• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso Di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso Di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PERKEMBANGAN TENUN

TROSO DI DESA TROSO KECAMATAN PECANGAAN

KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Konsentrasi Tata Busana

Oleh

Liya Handryana

NIM 5401406056

JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang ujian skripsi Jurusan Teknologi Jasa

dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:

Hari

: Kamis

Tanggal

: 5 Mei 2011

Ketua Jurusan Sekretaris

Ir.Siti Fathonah, M.Kes Dra. Sri Endah W,M.Pd

NIP. 1964021319880322002 NIP. 196805281993032001

Penguji

Dra. Hj. Marwiyah,M.Pd

NIP. 195702201984032001

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Sri Endah W,M.Pd Rina Rachmawati, S.E. M.M

NIP. 196805281993032001

NIP. 198003072006042001

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi

ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang , April 2011

(4)

iv

MOTTO:

Berusaha, berdoa dan ikhlas atas hasil yang dapat kita capai adalah

keberhasilan yang sesungguhnya, karena dalam sebuah pencapaian, proses

adalah hal yang paling penting (Peneliti)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu atas doa, kasih

sayang,

dukungan,

pengorbanan

serta kesabaranya selama ini.

Nenek dan Adik terimakasih atas

doa dan dukungannya

Teman-teman Tata Busana 2006

Almamaterku

(5)

v

PRAKATA

Alhamdulillah peneliti ucapkan atas limpahan rahmat serta karunia dari Allah

SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso Di Desa Troso

Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara

Skripsi ini merupakan

salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi (TJP) Fakultas

Teknik (FT) Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak akan berjalan

lancar tanpa kontribusi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1.

Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang

telah memberikan sarana dan prasarana untuk menyelesaikan studi strata satu di

Universitas Negeri Semarang.

2.

Drs. Abdurrahman, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan

penelitian.

3.

Ir.Siti Fathonah, M.Kes, Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Universitas

Negeri Semarang

yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian

4.

Dra. Sri Endah Wahyuningsih, M.Pd.

, Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Rina Rachmawati, S.E,M.M,

Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

(6)

vi

bimbingan dalam skripsi ini

7.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik khususnya prodi S1 Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi atas segala

ilmu yang diberikan.

8.

H. Ali Asyhar, S.Sos ketua paguyuban pengusaha tenun troso atas bantuan dan

arahan selama penulis melakukan penelitian

.

9.

Responden penelitian seluruh pengusaha tenun troso di Desa Troso Kecamatan

Pecangaan Kabupaten Jepara

atas waktu yang diberikan untuk mengisi kuesioner.

10.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu atas segala bantuan baik moril maupun materiil.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada semua

pihak menjadi amal ibadah serta mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Harapan peneliti, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada

umumnya.

Semarang, Februari 2011

(7)

vii

ABSTRAK

Liya Handryana, 2011

. “

Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso

Di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara

”. Program Studi

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi , Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Dosen Pembimbing I

Dra. Sri Endah

Wahyuningsih, M.Pd

, Dosen Pembimbing II

Rina Rachmawati, S.E.,M.M.

Kata Kunci : Faktor-Faktor Penghambat

Perkembangan, Tenun Troso

Tenun troso merupakan salah satu produk unggulan Jawa Tengah setelah

batik. Tenun troso kain tradisional khas Jepara yang perlu dilestarikan kerena belum

dikenal banyak orang, tidak seperti tenun ulos, songket, lurik yang lebih dikenal

banyak orang. Tenun troso hanya dikenal oleh golongan masyarakat tertentu. Kain

tenun troso belum banyak dijual dipasaran karena hanya diperoleh ditempat produksi

yaitu di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Permasalahan

penelitian ini adalah 1) Faktor-faktor apa yang menghambat perkembangan tenun

troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara 2) Seberapa besar

faktor-faktor tersebut menghambat perkembangan tenun troso di Desa Troso

Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Tujuan dari penelitian ini adalah 1)

Mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut menjadi penghambat perkembangan

tenun troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. 2) Mengetahui

seberapa besar faktor-faktor tersebut menjadi penghambat perkembangan tenun troso

di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha tenun troso yang

berjumlah 75 pengusaha karena jumlah populasinya kurang dari 100 orang. Penelitian

ini menggunakan satu variabel yaitu faktor-faktor penghambat perkembangan tenun

troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara yang terdiri dari 6 sub

variabel yaitu modal, bahan baku, tenaga kerja, desain, teknologi dan pemasaran.

Metode pengumpulan data instrumen berupa angket yang telah diujicobakan. Metode

analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase.

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor penghambat perkembangan tenun

troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara, yang tediri dari sub

variabel modal 58.30%, bahan baku 55.10%,tenaga kerja 58.80%,desain 60.00%,

teknologi 54.00% dan pemasaran 63.40%. Pembahasan Faktor tertinggi dalam

menghambat perkembangan tenun troso adalah pemasaran dengan persentase

63.40%, faktor terendah dalam menghambat perkembangan tenun troso adalah bahan

baku dengan persentase 55.10%.

(8)

viii

DAFTAR

ISI

Halaman

HALAMAN

JUDUL ...

i

PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2

Perumusan Masalah ... 4

1.3

Tujuan Penelitian ... 4

1.4

Manfaat Penelitian ... 4

1.5

Penegasan istilah ... 5

1.6

Sistematika Skripsi ... 8

BAB

2

LANDASAN

TEORI ... 10

2.1

Kain tenun ... 10

2.1.1 Jenis Tenun ... 11

(9)

ix

2.2.2 Pembuatan Motif Tenun Di Desa Troso ... 17

2.2.3 Perkembangan Tenun Troso ... 19

2.2.4 Proses Pembuatan Tenun Troso ... 20

2.3

Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Tenun ... 24

2.3.1 Modal ... 29

2.3.2 Bahan Baku ... 30

2.3.3 Tenaga Kerja ... 33

2.3.4 Desain ... 36

2.3.5 Teknologi ... 39

2.3.6 Pemasaran ... 39

BAB

3

METODE

PENELITIAN... 44

3.1

Objek Penelitian ... 44

3.2

Populasi dan Sampel ... 44

3.2.1.

Populasi ... 44

3.2.2.

Sampel

...

45

3.3

Variabel Penelitian ... 45

3.4

Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.1 Metode Dokumentasi. ... 46

3.4.2 Metode Observasi. ... 46

3.4.3 Metode angket. ... 46

3.4.4 Metode Wawancara. ... 47

(10)

x

3.5.2 Reliabilitas ... 50

3.6

Metode Analisis Data ... 51

BAB

4

HASIL

PENELITIAN

DAN

PEMBAHASAN ... 53

4.1

Hasil penelitian ... 53

4.2

Deskripsi Data ... 53

4.2.1 Modal . ... 55

4.2.2 Bahan baku... 56

4.2.3 Tenaga kerja. ... 57

4.2.4 Desain. ... 59

4.2.5 Teknologi. ... 60

4.2.6 Pemasaran. ... 61

4.3

Pembahasan ... 62

4.4

keterbatasan penelitian ... 67

BAB

5

SIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1

Simpulan ... 68

5.2

Saran ... 68

DAFTAR

PUSTAKA

...

70

(11)

xi

Tabel

Halaman

1.1 Jumlah industri tenun troso ... 2

31 Daftar nama peserta uji coba ... 48

3.2 Validitas instrumen untuk soal no 1 ...

49

3.3 Reabilitas instrumen ...

51

3.4

Kategori diskriptif persentase ...

52

4.1 Hasil penelitian faktor-faktor yang menghambat perkembangan tenun

troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara ...

54

4.2 Hasil Analisis Deskiptif Persentase Modal ...

55

4.3

Hasil Analisis Deskiptif Persentase Bahan Baku ... 56

4.4

Hasil Analisis Deskiptif Persentase Tenaga Kerja……… 57

4.5Hasil Analisis Deskiptif Persentase Desain ...

59

4.6Hasil Analisis Deskiptif Persentase Teknologi ...

60

(12)

xii

Gambar

Halaman

2.1 Motif Tenun Ulos Khas Batak ...

11

2.2 Motif Songket Dari Palembang ... 12

2.3 Motif Lurik... 12

2.4 Motif Tenun Ikat ...

13

2.5 Tenun Troso Tradisional... 14

2.6 Motif Tumpal ... 16

2.7 Motif Bunga ... 16

3.1 Grafik Data Hasil Penelitian ... 55

3.2 Grafik Modal ...

56

3.3 Grafik Bahan Baku ...

57

3.4 Grafik Tenaga Kerja ...

58

3.5 Grafik Desain ...

59

3.6 Teknologi ...

60

(13)

xiii

1.

Tabel Kisi-kisi Instrumen ... 73

2.

Kisi-kisi pengusaha tenun troso ... 75

3.

Angket penelitian ... 87

4.

Hasil Uji Coba Angket Penelitian ... 97

5.

Hasil Uji Validitas & Reliabilitas... 100

6.

Rekapitulasi data hasil penelitian faktor-faktor penghambat

perkembangan tenun troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan

Kabupaten Jepara ... 102

7.

Hasil Analisis Deskriptif Persentase ... 108

8.

Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ... 120

9.

Permohonan Surat Observasi ... 121

10.

Surat Izin Penelitian ... 122

11.

Data responden penelitian ... 123

12.

Gambar aktifitas tenaga kerja tenun troso ... 127

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tenun Troso merupakan salah satu hasil karya seni asli Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara sehingga perlu dilestarikan dan dikembangakan.

Menurut masyarakat setempat tentang munculnya kegiatan menenun di desa Troso dibakukan dalam sebuah cerita (mitos), bahwa dahulu kala ada tokoh bernama kyai senu dan nyai senu yang pertama kali melakukan pekerjaan menenun dengan tenun emasnya, pekerjaan ini kemudian diperkenalkan kepada masyarakat. Masyarakat masih percaya alat tenun emas itu masih sering muncul di tengah-tengah desa, dikatakan bahwa beberapa orang pernah melihatnya. Walaupun mitos tersebut merupakan suatu bentuk cerita dari mulut ke mulut, tetapi memiliki fungsi sosial bagi masyarakat yang memilikinya (Eko Punto Hendro, 2000:151).

Tenun troso dikenal dengan nama tenun troso karena pembuatannya di desa Troso sesuai dengan nama desa asal pembuatan. Keterampilan membuat Tenun troso sudah dimiliki oleh warga desa Troso sejak tahun 1935, jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara merupakan sentra kerajinan Tenun Troso dan merupakan produk unggulan Kabupaten Jepara setelah industri mebel, Desa Troso terletak sekitar 15 Km arah tenggara kota.

Selain terkenal dengan seni ukir, Jepara juga memiliki potensi yang menarik untuk dianalisa, yaitu kain tenun yang diproduksi di sentra industri Tenun Troso Jepara, bertempat di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

(15)

Menurut bapak H. Ali Ashar, Sos ketua paguyuban pengusaha tenun troso mengatakan bahwa 1 tahun terakhir ini pengusaha tenun troso mengalami penurunan karena kurangnya bahan baku yanng cukup tersedia dan sulitnya memasarkan hasil produksi menjadi menjadi permasalahan bagi pengusaha (wawancara 30 oktober 2010)

Tabel 1.1 Jumlah industri tenun troso dan jumlah tenaga kerja Tahun Jumlah industri Jumlah tenaga kerja

2007 80 2400

2010 75 1200

Sumber : Data dari pimpinan paguyuban pengusaha tenun troso

Dari angka di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, di Jepara mengalami penurunan yang signifikan di sektor industri tenun troso maupun jumlah tenaga kerjanya. Pada tahun 2007 peningkatan jumlah pengusaha tenun troso sangat pesat karena masih diberlakukanya keputusan Gubernur Jawa Tengah pegawai negeri sipil (PNS) memakai seragam tenun troso setiap hari kamis.

Kain yang dihasilkan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tentu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada kain yang dihasilkan dengan Alat Tenun Mesin (ATM). Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membuat sehelai kain tenun troso 1-3 hari.

(16)

ditempat produksi yaitu di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Masyarakat Jepara lebih memilih pakaian produksi luar Jepara seperti batik,lurik dan lain-lain. Produk kain atau pakaian umum lebih mudah didapat di pasaran dan harganya lebih murah dibandingkan dengan kain tenun troso.

Pengusaha tenun troso kurang mampu dalam pengelolaan manajemen yang sering dianggap hal yang mudah, sehingga kekurangan modal sering menghambat perkembangan usaha tenun troso karena menurut para pengusaha sistem keuangan usaha dan rumah tangga masih menjadi satu, sehingga laba usaha sering dikonsumsi dan tidak disalurkan untuk usaha. Pemasaran merupakan juga kendala yang dihadapi pengusaha tenun troso karena jumlah produksi tergantung dengan pesanan semakin banyak pesanan semakin banyak proses produksi.

Pengusaha tenun troso memerlukan modal yang cukup, tenaga kerja terampil, bahan baku cukup tersedia untuk menjamin kemajuan usaha serta menjamin persediaan barang. Penghambat perkembangan tenun troso disebabkan oleh adanya faktor-faktor produksi yang kurang mencukupi untuk kebutuhan proses pembuatan tenun troso.

(17)

Berdasarkan pertimbangan diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian “Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso Di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang permasalahan diatas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1.2.1 Faktor-faktor apa yang menghambat perkembangan tenun troso di desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara?

1.2.2 Seberapa besar faktor tersebut menghambat perkembangan tenun troso di desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian diatas adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui faktor-faktor penghambat perkembangan tenun troso di desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

1.3.2 Mengetahui seberapa besar faktor-faktor tersebut menjadi penghambat perkembangan tenun troso di desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

(18)

1.4.2 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat untuk ikut meningkatkan perkembangan tenun troso melalui badan perencanaan pembangunan daerah.

1.4.3 Sebagai bahan masukan bagi departemen perindustrian, perdagangan dan koperasi (deperindakop) Jepara mengenai keadaan yang dialami oleh tenun troso pada jaman sekarang.

1.4.4 Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan baik bagi peneliti maupun pembaca.

1.5 PENEGASAN ISTILAH

Judul penelitian gambaran ringkasan tentang masalah yang akan diteliti. Agar tidak terjadi salah tafsir maka akan diberikan batasan-batasan pengertian mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1.5.1 Faktor-faktor penghambat

Faktor adalah suatu hal ( keadaan, peristiwa, dan sebagainya) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu (W.J.S Poerwadarminto, 1999:273)

Penghambat atau hambatan halangan atau rintangan (Tim redaksi kamus besar bahasa Indonesia, 2001:273). Hambatan dapat diartikan segala sesuatu yang menghalangi suatu usaha.

(19)

1.5.2 Perkembangan

Perkembangan adalah perihal berkembang (W.J.S Poerwadarminto, 2002:731).

Yang dimaksud perkembangan disini adalah berkembang atau menjadi besar produksi tenun troso yaitu dengan naiknya nilai produksi.

1.5.3 Tenun Troso

Tenun adalah barang-barang yang dibuat dari benang (kapas, sutra dsb) dengan menggunakan alat perkakas untuk membuat kain (W.J.S Poerwadarminto, 1999:1054)

Tenun troso adalah kain tenun yang cara pembuatanya dengan menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin) yang menghasilkan tenun ikat dengan merek dagang troso (Eko Punto hendro, 2000:4).

Arti tenun troso adalah barang tenunan yaitu barang tenunan yang cara pembuatanya dimulai dari menter atau mewarnai. Dalam proses ini, benang diwarnai sesuai pewarnaan juga kemudian dijemur. Berikutnya, proses spul atau benang digulung kecil. Proses ketiga, benang diproses dan dipasang ke alat tenun bukan mesin ditempat tersebut dinamakan dicucuk. Proses yang terakhir adalah penenunan.

1.5.4 Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara

(20)

Ibukota Kecamatan Pecangaan dan 15 km arah selatan dari Ibukota Kabupaten Jepara.

Dari berbagai mata pencaharian yang ada di Desa Troso yaitu pengusaha, dan buruh industri, merupakan warga yang menjaga kelangsungan industri tenun Troso, kegiatan yang dilakukan setiap hari untuk membuat lembar demi lembar kain.

Keterampilan membuat tenun ikat sudah dimiliki oleh warga Desa Troso sejak tahun 1935 yang bermula dari Tenun Gendong warisan turun-temurun.Tahun 1943 mulai berkembang Tenun Pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), hingga sekarang. Keterampilan ini terus berkembang. Desa Troso yang terletak di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memproduksi jenis kain tenun di antara beberapa daerah lainya di Indonesia. Jenis tenun yang kini dikembangkan di Desa Troso menunjukkan salah satu cara masyarakat untuk bertahan dalam bidang perekonomian. Dalam proses pembuatan tenun troso memang masih diwarnai oleh faktor ketrampilan tangan atau cara-cara tradisional, sehingga dapat menimbulkan kesan seni.

(21)

1.6 SISTEMATIKA SKRIPSI

Agar skripsi ini dapat tersusun dengan baik dan sistematis, maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut

1.6.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi tentang halaman judul, abstrak, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan daftar tabel.

1.6.2 Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab antara lain pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan penutup.

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi, sehingga dapat digambarkan mengenai masalah pentingnya dilakukan penelitian tentang faktor-faktor penghambat perkembangan tenun troso di desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

BAB 2 :LANDASAN TEORI

(22)

penghambat perkembangan tenun troso di desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

BAB 3 :METODE PENELITIAN

Berisi populasi, sampel, waktu, tempat penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, uji coba instrumen, metode analisis data, sehingga dapat digambarkan mengenai metode sistematis yang digunakan dalam penelitian.

BAB 4 :HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan analisis data dan pembahasan atas hasil pengolahan data

BAB 5 :PENUTUP

Berisi simpulan dan saran, sehingga dapat digambarkan mengenai tindak lanjut dari penelitian

1.6.3 Bagian Akhir Skripsi

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Kain tenun merupakan salah satu hasil karya seni budaya tradisional yang telah lama berkembang di Indonesia. Dalam perkembangnya kain tenun mempunyai fungsi sosial yang melambangkan status sosial atau identitas kelompok tertentu. Di antara produk-produk tekstil yang sekarang berkembang di Indonesia, kain tenun sering dianggap sebagi salah satu produk yang memiliki nilai seni, karena itu pula keberadaanya di pasar barang masih dapat bersaing dengan produk-produk tekstil lainya yang umum diprduksi secara masal oleh pabrik-pabrik tekstil.

2.1 Kain Tenun

Setiap daerah mempunyai cara tersendiri untuk memperkuat identitas dan kepribadian bangsa, antara lain melalui media tenun, sebagai contoh: Songket, Ulos, Lurik, tenun ikat dan sebagainya.

Jenis ataupun ragam hias kain tenun misalnya dapat menunjukkan apakah seseorang itu keturunan raja, kepala adat atau hanya rakyat biasa. Untuk menunjukkan identitas kelompok biasanya tenun tampak dipergunakan misalnya dalam upacara kelahiran, inisiasi, perkawinan ataupun kematian. (Eko Punto Hendro, 2000:1)

Dari fungsi ekonomi, kain tenun merupakan komoditi berharga karena memiliki nilai tukar yang tinggi di pasar barang. Tingginya nilai tukar tersebut disebabkan proses pembuatanya (menggunakan ketrampilan tangan) yang cukup

(24)

rumit serta hiasannya yang unik, tergantung pula dari jenis bahan benang yang digunakan.

Pengertian motif adalah suatu kerangka bergambar yang mewujudakan tenun secara keseluruhan. Motif tenun disebut juga dengan corak atau pola tenun. Pendapat Didik Riyanto (1997:15) mengatakan bahwa motif merupakan corak atau ragam yang mempunyai ciri tersendiri yang menghiasi tenun troso.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motif tenun merupakan kerangka atau subyek dari keseluruhan gambar, sehingga motif tenun sangat menentukan nama terhadap sehelai tenun sekaligus sebagai ornamen penghias.

2.1.1. Jenis Tenun

2.1.1.1 Macam-macam Tenun

Beberapa jenis tenun yang kini masih dapat dikenal diantaranya kain yang sering disebut ulos, songket, lurik dan ikat merupakan kain tenun yang terdapat diberbagai daerah di Indonesia.

2.1.1.1.1 Ulos merupakan tenun khas batak

(25)

Gambar 2.2 Motif Songket dari Palembang (http//googel.com//tenun) 2.1.1.1.3 Lurik Kain lurik ditandai dengan motif yang bergaris yang disusun berdasarkan jalinan benang berwarna-warni

Gambar 2.3 Motif Lurik (http//googel.com//lurik)

(26)

Gambar 2.4 Motif Tenun Ikat(http//googel.com//tenun)

2.2 Tenun Troso

Tenun adalah barang-barang yang dibuat dari benang (kapas, sutra dsb) dengan menggunakan alat perkakas untuk membuat kain (W.J.S Poerwadarminto, 1999:1054)

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian tenun troso adalah suatu karya seni pada bahan sandang berupa tenunan dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang menghasilkan sehelai kain kemudian menggunakan zat pewarna dengan jalan mencelupkan kain kedalam pewarna yang menghasilkan tenun yang diproduksi di Desa Troso. (Eko Punto hendro, 2000:4).

(27)

Troso yaitu menggunakan banyak ragam hias Nusantara. Perpaduan ragam hias tersebut dapat memperkaya ragam hias tenun troso, sehingga hasil ragam tenun troso lebih menarik dan bervariasi. Beberapa pengusaha mencoba mengembangkan jenis tenun dengan cara mengadaptasi produk-produk dari derah lain .

Gambar 2.1.1 Tenun Troso Tradisional (http//googel.com//tenun troso) Selain terkenal dengan ukiran, Jepara juga memiliki potensi yang menarik untuk dianalisa, yaitu kain tenun yang diproduksi di sentra industri Tenun Troso Jepara, bertempat di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Jepara memiliki warisan budaya tenun yang telah menempuh lintasan sejarah yang panjang, sehingga telah mengalami kristalisasi nilai-nilai serta ciri-ciri yang khas dan unik.

2.2.1 Motif Tenun Troso

(28)

gunung, air, dan lain-lain) dan hasil kreasi manusia (bentuk garis, geometris, dan lain-lain).

Pada tenun tradisional, motif berfungsi sebagai penghias, setelah mengalami berbagai penyusunan dengan membentuk pola tertentu. Dilihat dalam suatu susunan pola pada tenun, akan didapatkan bentuk-bentuk motif hias yang berbeda sifatnya. Bentuk motif tersebut dapat diklasifikasi kedalam beberapa golongan, sesuai dengan bentuk dasar motif dan tata susunanya.

Motif hias tradisional digolongkan menjadi 2 golongan besar yaitu (1) motif hias golongan geometris, (2) motif hias non geometris.

2.2.1.1 Motif ceplok bunga

Tenun ini yang dipakai oleh masyarakat Aceh dikenakan sebagai selendang dipunggung dan untuk selendang didada dan bahu. Motif ceplok bunga kecil-kecil yang dibuat dengan teknik songketan (kartiwa, 1993:27)

2.2.1.2 Motif hias tumpal

Motif hias tumpal pada dasarnya menggunakan bidang segitiga sama kaki yang diulang secara deret. Pada motif hias tumpal labih berragam, yang diisi dengan variasi-variasi tertentu yang digunakan untuk seragam PNS.

(29)

2.2.1.3 Motif tumbuh-tumbuhan

Motif tumbuh-tumbuhan, memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber penciptaan suatu motif hias. Dalam perwujudanya sering kali berupa bagian-bagian dari tumbuhan, seperti daun, bunga, buah, ranting dan lain sebagainya.

Gambar 2.1.2 Motif Bunga (pengusaha tenun troso) 2.2.1.4 Motif hias binatang

Motif hiasan binatang ini telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu sejak zaman prasejarah dan sekarang masih terus berkembang. Dalam penggambaranya pada umumnya diubah sedemikian rupa, tetapi masih tampak bentuk aslinya.

Selain motif diatas masih banyak lagi motif yang diproduksi seperti motif lung lungan, motif bentuk garis-garis (motif SBY), motif gapuro mantingan (motif seragam bagi PNS pada awal peresmian), dan sebagainya.

2.2.2 Pembuatan motif tenun di Desa Troso

(30)

berlangsung. Tetapi pada pembuatnya tenun yang ada di Desa Troso ada 4 macam motif yang ada di Desa Troso, diantaranya:

2.2.2.1 Motif khas Troso yang juga disebut dengan motif lompong

Motif yang dibuat oleh pembuat tenun di Desa Troso memiliki khas tersendiri yang dinamakan dengan motif lompong, sehingga mudah dikenal masyarakat dan mudah dibedakan dengan tenun dari daerah lain.

2.2.2.2 Motif karena pesanan

Untuk memenuhi permintaan pelanggan motif disesuaikan dengan permintaan pemesan, sehingga pelanggan merasa puas dengan apa yang diinginkan, dan berusaha lebih optimal agar tidak mengecewakan para pelanggan.

2.2.2.3 Motif karena pasar

Pembuatan tenun yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan permintaan dan selera konsumen yang menyangkut aspek ekonomi dan daya tarik dengan kualitas yang berbeda. Dalam hal ini motif bisa sama tetapi harga dan kualitas berbeda, jika bahan bagus (benang sutra) maka harga akan menjadi tinggi karena kualitas kecil, akan tetapi kualitas biasa maka harga menjadi lebih murah walaupun motifnya sama.

2.2.2.4 Motif kombinasi atau motif yang sedang berkembang sesuai zaman

(31)

melalui jenis kain dan penggunanya. Jenis kain tersebut ditentukan oleh jenis benang bahan bakunya, yaitu meliputi jenis kain tipis dan kain tebal.

Ketelitian dan kreatifitas para pembuat dan pendesain tentu saja sangat menentukan kualitas hasil tenunan. Disamping itu juga beberapa faktor lainya yang turut menentukan misalnya jenis zat warna, jenis dan jumlah benang yang digunakan serta kondisi bahan penolong atau bahan pembantu. Masing-masing zat warna memiliki kualitas yang beerbeda beda. Jenis benang meliputi nomor dan sifat benang, sedangkan jumlah benang akan menentukan tingkat kerapatan hasil tenunan. Semua hal tersebut akan menentukan kualitas hasil tenunan yang meliputi konstruksi, keindahan, kerapian, kekuatan dan tingkat kecatatan kain tenun tersebut. Tingkat kualitas kain tenunan dari Desa Troso bervariasi, hal ini dipengaruhi tingkat kebutuhan dan kemampuan para pengusaha dan buruhnya.

Untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas, pengusaha tenun troso sering melakukan inovasi-inovasi dan menyesuaikan selera konsumen. Diantaranya dengan menambahkan motif-motif dari daerah lain diantaranya tenunan dari Bali, Sumba dan Flores dengan berbagai macam motif atau corak yang lebih modern. Cara lain yang dilakukan oleh pengusaha tenun troso adalah membuat kain tenun dari serat nanas yang harganya lebih murah.

(32)

Pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh para pengrajin telah menyebabkan kegiatan yang telah berkembang, hingga kini mampu bertahan di Desa Troso. Walaupun latar belakang sosial dan pengetahuanya masih sering membatasi ruang gerak usahanya. Pada awalnya masyarakat Desa troso hanya membuat jenis-jenis lurik, mori dan sarung, kini pengusaha tenun Troso dapat mengembangkan jenis tenun dengan berbagai motif.

2.2.3 Perkembangan Tenun Troso

Proses perkembangan sentra industri tenun di Desa Troso dari tahun ke tahun mengalami pasang surut. Pada tahun 60an saat alat tenun bukan mesin (ATBM) mulai membudaya di Desa Troso sampai tahun 70an, Troso dikenal sebagai pusat produksi tenun lurik, mori dan sarung ikat. Namun diakhir tahun 70an kondisinya mengalami kelesuan, sehingga banyak pengusaha yang gulung tikar. Beberapa pengusaha mencari jalan keluar dengan mencoba mengembangkan lagi dengan mengembangkan jenis tenun dengan kreasi baru., akhirnya diawal tahun 80an unit-unit usaha tenun di Desa Troso dapat bangkit kembali. Walaupun demikian jalanya tetap saja tidak mulus, sekitar tahun 1985-1988 kondisi pasar tenun mengalami kelesuan, sehingga banyak pengusaha tenun yang bangkrut kembali.

(33)

menolong para pengusaha tenun troso dan dapat mengangkat lagi sentra-sentra tenun yang ada di Jawa Tengah (Hendro, 2000:7)

2.2.4 Proses pembuatan tenun troso

Proses Diawali dengan proses penggulungan benang. Agar benang tidak mudah putus ketika ditenun, benang tersebut harus diikat satu per satu. Setelah diikat, barulah kain ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Proses selanjutnya adalah pencelupan kain ke dalam zat pewarna. Umumnya, pewarna kain Troso berasal dari zat kimia. Proses pembuatan tenun troso yaitu:

2.2.3.1 Ngelos atau nyepul

Memindahkan benang dari kelos atau bal (tempat benang semula) kedalam gulungan kelos.

2.2.3.2 Ngeteng

Memindahkan benang dari kelos atau bal yang langsung diatur sedemikian rupa kedalam plangkan atau bingkai menjadi bentuk untaian.

2.2.3.3 Gambar

(34)

2.2.3.4 Nali

Menutup bagian tertentu pada plangkan dengan cara mengikat dengan tali rafia supaya waktu pewarnaan bagian yang terikat tersebut tidak terkena warna.

2.2.3.5 Nyelup

Memasukkan benang Pakan untuk kain tipisan dan Lungsi untuk kain blangket (kain tebal) kedalam cairan pewarna. Proses ini dapat berjalan berkali-kali tergantung jenis warna yang dikehendaki tertera dalam kain (benang Pakan adalah benang-benang yang terdapat pada suatu kain tenun dimana arah benang tersebut memanjang kearah lebar kain sebaliknya benang Lusi benang tersebut memanjang kearah panjang kain )

2.2.3.6 Nyolet atau nyatri

Memberi warna tambahan pada benang sebagai fariasi warna, tahap ini dilakukan pada prosesing benang Pakan pada kain tipis.

2.2.3.6.1 Nyolet gesekan

Lidi dicelupkan kepigmen atau zat pewarna, kemudian digesekan pada rangkain benang pada plangkan yang masih terikat.

2.2.3.6.2 Nyolet naptol

Kuas dicelup naptol lalu disapukan pada rangkaian benang pada plangkan kemudian kuas dicelup pada zat warna dan disapukan kembali pada tempat.

(35)

Melepaskan sebagian ikatan tali rafia pada benang yang selesai dijemur, kemudian bisa dicelup lagi.

2.2.3.8 Bongkar

Mengurai benang setelah dibatil agar benang mudah untuk dipisah-pisahkan perhelai. Istilah bingkat digunakan pada prosesing benang pakan untuk kain tipisan.

2.2.3.9 Malet

Tahap akhir penyiapan benang pakan untuk kain tipisan, yaitu memintal benang pada batangan bobin (paletan). Dalam proses menenun, bobin yang telah diisi benang dimasukkan dalam sekoci (bobin adalah penggulung (tempat gulungan) benang Pakan yang nantinya dimasukkan kesekoci dalam proses pengerjaan selanjutnya).

2.2.3.10 Nyekir

Prosesing benang Lusi untuk kain tipisan maupun blangket, yaitu memasukkan tiap lembar benang kedalam alat Gun (gun adalah sejumlah untaian alat (terbuat dari besi semacam sisir yang terpisah-pisah mata sisirnya) untuk mengatur atau menampung letak benang yang akan ditenun).

2.2.3.11 Ngebom

(36)

2.2.3.12 Nyucuk

Memasukkan benang pada Gun dan sisir. Proses ini untuk mempersiapkan benang Lusi pada ATBM (sisir adalah alat untuk menguraikan benang yang berasal dari bom pertama gulungan benang tenun kemudian setiap lembar benang masuk dalam gun).

2.2.3.13 Menenun

Menenun adalah proses penenunan benang yang telah siap. Proses ini secara teknis untuk ATBM adalah sama baik menenun kain blangket maupun kain tipisan, perbedaan terletak pada operasional dari benang pakan (Eko punto, 2000:303)

2.3

Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Tenun Troso Di

Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara

Jepara merupakan salah satu sentra tenun di Jawa Tengah, keadaan ini menunjukkan suatu bentuk mekanisme adaptasi masyarakat dalam memobilisasi sumber daya manusia dan lingkungannya untuk mempertahankan hidupnya.

Proses industrialisasi yang kini sedang berjalan di Indonesia, nampaknya tidak sepenuhnya mampu mengatasi masalah ketenaga-kerjaan dan belum sepenuhnya dapat menyediakan lapangan kerja yang layak bagi angkatan bagi lapisan masyarakat.

(37)

Sumber daya yang dapat digunakan dalam memproduksi barang atau jasa disebut faktor-faktor produksi. Miler dan Meiner (1997:80) berpendapat bahwa faktor-faktor produksi merupakan merupakan kebutuhan bagi produksi suatu komoditi, komoditi barang atau jasa. Faktor tersebut meliputi bahan baku, tenaga kerja, mesin, modal, bangunan, pabrik, peralatan dan sebagainya.

Produk yang bermutu dapat diterima oleh konsumen dengan baik produk tersebut menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan selera konsumen. Hal ini akan menjamin berkembangnya produktifitas barang atau jasa yang semakin maju.

Faktor- faktor utama penghambat perkembangan perusahaan adalah modal, bahan baku, SDM (tenaga kerja), desain, teknologi dan pemasaran (Fandy Tjiptono,2000:151).

Berdasarkan observasi dilapangan dan pendapat dari Fandy Tjitptono bahwa penghambat perkembangan suatu perusahaan adalah modal, bahan baku, tenaga kerja, desain, teknologi dan pemasaran.

Manajemen

(38)

Istilah lain dari pengelolaan adalah menajemen yang dapat diartikan sebagai proses yang berkenaan dengan pengarahan dan pergerakan satu kelompok orang untuk melaksanakan berbagai macam kegiatan dalam melaksanakan kegiatan mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin melaksanakan berbagai macam kegiatan dalam mengelola suatu usaha agar dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien sehingga tujuan dapat dicapai. Pengaturan dalam managemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan.

Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah penentuan serangkaian suatu kegiatan, tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. (Manulang, 2001:36). Untuk mencapai hasil yang maksimal setiap usaha harus didahului suatu perencanaan yang matang dapat memutuskan perhatian, tindakan serta penggunaan faktor produksi (tenun troso yang akan dibuat, motif yang akan dipilih, penggunaan tenaga kerja, pengadaan atau pembelian komponen produksi tenun troso).

Perencanaan dibuat untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat terwujud melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu. Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan ternyata dapat terrealisasikan dan mencapai tujuan yang diharapkan (Saefullah, 2005:97).

(39)

yang diinginkan dalam hal ini adalah keuntungan. Dengan adanya perencanaan dapat mengidentifikasi semua kemudahan dan hambatan dengan memeprhatikan lingkungan eksternal dan internal.

Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah suatu proses atau sistem ikatan kerjasama antara orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. (Sukamdiyo, 1996:38)

(40)

Struktur organisasi suatu perusahaan (Manulang, 1996:89) Keterangan :

1. Pemimpin usaha bertanggung jawab penuh atas kelancaran dan kemajuan usaha, bertugas merencanakan dan melaksanakan rencana sebaik-baiknya serta bertugas untuk mengorganisir faktor-faktor produksi agar tujuan tercapai dengan baik.

2. Bagian administrasi dan keuangan, bertugas mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Bagian keuangan bertanggung jawab mengenai keluar masuknya perusahaan.

3. Bagian pemasaran dan promosi, bertugas memasarkan hasil produksi dan mempromosikan hasil produksi pada masyarakat

4. Bagian SDM, bertugas yang berhubungan dengan tenaga kerja

5. Bagian produksi, bertugas melakukan proses produksi dalam pembuatan tenun troso.

Pelaksanaan

Pelaksanaan akan dilakukan jika perencanaan sudah benar-benar matang, sudah dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan tujuan yang dicapai. Kegiatan

Administrasi dan keuangan

Pemasaran

dan promosi SDM

(41)

pelaksanaan dalam usaha tenun troso meliputi pengelolaan administrasi keuangan, pengelolaan pembelian, pengelolaan penjualan dan pengelolaan produksi.

Pengarahan (Directing)

Pengarahan atau bimbingan adalah pemberian pemerintah motivasi kepada pelaksana agar dapat bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Pengarahan yang diberikan oleh pimpinan harus berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Mengarah pada tujuan, maksudnya pengarahan pembimbing pada bawahan untuk mencapai tujuan bersama.

2) Keharmonisan maksudnya pengarahan yang diberikan dengan harapan dapat menciptakan keselarasan antara kerja karyawan dengan tujuan usaha.

3) Prinsip kesatuan komando, maksudnya dalam memberi pengarahan hanya ada satu jalur perintah yaitu dari pimpinan sehingga pertentangan dalam pemberian instruksi dapat dihindari (Swasta, 1998:112).

Pengawasan (controlling)

Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula (Manullang, 2001:171).

Pengawasan dalam hal ini adalah mengawasi bagaimana jalanya suatu perusahaan harus sesuai dengan perencanan yaitu apa yang direncanakan dapat terrealisasikan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

(42)

2.3.1 Modal

Modal merupakan faktor penting pada sebuah perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa. Singgih wibowo (1994:23) berpendapat bahwa modal dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu modal kerja dan modal tetap.

2.3.1.1 Modal kerja adalah modal yang habis digunakan dalam satu kali proses produksi, misal pembelian bahan baku, biaya administrasi, biaya tenaga kerja dan lain-lain.

Bambang Rianto (1993:182) berpendapat bahwa modal dapat diperoleh dari kekayaan pribadi maupun pinjaman dari pihak lain.

Modal pribadi (modal sendiri) adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu. Modal pribadi dapat berupa kekayaan pribadi maupun keluarga yang diinvestasikan untuk pengelolaan perusahaan dalam waktu yang tidak terbatas.

Modal pinjaman adalah modal yang berasal dari pihak lain yang bersifat sementara. Modal pinjaman dapat berupa kredit dari bank maupun orang lain dengan waktu sesuai perjanjian. Jumlah pengembalian pinjaman biasanya lebih besar dari modal yang pernah dipinjam.

(43)

2.3.2 Bahan baku

Bahan baku merupakan faktor utama dalam memulai suatu proses produksi dan merupakan langkah awal untuk menentukan produksi apa yang akan dihasilkan. Setiap perusahaan yang akan mendirikan suatu usaha, perlu memperhatikan ada tidaknya bahan baku dan letak atau sumber bahan baku tersebut. Persediaan yang cukup dapat menjamin berlangsungnya proses produksi. Kekurangan bahan baku dapat menyebabkan proses produksi berjalan tersendat-sendat, sehingga menghasilkan jumlah produksi sedikit.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakn faktor penting dalam suatu kegiatan usaha. Oleh karena itu, bahan baku dalam pembuatan tenun troso perlu diperhatikan mengenai persediaan, letak sumber bahan baku dan bahan baku itu sendiri yang meliputi benang, dan zat pewarna. 2.3.2.1Persediaan bahan baku

Persedian bahan baku tenun perlu diperhatikan mengenai jumlah yang digunakan untuk setiap kali proses produksi. Persediaan bahan baku yang cukup dapat menjamin berlangsungnya proses produksi sehingga dapat menjamin tersedianya produk jadi yang siap dipasarkan.

Dalam pengadaan bahan baku (terutama benang) sebagi modal kerja, para pengusaha harus membeli ke kota besar, karena masa perkembangan ini tidak tersedia di daerah jepara dan kudus. Kota Surabaya sebagai tempat yang mampu menyediakan bahan baku benang sebagai kebutuhan pengrajin tenun troso. (Punto Hendro, 2000:121)

(44)

Sumber bahan baku menjadi suatu penentu lancar tidaknya proses produksi. Latak bahan baku yang jauh dari perusahaan dapat menghambat proses produksi karena memerlukan waktu yang lama untuk pemenuhan bahan baku tersebut, sedangkan letak bahan baku yamg dekat dapat diperkirakan memeperlancar proses produksi.

2.3.2.3Bahan baku utama

Benang merupakan bahan baku utama produk tenun. Benang berasl dari berbagai macam bahan, serat alami, serat setengah buatan dan serat buatan. Serat alami terbuat dari tumbuhan dan hewan misalnya serat nanas, pelepah pisang, kapas, wol dan sutera. Bahan setengah buatan seperti nilon dll. Sedangkan bahan buatan adalah campuran dari bahan alami dan buatan.

2.3.2.4Zat pewarna

Zat pewarna merupakan zat yang digunakan untuk mewarnai tenun troso pada proses pewarnaan. Daryanto (1996:6) berpendapat bahwa zat warna yang dapat digunakan dalam pewarna tenun troso antara lain:

1. Zat warna naptol 2. Zat warna ropid

3. Zat warna bejana yang terbuat dari zat warna indigo dan indigosol

4. Zat warna reaktif yang terdiri dari procion, remazol, cibacron, levair dan lain-lain.

(45)

persediaan produk di pasaran, sehingga kekurangan bahan baku diduga dapat menyebabkan kelangkaan produk dipasaran.

2.3.3 Tenaga kerja

Perusahaan memerlukan tenaga kerja trampil demi kelancaran proses produksinya. Perusahaan tidak akan berjalan tanpa ada tenaga kerja karena hal tersebut merupakan modal utama dibidang industri, sehingga baik buruknya suatu produk ada ditangan tenaga kerja.

Tenaga kerja adalah sekelompok orang yang mampu melakukan pekerjaan dengan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna manghasilkan barang atau untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, (M. Tohar 2000:9). Menurut (Murti Sumarni 1998:5) tenaga kerja adalah individu yang menawarkan ketrampilan dan memproduksi barang dan jasa agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan, dan untuk itu individu tersebut akan memperoleh keuntungan, dan untuk itu individu tersebut akan memperoleh upah atau gaji sesuai dengan ketrampilan yang dimilikinya.

Kesediaan tenaga kerja yang melimpah dan murah merupakan pendukung faktor produksi. Semakin murah tenaga kerja yang tersedia semakin rendah biaya produksi, persatuan out put yang dihasilkan perusahaan. Bila kelimpahan tenaga kerja tersebut diimbangi keahlian yang memadai, perusahaan akan semakin mampu bersaing baik dalam harga maupun kualitas produk yang dihasilkan (M. Fuad 2006:21).

(46)

kualitas dan kuantitas produk. Keadaan sebaliknya dapat terjadi bila kebutuhan tenaga kerja tidak tercukupi, sehingga produk yang dihasilkan menurun. Hal ini terkait dengan produktivitas kerja yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja di perusahaan. Sukarna (1993:4) berpendapat bahwa produktifitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

2.3.3.1Kemampuan dan ketangkasan

Kemampuan dan ketangkasan pekerja dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja yang dicapai oleh tenaga kerja terkait dengan umur pekerja.

2.3.3.2Upah

Pemberian upah tenaga kerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Hal ini terkait dengan jumlah upah yang mampu diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja.

Ardios (1996:234) berpendapat bahwa produktivitas kerja mengandung pengertian jumlah yang dapat dihasilkan oleh karyawan dalam jangka waktu tertentu.

Usaha peningkatan produktivitas kerja perlu didukung oleh usaha perbaikan dan peningkatan penghasilan. Salah satu upaya adalah memulai sistem pengupahan yang menjamin pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan keluarganya serta memuat sistem intensif yang dapat mendorong produktifitas kerja.

Malayu (2001:124) mengemukakan pendapatan mengenai sistem upah yang umum diterapkan dalam sebuah perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem waktu dan sistem hasil.

(47)

Gaji atau upah yang diberikan kepada tenaga kerja ditetapakan berdasarkan waktu seperti jam, harian, mingguan atau bulanan. Sistem waktu biasanya ditetapkan jika prestasi kerja sulit diukur perunitnya.

2.3.3.2.2 Sistem hasil

Gaji atau upah ditetapkan berdasarkan satuan unit yang dihasilkan seperti perlembar, perpotong dan sebagainya.

2.3.3.3Motivasi

Pemberian semangat kerja bagi tenaga kerja akan mendorong mereka untuk bekerja lebih giat dan konsekuan dalam mencapai tujuan bersama.

2.3.3.4Disiplin

Pendisiplinan dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang tertib baik disiplin waktu maupun disiplin terhadap perbuatan dan tingkah laku.

2.3.3.5Pendidikan dan pengalaman

Pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai dapat meningkatkan ketrampilan teknik pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dapat meningkatkan hasil produksi. Seorang tenaga kerja yang mempunyai pengalaman kerja cukup lama dapat menyelesaikan pekerjaan lebih trampil dan cepat dibandingkan dengan tenaga kerja yang baru bekerja pada bidangnya atau baru lulus dari pendidikan. 2.3.3.6Kesehatan dan keselamatan kerja

(48)

pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.

Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan yang bersangkutan (S.P Hasibuan 2007:188)

Kesehatan dan keselamatan kerja harus diutamakan pada setiap tenaga kerja karena dapat menjamin berlangsungnya proses produksi pada perusahaan. Kesehatan dan keselamatan pekerja yang terganggu dapat menghambat proses produksi dan dapat mengakibatkan menurunya hasil produksi.

2.3.3.7Fasilitas kerja

Fasilitas kerja yang memadai bagi tenaga kerja dapat mendukung kelancaran kerja dalam perusahaan. Fasilitas kerja yang kurang dapat mengganggu proses produksi dan dapat mengakibatkan menurunya hasil produksi.

2.3.4 Desain

(49)

anyaman benang emas, perak dan berwarna, dari daerah Sumatra barat, Aceh, Sumatra Selatan dan bali. Kain sarung palekat dan bugis dari Sulawesi, Sumatra dan Jawa. Desain permukaan terkenal Indonesia adalah batik dari Jawa, celup ikat (Jawa: jumputan, Kalimantan : sasirangan). Serta sulaman benang emas dari Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan

Nama sehelai tenun pada umumnya diambil dari motifnya. Motif merupakan kebutuhan dari subyek gambar yang menghiasi tenun tersebut. Motif tenun diulang-ulang untuk memenuhi seluruh bidang kain dan ada motif berupa buketan yaitu motif penuh disalah satu bidang dan kosong pada bidang lain. Kenneth F Bates mengungkapkan bahwa beberapa hal yang membentuk motif secara fisik adalah unsur spot (berupa goresan, warna dan tekstur), line (garis) dan mass (berupa gambar) dalam sebuah kesatuan (Didik Riyanto, 1997:15).

2.3.4.1Motif tenun

Motif tenun bervariasi dengan memadupadankan warna pada bagian pinggiran kain yang tenunanya lebih kuat dari bagian utama kain, supaya tidak mudah sobek. Rapat tidaknya suatu kain ditentukan oleh banyaknya jumlah benang lusi dan pakan (Syamwil, 2002:39).

Kain tenun memiliki variasi anyaman dari yang paling sederhana sampai yang kompleks yaitu anyaman yang bermotif gambar secara keseluruhan desain anyaman tersebut didasarkan pada 3 (tiga) anyaman pokok tenun:

2.3.4.1.1 Anyaman polos (Flat Weaven)

(50)

2.3.4.1.2 Anyaman kepar (Driil)

Anyaman kepar cenderung membentuk efek garis miring, yang disebut garis kepar.

2.3.3.1.3 Anyaman satin (Sateen Weaven )

Anyaman peling lemah yang memiliki karakter mengkilat karena banyaknya loncatan lusi atau pakan. Lebih berkilau bila digunakan benang rayon atau sutra.

Motif tenun menurut Bambang Untoro kuat yang dikutip oleh Ruskamto (2002:20) terdiri dari beberapa macam yaitu tenun tradisional, tenun modern dan tenun kontemporer.

2.3.4.2 Tenun tradisional

Tenun tradisional yaitu tenun yang corak dan gaya motifnya terikat oleh aturan-aturan tetentu dan tidak mengalami perkembangan atau biasa dikatakan sudah pakem.

2.3.4.3 Tenun modern

(51)

Tenun modern yaitu tenun yang motif dan gayanya seperti tenun tradisional, tetapi dalam penentuan motif dan ornamenya tidak terikat pada ikatan-ikatan tertentu.

2.3.4.4 Tenun kontemporer

Tenun kontemporer yaitu tenun yang dibuat seseorang secara spontan tanpa menggunakan pola, tanpa ikatan atau bebas dan merupakan penuangan ide yang ada dalam suatu pikiran. Sifatnya tertuju pada seni lukis.

2.3.4.5 Desain tenun

Desain tenun dapat berupa berbagai bentuk seperti kain panjang, kain Sutra, Sajadah, Bed Cover, Blangket, Sarung, Kain, Mersis (bahan Baju dan Rok), Place met, Taplak Meja dan produk-produk menarik lainnya.

2.3.5 Teknologi

Teknologi merupakan satu cara pembuatan produk. Teknologi sangat mempengaruhi hasil produksi, cara pembuatan sederhana atau teknologi manual dapat menghasilkan produk lebih sedikit. Dibandingkan teknologi mesin dalam waktu yang sama.

Teknologi yang digunakan dalam pembuatan tenun troso adalah alat tenun bukan mesin ( ATBM). Alat tenun troso yang masih tradisional yaitu alat tenun pancal.

2.3.6 Pemasaran

(52)

menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005:10).

Titik tolak pemasaran terletak pada kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan merupakan suatu keadaan dimana manusia ketidakpuasan dasar tertentu untuk bertahan hidup, sedangkan keinginan merupakan kehendak kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih mendalam. Kebutuhan dan keinginan manusia dapat dipenuhi melalui pertukaran produk dan nilai secara timbal balik dengan orang lain. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan, sedangkan nilai merupakan suatu pandangan seseoarang terhadap kegunaan barang terhadap kegunaan barang pada setiap rupiah yang dikeluarkan.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dimana mereka memperoleh apa yang dibutuhkan atau diinginkan melalui promosi yang dilakukan oleh penjual untuk menciptakan pertukaran antara produk dan nilai, sehingga akan terwujud perpindahan kepemilikan.

(53)

Fandi Tjiptono (2000:6) berpendapat mengenai strategi pemasaran bahwa: strategi pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuaian antar perusahaan dengan lingkungan luar (eksternal) dalam rangka mencari pemecahan masalah mengenai bisnis pada saat ini maupun dimasa mendatang dan bagaimana bisnis tersebut dapat dijalankan dengan sukses atas dasar produk, harga, promosi dan distribusi untuk melayani pasar.

Strategi pemasaran diperlukan disetiap perusahaan demi kemajuan bisnisnya. Usaha tersebut dijalankan dengan menetapkan produk apa yang akan dibuat, beberapa harga produk tersebut yang tersedia dibayar konsumen, bagaimana cara memperkenalkan produk dan cara membujuk konsumen untuk membelinya serta bagaimana cara memindahkan hak kepemilikan, apakah melalui saluran distribusi atau langsung ke konsumen akhir. Hal ini daharapkan dapat menciptakan pelanggan yang loyal terhadap produk perusahaan pada saat ini maupun dimasa mendatang.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran merupakan aktivitas pemecahan masalah bisnis mengenai bagaimana cara perusahaan dapat mencapai tujuan melalui marketing mix atau 4 P yaitu:

2.3.6.1 Produk

(54)

Suatu kegiatan produksi memerlukan bahan baku, dalm pengadaan bahan baku ini perlu dipertimbangkan harga pengangkutan.

2.3.6.2 Price

Harga adalah jumlah yang tersedia dibayar oleh pembeli dan bersedia diterima oleh penjual (Lewis:1993:5), sedangkan dari sudut pandang pemasaran, harga adalah satuan moneter atau ukuran lainya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengguna suatu barang atau jasa (Fandy Tjiptono,2000:51)

2.3.6.3 Place

Distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha memeperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.

Distribusi merupakan kegiatan penyaluran produk kepasar. Pelaksana distribusi merupakan kerjasama dengan berbagai perantara dan saluran distribusi untuk menawarkan produk kepasar. Bagi perusahaan kecil atau perorangan, distribusi dapat dilakukan tanpa melalui perantara.

2.3.6.4 Promotion

Pengertian promosi adalah aktivitas menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau meningkatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan (Tjiptono,2000:219).

(55)

mengenai kelebihan suatu produk. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasang iklan baik di televisi, radio, majalah,poster, brosur dan lain-lain.

Aktivitas membujuk konsumen dapat dilakukan untuk mendorong pembeli untuk belanja, saat ini juga dengan pilihan merek tertentu. Cara yang dapat dilakukan antara lain memberi diskon, mengadakan pameran, memberi hadiah kepada pelanggan dan lain-lain.

Urain diatas merupakan hambatan dari pihak pengusaha dalam mengelola tenun troso yang merupakan salah satu penghambat kenapa tenun troso tidak dikenal masyarakat umum. Hanya masyarakat saja yang mengenal tenun troso.

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan (Indriyanto dan Supomo, 1999:3). Tujuan utama dari penelitian adalah untuk memecahkan masalah yang ditetapkan sebelumnya. Dalam menetapkan masalah harus dilakukan secara obyektif, rasional dan menghindarkan pemikiran yang mengarah coba-coba. Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah, oleh karena itu harus dapat memenuhi mutu ilmiah suatu penelitian.

3.1. Obyek Penelitian

Obyek penelitian sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Obyek dari penelitian ini adalah centra industri tenun troso yang terdapat di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah seluruh aspek penelitian (Arikunto,2002:108). Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi merupakan kelompok beberapa orang, berbagai peristiwa atau beberapa benda secara menyeluruh yang akan diinvestigasi oleh peneliti.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pengusaha tenun troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara menurut data yang berjumlah 75 pengusaha sumber data bisa dilihat dilampiran 13 halaman 123.

(57)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,2002:109). Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik sama.

Apabila jumlah seluruh subyeknya kurang dari 100 diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi, jika subyeknya besar dapat diambil 10%-20% atau 20%-25% atau lebih (Suharsimi Arikunto, 2002:112). Dengan demikian dari jumlah populasi kurang lebih 75 pengusaha tenun troso di Desa Troso diambil semuanya karena populasi kurang dari 100 pengusaha tenun troso.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titi perhatian (Suharsimi Arikunto, 2006:116)

Variabel penelitian bermaksud untuk mencapai tujuan penelitian dan dari masalah yang ada akan dapat ditentukan variabel-variabel yang digunakan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penghambat perkembangan tenun troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupatan Jepara dengan mencakup sub variabel modal, bahan baku, tenaga kerja, desain, teknologi dan pemasaran

3.4 Metode Pengumpulan Data

(58)

3.4.1 Metode observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diteliti yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan dilakukan di perusahaan tenun troso dari proses awal sampai dengan pemasaran (Suharsimi Arikunto, 2002 : 133).

3.4.2 Metode dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dokumen berguna memperoleh data mengenai nama, alamat dan jumlah produsen tenun troso. Metode ini juga digunakan untuk mengambil gambar-gambar tenun troso serta foto kegiatan tenaga kerja di perusahaan tenun troso.

3.4.3 Metode angket

Fungsi angket dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara langsung data-data dari sejumlah responden sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup dan sudah tersedia jawabanya agar mempermudah responden untuk menjawab. Angket diperoleh dari pihak pengusaha tenun troso lampiran 3 halaman 87.

3.4.4 Wawancara

(59)

Teknik wawancara dilakukan dengan wawancara terbuka tanpa menggunakan pedoman yang dilakukan untuk memperoleh data tambahan dari pihak pengusaha tenun troso

3.5 Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen dibuat, perlu adanya kisi-kisi instrumen. Hal ini bertujuan agar instrumen yang dibuat dapat menyeluruh sehingga sesuai dengan jenis data yang akan dikumpulkan, kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada lampiran 1 halaman73.

Insrtumen yang akan digunakan untuk mengukur variabel harus diuji cobakan terlebih dahulu terhadap responden pengusaha hal ini bertujuan mengetahui kesahihan butir dan keadaan instrumen.

(60)

Tabel 3.1 Daftar nama peserta uji coba pengusaha tenun troso di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara

No Nama Usaha Usaha Alamat

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Krajan jati Lestari indah Tenun ikat gapuro GE-ER

Citra legowo UD.Kiki

UD. Nawang sari Sri kandi ratu Sumber rejeki

Tenun cempaka putih Tenun ikat dewi sinta Tenun troso mekar jaya UD. Abdul hamid UD. Tejo arum UD. Tiara Tenun ikat Tenun troso Tenun troso Tenun troso Tenun ikat Tenun ikat Tenun troso Tenun troso Tenun ikat Tenun ikat Tenun ikat Tenun troso Tenun troso Tenun ikat Tenun ikat

Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.03/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.02/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.02/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.02/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.05/03 Pecangaan Ds. Troso Rt.05/05 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/01 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan Ds. Troso Rt.02/06 Pecangaan Ds. Troso Rt.01/02 Pecangaan

Instrumen yang baik harus mempunyai dua persyaratan penting yaitu:

3.5.1 Validitas instrumen

[image:60.612.135.522.117.588.2]
(61)

Untuk mengukur validitas instrumen rumus yang digunakan yaitu korelasi product moment:

 

2 2

2

2 ( ) )( ( )

(

) )( (

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

rxy

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah sampel

∑X = Nilai variabel X

∑Y = Nilai variabel Y (Suharsimi Arikunto, 2002:146)

Hasil perhitungan uji coba validitas angket yang berdomisili di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara yang dijadikan sampel berjumlah 15 pengusaha tenun troso diluar responden penelitian, hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 100. Dari 55 item pertanyaan yang peneliti sebarkan kepada 15 responden terdapat 5 item pertanyaan yang tidak valid yaitu pada soal nomor 17, 35, 40, 48, dan 51.

Butir soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian, soal yang digunakan dalam penelitian berjumlah 50 soal.

(62)
[image:62.612.136.513.111.245.2]

Tabel 3.1 Validitas Instrumen untuk soal nomor 1

No Jenis angket rxy rtabel kriteria

1 Angket untuk pengusaha tenun troso 0.581 0.514 valid

Sumber: Data primer 2011

3.5.2 Reliabilitas instrumen

Reliabilitas merupakan suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut baik, sehingga dapat menghasilkan data yang dipercaya kebenaranya (Suharsimi Arikunto, 2006:178).

Reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan rumus Alpha, karena skornya bukan 1 dan 0, tetapi menggunakan rintangan nilai 1 sampai 4 hasil perhitungan reabilitas dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 101.

Rumus Alpha :

Keterangan:

r11 = reliabilitas

k = banyak butir pertanyaan dan banyak soal ∑ab2 = jumlah varians butir

at2 = varians total (Suharsimi Arikunto, 2006:180)

Hasil perhitungan data yang dilakukan untuk mengetahui reliabilitas dengan taraf signifikan dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Reliabilitas instrumen

             

22

[image:62.612.133.512.128.590.2]
(63)

No Jenis angket N r11 rtabel kriteria

1 Angket untuk pengusaha tenun 15 0.973 0.973 Reliabilitas

Sumber : Data primer 2011

Butir soal dikatakan reliabel, apabila r11 lebih besar dari rtabel (r11;>rtabel), maka jenis angket tersebut dikatakan valid dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam pengambilan data untuk penelitian.

3.5.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan secara diskriptif persentase. Metode ini digunakan untuk mengelola jawaban yang diberikan responden melalui pemberian skor dengan nama tertentu. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan atau fenomena (Suharsimi Arikunto 2006:239)

Metode analsis data deskriptif persentase yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

% = Persentase skor yang diperoleh (%) n = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah Skor Ideal atau Jumlah Total Nilai Responden

Menurut Ali (2000:184), langkah-langkah untuk menentukan besarnya rentang skor kriteria tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(64)

3. Menetapkan rentangan persentase.

Rentangan diperoleh dengan cara mengurangi persentase tertinggi (100%) dengan persentase terendah (25%) yaitu : 100% - 25% = 75%.

Jumlah skor pada jawaban responden diperoleh dengan memberi skor pada jawaban yang diberikan responden adalah jawaban yang mempunyai faktor yang

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1.1 Jumlah industri tenun troso dan jumlah tenaga kerja
tabel. 1.6.2  Bagian Isi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakandengansebenarnyabahwaskripsisaya yang berjudul: “Nilai -Nilai Sufistik Dalam Novel Tuhan Maaf Engkau Ku Madu Karya Aguk Irawan MN” adalahbenar-benarkaryasaya,

Hasil sintesis yang diperoleh dalam FPGA Spartan-3E untuk mengimplementasikan convolutional encoder (2, 1, 8) mengkonsumsi komponen 3 slices, 6 slice flip-flop,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan TGT melalui teka teki silang dan kartu, kemampuan verbal dan gaya belajar terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi- kasi pakan rusa yang diberikan oleh pengunjung di penangkaran serta mengidentifikasi ada tidaknya perubahan perilaku dan

Bentuk perilaku bullying yang banyak dilakukan oleh mahasiswa FBS Universitas Negeri Surabaya angkatan 2011, 2012, dan 2013 adalah bullying dalam bentuk fisik

Indikator paling rendah adalah kuantitas hasil kerja karyawan yang masih termasuk dalam kategori kurang baik artinya kuantitas hasil kerja karyawan masih perlu

Melalui pertunjukkan Opera Cina, Sanggar Mekar Teratai Semarang menampilkan perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa dalam pertunjukannya, yang tentunya membuat Opera Cina

Dari metode yang sudah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ternyata responden setuju dengan mengetahui proses kreatif dari suatu pementasan teater boneka maka