POTENS1
DAN STRATEGP
PENGEMBANGAN
SAP1 POTONG
D1
KABUPATEN
SUMEDANG
PWOPINSI JAWA
BARAT
OLEH
:
MUl3ARIAD FATAH WI\'ATNA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANKAN BOGOR
M ~ ~ h a ~ i i a ~ i i a d Fatali Wiyatna Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Porony di ICabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Dibi~~ibing oleh
N.
R. EDDIE GURNADI dan ASNATH M. FUAM.Suatu penelitia~i tentang po:elisi d a ~ i strategi penge~nbangan sapi potong telah dilala~kan di ltabupaten Sumedang propinsi Jawa Barat pada bulan Maret
-
Agi~stus 2001. Penelitia~i ini hert~~.juan i~ntlrk inengidentifiltasi day3 dukung laha11 berdasarkan Itetersediaa~i paltan ter~ialc aan tenaga kee.9, menganalisis faktor-faktor pendukung, lkendala, peluang dan tantangan serta ~iienentukan strategi pengembangan sapi potong di Icabupaten Sumedang. Penelitian dibagi me~ijadi dua tahap, yaitu tahap pertalna me~~gliitung potensi sumberdaya lahan dan tenaga kel;a pada seiiap wiiayah kecametan. Tahap ltedua, ~iiengidentifikasi karakteristik wilayah pada tiga lokasi sampel berdasarkan ketinggian yany berbeda )laitti dataran rendah(9
- 100 m dpl), sedang (100-590 111 dpl), d a ~ i tinggi (>500 m dpl). Berdasarka~: karakteristik yang ada dirancang stratcgi pengembangan sapi potong dengan pendekatan siste~ii dan pemanfaatan sumberdaya loltal secara opti~nal.I-lasil penelitian menu~i.jultan bali\\*a potel~si kapasitas tampclng t111tt1li sapi potong berdasarkan ketersediaan sumberdaya lalian dan tenaga kecja pada masing-masing \vilayali adalali 7.397 ST untuk daerah dataran rendah, 9.867 S T untuk daerai~ clatara~i sedang, dan daerali dataran tinggi sebesar 8.144 ST.
Potensi strategis yang mendultung sapi potong pada masing-masing wilayah di ICabupaten Su~neda~ig adalah lketersediaan sumberdaya lahan dan tenaga lterja yang C L I ~ L I P . lnata pencaliarian penduduk sebagian besar adalah petani, akses pasar yang relatif mudah, dan lcebijakan pe~iierintali yang mendukung. Sebailaiya. kelemahan yang nierupskan faldor penglia~iibat dalam pengembangan sapi potong di daerah dataran adalali (I) re~idalinya kualitas genetilt sapi potong, (2) lturangnya ltelersediaan sapi ~pejantan u~iggul, (3) rendahnya kemampuan peternak dalam ina~iaje~iien usaha petemakan sapi potong. d a ~ i sistem pe~iieliliaraan ternalt yang ~nasih bersifat tradisional. Pada tiataran sedang kele~nahan yang ditemui adalah pola manaje~iien usaha sapi potong bersifat sanibilan. sedanglcan pada dataran tinggi opti~iialisasi daya dukung lahan lturang, dan k e ~ n a ~ n p i ~ a n manaje~iien pemeliliaraan sapi potong ~nasih rendah.
ABSTRACT
M ~ ~ h a m a d Fatali Wiyatna
.
Pote~icy and Strategy on Beef Cattle Development in Surnedang District, West Java. Supervised by Eddi Gurnadi and Asnatli M. Fuah.'I'his research was conducted in Sumedang District, West Java from March to August 2001. Tlie furpose of this study is to identify land capability based on availability of feed and employment, to analize potential factor to support beef cattle developnient, constraints, opportunities, threat, as weel as developlnent beef cattle strategy in Sumedang. This research was devided in two phase: first, to calct~lzte land source potency anti emplo)~ment 011 each region. Second. to identify characteristic of three sa~nple region based on different altitude; low land (0-100 m), inidle (100-500 ni), high land (>500 ni).Based on the characteristic, strategy on development of bcefcartle was designed with integrated approach and optinlal utility of iocal based resources.
Tlie result showed that tlie land capability based on availability of land resource and employnient in each region was 7.397 UT for the low land, 9.867 UT for the midle, and 8.144 UT for tlie high land. Pote!itial region supporting the development of that on each region in Surnedang District was tl;e region having potential land resources and enol~gh employ~nent, ~iiost farmer, acces to niarket easily, and supportinig government policy. The wealaiess of the developnient on tlie low land was (1) low genetic of beef cattle, (2) low availability of bull, (3) lo\\! human capability. The \veakness of the niidle land was just for additional income of the beef cattle ~nianagernent, whereas, on the high land, optimalization land ~~tility and Iii~nian capability was low.
Strategy for the developnient of that on rhe low land was providing bulls, improving land and human capability as ~vell as incrzasing cooperation alnolig farnier and stake holders. 011 ?lie midle land,. Tlie development of that was improving supporting
SURAT PERlrTYATAAN
Dengan ini saya menyataltan bahwa tesis ini yang berjudul '' POTENSI DAN
STRATEGI PENGEMBANGAN SAP1 POTONG Dl IiABUPATEN SUMEDANG
PROPINSI JAWA BARAT " adalah benar hasil ltarya saya sendiri dan belum pernali
dipublilcasilcan
,
.
Se~iiua sumber dan infoniiasi yang digunakan telah dinyatakan secara jeiasdali dapat diperiltsa kebenaraiinya
POTENSI' DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
SAPI POTONG
n1
KABUPATEN SUMEDANG
PROPINSI
JAWA RARAT
MUHA-MAD FATAH WIYATNA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk melnperoleh gelar Magister Sains
pada Progra~n Studi llrnu Ternak
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Muhamad Fatah Wiyatna
NRP 99091
Program Studi Ilmu Ternak
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. H. R. Eddie Gurnadi Ketua
I
Dr. Ir. Asnath M. Fuah. M.S. Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak
RIWAY AT HlDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 23 Oktober 1969, merupakin anak
kedua dari tiga bersauoara atas pasangan Bapak H. Akbar T. Mulyana dengan
Hj.
A.
Juariyah.Lulus Sekolah Dasar Negeri 1 Gambarsari iahun 1982, Sekolah Menengah
Pertama Negeri I Binong tahun 1985 dan Sekolah Menengah Atas Negeri i Subang tahun 1988.
Penulic diterima sebagai mahasiswa Fal:uitas Peternaklrn Universitas
Padjadjaran Bandung tahun 1988 dan tahun 1993. Tahun 1994 belcerja di perusallaan
pembibitan ayam pedaging PT. Multazam Garut. Tahun 1995 belterja di PT Asura~~si
Tekaful Syariah sampai dengan 1997. Sejak M a r 3 Tahun 1997 diterima sebagai staf
pengajar di Fakultas Petertlakan Universitas Padjadjaran, Bandung sa~npai sekarang.
Pada tahun 1999 mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan Program
Magister Sains pada Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor pada program
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wata'ia karena beritat
karunia-Nya penulis diberi kemampuan sehingga dapat rnenyelesaikac penulisan
laporan hasil penelitian. Penelitian ini bejudul " Potensi dan Sirategi Pengembangan
Sapi Potong di Kabupaien Sumedang Propinsi Jawa Barat". Laporan ini nempakan
salah satu syarat peny~lesaian tugas akhir Program Magister Sains ($2) pads
Program Pascasarjana Institut Pertanian Sogor.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
I . Bapak Prof Dr. R. Eddie Gurnadi dan lbu Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, M.S.
sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis
2. lbu Direktur Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor yang telah memberi
kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan Program S-2.
3. Pimpinan proyek Reasiswa Program Pascasajana (BPPs) pang telah lhemberikan beasiswa kepada penulis dalam mengikuti pendidikan Program S-2.
4. Bapak ketua program Sudi llmu Temak yang telah memberikan bimbingan
selama rnengikuti pendidikan program S-2.
5 Seluruh Civitas Akademika lnstitut Prtanian Hogor dan rekan-rekan semua yang
telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
6 lstriku Inna Samsuminar dan anak-anakku Syifa Zahidah, Hanizah Zainul
Muttaqin, dan si Kecil yang baru lahir Nizar Taqiuddien, mereka dengan sabar
dan gigih memberikan dukungan moral selama pelaksanaan studi dan
penyelesaian tugas akhir.
Akhir kata semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pihak yang terkait yang memanfaatkannya
Bogor, Mei 2002
UAFTAK IS1
I-lala~nan ABSTRAK
...
I...
DAFTAR IS1 vi
DAFTAR TABEL
...
I XDAFTAR LAMPIRAN
...
xiPENDAHULUAN
...
.
.
.
...
ILatar Belaltang ...
...
... I Peru~iiusan Masalah ... 4. .
...Tuji~an dan Kegunaan Penel~t~an 5
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan Umu~ii Peternakan di Indonesia ... .... ... 6
Potensi Ternalc Sapi Poto~lg ...
.
.
.
... Manajemen Pelernakan Sapi Potong...
Produktivitas Sapi Poto~ig ...
..
Ke~idala dali Peluang Petige~ilba~iga~i Sapi Polong ...
...
Strategi Pengembangan Sapi Potong
METODE PENELITIAN ...
Te~iipat dan W~ICLI Pe:ielitian Balian Metode Penelitian
.
.prosedur dali Tahap P e n e l ~ t ~ a ~ i
...
.
.
...
Penent~~an Responden ... Peubali yang Diamati
...
.
.
.
......
HASlL DAN PEMBAllASAN
...
Letalc Geografis dan Luas Wilayali
...
...
Ketinggian Telnpat
.
.
...
...
Ketersediaan Lahan
:
...
Sumberdaya Ter~iak
.
.
... Potensi Ketersediaan Sumberdaya Lalian dan Tenaga Kerja di Kabupaten Sumedang...
;...
.
....
Karakteristik Uliium Daerall Penel~t~an
.
.
... Kondisi Umu~ii ..
Daerah Dataran Rendah ....
.
...
...
Karakter~st~k Peternak
.
-
......
4lolcas1 I enaga 1Cerja...
Pola Pe~iieliharae~i Ternalc ... ...
Produktivitas Sapi Patong
.
.
...Strategi Pengembangan Sapi Potong ...
Kondisi U ~ i i u ~ i i
.
Daerah Dataran Sedang...
.Karakter~st~k Peternale ...
...
... ... Alolcasi Te~iaga KerjaPola Peliieliliaraan Ternalt Produktivitas Sapi Potollg Strategi Pengemba~igan Sa
Kondisi Umum Daerah Dataran Tinggi Karakteristilc Petemak
Alolcasi Teliaga Kerja
Pola I'emeliharaan Ternac
...
Produktivitas Sapi Potong ... Strategi Pengembangan Sapi Potong
...
ICESIMPULAN DAN SARAN ...
LAMPIRAN ... :
...
DAFT.4R TABEL
...
I
.
Bobot I-Iidup Sapi Madura.
Sapi Bali. dan Sapi PO...
2
.
Icarakeristik Reproduksi Sapi-sapi Lolcal di Indonesia3 . Luas Vl'ilayah I<abupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok
...
I<etinggian Tempat di A?a:\.Permukaan Laut
...
4
.
Luas dan Jenis Pengunaati Lahan di Kabupaten Sulnedarig5 . P e n d u d ~ ~ k lcabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompolc Uniur
...
6 . Kiasifikasi Penduduk Usia di Atas 10 Tahun Berdasarltan Jenis Pekerjaan
7 . Jumlah d m Persentase Pendud~lk \4eti~11.~1t Tingkat Pendidilcan Fornial
8 . Junilah Popi~lasi Ternalc Rulninansia di Kabupaten Sumeda~ig ...
9 . L<apasitas Peningkatan Ternak Ruininansia Tiap-tiap Kecamatan di
... ...
I<abupaten Somedang
.
.
Kondisi Umum Lokasi Daerah Dataran Rendah
...
Icarakteristik Petemalt Sapi Potorg di Daerah Dataran Rendah
...
Kotnposisi Zat-zat Hijailan Makanan Ternak di Dataran Rendah
Struktur Popi~lasi Temak Sapi di Daerall Dataran Rendali ...
Pengelolaan Reproduksi dan Produktivitas Anak Sapi Potong di Daerah
...
Dataran Rendali
Bobol Tubuh Rata-rata Sapi Poton: pada Berbagai Tingkat Uniu~ . dan Jenis Kelalnin di Daerah Dataran Rendah
...
Populasi Ternak Ruminansia. Daya T a ~ n p ~ l n g d a ~ i i<apasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia di Daerah Dataran Rendah
...
I<arakteristik Umum Daerah Dataran Rendah
...
Karalcteristik Peternak Sapi Potong di Daerah Dataran Sedang
...
Struicti~r Populasi Ternak Sapi di Daerah Dataran Sedang
...
Pengelolaan Reprodultsi dan Produktivitas Anak Sapi Potcng di Daerah Dataran Sedang
...
Bobot Tubuh Rata-rata Sapi Fotong pada Berbagzi Tingkat Umur dan
...
...
Jenis Kela~nin di Daerali Dataran Seda~ig
.
.
.
Populasi Ternalt Runiinansia, Daya Tampung dan Kapasitas Peningkatan
...
Populasi Te~.nalc Ri!minansia di Daerah Dataran Sedaiig
.
.
... Karakteristik Umtrm Daerali Dataran T ~ n g g ~
I<arakteristiic Peternak Sapi Potong di Daesah Dataran Tinggi
...
Koniposisi Zat-zat Maltanac di Daerah l'inzgi ...
....
Struktur Populasi Ternak Sapi di Daerah Dataran Tinggi ...
Pengelolan~i Reproduksi dan Produktivitas Analc Sapi Potong di Daerah Dataran Tinggi
...
Bobot Tubuh Rata-rata Sapi Potong pada ~ e r b a g a i Tingkat Umur dan ...
Jenis Kelaniin di Daesah Dataran Tinggi .--
...
30. P o p ~ ~ l a s i Ternalc Rumi~iansia, Daya Tampung dan l<apasitas Peningkatari
. .
...
Populasi Ternalt Ruminansia di Daerah Dataran T ~ n g g ~ 66
3 1. Proyeksi Perlce~nbangari Pop~~lasi Sapi Potong dala~n Jangka Wallu
...
Lima Taliun pada Dataran Rendah
.
.
... 69 32. Proyeksi Perkembangan Populasi Sapi Potong dalam Jangka Waltttu...
Lima Taliun pada Dataran Sedang 70
33. Proyeltsi Perkembangan Populasi Sapi Poto~ig dala~n Janglia Waktu
...
...
DAFTAR LAWIPIRAN
Nomor Telts Fialarnan
1. Peta WilayahKabupaten S ~ ~ m e d a n g 76
2 . Grafik Pertumbulian Sapi di Lokasi Penelitian Berdasarlcan Umur dan Jenis I<elamin ...
...
773. Analisis SWOT Sisteln Produksi Sap??otong pada Datarat? Rendali
...
784. Analisis SWOT Siste~n Produksi Sapi Potong pada Dataran Rendah ... 79
[image:116.602.95.514.70.812.2]Laiar belal~u~ulg
Sejak diberlakukannya Undang-undang Nc.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah yang juga mencakup tentang Otonomi Daer* r d a pemerintah daerah dituntut
untuk dapat mandiri dalam menyelenggarakan proses pembangunan di daerahnya.
Adanya tuntutan kemandirian ini men?bawa konsekuensi logis terhadap kesiapw
pemerintah daerzh untuk melakukan inisiatif pembangdnan secara kreatif dalam
mengelola potensi kekayaan sumberdaya aIam pang dimiliki untuk kemakmuran
masyarakatnya.
Propinsi Jawa Barat adalah salah satu Daerah Tingkat I yang nilayah yims
luasnya sekitar 43.240,09 km2 d m lebih deri 50 persen terdiri dari lahan pertmian.
Jumlail penduduknya sekitar 42 juta orang, dan mata pencaharian sebagian besar
penduduk adalah bidang 1)ertanian termasuk peternakan. Setiap tahun Jawa Barat
mendatangkan sapi potong sekitar 244.399 ekor untuk memenuhi kebutuhan daging.
Selain itu lahan tidur seluas 250.000 ha yang terdapat di wilayah bagian selatm belum
dimanlsafktu~ secara optimal, dan letaknya yang berdekatan dengan kota Jakarta
rnemperkuat besamya potensi pengembangan sapi potong yang c u h p bailc untuk
pengembangan sapi potong: sehingga dapat memenuhi kebutuhan daging masyarakat
Jawa Barat khususnya dan lebih jauh dapat mensuplai permintaan daerah sekitarnya
(Dinas Peternakan, 1999).
Populasi sapi potong di Jaws Barat pada tahun 2600 berjumlah 174.697 ekor d m
wilayah yang telali dijadikm kaawasan pengembangan sapi potong addah Kabupaten
Sumedang yang terletak 30 km dari kota Bandung.
Kabupaten Sumedang merupakan suatu wilaph dengan luas 1.522,20 km2
mempunyai topogafi berbukit -bukit hingga bergunung-gunung yang dengal
ketinggian tenlpat yang bervariasi antara 25 sampai dengan 1001 M di atas permukaan
laut. Wilayah iersebut 55,78% digunakan sebagai lahan garapan untuk l?erlaniail..,
tanaman pangan, sisanya 44,22% untuk pekarangan, hutan, perkebunan, dan lain-lain
(BPS lcabupaten Sumedang, 2000).
Jurnlah penduduk kabupaten Sumedang pada tahun 2000 adalah 967.049 orang
dengan laju perturnbuhai sebesar 1,57 persen. Sebagian besar penduduk (44,65%)
rne~npuiyai rnata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan seperti tanaman
padi; palawija d m tanaman sayuran. Di samping kegiatan pertanian tanaman pangan,
beberapa orang petani melakukan kegiatan usaha lain seperti memelihari sapi potong:
kerbau, kanbing atau domba. Sapi potong merupakan komoditas peternakan yang
tnendapat giliran dukangn kebijakan pernerintah untuk dikembangkan setelah sapi
perah dan tern'& unggas, karena Kabupaten Sumedang secara umurn mempunyai
ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang memadai untuk pengembangan sapi potong
(Dinas Peternakan, 2000).
Populasi sspi potong pada tahun 2000 adalah 28.627 ekor yaitu sebesar 16.30%
dari populasi sapi potong di Jawa Barat d'm merupakan wilayah daerah tingkat I1 yang
mernpunyai populasi sapi potong tertinggi. Tingginya populasi sapi potong di daerah ini
tnerupakan salah satu faktor yang dijadikan perlirnbangan dalam pengembangan
peternakan sapi potong di Kabupaten Sumedang selain ketersediaan sumberdaya lallan
Sapi potong di Kabupaten Sumedang seiuruhnya berada pada p e t e m a k ~ rakyat
yang dimiliki oleh 14.276 Rumah Tangga Peternak (RTP) dan diusahakan secara
tradisional dengan kriteria: jumlah kepemilikan berkisar 'mtara 1-4 ekor, menggunakan
lenaga kerja keluarga, sebagai usaha sambilan, dan diberi pakan seadanya. Kendala
yang dijumpai pada usaha sapi potong di Kabupaten Sumedang adaiah semakin
berkurangnya sumber pakan hijauan terutama saat musim kemarau akibat bergesernya
fungsi lahan pangonan untuk pengembangan perkotaan. Disamping itu tingkal
pengetahuan dan keterampilan peternak masih rendah, akibalnya mereka mengalami
kesulitan dalam mengadopsi teknologi maju. Konsekuellsi dari selnua kondisi di atas
adalah rendahnya produktivitas ternak dan terhambatnya perkembangan peternakan sapi
potong di daerah tersebut (Dinas Peternakan; 2000).
Tujuan pengembangan peternakan adalah addah (a) untuk meningkatkan
kesejahteraan peternak, (b) rneningkatkan produktivitas ternak, (c) meningkatkan
kecernaan bahan pakan, (d) nembangun sistem agribisnis petemakarl, dan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal. Untuk m e w u ~ u d k ~ m lujum
tersebut maka terlebih dahulu harus diketahui potensi wilayah yang m e n d u h n g
komoditas yang akan dikembangka~~ baik potensi lahan, tenaga kerja maupun
produktivitas tern& tersebut.
Keberhaiim program pengembagan sapi polong pada peternakan rakyat secari;
umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (1)Jnktor leknis, meliputi sumberdaya
ternak, ketersediaan lahan, sumber pakan, sumberdaya manusia (peternak), (2) $~ktor
sosinl, dan (3) fnktoi ekonomis. Faktor lain yang bersifat eksternal yang berpengaruh
dan koordinasi lintas sektoral, perkembangan penduduk serta Lebijakan pengembangan
wikayah atau kebijakan pusat dan daerah.
Dalam pengembangan usaha sapi potong pada suatu wilay'ah, identifikasi
terhsdap sistem usaha tani temak: potensi 1a5'm dan pakan, produktivitas tern& yang
dipelihara serla ketersediaan sumberdaya manusia yang ada merupakan informasi yang
penting dalam menyusun strategi pengembmgan sapi potong.
Terbatasnya informasi mengenai potensi wilayah Kabuyaten Sumedang yang
meliputi faktor lingkungan fisik, sumber daya temak, fakcor ketersedim lahan dan
pakan serta sumberdaya manusia, ntaka penelitian ini dirancang untuk mengkaji d m
menganalisis faktor-faktor yang Lerpengaruh terhadap usaha sapi potong d-m
menentukan strategi pengembmgan sapi potong di wilayah Icabupaten Sunieda~~g.
Perc~rnusan Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat dikemukslkan adalah sebagai beriht :
1. Terbatasnya sumber hijauan untuk pak.m temak akibat tergesernya ]ahan
pangonan oleh perumahm dan pengembangan perkotaan
2. Rendahnya produktivitas sapi potong karena sistenl pemelihwaan yang masih
tradisional
3. Terbatasnya informasi d m hasil penelitian mengenai potensi wilayah d m strategi
Tttjuan d a ~ ? Kegunaan Pcnelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi pengembangan sapi potong berdailrkan ketersediaan
pakan dan sumberdaya manusia di Kabupaten Sumedang
2 . Menganalisis faktor-Eaktor pendukung, kenddlla, peluang d m tantangan dalam
pengembangal sapi potong di kabupaten Sumedang
3. Merancang strategi pengembangan sapi potong pada wilayah potensial di
Icabupalen Sumedang.
Diharapkan h a i l penelitian ini dapat digunaka~ sebagai sumber informasi bagi
peme;intah daerah atau pihak terkait sebagai pengambil kebijakan ddaln
TINJAUAN
PUSTAKA
Keadaan Umum Pete~nakan di I ~ ~ d o n e s i a
Sub sektor petemakan mengalami pertumbuhan negatif selama krisis moneter,
disebabkan ketergantungan impor cukup tinggi terhadap input produksi seperti
pengadaan bibit unggas, pengadaan sapi bakalan, dan pengadan bahan baku untuk
pakan ternak. ICegiatan usaba peternakan pang mampu barlahan dan berkembang
selama krisis adalah usaha yang menggunakan sumberdaya lokal seperti pengadaan sapi
bakalm d m bahan pakan temak yang dilakukan pengusaha kecil atau peternakan rakyat.
Kcmoditas peternakan yang berbasis sumberdaya lokal adalah sapi potong,
kerbau, kambing, domba, ayam buras dan itik. Jenis temak ini merupak'm komoditas
ternak asli Indonesia (lokal) yang saxgat potensial sebagai sumber tumpuan kehidupan
rnasyarakat pedesaan. Bukti empiris lnenunjukan bahwa jenis temak tersebut menjadi
penyelamat selama krisis moneler berlangsung (Saragih, 2001).
Dalam perencanaan pernbangunan peternakan berbasis sumberdaya lokal;
pemerintah daerah bersama masyarakat mengidentifikasi potensi da11 peluang
pengembangan peternakan, menganalisis alternatif dan menentukan peran masing-
masing dengan kriteria yang disepakati bersama, sehingga dapat mengakomodasikan
aspirasi lokal secara isasparan d m tetap memperhitungkan ke-mggulax sumberdaya
Pctensi Te~na!i Sapi Potong
Populasi ternak sapi potong di Indonesia pada tahun 1997 adalah 11.938.856
ekor, dan menurun secara drastis pada tahun 1998 menjadi 11.633.876 ekor. Penurunan
ini akibat terjadinya krisis moneter yang menyebabkan menurunnya volume impor sapi
bakalan dari 132.469.800 US $ pada tahun 1997 menjadi 24.285.000 US $ pada tahun
1998. Penurunan volume impor sapi b&alan tersebut menyebabkan terjadinya
penlotongan sapi yang tidak seimbang dengan produksi, sehingga terjadi pengurasan
populasi sapi potong di Indonesia (Dirjen Peternakan, 2000).
Pada tahun 1998 ternak sapi dan kerbau menyumbangkan uroduksi daging
sebesar 398.000 ton aiau 31,7% dari total produksi daging sebesar 1:2 juta ton.
Konsumsi daging sapi dar~ kerbau pada tahun yang sama berjumlah 419.000 ton,
sehingga terdapat kekurangan produksi sebesar 30.000 ton (Dirjen Peternakan, 2000).
Tingginya kekurangan produksi daging sapi dan kerbau uutu'k memenuhi
perminim pasar memberikan peluang yang cukup besar bagi industri peternakan.
1Cebi.jakan pe~llerinidl dengan melakukan impor sapi bakalan uniuk menutupi
kekurangan permintam daging tersebut ternyata berdampak negatif terhadap
perekonomian nasional. Industri peternakan sapi potong dengan input produksi yang
bergiultung pada impor mengalami kelumpuhan, d m sebaliknya usaha peiemakan yang
n~enggunkan input prcduksi dalanl negeii (~eso~trce-base) mampu bertatan, bahkan
berkembang seperti pada peternakan sapi potong skala kecil.
Populasi sapi potong di Jawa Barat pada tahun 2000 berjumlah 174.697 ekor,
dan sekiiar 90% diperoleh dari petemakan rakyat yang tersebar pada 26 kabupaten. Sapi
kepemilikan berkisar antar+ 1-4 ekor: menggunakan tenaga kerja keluarga, sebagai
usaha sambilan dengan diberi pakan seadanya. Konsekuensi dari sisteln pemeliharaan
yang bersifat tradisional tersebut adalah rendahnya produktivitas tern& dan
perkernbangan petemakan sapi potons menjadi terhambzt, sehingga diperlukan upaya
y'mg dapat meningkatkan kualitas sumberdaya ternak, petemak d m lahan (Dinas
Peternakan, 2000).
..
.Mariajemel~ Peternakan Sapi Poto~ig
Pemeliharaan temak sapi merupakan bqian ymg tidak dapat dipisdikan dalam
sistern usaha tani tradisional. Ternak sapi merupakan sumber pendapatan bagi lctani
dm sekaligus sebagai tabungan yang dapat digunakan jika diperlukan. Dasuki (1981)
tnengatakan bal~~va seseorang yang terlibat dalam aktivitas usaha temak '&an mendapat
insentif Insentif tersebut terletk pada kesanggupan peternak untuk mendatangkan
keuntungan dari usahatani ternaknya dengan jalan : (1) lnemanfaatkan lahan yans tidak
tergarap, (2) memanfaatkan h a i l ikutan limbah pertanian yang tidak bernilai menjadi
lebih bernilai (daginglkerja), (3) membantu kebutuhan protein hewani keluarga, (4)
mernanfatkan ternak sebagai sumber tenaga kerja, dan ( 3 ) meningkatkan serta memperbaiki kesuburan tanah.
Tujuan usaha pen~eliharaan ternak sapi diantaranya adalah menanbllh
pendapatan bagi petani penerimaan usaha tani keseluruhan. Beberapa faktor yang
lnempengaruhi pendapatan usaha tani temak, yaitu ; (1) skala kepemilikan ternak, (2)
kombinasi cabang usaha, (3) Umur dan pengetahuan petani, d m (4) efisiensi usaha
melakukan atau menghasilkan sesuatu tanpa pemborosan wakb, tenaga, biaya d m
sebagainya (Arifm, 1986).
Di Kabupaten Sumedang sebagian besar usaha peternakan sapi dilakukan secara
tradisional, jum!ah kepemilikan kecil, dilaitukm secara sambilan sehingga kontribusi
terhadap pendapatan usaha tani pun kecil. Santosa et al. (2001), melaporkan bahwa
pendapatan usaha dari pemeliharaan sapi,potong di wilayah Kabupaten Sumedang lebih
besar dibandingka Kabupaten Subang dan Ciamis. Dengan kepemilikan sekitar 1,7 ST
sapi potong tiap keluarga peternak dapat nienghasilkan penerimm bersih sebesar
R1) 599.223,26/ST/tahun. Hal ini disebabkan hesarnya ketersediaan hijauan sehingga
dapat menekan biaya pakan d m tenaza kerja. Dengan demikian usal~a ternak sapi
potong di Kabupaten di Kabupaten Sumedang lebih menguntungkan jika dibandingkan
dengan \vilayah Utara (Kabupaten Subang) d m wilayah selatan (Kabupaten Ciamis).
Pendapatan tersebut akan lebih besar jika skala kepemilikan ternak dan'manajemen
usaha ditingkatkan sehingga efisiensi usaha lebih tinggi.
Produktivitas Sapi Potong
Ditinjau dari dinamika populasi, produktivitas ternak diarlikm sebagai
perkembangan populasi ternak dalam periode \\~ak-tu tertentu (umurnnya satu tahun) dan
sering dinyatakan dalam persen (%), apabila dibandingkan dengan populasi ternak
secara keseluruhan (Basuki, 1998).
Produktivitas ternak sapi dapat dinilai melalui dua indikator, perlama,
kedua, performan reproduksi diantaranya produhi an& (calf crop) da!an satu tahun.
Cnycrop adalah angka yang menggambarkan jumlah anak iepas sapih y a ~ g diproduksi
dalam satu tahun terhadap jumlah induk dalam persen. Cnlf crop dipengaruhi oleh
jurnlah anal, sekelahiran, presentase induk yang melahirkan dalam total povulasi induk,
persentase kematian (mortalitas) pada saat an& belum disapih, dan jar& beran&
(Arrington dan K d e y , 1976). Jarak kelahiran dipengaruhi oleh iama kebunting3.n d m
jar& antara melrhirkan dan perkawinan berikutnya (service period). Service period
dipengaruhi ol%h keierampilan petern& dalam mengawinkan ternak yang ditunjukan
oleh besarnya angka service per concepliotz dan waktu menyusui (Fraser, 1979).
I<nrakteristilc ProduIisi
Pertumbuhan seekor ternak diarlikan sebagai perlambahan boboi iubuh per
saiuan waktu, meliputi perubahan ukuran urai daging, tulang, dan organ-organ internal
lainnya. Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh bangsa tern&, jenis kelarnin, jumlah dan
kualitas pakan serta fisiologi lingkungan temal; (Soepmo, 1998).
Perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa d m indiwidu iemak di dalam suatu
bangsa disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh de~vasa (Berg dan Butterfield, 1976).
6w,gsa ieniak yyang besar ckan iahir lebih berat, tumbuh lebih cepat dan bobot tubuh
lebih berat saat mencapai kedewasaan dari pada bangsa ternak yang kecil (Tulloh,
Bobot hidup uixumnya digunakan sebegai indikstor pertumbuhar, seekor temak.
Bobot hidup sapi-sapi lokal menurut jenis kelamin pada berbagai tingkat umur dari
beberapa laporan penelitian disajikan pada Tabel I
Tabel 1. Bobot Hidup Sapi Madura, Sapi Bali, dm Sapi PO Menurut Unlur dan Jenis Icelamin (kg)
Uraian
Bobot lahir
-
Jantan-
Belina Bobot 1 tahun-
Jantan-
Betina Bobot umiir 2 tahun-
Jantan-
Betina Bobor umur 3 tahun-
Jantan-
Betina Del\$asa- Jantan
-
BetinaMadura Bali
Knrakteristik Repladuksi.
Keinampuan reproduksi seekor ternak &an berpengaruh terhadap penampilan
produksi dari ternak tersebut, tenrtama mengenei jumlah an& yang dilahirkan. Terdapat
empat hal yang menjadi kendala reproduksi ternak sapi potong, yaitu; (1) lama bunting
yang panjang, (2) panjangnya interval dari lahir sampai estrus pertama, (3) tingkat
Adanya perbedaan pen'mpilan reproduksi bzigsa temak di sualu wilayah
dipengaruhi oleh keragaman lingkungan yang meliputi keragaman genetik, ketersediaan
nutrisi, dan tatalaksana reproduksi. Toelihere (1983) menyatakan bahwa aktivitas
reproduksi dan jar& bersnak, 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik d m
lingkungan, mencakup tatalaksana pakan dan kesehatan.
ICarakteristik reproduksi sapi-sapi lokal di Indonesia yang clilaporkan beberapa peneliti
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kalakteristik Reproduksi Sapi-sapi Lokal di Indonesia
/
~ r a i a nI
MaduraI
Fertilitas/
Umur pubertas (bln)Umur beranak pertma, (th) SIC
/
Lama kebuntingan (hari)/
Jarak beranak (heri) Sumber :Bali
+++
"
'"'
Direktorat Jenderal Peternakan: 1977. " Astuti et al., 1983'"'
Sumbun el al., 1978 "" Setiadi dan Dwiyanto, 1997'"
Sukendar, 1995 "I Hardjosoebroto, 1980""
Guna\van: 1983'"'
Sitepu et a]., 1992.Kendafa daii Peluang Pengen~bangaii Sapi Potong
Pengembangan sapi potong di suatu wilayah, secara umum barus
memperhatikan tiga faktor: yaitu perlimbangan teknis, sosial dan ekonomis.
[image:128.595.76.512.300.813.2]berkesinarnbungan, ditunjang oleh kemampuan manusia, daq kondisi agroekologis.
Perlimbangan sosial mernpunyai axti bahwa eksistensi ternak di suatu daerah dapat
diterima ole11 sistem sosial rnasyarakat dalarri arti tidak rnenirnbulkan konflik sosial.
Seaangkan pertirnbangan ekonomis rnengandung
arti
bahwa ternak yang dipeliharaharus menghasilkan nilai tarnbah bagi perekononuan dazrah serta bagi perneliharanya
sendiri (Santosa, 199'1). Selmjutnya dikatakan bahwa disamping ketiga faktor tersebut
%.
terdapat ljktor lain pang mempengaruhi perkernbangan peternakan szcara eksternnl
diantaranya infrastruktur, keterpaduan d m koordinasi lintas sektoral, parkernbangan
penduduk serta kebijakan pengembangan wilayah atau kebijakm pusat dan daerah.
Menurut Atmadilaga (1975), hambatan-hambatan dalam usaha meningkatkan
produhi ternak pada umumnya disebabkan oleh rnasalah yang kompleks d m bersifat
biologis, ekologis, serta sosioekonomis. Hal ini akan berpengaruh terhadap
produktivitas secara kuantitatif terutama ternak yang bersifat tradisional. '.
Dalan pernbangunan peternakan nasional, peternakan rakyat ternyata masih
memegang peranan sebagai aset terbesat: tetapi sampai saat ini tipologir.ya masih
bersifat sarnbilan (tradisional) yang dibatasi ole11 skala usaha kecil, teknologi sederhana,
dan produknya berkualitas rendah (Soehadji, 1995). Kemudian ditambahkan oleh
Sudardjat (2000) yang menyatakan bahlva beberapa kendala yang dijumpai dalam
pengembangan sapi potong adalah : (1) Penyempitan lahan pangonan: (2) kualitas
sumberdaya manusia rendah, (3) produktivitas ternak rendah; (4) akses ke pemodal
sulit, (5) koordinasi lintas sektoral belurn kondusif, dan ( 5 ) penggunaan teknologi masih
tersedianya tanah pertanian, kesub~iran tanah, iklim, topografi, ketersediaan air: dan
pola pertanian yang ada.
Gurnadi (1 998) mengatakan bahwa usaha untuk mencapai tujum pengembangan
temak tersebut dapat dilakukan dengal tiga pendekatatl, yaitu (1) pendekntan rehis
dengan meningkatkan kelahiran, menumnkan kematian, mengontrol pemotongan
ternak, dan perbaikan genetik tern&:. (2) gendekntnn te<nndu yang menerapkar~
teklologi produksi, rnanajemen ekonomi, pertimbangan sosial budaya yang tercakup
dalam "sapta usaha petemakan", serta pembentukan kelompok peternak yang bekerja
saina dengan instansi-instansi terkait, (3) Pendekntan agribisnis dengan tujum
mempercepat pengembangan petemakan melalui integrasi dari keempat aspek yaitu
input produksi (lahan, pakan, plzma nutfah, dan sumberdaya manusia), proses
produksi, pengolahan hasil, d m pernasaran.
Sistem produksi ternak merupakan bagian pang tidak terpisahkan9.dari sistem
pertalian secara umum. Menuru~ Presron dan Leng (1987) tujuan dasar yang harus
diperhatikan dalam pengembangan sapi potong dengan sistem usaha tani lain adalah:
1. Untuk mengoptirnalkan produkrivitas pertanian dan petemaka3 dengan
rnenggunakan input yang tersedia
2. Untuk memadukan antara beberapa jenis tanaman, temak, limbah petemakan dan
pertanian sehingga semua bxgian saling mernanfmtknn.
Pemeliharaan temak merupakan salah satu komponen dalam usaha tani di mana
ternak ini akan berintegrasi dengan komoditi lain yang diusahakan oleh petani.
Menurut Sabrani et al., (1981) problerna yang dihadapi dalam pengembangan ternak
bahwa bila usaha temak skala kecil yang berorientasi pada usaha keluarga m&a
program pengembangan ten]& tersebut didasarkan pad2 sisteni pertanian secara
terpadu.
Sistem pertanian terpadu (integrnted fa?niing system) adalah suatu usaha dalam
bidang pertanian dimana terjadi keterkaitan ir~put-output antar komoditas pzrtanian,
keterkltm antar kegiatp produksi dengm pra- serta pasca produksi, serta antara
kegiatai pertanian dengan kegiatan manuisktur dan jasa (Rusono, 1999). Selanjutnya
dijelaskan bahwa keterpaduan merupakan ha1 penting maka suatu sistem pertanian
terpadu menlbutuhkan dan mensyaratkan sumberdaya manusia yang berkualitas serta
niampu dalam menata aliran input-output sedemikian rupa sehingga kombinasi input-
output yang dihasilkan adalah kombicasi optimum yang menghasilkan manfaat yang
besar bagi petani.
Tanaman pangan afau horlikultura tidak hanya menghasilkan pangan sebagai
produk utarna, tetapi menghasilkan produk sampingan atau limb'ah ikutan misalnya
jerami padi, ampas taliu: limbah tanaman kacang tanah dan sebagainya. Dengan cara
sederhana limbah tersebut dapat diubah menjadi pangm yang bermutu (daging) melalui
sapi potong: sehingga biaya pakan produksi temak dapat ditekan. Disamping
menghasilkan produk utama bempa daging, sapi potong menghasilkan kotoral (feses)
yang diolah dengan cara sedsrhma d q a t rnenjadi komoditas ekonomis 8.18,~ digunakan
sebagai pupuk sehingga dapat menopang kegiatan produksi tanaman pangan dan secara
Iruigsung n~engurangi biaya pengadaan pupuk, dan pada akhimya keterpaduiln tersebut
Beberapa manfaat integrasi ternak pada usaha pertanian yaitu :
1 . Meningkatkan pemberdayaan sumberdaya lokal (domestic based resources)
2. Optitnalisasi liasil usaha
3. Peliciptaan produk-produlc bar11 hasil diversifikasi usaha
4. Penciptaan ketnandirian petani sehingga tidak tergantutig pinjaman luar
5 . Meningkatkan pendapatan petani peternak
6. Menciptakan lapangan kerja yang [lienyerap banyak tenaga lterja pedesaan
Pengunbangan siste~n t~saha tani terpadu meropakan salali satu psndskatan
dalam memanfaatkan lteraga~nan sumberdayr~ alam. Bila diketnbangkan densan tepat
~ n a k a siste~n ~tsalia tani terpadu dapat menjadi pilar pembangunan pertanian modern dan
berkela~ijutan. Supaya siste~n usaha tani terpadu dapat berltembang, maka asp&-aspek
yang perlu diperhatikan adalah ( I ) sifat usaha tani, ( 2 ) su!iiberdaya tnanusia. I ; ) skala
usaha, ( 4 ) sarana dan pra sarana, ( 5 ) ke~~iitraan dan hubungan antar subsistem agrihisnis,
METODE PENELITIAh
Tempat diln Wakt-rl Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat
selama 6 bulan dari bulan Maret - Agustus 2001. Pelaksanmmya dilakukan dalam h a
tahap: tahap pertama pada bulan Maret - April 2001 untuk menghitung potensi
\I
sumberdaya lahan dan tenaga kerja pada setiap wilayah kecamatan. Tahap kedua
dilakuk'm pada bulan Mei - Agustus 2001 untuk mengidentifikasi karakleristik wilayah
pada tiga lokasi samyel berdasarkan ketinggian yang berbeda. Berdasarkau karakteristik
yang ada, dirancang strategi pengembangan sapi potong dengan pendekatan sisiem d m
pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal.
Bahan da11 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai d m observasi
ke lokasi potensial di kabupaten Sumedang. Data yang dikumpulkan terdiri d s i 1) daic~
primer., yang diperoleh dari wawancara langsung terhadap peternak yang belyedoman
pada dafiar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. (2) dntn sekundel. peroleh dari
berbagai instansi terkait seperti Sub Dinas Petemakan, Dinas Pertanian Tanaman
Pangm, Dinas ;<ehutanan, Badan Pusat Statistik, Kantor Sapeda, Baiai Penelitiar~
Temak, perguruan tinggi, monograti desa, monografi kecamatan, I<CD/PPL dan
Prosednr dan Tahap Penelitian :
Pada tahap pertama dilakukan survai ke lokasi. Parameter yang diamati yaitu:
1. Jumlah d m jenis ternak terutama ruminansia pada setiap kecam
Sumedang
2. Produksi hijauan berdasarkan luas lahan pertmian, pangonan
produksi jerami padi serta limbah h&il ikutan tanaman palawija
3. E e r d ~ a r k ~ hasil yang diperoleh kemdian dianalisis potensi p
potong menurut ketersediaan lahan d m pakan pads masing-masing kecematan.
Bentuk persamhan yang digunakan untuk menghitung besamya potensi
pengembangan ternak sapi (Dirj~n Peternakan, 1985).
PM (SL) = Potens: maks~muln wilayah untuk ternak rununansla (ST) berdasarkal
sumberdaya lal~an pekarangan (FK), laha1 garapan (LG), hutan (H)
a" = daya tampung pekarangan (0 506 STka)
PK = luas pekarangan (ha)
b
*
= daya tampung lahan garapan (1 *.023 STil~a)LG = Luas garapan tanaman pangan (ha)
*
= daya tampung hutan (1.391 STlha)H = luas areal hutan (ha)
4 Kapas~tas peningkata~ ternak ruminansia berdasarlcan sumberdaya lahan
IU'PTR (SL) = PMSL- Pt
PL = Populasi ternak ruminansia yang ada (ST)
5 . Kapasitas peningkatan populasi temak berdasarkan sumberdaya kelu?~ga
KPPTRsIc = d. KK- Pt
IQPTRsl; = Kapasitas peningkatan populasi temak berdasarkan tenaga keluarga
d
*
= jumlah satuan ternak yang dapat digelihara satu keluarga petaniKK = Banyaknya kepala keluarga petani petemak
6. KPPTR Efektif = KPPTR (SL): jika KPPTR(SL) .-' ICPPTR (KK)
7 ICPPTR Efekt:f = KPPTR (KK). j ~ k a KPPTI:(KK) < KPPTR (SL)
8 Pela ~vllayah pengembangan seluruh kec'matan dl Kabupaten Sumedang
berdasarkan h a i l perhltungan potensi pengembangan sapi potong.
Tahap Kedua.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap I, dilakukan penentuan wilayah
pengembangan sapi potong secarapzrlposive dengan me~npertimbangkan antara lain :
a. Referemi mengenai daerah prioritas pengemnbalgan temak dari berbagai hasil
penelitian
b. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang
Tahaprn pengumpular. data :
1. Penentuan vilayah secara purposive, terpilih tiga wilayah potensial untuk
pengembangan sapi potong berdasarkan ketinggian yang berbeda yaitu &camatan
Ujungjaya untuk ciataran rendah (0
-
100 M dpl), Situraja untuk dataran menengah(100-500 h1 dpl), d m Tanjungsari untuk dataran tinggi (> 500 M dpl) .
2. Mengidentifikasi sistem usaha tani,,sistem pemeliharaan sapi potong dan faktor-
fakror yang berpengaruh terhadap produkivitas ternak sapi potong
3. Merancang strategi pengembangan sapi potong menggunakan peadekatan sistem
dan pema~liiatan sumbcrdaya lokal secara optimum pada, masing-masing
karakierislik wilayah berdaarkan hail analisis SWOT
Penentuan Respcnden
Penentuan jumlah responden sebagai sampel: dilakukai dengan "Simple
Random Sampling" yaitu sebesar 10-15 persen dari total pelemak sapi yang ada dari
setiap lokasi terpilih (Arikunto, 1989j. Dari hasil acak terpilih 118 responden yang
berasd dari . 1. Kecamatan Ujungjaya 38 reponden; 2. Kecamatan Siluraja 46
responden; dan 3. Kecamatan Tanjungsari 34 responden.
Pengukuran Bobot Hidup Sapi
Sapi sampel dipilih secara acak dari petani responden ymg memiliki temak sapi.
Sapi yang dian~ati dikelompokan menurut umur dan jenis kelamin sebagai berikut:
a. Anak sapi : Sapi lepa sapih maksimal umur satu tahun
b. Sapi muda : Sapi yang berumur lebih dari satu sampai tiga tahun
Data Primer d a n seltunder yang diltumpulkan meliputi :
1. Iceadaan geografis dan penduduk
2. Potensi wila~lah dari segi su~iiberdaya lahan, temak, dan tenaga kerja
3. Pengan7atan produktivitas ternak meliputi : Bobol hidup sapi prda berbagai tingkal
umur, tingkat kelahiran: tinykat kenlatian anak; tingkat kematim dewasa &i~-
pejantan: a k i r induk, afkir dara: ratio jantan dan betina, daya tampung lahan. dan
ketersediaan tenaga kerja.
Analisis Data
1 . Data yang diperoleh dari liasil penelitim ini akan ditabulasi d m
bentuk deskriptif.
2. Analisis SI\-01 dilaliukan terhadap data liasil observasi untuk In(
pengembangal sapi potong
3. Untuk mengesti~nasi populasi sapi dalani kurun \vaktu tellenti1 (
sebagai beri!;ul:
Model: Xt = XI-1
+
L1- M t - Pt - EtDimma;
Xt = Populasi 'akllir tahun 1 (ST)
Xt-1 = Populasi awal (ST)
Lt = Jumlah yang ldlir dalam tahun 1 (ST)
Mt = Jumlah pang mali dalam tahun t (ST)
Pt = Jumlah jfang dipotong dalam tahun t (ST)
Et = Jumlali pang dikeluarkan dala~n tahun t (ST)
HASIL DAN PEMBAKASAN
Letak Geografis dan Luas Wilayah
Secara adrninistrasif, Kabupaten Sumedang dengan luas wi
atau 1.522,2 kmZ , terdiri atas 18 kecarr-atan dan termasuk wilayah Pr,
Wilayah ini terletak pada Garis Meridian 7' 50' Bujur Barat: 68'
1'23' Lintang Selatan dan 1'43'
int tang
Utara. Jarak ke kota propi dapat diternpuh dalam waktu 2jam,
sedangkan ke Ibu Kota J&&r200 ktn d m dapat ditempuh dalarn waktu 4 jm. Wilayah tersebut dit
-
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu da-
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupalen Majalengka-
Sebelah selalan berbatasan dengan Kabupaten Ga-ut-
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten BandungKetinggian Ternpat
Wilayah Kabupalen Sumedang nlempunpai bentuk topogra
mulai dari datar, berbukit sampai bergunung. Rincian pembagian wi
ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok Tempat di Atas Permukaan Laut (DPL)
ah 152.220 ha
nsi Jawa Barat.
Bujur Tirnur,
sekitar 35 km
~erjxak seki!ar
si oleh:
ubang
.ang bervariasi
h berdasarkan
Luas (Ha) 5.858,05 5.673,54 7.294,82 66.564,55 49.339,71 17.464,78 152.220,OO No 1 . 2. 3. 4. 5. 6.
Sumber : Badan Pusat Statislik Kabupaten Sumedang, 2000 Kelompok Ketinggian
25 - 50 meter dpl
51 - 75 meter dpl 76 - 100 meter dpl
101 - 500 meter dpl 501 - 1001 meter dpl
[image:139.595.81.516.214.798.2]Kabupaten Sumedang mempulyai dua musim y,aitu musim hujan (Oktober-
Juni) dengan curah hujan 998-6500 mn~/tahahun dan musim kemarau (Juli-September)
dengan curah hujan 286-1300 d t a h u n . Temperatur udara berkisar antara 16 "C
sampai dengm 30 "C, atm rata-rata 23 O C , sedangkan kelembaban udara berkisar
antara 60%- 80% atau rata-rata 70% (BPS Kabupaten Sumedang, 2000)
Ketersediaan Lahan
Berdasarka~ tatagw-a khan: luas d'm uljenis penggunaan lahan di Kabupaten
Sumedang sebagai berikut: sa~vah 33.672 ha (22,12%) dan darat 118.548 ha (77,88%).
Luas da~.ljenis penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang disaiikan padaTabel4.
Tabel 4 Luas dan Jen~s Penggunaan Lahan dl Kabupaten Sumedang
Penduduli
Populas~ penduduk dl Kabupaten Sumedang pada tahun 2000 adalah 967.049 jiwa yang menghuni wilayah seluas 1.522,20 km2 , dengan tingkat kepadatan 635
Prosentase (%) 2.12
7
7.26 28.90 0,25 4,93 29,223,02
1
-
Jen~s Pensgunam
S avvah Pekarangan Ladeang/kebun Padang rumput Hutm rak!'at Hutan negara Derkebunan
]~wa/k,m~ Lqu pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumedang adalah 1,56 persen per 24
Lurj (ha)
33 672 11 060 44 041 375 7 504 44 473 4 592
-
-Total 152 220
[image:140.599.86.510.281.771.2]tahun Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dl Kabupaten Sumedang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Penduduk Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok Umur
I
Kelompok Umur (th)I
Jumlah (orang)I
Persentme (%)I
Jumlah usla produkilf dl Kabupaien Sumedang menduduk~ persentase iertlnggl 0 - 14
15 - 60
> 60
r
JXZ-yaitu 62.52 % Hal mi dapat dijadikan sebaga~ salah satu Lekuatan dalam
pengembangan sapi potong di wilayah ini. Potensi ini didukung oleh lingginya Suinber BPS Kabupaten Sumedang. 2000)
255 204 604 600 107 245 967 049
persentase penduduk yang bekerja pada sektor peitanlan, yaiu sebesar 45.35% 26,39
62.52 11,09 IOO,OO
(203 816 orang), pegawadkruya\van 32.16% (144518 orang). dan profes~ la~nnya
lainnya sebesar 22,49%. Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahunberdasarkan jellis
pekerjaan digambarkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Klaslfikasi Penduduk Usla dl Alas 10 Tahun Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Persentase (%) Jeiiis bidang pekerjaan
Lain-lain
Jumlah
Jumlah (orang)
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang, 2001.
70.353
449.425
15,65
[image:141.605.88.523.39.790.2]Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menempati urnt'an
tertiuggi, ha1 ini menggambarkan bahrva sebagian besar penduduk mempunyai mata
pencaharian di bidang pertmian. Potensi ini dapat dijadikan suatu kekuat'm yang
menduhung pe~_nembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang.
Tingkat pendidikan formal penduduk suatu wilaph &an menentukan laju
penyerapan ino\asl, perubahan pola p~kir, dan kepekaan terhadap perubahan soslal
lainnya (Wiriaatmadja, 1977). Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahun di Kabupaten
[image:142.608.111.531.91.569.2]Sumedang menurut tingkar pendidikan diganbarkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah dan Persenlase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Fornial
bersekolab
I
Sekolah Dasar (SD)
I
SMTP-
Tingkat Pendidikan'Tidak/belum pernah
SMTA 20.305
Jumlah (Orang)
Dipl I
-
Universitas Tidak sekolah layiDari Tabel 7 terlihat bahxva tingkat pendidlkan formal penduduk Kabupaten Juinlah
Sumedang termasuk masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk )$ang memiliki
ijasah berjumlah sek~tar 14%, sehmgga seleb~hnya sek~tar 86% adalah penduduk yang Sumber BPS Kabupalen Sumedang. 2001.
802 048
Gelundtidak dapat meneruskan sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan ini berpengaruh 100,OO
terhadap lalu penverapan i n o ~ ~ ~ ~ teknologl
Sumberdaya temalc
Jenis tern& ruminansia yang ada dl Kabupaten Surnedang antara lain sapi
potong, sapi perah, kerbau, kuda, domba, dan kambing. Jumlah Populasi setiap ternak
di Kabupaten Sumedang disajikan pada Tabel 8.
Tsbel 8. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia di Kabupalen Sumedang
D a r ~ Tabel 8 terllhat bahwa populasi sap1 potong menempall m t a n ke dua Jenls ternak Sap1 potong Sap1 perah Icerbau Kalnblng Domba Kuda Jumlah
setelah tern& domba. Dengan demikian jenis tern& ini cukup berkembang dan sesuai Jumlah (ekor)
28 627
32 691 169 853
240 140
dengan hngkungan serta sos~al ekonomi masyarakat petan1 dl Kabupaten Sumedang $umber Sub Dlnas Peternakan Kabupaten Sumedang. 2000
I
Dl Java Earat, populasl sap1 potong yang tertlnggi terdapat dl Kabupaten Sumedang
yallu sekitar 18,28%, sehlngga daerah ml dlsebut daerah kantung ternak sal~i potong dl
Jawa Barat (Dlnas Peternakan, 2000)
Pote~lsi Ketersediaan Sumberdaya Lahan dan Tenaga Kerja
di Kabupaten Sumedang
Potensi pengembangan peternakan pada suatu wilayah dapat diulrur dengan cara
menghitung ketersediaan bahan p&an yang meliputi hijauan y p g berasal dari
pekarangm: perkebunan, limbah pertanian d m industti. Ketersedia& tenaga kerja
dlperoleh berdasarkan jurnlah petani petani ternak dikalikan dengan kemampuan
petani ternr& untuk memelihara sejumlah sapi potong dalam suatu keluarga (Dirjen
Peternakan, 1998). Data hail perhitungan potensi pengembangan petemakan lisp
Lecamatan dl Kabupaten Sumedang dapat dillhat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kapasitas Pningkatan Tenlak Ruminmsia pada Tiap-tiap Kecamatan di Kslbupaten Sumedang. JSPPTR SD lahan 12.131,7 4.986,2 6.588,9 5.103,5 8.144,4 1.479,2 3.431,4 5.153,9 8.001,6 9.867,O 11.305,4 11.523,9 9.601,9 1.479,7 20.116,8 8.529,O 7.397,l 5.368,5
---
No Kecamatan
T-Temz-
--
Tenaga1 Sumedang Selatan
2 Surnedang Utara
3 Cirnalaka
4 Tanjungkerta
5 Tanjungsari 6 Cikeruh
7 Cimanggung
8 Rancakalong
9 Darmaraja
10 Situraja
11 Wado
12 Cadasngampar
13 Conggeang
14 Paseh
15 Buahdua
16 Tomo
17 Ujungjaya
18 Cibugel
Potensi pengembangan petemakan masing-masing kecamatb di Kabupaten
Sumedang berdasarkan potensi sumberdaya lahan dan tenaga kerja dapat dilihat pada
Tabel 7. Daerah yang mempunyai potensi pengembangan efektif terlinggi ada!ah
Kecamatan Buahdua dengan nilai 12.718,2 ST yang diambil berdasarkan potensi
tenaga kerja. Daerah ini ditunjang oleh potensi pengembangan sumnberdaya lahan yang Besar (ST) 1.340:7 1.481,6 l.OC18~1 3.517,8 7.097,7 936:9 1.345:O 2.229,l 2.372:3 3.860,2 3.320,7 3.409,2 3.031,7 1.185,2 958,6 675,7 2.439,6 1.302,7
[image:144.608.94.524.82.813.2]asuk petem&an
I
trnggr yartu 20.116,0 ST. Hal lam yang merupakan faktor pendukung adalah
n
5.
12 tE :a 11 I dijadikanya daerah ini sebagai wilayah budidaya lahan kering terrmenurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedaq
Daerah lain yang mempunyai KPPTR-efektif tinggi ac
Sumedang Selatan dengan nilai !2.131,7 ST yang berasal dari po
Man. tetapi daerah ini tidak ,&an dijadikan wilayah pengembang
ditetapkan sebazai daerah suaka dam, resapan air dan pariwisata
Kabupaten Sumedang. Kecmatan Situraja dan Conggeang mempt
efektif cukup tinggi setelah Kecamatan Buahdua yaitu 9.867,l ST
Reernpat kecamatan tersebutdi atas mempunyai potensi sangat besiu
ketinggiatl 100-500 m dpl sehingga terinasuk dataran sedat~g.
Selanjutnya, daerah yang mempunyai potensi besar se
pegeinbangan sapi potong adalah Kecatnatan Tanjungsari yang mem
lahan 8.144.4 ST. Daerah ini mempunyai luas wilayah paling besar
dataran tinggi dengan ketinggian > 500 m dpl, temperalur sangat I
pertumbuhan berbagai jenis temak termasuk sapi perah. Selai~
rnerupakan penghasil tanaman horiikultura dan palawija sehingg;
pertaian cukup tersedia sepanjang tahun.
Kecamatan Ujungjajja adalah daerah selanjutnya yang mr
sebagai pendukung pengembangan peternakan sapi potong dengan
Daerah ini berada pada ketinggian 40 m dpl sehingga terinasuk 1
dataran rendah dan dicanangkan sebagai daerah budidaya lallan
budidaya ternak dalam tata mang wilayah Kabupaten Sumedang.
:nsi sumberdaya
n temalc karena
menurut RUTR
iyai nilai KPPR-
ian 9.601,2 ST.
dan berada pada
agai penunjang
iki aaia dukung
dan berada pada
lendukung untuk
itu daerah ini
potensi limbah
npunyai potensi
~ilai 7.397,2 ST.
: dalam wilayah
PETA POTENSI PENGEMBANGAN SAP1 POTOMG Dl ICAEUPATEN SUMEDANG
Majalengka
01. Sumedang Selatan
02. Surnedang Utara
03. Cirnalaka 04. Tanjungkerta
05. Tanjungsari
06. Cikeruh
07. Cirnanggung
08. Rancakalong
09. Darmaraja
10. Situraja
I I. Wudo
12. Cadasngampar
13. Congeang 14. Paseh
15. Buahdua
16. Tomo
17. Ujungjayn
Wilayd~ kecamatan lainnya masih mempunyai potensi untuk pengembangan
temak, nanlun nilainya tidak besar seperti daerah-daerah tersebut di atas. Peta kapasitas
peningkatan ternak ruminansia berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan dan tenaga
kerja setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Sumedang dapat diliha? pada Gambar 1.
Ksrakteristik Umum Daewli Pene1iti;ln
,.
Berdasarkan ketinggian telnpat dari vermukaan laut maka ayah Kabupaten
Sumedang berada pada ketinggian antara 25 m dpl sampai deng > 1000 m dpl.
Perbedaan ketinggian tempat rersebut berdampak terhadap sistem usaha tani, sistem
produksi ternak: d m sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk melakukan pendekatan
dalam ~nenentukan pola pengembangan peternakan sa$i potong di Kabupaten
Sumedang, maka terlebih d<ahulu perlu diketahui karaktreristik sistem usaha tani,
sistem produksi temak dan sosial budaya masyarakat pada masing-mixing karakteristik
wilayah. Lokasi yang terpilih sebagai tempat pengambilan sampel petemakan adalah
Kecamatan Ujungjaya yang mewakili daerah dataran rendah (<I00 m dpl), Kecamatan
Siluraja mewakili daerah dataran sedang (100-500 m dpl), dan Kecamatan Tanjungsari
mewakili daerah dataran tinggi (> 500 m dpl). Selain itu ketiga lokasi penelitian
mempunyai KPPTR efektif besarnya hampir sama.
Daerah dataran rendah mempunya~ luas ~vllayah 81 km2 dengan jumlah
penduduk sebesar 28.006 jiwa, dengan kepadatan penduduk 348 jiwa/km2. Laju
perlambahan penduduk sebesar 0.88 dan berada dlbawah n11a1 laju pertambahan
pergeseran penggunaan lahan akibar berlambahnya penduduk terrnasuk l a b a t , dan in1
merupakan salah satu kekuatan yang menddung pengembangan sapi potong di daerah
[image:148.595.97.510.76.558.2]ini. Gambaran keadaan umum daerah dataran rendah dapat dilihat dari Tabel 10.
Tabel 10. Kondlsi Umum Daerah Dataran Rendah
Karaltteristik L u a ~ Wilayah (km')
Jarak dari I b u Kota Propinsi (km)
Jumlah penduduk (jiwa)
Kepadaim penduduk (jiwa/kmn2) Ketinggian tempat (rn dpl) Jumlah sapi potong (ST)
Kepadatan sapi potong ( S T I ~ ~ ~ ) Suhu rata-rata ( "C )
Curah llujati (mndth) Jumlah hari hujm (hhlth) Vegetasi tanaman : (ha)
Perkebunan Hutan S a1vah
Padang rumput Frekuensi tanam padiltahun
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut berpengaruh terhadap suhu dan
tekman udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah satu E&or penting dalanl
menentukan pola penggunaan tanah untuk perlanian khususnya petemak'm. Daerah
dataran rendah berada sekitar 40 m dpl, mempunyai topografi datar dengan temperatur
rata-rata 29 OC. Curah hujan cukup tinggi yaitu 1.645 mmlth. Kondisi ini masih berada
Gambaran umum mengenai karakteristik peternak sapi potcng di daerah dataran rendah
dapat dillhat pada Tabel 1 1.
Tahel 1 I Karaklerist~h Petemak Sap1 Potong dl Daerah Dataran Rendah
Karakteristik
Rataan umur petani temak ( th ) Tingkat Pendidikan (%)
s. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. S1,TP d. 2 SLTP
Tujuan Perneliharaan Sapi (%) a. Sebagai temak kerja b. Sebagsi tcrnak potong c. Ternak potong
+
kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah TK keluarga Pengalaman beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%)