• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEDISIPLINAN KERJA TERHADAP KINERJA PNS PADA KANTOR DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEDISIPLINAN KERJA TERHADAP KINERJA PNS PADA KANTOR DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEDISIPLINAN KERJA TERHADAP KINERJA PNS PADA KANTOR DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh

Yufano Dwianto Putra 08.610.332

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

i

hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian berjudul Pengaruh

Kedisiplinan Kerja Terhadap Kinerja PNS Pada Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang .

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kedisiplinan kerja dan kinerja PNS dimasa

sekarang dan masa yang akan datang yang nantinya akan digunakan untuk pengambilan

keputusan untuk kedepannya.

Penelitian ini dapat disusun berkat bantuan, bimbingan, dorongan, dan saran dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui laporan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan

penghargaan yang tinggi dan terima kasih yang dalam kepada pihak-pihak berikut:

1. Dr. Nazaruddin Malik. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menimba

ilmu;

2. Dra. Aniek Rumijati, M.M, selaku Ketua Jurusan Manajemen FEB Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi;

3. Dra. Uci Yuliati, M.M dan Dra Siti Nurhasanah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan, memberikan

saran dan dukungan selama penyusunan skripsi;

4. Bapak ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu penulis selama dalam

menempuh kuliah.

5. Orang Tuaku, bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan doa restu dan

(5)

ii

6. Terimakasih teman-teman angkatan 2008 atas canda, tawa, suka, duka dan

pengalaman selama berteman. Insyaallah perteman ini akan terus terjaga.

7. Terima kasih kepada Pimpinan dan segenap pegawai Kantor Dinas Sosial Kabupaten

Malang yang banyak memberikan bantuan.

8. Semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

Semoga amal baik dan bantuan yang diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT

Penulis telah berupaya secara optimal untuk menyelesaikan penelitian ini namun,

kritik, saran dan pendapat senantiasa peneliti harapkan dalam rangka penyempurnaan hasil

penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfat bagi Mahasiswa, pemerhati masalah

pembelajaran, dan peneliti lain.

Malang 13 November 2013

Penulis,

(6)

iii

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

ABSTRACT ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Kegunann Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Peneliti Terdahulu... 13

B. Landasan Teori... 15

1. Pengertian Disiplin... 15

(7)

iv

3. Faktor-Faktor Disiplin... 25

4. Pengertian Kinerja... 27

5. Kriteria Kinerja Yang Baik... 32

6. Penilaian Kinerja... 33

7. Hubungan Disiplin Kerja Dengan Kinerja Pegawai... 35

C. Kerangka Pikir ... 37

D. Hipotesis ... 39

BAB III Metode Penelitian A. Lokasi Penelitian... 40

B. Jenis Penelitian... 40

C. Populasi Dan Sampel ... 40

D. Definisi Operasional Variabel ... 41

E. Data dan Sumber Data ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data... 44

G. Pengukuran Data ... 44

H. Tekhnik Pengujian Instrumen...45

I. Tekhnik Analisa Dan Pengujian Hipotesa... 47

1.Rentang Skala... 47

2.Alat Analisa Data... 48

(8)

v

b. Lokasi Instansi...53

c. Visi Dan Misi...53

d. Tugas Pokok Kantor Dinas Sosial...54

e. Struktur Organisasi...54

f. Deskripsi Jabatan...57

B. Karakteristik Responden ... 59

1.Jenis Kelamin Responden ...59

2.Umur Responden. ...60

3 Masa Kerja Responden. ...60

4 Tingkat Pendidikan Terakhir ...61

C. Uji Instrumen ...62

1.Uji Validitas...62

2.Uji Reliabilitas...64

D. Hasil Analisis Data... 65

1.Hasil Analisis Rentang Skala... .65

2.Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana...68

3.Nilai Koefisien Determinasi...70

4.Hasil Uji Hipotesis...70

(9)

vi BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

(10)

vii

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Peneliti Terdahulu dan Sekarang ...13

Tabel 3.1 Penilaian Variabel...48

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden...59

Tabel 4.2 Umur Responden ...60

Tabel 4.3 Masa Kerja Responden ...61

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Terakhir ...61

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kedisiplinan Kerja ...63

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja PNS ...63

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ...64

Tabel 4.8 Rentang Skala Kedisiplinan Kerja...65

Tabel 4.9 Rentang Skala Kinerja PNS ...66

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ...69

(11)

viii ✗✘✙✚ ✘✛

✜ ✘✢✣ ✘✛

Gambar 2.1 Kerangka Pikir...37

Gambar 3.1 Kurva Uji t ...49

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ...56

(12)

viii Lampiran 2 : Data Responden

Lampiran 3 : Uji Validitas Lampiran 4 : Uji Reliabilitas

Lampiran 5 : Uji Linier Regresi Sederhana Lampiran 6 : Frequency Tabel

(13)

✹✺ ✻✼ ✺✽ ✾✿ ❀✼ ✺

ka

❯❂❏❆❉❱❉, ❘, ❋●●❲, Pengaruh Penilaian kinerja terhadap motivasi kerja karyawan pada PT Pabrik Mesin Teh, Bandung

❱▼▼❳❨ //www.askep.net/BAB-II-LANDASAN-TEORI-A.-Disiplin-Kerja-1.-Pengertian-Disiplin html.

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara, 2010, Buku Badan Kepegawaian Negara,Jakarta.

Rachmawati, N, 2004,Paradigma Baru Management Sumber Daya Manusia Sebagai Basis Meraih Keunggulan Kompetitif,Ekonisia, Yogyakarta.

Rivai, V. Sagala, E,J, 2004 , Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Edisi kedua,PT Grafindo Persada, Jakarta

Strauss, G. Leonard, 1991,Manajemen Personalia Silihat Dari Segi Manusia Dalam Organisasi Jilid 1,Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Susilo Martoyi , 2000,Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta Wibowo, M, Phil, 2007Manajemen Kinerja, PT Grasindo, Jakarta.

Wibisono, D, 2011, Manajemen Kinerja Korporasi Dan Organisasi, Erlangga, Jakarta.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia di dalam suatu organisasi dipandang sebagai sumber daya.

Artinya, sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi, tanpa adanya

sumber yang baik maka organisasi juga tidak akan berjalan dengan baik.

Penggerak dari sumber daya yang lainnya, apakah itu sumber daya alam atau

teknologi. Hal ini merupakan suatu penandasan kembali terhadap falsafah

❩ ❬ ❭ ❪ ❫❴❵ ❭❛ ❜❴ ❫ ❝ ❞❭❡ Roda organisasi sangat tergantung pada perilaku-perilaku manusia yang bekerja di dalamnya.

Era globalisasi saat ini mengahruskan manusia yang berkualitas dalam

bekerja karena merupakan prasyarat yang tidak dapat ditawar-tawar kembali,

bahkan hukum alam semakin diperkukuh. Artinya tenaga kerja yang kurang

terampil dan kurang berpengetahuan akan tersingkir dari pasar kerja. Tenaga

kerja yang berkualitaslah yang dapat merebut pasar kerja. Dalam hal ini

kualitas intelektual diutamakan, selain itu kepribadian yang baik juga

diperlukan dalam pasar kerja.

Tenaga kerja seperti apa yang dikatakan berkualitas bahwa tenaga

kerja yang berkualitas ditandai oleh ketrampilan yang memadai, ada beberapa

faktor yang menentukan kualitas tenaga kerja yaitu tingkat kecerdasan, bakat,

(15)

2

disiplin kerja. Kualitas manusia seperti itulah yang menjadi andalan pesatnya

kemajuan negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, maupun Singapura

yang dijuluki sebagai macan Asia.

Kualitas tenaga kerja di Indonesia jika dilihat dari struktur

pendidikannya, posisi tenaga kerja Indonesia kurang menguntungkan. Karena

sebagian besar mempuyai tingkat pendidikan rendah. Ironisnya, kualitas etos

kerja dan disiplin kerja para tenaga kerja dipandang oleh beberapa ahli masih

tergolong rendah. Banyak fakta-fakta yang menunjukkan tingkat kedisiplinan

dan kinerja tenaga kerja Indonesia masih rendah. Hukum yang dibuat

dianggap hanya sebagai formalitas saja.

Beberapa tahun terakhir ini kinerja PNS banyak disorot masyarakat

luas, baik melalui media ataupun kenyataan yang ada. Cara kerja PNS yang

dianggap masyarakat kurang baik dan sering keluar pada jam-jam kerja

dianggap sangat menjatuhkan nama baik PNS di mata masyarakat. Hal ini

menjadi pusat perhatian bagi pemerintah khususnya dan kantor pemerintahan

lainnya. Pemerintah sudah berusaha membuat undang-undang dan sanksi bagi

PNS yang tidak disiplin, tapi dalam kenyataannya masih banyak PNS yang

kurang disiplin bahkan mangkir dari kerja dengan berbagai alasan. Sanksi

yang ditetapkan pemerintah dianggap sebagai formalitas saja atau hanya

peraturan tertulis yang bisa diabaikan. Dalam hal ini patutlah pimpinan tiap

(16)

ditetapkan pemerintah pusat supaya PNS lebih disiplin dalam bekerja karena

selama ini sanksi yang ada jarang diterapkan dengan baik dan tegas, hal inilah

yang membuat PNS menganggap remeh sanksi yang ada

Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organisasi,

perusahaan ataupun kantor pemerintahan dalam merencanakan, mengelola

maupun mengatur para pegawainya atau karyawannya sehingga

keberadaannya dapat berfungsi secara produktif dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi. Dengan pengelolaan sumber daya manusia yang baik dapat

mewujudkan keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan

maupun kemampuan dan tujuan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu suatu

kebradaan organisasi yang berbentuk apapun baik dalam skala kecil maupun

besar tidak terlepas dari unsure sumber daya manusia. Sumber daya yang

dimaksud adalh orang-orang yang memberikan tenaga, pikiran dan usahanya

pada organisasi.

Organisasi, harus melakukan pembinaan bagi pegawai untuk

mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang

telah ditetapkan. Dan seorang pimpinan memerlukan alat untuk

melakukan komunikasi dengan para karyawanya mengenai tingkah laku para

pegawai serta bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan bagaimana

menjadikannya perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Selain itu

(17)

4

tiap-tiap pegawai, yang nantinya akan membuat pegawai lebih disiplin.

Disiplin sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran - pelanggaran

terhadap ketentuan yang telah disetujui bersama atau yang sudah

ditentukan oleh pemrintah da tertera dalm bentuk undang undang. Displin.

Organisasi sangat membutuhkan disiplin kerja daripada pegawainya karena

dengan mereka merasa sebagai bagian dari organisasi tersebut maka

pegawai akan berusaha menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi

dirinya. Disiplin ditunjukkan dengan suasana tertib dan teratur yang

dihasilkan oleh orang-orang yang berada dalam sebuah organisasi karena

peraturan-peraturan yang berlaku dihormati dan diikuti.

Kedisiplinan menjadi kunci penting untuk mencapai kinerja yang baik,

karena dengan kedisiplinan yang baik berarti pegawai tersebut sadar dan

bersedia mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik. Kedisiplinan kerja

suatu organisasi dapat dikatakan baik, apabila ada beberapa beberapa pegawai

yang memenuhi segala bentuk faktor kedisiplinan kerja Hasibuan (1996:212)

mengemukakan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya ras

tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya .

Karena hali ini akan mendorong gairah kerja atau semangat kerja, dan

(18)

Tabel 1.1

Absensi pegawai Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang Tahun 2011 per minggu

BLN/MINGGU KE JMLH TK SAKIT IJIN CUTI DL DD PEND %

Des/Minggu ke I 38 - 7 8 - 6 4 8 3.1%

Des/Minggu ke II 38 - 3 7 - 2 - 6 1.7%

Des/Minggu ke III 38 - 4 4 - 5 4 - 1.6%

Des/Minggu ke IV 38 - 10 8 - 20 - - 3.6%

Des/Minggu ke V 38 - 2 14 24 17 - - 5.4%

Sumber data : Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat ketidakhadiran pegawai

mengalami penurunan yang awalnya minggu pertama 3.1% dan mengalami

penurunan pada minggu ke 2 dan ke 3 berkisar 1.5%, tapi tingkat

ketidakhadiran tersebut mengalami peningkatan lagi pada minggu ke 4

menjadi 3.6% dan pada minggu ke 5 tingkat ketidak hadiran pegawai

mengalami peningkatan yang cukup tinggi menjadi 5.4%. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan pegawai pada kantor dinas

Kabupaten Malang masih bisa dikatakan normal, karena dalam tiap

minggunya ada beberapa hari pegawai yang tidak masuk, itupun tidak lebih

dari dua atau tiga orang, selebihnya masuk semua.

Masih seringnya pegawai yang tidak masuk kerja di kantor Dinas

Sosial Kabupaten Malang dengan berbagai alasan masih harus ditingkatkan

lagi tingkat kedisiplinannya. Karena dalam hal ini dapat terlihat dari

(19)

6

minggu ke 5. Dari data diatas juga dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran

tiap pegawai untuk mentaati peraturan yang sudah ditetapkan masih kurang.

Hal inilah yang sering dijadikan bahan evaluasi oleh pimpinan kantor Dinas

Sosial Kabupaten Malang.

Tabel 1.2

Program Dinas Sosial Kabupaten Malang dan tingkat keberhasilannya

Program Sasaran Jumlah Yang berhasil

Pembinaan penyandang cacat dan trauma

Eks kusta 20 orang 7 orang

Pembinaan

Sumber data : Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang

Data di atas menunjukkan masih kurangnya kesadaran peagawai untuk

meningkatkan kinerjanya sehingga tingkat keberhasilan pembinaan masih

kurang berhasil, memang tidak sepenuhnya kurangnya tingkat keberhasilan

pembinaan sepenuhnya kesalahan pegawai melainkan juga faktor dari pribadi

tiap peserta program pembinaan. Tapi bagi mereka tingkat keberhasilan dalam

pembinaan tidak bisa mencapi seratus persen, bagi mereka yang berhasil lebih

dari dua orang saja adalah sebuah prestasi, dikarenakan sulitnya

(20)

meningkatkan kinerjanya guna meningkatkan tingkat keberhasilan program

yang akan dilaksanakan.

Kedisiplinan kerja pada pegawai Kantor Dinas Sosial Kabupaten

Malang juga dapat dilihat dari seberapa seringnya pegawai keluar kantor

tanpa alasan yang jelas. Dan dari hasil wawancara kepada bagian

kepegawaian Kantor Dinas Sosial bahwa pegawai yang keluar kantor pada

jam efektif mengalami penurunan, dikarenakan perijinan yang diperketat dan

seringnya ada razia dari dinas kepada pegawai yang ada diluar kantor pada

jam kerja efektif.

Kinerja merupakan tolak ukur dari setiap individu dalam hal ini adalah

seorang pegawai. kinerja pegawai dilihat dari seberapa besar input yang

diberikan kepada perusahaan. Peningkatan kinerja pegawai menjadi penting

mengingat perubahan arah kebijakan pemerintah sebagaimana dikehendaki

oleh semangat reformasi untuk lebih luas memberi ruang gerak dan peran

serta yang lebih besar bagi masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan

pembangunan, dimana pemerintah beserta aparaturnya lebih berperan sebagai

fasilitator. Perubahan arah kebijakan ini membawa implikasi terhadap

kemampuan profesionalisme pegawai dalam menjawab tantangan era

globalisasi dalam menghadapi persaingan ketat dengan negara Negara lain

didunia. Bertitik tolak dari pemikiran ini, maka peningkatan kinerja aparatur

(21)

8

Tingkat kedisiplinan PNS dalam bekerja dapat berdampak kepada

kinerja para PNS. Disiplin dalam hal ini dapat berupa disiplin waktu seperti

datang apel pagi tepat waktu atau bekerja sesuai dengan jam kerja yang

ditetapkan pemerintah pusat yaitu delapan jam kerja dan tepat waktu dalam

mengerjakan tiap tugas yang ada. Walaupun tidak semua pegawai yang

kurang disiplin kinerjanya buruk, karena banyak juga fakata bahwa pegawai

yang kurang disiplin kinerjanya bagus. Dengan begitu kinerja PNS dapat

meningkat dan mengubah paradigma masyarakat yang buruk tentag, yang

nantinya menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat kepada PNS.

PNS banyak beranggapan meskipun mereka tidak disiplin dalam

bekerjanya mereka masih tetap dapat gaji yang telah ditetapkan. Dengan

pemikiran seperi itu para PNS dengan seenaknya berbuat indisipliner seperti

datang telat pada saat apel pagi, keluar kantor disaat jam kerja efektif tanpa

alas an yang jelas bahkan mereka tidak tepat waktu dalam menyelesaikan

tugasnya. Pemikiran seperti inilah yang harusnya dibuang jauh-jauh oleh tiap

PNS, selain itu pimpinan juga berperan aktif dalam meningkatkan

kedisiplinan tiap PNS dengan cara hukuman yang tegas, atau memberi

motivasi tentang arti pentingnya kedisplinan.

Sejauh ini banyak peraturan pemerintah atau undang-undang

kepegawaian yang sudah dibuat pemerintah diabaikan begitu saja oleh para

(22)

Fakta yang terjadi dari sekretaris indpektorat Kabupaten Malang Tridiyah

Maistuti mengatakan PNS yang indisipliner pada tahun 2010 mencapai 155

kasus, namun tahun 2011 meningkat menjadi 233 kasus dan delapan di

antaranya diberhentikan, karena pelanggaran yang tidak bisa ditolerir lagi

oleh pemerintah.

Pengelolahan tenaga kerja atau karyawan dalam perusahaan atau

kantor pemerintahan tidaklah mudah, karena setiap karyawan memiliki

karakteristik yang berbeda-beda. Maka dari itu, pimpinan harus bisa

memahami karakteristik, kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

karyawannya. Sesuai dengan pemikiran tersebut, yang menjadi prioritas

utama adalah pemberian motivasi kepada tiap karyawan, sedangkan

perusahaan itu sendiri juga harus memiliki budaya organisasi yang baik agar

nantinya karyawan dapat merasakan kepuasan dalam melaksanakan semua

pekerjaan mereka. Kepuasan para karyawan tersebut dapat menimbulkan

komitmen organisasi yang tinggi dalam suatu perusahaan

Berkaitan dengan hal ini aparat birokrasi dituntut untuk menampilkan

perilaku yang menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat yang selama

ini menurun. Salah satu upaya untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat

adalah mengembangkan semangat atau motivasi akan pentingnya

(23)

10

yang selama ini menghabiskan anggaran tanpa adanya bukti nyata dalam hal

kemajuan masyarakat atau daerah.

Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar

senantiasa menunjukkan kinerja yang baik sikap, perilaku, dan pola

kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang lama

salah satu proses membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui proses

latihan. Latihan tersebut dilakukan bersama antar pegawai, pemimpin dan

seluruh personila yang ada dalam anggota organisasi tersebut,

Dari uraian diatas maka jelaslah bahwa betapa pentingnya peranan

kedisiplinan kerja pegawai dapat mempengaruhi kinerja pegawai, khususnya

pegawai pemerintahan. Berdasarkan fenomena yang ada pada Kantor Dinas

Sosial membuat penulis memutuskan untuk mengadakan penelitian ini dengan

judul Pengaruh Kedisiplinan Kerja Terhadap Kinerja PNS Pada Kantor

Dinas Sosial Kabupaten Malang .

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya guna menyatakan secara

tersurat pernyataan yang ingin dicari jawabannya dalam suatu penelitian.

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah diatas untuk memberikan

landasan dan memfokuskan penelitian, maka peneliti merumuskan masalah

(24)

1. Bagaimana tingkat kedisiplinan kerja pada Kantor Dinas Sosial

Kabupaten Malang?

2. Bagaimana kinerja PNS pada Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang?

3. Apakah kedisiplinan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja PNS

pada Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang?

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah agar tidak meluas serta tepat mengenai

sasarannya maka perlu membatasi masalah yang adapun pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah kedisiplinan kerja berdasar teori dari Jasin (1989)

ditinjau dari disiplin diri dan disiplin kelompok yang ada pada tiap individu

pegawai. Sedangkan untuk kinerja yang merupakan hasil kerja secara kualitas

yang diwujudkan oleh tiap pegawai yang dalam hal ini adalah pegawai negeri

sipil, pembatasannya terbatas pada teori Hasibuan dalam Wirawan (2009:141)

yang juga digunakan dalam DP3 yang meliputi : kesetiaan, prestasi kerja,

tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan kerja PNS Pada Kantor Dinas

Sosial Kabupaten Malang.

b. Untuk mengetahui kinerja PNS pada Kantor Dinas Sosial Kabupaten

(25)

12

c. Untuk mengetahui pengaruh signifikan kedisiplinan kerja terhadap

kinerja PNS pada Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang.

2. Kegunaan penelitian

a. Bagi kantor pemerintahan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan bagi kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang untuk

meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil melalui kedisiplinan kerja

pegawai

3. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini berguna sebagai tambahan pengetahuan, kajian dan

(26)

❢ ❣❢❤❤

a. Variabel bebas (X): Kedisliplinsn kerja Indikator:

1. Tujuan keamnusiaan 5. Sanksi hukum 2. Teladan pemimpin 6. Ketegasan

(27)

14

Lanjutan

Dari data di atas dapat dijelaskan dari hasil pnelitian dari Zesbendri SE

dan Dra. Anik Ariyanti, M.M. Dengan judul Pengaruh Disiplin Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten

Bogor . Adapun hasil penelitian adalah bahwa terjadi pengaruh disiplin kerja

terhadap kinerja yang diahasilkan pada kantor BPS kab Bogor, dengan nilai

koefisien determinasinya adalah 0,628, sehingga kinerja dipangaruhi oleh

disiplin kerja sebesar 0,628. Dan sisanya 0,318 dipengaruhi oleh faktor lain.

Menurut Amran (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Departemen Sosial

Kabupaten Gorontalo . Pada penelitian ini didapat nilai koefisien

determinasinya sebsar 0,515 hal ini berarti bahwa pengaruh yang ada terhadap

kinerja pada kantor Departemen Sosial Kabupaten Gorontalo dijelaskan oleh

variabel disiplin kerja sebesar 0,515, dan sisanya sebesar 48.5% dipengaruhi

variabel lain.

.dari table diatas dapat diketahui perbeedaanya antara lain dari

Judul Variabel Hasil Penelitian

a. Variabel bebas (X): kedisiplinan Kerja 1. Disiplin diri

2. Disiplin kelompok

(28)

1 ke tiga penelitian itu sama menggunakan alat analisis regresi linier

sederhana.

2. Pada variabel kedisiplinan peneliti menggunak teori yang berbeda. Pada

penelitian yang dilakukan Amran dan Zesbandi menggunakan teori

Hasibun (2007:194), sedangkan dalam penelitian sekarang variabel

kedisiplinan kerja merujuk pada teori Soeprihanto (1998;234)

3. Dalam penelitian Amran variabel kinerja merujuk pada teori Anwar Prabu

(2005:29), sedangkan dalam penelitian sekarang merujuk pada teori

Hasibun Malayu SP (2009).

4. Dari ke tiga penelitian diatas menggunakan metode penelitian deskriptif,

dimana data di dapat dari hasil wawancara dan kuesioner.

. ➓ ➔ →➣➔ ↔➔n↕ ➙or1. ➜➙n➝➙rt➛➔→➞➛➛s➟➛pn

Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris

diciple yang berarti pengikut atau penganut pengajaran, latihan dan

sebagainya. Sinungan (2005:145). Disiplin merupakan suatu keadaan

tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk

pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati.

Sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk

(29)

16

Dalam buku Badan Kepegawaian Negara yang dituliskan pada

Peratuaran Kepala Badan Kepegawaian Negara menjelaskan bahwa

Disiplin adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati

kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam perundang

undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau

dilanggar akan dijatuhi hukuman disiplin .

Siagian ➠➡ ➢➡ ➤ Hasibuan (2003) menyatakan bahwa disiplin kerja

adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku

seseorang, kelompok masyarakat berupa ketaatan (➥ ➦➧➠ ➨➧ ➩➫➧) terhadap

peraturan, norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Gie ➠ ➡ ➢➡ ➤

Hasibuan (2003) disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana

orang-orang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan yang telah

ditetapkan dengan senang hati orang/sekelompok orang. Kedisiplinan

adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan

perusahaan/lembaga dan norma sosial yang berlaku. Dari beberapa

pendapat itu dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap ketaatan

dan kesetiaan seseorang/sekelompok orang terhadap peraturan tertulis atau

tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan

pada suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Prijodarminto, (1993:16) berpendapat Disipin terbagi pada

(30)

diuraikan sebagai berikut:

1. Sikap mental (➭➯➲ ➳➵➸ ➵➳➳➺➳➻ ➼➯), yang merupakan sikap taat dan tertib

sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran

dan pengendalian watak;

2. Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma,

kriteria, dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman

tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran,

bahwa ketatan akan aturan, norma, kriteria, dan standar tadi

merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses)

3. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati,

untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Menurut Davis dan Newtsone disiplin mempunyai 3 sifat yakni :

1. Preventif, artinya tindakan tersebut mempunyai tujuan pokok yaitu

mendorong sumber daya manusia agar memiliki disiplin yang tinggi.

2. Korektif , artinya tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran

yang tinggi.

3. Progesif , artinya tindakan disiplin berupa hukuman berat dengan

maksud untuk memperbaiki sebelum hukuman lebih berat dijatuhkan.

Hal tersebut merupakan tindakan tindakan didalam upaya untuk

mencapai tujuan organisasi yaitu mencapai kualitas atau keberhasilan

(31)

18

Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disipiln kerja

yang baik yang tergambar pada suasana :

1. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan

perusahaan.

2. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam

melakukan pekerjaan.

3. Besarnya rasa tanggungjawab para pegawai untuk melaksanakan tugas

dengan sebaik baiknya.

4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi

dikalangan pegawai.

5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para pegawai.

Sementara itu kelemahan disiplin kerja pegawai terlihat pada

suasana kerja sebagai berikut :

1. Tingginya angka absensi pegawai.

2. Sering terlambatnya pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebih

cepat dari jam yang sudah ditentukan.

3. Menurunnya semangat dan gairah kerja.

4. Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar

tanggungjawab.

5. Penyelesaian pekerjaan yang lambat karena pegawai lebih senang

(32)

6. Tidak terlaksananya supervisi dan waskat yang baik.

7. Sering terjadinya konflik antar pegawai dan pimpinan perusahaan.

Adapun disiplin kerja dipengaruhi oleh faktor yang sekaligus

sebagai indikator dari disiplin kerja oleh Soejono (2000), yaitu:

1. Ketepatan waktu, para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib

dan teratur, dengan begitu dapat dikatakan disiplin kerja baik.

2. Menggunakan peralatan kantor dengan baik, sikap hati-hati dalam

menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan bahwa seseorang

memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor dapat

terhindar dari kerusakan.

3. Tanggung jawab yang tinggi, pegawai yang senantiasa menyelesaikan

tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan prosedur dan

bertanggung jawab atas hasil kerja, dapat pula dikatakan memiliki

disiplin kerja yang baik.

4. Ketaatan terhadap aturan kantor.

5. Pegawai memakai seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal

identitas, membuat ijin bila tidak masuk kantor, juga merupakan

cerminan dari disiplin yang tinggi.

Begitu pula Wursanto ( 1985 : 135 ), menyatakan bahwa kinerja

(33)

20

terpenuhi kebutuhannya . Pada hakekatnya disiplin terdiri dari beberapa

unsur yaitu :

1. Pengetahuan tentang pekerjaan yang harus dilakukan.

2. Kesadaran bahwa disamping individu adalah sebagai orang yang

dipercaya untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sehingga

mempunyai rasa tanggungjawab.

3. Ketaatan dan kepatuhan terhadap segala peraturan dan ketentuan

ketentuan yang berlaku.

4. Ketertiban dalam melaksanakan apa yang harus dikerjakannya

sehingga dapat dihindari penyimpangan penyimpangan yang

mungkin terjadi.

5. Inisiatif dalam menyajikan apa yang harus dikerjakan sehingga

dihindari penyimpangan penyimpangan yang mungkin terjadi.

6. Inisiatif yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas tugasnya ,

sehingga tidak melakukan seperti halnya melakukan pola kerja hanya

itu itu saja.

7. Rasa senang hati, tidak terpaksa dan dipaksa.

8. Dilaksanakannya sanksi dengan sungguh sungguh.

Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi

pegawai untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap

(34)

alat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawanya mengenai

tingkah laku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para

pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai menjadi

lebih baik lagi. Dan disiplin kerja yang diterapkan merupakan alat

komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Rivai (2004:44) yang

menyebutkan bahwa Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan

para manajer untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya

untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati

semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi

(1998:104),menyatakan bahwa Disiplin adalah sebagai usaha

mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang

telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan agar pembinaan

hukuman pada seseorang atau kelompok orang dapat dihindari .

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik indikator disiplin kerja

sebagai berikut:

1. Disiplin kerja tidak semata-mata patuh dan taat terhadap

pengunaanjam kerja saja, misalnya datang dan pulang sesuai dengan

jadwal, tidak mangkir jikabekerja, dan tidak mencuri-curi waktu.

2. Upaya dalam mentaati peraturan tidakdidasarkan adanya perasaan

(35)

22

3. Komitmen dan loyal pada organiasi yaitu tercermin dari bagaimana

sikap dalam bekerja. Apakah karyawan serius atau tidak, loyak atau

tidak, sebaliknya,perilaku yang sering menunjukkan ketidakdisiplinan

atau melanggar peraturan terlihat dari tingkat absensi yang tinggi,

penyalahgunaan waktu istirahat dan makan siang, meninggalkan

pekerjaan tanpa ijin, membangkang, tidak jujur, berjudi, berkelahi,

berpura-pura sakit dan pelanggaran yang lain.

Pengertian disiplin menurut ketentuan umum yang tertulis pada

buku Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 53 tahun 2010. Dalam

pasal 1 dijelaskan disiplin pegawai negeri adalah kesanggupan pegawai

negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan

kedinasan yang apabila dilanggar dijatuhi hukuman disiplin

2. ➽➾ ➚➾➪-macam Disiplin Kerja

Ada dua macam disiplin kerja yaitu disiplin diri (➶ ➹➘➴-dicipline) dan

disiplin kelompok.

a. Disiplin diri

Disiplin diri menurut Jasin (1989) merupakan disiplin yang

dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan

manifestasi atau aktualisasi dari tanggungjawab pribadi, yang berarti

(36)

disiplin diri, karyawan-karyawan merasa bertanggungjawab dan dapat

mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi. Disiplin diri

merupakan hasil proses belajar (sosialisasi) dari keluarga dan

masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menjunjung disiplin, baik

yang ditanamkan oleh orang tua, guru atau pun masyarakat;

merupakan bekal positif bagi tumbuh dan berkembangnya disiplin diri.

Penanaman nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabila di

dukung oleh situasi lingkungan yang kondusif yaitu situasi yang

diwarnai perlakuan yang konsisten dari orang tua, guru atau pimpinan.

Selain itu, orang tua, guru, dan pimpinan yang berdisiplin tinggi

merupakan model peran yang efektif bagi berkembangnyadisiplin diri.

Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan

organisasi. Melalui disiplin diri seorang karyawan selain menghargai

dirinya sendiri juga menghargai orang lain. Misalnya jika karyawan

mengerjakan tugas dan wewenang tanpa pengawasan atasan, pada

dasarnya karyawan telah sadar melaksanakan tanggungjawab yang

telah dipikulnya. Hal itu berarti karyawan sanggup melaksanakan

tugasnya. Pada dasarnya ia menghargai potensi dan kemampuannya.

Di sisi lain, bagi rekan sejawat, dengan diterapkannya disiplin diri,

akan memperlancar kegiatan yang bersifat kelompok. Apalagi jika

(37)

24

kerja yang dipengaruhi urutan waktu pengerjaannya. Ketidakdisiplinan

dalam satu bidang kerja, akan menghambat bidang kerja lain.

Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa manfaat yang dapat

dipetik jika karyawan mempunyai disiplin diri yaitu

1. Disiplin diri adalah disiplin yang diharapkan oleh organisasi. Jika

harapan organisasi terpenuhi karyawan akan mendapat ➷ ➬➮ ➱➷ ✃

(penghargaan) dari organisasi, apakah itu dalam bentuk prestasi

atau kompetisi lainnya.

2. Melalui disiplin diri merupkan bentuk penghargaan terhadap orang

lain. Jika orang lain merasa dihargai, akan tumbuh penghargaan

serupa dari orang lain pada diriya. Hal ini semakin memperkukuh

kepercayaan diri.

3. Penghargaan terhadap kemampuan diri. Hal ini didasarkan atas

pandangan bahwa jika karyawan mampu melaksanakan tugas,

pada dasarnya ia mapu mengaktualisasikan kemampuan dirinya.

Hal itu berarti ia memberikan pengahargaan pada potensi dan

kemampuan yang melekat pada dirinya.

b. Disiplin kelompok

Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual

semata. Selain disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal

(38)

terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan, Artinya,

kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika

masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai

dengan hak dan tanggungjawabnya. Adakalanya disiplin kelompok

memberikan andil terhadap pembentukan disiplin diri. Kaitan antara

disiplin diri dengan disiplin kelompok terdapat pada teori Jasin (1989)

seperti dua sisi dari satu mata uang. Keduanya saling melengkapi dan

menunjang atau bersifat komplementer. Disiplin diri tidak dapat

dikembangkan secara optimal tanpa adanya dukungan kelompok yang

berjalan dengan baik, sehingga dua variabel itu sangat berhububngan.

3. Faktor faktor Disiplin

Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Pembentukan

perilaku jika dilihat dari formula Kurt Lewin adalah interaksi anatar faktor

kepribadian dan faktor lingkungan (situasional).

a. Faktor Kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian sesorang adalah nilai

yang dianut. Nilai yang menjunjung disiplin diajarkan atau

ditanamkan oleh orang tua, guru, dan mayarakat yang nantinya akan

dijadikan acuan bagi penerapan disiplin di tempat kerja. Sistema nilai

akan terlihat dari sikap seseorang dan dari sikap itu diharapkan

(39)

26

Perubahan sikap ke dalam perilaku terdapat tiga tingkatan menurut

Kelman (Brigham, 1994)

1. Disiplin karena kepatuhan, kepatuhan terhadap aturan yang

didasarkan atas dasr perasaan takut

2. Disiplin karena identifikasi, kepatuhan atas dasar kekaguman atau

penghargaan terhadap pimpinan.

3. Disiplin karena internalisasi, kepatuhan ini didasarkan atas sistem

nilai pribadi yang menjunjung tingi nilai-nilai kedisiplinan.

b. Faktor lingkungan

Disiplinkerja dalam suatu perusahaan atau kantor tidak

mungkin terbentuk begitu saja tetap merupakan suatu proses

penbelajaran secara terus-menerus. Suatu proses pembalajaran dapat

berjalan efektif jika pemimpin yang merupakan penguasa tertinggi di

sebuah perusahaan mampu memperhatikan prinsip konsisten, adil dan

terbuka. Dari sini dapat diartikan pimpinan berpengaruh terhadap

kondisi kedisiplinan di lingkungan perusahaa, jika pemimpin dapat

membuat lingkungan internal perusahaan dalam hal ini para pegawai

menjadi disiplin maka secara otomatis kedisiplinan kerja dapat

tercapai dan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai.

Lebih jauh dijelaskan masing-masing faktor kedisiplinan kerja

(40)

melakukan presensi sesuai dengan ketentuan perusahaan. Aspek

ketaatan peraturan perusahaan meliputi bekerja sesuai dengan

peraturan perusahaan. Aspek penggunaan peralatan perusahaan kerja

meliputi penggunaan terhadap kegunaan peralatan kerja dan

memperbaiki peralatan kerja. Sedangkan yang terakhir aspek tanggung

jawab meliputi kesungguhan pegawai dalam mengerjakan tugas

sesuai dengan ketentuan perusahaan.

4. Pengertian Kinerja

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer

sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu

jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya

kinerja telah merosot sehingga perusahaan atau instansi menghadapi krisis

yang serius. Kesan kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat

dan mengabaikan tanda tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Mathis and Jackson (2000:381) mengemukakan bahwa kinerja adalah

hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu

tertentu. Beberapa faktor yang menjadi indikator dari kinerja adalah

sebagai berikut :

(41)

28

Yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang karyawan dalam

kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang ditetapkan

perusahaan.

2. Kualitas pekerjaan

Yaitu kualitas hasil dari pekerjaan yang dihasilkan oleh karyawan

dalam waktu tertentu berdasarkan standar kerja perusahaan.

3. Ketepatan waktu

Yaitu ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yang menjadi

tanggung jawab seseorang karyawan dan pencapaian target

berdasarkan standar kerja waktu perusahaan.

4. Kerjasama

Kerjasama dengan rekan kerja yaitu kemampuan karyawan dalam

bekerjasamadengan rekan kerja dalam rangka memberikan pelayanan

kepada masyarakat serta adanya pembagian tugas dalam setiap

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ❐❒❮ ❰ÏÐ ÑÒ ÓÔÕ Ó❒Ö masing-masing

karyawan.

Secara tradisional, orang bekerja berdasarkan uraian tugas yang

memuat tugas dan tanggung jawab kerja. Namun standar-standar kinerja

harus menekankan hasil kerja bukan tugas. Jadi, seperangkat

standar-standa kinerja harus menekankan hasi-hasil yang sebaiknya ada dan

(42)

Penyusunan standar kinerja yang bersumber pada uraian jabatan

akan memberikan peluang kepada pengawas dan karyawan untuk

membuat sebuah uraian dinamis untuk melakukan pekerjaannya. Karena

itu uraian tugas dapat berfungsi berfungsi sebagai sebuah pernyataan

tentang tujuan-tujuan umum yang harus dicapai bawahan dalam

mendukung sasaran-sasaran organisasi.

Standar kinerja yang dibuat dari uraian jabatan dapat dipakai untuk

mengaitkan definisi jabatan dan dapat digunakan untuk mengaitkan

definisi jjabatan statis ke jabatan dinamis, dan juga sebagai pedoman bagi

setiap individu untuk menjalankan pekerjaannya sesuai dengan uraian

jabatan.

Menuut Alewine yang diikuti Cikmat (1992:247), standar kinerja

dianggap memuaskan bila:

a. Pernyataan menunjukan beberapa bidang pokok tanggung jawab

karyawan

b. Memuat bagaimana suatu kegiatan keja akan dilakukan.

c. Dan mengarahkan perhatiannya kepada mekanisme kuantitatif

bagaimana hasil-hasil kinerjanya akan diukur.

Standar kinerja ini sangat diperlukan bagi bidang pekerjaan reguler

yang mengarah pada aktivitas-aktivitas yang menjadi bagian utama dari

(43)

30

diperoleh perusahaan. Dengan adanya standart kinerja karyawan dapat

mengetahui bagaimana kinerjanya.

Robbins ( 1996 : 218 ) tingkat kinerja pegawai sangat tergantung

kedua faktor yaitu kemampuan pegawai itu sendiri, seperti tingkat

pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dimana dengan tingkat

kemampuan yang semakin tinggi akan mempunyai kinerja semakin tinggi

pula. Faktor lain adalah motivasi kerja pegawai yaitu dorongan dari

dalam pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan motivasi kerja

yang tinggi akan mempunyai kinerja tinggi dan sebaliknya. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu motivasi dan kemampuan

mempunyai hubungan yang positif.

Simamora mengungkapkan kemampuan dan keahlian serta latar

belakang sebagai faktor individual masing masing pegawai. Semakin

kompeten kemampuan dan keahlian serta latar belakang yang dimiliki

masing masing pegawai akan mempengaruhi pencapaian hasil kinerja.

Begitu juga penghargaan sebagai faktor organisasi yang akan mendorong

pegawai untuk mencapai kepuasan kerja, sehingga dengan kepuasan

kerja semakin bagus kinerja yang dihasilkan.

Wirawan (2009) mengemukakan konsep kinerja merupakan

singkatan dari kinetika energi kinerja yang padanannya dalam bahasa

(44)

performa kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu

tertetu.. kinerja pegawai merupakan hasil dari beberapa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja itu sendiri. Faktor-faktor tersebut

antara lain :

1. Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam pegawai yang

merupakan faktor bawaan dari lahir dan factor yang diperoleh ketika

pegawai itu berkembang, misalnya pengetahuan, keterampilan, etos

kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja.

2. Faktor-faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan

tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi dari tempat

kerjanya. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya

kinerja pegawai misalnya penggunaan tekhnologi.

3. Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor

lingkungan eksternal adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi

di lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja pegawai

mislanya krisis ekonomi dan keunangan yang dapat menaikkan inflasi,

menurunkan nilia upah dan gaji pegawai, dan selanjutnya menurunkan

daya beli pegawai. karena jika inflasi tidak diikuti kenaikan upah atau

gaji pegawai yang sesuai dengan tibkat inflasi, maka kinerja pegawai

(45)

32

5. Kriteria Kinerja Yang Baik

kusandi (2002:267) berpendapat kinerja yang baik seharusnya

mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Rasional

kinerja yang baik seharusnya diterima oleh akal sehat.

2. Konsisten

kinerja yang baik seharusnya sejalan dengan nilai nilai yang ada

dalam organisasi dan departemen dan tujuan organisasi.

3. Tepat

kinerja yang baik seharusnya sedapat sasaran seprti apa yang telah

ditargetkan.

4. Efisien

kinerja yang baik seharusnya sedapat mungkin melalui pengorbanan

dana yang minim dengan hasil yang memuaskan.

5. Terarah

kinerja yang baik seharusnya tertuju pada visi misi dan tujuan suatu

organisasi.

6. Disiplin

kinerja yang baik seharusnya melalui tahapan disiplin yang tinggi.

7. Sistematis

(46)

8. Dapat dicapai

kinerja yang baik seharusnya dapat diarahkan mencapai target atau

tujuan yang telah ditetapkan.

9. Terikat dengan waktu

kinerja yang baik seharusnya dikaitkan dengan waktu yang ada atau

waktu yang telah ditentukan.

10. Berorientasi pada kerjasama kelompok

kinerja yang baik seharusnya diarahkan pada kerjasama kelompok .

6. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja karyawan telah dilakukan oleh berbagai

organisasi sejak berabad-abad. Meskipun sistem penilaian kinerja telah

diperdebatkan oleh masyarakat luas, namun secara keseluruhan bisa

dilihat bahwa penilaian kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan organisasi. Longenecker dan Fink (1999) mengutip

beberapa alasan bahwa penilaian kinerja formal dalam organisasi

diperlukan secara benar untuk proses kenaikan gaji, promosi, penurunan

pangkat (Islam, 2005).

Disisi lain penilaian kinerja merupakan sebagian penting dari

budaya organisasi dan diperlukan untuk menilai kemajuan menuju tujuan

organisasi (Daley, 1993 dan Farr, 1983). Selain itu definisi yang lain

(47)

34

dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi Karyawan dan

sumbangan serta kepentingan bagi Karyawan (Yoder, 1981. ; Rafikul

Islam, 2005). Karena penilaian kinerja merupakan hal yang sangat

penting maka harus hati-hati dalam menerapkan penilaian kinerja. Sistem

penilaian kinerja yang tidak efektif akan membawa banyak masalah

termasuk rendah moral, penurunan produktivitas karyawan, yang

mengurangi antusiasme karyawan dan dukungan untuk organisasi

(Somerick, 1993; Islam, 2005).

Berdasarkan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

Pegawai Negeri Sipil) yang ada pada pegawai negeri sipil yang

menggunakan teori Hasibuan dalam Wirawan (2009:141) Unsur-unsur

yang dinilai antara lain :

1. Kesetiaan, yaitu kesetiaan, ketaatan. Dan pengabdian Pancasila,

UUD 1945, Negara, dan pemerintah Republik Indonesia.

2. Prestasi kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai

negeri sipil dalam melaksanakan tugas yan dibebankan kepadanya.

3. Tanggung jawab, adalah kesanggupan seorang pegawai nnegeri sipil

menyelesaikan yang diserahkan kepadanya.

4. Ketaatan, adalah kesanggupan seorang pegawai negeri sipil untuk

menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan

(48)

oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak

melanggar larangan yang ditentukan.

5. Kejujuran, yaitu ketulusan hati seorang pegawai negeri sipil dalam

melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan

wewenang yang diberikan kepadanya.

6. Kerjasama, adalah kemampuan seorang pegawai negei sipil untuk

bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas

yang ditentukan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna tang

sebesar-besarnya.

7. Prakarsa, adalah kemampuan seorang pegawai negei sipil untuk

mengambil keputusan, langkah-langkah, atau melaksanakan suatu

tindakan yangt diperlukan dalam melakasanakan tugas pokok tanpa

menunggu perintah.

8. Kepemimpinan, adalah kemampuan seorang pegawai negei sipil

untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara

maksimal untuk melaksanakan tugas pokok.

7. Hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja Pegawai

Jika disiplin kerja pegawai tinggi, maka organisasi akan

mendapatkan banyak keuntungan dan artinya jika disiplin kerja menurun,

(49)

36

pelayanan terhadap publik dan juga berdampak pada nama baik

organisasi.

Kedisiplinan adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu

organisasi. Dikatakan sebagai faktor yang penting karena disiplin akan

mempengaruhi kinerja pegawai dalam organisasi. Semakin tinggi disiplin

pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai. Disiplin adalah

merupakan cerminan besarnya tanggungjawab seseorang dalam

melakukan tugas tugas yang diberikan kepadanya yang mendorong

gairah dan semangat kerja seseorang. Pada umumnya disiplin yang baik

apabila pegawai dating ke kantor ataupun perusahaan dengan teratur dan

tepat waktu. Mereka berpakaian serba baik pada tempat bekerjanya.

Mereka menggunakan bahan bahan dan perlengkapan dengan hati

hati. Mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang

memuaskan dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan

dan menyelesaikan dengan sangat baik ( Hasibuan ,2000 : 190 ).

Pentingnya peranan disiplin juga dikemukakan oleh Musanef

(1994:116) yang berpendapat bahwa: Disiplin juga tidak kalah

pentingnya dengan prinsip - prinsip lainnya artinya disiplin setiap

pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam

setiap organisasi perlu ditegaskan disiplin pegawai - pegawainya. Melalui

(50)

ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap pegawai

disiplin yang sebaik-baiknya

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah bahwa

kedisiplinan kerja merupakan sesuatu yang dianggap penting bagi organisasi

yang dalam hal ini adalah kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang. Dengan

adanya kedisiplinan yang tinggi diharapkan akan tercapainya kinerja yang

baik yang nantinya akan berdampak dengan tercapainya tujuan dari

organisasi.

Berdasarkan pengertian teori dan hasil penelitian yang telah

dikemukakan dimuka maka dalam penelitian ini dapat dibiuat skema kerangka

pikir yang ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :

(51)

38

Berdasarkan kerangka diatas, dapat diuraikan bahwa tingkat

kedisiplinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai, karena kinerja

memerlukan adanya suatu kedisiplinan kerja. Dimana apabila disiplin diri

meningkat maka secara tidak langsung disiplin kelompok juga akan ikut

meningkat, yang nantinya dari peningkatan kedisiplinan tersebut akan

berdampak pada peningkatan kinerja pegawai, sehingga visi misi dan tujuan

dari kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang dapat terwujud.

Menurut Jasin (1989) bahwa macam disiplin dibagi dua yaitu disiplin

diri dan disiplin kelompok, dimana disiplin diri dan disiplin kelompok sangat

berkaitan. Apabila disiplin diri sudah tertanam pada diri tiap pegawai maka

besar kemungkinan disiplin kelompok juga akan terlaksana. Disiplin diri dan

disiplin kelompok bagaikan satu sisi mata uang, dimana keduanya saling

menunjang dan melengkapi dan keduanya bersifat komplementer.

Pengukuran kinerja berdasarkan teori Hasibuan dalam Wirawan

(2009:141) unsur-unsur yang dinilai antara lain kesetiaan.,prestasi kerja,

kejujuran, kedisiplinan. Kreativitas, kerja sama, kepemimpinan, kepribadian,

prakarsa, kecakapan dan tanggung jawab. Tetapi dalam hal ini yang

digunakan sebagai indicator kinerja hanya tujuh antara lain kesetiaan.,prestasi

kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, prakarsa, dan kepemimpinan.

(52)

menyesuaikan dari DP3 yang ada pada pegawai, dan teori ini berdasarkan

Wirawan (2009).

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari suatu masalah yang

diajukan, dan jawaban itu masih akan diuji secara empiric kebenarannya.

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diajukan suatu hipotesis

yaitu diduga kedisiplinan kerja berpengaruh signifikan terhadap terhadap

Gambar

Tabel 1.1Absensi pegawai Kantor Dinas Sosial Kabupaten Malang Tahun 2011 per minggu
Tabel 1.2
Gambar 2.1Kedisiplinan dan Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang

Diakhir tulisan ini, penulis menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Kuntu Kampar pada abad ke-11 Masehi sesuai dengan kedatangan Syekh Burhanuddin ke Kuntu.Beliau

Kotler (1997, p.36) juga menjelaskan bahwa perusahaan dapat menciptakan kepuasan pelanggan dengan cara meningkatkan pelayanan. Harga memiliki hubungan signifikan

Terbinanya SDM  yang diukur dari  terpenuhinya  kebutuhan guna  melaksananakan  tugas sesuai .

Dalam penulisan ini dibahas urutan-urutan proses mulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi yang siap dikirim kepelanggan. Penulisan juga membahas tipe proses produksi

Kata Kunci : Reksa Dana Saham, Kinerja, Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen,

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan pendekatan syar’i. Sumber data

The transactions recording system (purchases and sales) LPG at distributor level is generally better than at the level of sub-resellers (SP), as shown in Table