• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)

POTENS1

DAN STRATEGP

PENGEMBANGAN

SAP1 POTONG

D1

KABUPATEN

SUMEDANG

PWOPINSI JAWA

BARAT

OLEH

:

MUl3ARIAD FATAH WI\'ATNA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANKAN BOGOR

(105)

M ~ ~ h a ~ i i a ~ i i a d Fatali Wiyatna Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Porony di ICabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Dibi~~ibing oleh

N.

R. EDDIE GURNADI dan ASNATH M. FUAM.

Suatu penelitia~i tentang po:elisi d a ~ i strategi penge~nbangan sapi potong telah dilala~kan di ltabupaten Sumedang propinsi Jawa Barat pada bulan Maret

-

Agi~stus 2001. Penelitia~i ini hert~~.juan i~ntlrk inengidentifiltasi day3 dukung laha11 berdasarkan Itetersediaa~i paltan ter~ialc aan tenaga kee.9, menganalisis faktor-faktor pendukung, lkendala, peluang dan tantangan serta ~iienentukan strategi pengembangan sapi potong di Icabupaten Sumedang. Penelitian dibagi me~ijadi dua tahap, yaitu tahap pertalna me~~gliitung potensi sumberdaya lahan dan tenaga kel;a pada seiiap wiiayah kecametan. Tahap ltedua, ~iiengidentifikasi karakteristik wilayah pada tiga lokasi sampel berdasarkan ketinggian yany berbeda )laitti dataran rendah

(9

- 100 m dpl), sedang (100-590 111 dpl), d a ~ i tinggi (>500 m dpl). Berdasarka~: karakteristik yang ada dirancang stratcgi pengembangan sapi potong dengan pendekatan siste~ii dan pemanfaatan sumberdaya loltal secara opti~nal.

I-lasil penelitian menu~i.jultan bali\\*a potel~si kapasitas tampclng t111tt1li sapi potong berdasarkan ketersediaan sumberdaya lalian dan tenaga kecja pada masing-masing \vilayali adalali 7.397 ST untuk daerah dataran rendah, 9.867 S T untuk daerai~ clatara~i sedang, dan daerali dataran tinggi sebesar 8.144 ST.

Potensi strategis yang mendultung sapi potong pada masing-masing wilayah di ICabupaten Su~neda~ig adalah lketersediaan sumberdaya lahan dan tenaga lterja yang C L I ~ L I P . lnata pencaliarian penduduk sebagian besar adalah petani, akses pasar yang relatif mudah, dan lcebijakan pe~iierintali yang mendukung. Sebailaiya. kelemahan yang nierupskan faldor penglia~iibat dalam pengembangan sapi potong di daerah dataran adalali (I) re~idalinya kualitas genetilt sapi potong, (2) lturangnya ltelersediaan sapi ~pejantan u~iggul, (3) rendahnya kemampuan peternak dalam ina~iaje~iien usaha petemakan sapi potong. d a ~ i sistem pe~iieliliaraan ternalt yang ~nasih bersifat tradisional. Pada tiataran sedang kele~nahan yang ditemui adalah pola manaje~iien usaha sapi potong bersifat sanibilan. sedanglcan pada dataran tinggi opti~iialisasi daya dukung lahan lturang, dan k e ~ n a ~ n p i ~ a n manaje~iien pemeliliaraan sapi potong ~nasih rendah.

(106)

ABSTRACT

M ~ ~ h a m a d Fatali Wiyatna

.

Pote~icy and Strategy on Beef Cattle Development in Surnedang District, West Java. Supervised by Eddi Gurnadi and Asnatli M. Fuah.

'I'his research was conducted in Sumedang District, West Java from March to August 2001. Tlie furpose of this study is to identify land capability based on availability of feed and employment, to analize potential factor to support beef cattle developnient, constraints, opportunities, threat, as weel as developlnent beef cattle strategy in Sumedang. This research was devided in two phase: first, to calct~lzte land source potency anti emplo)~ment 011 each region. Second. to identify characteristic of three sa~nple region based on different altitude; low land (0-100 m), inidle (100-500 ni), high land (>500 ni).Based on the characteristic, strategy on development of bcefcartle was designed with integrated approach and optinlal utility of iocal based resources.

Tlie result showed that tlie land capability based on availability of land resource and employnient in each region was 7.397 UT for the low land, 9.867 UT for the midle, and 8.144 UT for tlie high land. Pote!itial region supporting the development of that on each region in Surnedang District was tl;e region having potential land resources and enol~gh employ~nent, ~iiost farmer, acces to niarket easily, and supportinig government policy. The wealaiess of the developnient on tlie low land was (1) low genetic of beef cattle, (2) low availability of bull, (3) lo\\! human capability. The \veakness of the niidle land was just for additional income of the beef cattle ~nianagernent, whereas, on the high land, optimalization land ~~tility and Iii~nian capability was low.

Strategy for the developnient of that on rhe low land was providing bulls, improving land and human capability as ~vell as incrzasing cooperation alnolig farnier and stake holders. 011 ?lie midle land,. Tlie development of that was improving supporting

(107)

SURAT PERlrTYATAAN

Dengan ini saya menyataltan bahwa tesis ini yang berjudul '' POTENSI DAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SAP1 POTONG Dl IiABUPATEN SUMEDANG

PROPINSI JAWA BARAT " adalah benar hasil ltarya saya sendiri dan belum pernali

dipublilcasilcan

,

.

Se~iiua sumber dan infoniiasi yang digunakan telah dinyatakan secara jeias

dali dapat diperiltsa kebenaraiinya

(108)

POTENSI' DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

SAPI POTONG

n1

KABUPATEN SUMEDANG

PROPINSI

JAWA RARAT

MUHA-MAD FATAH WIYATNA

Tesis sebagai salah satu syarat untuk melnperoleh gelar Magister Sains

pada Progra~n Studi llrnu Ternak

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(109)

Judul Tesis Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Muhamad Fatah Wiyatna

NRP 99091

Program Studi Ilmu Ternak

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. H. R. Eddie Gurnadi Ketua

I

Dr. Ir. Asnath M. Fuah. M.S. Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak

(110)

RIWAY AT HlDUP

Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 23 Oktober 1969, merupakin anak

kedua dari tiga bersauoara atas pasangan Bapak H. Akbar T. Mulyana dengan

Hj.

A.

Juariyah.

Lulus Sekolah Dasar Negeri 1 Gambarsari iahun 1982, Sekolah Menengah

Pertama Negeri I Binong tahun 1985 dan Sekolah Menengah Atas Negeri i Subang tahun 1988.

Penulic diterima sebagai mahasiswa Fal:uitas Peternaklrn Universitas

Padjadjaran Bandung tahun 1988 dan tahun 1993. Tahun 1994 belcerja di perusallaan

pembibitan ayam pedaging PT. Multazam Garut. Tahun 1995 belterja di PT Asura~~si

Tekaful Syariah sampai dengan 1997. Sejak M a r 3 Tahun 1997 diterima sebagai staf

pengajar di Fakultas Petertlakan Universitas Padjadjaran, Bandung sa~npai sekarang.

Pada tahun 1999 mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan Program

Magister Sains pada Program Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor pada program

(111)

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wata'ia karena beritat

karunia-Nya penulis diberi kemampuan sehingga dapat rnenyelesaikac penulisan

laporan hasil penelitian. Penelitian ini bejudul " Potensi dan Sirategi Pengembangan

Sapi Potong di Kabupaien Sumedang Propinsi Jawa Barat". Laporan ini nempakan

salah satu syarat peny~lesaian tugas akhir Program Magister Sains ($2) pads

Program Pascasarjana Institut Pertanian Sogor.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

I . Bapak Prof Dr. R. Eddie Gurnadi dan lbu Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, M.S.

sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis

2. lbu Direktur Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor yang telah memberi

kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan Program S-2.

3. Pimpinan proyek Reasiswa Program Pascasajana (BPPs) pang telah lhemberikan beasiswa kepada penulis dalam mengikuti pendidikan Program S-2.

4. Bapak ketua program Sudi llmu Temak yang telah memberikan bimbingan

selama rnengikuti pendidikan program S-2.

5 Seluruh Civitas Akademika lnstitut Prtanian Hogor dan rekan-rekan semua yang

telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6 lstriku Inna Samsuminar dan anak-anakku Syifa Zahidah, Hanizah Zainul

Muttaqin, dan si Kecil yang baru lahir Nizar Taqiuddien, mereka dengan sabar

dan gigih memberikan dukungan moral selama pelaksanaan studi dan

penyelesaian tugas akhir.

Akhir kata semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pihak yang terkait yang memanfaatkannya

Bogor, Mei 2002

(112)

UAFTAK IS1

I-lala~nan ABSTRAK

...

I

...

DAFTAR IS1 vi

DAFTAR TABEL

...

I X

DAFTAR LAMPIRAN

...

xi

PENDAHULUAN

...

.

.

.

...

I

Latar Belaltang ...

...

... I Peru~iiusan Masalah ... 4

. .

...

Tuji~an dan Kegunaan Penel~t~an 5

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Umu~ii Peternakan di Indonesia ... .... ... 6

Potensi Ternalc Sapi Poto~lg ...

.

.

.

... Manajemen Pelernakan Sapi Potong

...

Produktivitas Sapi Poto~ig ...

..

Ke~idala dali Peluang Petige~ilba~iga~i Sapi Polong ...

...

Strategi Pengembangan Sapi Potong

METODE PENELITIAN ...

Te~iipat dan W~ICLI Pe:ielitian Balian Metode Penelitian

.

.

prosedur dali Tahap P e n e l ~ t ~ a ~ i

...

.

.

...

Penent~~an Responden ... Peubali yang Diamati

...

.

.

.

...

...

(113)

HASlL DAN PEMBAllASAN

...

Letalc Geografis dan Luas Wilayali

...

...

Ketinggian Telnpat

.

.

...

...

Ketersediaan Lahan

:

...

Sumberdaya Ter~iak

.

.

... Potensi Ketersediaan Sumberdaya Lalian dan Tenaga Kerja di Kabupaten Sumedang

...

;

...

.

.

...

Karakteristik Uliium Daerall Penel~t~an

.

.

... Kondisi Umu~ii .

.

Daerah Dataran Rendah ...

.

.

...

...

Karakter~st~k Peternak

.

-

...

...

4lolcas1 I enaga 1Cerja

...

Pola Pe~iieliharae~i Ternalc ... ...

Produktivitas Sapi Patong

.

.

...

Strategi Pengembangan Sapi Potong ...

Kondisi U ~ i i u ~ i i

.

Daerah Dataran Sedang

...

.

Karakter~st~k Peternale ...

...

... ... Alolcasi Te~iaga Kerja

Pola Peliieliliaraan Ternalt Produktivitas Sapi Potollg Strategi Pengemba~igan Sa

Kondisi Umum Daerah Dataran Tinggi Karakteristilc Petemak

Alolcasi Teliaga Kerja

Pola I'emeliharaan Ternac

...

Produktivitas Sapi Potong ... Strategi Pengembangan Sapi Potong

...

ICESIMPULAN DAN SARAN ...

LAMPIRAN ... :

...

(114)

DAFT.4R TABEL

...

I

.

Bobot I-Iidup Sapi Madura

.

Sapi Bali. dan Sapi PO

...

2

.

Icarakeristik Reproduksi Sapi-sapi Lolcal di Indonesia

3 . Luas Vl'ilayah I<abupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok

...

I<etinggian Tempat di A?a:\.Permukaan Laut

...

4

.

Luas dan Jenis Pengunaati Lahan di Kabupaten Sulnedarig

5 . P e n d u d ~ ~ k lcabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompolc Uniur

...

6 . Kiasifikasi Penduduk Usia di Atas 10 Tahun Berdasarltan Jenis Pekerjaan

7 . Jumlah d m Persentase Pendud~lk \4eti~11.~1t Tingkat Pendidilcan Fornial

8 . Junilah Popi~lasi Ternalc Rulninansia di Kabupaten Sumeda~ig ...

9 . L<apasitas Peningkatan Ternak Ruininansia Tiap-tiap Kecamatan di

... ...

I<abupaten Somedang

.

.

Kondisi Umum Lokasi Daerah Dataran Rendah

...

Icarakteristik Petemalt Sapi Potorg di Daerah Dataran Rendah

...

Kotnposisi Zat-zat Hijailan Makanan Ternak di Dataran Rendah

Struktur Popi~lasi Temak Sapi di Daerall Dataran Rendali ...

Pengelolaan Reproduksi dan Produktivitas Anak Sapi Potong di Daerah

...

Dataran Rendali

Bobol Tubuh Rata-rata Sapi Poton: pada Berbagai Tingkat Uniu~ . dan Jenis Kelalnin di Daerah Dataran Rendah

...

Populasi Ternak Ruminansia. Daya T a ~ n p ~ l n g d a ~ i i<apasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia di Daerah Dataran Rendah

...

I<arakteristik Umum Daerah Dataran Rendah

...

Karalcteristik Peternak Sapi Potong di Daerah Dataran Sedang

...

(115)

Struicti~r Populasi Ternak Sapi di Daerah Dataran Sedang

...

Pengelolaan Reprodultsi dan Produktivitas Anak Sapi Potcng di Daerah Dataran Sedang

...

Bobot Tubuh Rata-rata Sapi Fotong pada Berbagzi Tingkat Umur dan

...

...

Jenis Kela~nin di Daerali Dataran Seda~ig

.

.

.

Populasi Ternalt Runiinansia, Daya Tampung dan Kapasitas Peningkatan

...

Populasi Te~.nalc Ri!minansia di Daerah Dataran Sedaiig

.

.

... Karakteristik Umtrm Daerali Dataran T ~ n g g ~

I<arakteristiic Peternak Sapi Potong di Daesah Dataran Tinggi

...

Koniposisi Zat-zat Maltanac di Daerah l'inzgi ...

....

Struktur Populasi Ternak Sapi di Daerah Dataran Tinggi ...

Pengelolan~i Reproduksi dan Produktivitas Analc Sapi Potong di Daerah Dataran Tinggi

...

Bobot Tubuh Rata-rata Sapi Potong pada ~ e r b a g a i Tingkat Umur dan ...

Jenis Kelaniin di Daesah Dataran Tinggi .--

...

30. P o p ~ ~ l a s i Ternalc Rumi~iansia, Daya Tampung dan l<apasitas Peningkatari

. .

...

Populasi Ternalt Ruminansia di Daerah Dataran T ~ n g g ~ 66

3 1. Proyeksi Perlce~nbangari Pop~~lasi Sapi Potong dala~n Jangka Wallu

...

Lima Taliun pada Dataran Rendah

.

.

... 69 32. Proyeksi Perkembangan Populasi Sapi Potong dalam Jangka Waltttu

...

Lima Taliun pada Dataran Sedang 70

33. Proyeltsi Perkembangan Populasi Sapi Poto~ig dala~n Janglia Waktu

...

...

(116)

DAFTAR LAWIPIRAN

Nomor Telts Fialarnan

1. Peta WilayahKabupaten S ~ ~ m e d a n g 76

2 . Grafik Pertumbulian Sapi di Lokasi Penelitian Berdasarlcan Umur dan Jenis I<elamin ...

...

77

3. Analisis SWOT Sisteln Produksi Sap??otong pada Datarat? Rendali

...

78

4. Analisis SWOT Siste~n Produksi Sapi Potong pada Dataran Rendah ... 79

[image:116.602.95.514.70.812.2]
(117)

Laiar belal~u~ulg

Sejak diberlakukannya Undang-undang Nc.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah yang juga mencakup tentang Otonomi Daer* r d a pemerintah daerah dituntut

untuk dapat mandiri dalam menyelenggarakan proses pembangunan di daerahnya.

Adanya tuntutan kemandirian ini men?bawa konsekuensi logis terhadap kesiapw

pemerintah daerzh untuk melakukan inisiatif pembangdnan secara kreatif dalam

mengelola potensi kekayaan sumberdaya aIam pang dimiliki untuk kemakmuran

masyarakatnya.

Propinsi Jawa Barat adalah salah satu Daerah Tingkat I yang nilayah yims

luasnya sekitar 43.240,09 km2 d m lebih deri 50 persen terdiri dari lahan pertmian.

Jumlail penduduknya sekitar 42 juta orang, dan mata pencaharian sebagian besar

penduduk adalah bidang 1)ertanian termasuk peternakan. Setiap tahun Jawa Barat

mendatangkan sapi potong sekitar 244.399 ekor untuk memenuhi kebutuhan daging.

Selain itu lahan tidur seluas 250.000 ha yang terdapat di wilayah bagian selatm belum

dimanlsafktu~ secara optimal, dan letaknya yang berdekatan dengan kota Jakarta

rnemperkuat besamya potensi pengembangan sapi potong yang c u h p bailc untuk

pengembangan sapi potong: sehingga dapat memenuhi kebutuhan daging masyarakat

Jawa Barat khususnya dan lebih jauh dapat mensuplai permintaan daerah sekitarnya

(Dinas Peternakan, 1999).

Populasi sapi potong di Jaws Barat pada tahun 2600 berjumlah 174.697 ekor d m

(118)

wilayah yang telali dijadikm kaawasan pengembangan sapi potong addah Kabupaten

Sumedang yang terletak 30 km dari kota Bandung.

Kabupaten Sumedang merupakan suatu wilaph dengan luas 1.522,20 km2

mempunyai topogafi berbukit -bukit hingga bergunung-gunung yang dengal

ketinggian tenlpat yang bervariasi antara 25 sampai dengan 1001 M di atas permukaan

laut. Wilayah iersebut 55,78% digunakan sebagai lahan garapan untuk l?erlaniail..,

tanaman pangan, sisanya 44,22% untuk pekarangan, hutan, perkebunan, dan lain-lain

(BPS lcabupaten Sumedang, 2000).

Jurnlah penduduk kabupaten Sumedang pada tahun 2000 adalah 967.049 orang

dengan laju perturnbuhai sebesar 1,57 persen. Sebagian besar penduduk (44,65%)

rne~npuiyai rnata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan seperti tanaman

padi; palawija d m tanaman sayuran. Di samping kegiatan pertanian tanaman pangan,

beberapa orang petani melakukan kegiatan usaha lain seperti memelihari sapi potong:

kerbau, kanbing atau domba. Sapi potong merupakan komoditas peternakan yang

tnendapat giliran dukangn kebijakan pernerintah untuk dikembangkan setelah sapi

perah dan tern'& unggas, karena Kabupaten Sumedang secara umurn mempunyai

ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang memadai untuk pengembangan sapi potong

(Dinas Peternakan, 2000).

Populasi sspi potong pada tahun 2000 adalah 28.627 ekor yaitu sebesar 16.30%

dari populasi sapi potong di Jawa Barat d'm merupakan wilayah daerah tingkat I1 yang

mernpunyai populasi sapi potong tertinggi. Tingginya populasi sapi potong di daerah ini

tnerupakan salah satu faktor yang dijadikan perlirnbangan dalam pengembangan

peternakan sapi potong di Kabupaten Sumedang selain ketersediaan sumberdaya lallan

(119)

Sapi potong di Kabupaten Sumedang seiuruhnya berada pada p e t e m a k ~ rakyat

yang dimiliki oleh 14.276 Rumah Tangga Peternak (RTP) dan diusahakan secara

tradisional dengan kriteria: jumlah kepemilikan berkisar 'mtara 1-4 ekor, menggunakan

lenaga kerja keluarga, sebagai usaha sambilan, dan diberi pakan seadanya. Kendala

yang dijumpai pada usaha sapi potong di Kabupaten Sumedang adaiah semakin

berkurangnya sumber pakan hijauan terutama saat musim kemarau akibat bergesernya

fungsi lahan pangonan untuk pengembangan perkotaan. Disamping itu tingkal

pengetahuan dan keterampilan peternak masih rendah, akibalnya mereka mengalami

kesulitan dalam mengadopsi teknologi maju. Konsekuellsi dari selnua kondisi di atas

adalah rendahnya produktivitas ternak dan terhambatnya perkembangan peternakan sapi

potong di daerah tersebut (Dinas Peternakan; 2000).

Tujuan pengembangan peternakan adalah addah (a) untuk meningkatkan

kesejahteraan peternak, (b) rneningkatkan produktivitas ternak, (c) meningkatkan

kecernaan bahan pakan, (d) nembangun sistem agribisnis petemakarl, dan

memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal. Untuk m e w u ~ u d k ~ m lujum

tersebut maka terlebih dahulu harus diketahui potensi wilayah yang m e n d u h n g

komoditas yang akan dikembangka~~ baik potensi lahan, tenaga kerja maupun

produktivitas tern& tersebut.

Keberhaiim program pengembagan sapi polong pada peternakan rakyat secari;

umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (1)Jnktor leknis, meliputi sumberdaya

ternak, ketersediaan lahan, sumber pakan, sumberdaya manusia (peternak), (2) $~ktor

sosinl, dan (3) fnktoi ekonomis. Faktor lain yang bersifat eksternal yang berpengaruh

(120)

dan koordinasi lintas sektoral, perkembangan penduduk serta Lebijakan pengembangan

wikayah atau kebijakan pusat dan daerah.

Dalam pengembangan usaha sapi potong pada suatu wilay'ah, identifikasi

terhsdap sistem usaha tani temak: potensi 1a5'm dan pakan, produktivitas tern& yang

dipelihara serla ketersediaan sumberdaya manusia yang ada merupakan informasi yang

penting dalam menyusun strategi pengembmgan sapi potong.

Terbatasnya informasi mengenai potensi wilayah Kabuyaten Sumedang yang

meliputi faktor lingkungan fisik, sumber daya temak, fakcor ketersedim lahan dan

pakan serta sumberdaya manusia, ntaka penelitian ini dirancang untuk mengkaji d m

menganalisis faktor-faktor yang Lerpengaruh terhadap usaha sapi potong d-m

menentukan strategi pengembmgan sapi potong di wilayah Icabupaten Sunieda~~g.

Perc~rnusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat dikemukslkan adalah sebagai beriht :

1. Terbatasnya sumber hijauan untuk pak.m temak akibat tergesernya ]ahan

pangonan oleh perumahm dan pengembangan perkotaan

2. Rendahnya produktivitas sapi potong karena sistenl pemelihwaan yang masih

tradisional

3. Terbatasnya informasi d m hasil penelitian mengenai potensi wilayah d m strategi

(121)

Tttjuan d a ~ ? Kegunaan Pcnelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi potensi pengembangan sapi potong berdailrkan ketersediaan

pakan dan sumberdaya manusia di Kabupaten Sumedang

2 . Menganalisis faktor-Eaktor pendukung, kenddlla, peluang d m tantangan dalam

pengembangal sapi potong di kabupaten Sumedang

3. Merancang strategi pengembangan sapi potong pada wilayah potensial di

Icabupalen Sumedang.

Diharapkan h a i l penelitian ini dapat digunaka~ sebagai sumber informasi bagi

peme;intah daerah atau pihak terkait sebagai pengambil kebijakan ddaln

(122)

TINJAUAN

PUSTAKA

Keadaan Umum Pete~nakan di I ~ ~ d o n e s i a

Sub sektor petemakan mengalami pertumbuhan negatif selama krisis moneter,

disebabkan ketergantungan impor cukup tinggi terhadap input produksi seperti

pengadaan bibit unggas, pengadaan sapi bakalan, dan pengadan bahan baku untuk

pakan ternak. ICegiatan usaba peternakan pang mampu barlahan dan berkembang

selama krisis adalah usaha yang menggunakan sumberdaya lokal seperti pengadaan sapi

bakalm d m bahan pakan temak yang dilakukan pengusaha kecil atau peternakan rakyat.

Kcmoditas peternakan yang berbasis sumberdaya lokal adalah sapi potong,

kerbau, kambing, domba, ayam buras dan itik. Jenis temak ini merupak'm komoditas

ternak asli Indonesia (lokal) yang saxgat potensial sebagai sumber tumpuan kehidupan

rnasyarakat pedesaan. Bukti empiris lnenunjukan bahwa jenis temak tersebut menjadi

penyelamat selama krisis moneler berlangsung (Saragih, 2001).

Dalam perencanaan pernbangunan peternakan berbasis sumberdaya lokal;

pemerintah daerah bersama masyarakat mengidentifikasi potensi da11 peluang

pengembangan peternakan, menganalisis alternatif dan menentukan peran masing-

masing dengan kriteria yang disepakati bersama, sehingga dapat mengakomodasikan

aspirasi lokal secara isasparan d m tetap memperhitungkan ke-mggulax sumberdaya

(123)

Pctensi Te~na!i Sapi Potong

Populasi ternak sapi potong di Indonesia pada tahun 1997 adalah 11.938.856

ekor, dan menurun secara drastis pada tahun 1998 menjadi 11.633.876 ekor. Penurunan

ini akibat terjadinya krisis moneter yang menyebabkan menurunnya volume impor sapi

bakalan dari 132.469.800 US $ pada tahun 1997 menjadi 24.285.000 US $ pada tahun

1998. Penurunan volume impor sapi b&alan tersebut menyebabkan terjadinya

penlotongan sapi yang tidak seimbang dengan produksi, sehingga terjadi pengurasan

populasi sapi potong di Indonesia (Dirjen Peternakan, 2000).

Pada tahun 1998 ternak sapi dan kerbau menyumbangkan uroduksi daging

sebesar 398.000 ton aiau 31,7% dari total produksi daging sebesar 1:2 juta ton.

Konsumsi daging sapi dar~ kerbau pada tahun yang sama berjumlah 419.000 ton,

sehingga terdapat kekurangan produksi sebesar 30.000 ton (Dirjen Peternakan, 2000).

Tingginya kekurangan produksi daging sapi dan kerbau uutu'k memenuhi

perminim pasar memberikan peluang yang cukup besar bagi industri peternakan.

1Cebi.jakan pe~llerinidl dengan melakukan impor sapi bakalan uniuk menutupi

kekurangan permintam daging tersebut ternyata berdampak negatif terhadap

perekonomian nasional. Industri peternakan sapi potong dengan input produksi yang

bergiultung pada impor mengalami kelumpuhan, d m sebaliknya usaha peiemakan yang

n~enggunkan input prcduksi dalanl negeii (~eso~trce-base) mampu bertatan, bahkan

berkembang seperti pada peternakan sapi potong skala kecil.

Populasi sapi potong di Jawa Barat pada tahun 2000 berjumlah 174.697 ekor,

dan sekiiar 90% diperoleh dari petemakan rakyat yang tersebar pada 26 kabupaten. Sapi

(124)

kepemilikan berkisar antar+ 1-4 ekor: menggunakan tenaga kerja keluarga, sebagai

usaha sambilan dengan diberi pakan seadanya. Konsekuensi dari sisteln pemeliharaan

yang bersifat tradisional tersebut adalah rendahnya produktivitas tern& dan

perkernbangan petemakan sapi potons menjadi terhambzt, sehingga diperlukan upaya

y'mg dapat meningkatkan kualitas sumberdaya ternak, petemak d m lahan (Dinas

Peternakan, 2000).

..

.

Mariajemel~ Peternakan Sapi Poto~ig

Pemeliharaan temak sapi merupakan bqian ymg tidak dapat dipisdikan dalam

sistern usaha tani tradisional. Ternak sapi merupakan sumber pendapatan bagi lctani

dm sekaligus sebagai tabungan yang dapat digunakan jika diperlukan. Dasuki (1981)

tnengatakan bal~~va seseorang yang terlibat dalam aktivitas usaha temak '&an mendapat

insentif Insentif tersebut terletk pada kesanggupan peternak untuk mendatangkan

keuntungan dari usahatani ternaknya dengan jalan : (1) lnemanfaatkan lahan yans tidak

tergarap, (2) memanfaatkan h a i l ikutan limbah pertanian yang tidak bernilai menjadi

lebih bernilai (daginglkerja), (3) membantu kebutuhan protein hewani keluarga, (4)

mernanfatkan ternak sebagai sumber tenaga kerja, dan ( 3 ) meningkatkan serta memperbaiki kesuburan tanah.

Tujuan usaha pen~eliharaan ternak sapi diantaranya adalah menanbllh

pendapatan bagi petani penerimaan usaha tani keseluruhan. Beberapa faktor yang

lnempengaruhi pendapatan usaha tani temak, yaitu ; (1) skala kepemilikan ternak, (2)

kombinasi cabang usaha, (3) Umur dan pengetahuan petani, d m (4) efisiensi usaha

(125)

melakukan atau menghasilkan sesuatu tanpa pemborosan wakb, tenaga, biaya d m

sebagainya (Arifm, 1986).

Di Kabupaten Sumedang sebagian besar usaha peternakan sapi dilakukan secara

tradisional, jum!ah kepemilikan kecil, dilaitukm secara sambilan sehingga kontribusi

terhadap pendapatan usaha tani pun kecil. Santosa et al. (2001), melaporkan bahwa

pendapatan usaha dari pemeliharaan sapi,potong di wilayah Kabupaten Sumedang lebih

besar dibandingka Kabupaten Subang dan Ciamis. Dengan kepemilikan sekitar 1,7 ST

sapi potong tiap keluarga peternak dapat nienghasilkan penerimm bersih sebesar

R1) 599.223,26/ST/tahun. Hal ini disebabkan hesarnya ketersediaan hijauan sehingga

dapat menekan biaya pakan d m tenaza kerja. Dengan demikian usal~a ternak sapi

potong di Kabupaten di Kabupaten Sumedang lebih menguntungkan jika dibandingkan

dengan \vilayah Utara (Kabupaten Subang) d m wilayah selatan (Kabupaten Ciamis).

Pendapatan tersebut akan lebih besar jika skala kepemilikan ternak dan'manajemen

usaha ditingkatkan sehingga efisiensi usaha lebih tinggi.

Produktivitas Sapi Potong

Ditinjau dari dinamika populasi, produktivitas ternak diarlikm sebagai

perkembangan populasi ternak dalam periode \\~ak-tu tertentu (umurnnya satu tahun) dan

sering dinyatakan dalam persen (%), apabila dibandingkan dengan populasi ternak

secara keseluruhan (Basuki, 1998).

Produktivitas ternak sapi dapat dinilai melalui dua indikator, perlama,

(126)

kedua, performan reproduksi diantaranya produhi an& (calf crop) da!an satu tahun.

Cnycrop adalah angka yang menggambarkan jumlah anak iepas sapih y a ~ g diproduksi

dalam satu tahun terhadap jumlah induk dalam persen. Cnlf crop dipengaruhi oleh

jurnlah anal, sekelahiran, presentase induk yang melahirkan dalam total povulasi induk,

persentase kematian (mortalitas) pada saat an& belum disapih, dan jar& beran&

(Arrington dan K d e y , 1976). Jarak kelahiran dipengaruhi oleh iama kebunting3.n d m

jar& antara melrhirkan dan perkawinan berikutnya (service period). Service period

dipengaruhi ol%h keierampilan petern& dalam mengawinkan ternak yang ditunjukan

oleh besarnya angka service per concepliotz dan waktu menyusui (Fraser, 1979).

I<nrakteristilc ProduIisi

Pertumbuhan seekor ternak diarlikan sebagai perlambahan boboi iubuh per

saiuan waktu, meliputi perubahan ukuran urai daging, tulang, dan organ-organ internal

lainnya. Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh bangsa tern&, jenis kelarnin, jumlah dan

kualitas pakan serta fisiologi lingkungan temal; (Soepmo, 1998).

Perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa d m indiwidu iemak di dalam suatu

bangsa disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh de~vasa (Berg dan Butterfield, 1976).

6w,gsa ieniak yyang besar ckan iahir lebih berat, tumbuh lebih cepat dan bobot tubuh

lebih berat saat mencapai kedewasaan dari pada bangsa ternak yang kecil (Tulloh,

(127)

Bobot hidup uixumnya digunakan sebegai indikstor pertumbuhar, seekor temak.

Bobot hidup sapi-sapi lokal menurut jenis kelamin pada berbagai tingkat umur dari

beberapa laporan penelitian disajikan pada Tabel I

Tabel 1. Bobot Hidup Sapi Madura, Sapi Bali, dm Sapi PO Menurut Unlur dan Jenis Icelamin (kg)

Uraian

Bobot lahir

-

Jantan

-

Belina Bobot 1 tahun

-

Jantan

-

Betina Bobot umiir 2 tahun

-

Jantan

-

Betina Bobor umur 3 tahun

-

Jantan

-

Betina Del\$asa

- Jantan

-

Betina

Madura Bali

Knrakteristik Repladuksi.

Keinampuan reproduksi seekor ternak &an berpengaruh terhadap penampilan

produksi dari ternak tersebut, tenrtama mengenei jumlah an& yang dilahirkan. Terdapat

empat hal yang menjadi kendala reproduksi ternak sapi potong, yaitu; (1) lama bunting

yang panjang, (2) panjangnya interval dari lahir sampai estrus pertama, (3) tingkat

(128)

Adanya perbedaan pen'mpilan reproduksi bzigsa temak di sualu wilayah

dipengaruhi oleh keragaman lingkungan yang meliputi keragaman genetik, ketersediaan

nutrisi, dan tatalaksana reproduksi. Toelihere (1983) menyatakan bahwa aktivitas

reproduksi dan jar& bersnak, 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik d m

lingkungan, mencakup tatalaksana pakan dan kesehatan.

ICarakteristik reproduksi sapi-sapi lokal di Indonesia yang clilaporkan beberapa peneliti

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kalakteristik Reproduksi Sapi-sapi Lokal di Indonesia

/

~ r a i a n

I

Madura

I

Fertilitas

/

Umur pubertas (bln)

Umur beranak pertma, (th) SIC

/

Lama kebuntingan (hari)

/

Jarak beranak (heri) Sumber :

Bali

+++

"

'"'

Direktorat Jenderal Peternakan: 1977. " Astuti et al., 1983

'"'

Sumbun el al., 1978 "" Setiadi dan Dwiyanto, 1997

'"

Sukendar, 1995 "I Hardjosoebroto, 1980

""

Guna\van: 1983

'"'

Sitepu et a]., 1992.

Kendafa daii Peluang Pengen~bangaii Sapi Potong

Pengembangan sapi potong di suatu wilayah, secara umum barus

memperhatikan tiga faktor: yaitu perlimbangan teknis, sosial dan ekonomis.

[image:128.595.76.512.300.813.2]
(129)

berkesinarnbungan, ditunjang oleh kemampuan manusia, daq kondisi agroekologis.

Perlimbangan sosial mernpunyai axti bahwa eksistensi ternak di suatu daerah dapat

diterima ole11 sistem sosial rnasyarakat dalarri arti tidak rnenirnbulkan konflik sosial.

Seaangkan pertirnbangan ekonomis rnengandung

arti

bahwa ternak yang dipelihara

harus menghasilkan nilai tarnbah bagi perekononuan dazrah serta bagi perneliharanya

sendiri (Santosa, 199'1). Selmjutnya dikatakan bahwa disamping ketiga faktor tersebut

%.

terdapat ljktor lain pang mempengaruhi perkernbangan peternakan szcara eksternnl

diantaranya infrastruktur, keterpaduan d m koordinasi lintas sektoral, parkernbangan

penduduk serta kebijakan pengembangan wilayah atau kebijakm pusat dan daerah.

Menurut Atmadilaga (1975), hambatan-hambatan dalam usaha meningkatkan

produhi ternak pada umumnya disebabkan oleh rnasalah yang kompleks d m bersifat

biologis, ekologis, serta sosioekonomis. Hal ini akan berpengaruh terhadap

produktivitas secara kuantitatif terutama ternak yang bersifat tradisional. '.

Dalan pernbangunan peternakan nasional, peternakan rakyat ternyata masih

memegang peranan sebagai aset terbesat: tetapi sampai saat ini tipologir.ya masih

bersifat sarnbilan (tradisional) yang dibatasi ole11 skala usaha kecil, teknologi sederhana,

dan produknya berkualitas rendah (Soehadji, 1995). Kemudian ditambahkan oleh

Sudardjat (2000) yang menyatakan bahlva beberapa kendala yang dijumpai dalam

pengembangan sapi potong adalah : (1) Penyempitan lahan pangonan: (2) kualitas

sumberdaya manusia rendah, (3) produktivitas ternak rendah; (4) akses ke pemodal

sulit, (5) koordinasi lintas sektoral belurn kondusif, dan ( 5 ) penggunaan teknologi masih

(130)
(131)

tersedianya tanah pertanian, kesub~iran tanah, iklim, topografi, ketersediaan air: dan

pola pertanian yang ada.

Gurnadi (1 998) mengatakan bahwa usaha untuk mencapai tujum pengembangan

temak tersebut dapat dilakukan dengal tiga pendekatatl, yaitu (1) pendekntan rehis

dengan meningkatkan kelahiran, menumnkan kematian, mengontrol pemotongan

ternak, dan perbaikan genetik tern&:. (2) gendekntnn te<nndu yang menerapkar~

teklologi produksi, rnanajemen ekonomi, pertimbangan sosial budaya yang tercakup

dalam "sapta usaha petemakan", serta pembentukan kelompok peternak yang bekerja

saina dengan instansi-instansi terkait, (3) Pendekntan agribisnis dengan tujum

mempercepat pengembangan petemakan melalui integrasi dari keempat aspek yaitu

input produksi (lahan, pakan, plzma nutfah, dan sumberdaya manusia), proses

produksi, pengolahan hasil, d m pernasaran.

Sistem produksi ternak merupakan bagian pang tidak terpisahkan9.dari sistem

pertalian secara umum. Menuru~ Presron dan Leng (1987) tujuan dasar yang harus

diperhatikan dalam pengembangan sapi potong dengan sistem usaha tani lain adalah:

1. Untuk mengoptirnalkan produkrivitas pertanian dan petemaka3 dengan

rnenggunakan input yang tersedia

2. Untuk memadukan antara beberapa jenis tanaman, temak, limbah petemakan dan

pertanian sehingga semua bxgian saling mernanfmtknn.

Pemeliharaan temak merupakan salah satu komponen dalam usaha tani di mana

ternak ini akan berintegrasi dengan komoditi lain yang diusahakan oleh petani.

Menurut Sabrani et al., (1981) problerna yang dihadapi dalam pengembangan ternak

(132)

bahwa bila usaha temak skala kecil yang berorientasi pada usaha keluarga m&a

program pengembangan ten]& tersebut didasarkan pad2 sisteni pertanian secara

terpadu.

Sistem pertanian terpadu (integrnted fa?niing system) adalah suatu usaha dalam

bidang pertanian dimana terjadi keterkaitan ir~put-output antar komoditas pzrtanian,

keterkltm antar kegiatp produksi dengm pra- serta pasca produksi, serta antara

kegiatai pertanian dengan kegiatan manuisktur dan jasa (Rusono, 1999). Selanjutnya

dijelaskan bahwa keterpaduan merupakan ha1 penting maka suatu sistem pertanian

terpadu menlbutuhkan dan mensyaratkan sumberdaya manusia yang berkualitas serta

niampu dalam menata aliran input-output sedemikian rupa sehingga kombinasi input-

output yang dihasilkan adalah kombicasi optimum yang menghasilkan manfaat yang

besar bagi petani.

Tanaman pangan afau horlikultura tidak hanya menghasilkan pangan sebagai

produk utarna, tetapi menghasilkan produk sampingan atau limb'ah ikutan misalnya

jerami padi, ampas taliu: limbah tanaman kacang tanah dan sebagainya. Dengan cara

sederhana limbah tersebut dapat diubah menjadi pangm yang bermutu (daging) melalui

sapi potong: sehingga biaya pakan produksi temak dapat ditekan. Disamping

menghasilkan produk utama bempa daging, sapi potong menghasilkan kotoral (feses)

yang diolah dengan cara sedsrhma d q a t rnenjadi komoditas ekonomis 8.18,~ digunakan

sebagai pupuk sehingga dapat menopang kegiatan produksi tanaman pangan dan secara

Iruigsung n~engurangi biaya pengadaan pupuk, dan pada akhimya keterpaduiln tersebut

(133)

Beberapa manfaat integrasi ternak pada usaha pertanian yaitu :

1 . Meningkatkan pemberdayaan sumberdaya lokal (domestic based resources)

2. Optitnalisasi liasil usaha

3. Peliciptaan produk-produlc bar11 hasil diversifikasi usaha

4. Penciptaan ketnandirian petani sehingga tidak tergantutig pinjaman luar

5 . Meningkatkan pendapatan petani peternak

6. Menciptakan lapangan kerja yang [lienyerap banyak tenaga lterja pedesaan

Pengunbangan siste~n t~saha tani terpadu meropakan salali satu psndskatan

dalam memanfaatkan lteraga~nan sumberdayr~ alam. Bila diketnbangkan densan tepat

~ n a k a siste~n ~tsalia tani terpadu dapat menjadi pilar pembangunan pertanian modern dan

berkela~ijutan. Supaya siste~n usaha tani terpadu dapat berltembang, maka asp&-aspek

yang perlu diperhatikan adalah ( I ) sifat usaha tani, ( 2 ) su!iiberdaya tnanusia. I ; ) skala

usaha, ( 4 ) sarana dan pra sarana, ( 5 ) ke~~iitraan dan hubungan antar subsistem agrihisnis,

(134)

METODE PENELITIAh

Tempat diln Wakt-rl Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat

selama 6 bulan dari bulan Maret - Agustus 2001. Pelaksanmmya dilakukan dalam h a

tahap: tahap pertama pada bulan Maret - April 2001 untuk menghitung potensi

\I

sumberdaya lahan dan tenaga kerja pada setiap wilayah kecamatan. Tahap kedua

dilakuk'm pada bulan Mei - Agustus 2001 untuk mengidentifikasi karakleristik wilayah

pada tiga lokasi samyel berdasarkan ketinggian yang berbeda. Berdasarkau karakteristik

yang ada, dirancang strategi pengembangan sapi potong dengan pendekatan sisiem d m

pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal.

Bahan da11 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai d m observasi

ke lokasi potensial di kabupaten Sumedang. Data yang dikumpulkan terdiri d s i 1) daic~

primer., yang diperoleh dari wawancara langsung terhadap peternak yang belyedoman

pada dafiar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. (2) dntn sekundel. peroleh dari

berbagai instansi terkait seperti Sub Dinas Petemakan, Dinas Pertanian Tanaman

Pangm, Dinas ;<ehutanan, Badan Pusat Statistik, Kantor Sapeda, Baiai Penelitiar~

Temak, perguruan tinggi, monograti desa, monografi kecamatan, I<CD/PPL dan

(135)

Prosednr dan Tahap Penelitian :

Pada tahap pertama dilakukan survai ke lokasi. Parameter yang diamati yaitu:

1. Jumlah d m jenis ternak terutama ruminansia pada setiap kecam

Sumedang

2. Produksi hijauan berdasarkan luas lahan pertmian, pangonan

produksi jerami padi serta limbah h&il ikutan tanaman palawija

3. E e r d ~ a r k ~ hasil yang diperoleh kemdian dianalisis potensi p

potong menurut ketersediaan lahan d m pakan pads masing-masing kecematan.

Bentuk persamhan yang digunakan untuk menghitung besamya potensi

pengembangan ternak sapi (Dirj~n Peternakan, 1985).

PM (SL) = Potens: maks~muln wilayah untuk ternak rununansla (ST) berdasarkal

sumberdaya lal~an pekarangan (FK), laha1 garapan (LG), hutan (H)

a" = daya tampung pekarangan (0 506 STka)

PK = luas pekarangan (ha)

b

*

= daya tampung lahan garapan (1 *.023 STil~a)

LG = Luas garapan tanaman pangan (ha)

*

= daya tampung hutan (1.391 STlha)

H = luas areal hutan (ha)

(136)

4 Kapas~tas peningkata~ ternak ruminansia berdasarlcan sumberdaya lahan

IU'PTR (SL) = PMSL- Pt

PL = Populasi ternak ruminansia yang ada (ST)

5 . Kapasitas peningkatan populasi temak berdasarkan sumberdaya kelu?~ga

KPPTRsIc = d. KK- Pt

IQPTRsl; = Kapasitas peningkatan populasi temak berdasarkan tenaga keluarga

d

*

= jumlah satuan ternak yang dapat digelihara satu keluarga petani

KK = Banyaknya kepala keluarga petani petemak

6. KPPTR Efektif = KPPTR (SL): jika KPPTR(SL) .-' ICPPTR (KK)

7 ICPPTR Efekt:f = KPPTR (KK). j ~ k a KPPTI:(KK) < KPPTR (SL)

8 Pela ~vllayah pengembangan seluruh kec'matan dl Kabupaten Sumedang

berdasarkan h a i l perhltungan potensi pengembangan sapi potong.

Tahap Kedua.

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap I, dilakukan penentuan wilayah

pengembangan sapi potong secarapzrlposive dengan me~npertimbangkan antara lain :

a. Referemi mengenai daerah prioritas pengemnbalgan temak dari berbagai hasil

penelitian

b. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang

(137)

Tahaprn pengumpular. data :

1. Penentuan vilayah secara purposive, terpilih tiga wilayah potensial untuk

pengembangan sapi potong berdasarkan ketinggian yang berbeda yaitu &camatan

Ujungjaya untuk ciataran rendah (0

-

100 M dpl), Situraja untuk dataran menengah

(100-500 h1 dpl), d m Tanjungsari untuk dataran tinggi (> 500 M dpl) .

2. Mengidentifikasi sistem usaha tani,,sistem pemeliharaan sapi potong dan faktor-

fakror yang berpengaruh terhadap produkivitas ternak sapi potong

3. Merancang strategi pengembangan sapi potong menggunakan peadekatan sistem

dan pema~liiatan sumbcrdaya lokal secara optimum pada, masing-masing

karakierislik wilayah berdaarkan hail analisis SWOT

Penentuan Respcnden

Penentuan jumlah responden sebagai sampel: dilakukai dengan "Simple

Random Sampling" yaitu sebesar 10-15 persen dari total pelemak sapi yang ada dari

setiap lokasi terpilih (Arikunto, 1989j. Dari hasil acak terpilih 118 responden yang

berasd dari . 1. Kecamatan Ujungjaya 38 reponden; 2. Kecamatan Siluraja 46

responden; dan 3. Kecamatan Tanjungsari 34 responden.

Pengukuran Bobot Hidup Sapi

Sapi sampel dipilih secara acak dari petani responden ymg memiliki temak sapi.

Sapi yang dian~ati dikelompokan menurut umur dan jenis kelamin sebagai berikut:

a. Anak sapi : Sapi lepa sapih maksimal umur satu tahun

b. Sapi muda : Sapi yang berumur lebih dari satu sampai tiga tahun

(138)

Data Primer d a n seltunder yang diltumpulkan meliputi :

1. Iceadaan geografis dan penduduk

2. Potensi wila~lah dari segi su~iiberdaya lahan, temak, dan tenaga kerja

3. Pengan7atan produktivitas ternak meliputi : Bobol hidup sapi prda berbagai tingkal

umur, tingkat kelahiran: tinykat kenlatian anak; tingkat kematim dewasa &i~-

pejantan: a k i r induk, afkir dara: ratio jantan dan betina, daya tampung lahan. dan

ketersediaan tenaga kerja.

Analisis Data

1 . Data yang diperoleh dari liasil penelitim ini akan ditabulasi d m

bentuk deskriptif.

2. Analisis SI\-01 dilaliukan terhadap data liasil observasi untuk In(

pengembangal sapi potong

3. Untuk mengesti~nasi populasi sapi dalani kurun \vaktu tellenti1 (

sebagai beri!;ul:

Model: Xt = XI-1

+

L1- M t - Pt - Et

Dimma;

Xt = Populasi 'akllir tahun 1 (ST)

Xt-1 = Populasi awal (ST)

Lt = Jumlah yang ldlir dalam tahun 1 (ST)

Mt = Jumlah pang mali dalam tahun t (ST)

Pt = Jumlah jfang dipotong dalam tahun t (ST)

Et = Jumlali pang dikeluarkan dala~n tahun t (ST)

(139)

HASIL DAN PEMBAKASAN

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Secara adrninistrasif, Kabupaten Sumedang dengan luas wi

atau 1.522,2 kmZ , terdiri atas 18 kecarr-atan dan termasuk wilayah Pr,

Wilayah ini terletak pada Garis Meridian 7' 50' Bujur Barat: 68'

1'23' Lintang Selatan dan 1'43'

int tang

Utara. Jarak ke kota propi dapat diternpuh dalam waktu 2

jam,

sedangkan ke Ibu Kota J&&r

200 ktn d m dapat ditempuh dalarn waktu 4 jm. Wilayah tersebut dit

-

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu da

-

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupalen Majalengka

-

Sebelah selalan berbatasan dengan Kabupaten Ga-ut

-

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung

Ketinggian Ternpat

Wilayah Kabupalen Sumedang nlempunpai bentuk topogra

mulai dari datar, berbukit sampai bergunung. Rincian pembagian wi

ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok Tempat di Atas Permukaan Laut (DPL)

ah 152.220 ha

nsi Jawa Barat.

Bujur Tirnur,

sekitar 35 km

~erjxak seki!ar

si oleh:

ubang

.ang bervariasi

h berdasarkan

Luas (Ha) 5.858,05 5.673,54 7.294,82 66.564,55 49.339,71 17.464,78 152.220,OO No 1 . 2. 3. 4. 5. 6.

Sumber : Badan Pusat Statislik Kabupaten Sumedang, 2000 Kelompok Ketinggian

25 - 50 meter dpl

51 - 75 meter dpl 76 - 100 meter dpl

101 - 500 meter dpl 501 - 1001 meter dpl

[image:139.595.81.516.214.798.2]
(140)

Kabupaten Sumedang mempulyai dua musim y,aitu musim hujan (Oktober-

Juni) dengan curah hujan 998-6500 mn~/tahahun dan musim kemarau (Juli-September)

dengan curah hujan 286-1300 d t a h u n . Temperatur udara berkisar antara 16 "C

sampai dengm 30 "C, atm rata-rata 23 O C , sedangkan kelembaban udara berkisar

antara 60%- 80% atau rata-rata 70% (BPS Kabupaten Sumedang, 2000)

Ketersediaan Lahan

Berdasarka~ tatagw-a khan: luas d'm uljenis penggunaan lahan di Kabupaten

Sumedang sebagai berikut: sa~vah 33.672 ha (22,12%) dan darat 118.548 ha (77,88%).

Luas da~.ljenis penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang disaiikan padaTabel4.

Tabel 4 Luas dan Jen~s Penggunaan Lahan dl Kabupaten Sumedang

Penduduli

Populas~ penduduk dl Kabupaten Sumedang pada tahun 2000 adalah 967.049 jiwa yang menghuni wilayah seluas 1.522,20 km2 , dengan tingkat kepadatan 635

Prosentase (%) 2.12

7

7.26 28.90 0,25 4,93 29,22

3,02

1

-

Jen~s Pensgunam

S avvah Pekarangan Ladeang/kebun Padang rumput Hutm rak!'at Hutan negara Derkebunan

]~wa/k,m~ Lqu pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumedang adalah 1,56 persen per 24

Lurj (ha)

33 672 11 060 44 041 375 7 504 44 473 4 592

-

-Total 152 220

[image:140.599.86.510.281.771.2]
(141)

tahun Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dl Kabupaten Sumedang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Penduduk Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok Umur

I

Kelompok Umur (th)

I

Jumlah (orang)

I

Persentme (%)

I

Jumlah usla produkilf dl Kabupaien Sumedang menduduk~ persentase iertlnggl 0 - 14

15 - 60

> 60

r

JXZ-

yaitu 62.52 % Hal mi dapat dijadikan sebaga~ salah satu Lekuatan dalam

pengembangan sapi potong di wilayah ini. Potensi ini didukung oleh lingginya Suinber BPS Kabupaten Sumedang. 2000)

255 204 604 600 107 245 967 049

persentase penduduk yang bekerja pada sektor peitanlan, yaiu sebesar 45.35% 26,39

62.52 11,09 IOO,OO

(203 816 orang), pegawadkruya\van 32.16% (144518 orang). dan profes~ la~nnya

lainnya sebesar 22,49%. Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahunberdasarkan jellis

pekerjaan digambarkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Klaslfikasi Penduduk Usla dl Alas 10 Tahun Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Persentase (%) Jeiiis bidang pekerjaan

Lain-lain

Jumlah

Jumlah (orang)

Sumber : BPS Kabupaten Sumedang, 2001.

70.353

449.425

15,65

[image:141.605.88.523.39.790.2]
(142)

Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian menempati urnt'an

tertiuggi, ha1 ini menggambarkan bahrva sebagian besar penduduk mempunyai mata

pencaharian di bidang pertmian. Potensi ini dapat dijadikan suatu kekuat'm yang

menduhung pe~_nembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang.

Tingkat pendidikan formal penduduk suatu wilaph &an menentukan laju

penyerapan ino\asl, perubahan pola p~kir, dan kepekaan terhadap perubahan soslal

lainnya (Wiriaatmadja, 1977). Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahun di Kabupaten

[image:142.608.111.531.91.569.2]

Sumedang menurut tingkar pendidikan diganbarkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah dan Persenlase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Fornial

bersekolab

I

Sekolah Dasar (SD)

I

SMTP

-

Tingkat Pendidikan

'Tidak/belum pernah

SMTA 20.305

Jumlah (Orang)

Dipl I

-

Universitas Tidak sekolah layi

Dari Tabel 7 terlihat bahxva tingkat pendidlkan formal penduduk Kabupaten Juinlah

Sumedang termasuk masih rendah. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk )$ang memiliki

ijasah berjumlah sek~tar 14%, sehmgga seleb~hnya sek~tar 86% adalah penduduk yang Sumber BPS Kabupalen Sumedang. 2001.

802 048

Gelundtidak dapat meneruskan sekolah. Rendahnya tingkat pendidikan ini berpengaruh 100,OO

terhadap lalu penverapan i n o ~ ~ ~ ~ teknologl

(143)

Sumberdaya temalc

Jenis tern& ruminansia yang ada dl Kabupaten Surnedang antara lain sapi

potong, sapi perah, kerbau, kuda, domba, dan kambing. Jumlah Populasi setiap ternak

di Kabupaten Sumedang disajikan pada Tabel 8.

Tsbel 8. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia di Kabupalen Sumedang

D a r ~ Tabel 8 terllhat bahwa populasi sap1 potong menempall m t a n ke dua Jenls ternak Sap1 potong Sap1 perah Icerbau Kalnblng Domba Kuda Jumlah

setelah tern& domba. Dengan demikian jenis tern& ini cukup berkembang dan sesuai Jumlah (ekor)

28 627

32 691 169 853

240 140

dengan hngkungan serta sos~al ekonomi masyarakat petan1 dl Kabupaten Sumedang $umber Sub Dlnas Peternakan Kabupaten Sumedang. 2000

I

Dl Java Earat, populasl sap1 potong yang tertlnggi terdapat dl Kabupaten Sumedang

yallu sekitar 18,28%, sehlngga daerah ml dlsebut daerah kantung ternak sal~i potong dl

Jawa Barat (Dlnas Peternakan, 2000)

Pote~lsi Ketersediaan Sumberdaya Lahan dan Tenaga Kerja

di Kabupaten Sumedang

Potensi pengembangan peternakan pada suatu wilayah dapat diulrur dengan cara

menghitung ketersediaan bahan p&an yang meliputi hijauan y p g berasal dari

(144)

pekarangm: perkebunan, limbah pertanian d m industti. Ketersedia& tenaga kerja

dlperoleh berdasarkan jurnlah petani petani ternak dikalikan dengan kemampuan

petani ternr& untuk memelihara sejumlah sapi potong dalam suatu keluarga (Dirjen

Peternakan, 1998). Data hail perhitungan potensi pengembangan petemakan lisp

Lecamatan dl Kabupaten Sumedang dapat dillhat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kapasitas Pningkatan Tenlak Ruminmsia pada Tiap-tiap Kecamatan di Kslbupaten Sumedang. JSPPTR SD lahan 12.131,7 4.986,2 6.588,9 5.103,5 8.144,4 1.479,2 3.431,4 5.153,9 8.001,6 9.867,O 11.305,4 11.523,9 9.601,9 1.479,7 20.116,8 8.529,O 7.397,l 5.368,5

---

No Kecamatan

T-Temz-

--

Tenaga

1 Sumedang Selatan

2 Surnedang Utara

3 Cirnalaka

4 Tanjungkerta

5 Tanjungsari 6 Cikeruh

7 Cimanggung

8 Rancakalong

9 Darmaraja

10 Situraja

11 Wado

12 Cadasngampar

13 Conggeang

14 Paseh

15 Buahdua

16 Tomo

17 Ujungjaya

18 Cibugel

Potensi pengembangan petemakan masing-masing kecamatb di Kabupaten

Sumedang berdasarkan potensi sumberdaya lahan dan tenaga kerja dapat dilihat pada

Tabel 7. Daerah yang mempunyai potensi pengembangan efektif terlinggi ada!ah

Kecamatan Buahdua dengan nilai 12.718,2 ST yang diambil berdasarkan potensi

tenaga kerja. Daerah ini ditunjang oleh potensi pengembangan sumnberdaya lahan yang Besar (ST) 1.340:7 1.481,6 l.OC18~1 3.517,8 7.097,7 936:9 1.345:O 2.229,l 2.372:3 3.860,2 3.320,7 3.409,2 3.031,7 1.185,2 958,6 675,7 2.439,6 1.302,7

[image:144.608.94.524.82.813.2]
(145)

asuk petem&an

I

trnggr yartu 20.116,0 ST. Hal lam yang merupakan faktor pendukung adalah

n

5.

12 tE :a 11 I dijadikanya daerah ini sebagai wilayah budidaya lahan kering terr

menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedaq

Daerah lain yang mempunyai KPPTR-efektif tinggi ac

Sumedang Selatan dengan nilai !2.131,7 ST yang berasal dari po

Man. tetapi daerah ini tidak ,&an dijadikan wilayah pengembang

ditetapkan sebazai daerah suaka dam, resapan air dan pariwisata

Kabupaten Sumedang. Kecmatan Situraja dan Conggeang mempt

efektif cukup tinggi setelah Kecamatan Buahdua yaitu 9.867,l ST

Reernpat kecamatan tersebutdi atas mempunyai potensi sangat besiu

ketinggiatl 100-500 m dpl sehingga terinasuk dataran sedat~g.

Selanjutnya, daerah yang mempunyai potensi besar se

pegeinbangan sapi potong adalah Kecatnatan Tanjungsari yang mem

lahan 8.144.4 ST. Daerah ini mempunyai luas wilayah paling besar

dataran tinggi dengan ketinggian > 500 m dpl, temperalur sangat I

pertumbuhan berbagai jenis temak termasuk sapi perah. Selai~

rnerupakan penghasil tanaman horiikultura dan palawija sehingg;

pertaian cukup tersedia sepanjang tahun.

Kecamatan Ujungjajja adalah daerah selanjutnya yang mr

sebagai pendukung pengembangan peternakan sapi potong dengan

Daerah ini berada pada ketinggian 40 m dpl sehingga terinasuk 1

dataran rendah dan dicanangkan sebagai daerah budidaya lallan

budidaya ternak dalam tata mang wilayah Kabupaten Sumedang.

:nsi sumberdaya

n temalc karena

menurut RUTR

iyai nilai KPPR-

ian 9.601,2 ST.

dan berada pada

agai penunjang

iki aaia dukung

dan berada pada

lendukung untuk

itu daerah ini

potensi limbah

npunyai potensi

~ilai 7.397,2 ST.

: dalam wilayah

(146)

PETA POTENSI PENGEMBANGAN SAP1 POTOMG Dl ICAEUPATEN SUMEDANG

Majalengka

01. Sumedang Selatan

02. Surnedang Utara

03. Cirnalaka 04. Tanjungkerta

05. Tanjungsari

06. Cikeruh

07. Cirnanggung

08. Rancakalong

09. Darmaraja

10. Situraja

I I. Wudo

12. Cadasngampar

13. Congeang 14. Paseh

15. Buahdua

16. Tomo

17. Ujungjayn

(147)

Wilayd~ kecamatan lainnya masih mempunyai potensi untuk pengembangan

temak, nanlun nilainya tidak besar seperti daerah-daerah tersebut di atas. Peta kapasitas

peningkatan ternak ruminansia berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan dan tenaga

kerja setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Sumedang dapat diliha? pada Gambar 1.

Ksrakteristik Umum Daewli Pene1iti;ln

,.

Berdasarkan ketinggian telnpat dari vermukaan laut maka ayah Kabupaten

Sumedang berada pada ketinggian antara 25 m dpl sampai deng > 1000 m dpl.

Perbedaan ketinggian tempat rersebut berdampak terhadap sistem usaha tani, sistem

produksi ternak: d m sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk melakukan pendekatan

dalam ~nenentukan pola pengembangan peternakan sa$i potong di Kabupaten

Sumedang, maka terlebih d<ahulu perlu diketahui karaktreristik sistem usaha tani,

sistem produksi temak dan sosial budaya masyarakat pada masing-mixing karakteristik

wilayah. Lokasi yang terpilih sebagai tempat pengambilan sampel petemakan adalah

Kecamatan Ujungjaya yang mewakili daerah dataran rendah (<I00 m dpl), Kecamatan

Siluraja mewakili daerah dataran sedang (100-500 m dpl), dan Kecamatan Tanjungsari

mewakili daerah dataran tinggi (> 500 m dpl). Selain itu ketiga lokasi penelitian

mempunyai KPPTR efektif besarnya hampir sama.

Daerah dataran rendah mempunya~ luas ~vllayah 81 km2 dengan jumlah

penduduk sebesar 28.006 jiwa, dengan kepadatan penduduk 348 jiwa/km2. Laju

perlambahan penduduk sebesar 0.88 dan berada dlbawah n11a1 laju pertambahan

(148)

pergeseran penggunaan lahan akibar berlambahnya penduduk terrnasuk l a b a t , dan in1

merupakan salah satu kekuatan yang menddung pengembangan sapi potong di daerah

[image:148.595.97.510.76.558.2]

ini. Gambaran keadaan umum daerah dataran rendah dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10. Kondlsi Umum Daerah Dataran Rendah

Karaltteristik L u a ~ Wilayah (km')

Jarak dari I b u Kota Propinsi (km)

Jumlah penduduk (jiwa)

Kepadaim penduduk (jiwa/kmn2) Ketinggian tempat (rn dpl) Jumlah sapi potong (ST)

Kepadatan sapi potong ( S T I ~ ~ ~ ) Suhu rata-rata ( "C )

Curah llujati (mndth) Jumlah hari hujm (hhlth) Vegetasi tanaman : (ha)

Perkebunan Hutan S a1vah

Padang rumput Frekuensi tanam padiltahun

Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut berpengaruh terhadap suhu dan

tekman udara, oleh karena itu ketinggian merupakan salah satu E&or penting dalanl

menentukan pola penggunaan tanah untuk perlanian khususnya petemak'm. Daerah

dataran rendah berada sekitar 40 m dpl, mempunyai topografi datar dengan temperatur

rata-rata 29 OC. Curah hujan cukup tinggi yaitu 1.645 mmlth. Kondisi ini masih berada

(149)
(150)

Gambaran umum mengenai karakteristik peternak sapi potcng di daerah dataran rendah

dapat dillhat pada Tabel 1 1.

Tahel 1 I Karaklerist~h Petemak Sap1 Potong dl Daerah Dataran Rendah

Karakteristik

Rataan umur petani temak ( th ) Tingkat Pendidikan (%)

s. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. S1,TP d. 2 SLTP

Tujuan Perneliharaan Sapi (%) a. Sebagai temak kerja b. Sebagsi tcrnak potong c. Ternak potong

+

kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah TK keluarga Pengalaman beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%)

Gambar

Grafik Pertumbulian Sapi di Lokasi Penelitian Berdasarlcan Umur dan
Tabel 2. Kalakteristik Reproduksi Sapi-sapi Lokal di Indonesia
Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Sumedang Berdasarkan Kelompok
Tabel 4 Luas dan Jen~s Penggunaan Lahan dl Kabupaten Sumedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Seksi Manajemen Rekayasa dan Kebutuhan Lalu Lintas mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang.. manajemen rekayasa

Dalam kaitan dengan upaya yang sedang dilakukan, para informan mengungkapkan bahwa hal yang paling penting adalah memahami komunikasi interpersonal, menempatkan baik orang tua

Persentase Penyusutan Berat Kom- pos dari Limbah Sayur dan Daun Jika dibandingkan antara ketiga perla- kuan dengan menggunakan bioaktivator dapat diketahui bahwa

Penyakit Saraf dan Otot adalah merupakan bagian dari penyakit saraf yang disebabkan terganggunya fungsi saraf tepi atau otot.. Untuk memahami penyakit tersebut perlu

Setelah total penerimaan dikurangi dengan total biaya maka diperoleh pendapatan tunai tanpa memperhitungkan biaya alat, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga

bahwa sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman

Teman-teman seperjuangan penulis ; Desy, Steffie, Bunga, Evelyn, Sandy, Bima, Anda, Alya, Nora, Mitha, Robby, dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberikan pendapat,

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan cemaran bakteri dalam kuah sate ayam semur pada berbagai perlakuan penyajian diukur berdasar tingkat kepadatan bakteri (TPC) dan