1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri sedangkan manusia sebagai mahkluk pribadi adalah individu yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa membutuhkan orang lain untuk selalu berinteraksi, bersosialisasi, bertukar pengalaman maupun membuat keturunan baru.
Secara psikologis manusia yang sehat secara lahir ataupun batin adalah manusia yang bisa menyelesaikan tugas perkembangannya dengan baik, teratur dan tepat pada masing-masing tahap perkembangannya yaitu masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa. Santrock (2002) mengatakan salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu hidup dengan pasangan yang artinya adalah menikah.
Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral serta sebuah konvensi yang menjadi harapan hampir setiap orang untuk menyempurnakan kehidupannya. Pernikahan merupakan awal dari kehidupan berkeluarga sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundangan yang berlaku.
Sebagai kegiatan yang sakral perkawinan dipercaya sebagai legitimasi Ilahi yang menyatukan dua (2) insan anak manusia yang berbeda ke dalam lembaga sosial yang disebut keluarga. Sebagai konvensi, perkawinan adalah ikrar, janji atau amanah yang dibangun diatas cinta dan komitmen yang kuat.
2
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Selain itu Negara Indonesia juga mengatur usia seseorang yang diperbolehkan untuk menikah. Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 Bab1 pasal 1 menjelaskan secara rinci batasan usia menikah pria dan wanita mencapai usia lebih dari 18 tahun.
Hal yang sama juga diatur dalam UU Komnas Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan, bahwa yang disebut anak-anak adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun, yang berarti ketika menikahi anak dibawah usia 18 tahun maka dianggap melanggar UU KPAI.
Secara psikologis, seseorang bisa dikatakan cukup untuk menikah adalah ketika emosi seseorang sudah dikatakan stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Pada masa itu, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Sehingga, ketika pernikahan dilakukan pada usia di bawah 20 tahun, secara emosi seseorang masih ingin menemukan jati dirinya sehingga cenderung mencoba karakteristik yang berubah-ubah.
Banyaknya kasus pernikahan dibawah umur yang terjadi di Negara ini sebanding lurus dengan banyaknya angka perceraian. Seperti penelitian yang dilakukan ISI (Ikatan Sosiologi Indonesia) pada tahun 2004. Daerah tersebut antara lain Garut dengan 676 perkara, Cianjur 467 perkara, Majalengka 2.213 perkara, Sukabumi 169 perkara dan Indramayu ada di peringkat ke-3 (Nursobah, Asep, 2008).
3
Menurut hasil penelitian Hetherington (Save, 2002) peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidak stabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan, dan sering marah-marah pada suami maupun istri. Terutama bagi istri akan mengalami kesedihan yang dalam karena perceraian, begitu pula dengan anak mereka yang juga memiliki perasaan sedih, marah, penyangkalan, takut dan bersalah. Mereka akan menunjukkan kesulitan penyesuaian diri dalam bentuk masalah perilaku, kesulitan belajar atau penarikan diri dari lingkungan sosial.
Hal di atas dapat dikuatkan dengan adanya penelitian dan studi ilmiah, bahwa wanitalah yang lebih sering merasakan kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi masa depan setelah bercerai (Aqshari, 2007).
Lodiana (2009) mengatakan, perceraian memang membuat pasangan suami-istri mendapat tantangan berat, baik itu dari masyarakat sekitar maupun dari keluarga. Keinginan untuk berusaha melanjutkan hidup setelah dihadapkan pada keretakan rumah tangga ternyata memiliki dampak sosial yang cukup besar, terutama bagi pihak perempuan.
Argill (dalam Aqshari, 2007) memaparkan bahwa rata-rata kecemasan dan ketakutan akan masa depan pada wanita setelah bercerai semakin bertambah, karena mereka menghadapi masalah yang lebih banyak. Itu karena wanita lebih perasa. Artinya, pada tingkat tertentu mereka lebih sering terpengaruh dengan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai orang tua tunggal (single parent). Selain sebagai orang tua tunggal (single parent) wanita juga mempunyai kesulitan dalam menghadapi masyarakat yang masih berpandangan negatif terhadap perceraian, sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa malu dan keputusasaan pada wanita tersebut.
4
Wanita muda kedua (23) dan ketiga (24) mengatakan bahwa selain masyarakat yang menilai negatif terhadap dirinya, hal yang paling berat di hadapinya adalah keluarga. Kedua wanita muda ini mengakui bahwa segala aktivitasnya terbatas seperti mengikuti pengajian rutin desa dan kegiatan PKK, karena stigma negatif yang cenderung diberikan oleh pihak keluarganya. Padahal wanita muda kedua mengakui sebelum menikah dirinya termasuk anak muda yang tidak betah jika berdiam di rumah dan menyukai kegiatan yang menuntutnya bertemu dengan orang lain.
Namun tidak semua wanita dewasa awal pasca perceraian mengalami dampak negatif seperti yang disebutkan diatas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fashihatin (2009) kepada wanita desa yang melakukan perceraian menyebutkan bahwa subjek penelitiannya memiliki penyesuaian diri yang baik pasca perceraian baik secara emosional maupun secara sosial. Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa penyesuaian wanita desa terhadap masyarakat dan keluarga setelah bercerai tidak mengalami masalah atau kendala apapun sehingga tidak banyak mengubah keadaannya.
Hasil survei yang dilakukan peneliti terhadap dua (2) wanita dewasa awal yang mengalami dampak positif setelah perceraian menghasilkan bahwa mereka cenderung bebas melakukan kegiatan di luar rumah. Wanita pertama (22) mengakui bahwa selama bersuami akses untuk mengembangkan potensi dirinya terbatas, sehingga setelah bercerai ia cenderung bebas melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan dirinya.
5
Namun ada sebagian wanita lainnya mengakui bahwa setelah bercerai ia merasakan baik-baik saja. Sebagian diantaranya memiliki penyesuaian diri yang baik setelah perceraian baik secara emosional maupun secara sosial, ia cenderung lebih mampu menguasai lingkungannya dan bebas untuk terus mengembangkan potensinya.
Sehingga dari keadaan pasca bercerai tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi psychological well being wanita dewasa awal dimana salah satu penyebab terbentuknya psychological well being adalah pengalaman hidup seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Ryff (1989) bahwa pengalaman hidup seseorang dapat mempengaruhi psychological well being dalam dimensi-dimensi tertentu, apalagi penagalaman tersebut adalah pengalaman yang sulit dilupakan.
Psychological well being (Ryff, 1989) adalah keadaan dimana individu mampu menerima dirinya apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial mampu mengontrol lingkungan eksternal serta memiliki arti dalam hidup dan mampu merealisasikan potensi dirinya. Oleh karena itu berdasarkan dari segala permasalahan yang di paparkan diatas peneliti ingin mengetahui gambaran psychological well being pada wanita dewasa awal pasca perceraian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran psychological well being pada wanita dewasa awal pasca bercerai?
C. Tujuan Penelitian
6
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis peneliti ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam usaha memperoleh pemahaman, pengembangan teori, terutama pada bidang psikologi sosial serta psikologi perkembangan mengenai psychological well being pada wanita dewasa awal pasca bercerai dan mampu mengembangkan dirinya lebih baik.
2. Manfaat Praktis
Bagi para wanita muda yang mengalami perceraian. Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai psychological well being sehingga tidak ada lagi wanita yang merasa potensi dirinya pupus akibat perceraian dan mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tujuan hidup yang ingin dicapai.
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DEWASA AWAL PASCA PERCERAIAN
(Studi Pada Wanita Yang Melakukan Pernikahan Dini)
SKRIPSI
Oleh : Luluk Alfiya
06810214
FAKULTAS PSIKOLOGI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA DEWASA AWAL PASCA PERCERAIAN
(Studi Pada Wanita Yang Melakukan Pernikahan Dini)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Luluk Alfiya
06810214
FAKULTAS PSIKOLOGI
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul Tesisi : Psychological Well Being pada Dewasa Awal Pasca Perceraian (Studi Pada Wanita yang Melakukan Pernikahan Dini)
2. Nama Peneliti : Luluk Alfiya 3. No. Induk Mahasiswa : 06810214
4. Program : Sarjana Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Univesitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 20 – 27 Desember 2010
7. Tanggal Ujian : 04 Februari 2011
Pembimbing II
(Hudaniah, M.Si)
Malang, 16 Februari 2011 Pembimbing I
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi telah diuji oleh dewan penguji Pada tanggal 4 Februari 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si Anggota Penguji : 1. Hudaniah, M.Si
2. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si 3. Lindayani Puspiyaningsih, S.Psi, Msi
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Drs. Tulus Winarsunu, M.Si
( )
( )
( )
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Luluk Alfiya
Nim : 06810214
Fakultas / Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa Skripsi/Karya Ilmiah yang berjudul:
Psychological Well Being pada Dewasa Awal Pasca Perceraian (Studi Pada Wanita yang Melakukan Pernikahan Dini)
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebut sumbernya.
2. Hasil karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non ekslusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Malang, 16 Februari 2011 Yang Menyatakan
Luluk Alfiya Mengetahui
Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, bimbingan serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Psychological Well Being pada Dewasa Awal Pasca Perceraian (Studi pada Wanita yang Melakukan Pernikahan Dini), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyususnan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besar kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Hudaniah, S.Psi. M.Si selaku Pembimbing II atas segala arahan, masukan, kesabaran dan meluangkan waktu selama ini.
3. Seluruh dosen Fakultas psikologi UMM, terima kasih atas ketulusan dalam memberikan samudra ilmu kepada penulis. Khususnya kepada Ibunda Diana Savitri H, M.Psi selaku Orang Tua penulis selama memasuki dunia perkuliahan.
4. Seluruh keluarga subjek penelitian. Mbak SS, Mbak RH dan Mbak FT atas segala waktu dan kesempatan yang diberikan kepada penulis.
keluarga besar Bani Muhassiniyah dan Tapak Dengdeng terimakasih atas doa-doanya.
6. Kepada seluruh jajaran keluarga penulis di Malang yang selalu ada untuk diajak diskusi berbagai macam topik. Keluarga besar HMI komisariat Psikologi UMM, keluarga besar P2KK UMM, keluarga besar Read Boarding House, keluarga besar Tim Trainer Psikologi UMM, keluarga besar asrama Aceh putri Pocut Baren Malang, keluarga besar IMADU Malang dan keluarga besar Karya Tunas Nusantara Malang. Dari kalian penulis belajar bagaimana memberi tanpa harus menerima.
7. Segenap sahabat penulis Didin, Happy, Lilik, Dyah, Atoel, Mbak Rit dan Dyah Ayu. Terimakasih kawan, selama ini mau menerima perbedaan yang kerap menjadi penghubung kebersamaan kita.
8. Kepada seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2006 pada umumnya dan kelas D angkatan 2006 pada khususnya, yang selama ini saling mengingatkan dan memberikan motivasi kepada penulis.
9. Terakhir kepada”mu” yang selalu mengajarkanku bahwa sebenarnya satu-satunya yang pasti didunia ini adalah ketidak pastian. Katamu, karena dengan itu manusia harus belajar bahwa dibalik ketidak pastian ada sesuatu yang Allah janjikan untuk makhluknya, “Inna Ma’al ‘Ushri Yushro Fainna Ma’al ‘Ushri Yusro”. Terimakasih untuk kesabarannya menunggu ketidak pastianku beberapa tahun ini ^_^
Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan insight bagi para pembaca. Peneliti sadar masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar lebih baik.
Malang, 16 Februari 2011 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
INTISARI ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Psychological Well Being ... 7
B.Dewasa Awal ... 13
C.Perceraian ... 19
D.PWB pada Wanita Dewasa Awal Pasca Bercerai ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 25
B.Batasan Istilah ... 25
C.Subjek Penelitian ... 26
D.Tekhnik Pengumpulan Data ... 26
E.Prosedur Penelitian ... 27
F. Analisis Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Data ... 31
a. Deskripsi Subjek Penelitian ... 31
b. Deskripsi Data Psychological Well Being ... 39
B.Analisa Data ... 48
C.Pembahasan ... 64
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 73
B.Saran-saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan ... 27 Table 4.1 : Identitas Subjek Penelitian ... 31 Table 4.2 : Hasil Analis Data Subjek ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Guide Interview ... 77
Hasil Wawancara Subjek SS ... 79
Hasil Wawancara Subjek RH ... 87
Hasil Wawancara Subjek FT ... 94
Hasil Wawancara Triangulasi Subjek SS ... 103
Hasil Wawancara Triangulasi Subjek RH ... 107
Hasil Wawancara Triangulasi Subjek FT ... 111
Informed Concent SS ... 113
Informed Concent RH ... 115
DAFTAR PUSTAKA
Alex, P., & Joseph, S. (2004). Positive psychology in practice. USA : Wiley. Alfiyah. (2010). Faktor-faktor pernikahan dini. Diakses pada 25 Mei 2010.
Dari http://alfiyah23.student.umm.ac.id
Amanaty, Ati. (2010). It's complicated, rumitnya kehidupan pasca erceraian. Diakses pada 25 Mei 2010. Dari www.tabloidbintang.com
Ayu, Lodiana. (2009). Sendiri tanpa suami. Diakses pada 17 September 2010. Dari www.redaksi@hariansumutpos.com
Carr, Alan. (2009). Positive psychology : The Science of Happiness and Human Strenght. USA dan Kanada : Routledge.
Compot, C., William. (2005). An introduction to positive psychology. USA : Thomson Wadswort.
Coorner, Jessica. (2010). Wanita, Perceraian, Dan Keputusan Keuangan. Diakses pada 17 Septeber 2010. Dari www.pusatilmu.com
Fachrina, & Anggraini, N. (2007). Penyesuaian kembali (readjusment) eran dan hubungan sosial pasangan yang bercerai. Artikel Penelitian Ilmiah Dosen Muda, 001/SP2H/PP/DP2M/III/2007.
Fitri. (2010). Pasca perceraian. Diakses pada 25 Mei 2010. Dari www.psychology.com
Huda, Nurul. (2010). Indahnya perceraian. Jakarta : Best Median.
Hurlock, E.B. (2002). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga
Kertamuda, E. (2009). Konseling pernikahan untuk keluarga indonesia. Jakarta : Salemba Humanika.
KPAI. (2007). Perkawinan dini penyebab tingginya angka perceraian. Diakses pada 25 Mei 2010. Dari www.kpai.com.
Murtadho, Ali. (2009). Konseling perkawinan perspektif agama. Semarang : Walisongo Press.
Mardiah, Dian. (2009). Hubungan sntara stres dengan psychological well-being pada isteri karyawan perkebunan kelapa sawit. Skripsi : Universitas Sumatra Utara.
Moleong, Lex, J.. (2009). Metodelogi penelitian kualitatif : Edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mubarok, Haya. (2008). Ensklopedi wanita muslimah. Jakarta : Darul Falah. Mulida, S., Elmi, Ibnu, & Pelu. (2009). Kekerasan seksual dan perceraian.
Malang : Intimedia.
Mustaqim, Abdul. (2008). Paradigma tafsir feminis. Jokjakarta : Logung Pustaka.
Najlah, Naqiyah. (2007). Perceraian. Diakses pada tanggal 25 Mei 2010. Dari www.radarbromo.com yang diposting pada 20/02/2007.
Papalia, D.E. (2007). Human development (Tenth edition). New York : Mc Graw Hill Company.
Ryff, D.C. (1989). Happiness is evrything, or is it? exploration on the meaning of psychological well being. Madison : Universyty of Wisconsin.
Santrock, W., John. (2002). Life-span development : Perkembangan masa hidup jilid II. Jakarta : Erlangga.
Save, M., Dagun. (2002). Psikologi keluarga : Peranan ayah dalam keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.