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa Timbal (Pb) bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy dari logam Timbal (Pb).

2.1.6. Efek Toksisitas Timbal (Pb) terhadap Kesehatan

(30)
[image:30.612.123.526.169.486.2]

Efek Timbal (Pb) secara umum terhadap kesehatan berdasarkan konsentrasinya di dalam darah dapat kita lihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Hubungan konsentrasi Timbal (Pb) dalam darah dengan efeknya terhadap kesehatan.

Kategori

Umur Efek

Konsentrasi Timbal (Pb) dalam darah (µg/dl)

Anak- anak Penurunan kadar ALAD <5

Anak- anak Mempengaruhi perkembangan

mental <10

Anak- anak Perkembangan seksual terganggu <10

Anak- anak Penurunan vitamin D >15

Anak- anak Meningginya EP >15

Anak- anak Penurunan NCV >30

Anak- anak Penurunan hemoglobin >40

Anak- anak Kolik >60

Anak- anak Linglung >4

Dewasa Penurunan ALAD >4

Dewasa Penurunan GFR <10

Dewasa Tekanan darah naik <10

Dewasa Meningginya EP (wanita) >20

Dewasa Proteinuria >30

Dewasa Neuropati perifer >40

Dewasa Linglung >40

Dewasa Hormon tiroid berubah >40

Dewasa Kesuburan berkurang >40

Dewasa Penurunan hemoglobin >50

Sumber : diterjemahkan dari ATSDR (2005)

Menurut Sudarmaji (2006), efek dari paparan Timbal (Pb) akan menimbulkan gangguan pada organ tubuh sebagai berikut:

1) Gangguan terhadap sintesa haemoglobin.

(31)

Timbal (Pb) pada manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan Pb.

2) Gangguan terhadap sistem syaraf

Paparan menahun dengan Timbal (Pb) dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, mudah tersinggung,

sakit kepala, tremor, halusinasi, mudah lupa, sulit konsentrasi dan menurunnya kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40 – 80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa

canggung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5 – 15 tahun.

3) Gangguan terhadap fungsi ginjal

Timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus.

Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

4) Gangguan terhadap neurologi

(32)

5) Gangguan terhadap sistem reproduksi

Logam Timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan Timbal (Pb) di udara. Paparan Timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ .

Sedangkan menurut Widowati (2008), gejala dan tanda- tanda klinis akibat paparan Timbal (Pb) antara lain:

1) Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah- muntah, dan sakit perut yang hebat.

2) Gangguan neurologi berupa ensefalopati seperti sakit kepala, bingung, atau pikiran kacau, sering pingsan.

3) Gangguan fungsi ginjal, oliguria, dan gagal ginjal yang akut bisa berkembang dengan cepat.

2.2.Absorpsi, Distribusi, dan Ekskresi Timbal (Pb) dalam Tubuh Manusia

(33)

Konsentrasi Timbal (Pb) yang diserap oleh tubuh akan semakin besar jika ukuran partikel debu semakin kecil dan volume udara yang mampu dihirup semakin besar. Timbal (Pb) yang masuk ke dalam paru-paru akan berdifusi dan berikatan dalam darah untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Lebih dari 90% Timbal (Pb) yang terserap oleh darah berikatan dengan sel darah merah.

Sedangkan Timbal (Pb) yang diabsorpsi melalui saluran pencernaan didistribusikan ke dalam jaringan lain melalui darah. Menurut Ardyanto (2005), Timbal (Pb) yang diabsorpsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh, sebanyak 95% Timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian Timbal (Pb) disimpan dalam jaringan lunak dan tulang, sebagian lagi diekskresikan lewat kulit, ginjal dan usus besar.

[image:33.612.108.495.411.630.2]

ABSORPSI PENYIMPANAN EKSKRESI

Gambar 2.1. Skema Metabolisme Pb dalam Tubuh Manusia ( Hemberg S dalam Zens C, 1994, dengan modifikasi)

(34)

Menurut Goldstein & Kipen (1994) dalam Ardyanto (2005), pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu- abu pada perbatasan antara gigi dan gusi. Hal itu merupakan ciri khas keracunan Timbal (Pb). Pada umumnya ekskresi Timbal (Pb) berjalan sangat lambat. Timbal (Pb) waktu paruh di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 2-5 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Timbal (Pb) mudah terakumulasi dalam tubuh. Timbal (Pb) yang masuk melalui pencernaan biasanya masuk ketika manusia mengkonsumsi makanan yang mengandung Timbal (Pb).

2.3.Teori Simpul

Gangguan kesehatan merupakan resultan dari hubungan interaktif antara lingkungan dan variabel kependudukan. Menurut Achmadi (2008), proses kejadian penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni simpul 1, sumber penyakit; simpul 2, komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit; simpul 3, penduduk dengan berbagai variabel kependudukan seperti pendidikan, perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul 4, penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau eksposure dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.

Teori Simpul Masuknya Timbal (Pb) pada Sapi

-Knalpot Kendaraan -Lahan Pertanian -Pipa air minum

Timbal Sapi

Hati sapi

mengandung Timbal

(35)

2.4.Resiko Pencemaran Timbal (Pb) pada Hati Sapi

Menurut Darmono (1995), pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industri yang mengandung logam berat misalnya AS, Cd, Pb dan Hg dapat terakumulasi dalam tanaman misalnya: padi, rumput, sayuran, dan jenis tanaman lain yang digunakan sebagai pakan ternak. Pakan yang tercemar senyawa toksik akan berinteraksi dengan jaringan organ di dalam tubuh ternak. Apabila cemaran senyawa toksik tersebut kadarnya cukup tinggi maka dengan cepat mematikan ternak. Dalam jumlah kecil, cemaran tidak menimbulkan efek langsung tetapi akan terus berada di dalam tubuh. Di dalam tubuh sebagian senyawa kimia toksik akan dimetabolisme menjadi senyawa metabolit yang kurang toksik dan sebagian lebih toksik daripada senyawa induknya. Senyawa induk maupun metabolit sebagian akan dikeluarkan dari tubuh melalui air seni dan feses, tetapi sebagian lagi tetap tersimpan dalam jaringan organ tubuh yang selanjutnya disebut sebagai residu. Kontaminasi logam berat, pestisida, dan senyawa beracun lainnya pada bahan pakan dapat terjadi setiap saat. Apabila pakan yang dikonsumsi ternak terkontaminasi senyawa kimia/ toksik maupun obat hewan maka residu dari senyawa kimia atau obat tersebut akan terakumulasi dalam jaringan organ tubuh dengan konsentrasi bervariasi.

(36)

badan per hari. Misalnya domba berat 50 kg, 2,5%-nya adalah 1,25 kg rumput, jika rumput mengandung 390 mg/kg Timbal (Pb), maka domba tersebut memakan 4,87mg Timbal (Pb)/hari.

Menurut Bahri (2008), pencemaran Timbal (Pb) pada pangan hewani dapat terjadi pada proses praproduksi, produksi, dan proses pasca-produksi. Proses praproduksi meliputi budidaya di peternakan atau produsen. Kandungan cemaran Timbal (Pb) pada hati sapi selama pemeliharaan dipengaruhi oleh:

1. Pakan sapi

Pakan sapi bisa saja tercemar oleh logam Timbal (Pb). Kualitas pakan sapi bergantung pada :

a. Sumber Pakan

Tak jarang rumput yang digunakan untuk pakan sapi, mengandung Timbal (Pb). Menurut Fardiaz (1992), rumput dan tanaman lain sebagai pakan ternak juga bisa terkontaminasi timbal (Pb) apabila tanahnya mengandung komponen Pb arsenat yang stabil yang sering digunakan sebagai pestisida.

b. Campuran Bahan Pakan

(37)

c. Ketersediaan Pakan

Peternak sering membeli limbah tanaman dari petani untuk pakan sapi karena keterbatasan ladang pengembalaan dan pertumbuhan rumput yang tidak sebanding dengan kebutuhan pakan sapi. Namun hal ini sering dilakukan, tanpa memperhatikan kualitas limbah tanaman terlebih dahulu. Menurut Indraningsih (2004), limbah yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, perlu diperhatikan kemungkinan adanya pencemaran pestisida pada pakan tersebut, sehingga dapat dihindari timbulnya residu pada produk ternak yang dihasilkan.

2. Air minum Sapi

Menurut Kusnoputranto (1996), sapi adalah hewan ruminansia yang sering keracunan karena mempunyai sifat suka menjilat-jilat, terjadinya toksisitas logam selain lewat pakan ternak juga lewat minuman. Kandungan Timbal (Pb) bisa saja terdapat dalam air minum sapi. Kualitas air minum sapi tergantung darimana sumber air yang digunakan. Air minum juga dapat terkontaminasi Timbal (Pb) jika peternak menggunakan air tanah yang tercemar pestisida karena sumber air berdekatan dengan lahan pertanian.

3. Lokasi Peternakan Sapi

(38)

menggunakan pestisida, dan limbah buangan industri. Tak jarang juga lokasi peternakan mempengaruhi kualitas udara. Menurut Kusnoputranto (1996), rumput pakan ternak yang terkontaminasi Timbal (Pb) dari udara juga sering menyebabkan keracunan kronis.

4. Umur Sapi

Menurut Kusnoputranto (1996), hewan yang mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan toksik setiap hari, semakin lama konsentrasi bahan toksik dalam tubuhnya semakin tinggi, kemungkinan melampaui konsentrasi bahan toksik yang ada pada makanan. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami jika faktor umur merupakan penentu kuantitas akumulasi bahan toksik, akumulasi bahan toksik akan selalu bertambah sejalan dengan bertambahnya waktu. Akumulasi logam yang tertinggi dalam organ detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal).

2.5.Sapi

Menurut Murtidjo (1990), pada umumnya bangsa sapi yang tersebar di seluruh penjuru dunia berasal dari bangsa sapi primitif yang telah mengalami dosmetikasi (penjinakkan). Pada garis besarnya sapi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Bos indicus (zebu/sapi berponok)

Bos indicus berkembang di India dan akhirnya menyebar ke berbagai Negara,

(39)

2. Bos Taurus

Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa- bangsa sapi potong

dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia, terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Belakangan ini keturunan Bos Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia.

3. Bos Sondaicus ( Bos bibos)

Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa- bangsa sapi di Indonesia. Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng (Bos Bibos), dewasa ini kita kenal dengan nama sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, sapi Sumatera, dan sapi lokal lainnya.

2.5.1.Karakteristik Sapi 1. Umur Sapi

Menafsir umur sapi merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dikuasai oleh peternak. Umur sapi dapat dideskripsikan dari :

a. Catatan tanggal lahir

Hasil catatan tanggal lahir yang dilakukan oleh peternak. Akan tetapi hal ini hanya dilakukan oleh peternak tradisional.

b. Keadaan gigi serinya.

Pada prinsipnya, taksiran dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian, dan kehausan gigi sapi.

(40)

2) Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 2 tahun.

3) Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 3 tahun.

4) Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 3,5 tahun.

5) Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah, mempunyai umur sekitar 4 tahun.

6) Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus, mempunyai umur sekitar 6 tahun.

7) Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 50% bagian telah aus, mempunyai umur sekitar 7,5 tahun.

8) Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai umur diatas 8 tahun.

(41)

2. Jenis

Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Aceh, sapi Brahman, sapi Bali, dll.

Sapi

a. Sapi Ongole

Bangsa sapi ini berasal dari India (Madras) yang beriklim tropis dan bercurah hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di jawa sangat popular dengan sebutan sapi benggala. Ukuran tubuh besar dan panjang sehingga merupakan jenis sapi yang paling banyak dipelihara untuk dijadikan sapi potong. b. Sapi Bali

Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng yang telah mengalami proses penjinakkan berabad-abad lamanya. Sapi Bali termasuk tipe sapi pedaging dan pekerja. Bentuk tubuh menyerupai banteng, tinggi badan sapi dewasa mencapai 130 cm dan berat badan sapi jantan mencapai 450 kg sedangkan betina 300 – 400 kg.

c. Sapi Aceh

(42)

d. Sapi Brahman

Bangsa sapi ini semula berkembang di Amerika Serikat kemudian tersebar luas baik di daerah tropis maupun subtropis, yakni Australia dan juga di Indonesia . Sapi ini termasuk tipe sapi potong yang baik di daerah tropis. Walaupun di daerah kurang subur, tetapi sapi Brahman tumbuh cepat karena pakannya sederhana. 3. Berat Sapi

Memberikan taksiran berat sapi, merupakan salah satu cakupan ketrampilan yang menjadi tuntutan bagi peternak. Secara sederhana berat sapi dapat dihitung dengan rumus terapan sebagai berikut:

Berat sapi = Pt x Ld x 70

Keterangan : Pt = Panjang tubuh Sapi Ld = Lingkar dada sapi 4. Jenis Kelamin Sapi

Peternak sapi potong biasanya memelihara keduanya, baik sapi jantan maupun betina. Tetapi untuk sapi potong biasanya, peternak memilih sapi jantan karena pertumbuhannya lebih cepat dari sapi betina.

2.5.2. Tujuan Pemeliharaan Sapi

(43)

Adapun tujuan pemeliharaan:

a. Usaha pemeliharaan sapi potong bibit.

Usaha ini bertujuan mengembangbiakkan sapi potong sehingga diharapkan keuntungan yang di dapat adalah hasil keturunannya.

b. Usaha pemeliharaan sapi potong untuk penggemukkan.

Usaha ini bertujuan untuk mendapat hasil dari penggemukkan sapi dimana sapi potong bakalan dipelihara beberapa lama sampai sapi menjadi gemuk. Sebagian besar peternak memilih untuk melakukan penggemukkan sapi potong atau disebut juga fattening.

2.5.3.Cara Pemeliharaaan Sapi

Menurut Murtidjo (1990), adapun cara pemeliharaan sapi potong yang biasa diterapkan adalah:

a. Pasture Fattening

Sapi biasanya dilepaskan di padang penggembalaan. Jadi, sapi merumput sendiri sampai kenyang, kemudian menjelang petang hari dikandangkan dan esoknya di lepas lagi. Sapi yang dipilih yang berumur 2,5 tahun dan lama penggemukkan berlangsung 6 – 8 bulan. Sapi tidak diberi makan penguat, sapi menjadi gemuk hanya dari merumput.

b. Dry Lot Fattening

(44)

ini pada prakteknya memerlukan biaya yang cukup tinggi dan lamanya penggemukkan sekitar 4 – 6 bulan.

c. Kombinasi Pasture – Dry Lot Fattening

Penggemukkan dengan cara ini sangat cocok dilakukan di lingkungan tropis yang memiliki dua musim. Pada musim penghujan, ketika rumput tumbuh sangat subur di padang penggembalaan, sapi-sapi dilepas untuk merumput sendiri. Tetapi di musim kemarau, pada saat rumput sangat terbatas jumlahnya, sapi- sapi dikandangkan dan diberi makan biji- bijian dan pakan hijauan kering lainnya seperti jerami.

2.5.4.Pakan Sapi 2.5.4.1. Jenis Pakan

Menurut Sugeng (2000), sapi yang sehat memerlukan jumlah pakan yang cukup dan berkualitas, baik dari segi kondisi pakan maupun imbangan nutrisi yang dikandungnya. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk sapi:

1. Pakan Hijauan

Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga. Pada umumnya pakan hijauan adalah rumput seperti rumput gajah dan rumput benggala dan jerami.

2. Pakan Penguat (konsentrat)

(45)

pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sehingga sapi yang sedang tumbuh ataupun yang sedang dalam masa penggemukkan harus diberikan pakan penguat yang cukup.

3. Pakan Tambahan

Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A dan vitamin D, sedangkan mineral yang dibutuhkan terutama Ca dan P. Pada umumnya pakan tambahan vitamin dan mineral berupa feed-supplement.

2.5.4.2. Nutrisi Pakan

Menurut Murtidjo (1990), makanan ternak sapi potong dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak sapi. Makanan yang baik akan menjadikan ternak sanggup menjalankan fungsi proses dalam tubuh secara normal.

Bahan baku makanan yang diperlukan dalam penyusunan bahan makanan sapi, terutama tersusun atas kadar air, protein, lemak, serat kasar, sumber mineral. 1. Air

(46)

Kebutuhan air bagi hewan ternak tergantung pada berbagai faktor: kondisi iklim, jenis sapi, umur, dan jenis pakan yang disediakan. Kebutuhan air bagi sapi yang lebih muda lebih banyak, apalagi jika kondisi lingkungan atau suhu meningkat. Kebutuhan air tersebut dapat terpenuhi melalui air minum, air yang terkandung di dalam pakan, dan air yang berasal dari proses metabolisme zat pakan dalam tubuh. Sapi memerlukan 3-6 liter air per 1 kg pakan kering.

2. Protein

Protein bisa diperoleh dari bahan- bahan pakan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan yang berupa hijauan legume seperti daun turi dan daun lamtoro ataupun dari biji- bijian seperti bungkil kedelai, ataupun bungkil kacang tanah.

3. Lemak

Sumber lemak utama terdapat pada pakan berbutir seperti bungkil kacang tanah dan bungkil kelapa.

4. Serat kasar

Serat kasar diperoleh dari pakan hijauan jenis leguminose seperti daun turi dan petai cina. Kandungan serat kasar yang diperlukan ternak sapi paling sedikit 13% dari bahan kering di dalam ransum. Serat kasar berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan. 5. Mineral untuk Sapi potong

(47)

unsur- unsur ini banyak terdapat di dalam ransum pakan. Namun seringkali, perlu ditambahkan unsur mineral, terutama garam (NaCl), Kalsium (Ca), dan Fosfor (P). 2.5.4.3. Kendala dalam Ketersediaan Pakan

Menurut Sugeng (2000), terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam proses penggemukkan sapi potong.

Adapun kendala dalam ketersediaan pakan adalah:

1. Pada umumnya produksi hijauan pakan ternak adalah musiman sehingga kontinuitas yang diperlukan sepanjang tahun sering kurang terjamin. Pakan hijauan berbeda dengan pakan penguat atau pakan berbiji yang bisa di datangkan dari mana dan kapan saja.

(48)

2.5.5.Tindakan Higienis/ Sanitasi

Tindakan higienis ialah usaha penjagaan kesehatan melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik virus, maupun parasit. Tindakan higienis berikut biasa dilakukan oleh para peternak guna membebaskan infeksi penyakit tersebut.

1. Kebersihan Peralatan

Menjaga kebersihan dengan cara menyucihamakan peralatan, segala peralatan yang pernah dipakai harus disucihamakan dengan cara:

a) Disemprot, disiram, atau direndam dengan cairan desinfektan : Creolin, Lysol, ataupun bahan paten lain.

b)Dijemur langsung pada cahaya matahari.

c) Disiram atau direndam dengan air mendidih, dan

d)Dikapur dinding kandangnya dengan cairan kapur kental atau dicat bagian bagian tertentu dengan teer.

2. Kebersihan Kandang

Sangat penting untuk menjaga kebersihan kandang baik di dalam maupun di luar kandang. Adapun hal- hal yang perlu diperhatikan adalah:

a) Kelembaban udara dan lantai harus dihindarkan dengan cara ventilasi kandang diatur secara sempurna dan sinar matahari pagi diusahakan bisa masuk ke dalam kandang .

(49)

c) Sisa-sisa pakan yang mungkin berserakan dan juga semak- semak yang tumbuh di sekitar kandang harus dibersihkan.

d)Pakan dan air minum harus bersih dan tidak terkontaminasi. 3. Kebersihan Kulit Ternak yang Dipelihara

Kulit yang sehat dan bersih saja yang bisa berfungsi dengan baik, sedangkan kulit yang kotor tak bisa berfunsi dengan baik. Kulit menjadi kotor akibat kotoran seperti kulit ari yang mengelupas, serta debu dan lumpur yang melekat bersama keringat dan lemak kulit. Sedangkan sapi yang selalu berada di dalam kandang biasanya menjadi kotor akibat debu dan kotorannya sendiri. Sapi yang kulitnya kotor bisa menimbulkan radang kulit. Oleh karena itu, untuk menjaga kebersihan kulit ini, ternak sapi perlu dimandikan dan disikat.

4. Kebersihan Petugas

Petugas harus menyucihamakan diri dengan cara mencuci anggota badan dengan air hangat dan sabun, kemudian menggosok dengan obat- obatan penyuci hama atau desinfektan.

5. Kebersihan Bahan Pakan dan Kandungan Racun

Bahan pakan yang kotor dan beracun akan mengganggu kesehatan ternak misalnya:

(50)

b) Hijauan yang beracun akibat racun terjadi secara alamiah di dalam tumbuhan itu sendiri seperti daun koro, daun singkong racun, turi bunga merah, ataupun yang terkena racun kimia akan sangat berbahaya bagi kesehatan ternak.

2.6. Metode Pemeriksaan Timbal (Pb) dengan SSA (Spektrofometri Serapan Atom)

(51)

2.7. Kerangka Konsep

- Pakan Sapi - Air Minum - Lokasi Peternakan

Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) Timbal (Pb)

pada hati sapi

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat SNI 7387 tahun 2009

Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan

- Karakteristik Pengelola Peternakan Sapi

- Jenis Kelamin - Umur

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi dari peternakan sapi potong di Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif yaitu hati diambil dari RPH kemudian diikuti dari peternakan mana asal hati sapi tersebut.

Pemeriksaan kadar Timbal (Pb) dilakukan di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan

3.2.2.Waktu Penelitian .

Pelaksanaan Penelitian dimulai pada bulan Juni s/d September tahun 2012. 3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah hati sapi dari peternakan sapi potong. 3.4.Mekanisme Pengambilan Sampel

(53)

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1.Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan hasil pemeriksan sampel di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan terhadap kadar timbal (Pb) pada hati sapi.

3.6.Definisi Operasional 1. Peternakan sapi adalah

2. Hati sapi adalah organ dalam sapi yang terletak didalam rongga perut tepat di belakang sekat rongga dada.

orang perorangan atau korporasi yang mengelola atau memelihara ternak sapi.

3. Kadar Timbal (Pb) pada hati sapi adalah kandungan Timbal (Pb) yang terakumulasi di hati sapi.

4. Pakan Sapi adalah zat makanan yang diberikan pada sapi untuk pertumbuhan dan pertambahan berat sapi.

5. Air minum sapi adalah air yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh sapi.

6. Lokasi Peternakan adalah daerah peternakan dimana kandang sapi didirikan.

7. Pemeriksaan kadar Timbal (Pb) pada hati sapi adalah pemeriksaan di laboratorium dengan metode Spektrofometri Serapan Atom (SSA) untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada hati sapi.

(54)

9. NAB adalah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan.

10.Memenuhi syarat adalah jika kadar Timbal (Pb) dalam hati sapi berada di bawah Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 yaitu 2 ppm.

11.Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar Timbal (Pb) dalam hati sapi berada di atas Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 yaitu 2 ppm.

3.7.Prosedur Kerja Pemeriksaan Timbal (Pb)

Menurut Darmono (1995), adapun prosedur Kerja Pemeriksaan Timbal (Pb) dengan metode Spektrofometri Serapan Atom (SSA) yaitu:

I. Peralatan

a) Timbangan analitik b) Oven pengering

c) Furnase (untuk pengabuan / system kering) d) Pelarut

e) Cangkir porselen 100 ml f) Erlenmeyer 50 ml

g) Gelas ukur 50 ml dan 100 ml h) Pipet pastur

(55)

j) Pemanas (hotplate)

k) Kertas saring Whatman ukuran 42

l) Spektrofotometer dan Atomik absorpsi spektrofotometer. II. Bahan Kimia

a) Asam Nitrat pekat 65% b) Asam sulfat pekat 98% c) Asam klorida pekat 70% d) Asam perklorat pekat 70%

e) Aquabides / Demineralisasi aquades f) Triklorasetat

g) Elon’s reagent h) Gliserin

i) Lantanum klorida j) Stanous klorida III. Prosedur Kerja

Sampel dapat dikeringkan atau dapat juga dalam bentuk basah, tetapi dalam perhitungan harus diberi keterangan berat kering atau berat basah.

Digesti 1. Sampel dengan berat sekitar 1-2 gr dimasukkan dalam gelas Erlenmeyer,

(56)

kering. Sampel kering tersebut dilarutkan dalam HNO₃ 10% sebanyak 5- 10 ml (tergantung berat sampelnya) dan di baca melalui mesin AAS.

Digesti 2. Sampel dimasukkan dalam cangkir porselen bersih kemudian

dikeringkan. Tambahkan 8 ml 65% supra pure asam nitrat , kemudian dipanaskan di atas hotplate pada temperatur sekitar 75ºC selama 3 jam atau lebih dan dibiarkan mongering. Larutkan dalam 10% asam nitrat, disaring melalui kertas saring Whatman 42, dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dengan menggunakan corong plastik polietilen. Bilas dengan aquabides dan buat larutan menjadi 50 ml, kemudian dianalisis dengan AAS.

3.8.Teknik Analisa Data

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1.Aspek Geografi

Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º57´- 3º16´ Lintang Utara dan 98º33´- 99º 27´ Bujur Timur dengan Ibukota Kabupaten yang terletak di Kecamatan Lubuk Pakam.

Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang, dapat diuraikan sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kabupaten Tanah Karo dan Kabupaten Simalungun

Sebelah Barat : Kabupaten Langkat dan Tanah Karo

Sebelah Timur : Kabupaten Serdang Bedagai

(58)

4.2.Hasil Penelitian

Peneliti melakukan observasi terhadap 10 peternakan sapi untuk melihat gambaran lokasi peternakan, pemberian pakan, dan air minum ternak selama pemeliharaan ternak sapi tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pengelola peternakan menggunakan kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu. Pemeriksaan Timbal (Pb) juga dilakukan pada hati sapi yang sudah diambil dari peternakan tersebut.

4.2.1.Karakteristik Pengelola Peternakan Sapi

[image:58.612.114.529.447.503.2]

Pengelola peternakan adalah orang yang bekerja langsung memelihara sapi. Karakteristik pengelola peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Jenis Kelamin Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%)

1. Laki- laki 9 90

2. Perempuan 1 10

(59)
[image:59.612.115.533.116.201.2]

Tabel 4.2. Distribusi Umur Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No Umur (tahun) Jumlah Persentase

(%)

1. 20 – 30 2 20

2. 31 – 40 4 40

3. 41 – 50 3 30

4. 51 – 60 1 10

Berdasarkan tabel 4.2. di atas, diketahui bahwa pengelola peternakan sapi sebagian besar berumur antara 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 4 orang dari 10 orang peternak sapi (40%).

Tabel 4.3. Distribusi Pendidikan Terakhir Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No Pendidikan terakhir Jumlah Persentase (%)

1. SD 4 40

2. SMP/ Sederajat 3 30

3. SMA/Sederajat 3 30

[image:59.612.112.529.533.605.2]

Berdasarkan table 4.3. diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir pengelola peternakan sapi yang paling banyak adalah SD yaitu 4 orang dari 10 orang pengelola peternakan sapi (40%).

Tabel 4.4. Distribusi Lama Bekerja Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

No Lama Bekerja (tahun) Jumlah Persentase

(%)

1. 1 – 10 6 60

2. 11 – 20 3 30

3. 21 – 30 1 10

(60)
[image:60.612.113.534.142.242.2]

4.2.2. Manajamen Pemeliharaan Sapi Tabel 4.5. Distribusi Sumber Pakan Sapi

No Sumber Pakan Sapi Jumlah Persentase

(%)

1. Limbah Pertanian saja 4 40

2. Rumput Liar saja 2 20

3. Limbah pertanian dan rumput liar 3 30

4. Limbah pertanian, rumput liar, dan buatan pabrik

1 10

[image:60.612.111.535.387.448.2]

Berdasarkan tabel 4.5. di atas, diketahui bahwa sebagian besar peternakan yaitu 4 dari 10 peternakan sapi (40%) menggunakan limbah hasil pertanian sebagai satu-satunya sumber pakan sapi.

Tabel 4.6. Distribusi Sumber Air Minum Sapi

No Sumber Air Minum Jumlah Persentase

(%)

1. PDAM 6 60

2. Air tanah 4 40

Berdasarkan tabel 4.6. di atas, diketahui bahwa sumber air minum untuk sapi paling banyak bersumber dari PDAM yaitu sebanyak 6 peternakan dari 10 peternakan sapi (60%).

Tabel 4.7. Distribusi Lokasi Peternakan Sapi

No Jarak Peternakan dengan

Jalan raya Jumlah

Persentase (%)

1. <100m 1 10

[image:60.612.107.534.594.653.2]
(61)

Berdasarkan tabel 4.7. di atas, diketahui bahwa ada 1 dari 10 peternakan (10%) yang lokasinya di tepi jalan raya.

4.2.3.Analisa Kadar Timbal (Pb) pada Hati Sapi yang diambil dari Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

4.2.3.1. Uji Kualitatif

Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium, dari 10 sampel masing- masing untuk hati sapi, diperoleh bahwa semua sampel (100%) dinyatakan positif Timbal (Pb).

[image:61.612.120.532.388.556.2]

Hasil analisa kandungan Timbal (Pb) yang dilakukan terhadap 10 sampel di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan, disajikan dalam tabel 4.13 berikut: Tabel 4.8. Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb)

No

Pada Hati Sapi Yang Diambil Dari Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Kode Sampel Hasil Keterangan

1. A 0,105 ppm Memenuhi syarat kesehatan

2. B 1,080 ppm Memenuhi syarat kesehatan

3. C 0,195 ppm Memenuhi syarat kesehatan

4. D 0,103 ppm Memenuhi syarat kesehatan

5. E 0,092 ppm Memenuhi syarat kesehatan

6. F 0,109 ppm Memenuhi syarat kesehatan

7. G 0,204 ppm Memenuhi syarat kesehatan

8. H 0,023 ppm Memenuhi syarat kesehatan

9. I 1,230 ppm Memenuhi syarat kesehatan

10. J 0,078 ppm Memenuhi syarat kesehatan

(62)
[image:62.612.112.536.129.332.2]

Tabel. 4.9. Distribusi Konsentrasi Timbal pada Hati Sapi berdasarkan Sumber pakan sapi, Air minum, dan Lokasi peternakan

Konsentrasi Timbal (ppm) Sumber Pakan Sapi Sumber Air

Minum Lokasi Peternakan Hasil

Tani

Rumput Liar

Buatan

Pabrik PDAM

Air

Tanah >100m <100m

1. 0,023

2. 0,078

3. 0,092

4. 0,103

5. 0,105

6. 0,109

7. 0,195

8. 0,204

9. 1,080

10. 1,230

(63)

BAB V PEMBAHASAN 5.1.Karakteristik Pengelola Peternakan Sapi 5.1.1.Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil yang didapat, dari 10 pengelola peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang, sebagian besar pengelola peternakan adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan mengelola peternakan sapi merupakan pekerjaan yang berat. Memandikan ternak, mencari pakan ternak dan membersihkan kandang ternak membutuhkan tenaga yang besar. Biasanya peternak pria akan pergi mencari rumput di pagi hari ataupun membantu para petani memanen agar diberi limbah hasil panen mereka. Pekerjaan ini bukan pekerjaan yang ringan dan memakan waktu yang lama. 5.1.2.Umur

(64)

5.1.3.Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil yang didapat, dari 10 pengelola peternakan sapi di Kabupaten Deli Serdang diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SD. Pada umumnya pengelola peternakan hanya menggunakan pengalaman dan pengetahuan umum dari teman-temannya dalam mengelola peternakan. Banyak pengelola yang sudah putus sekolah dan bekerja sebagai penjaga ternak orang lain di usia muda ataupun mengelola peternakan sendiri. Pengelola peternakkan yang tamatan SD namun lama bekerja dapat jauh lebih baik dalam hal mencari pakan ternak dikarenakan sudah memiliki banyak alternatif tempat pengambilan pakan atau memiliki banyak kenalan petani padi dan palawija. Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pengelola peternakkan dalam memelihara ternak sapi.

5.1.4.Lama Bekerja

(65)

5.2.Manajamen Pemeliharaan Sapi 5.2.1. Sumber Pakan Sapi

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan maka diketahui sebagian besar peternakan menggunakan limbah hasil pertanian sebagai satu-satunya sumber pakan sapi yaitu ada 4 peternakan, 3 peternakan lainnya menggunakan rumput liar dan limbah hasil pertanian, 2 peternakan lagi hanya menggunakan rumput liar, dan 1 peternakan lainnya yang menggunakan ketiganya untuk pakan sapi. Hasil uji laboratorium pada hati sapi yang menggunakan rumput liar sebagai satu-satunya alternatif pakan menunjukkan konsentrasi Timbal (Pb) yang cukup tinggi yaitu 1,230 ppm.

(66)

dengan tempat pembuangan sampah, dan dilahan kosong yang tidak ada bangunannya. Pengelola peternakan sering tidak memperdulikan dimana lokasi pengambilan rumput, baik itu dipinggir jalan ataupun dekat dengan pembuangan sampah. Sahwan (1992) dalam penelitiannya menemukan bahwa rumput liar yang digunakan sebagai pakan ternak mengandung kadar Timbal (Pb) yang cukup tinggi, terutama rumput yang diambil dari lokasi dekat dengan jalan raya karena tingginya emisi Timbal (Pb) dari kendaraan bermotor.

5.2.2.Sumber Air Minum Sapi

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan diperoleh 6 peternakan yang menggunakan sumber air minum dari PDAM dan 4 peternakan yang menggunakan sumber air tanah. Keterbatasan lahan untuk digali sebagai sumber air tanah mengharuskan peternak menggunakan PDAM sebagai sumber air minum sapi sekaligus penggunaan untuk rumah tangga. Sedangkan sebagian peternak lainnya menggunakan air tanah, air tanah biasanya diperoleh dengan sumur bor yang di gali di sekitar peternakan.

(67)

yang juga dijadikan masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah rumahtangga Air tanah akan tercemar timbal (Pb) apabila dekat dengan sumber limbah ataupun sampah-sampah seperti aki bekas, baterai bekas, alat- alat elektonik, kaleng cat dan tinta pada kertas. Menurut Burau (1982) dalam Diapari (2009), sumber pencemaran Timbal (Pb) didalam tanah dapat berasal dari asap kendaraan bermotor, penambangan dan industri serta cat tembok yang larut bersama air hujan.

5.2.3. Lokasi Peternakan

Dari 10 peternakan yang diteliti, ditemukan 1 peternakan yang berada di tepi jalan raya berbeda dengan peternakan lainnya yang berlokasi cukup jauh dari jalan raya. Hasil uji laboratorium pada hati sapi yang berasal dari peternakan yang berlokasi dekat dengan jalan raya cukup tinggi yaitu 1,080 ppm. Pada hati sapi yang berasal dari peternakan yang berlokasi di tepi jalan raya akan terjadi akumulasi Timbal (Pb) terus - menerus melalui udara tercemar Timbal (Pb) di sekitar peternakan. Udara sekitar peternakan tercemar oleh Timbal (Pb) dikarenakan tingginya emisi dari gas buang kendaraan yang lalu lalang. Sastrawijaya (1991), pembakaran bensin sebagai sumber pencemar lebih dari separuh pencemaran udara di daerah perkotaan, yaitu sekitar 60 – 70 % dari jumlah zat pencemar.

(68)

5.3.Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada Hati Sapi

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 7378 tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan, jika kadar Timbal (Pb) dibawah 2 ppm maka hati sapi masih memenuhi syarat kesehatan. Pemeriksaan Timbal (Pb) pada hati sapi didasarkan pada pemeriksaan 10 sampel hati sapi yang diperoleh dari peternakan sapi potong. Peneliti mengambil sampel dari RPH dan mengikuti dari mana peternakan mana sampel berasal.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Balai Riset Dan Standardisasi Industri Medan, didapatkan hasil dari 10 sampel penelitian yaitu hati sapi yang

diperoleh dari 10 peternakan di Kabupaten Deli Serdang, semua sampel positif

mengandung Timbal (Pb) tetapi berada dibawah ambang batas yang ditetapkan sesuai

dengan

Berdasarkan pemeriksaan Timbal (Pb) yang dilakukan pada hati sapi diperoleh hasil yang cukup tinggi yaitu 1,230 ppm dan 1,080 ppm. Kandungan Timbal (Pb) sebesar 1,080 pada hati sapi, ditinjau dari sumber pakan dikarenakan rumput liar yang digunakan sebagai pakan terkontaminasi timbal (Pb). Pengelola peternakan biasanya mengambil rumput yang tumbuh liar di pinggir jalan. Sedangkan Kandungan Timbal (Pb) sebesar 1,230 pada hati sapi, ditinjau dari lokasi peternakan dikarenakan peternakan yang berada di tepi jalan. Hal ini dapat diakibatkan oleh banyaknya emisi gas buang kendaraan yang mengandung Timbal (Pb).

(69)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada pengelola peternakan sapi dan pemeriksaan kadar Timbal (Pb) pada hati sapi yang diambil dari peternakan di Kabupaten Deli Serdang, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik pengelola peternakan sapi berdasarakan jenis kelamin yaitu 90% adalah laki-laki, umur pengelola peternakan yaitu 40 % berumur sekitar 31 – 40 tahun, tingkat pendidikan terakhir yaitu 40% adalah tamatan SD dan lama bekerja yaitu 60% bekerja selama 1 – 10 tahun.

2. Semua hati sapi memenuhi syarat kesehatan karena kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi masih di bawah ambang batas yang ditentukan yaitu 2 ppm.

3. Kandungan Timbal (Pb) pada hati sapi yang paling tinggi adalah 1,230 ppm dan paling rendah adalah 0,023 ppm.

6.2.Saran

1. Masyarakat agar lebih membatasi konsumsi hati sapi karena kandungan timbal (Pb) dalam hati sapi yang bersifat akumulatif berbahaya untuk kesehatan.

2. Masyarakat peternak sapi agar lebih memperhatikan resiko kemungkinan pencemaran timbal (Pb) baik dari udara, sumber pakan maupun minum ternak. 3. Dinas Kesehatan hendaknya bekerjasama dengan Dinas Peternakan untuk

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F., (2008), Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah,UI Press, Jakarta. Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR), (2005), Toxicological

Profile For Lead. Department of health and human services. Available : Http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp13.pdf

Ardyanto, D., (2005), Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum), Jurnal Kesehatan

Lingkungan,Vol.2,No.1:67-76. Available : Http:// www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-07.pdf. Diakses tanggal 28

Februari 2012.

.Diakses tanggal 25 Mei 2012.

Badan Pusat Statitik Kabupaten Deli Serdang, (2012), Tabulasi PSPK 2011 Kabupaten Deli Serdang.

Bahri, S., (2008), Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak di Indonesia, Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, Hal 225- 242. Available : Http://www. pustaka. litbang.deptan.go.id/publikasi/ip013084.pdf. Diakses tanggal 28 Februari 2012.

Darmono, (1995.), Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, UI-Press, Jakarta.

Diapari, D., (2009), Dampak Pencemaran Timbal (Pb) Akibat Hujan Asam Terhadap Produksi Ternak Domba Lokal Jantan, Disertasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Avaailable : Http://www.katalog.perpustakaan.ipb.ac.id/senayan3stable11/index.php?p=s how_detail &id=112076. Diakses tanggal 25 September 2012.

Fardiaz, S., (1992), Polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta.

Harahap, H., (2004), Pengaruh Pencemaran Timbal dari Kendaraan Bermotor dan Tanah Terhadap Tanaman dan Mutu The, Institut Pertanian Bogor.

Available: Http://www. repository ipb. ac. id/bitstream/handle/123456789/2004hha.pdf. Diakses tanggal 22 Juni 2012.

Hasan, W., (2010), Pencegahan Keracunan Timbal Kronis pada Pekerja Dewasa dengan Suplemen Kalsium dalam Upaya Pengembangan Kebijakan di Bidang Kesehatan, Disertasi, Universitas Sumatera Utara.

(71)

Kozlowski, T. T., P.J. Kramer, and S.G. Pallardy. ,(1991), The Physiological Ecology of Woody Plants, Academicc Press Inc, London. Available : Http://www.Amazon.com/The-Physiological-Ecology-Woody -Plants/dp/012424163. Diakses tanggal 25 September 2012.

Kusnoputranto, H., (1996), Toksikologi Lingkungan, Dirjen Dikti, Jakarta.

Lubis, E., (2006), Pelacakan Sumber Pencemaran Timbal (Pb), Buletin Limbah Vol. 10 no.2. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif. Available : Http://www. isjd. pdii. lipi. go.id/ admin/jurnal/1020617.pdf. Diakses tanggal : 27 September 2012.

Mukono, H. J., (2002), Epidemiologi Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.

Murtidjo, B. A, (1990), Beternak Sapi Potong, Kanisius, Yogyakarta.

Nasution, F. A., (2004), Bahaya Timbal dan Permasalahannya, Departemen Teknik Lingkungan, ITB, Bandung.

Palar, H., (2008), Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta., Jakarta

Panggabean TA, Mardhiah N

Gambar

Tabel 2.1. Hubungan konsentrasi Timbal (Pb) dalam darah dengan efeknya terhadap kesehatan
Gambar 2.1. Skema Metabolisme Pb dalam Tubuh Manusia ( Hemberg S dalam Zens C, 1994, dengan modifikasi)
Tabel 4.1. Distribusi Jenis Kelamin Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
Tabel 4.4. Distribusi Lama Bekerja Pengelola Peternakan Sapi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012
+4

Referensi

Dokumen terkait

ada di Desa Bangunsari Kecamatan Lasalepa Kabupaten Muna dapat dilihat dari hak dan kewajiban masing-masing pihak, baik pengusaha maupun buruh mebel yaitu: 1. Hak dan

BANGKOK - Bagi memahami senario pertanian di negara lain yang lebih kurang sama iklimnya serta gunatanah untuk pertanian, seramai 25 pelajar Master Pengurusan Sumber

bahwa sambil menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah tentanc Penyuluhan dan Pendidikan khüsus bidang Pengairan sebagaimana dimaksud dalam butir (b) diatas dengan berlandaskan

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda pada data penelitian aplikasi HRMIS Telkom University, jika pengguna merasa sistem tersebut dapat membantu pengguna

Sementara Cikini Retail dan Plaza Menteng yang terintegrasi dengan hotel budget Formule-1, pada tahun 2010 memberikan kontribusi masing-masing 6% dan 4% dari pendapatan

1) Ketentuan penggunaan helm berstandar nasional Indonesia sesuai dengan rumusan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Jalan Raya cukup memberi angin segar

keadaan genotip ho!oigot do!inan &amp;aik lakilaki !aupun pee!puan akan !e!pun&#34;ai kepala  &amp;otak, dan dala. keadaan ho!oigot esesi#

Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari beberapa