• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2010"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

i

BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KEMATIAN PERINATAL

DI KABUPATEN BATANG

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

Ummul Mahmudah NIM. 6450406534

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)

ii

ABSTRAK

Ummul Mahmudah.

Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010,

VI + 74 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 10 lampiran

Kematian perinatal adalah kematian janin pada usia kehamilan ≥28 minggu sampai dengan 7 hari pertama setelah bayi lahir dimana kematian perinatal mempunyai kontribusi terbesar pada angka kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu dan bayi apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode survei dengan rancangan penelitian kasus kontrol (case control study). Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang lahir mulai umur kehamilan ≥28 minggu atau lebih dari tujuh hari yang tinggal di wilayah Kabupaten Batang. Kasus adalah semua kejadian kematian perinatal yaitu bayi yang meninggal pada umur kehamilan sudah mencapai 28 minggu sampai bayi berumur 7 hari. Sampel berjumlah 47 kasus dan 47 kontrol yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder dari puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan rumus statistik uji chi-square (α = 0,05) dengan penentuan Odds Ratio (OR).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang adalah pendidikan ibu (p= 0,006, OR= 3,878), pengetahuan ibu (p= 0,013, OR= 2,843), paritas (p= 0,016, OR= 2,988), BBLR (p= 0,001, OR= 7,570), asfiksia (p= 0,001, OR= 2,270), dan kelainan kongenital (p= 0,003, OR= 2,205).

Saran yang diajukan adalah supaya ibu hamil aktif memeriksakan kehamilan kepada pelayanan kesehatan yang tersedia.

Kata Kunci : Kematian Perinatal

(3)

iii

ABSTRACT

Ummul Mahmudah.

Analysis of Maternal and Infant Factors Related with Perinatal Mortality Events in Batang Year 2010,

VI + 74 pages + 25 tables + 2 figures + 10 appendices

Perinatal deaths are fetal deaths at ≥ 28 weeks gestation until the first seven days after birth in which perinatal mortality has the largest contribution to infant mortality. The purpose of this study is to determine what factors are the mother and baby associated with the incidence of perinatal mortality in Batang.

This research is an analytical research with a survey method with case-control study. The population in this study is that all babies born alive from age more than seven days living in the area of Batang regency. Cases of perinatal death are all occurrences of a baby who died at the age of 28 weeks of pregnancy has reached up to 7 days old baby. The sample amounted to 47 cases and 47 controls obtained by using simple random sampling technique. The instrument used in this study are primary data and secondary. Primary data were obtained from interviews using questionnaires and secondary data from health centers and the Health Department Batang. Data obtained in this study were analyzed using a statistical formula chi-square test (α = 0.05) with determination of odds ratio (OR).

The result showed that significant risk factors that related to perinatal mortality evens are maternal education (p = 0.006, OR = 3.878), knowledge of mother (p = 0.013, OR = 2.843), parity (p = 0.016, OR = 2.988), LBW (p= 0.001, OR = 7.570), asphyxia (p= 0,001, OR= 2,270), and congenital abnormalities (p= 0,003, OR= 2,205).

Based on this research, the proposed suggestions for pregnant mothers to actively seek prenatal care to available health services.

Keywords : Perinatal mortality

(4)

iv

Mahmudah, NIM : 6450406534, dengan judul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010”

Pada hari : Rabu

Tanggal : 19 Januari 2011

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Sekretaris

Drs. H. Harry Pramono, M. Si Irwan Budiono, S. KM, M. Kes NIP. 19591019 198503 1 001 NIP. 19771227 200501 1 001

Dewan Penguji Tanggal persetujuan

Ketua Penguji 1. dr. Arulita Ika Fibriana, M. Kes NIP. 19740202 200112 2 001

Anggota Penguji 2. Widya Hary Cahyati, S.KM, M.Kes (Pembimbing Utama) NIP. 19771227 200501 2 001

(5)

v

 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusanmu yang

lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

(Q. S. Al Insyiroh: 7 - 8).

 Orang yang memiliki banyak ilmu maka ia lebih kaya dari pada banyak harta, dan

orang yang mewariskan ilmu kepada sesamanya maka ia lebih tinggi dari pada

mewariskan emas perhiasannya (penulis).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda (Bp. Tjahjono) dan ibunda

(Ibu Titik Murdiesti) tercinta yang

selalu menyayangi dan mengasihi ananda

2. Kakak (Arief Mufti. M) dan adikku

tersayang (A. Fahmi Huda),

3. Almamaterku Universitas Negeri

Semarang, khususnya Jurusan Ilmu

(6)

vi

sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Ibu dan Bayi Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010” dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Keberhasilan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry Pramono, M. Kes., atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas persetujuan penelitian.

3. Pembimbing I, Widya Hary Cahyati, SKM, M. Kes., atas bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing II, dr. Anik Setyo Wahyuningsih, atas bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

Johan Rudi Widhianto,M.Si., dalam urusan perijinan penelitian.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Dr. H. Budi Utomo Raharjo beserta staf dan jajarannya atas bantuan dalam urusan perijinan penelitian. 9. Kepala Puskesmas Kabupaten Batang beserta staf dan jajarannya atas

kerjasama dalam urusan perijinan dan pelaksanaan penelitian.

10. Masyarakat Kabupaten Batang atas bantuan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.

11. Ayah (Bp. Tjahjono), ibunda (Ibu Titik Murdiesti), kakak (Arief Mufti. M), serta adik (Ahmad Fahmi Huda) tercinta yang telah memberi dorongan dan bantuan baik materiil maupun spiritual.

12. Mas Huda yang telah tulus ikhlas memberi dorongan lahir dan batin saat semangat ini sudah mulai hilang.

13. Teman-teman Wisma Mutiara dan teman-teman seperjuangan (Hani, Devi, Aci, Eva dan Dwi) yang selalu menghibur serta membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dalam laporan ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, September 2010

(8)

viii

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Defini Kematian Perinatal ... 11

2.2 Penyebab Kematian Perinatal ... 12

2.3 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi. ... 14

2.4 Kerangka Teori... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Kerangka Konsep ... 33

3.2 Variabel Penelitian ... 34

3.3 Hipotesis Penelitian ... 35

(9)

ix

3.9 Teknik Pengolahan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang ... 48

4.2 Hasil Penelitian ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1 Pembahasan ... 62

5.2 Hambatan dan keterbatasan penelitian ... 71

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1 Simpulan ... 73

6.2 Saran ... 74

(10)

x

1.1 Keaslian Penelitian ... 8

1.2 Matriks Perbedaan Penelitian ... 9

2.1 Skor APGAR ... 21

3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 37

4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan ... 48

4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir ... 48

4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati, dan Lahir Hidup Berdasarkan Puskesmas Tahun 2009………...……… 49

4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu ... 50

4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu... 51

4.6 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu ... 51

4.7 Distribusi Responden menurut Paritas ... 52

4.8 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran... 52

4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan ... 53

4.10 Distribusi Responden menurut BBLR ... 53

4.11 Distribusi Responden menurut Asfiksia ... 54

4.12 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital ... 54

4.13 Tabulasi Silang Antara Umur Ibu dengan Kematian Perinatal ... 55

4.14 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu dengan Kematian Perinatal ... 56

4.15 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Ibu dengan Kematian Perinatal ... 57

4.16 Tabulasi Silang Antara Paritas dengan Kematian Perinatal ... 57

4.17 Tabulasi Silang Antara Jarak Antar Kelahiran dengan Kematian Perinatal 58 4.18 Tabulasi Silang Antara Penolong Persalinan dengan Kematian Perinatal 59 4.19 Tabulasi Silang Antara BBLR dengan Kematian Perinatal ... 59

(11)

xi

(12)

xii

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan menentukan tingggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan hidup, namun pada kenyataannya angka kematian perinatal masih tinggi. Angka tersebut sesungguhnya dapat dihindari dengan cara memberikan pelayanan kesehatan terutama pada pertolongan pertama persalinan (Manuaba, 1998: 15).

Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan dengan prioritas antara lain pada perbaikan tingkat kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan sebagai indeks pembangunan ekonomi, indikator kualitas hidup, dan komponen utama penentu angka harapan hidup suatu masyarakat. Bayi sebagai manusia yang baru lahir merupakan kelompok umur yang sangat rentan terhadap ketidakseimbangan berbagai faktor seperti faktor lingkungan dan sistem perawatan (Asnawi, 2005 dalam Ambarwati, 2007).

Kematian perinatal adalah jumlah lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama dalam hidupnya. Sedangkan yang disebut angka kematian perinatal

(14)

adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 kemudian dibagi jumlah bayi lahir-hidup dan lahir-mati pada tahun yang sama (Wiknjosastro, 2006: 786).

Pada tahun 2000, lebih dari 6.300.000 kematian perintal terjadi di seluruh dunia, dimana 75% kematian terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2006: 5). Angka kematian di Indonesia secara umum dari tahun ke tahun terjadi penurunan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) pada tahun 2007 diperoleh estimasi Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Hasil pengukuran angka SKDI tahun 2007 tersebut diperoleh AKB untuk periode tahun 2003-2007. Angka tersebut sedikit lebih menurun dibandingkan dengan tahun 2006 dari hasil pengukuran tahun 2002-2003 yaitu sebebsar 35 per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan AKB tersebut dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2008: 26).

Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survey yang menyeluruh. Angka yang ada ialah angka kematian perinatal di rumah sakit-rumah sakit besar yang pada umumnya berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1.000 kelahiran hidup. Angka-angka tersebut dapat lebih tinggi daripada kenyataan sebenarnya karena rumah sakit sebagai referral hospital untuk daerahnya menampung kasus-kasus dalam keadaan darurat di daerah itu (Wiknjosastro, 2006: 785).

(15)

kesehatan baik langsung maupun tidak langsung (Manuaba dalam Ambarwati, 2007: 3).

Angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah tahun 2006 dalam kurun waktu satu tahun sebesar 11,03 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 10,48 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2008 kembali mengalami penurunan sebesar 9,17% per 1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target yang diharapkan dalam MDG ( Millenium Development Goals) ke-4 tahun 2010 yaitu 17 per seribu kelahiran hidup, berarti angka kematian bayi di Propinsi Jawa Tengah sudah di bawah angka tersebut (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ambarwati pada tahun 2007 hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara paritas 95%, riwayat sakit 95%, kelengkapan pemeriksaan antenatal 95%, rujukan 95% dengan kejadian kematian perinatal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya empat faktor (paritas, riwayat sakit, kelengkapan pemeriksaan antenatal dan rujukan) yang mempengaruhi kejadian kematian perinatal di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga (Ambarwati, 2007: 52).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zubaidah pada tahun 2005 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, asfiksia, dan BBLR terhadap kejadian kematian perinatal. Tidak ada hubungan variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status keluarga, dan umur ibu terhadap kejadian kematian perinatal (Zubaidah, 2005).

(16)

Kabupaten Batang selalu mengalami kenaikan selama empat tahun terakhir.. Gambaran mengenai penyebab secara langsung kematian bayi di Kabupaten Batang pada tahun 2005 sebesar 12,85 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2006 naik menjadi 14,86 per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi pada tahun 2007 mengalami kenaikan lagi menjadi 17,38 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 21,30 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data dari Kabupaten Batang pada tahun 2009, kematian sebesar 198 kasus, dimana 135 kasus kematian perinatal, 15 kasus kematian neonatal, 48 kasus kematian bayi 1-12 bulan. Kematian bayi tersebut tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Batang. Penyebab kematian bayi pada tahun 2008 dan 2009 hampir sama, yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara pembuatan dan penggunaan metode kanguru yang sederhana dan tepat guna, serta belum terampilnya petugas kesehatan dalam manajemen asfiksia dan BBLR. Yang dimaksud dengan metode kangguru yang sederhana dan tepat guna yaitu malalui skin to skin, dimana kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu, dan dengan pembuatan boks menyerupai inkubator. Bagi petugas kesaehatan khusunya bidan hendaknya sudah mengikuti manajemen asfiksia dan BBLR, yaitu suatu program pemerintah yang berupa pelatihan tentang penanggulangan bagi bayi asfiksia dan BBLR (DKK Batang, 2009).

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Analisis faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan

(17)

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Permasalahan Umum

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah faktor ibu dan bayi apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?.

1.2.2 Permasalahan Khusus

Adapun masalah khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

2. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

3. Adakah hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

4. Adakah hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

5. Adakah hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

6. Adakah hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

(18)

8. Adakah hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

9. Adakah hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

4. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

5. Untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

(19)

7. Untuk mengetahui hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

8. Untuk mengetahui hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

9. Untuk mengetahui hubungan antara kelainan kongenital dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang

Memberikan informasi mengenai faktor ibu dan bayi yang berhubungan dengan kematian perinatal, sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program Dinas Kesehatan Kabupaten selanjutnya, khususnya bidang KIA.

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Memberikan tambahan pustaka tentang penyebab kematian perinatal.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak.

1.5 Keaslian Penelitian

(20)

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul/Peneliti/

Lokasi Penelitian

Tahun Desain Variabel Hasil

(21)

1.5.1 Perbedaan Penelitian

Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian

Perbedaan Suparjono Ambarwati Ummul

Mahmudah karakteristik ibu dan pelayanan kesehatan dengan kejadian kematian perinatal di Kecamatan Rembang ibu, paritas ibu, jarak antar kelahiran, ibu, pendidikan, paritas,

riwayat sakit,

(22)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batang.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli tahun 2010.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kematian Perinatal

Menurut Abdul Basri dalam Ambarwati (2006), istilah kematian perinatal pertama kali didefinisikan oleh seorang dokter ahli kesehatan anak berkebangsaan Jerman yaitu Pfaundler pada tahun 1936. Menurutnya, periode perinatal merupakan interval waktu sebelum, selama, dan sesudah saat kelahiran yang ditandai dengan kematian janin dan bayi baru lahir. Sementara itu seorang dokter ahli kesehatan anak berkebangsaan Austria Peller pada tahun 1965 menyatakan bahwa lahir mati dan kematian pada minggu pertama kehidupan dapat dianalisis secara statistik dan epidemiologis untuk menentukan penyebab kematian yang diduga sangat komplek dan multifaktor dengan tingkat pola yang bervariasi perbedaannya (Ambarwati, 2007: 1).

Kelahiran mati ialah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1.000 gram). Kematian perinatal dini adalah (early neonatal death) ialah kematian bayi dalam 7 hari pertama kehidupannya. Sedangkan yang disebut kematian perinatal (perinatal mortality) ialah jumlah bayi lahir mati dan kematian bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir (Wiknjosastro, 2006: 786).

Angka kematian perinatal ialah jumlah kematian perinatal dikalikan 1.000 dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. Perlu diperhatikan bahwa dalam definisi tersebut, WHO

(24)

menganjurkan untuk kelahiran hidup dan kelahiran mati berat badan minimum adalah 1.000 gram (Wiknjosastro, 2006: 786).

2.2 Penyebab Kematian Perinatal

Angka kematian perinatal dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan pada masa perinatal. Perbaikan dalam angka kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian pengawasan antenatal untuk semua wanita hamil dan dengan menemukan dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Untuk mengetahui sebab kematian kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat. Tetapi bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia, sehingga kematian janin dan neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik dan laboratorium (Wiknjosastro, 2006: 787).

Penyebab kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematian perinatal tidak banyak berbeda, yaitu faktor yang disebabkan oleh ibu dan faktor yang disebabkan oleh bayi.

2.2.1 Faktor Ibu yang Memperbesar Risiko Kematian Perinatal (High Risk Mother).

1. Status sosial ekonomi yang rendah 2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah

(25)

5. Tinggi badan ibu dan berat badan ibu (pengaruh kedua fator ini pada angka kematian perinatal di beberapa rumah sakit di Indonesia tidak jelas).

6. Kehamilan di luar perkawinan

7. Gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan

8. Ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan yang sebelumnya yang tidak baik, misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan kematian janin, kematian bayi dini, atau kelahiran bayi berat lahir rendah.

2.2.2 Faktor Bayi yang Mempertinggi Kematian Perinatal (High Risk Infans).

1. Bayi yang lahir dari kehamilan yang bersifat high risk 2. Bayi yang berat badan lahir kurang dari 2.500 gram 3. Bayi yang berat lahir lebih dari 4.000 gram

4. Bayi yang dilahirkan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42 minggu 5. Bayi yang berat badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut

masa kehamilannya (small for gestational age) 6. Bayi yang nilai APGARnya kurang dari 7

7. Bayi yang lahir dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran, atau kelainan kongenital

(26)

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kematian Bayi 2.3.1 Faktor Ibu

2.3.1.1Status Ekonomi

Faktor sosial ekonomi tidak berpengaruh langsung terhadap terjadinya kematian bayi, tetapi sosial ekonomi yang buruk akan mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik selama kehamilan. Keadaan sosial ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan malnutrisi dan bermacam-macam penyakit infeksi seperti malaria, cacingan, dan tuberkulosis (Manuaba, 1998).

2.3.1.2Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu tidak berpengaruh secara langsung terhadap kematian bayi, akan tetapi akan berpengaruh terhadap kesadaran ibu dalam memanfaatkan sarana kesehatan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan kewaspadaannya dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan yang mungkin dijumpai selama kehamilan. Tingkat pendidikan ibu juga bisa mempengaruhi kepercayaan dan kebiasaan ibu, serta perhatian dan perawatan terhadap dirinya dan bayinya (Manuaba, 1998). Hasil penelitian Simbolon (2006) menyatakan bahwa probabilitas kelangsungan hidup bayi lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 98,38%.

2.3.1.3Umur Ibu

(27)

komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun seorang ibu sudah mulai dihinggapi berbagai macam penyakit ditambah dengan menurunnya kekuatan ibu untuk melakukan proses persalinan bayi karena faktor usia maupun penyakit yang dideritanya (Manuaba, 1998: 36).

Raymond dkk (1994) menyatakan bahwa usia lanjut (≥35 tahun) akan meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi mati. Cattingius dkk (1993) juga menyatakan bahwa umur ibu yang semakin lanjut (≥35 tahun) memiliki risiko untuk melahirkan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Hasil penelitian Adimoelja (2004), pada periode 1 Januari 2002–31 Desember 2003 di Rumah Sakit Umum Pusat Manado didapatkan angka kematian perinatal yang tinggi pada kelompok umur < 20 tahun dan ≥ 40 tahun, masing-masing 67,34% dan 64,52% (Ambarwati, 2006: 22).

2.3.1.4Pengetahuan Ibu

(28)

2.3.1.5Paritas

Seorang ibu yang sudah mempunyai empat anak atau lebih dan menjadi hamil lagi keadaan kesehatannya sudah tampak menurun dan sering mengalami kurang darah (anemia). Selama hamil sering terjadi perdarahan jalan lahir dan letak bayi sungsang atau melintang. Akibat keadaan tersebut maka persalinan menjadi sulit dan lama, bahkan mengalami perdarahan dan infeksi. Paritas di atas lima merupakan faktor risiko penyebab kematian perinatal (Manuaba, 1998: 333). Menurut Lubis dalam Ambarwati menyatakan bahwa paritas berkaitan dengan jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu. Jumlah kelahiran yang berhubungan dengan terjadinya risiko kematian ibu adalah kelahiran lebih dari empat. Kelahiran pertama pada umumnya mempunyai risiko relatif tinggi karena dipengaruhi oleh kemungkinan adanya kelemahan atau kelainan-kelainan bawaan dari ibu. Kelahiran ke dua dan ke tiga adalah yang paling kurang risikonya. Mulai kelahiran keempat risiko kematian akan meningkat termasuk kelahiran-kelahiran berikutnya (Lubis dalam Ambarwati, 2006: 22).

2.3.1.6Jarak Antar Kelahiran

Pembatasan kelahiran dan membuat jarak kelahiran paling sedikit 2 tahun baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut terlihat sehat dan berisiko rendah.

2.3.1.7Hamil dengan Penyakit

(29)

timbul selama kehamilan itu sendiri. Penyakit yang menyertai antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru, infeksi, dan penyakit endokrin (Wiknjosastro, 1999).

2.3.1.8Hamil dengan Komplikasi

Beberapa wanita ada kemungkinan mengalami penyimpangan dalam perjalanan kehamilannya. Komplikasi yang dapat dialami wanita hamil dibagi sesuai masa kehamilannya yaitu pada kehamilan muda atau kehamilan trimester ketiga (Manuaba, 1999).

2.3.1.9Komplikasi Persalinan

Komplikasi dalam persalinan antara lain : 1) Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Makin lama periode laten makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998: 228).

2) Pre-eklampsi / Eklampsi

(30)

ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak (Wiknjosastro, 2006: 241).

Pre-eklampsi dikatakan berat jika satu atau lebih tanda atau gejala di bawah ini ditemukan :

(1) Tekanan sistolik ≥ 160 mm Hg atau lebih atau tekanan diastolik ≥ 110 mm Hg atau lebih.

(2) Proteinuria lebih 5 g/ 24 jam 4 + pada pemeriksaan kualitatif. (3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/ 24 jam. (4) Kenaikan kadar kreatinin plasma

(5) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.

(6) Edema paru-paru atau sianosis.

(7) Trombositopenia berat, < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

(8) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat (Wiknjosastro, 2008: 545).

3) Kala II Tak Maju

(31)

4) Persalinan Lama

Persalinan pada primigravida (kehamilan pertama) umumnya berlangsung dalam waktu 18-20 jam dan pada multigravida (kehamilan lebih dari satu) selama 12-14 jam, mereka yang lebih lama dari 24 jam disebut persalinan lama. Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut telah dapat mengganggu aliran darah menuju janin, sehingga janin dalam rahim menjadi dalam situasi yang berbahaya (Manuaba, 1998: 292).

5) Perlukaan Kelahiran dalam Persalinan

Persalinan selalu memberikan perlukaan pada bayi akibat kelahiran. Perlukaan ini diantaranya adalah cephalhematoma yang terjadi akibat persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan cunam (Manuaba,1998: 320).

2.3.2 Faktor Bayi

2.3.2.1 Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum menurut Manuaba (1998) merupakan suatu keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam

kehidupan lebih lanjut. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis.

(32)

berkurang. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah :

1. Faktor Ibu

- Preeklamsia dan eklamsia. - Perdarahan abnormal.

- Partus lama atau partus macet. - Demam selama persalinan.

- Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).

- Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan ibu). - Penyakit ibu.

2. Faktor Tali Pusat - Lilitan tali pusat. - Tali pusat pendek. - Simpul tali pusat. - Prolapsus tali pusat. 3. Faktor Bayi

- Bayi prematur (sebelum 37 minggu umur kehamilan). - Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar). - Kelainan bawaan (kongenital).

- Air ketuban bercampur mekonium (berwarna hijau) (JNPK-KR/POGI, 2007: 108).

(33)

asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha napas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi terhadap rangsangan (response to stimuli). Skor APGAR biasanya dinilai satu menit setelah bayi lahir yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik, serta telah dilakukan penghisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR satu menit pertama menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi, sedangkan skor APGAR yang dinilai setelah lima menit bayi lahir mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Wiknjosastro, 1999). Adapun tabel skor APGAR adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Skor APGAR

0 1 2 NA

Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimace

(reaksi rangsangan)

Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace)

Batuk/bersin

Activity (tonus otot)

Tidak ada Ekstremitas dalam sedikit fleksi

Gerakan aktif Respiration

(pernapasan)

Tidak ada Lemah/tidak teratur

Baik/menangis

Jumlah Sumber : Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keempat, 1999.

Catatan :

NA 1 menit lebih/sama dengan tidak perlu resusitasi NA 1 menit 4 – 6 bag and mask ventilation

(34)

Atas dasar pengalaman klinis asfiksia neonatorum dapat dibagi : 1) Vigorous baby, skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan

tidak memerlukan tindakan istimewa.

2) Mild moderate asfiksia (asfiksia sedang), skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

3) Asfiksia berat, skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada (Wiknjosastro, 1999).

2.3.2.2 Berat Badan Lahir

Berat badan bayi baru lahir pada saat kelahiran dicatat. Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram disebabkan umur kelahiran kurang dari 37 mingggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya.

Pembagian kehamilan menurut WHO 1979 adalah sebagai berikut : - Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari).

- Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu (259-293). - Post-term : umur hamil di atas 42 minggu (294 hari).

(35)

1. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan

Semua bayi yang lahir dengan berat badan yang sama atau kurang dari 2.500 gram disebut bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dikelompokkan sebagai berikut :

1) Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.000 gram.

2) Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram.

3) Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1.500 - 2.500 gram.

2. Klasifikasi Berdasarkan Umur Kehamilan

1) Bayi premature (preterm), adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu.

2) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi yang lahir dengan umur 38-42 minggu.

3) Bayi lebih bulan (posterm), adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.

3. Klasifikasi Berdasarkan Umur dan Berat Badan

(36)

2) Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau appropriate for gestation age (AGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan sesuai

dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.

3) Bayi besar untuk masa kehamilan atau large for gestation age (LGA), yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak di atas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intrauterin.

4) Prematuritas murni, adalah bayi yang mempunyai masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai dengan masa gestasinya atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilannya (NKB-SMK).

5) Dismaturitas, adalah bayi lahir dengan berat badan lahir kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Bayi mengalami retardasi intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Wiknjosastro, 2006: 781).

2.3.2.3Kelainan Kongenital/ Bawaan

(37)

kelainan kongenital seringkali didasarkan atas ditemukannya kelainan pada bentuk tubuh dan struktur organ janin (Wiknjosastro, 2008: 261).

Menurut Manuaba (1998), kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati, atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama, dan dapat mencapai kehidupan yang lebih besar, karena itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk mengetahui kelainan kongenital diantaranya dengan pemeriksaan Ultra Sonografi (USG), pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan darah janin.

Faktor penyebab langsung kelainan kongenital seringkali sukar diketahui, sekitar 40% tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: faktor genetik, kromosom, infeksi, faktor ibu, faktor mekanik dan lingkungan, atau gabungan dari berbagai faktor secara bersama-sama sehingga bersifat multifaktor. Kelainan kongenital yang sering dijumpai antara lain :

1) Anensefali, tidak terbentuk otak/kepala janin sehingga bentuk janin seperti kodok.

2) Kelainan fungsi jaringan organ tubuh : spina bifida, labioskizis, palatoskizis, labiopalatoskizis.

3) Gangguan pembentukan alat tubuh : atresia ani, atresia vagina, gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis.

4) Hipospadia adalah saluran kemih yang tidak terbentuk pada tempatnya, biasanya di bagian bawah penis.

(38)

Dilihat dari pertumbuhan organ tubuh, kelainan kongenital dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :

1) Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ, termasuk dalam golongan ini adalah tidak terbentuknya organ atau sebagian organ.

2) Gangguan penyatuan atau fungsi jaringan tubuh, misalnya labiognatopalatoskizis, spina bifida.

3) Gangguan diferensiasi organ, misalnya sindaktili dan ginjal tapal kuda. 4) Gangguan menghilangnya atau berkurangnya jaringan yang seharusnya

hilang pada pertumbuhan normal, misalnya hernia inguinalis persisten. 5) Gangguan invaginasi jaringan, misalnya atresia ani, atresia vagina. 6) Gangguan migrasi suatu alat, contohnya adalah testis tidak turun, mal

rotasi usus.

7) Gangguan pembentukan saluran, misalnya hipospadia, atresia esophagus (Manuaba, 1998 : 322).

2.3.2.4 Infeksi Neonatorum

(39)

Infeksi pada neonatus menurut Wiknjosastro (2007) dapat melalui beberapa cara antara lain :

1. Infeksi intra uterine

Infeksi intra uterine yang banyak terjadi adalah infeksi transplasenter melalui saluran darah. Secara teoritis dapat pula melalui jalan lain, yaitu melalui :

1) Ruang peritoneum menuju tuba dan kemudian uterus 2) Dinding uterus yang mengalami infeksi

3) Naik ke atas dari vagina melalui kulit ketuban yang pecah ataupun masih utuh dan melalui antara kulit ketuban dan dinding uterus. Infeksi intra uterine oleh bakteri atau virus dapat berlangsung dengan gejala atau tidak.

2. Infeksi selama partus

Sebagian akan berhubungan dengan bakteri atau toksinnya apabila bayi melalui vagina. Bakteri yang ditemukan adalah stafilokokus, difteri, bakteri an aerob, dan jarang E.coli. Flora di vagina akan berubah apabila selama persalinan ibu diberikan antibiotika. Pemberian ampicillin akan mematikan semua streptokokus, E.coli, dan proteus berkurang, sedangkan klebsiella dan lain bakteri gram negatif akan masih tetap hidup dalam jumlah besar.

Listeria monocytogenis dan gonokokus yang melekat pada luka

(40)

yang patogen dapat memberikan infeksi pada bayinya dan ibunya sendiri mungkin tidak menderita sakit.

3. Infeksi postnatal (bayi berada di luar kandungan)

Bayi sesudah lahir akan dipengaruhi oleh keadaan yang ada di sekitarnya yang merupakan sumber infeksi, antara lain :

1) Tangan yang merawat bayi.

2) Alat-alat yang berhubungan dengan cairan : alat resusitasi, alat pembantu pernafasan, isap lendir.

3) Minum dan obat-obatan yang kurang memperhatikan kebersihan. 4. Infeksi sebelum dan waktu lahir

Ibu yang sakit waktu hamil, bayi yang dilahirkan akan menderita sakit pula. Banyak terjadi pada infeksi intra uterine, ibu tidak nampak menderita sakit, diagnosis ibu baru ditemukan setelah bayi lahir abortus, preterm atau meninggal waktu lahir. Infeksi yang terjadi baik sebelum maupun waktu persalinan disebabkan oleh gonokokus, kandida albikan, herpes virus hominis, bakteri usus, dan cytomegali. Infeksi bakteri yang terjadi waktu bayi melalui jalan lahir, kadang-kadang dapat berkembang menjadi sepsis yang berat, dapat menyebabkan kematian bayi dalam waktu 48 jam.

2.3.3 Faktor Pelayanan Kesehatan 2.3.3.1Perawatan Antenatal

(41)

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu: membangun rasa percaya antara ibu dan petugas kesehatan, terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi, memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya, mengidentifikasi kehamilan risiko tinggi, dan memberikan pendidikan kesehatan yang deperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan (Wiknjosastro, 2008: 278).

Pemeriksaan kehamilan yang baik adalah apabila diperiksa pada tenaga kesehatan yang terlatih sejak dini dan dilakukan secara teratur karena akan terdeteksi masalah kesehatan dan implikasinya. Sesuai dengan anjuran Depkes RI (1999), pada triwulan I (konsepsi tiga bulan) minimal 1 kali ibu memeriksakan diri, triwulan II (4 – 6 bulan) minimal 1 kali, sedangkan triwulan III (7 – 9 bulan) minimal 2 kali memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Hasil penelitian Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa responden yang tidak lengkap pemeriksaan antenatal mempunyai risiko 4,037 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan ibu yang lengkap pemeriksaan antenatal (Ambarwati, 2006).

2.3.3.2Penolong Persalinan

(42)

penanganan kasus obstetri. Hasil penelitian Alisjahbana dalam Ambarwati (2006) menunjukkan bahwa hampir 90% persalinan berlangsung di rumah dan 80-90% persalinan ditolong oleh tenaga tidak terlatih. Faktor ini dapat mempengaruhi produk kehamilan dan kelangsungan hidup bayi. Pertolongan oleh dukun menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal (Manuaba, 1998: 19).

2.3.3.3Rujukan

Merupakan suatu sisitem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horisontal maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian (Wiknjosatro, 2008: 31).

Indikasi rujukan harus mulai dipikirkan sejak bayi dalam kandungan, oleh karena tindakan penanganan kehamilan risiko tinggi maupun tindakan dan penanganan penyulit/ komplikasi persalinan yang kurang memadai akan sangat berpengaruh terhadap hidup bayi sehingga terhindar dari kematian pada masa neonatal. Rujukan bukanlah berarti satu kekurangan, tetapi satu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kepentingan masyarakat. Kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal (Manuaba,1998: 22).

Tanda-tanda/ kondisi bayi baru lahir yang perlu dirujuk (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006), yaitu :

(43)

3. Tangan dan kaki bayi teraba dingin.

4. Bayi mengalami gangguan kesulitan bernafas (asfiksia). 5. Bayi mengalami perdarahan.

6. Bayi mengalami kejang-kejang.

7. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare, atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit.

(44)

2.4 KerangkaTeori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal

Sumber : Modifikasi Manuaba (1998: 333) dan Wiknjosastro (2006).

FAKTOR IBU :

1. Sosial :

- Pendidikan rendah - Status ekonomi rendah 2. Umur ≤ 20 tahun atau ≥

35 tahun

3. Paritas di atas 4 4. Jarak antar kelahiran 5. Hamil dengan penyakit

- Hipertensi 6. Hamil dengan komplikasi 7. Komplikasi persalinan

- Kehamilan ganda - Perdarahan

- Ketuban Pecah Dini - Pre-eklamsi/Eklamsi - Perlukaan kelahiran

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status ekonomi, perawatan antenatal, jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan, dan tempat persalinan.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Variabel Perancu

Kematian perinatal 1. Faktor Ibu:

- Umur ibu

- Pendidikan ibu

- Pengetahuan ibu

- Paritas

- Jarak antar kehamilan

- Penolong persalinan 2. Faktor Bayi:

- Asfiksia

- BBLR

- Kelainan kongenital

- Status ekonomi

- Perawatan antenatal

- Jarak tempat tinggal ke pelayanan kesehatan

(46)

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 38).

Varibel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat, dan variabel perancu.

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas atau disebut sebagai variable independent adalah varibel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent) (Sugiyono, 2008: 39).

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu, umur ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, paritas, jarak antar kelahiran, penolong persalinan, BBLR, asfiksia, dan kelainan kongenital.

3.2.2 Variabel Tetikat

(47)

3.2.3 Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu bukan merupakan variabel bebas tetapi mempengaruhi timbulnya kejadian pada variabel terikat (Suharsimi Arikunto, 2006: 123).

Yang termasuk variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah status ekonomi ibu, perawatan antenatal, jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan. Variabel pengganggu dalam penelitian ini sudah dikendalikan, yaitu dengan:

1. Satatus ekonomi ibu dalam penelitian ini dianggap sama atau disetarakan. 2. Cakupan perawatan antenatal yang meliputi K1 dan K4 di Kabupaten

Batang sudah mencapai target. Cakupan K1 tahun 2009 adalah 102,56% (target 100%), sedangkan K4 92,78% (target 92%).

3. Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan disetarakan karena hampir seluruh tempat tinggal responden dekat dengan pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan tempat praktek bidan desa setempat.

3.3 Hipotesis Penelitian 3.2.1 Hipotesis Mayor

(48)

3.2.2 Hipotesis Minor

1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

4. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

5. Ada hubungan antara jarak antar kehamilan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

6. Ada hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

7. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

8. Ada hubungan antara asfiksia dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

(49)

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran. 3.3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Tabel 3.1.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Cara

Pengukuran

Kategori Skala

Variabel Bebas :

Umur ibu Umur ibu pada saat persalinan yang dihitung dengan tahun (Manuaba, 1998: 36). formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh ibu.

Pemahaman ibu tentang materi mengenai masalah kehamilan dan persalinan yang didapat dari sejumlah pertanyaan.

Wawancara dengan kuesioner

1. Rendah (Skor <17) 2.Tinggi (Skor ≥17) (Agus Irianto, 2004)

Ordinal

Paritas Jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu

(50)

Penolong persalinan

Orang yang membantu proses persalinan pada saat melahirkan (dokter, bidan, atau dukun). 2. Tenaga kesehatan

Nominal

BBLR Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.

Kuesioner tidak dapat bernafas spontan dan teratur,

pertumbuhan janin yang terjadi sejak kehidupan konsepsi selama dalam kandungan.

Kuesioner dan data sekunder

1. Mengalami kelainan kongenital

Jumlah kematian janin pada usia kehamilan ≥28 minggu sampai dengan 7 hari pertama setelah bayi lahir (Wiknjosastro, 2006:

3.5 Jenis Dan Rancangan Peneliti

(51)

pendidikan ibu, paritas, jarak antar kehamilan, penolong persalinan, BBLR, asfiksia, kelainan kongenital, dan yang menjadi variabel terikat adalah kematian perinatal.

Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan kasus kontrol yaitu penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara bayi yang mengalami kematian perinatal yaitu kematian bayi pada umur kehamilan 28 bulan sampai 7 hari setelah lahir (kelompok kasus) dan bayi yang lahir hidup (kelompok kontrol), kemudian secara retrospektif diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kasus mengalami kematian perinatal, sedang kontrol tidak mengalami kematian perinatal (Sudigdo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002:111).

3.6 Populasi Dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi penelitian terdiri dari populasi kasus dan populasi kontrol yang selanjutnya akan diambil sebagai sampel penelitian.

3.5.1.1 Populasi Kasus

(52)

3.5.1.2 Populasi Kontrol

Populasi kontrol pada penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi hidup yang tidak mengalami kematian perinatal selama periode bulan Januari s.d Desember tahun 2009.

3.5.2 Sampel

Sampel penelitian dalam peneliti ini adalah simple random sampling, yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 85). Pemilihan anggota atau unit dilakukan dengan sistem undian (Suharsimi Arikunto, 2006: 136). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol.

3.5.2.1Sampel Kasus

Sampel kasus pada penelitian ini yaitu kasus kematian perinatal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kasus, sebagai berikut:

3.5.2.1.1 Kriteria Inklusi

1. Responden yang bersedia melakukan perawatan antenatal pada pelayanan kesehatan yang tersedia.

2. Responden yang jarak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh pelayanan kesehatan.

3. Tercatat dalam data kematian perinatal. 4. Bersedia untuk diteliti.

3.5.2.1.2 Kriteria Eksklusi

(53)

3.5.2.2 Sampel Kontrol

Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi kontrol yang terpilih dalam seleksi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kontrol, sebagai berikut:

3.5.2.2.1 Kriteria Inklusi

1. Responden yang bayinya tidak mengalami kematian perinatal di Kabupaten Batang selama periode bulan Januari s.d Desember tahun 2009.

2. Bertempat tinggal dan berada di Kabupaten Batang pada saat penelitian.

3. Berada dalam satu wilayah Puskesmas dengan kelompok kasus. 3.5.2.2.2 Kriteria Eksklusi

1. Telah pindah dari Kabupaten Batang. 2. Tidak bersedia mengikuti penelitian.

3.5.3 Besar Sampel

Besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah dihitung dengan rumus Sudigdo Sostroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002: 277).

(54)

nilai OR yaitu 3,769 nilai Q1 0,223 nilai Q2 0,519 nilai P =

n Perluasan besar sampel minimal

1

P Proporsi paparan pada kelompok kasus P2 Proporsi paparan pada kelompok kontrol

Z Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan ( α = 0,05 yaitu 1,960)

Z Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa sebesar yang diinginkan ( sebesar 80% yaitu 0,842)

OR = Odd Ratio

Odd ratio dipertimbangkan menurut data rujukan dari penelitian terdahulu yang hampir sama, namun jika tidak diperoleh maka odd ratio dapat dipertimbangkan menurut perkiraan yang sesuai untuk penelitian yang akan dilaksanakan (Sudigdo, 2002: 87).

(55)

Perhitungan : perbandingan 1 : 1 sehingga sampel yang diamati sebanyak 94.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 2002:136). Instrumen dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari reponden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

(56)

3.8 Validitas dan Reliabilitas 3.7.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Soekidjo, 2005: 129).

3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo, 2005: 133).

Reliabilitas menunjukkan bahwa pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut cukup baik (Suharsimi, 2002:154). Metode pengujiannya menggunakan rumus alpha memakai program SPSS versi 16 for Windows.

3.9 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan dan analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.8.1 Editing

(57)

3.8.2 Koding

Data yang dikumpulkan dapat berupa angka, kalimat pendek atau panjang. Sehingga dengan demikian untuk memudahkan analisis, maka jawaban-jawaban tersebut perlu diberi kode.

3.8.3 Entri

Data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer (SPSS versi 16) untuk selanjutnya akan diolah.

3.8.4 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

3.8.4.1Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Hasil analisis ini berupa distribusi dan prosentase pada setiap variabel.

3.8.4.2Analisis Bivariat

(58)

Untuk mengetahui estimasi risiko relatif, digunakan Ood Ratio (OR) dengan tabel 2x2 dan rumus sebagai berikut:

(OR) = {α /(α + b) : b /(α + b)}/{c/(c + d) : d /(c + d)} = a/b:c/d = ad/bc

Keterangan:

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Batang 4.1.1 Keadaan Geografi Kabupaten Batang

Kabupaten Batang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang berada di jalur pantura Pulau Jawa, terletak pada antara 60 51”46’’ dan 7011’47’’ Lintang Selatan dan antara 1090 40’’19” dan 1100 03”06’’ Bujur Timur. Batas -batas wilayah Kabupaten Batang adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Kabupaten Kendal

Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan

Luas wilayah Kabupaten Batang sebesar 788,64 km2 terdiri dari 15 kecamatan dan 248 desa/ kelurahan. Daerah terluas adalah Kecamatan Subah dengan luas 83,52 km2, atau sekitar 10,59% dari luas total Kabupaten Batang, sedangkan Kecamatan Warungasem merupakan daerah yang luasnya paling kecil di Kabupaten Batang, yaitu seluas 23,55 km2 atau sekitar 2,99%.

4.1.2 Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana kesehatan di Kabupaten Batang yang terbanyak adalah posyandu, polindes, dan puskesmas pembantu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

(60)

Tabel 4.1 Data Sarana Kesehatan Puskesmas dan Dinas kesehatan

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008

4.1.3 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir

Jumlah kematian perinatal Kabupaten Batang dari tahun 2005 sampai tahun 2008 selalu mengalami kenaikan. Jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Angka Kejadian Kematian Bayi Selama Empat Tahun Terakhir

No. Tahun Angka Kematian Bayi

1. 2005 12,85 per 1000 kelahiran hidup

2. 2006 14,86 per 1000 kelahiran hidup

3. 2007 17, 38 per 1000 kelahiran hidup

4. 2008 21,30 per 1000 kelahiran hidup

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Tahun 2008

No. Jenis Sarana Jumlah

1. Rumah Sakit 1

2. Puskesmas Rawat Jalan 16

3. Puskesmas Rawat Inap 5

4. Puskesmas Pembantu 44

5. Posyandu a. Pratama b. Madya c. Purnama d. Mandiri

443 152 540 18

6. Gedung Farmasi 1

7. Polindes 143

8. Rumah Bersalin 2

9. Balai Pengobatan 1

10. Apotik 10

11. Toko Obat 7

(61)

4.1.4 Data Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas

Kematian neonatal tersebar di 21 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Batang. Adapun data kematian neonatal, lahir mati, dan lahir hidup tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Kematian Neonatal, Lahir Mati dan Lahir Hidup Berdasarkan Puskesmas Tahun 2009

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Btang Tahun 2009

4.1.5 Karakteristik Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Batang

(62)

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel-variabel penelitian. Pada analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap-tiap variabel yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010.

4.2.1.1Distribusi Responden menurut Umur Ibu

Umur ibu waktu terjadi kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu umur yang berisiko tinggi (< 20 dan > 35) dan umur yang tidak berisiko rendah (20 - 35 tahun) terhadap kematian perinatal. Distribusi umur ibu dengan kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Responden menurut Umur Ibu

No. Umur Ibu Frekuensi Prosentase (%)

1. Risiko tinggi (<20th atau >35 th) 29 31%

2. Risiko rendah (20 – 35 tahun) 65 69%

Total 94 100%

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa prosentase pada kelompok kasus yang melahirkan pada umur risiko tinggi sebanyak 29 responden (31 %), sedangkan yang melahirkan dengan umur yang memiliki risiko rendah sebanyak 65 responden (69%). Dari hasil penelitian umur ibu yang paling muda adalah 17 tahun dan yang paling tua adalah 42 tahun.

4.2.1.2Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu

(63)

Distribusi pendidikan ibu dengan kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu

No. Pendidikan Ibu Frekuensi Prosentase (%)

1. Rendah 26 28%

2. Tinggi 68 72%

Total 94 100%

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan rendah sebanyak 26 responden (28%), sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 68 responden (72%). Responden yang berpendidikan paling rendah adalah tidak tamat SD, sedangkan yang paling tinggi adalah tingkat perguruan tinggi.

4.2.1.3Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu pada kematian perinatal dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan tinggi (skor ≥17) dan pengetahuan rendah (skor <17). Distribusi pengetahuan ibu dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Responden menurut Pengetahuan Ibu

No. Pengetahuan Ibu Frekuensi Prosentase (%)

1. Rendah 48 51%

2. Tinggi 46 49%

Total 94 100%

(64)

4.2.1.4Distribusi Responden menurut Paritas

Paritas responden terhadap kejadian kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu paritas yang berisiko terhadap kematian perinatal (1 atau ≥5) dan paritas yang tidak berisiko terhadap kematian perinatal (2 - 4). Distribusi paritas terhadap kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Responden menurut Paritas

No. Paritas Frekuensi Prosentase (%)

1. Berisiko (1 atau ≥5) 31 33%

2. Tidak berisiko (2 – 4) 63 67%

Total 94 100%

Tabel 4.7 menunjukkan responden dengan paritas yang berisiko terhadap kematian perinatal sebanyak 31 responden (33%), sedangkan responden dengan paritas yang tidak berisiko sebanyak 63 responden (67%).

4.2.1.5Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran

Jarak antar kelahiran anak terakhir dengan anak sebelumnya dibagi menjadi dua yaitu jarak kelahiran yang berisiko (<2 tahun) dan kelahiran yang tidak berisiko (≥2 tahun). Distribusi jarak antar kelahiran dengan kejadian kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Responden menurut Jarak Antar Kelahiran No. Jarak Antar Kelahiran Frekuensi Prosentase (%)

1. Berisiko 12 13%

2. Tidak berisiko 82 87%

Total 94 100%

(65)

yang melahirkan dengan jarak antar kelahiran yang tidak berisiko sebanyak 82 responden (87%).

4.2.1.6Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan

Penolong persalinan pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori yaitu bukan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan. Distribusi penolong persalinan pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Responden menurut Penolong Persalinan

No. Penolong Persalinan Frekuensi Prosentase (%)

1. Bukan tenaga kesehatan 8 9%

2. Tenaga kesehatan 86 91%

Total 94 100%

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang penolong persalinannya bukan tenaga kesehatan sebanyak 8 responden (9%), sedangkan responden yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 86 responden (91%). Penolong persalinan bukan tenaga kesehatan terdiri dari dukun bayi dan bersalin sendiri. Sedangkan yang berasal dari tenaga kesehatan terdiri dari bidan dan dokter spesialis obstetri.

4.2.1.7Distribusi Responden menurut BBLR

Berat badan lahir pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori, yaitu BBLR (BBL ≤2.500 gram) dan tidak BBLR (BBL >2.500 gram). Distribusi BBLR pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Responden menurut BBLR

No. BBLR Frekuensi Prosentase (%)

1. BBLR 23 24%

2. Tidak BBLR 71 76%

(66)

Tabel 4.10 menunjukkan bayi yang lahir dengan BBLR sebanyak 23 responden (24%), sedangkan bayi yang lahir tidak dengan BBLR sebanyak 71 responden (76%).

4.2.1.8 Distribusi Responden menurut Asfiksia

Asfiksia pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori, yaitu bayi yang mengalami asfiksia dan bayi yang tidak mengalami asfiksia. Distribusi BBLR pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Responden menurut Asfiksia

No. Asfiksia Frekuensi Prosentase (%)

1. Asfiksia 10 11%

2. Tidak asfiksia 84 89%

Total 94 100%

Tabel 4.11 menunjukkan bayi yang mangalami asfiksia sebanyak 10 responden (11%), sedangkan bayi yang tidak asfiksia sebanyak 84 responden (84%).

4.2.1.9Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital

Kelaian kongenital pada kematian perinatal dibagi menjadi dua kategori, yaitu bayi yang mengalami kelainan kongenital dan bayi yang tidak mengalami kelainan kongenital. Distribusi kelainan pada kematian perinatal dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Responden menurut Kelainan Kongenital

No. Kelainan Kongenital Frekuensi Prosentase (%)

1. Mengalami kelainan kongenital 8 9%

2. Tidak mengalami kelainan kongenital 86 91%

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dan variabel persepsi manfaat berhenti merokok tidak mempunyai hubungan yang

Biaya operasional berdasarkan aktifitas bidan desa dalam melaksanakan pertolongan persalinan sesuai dengan pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN). Biaya pertolongan persalinan

Hasil uji chi square didapatkan nilai P value 0.00, yang berarti nilai P value lebih kecil dari nilai alpha (0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

flavus dan cemaran aflatoksin B 1 pada biji kacang tanah makin tinggi dan mutu fisik biji makin rendah dengan makin panjangnya interval waktu dari saat panen hingga dikonsumsi

Target dari strategi biaya rendah adalah biaya rendah dibandingkan dengan para kompetitornya, tidak secara mutlak memiliki biaya yang rendah untuk semua kemungkinan yang ada;

Gambar- gambar yang dilukis ataupun tulisan yang dituangkan pada angkutan becak, agaknya bukan hanya sekedar lukisan atau gambar biasa saja, namun dibaliknya terkandung maksud-maksud

Tapi buat saya, dan mungkin beberapa teman yang satu kaum, minggu ujian adalah minggu yang kedatangannya selalu diiringi dengan keluhan.. Entah hanya diucapkan atau

Berdasarkan dari analisa kekuatan menghambat bakteri ekstrak dan berbagai fraksi daun mara (Macaranga tanarius (L.) M.A) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri