• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Faktor Yang Menghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bsm (Studi Pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir Dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor Iii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Faktor Yang Menghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bsm (Studi Pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir Dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor Iii)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :

ANNEKE PUTRI MEILASARI NIM: 109046100184

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM

STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN

HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

iv

dan KCP Bintaro Sektor III). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1435 H/2014 M.

Bank Syariah Mandiri melalui outlet Warung Mikronya merupakan pelopor penyaluran pembiayaan segmen UMKM dengan berbasis syariah di Indonesia, dengan porsi penyaluran pembiayaan segmen UMKM yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam penyaluran pembiayaannya,Warung Mikro BSM menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah diatur dalam UU no.21 tahun 2008 tentang perbankan. Namun pada praktiknya, masih terdapat sejumlah pembiayaan bermasalah pada kantor cabang ataupun kantor cabang pembantu Warung Mikro BSM. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaannya, serta strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan nasabah dalam menyelesaikan pembiayaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dimana penulis menarik kesimpulan dari fenomena yang terjadi berdasarkan wawancara terstruktur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat pengembalian pembiayaan Warung Mikro BSM berasal dari dua faktor, yaitu faktor Bank dan faktor nasabah. Faktor Bank yang menjadi menyebab terhambatnya pengembalian pembiayaan adalah kurang mendalam pada analisa pembiayaan mikro, promosi yang kurang tepat, tidak adanya pendampingan usaha secara rill. Sedangkan dari faktor nasabah disebabkan oleh miss management, adversity maupun lainnya. Strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan nasabah dalam menyelesaikan pembiayaannya adalah melalui penagihan secara intensif, restrukturisasi pembiayaan, pelelangan agunan suka rela, klaim jaminan (untuk kasus tertentu), dan Write Off.

Kata Kunci : Pembiayaan, Warung Mikro, Bank Syariah Mandiri, NPF. Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, MA

(5)
(6)

vi

rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil judul “FAKTOR

FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH MENGEMBALIKAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM”. Adapun penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan mendorong penulis dalam pembuatan skripsi ini, karena tanpa mereka penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Maka penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

(7)

vii

4. PT Bank Syariah Mandiri dan seluruh karyawan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan informasi terkait pembahasan, khususnya segenap karyawan PT Bank Syariah Mandiri KC Ciledug, KCP Bintaro Sektor III dan KC Cipulir.

5. Pimpinan beserta seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta Perpustakaan Utama yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

6. M. Fuad Hadziq, M.Si dan Djaka Badranaya,S.Ag.,ME selaku dosen penguji skripsi yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

7. Dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universias Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

8. Ibu Rosmiati selaku orang tua tunggal yang sangat luar biasa, menjadi pahlawan yang tak pernah lelah dan lupa dalam mencintai, mendoakan, mendukung baik moril maupun materil dan mengusahakan yang terbaik untuk penulis.

(8)

viii

penulis.

11.Ayu Wulandari selaku kakak dan Muhammad Fauzan Rhadiansyah selaku adik yang selalu memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis. 12.Bu Nyoman, Pak Harso dan segenap guru SMAN 34 yang telah

membimbing serta membantu hingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga tingkat strata satu, penulis tidak akan pernah melupakan kalian yang telah berperan dalam pengembangan diri penulis. 13.Irfan, Dini, Qisti, Reza Nufa, Mizan, Frizan, Anggit, Dina Asy’fina, Mala,

Fina, Dinar, Fitri, Kurnia, Ardila, Aisyah, Rizka, Anggreani, Soesilowati dan seluruh teman-teman kuliah, teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) atas segala bantuan, kritikan, saran, motivasi, kasih sayang yang tak terhingga yang mewarnai hidup selama masa perkuliahan.

14.Eka, Dwi, Bayu, Andri, Dian, Denis, Janwar, dan semua teman-teman penulis yang selalu memberikan tawa canda penghilang penat dan motivasi kepada penulis.

(9)

ix

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 5 Januari 2014

Penulis

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii

ABSTRAK ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Teknik Penulisan ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 10

1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 10

(11)

xi

2. Macam Macam Pembiayaan ... 13

3. Analisis Pembiayaan ... 14

4. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ... 16

5. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan ... 22

C. Non Performing Financing 1. Pengertian NonPerforming Financing ... 32

2. Restrukturisasi Pembiayaan ... 33

D. Review Studi Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Metode Analisis ... 40

C. Jenis dan Sumber Penelitian... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Objek Penelitian ... 43

BAB IV WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI A. Latar Belakang Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ... 44

B. Landasan Hukum Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ... 45

C. Sasaran Pembiayaan Warung Mikro ... 46

(12)

xii

H. Pemberian Limit Pembiayaan ... 65

I. Analisa Pembiayaan ... 66

J. Struktur Organisasi Warung Mikro ... 69

BAB V PEMBAHASAN A. Profil Responden ... 70

1. Profil Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ... 70

2. Profil Nasabah ... 79

B. Faktor Penghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan ... 87

1. Faktor Nasabah ... 87

2. Faktor Bank ... 89

C. Strategi Warung Mikro BSM Menangani Hambatan dan Kendala Nasabah Menyelesaikan Pembiayaannya ... 91

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

(13)

xiii

Tabel 4.1 Margin Warung Mikro ... 65 Tabel 5.1 Profil Warung Mikro BSM KC Ciledug, KC Cipulir dan KCP Bintaro

(14)

xiv

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Warung Mikro ... 69

Gambar 5.1 Perkembangan penyaluran pembiayaan/outstanding Warung Mikro KC Ciledug ... 72

Gambar 5.2 Perkembangan performance Warung Mikro KCP Bintaro Sektor III dilihat dari outstandingnya ... 77

Gambar 5.3 Pembagian Gender Responden ... 80

Gambar 5.4 Usia Responden ... 80

Gambar 5.5 Tingkat Pendidikan Responden ... 81

Gambar 5.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 82

Gambar 5.7 Plafon Pembiayaan Warung Mikro BSM ... 83

Gambar 5.8 Jangka Waktu Pembiayaan Warung Mikro BSM ... 84

Gambar 5.9 Agunan Pembiayaan Warung Mikro BSM ... 85

Gambar 5.10 Tujuan Penggunaan Pembiayaan Warung Mikro BSM ... 86

Gambar 5.11 Faktor Penghambat Pengembalian Pembiayaan Warung Mikro yang Berasal dari Nasabah ... 87

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian, terutama dalam upaya peningkatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Peningkatan jumlah UMKM menjadi kekuatan perekonomian Indonesia.

Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Indonesia dari Tahun 2010 - 2012

Indikator

Jumlah (unit)

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM)

53.823.732 55.206.444 56.534.592

Sumber data : Olahan data penulis dari Kementerian Koperasi dan UKM

(16)

segmen UMKM ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk peningkatan ekonomi rakyat. Selain dapat membantu dalam menyokong dana modal bagi pengusaha segmen UMKM, penyaluran pembiayaan ini juga dapat menjadi peningkat fee based income yang diperoleh bank.

Salah satu bank pelopor penyaluran pembiayaan UMKM yang berbasis syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) melalui outlet Warung Mikro. Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari pemerintah khususnya Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang menuntut bank untuk mengembangkan sektor rill dengan cara lebih memerhatikan UMKM. Warung Mikro BSM dibuka sejak tahun 2008 dengan 3-4 cabang sebagai percobaan pada mulanya. Setelah berjalan beberapa waktu, perkembangannya pun cukup bagus. Oleh karena itu, maka ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus 2010 jumlah outlet warung mikro berjumlah 122. 1 Hingga saat ini jumlahnya 452 outlet.

BSM optimis kontribusi pembiayaan segmen UMKM dapat terus dipertahankan. Untuk tahun 2013, perseroan mematok porsinya mencapai 75% dari total pembiayaan yang ditargetkan tumbuh 25% menjadi Rp 55,96 triliun. Demikian porsi UMKM diharapkan mencapai Rp 42 triliun. Perseroan mencatat per akhir 2012 kucuran pembiayaan UMKM mencapai Rp 32,79 triliun, atau sebesar 73% dari total pembiayaan sebesar Rp 44,76 triliun. Pada

1“Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM”

(17)

akhir 2011, posisi pembiayaan UMKM sebesar Rp 26,78 triliun, sebesar 72,9% dari total pembiayaan Rp 36,73 triliun. Pertumbuhan pembiayaan UMKM sendiri sebesar 22,45% dalam setahunan, yang juga dikontribusi pembiayaan di segmen mikro.2

Untuk pembiayaan BSM terhadap segmen mikro sendiri semakin besar. Adapun posisi pembiayaan mikro BSM sampai akhir tahun 2011 mencapai Rp 1,69 triliun, atau menyumbang 4,6% dari total pembiayaan perseroan yang mencapai Rp 36,72 triliun. “Akhir 2011 itu pembiayaan mikro yang langsung sebesar Rp 912 miliar dengan NPF (rasio pembiayaan bermasalah) gross 1,75%. Sementara untuk yang tidak langsung sebesar 780

miliar dengan NPF gross 2,4%”, terang Hanawijaya.3 Salah satu NPF tertinggi

dialami oleh Warung Mikro BSM Kantor Cabang Bintaro yang menembus hingga angka 12%, yang menyebabkan Warung Mikro ini mengalami freeze

atau Stop Lending untuk seluruh produk warung mikronya. Selain itu, pada tahun 2013 NPF Warung Mikro Kantor Cabang Cipulir menembus angka 9%. Sedangkan NPF Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug sempat mencapai hingga angka 5% dan kini mulai berangsur menurun ke angka kisaran 3%.

Meskipun warung mikro telah menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur dalam UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

2Paulus Yoga, “BSM Patok Porsi Pembiayaan UMKM Jadi 75%”, diakses pada 3 Januari 2014 dari www.infobanknews.com

3Paulus Yoga, “BSM Patok Tambahan Pembiayaan Mikro Rp1,08 Triliun”, diakses

(18)

pada kenyataannya masih terjadi sejumlah pembiayan bermasalah di kantor cabang maupun kantor cabang pembantu outlet warung mikro ini. Misalnya seperti pada Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug yang memiliki 12 orang nasabah bermasalah, Kantor Cabang Cipulir yang memiliki 10 orang nasabah bermasalah dengan pembiayaan cukup tinggi, dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor III yang memiliki 5 orang nasabah pembiayaan bermasalah.

Untuk itu, penulis memilih Warung Mikro Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian menimbang bahwa BSM termasuk ke dalam pelopor bank syariah yang mengedepankan penyaluran pembiayaan pada sektor

mikro. Pada penelitian ini, penulis memilih tema mengenai “FAKTOR FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH MENGEMBALIKAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM”

B. Identifikasi Masalah

(19)

karena itu, dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Apakah angsuran pembiayaan yang telah ditetapkan oleh pihak Warung Mikro BSM telah sesuai dengan kondisi dan kemampuan nasabahnya? 2. Apa saja faktor yang menghambat nasabah memenuhi pengembalian

pembiayaan yang ditetapkan oleh Warung Mikro BSM?

3. Siapakah pihak yang paling dominan dalam memutuskan penetapan target pengembalian pembiayaan Warung Mikro BSM kepada nasabahnya? 4. Bagaimana Warung Mikro BSM menganalisis kelayakan usaha dan

mengenal karakter nasabahnya?

5. Bagaimana strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan pembiayaannya?

C. Pembatasan Masalah

(20)

D. Perumusan Masalah

1. Apa saja faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM?

2. Bagaimana strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan pembiayaannya?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian :

a. Menganalisis faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM.

b. Menganalisis strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan pembiayaannya.

2. Manfaat Penelitian : a. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM.

b. Bagi Bank Syariah Mandiri

(21)

dijadikan bahan pertimbangan atau referensi untuk penetapan strategi Warung Mikro selanjutnya.

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM serta strategi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan dan kendala yang dihadapi nasabah dalam mengembalikan pembiayaannya.

d. Bagi Masyarakat Umum

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan referensi masyarakat mengenai produk pembiayaan Warung Mikro BSM, faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM serta strategi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan dan kendala yang dihadapi nasabah dalam mengembalikan pembiayaannya.

F. Teknik Penulisan

(22)

G. Sistematika Penulisan

Untuk pembahasan yang lebih terarah dan memudahkan pemahaman isi, maka penulis mengadakan pembabakan dalam 5 bab, yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan secara singkat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teknik penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pembiayaan, Non Performing Financing

dan review studi terdahulu. BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, metode analisis, jenis dan sumber penelitian, teknik pengumpulan data serta objek penelitian.

BAB IV: WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI

(23)

Warung Mikro, cakupan pembiayaan segmen mikro, fitur produk pembiayaan segmen mikro, persyaratan pemohon, margin, pemberian limit pembiayaan, analisa pembiayaan, dan struktur organisasi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri. BAB V: PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai profil responden, faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro serta membahas mengenai strategi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri untuk membantu menyelesaikan hambatan dan kendala nasabah dalam mengembalikan pembiayaan.

BAB IV: PENUTUP

(24)

10

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.4

Sedangkan pengertian Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK/2003 tanggal 29 Januari 2003 adalah usaha produksi milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).5

2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

4

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 5

(25)

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).6

6

(26)

B. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembiayaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya. Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.7 Sedangkan menurut Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Warung Mikro adalah layanan di KC/KCP/UPS yang ditunjuk untuk memasarkan, memproses dan mengelola portofolio pembiayaan segmen mikro di Bank.Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan bersifat produktif kepada nasabah/calon nasabah baik perorangan ataupun badan usaha dengan limit sampai dengan Rp 100 juta. Termasuk dalam segmen mikro adalah pembiayaan dengan tujuan multiguna kepada nasabah perorangan dengan limit sampai dengan Rp 50 juta yang disalurkan melalui Warung Mikro.8

7Muhammad Syafi’I Antonio,

Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Depok: Gema Insani bekerjasama dengan Tazkia Cendikia, 2002),h.160.

(27)

2. Macam-macam pembiayaan : a. Pembiayaan Menurut Sifatnya

Pembiayaan merupakan suatu tugas pokok bank untuk menyalurkan fasilitas dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu:

1) Pembiayaan Produktif

Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas seperti peningkatan usaha baik produksi, perdagangan, maupun investasi.

2) Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan yang digunakan untuk kebututhan konsumsi dimana habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.9

b. Pembiayaan Menurut Keperluaannya

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu :

1) Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif dalam bentuk jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas dan mutu hasil produksi. Modal kerja terdiri

9Muhammad Syafi’I Antonio,

(28)

dari komponen-komponen yang liquid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri dari bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

2) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods). pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:

a) Untuk pengadaan barang modal.

b) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah.

c) Berjangka untuk menengah dan panjang.10

3. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai tersebut layak (feasible). Bank melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah

10Muhammad Syafi’I Antonio,

(29)

secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Agar bank terhindar dari masalah yang timbul dikemudian hari.

Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan kredit calon debitur antara lain prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) :

a. Character

Untuk mengetahui watak dan kepribadian calon debitur yang bertujuan untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai lunas.

b. Capacity

Untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Semakin baik kemampuan keuangan calon debitur, maka semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaannya, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.

c. Capital

(30)

d. Collateral

Untuk menilai agunan/jaminan yang akan diberikan oleh calon debitur sebagai antisipasi apabila calon debitur mengalami gagal bayar terhadap pembiayaan yang diajukan. Bank tidak memberikan pembiayaan melebihi nilai agunan.

e. Condition of Economic

Pertimbangan mengenai sektor usaha calon debitur dengan kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, kebijakan fiskal-moneter, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui eksistensi usaha yang akan dijalankan calon debitur terhadap kondisi-kondisi ekonomi yang sedang maupun akan berlangsung.11

4. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah yaitu :12

a. Advertisity adalah perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal ini di luar kontrol seperti sakit, bencana alam, dan kematian.

b. Miss management adalah ketidakmampuan debitur dalam mengelola kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara melakukan kegiatan usaha yang sehat.

11

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),h.112-114

12

Samti, Astri Marlia. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah

(31)

c. Fraud (penyalahgunaan) maksudnya adalah ketidakjujuran debitur dalam memberikan informasi dan laporan mengenai kegiatan usahanya, posisi keuangan, hutang piutang, persediaan, dll.

Hal lainnya disampaikan oleh Kasmir. Dalam praktiknya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:13

a. Dari pihak Perbankan

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.

b. Dari pihak Nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:

1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah mampu. 2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan

13

(32)

sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.

Selain itu, analisa sebab pembiayaan bermasalah ditinjau dari sisi nasabah:14

a. Aspek internal

1) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut 2) Manajemen tidak baik atau kurang rapi 3) Laporan keuangan tidak lengkap

4) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan 5) Perencanaan yang kurang matang

6) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut

b. Aspek eksternal

1) Aspek pasar kurang mendukung

2) Kemampuan daya beli masyarakat kurang 3) Kebijakan pemerintah

4) Pengaruh lain di luar usaha 5) Kenakalan peminjam

14

(33)

Dalam hal faktor penghambat atau penyebab pembiayaan bermasalah, penulis menyimpulkan terdiri atas :

a. Dari Pihak Perbankan

1) Kurang tepat dalam analisis pembiayaan

Ketidaktepatan dalam menganalisis permohonan pembiayaan dari nasabah akan menyebabkan terhambatnya pengembalian pembiayaan. Hal ini dapat bersumber dari ketidaktepatan dalam menganalisis karakter nasabah, agunan, kemampuan membayar, dan berbagai risiko kredit lainnya.

2) Fraud yang dilakukan oleh internal Bank

Dapat terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.15 Atau dapat pula pemalsuan dokumen dan segala macam bentuk penyalahgunaan wewenang yang terjadi pada internal Bank.

b. Dari Pihak Nasabah 1) Aspek internal

a) Miss Management

Yakni ketidakmampuan debitur dalam mengelola kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara

15

(34)

melakukan kegiatan usaha yang sehat.16 Dapat berupa kurang cakapnya peminjam dalam mengelola usaha tersebut, manajemen tidak baik atau kurang rapi, laporan keuangan tidak lengkap, penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan, perencanaan yang kurang matang17, dan lain sebagainya.

b) Adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar pembiayaan (tidak ada itikad baik).

Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah mampu.18 Tidak ada itikad baik untuk mengembalikan pembiayaan ke Bank.

16

Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit

Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2011),h16

17

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.311. 18

(35)

2) Aspek eksternal

a) Kondisi pasar yang kurang mendukung

Dapat pula berupa kemampuan daya beli masyarakat kurang memadai, lokasi usaha yang tidak strategis, dan lain-lain.19

b) Kebijakan pemerintah

Segala peraturan atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat yang mempengaruhi usaha.

c) Advertisity

Yakni perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal ini di luar kontrol seperti sakit, bencana alam, dan kematian.20 Adanya unsur ketidaksengajaan yang sulit dihindari yang mengakibatkan nasabah tidak mampu membayar.

d) Pengaruh lainnya

Segala hal yang mempengaruhi terhambatnya nasabah dalam mengembalikan pembiayaannya. Misalnya saja kebutuhan yang mendesak, dan lain sebagainya.

19

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.311. 20

Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit

(36)

5. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan

Ketidaklancaran nasabah dalam membayar angsuran pokok maupun bagi hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam, yaitu :21

a. Lancar atau kolektabilitas 1

b. Perhatian Khusus atau kolektabilitas 2 c. Kurang Lancar atau kolektabilitas 3 d. Diragukan atau kolektabilitas 4 e. Macet atau kolektabilitas 5

Kualitas Pembiayaan (Kolektabilitas) :

Pembiayaan bank menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil, mengangsur, serta melunasi pembiayaannya kepada bank. Jadi, unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut oleh waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci sebagai berikut.

a. Pembiayaan Lancar (Pass)

Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria tersebut di bawah ini.

21

(37)

1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.

3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

Dengan indikator sebagai berikut. a) Industri

(1)Diterima/umum; (2)Permintaan cukup; (3)Profitabilitas cukup; (4)Persaingan minimal. b) Perusahaan

(1)Di atas rata-rata sektor; (2)Daya saing kuat;

(3)Produk dan pasar yang baik. c) Keuangan

(1)Menguntungkan; (2)Likuid;

(3)Cash flow memadai; (4)Rasio hutang rendah;

(5)Dua sumber pembayaran kembali;

(38)

d) Manajemen

(1)Memiliki keuntungan; (2)Memiliki integritas;

(3)Memiliki visi strategis yang jelas; (4)Kontrol yang baik;

(5)Eksternal audit yang baik.

e) Viability

Tidak ada risiko yang significant.

b. Perhatian Khusus (Special Mention)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari.

2) Kadang-kadang terjadi cerukan. 3) Mutasi rekening relatif aktif.

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadapa kontrak yang diperjanjikan. 5) Didukung oleh pinjaman baru.

Dengan indikator sebagai berikut. a) Industri

(39)

(4)Kompetisi harga meningkat; (5)Biaya operasi meningkat;

(6)Dalam real estate: tingkat hunian dan/atau daya serap menurun. b) Perusahaan

(1)Di dalam rata-rata sektor;

(2)Beberapa kelemahan dalam persaingan. c) Keuangan

(1)Keuntungan rendah; (2)Likuiditas dapat diterima; (3)Rasio hutang moderat;

(4)Dua sumber pembayaran kembali;

(5)Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan bunga pinjaman;

(6)Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange dan suku bunga.

d) Manajemen

(1)Mampu memenuhi syarat; (2)Memiliki integritas;

(3)Beberapa permasalahan strategi; (4)Perbaikan dalam kontrol;

(40)

e) Viability

(1)Kemauan melepaskan diri dari masalah; (2)Kekuatan untuk menanggulangi;

(3)Pemilik dapat mendukung;

(4)Modal baru dimungkinkan jika perlu;

(5)Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti. c. Kurang Lancar (Substandard)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang lancar apabila memenuhi kriteria berikut ini.

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari;

2) Sering terjadi cerukan;

3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;

5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; 6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

Dengan indikator: a) Industri

(1)Bergejolak;

(41)

(4)Risiko liberalisasi; (5)Risiko bahan mentah; (6)Risiko devaluasi; (7)Regulasi harga;

(8)Week co under preasure. b) Perusahaan

(1)Di bawah rata-rata sektor; (2)Tingkat kompetisi tinggi; (3)Aspek teknologi lemah. c) Keuangan

(1)Pendapatan rendah mendekati 0 (nol); (2)Likuiditas rendah;

(3)Rasio hutang tinggi;

(4)Satu sumber pembayaran kembali;

(5)Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan bunga pinjaman;

(6)Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan bunga;

(7)Meningkatnya masalah modal kerja. d) Manajemen

(42)

(3)Integritas diragukan; (4)Tidak ada visi strategis; (5)Kontrol yang lemah; (6)Konflik kepemimpinan; (7)Eksternal audit dapat lemah.

e) Viability

(1)Dukungan pemilik diragukan; (2)Memerlukan pemasaran yang baru; (3)Risiko masa depan yang potensial; (4)Terdapat masalah ketenagakerjaan;

(5)Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan. d. Diragukan (Doubtful)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga telah melampaui 180 hari;

2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; 3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; 4) Terjadi kapitlisasi bunga;

5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pegikatan jaminan.

(43)

Dengan indikator sebagai berikut. a) Industri

(1)Tidak baik;

(2)Pendapatan 0 (nol) atau negatif; (3)Kompetisi harga sangat tajam; (4)Harga menurun;

(5)Memerlukan restrukturisasi operasional; (6)Harga politis.

b) Perusahaan

(1)Jauh di bawah rata-rata sektor;

(2)Tingkat kompetisi yang sangat tinggi; (3)Masalah teknologi yang parah;

(4)Membutuhkan modernisasi yang mendesak; (5)Kehilangan pasar;

(6)Masalah produk;

(7)Ekspansi yang terlalu cepat. c) Keuangan

(1)Kerugian operasional; (2)Tidak likuid;

(3)Menjual aset untuk mempertahankan usaha; (4)Aliran kas < pembayaran hutang;

(44)

(6)Sumber pembayaran tidak cukup;

(7)Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian operasional.

d) Manajemen (1)Parah;

(2)Tidak kompeten;

(3)Tidak bisa bekerja sama; (4)Kontrol sangat lemah; (5)Masalah kepemilikan;

(6)Tidak ada sumber pemodalan baru; (7)Eksternal audit yang parah.

e) Viability

(1)Masalah operasional;

(2)Kelebihan tenaga kerja yang banyak; (3)Membutuhkan penghapusan hutang; (4)Restrukturisasi produk;

(5)Restrukturisasi proses;

(45)

e. Macet (Loss)

Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari;

2) Kerugian operasional ditutu dengan pinjaman baru;

3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Dengan indikator sebagai berikut. a) Industri

(1)Hampir mati;

(2)Struktur industri lemah; (3)Bersifat anakronis. b) Perusahaan

(1)Tidak dapat berkompetisi; (2)Ketinggalan teknologi; (3)Produk yang lemah; (4)Risiko negara;

(5)Peran yang sangat terbatas; (6)Lower quartile.

c) Keuangan

(46)

(2)Penjualan aset saat merugi;

(3)Masalah kas dan hutang yang parah; (4)Aliran kas < biaya produksi;

(5)Tidak ada sumber pembayaran (kecuali likuidasi). d) Manajemen

(1)Sangat parah;

(2)Tidak dapat dipercaya; (3)Sangat tidak kompeten; (4)Kemungkinan terjadi fraud;

(5)Tidak ada kepemimpinan.

e) Viability

(1)Sangat dipertanyakan; (2)Harus dilikuidasi; (3)Harus dipecah-pecah; (4)Likuidasi pada nilai dasar; (5)Pembeli sedikit.22

C. Non Performing Financing

1. Pengertian Non Performing Financing

Non Performing Financing merupakan pembiayaan yang sudah dikategorikan kredit bermasalah, karena sudah terdapat tunggakan. Non

22

(47)

Performing Financing disebut juga dengan kredit bermasalah, dikelompokkan menjadi taiga, yaitu :

a. Pembiayaan Kurang Lancar b. Pembiayaan Diragukan c. Pembiayaan Macet

Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Pembiayaan bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan margin atau fee based income yang tidak dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat fee based income, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total.23 Bank Indonesia menetapkan rasio Non Perfoming Financing netto diatas 5% termasuk dalam kategori bermasalah.

2. Restrukturisasi Pembiayaan

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, pengertian restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang

23

(48)

dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi:

1) Perubahan jadwal pembayaran; 2) Perubahan jumlah angsuran; 3) Perubahan jangka waktu;

4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabahah atau

musyarakah;

5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah

atau musyarakah; dan/atau 6) Pemberian potongan.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi:

1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank; 2) Konversi akad pembiayaan;

(49)

4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah,

yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.24

Upaya lainnya yang dilakukan bank untuk penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah adalah :

a. Kombinasi

Yaitu upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh bank dengan cara kombinasi antara lain :

1) Rescheduling dan Restructuring 2) Rescheduling dan Reconditioning

3) Restructuring dan Reconditioning

4) Rescheduling, Restrukturing dan Reconditioning

b. Eksekusi

Eksekusi merupakan alternatif terakhir yang dapat dilakukan oleh bank untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah. Eksekusi merupakan penjualan agunan yang dimiliki oleh bank. Hasil penjualan agunan diperlukan untuk melunasi semua kewajiban debitur baik kewajiban atas pinjaman pokok maupun margin. Sisa atas penjualan agunan, akan dikembalikan kepada debitur. Sebaliknya kekurangan atas hasil penjualan agunan menjadi

24

(50)

tanggungan debitur, artinya debitur diwajibkan untuk membayar kekurangannya. Pada praktiknya, bank tidak dapat menagih lagi debitur untuk melunasi kewajibannya. Atas kerugian karena hasil penjualan agunan tidak cukup, maka bank akan membebankan kerugian tersebut ke dalam kerugian bank.25

Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan b. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi

kewajiban setelah restrukturisasi.

Restrukturisasi untuk pembiayaan konsumtif hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

b. Terdapat sumber pembayaran angsuran yang jelas dari nasabah dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.26

Menurut Prof. Dr. H. Fatturahman Djamil, MA, dalam bukunya, penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah, menguraikan secara garis besar cara penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dan

25

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, h.128-129. 26

(51)

upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif. Upaya yang berifat preventif menurutnya, dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah, pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian yang benar, pengikatan agunan yang menjamin bank, sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan yang diberikan. Sedangkan upaya-upaya yang bersifat represif adalah upaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.27

D. Review Studi Terdahulu

1. Skripsi “Efektivitas Pembiayaan Mikro Pada Nasabah PT.Bank Syariah

Mandiri Cabang Pembantu Cililitan” oleh Teza Ryandi, jurusan

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penyaluran pembiayaan mikro (pada produk pembiayaan Kredit Usaha Rakyat dan pembiayaan mikro) berdasarkan penilaian nasabah pembiayaan dan dampak pembiayaan tersebut terhadap perkembangan usaha nasabah dengan menggunakan perhitungan manual dengan rumus standar deviasi dan mean, serta analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan meode penelitian kuantitatif dan hasilnya menunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan mikro tergolong efektif, margin memiliki

27Agus, “Restrukturisasi Hutang di Bank Syariah” arti

(52)

kontribusi yang sangat besar sebagai pengurang pendapatan nasabah (margin cukup tinggi) namun secara keseluruhan pembiayaan mikro pada BSM Capem Cililitan tergolong efektif.

2. Skripsi “Konsep Warung Mikro Dan Linkage Program Sebagai Solusi Pembiayaan Usaha Mikro (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Rawamangun)” oleh Ismi Mawaddah, jurusan Perbankan Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan wawancara terstruktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa Bank Syariah Mandiri cukup baik menyalurkan pembiayaan kepada UKM melalui Warung Mikro meskipun sebab lebih banyak mendatangkan keuntungan bagi Bank, meskipun pelaksanaannya lebih rumit dibandingkan Linkage program.

3. Tesis “Manajemen Keuangan Keluarga Miskin: Studi Kasus Mitra

Program Masyarakat Mandiri, Dompet Dhuafa Republika” oleh Lisma

(53)

4. Jurnal Kommunity: Kajian Pengembangan Masyarakat Volume 1, no.1, Januari 2013 dengan tema “Mensinergikan Pemberdayaan: Pengalaman Lapangan Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas PKPU di Pasar Mampang Jakarta Selatan” oleh Masdariah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasilnya adalah pelaksanaan pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan strategi untuk mendorong keberhasilan program tersebut, yaitu melalui strategi pelatihan, pemberian dana bergulir, dana bagi hasil, dana usaha bersama, serta dana BMT adalah temuan penelitian di lapangan.

(54)

40

A. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.1

Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan empiris dengan melihat segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Aliran empirisme ini mengartikan dan mendefinisikan objek kajian social yang disebut dengan ‘realitas sosial’ sebagai realitas-realitas

objektif di dalam indrawi. Realitas sosial itu bukanlah kesadaran atau pengetahuan warga masayarakat itu sendiri, melainkan manifestasi-masnifestasi yang kasat mata dan dapat diamati dalam duniawi yang objektif.2 B. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data

1

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h.3

2

(55)

yang diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber-sumber yang ada. Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan pengumpulan data yang berasal dari fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah ekplanatif, yakni memahami ciri dan hubungan sistemis fenomena berdasarkan faktanya.3

C. Jenis dan Sumber Penelitian

Pada penelitian ini, penulis memperoleh data yang berasal dari sumber data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.4 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data dan laporan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Warung Mikro KC Ciledug, KC Cipulir dan KCP Bintaro Sektor III. Dan sumber data sekunder penelitian ini diperoleh dari bahan pustaka yang terkait dengan permasalahan penelitian.

3

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, h.49 4

(56)

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.5 Adapun jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.6 Wawancara terstruktur dilakukan kepada karyawan Outlet Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor III serta nasabah pembiayaan produk Warung Mikro Bank Syariah Mandiri tersebut yang tergolong dalam kategori nasabah pembiayaan bermasalah (kolektabilitas 3 hingga 5).

2. Studi Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau bahan-bahan dari berbagai kepustakaan yang ada, seperti buku, jurnal,

5

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, h.127 6

(57)

artikel, sumber-sumber dokumen dari Bank Syariah Mandiri, dan laporan lain yang terkait dengan skripsi ini.

E. Objek Penelitian

(58)

44

BAB IV

WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI

A. Latar Belakang Warung Mikro Bank Syariah Mandiri

Bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis dalam pembiayaan segmen mikro mengingat potensi pasar pembiayaan mikro yang cukup luas. Pemberian pembiayaan kepada segmen mikro mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut

1. Mendiversifikasi penyebaran risiko karena pemberian pembiayaan tidak terkonsentrasi pada satu kelompok.

2. Memungkinkan Bank memperoleh pendapatan margin/bagi hasil yang memadai karena tingkat margin pembiayaan bagi segmen mikro relatif lebih tinggi dibandingkan margin pembiayaan komersial.

Agar marketable dan kompetitif di pasar, maka fitur pembiayaan untuk segmen Mikro dituntut menarik dengan cara proses pemberian pembiayaan mudah, cepat, efektif dan efisien serta sesuai dengan kaidah kaidah umum dalam pembiayaan mikro dengan tetap memperhatikan prudensialitas. Untuk mengakomodir hal tersebut Bank meluncurkan layanan mikro dengan nama Warung Mikro.

(59)

menyempurnakan ketentuan/pedoman Pembiayaan Mikro khusus melalui Warung Mikro.

Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari pemerintah khususnya Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang menuntut bank untuk mengembangkan sektor rill dengan cara lebih memerhatikan UMKM. Warung Mikro BSM dibuka sejak tahun 2008 dengan 3-4 cabang sebagai percobaan pada mulanya. Setelah berjalan beberapa waktu, perkembangannya pun cukup bagus. Oleh karena itu, maka ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus 2010 jumlah outlet warung mikro berjumlah 122. 25 Hingga saat ini jumlahnya 452 outlet.

B. Landasan Hukum Warung Mikro Bank Syariah Mandiri

Warung mikro Bank Syariah Mandiri ini hadir dengan berlandaskan hukum:

1. Undang Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Peraturan Bank Indonesia No.13/23/PBI/2011 tanggal 2 November 2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko BankUmum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

(60)

3. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.10/31/DPbS tanggal 7 Oktober 2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

4. PBI No.3/2/PBI/2001 tanggal 4 Januari 2001 mengenai Pemberian Kredit Usaha Kecil.

5. PBI No.5/8/PBI/2003, tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

6. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang Pembiayaan Murabahah.

7. Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/2000 tanggal 4 April 2000 tentag Pembiayaan Ijarah.

8. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri berikut perubahannya. 9. Kebijakan Manajemen Risiko PT. Bank Syariah Mandiri.

10. SPOB Pembiayaan Mikro dan Kecil.

C. Sasaran Pembiayaan Warung Mikro

1. Usaha Mikro perorangan atau badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas (PT), koperasi, CV, dan firma yang berpenghasilan tidak tetap (Non Golbertap) serta telah berjalan minimal 2 tahun.

(61)

dan sebagainya.

D. Cakupan Pembiayaan Segmen Mikro

1. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas) adalah pembiayaan usaha mikro dari bank kepada perorangan atau badan usaha dengan plafon pembiayaan keseluruhan minimum Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan maksimum Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

2. Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya) adalah pembiayaan usaha mikro dari bank kepada perorangan atau badan usaha dengan plafon pembiayaan keseluruhan maksimum Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

3. Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama) adalah pembiayaan usaha mikro dari bank kepada perorangan atau badan usaha dengan plafon pembiayaan keseluruhan maksimum Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

E. Fitur Produk Pembiayaan Segmen Mikro

1. Fitur Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas)

(62)

(sepuluh juta rupiah). Skim pembiayaan menggunakan akad murabahah atau ijarah dengan jangka waktu maksimal 36 bulan.

a. Agunan

1) Agunan yang diserahkan

a) Agunan utama : objek yang dibiayai dari pembiayaan. b) Agunan tambahan : tidak dipersyaratkan namun sebagai

moral obligation calon nasabah, bank dapat meminta kepada nasabah untuk menyerahkan agunan kebendaan yang

marketable (contoh BPKB, petuk, girik, sertifikat, dan lain sebagainya).

2) Pengikatan Agunan

Pengikatan agunan dilakukan dibawah tangan dengan kuasa jual.

b. Asuransi

Asuransi yang dikenakan adalah asuransi jiwa, minimal sebesar limit dan jangka waktu pembiayaan. Premi asuransi dibebankan kepada nasabah.

c. Self Financing

(63)

d. Biaya

1) Biaya administrasi : Rp 60.000,- (sudah termasuk biaya

materai)

2) Biaya materai : atas beban bank 3) Premi asuransi jiwa : atas beban nasabah 4) Keterangan biaya-biaya :

a) Biaya yang dikenakan harus sudah dilunasi selambat-lambatnya saat penandatangan akad pembiayaan.

b) Biaya-biaya yang telah dibayarkan/disetor setelah perjanjian pembiayaan ditandatangani tidak dapat ditarik kembali oleh sebab atau dalam keadaan bagaimanapun juga.

e. Penarikan Pembiayaan

Pola penarikan pembiayaan dilakukan sekaligus dan dipindahkan pada rekening tabungan/giro milik nasabah di Bank.

2. Fitur Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya)

(64)

atas Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Skim pembiayaan menggunakan akad murabahah atau ijarah dengan jangka waktu maksimal 36 bulan.

a. Agunan

1) Agunan yang diserahkan :

a) Agunan utama yaitu objek yang dibiayai pembiayaan.

b) Agunan tambahan yaitu agunan berupa harta tetap baik tidak bergerak atau bergerak.

c) Apabila agunan utama berupa harta tetap maka tidak diperlukan agunan tambahan.

2) Nilai Likuidasi Agunan

Total nilai likuidasi yang berupa harta tetap baik tidak bergerak atau bergerak minimal sebesar 100% dari limit pembiayaan.

3) Jenis Agunan Yang Diterima

a) Agunan berupa tanah dan bangunan harus berstatus kepemilikan SHM (Sertifikat Hak Milik) atau SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan).

b) Agunan berupa kendaraan bermotor dengan ketentuan sebagai berikut :

(65)

pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus bermerek Honda, Yamaha, dan Suzuki.

(2) Umur ekonomis mobil penumpang ditambah jangka waktu pembiayaan adalah maksimal 10 tahun dan harus bermerek Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, dan Isuzu.

(3) Umur ekonomis mobil niaga ditambah jangka waktu pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus bermerek Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Hino, Isuzu, Suzuki, dan Mercedes Benz.

c) Agunan berupa mesin, dengan ketentuan umur ekonomis mesin ditambah dengan jangka waktu pembiayaan maksimal 5 tahun.

4) Penilaian dan Pengecekan Agunan

Micro Account Officer (MAO) wajib meyakini kebenaran/keaslian agunan dan legalitas kepemilikan agunan yang akan diberikan oleh calon nasabah.

a) Cara penilaian dilakukan sebagai berikut.

(66)

nilai rata-rata persediaan/piutang selama 3 bulan terakhir dengan nilai likuidasi mengikuti ketentuan bank yang berlaku.

(3) Agunan berupa kendaraan bermotor berdasarkan nilai/harga pembanding untuk jenis barang yang sama. b) Cara pengecekan agunan dilakukan sebagai berikut.

(1) Agunan dalam bentuk tanah dan bangunan harus dilakukan pengecekan melalui BPN dan dapat dilaksanakan oleh notaris.

(2) Agunan dalam bentuk kendaraan bermotor harus dilakukan pengecekan BPKB di kantor kepolisian setempat.

5) Pengikatan Agunan

Pengikatan agunan dilakukan dengan cara :

a) Agunan berupa tanah dan bangunan dengan SKMHT notariil disertai kuasa jual.

b) Agunan berupa kendaraan bermotor dengan kuasa jual notariil.

6) Asuransi

(67)

b) Asuransi Agunan dipersyaratkan minimal sebesar nilai obyek agunan dan jangka waktu pembiayaan (agunan utama dan/atau agunan tambahan).

7) Self Financing

Minimal sebesar 15% dari kebutuhan pembiayaan nasabah.

8) Biaya

a) Biaya administrasi : minimal 1% (satu persen dari plafon pembiayaan).

b) Biaya materai : atas beban bank. c) Premi asuransi : atas beban nasabah. d) Biaya blokir BPKB : atas beban nasabah.

e) Biaya notaris : atas beban nasabah (jika ada) f) Keterangan biaya-biaya:

(1) Biaya yang dikenakan harus sudah dilunasi selambat-lambatnya saat penandatanganan akad pembiayaan. (2) Biaya-biaya yang telah dibayar/disetor setelah

(68)

9) Penarikan Pembiayaan

Pola penarikan pembiayaam dilakukan sekaligus dan dipindahkan pada rekening tabungan/giro milik nasabah di bank.

3. Fitur Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama)

Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM-Utama) ini diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Skim pembiayaan menggunakan akad murabahah atau ijarah dengan jangka waktu maksimal 48 bulan.

a. Agunan

1) Agunan yang diserahkan :

a) Agunan utama yaitu objek yang dibiayai pembiayaan

b) Agunan tambahan yaitu agunan berupa harta tetap baik tidak bergerak atau bergerak.

c) Apabila agunan utama berupa harta tetap maka tidak diperlukan agunan tambahan.

2) Nilai Likuidasi Agunan

(69)

3) Jenis Agunan yang Diterima

a) Agunan berupa tanah dan bangunan harus berstatus kepemilikan SHM atau SHGB

b) Agunan berupa kendaraan bermotor dengan ketentuan sebagai berikut

(1) Umur ekonomis sepeda motor ditambah jangka waktu pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus bermerek Honda, Yamaha, dan Suzuki.

(2) Umur ekonomis mobil penumpang ditambah jangka waktu pembiayaan adalah maksimal 10 tahun dan harus bermerek Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, dan Isuzu.

(3) Umur ekonomis mobil niaga ditambah jangka waktu pembiayaan adalah maksimal 5 tahun dan harus bermerek Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Nissan, Hino, Isuzu, Suzuki, dan Mercedes Benz.

(70)

4) Penilaian dan Pengecekan Agunan

Micro Account Officer (MAO) wajib meyakini kebenaran/keaslian agunan dan legalitas kepemilikan agunan yang akan diberikan oleh calon nasabah.

a) Cara penilaian dilakukan sebagai berikut :

(1) Agunan berupa tanah dan bangunan berdasarkan nilai pasar wajar atau Nilai Jual Objek Pajak tahun terakhir. (2) Agunan berupa persediaan piutang dagang berdasarkan

nilai rata-rata persediaan/piutang selama 3 bulan terakhir dengan nilai likuidasi mengikuti ketentuan bank yang berlaku.

(3) Agunan berupa kendaraan bermotor berdasarkan nilai/harga pasar wajar dengan melampirkan minimal 3 (tiga) harga pembanding untuk jenis barang yang sama. b) Cara pengecekan agunan dilakukan sebagai berikut.

(1) Agunan dalam bentuk tanah dan bangunan harus dilakukan pengecekan melalui BPN dan dapat dilaksanakan oleh Notaris.

(71)

c) Pengikatan agunan

Pengikatan agunan dapat dilakukan dengan cara :

(1) Pengikatan barang tidak bergerak (tanah/bangunan) dengan APHT.

(2) Pengikatan barang bergerak (kendaraan bermotor) dilakukan dengan Kuasa Jual secara notariil.

b. Asuransi

1) Asuransi jiwa pembiayaan dipersyaratkan minimal sebesar limit dan jangka waktu pembiayaan.

2) Asuransi agunan dipersyaratkan minimal sebesar nilai obyek agunan dan jangka waktu pembiayaan (agunan utama dan/atau agunan tambahan).

c. Self Financing

Minimal sebesar 15 % dari kebutuhan pembiayaan nasabah.

d. Biaya

1) Biaya administrasi : minimal 1% (satu persen dari plafon pembiayaan).

2) Biaya materai : atas beban bank. 3) Premi asuransi : atas beban nasabah. 4) Biaya blokir BPKB : atas beban nasabah.

(72)

6) Keterangan biaya-biaya:

a) Biaya yang dikenakan harus sudah dilunasi selambat-lambatnya saat penandatanganan perjanjian pembiayaan. b) Biaya-biaya yang telah dibayar/disetor setelah perjanjian

pembiayaan ditandatangani tidak dapat ditarik kembali oleh sebab atau dalam keadaan bagaimanapun juga.

e. Penarikan Pembiayaan

Pola penarikan pembiayaam dilakukan sekaligus dan dipindahkan pada rekening tabungan/giro milik nasabah di bank.

Ketentuan Angsuran Produk Pembiayaan Warung Mikro :

1) Angsuran pembiayaan dilakukan setiap hari, minggu, atau bulanan yang terdiri atas angsuran pokok dan margin/bagi hasil berjalan. 2) Besarnya angsuran disesuaikan dengan kemampuan dan lamanya

jangka waktu pembiayaan dengan rasio hutang terhadap pendapatan atau Debt to Service Ratio (DSR) maksimal sebesar 40%.

3) Pembayaran angsuran pembiayaan pertama dilakukan satu bulan sejak tanggal pencairan pembiayaan.

Ketentuan Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo Pembiayaan

(73)

berlaku di Bank.

2) Bila tanggal pelunasan tidak sama dengan tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran harian, mingguan, bulanan, perhitungan sesuai ketentuan Bank yang berlaku.

3) Pelunasan sebagian diperkenankan dengan perhitungan sesuai ketentuan bank yang berlaku.

Adapun Ketentuan Lainnya Pada Produk Pembiayaan Warung Mikro:

1) Calon nasabah wajib membuka tabungan.

2) Pencairan dan pembayaran angsuran pembiayaan dilakukan melalui tabungan/giro milik nasabah di Bank.

3) Denda keterlambatan pembayaran angsuran pembiayaan (pokok dan margin) setara 0.00069 x jumlah tunggakan per hari.

4. Fitur Pembiayaan Program KUR Mikro

(74)

waktu untuk modal kerja 36 bulan sedangkan investasi 60 bulan.26 Dalam program pembiayaan KUR Mikro ini, likuidasi agunan minimal 30% dari nilai pembiayaan.27

F. Persyaratan Pemohon 1. Syarat Pemohon

a. Perorangan Non Golbertap

1) Usaha tengah berjalan minimal 2 tahun

2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga

3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 55 tahun saat pembiayaan lunas.

4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

5) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.

b. Perorangan Golbertap

1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun. 2) Usia minimal 21 tahun pada saat pengajuan dan maksimal 55

tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan.

3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

26PT Bank Syariah Mandiri, “KUR Mikro” artikel diakses pada 3 Januari 2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id

27

(75)

tercatat dan terdokumentasi.

4) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.

c. Badan Usaha

1) Perseroan Terbatas (PT)

a) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun

b) Akta pendirian/Anggaran Dasar dibuat otentik c) Telah disahkan Menteri Kehakiman & HAM

d) Telah didaftarkan pada Departemen Perindustrian & Perdagangan

e) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI f) Harus memperbolehkan persetujuan Dewan Komisaris atau

RUPS

g) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

h) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.

2) Koperasi

a) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun

b) Akta Pendirian/Anggaran Dasar telah disahkan oleh Kanwil Departemen Koperasi setempat

(76)

Berita Negara RI

d) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

e) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.

3) CV dan Firma

a) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun

b) Akta Pendirian/Anggaran Dasar berupa akta otentik

c) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan hukum CV & firma yang bersangkutan

d) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi.

e) Hasil BI Checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.

2. Syarat Dokumen

a. Perorangan Non Golbertap

1) Melampirkan bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta Surat Nikah (bagi yang menikah). 2) Surat Keterangan Usaha dari RT/RW. Khusus untuk pedagang

pasar, cukup melampirkan fotokopi surat keterangan dari pengelola pasar setempat.

(77)

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

4) Foto kopi rekening tabungan selama 3 (tiga) bulan terakhir [diwajibkan untuk limit pembiayaan di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)].

b. Perorangan Golbertap (Golongan Berpenghasilan Tetap)

1) Menyerahkan bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta Surat Nikah (bagi yang menikah). 2) Menyerahkan asli slip gaji bulan terakhir.

3) Menyerahkan fotokopi SK dengan menunjukkan aslinya atau Surat Keterangan dari Manajer Personalia perusahaan tempat kerja anggota yang menyatakan bahwa anggota masih tercatat sebagai karyawan tetap dan masih aktif.

4) Menyerahkan foto kopi rekening tabungan selama 3 (tiga) bulan terakhir.

5) Menyerahkan Surat Keterangan dari RT/RW atau Dinas terkait dengan usaha yang bersangkutan (untuk pembiayaan dibawah Rp 50.000.000,-).

6) Surrat Keterangan dari Desa/Kelurahan atau Dinas terkait dengan usaha yang bersangkutan (untuk pembiayaan Rp 50.000.000.- ke atas).

Gambar

Tabel 5.2 Pembagian Jumlah Responden ..............................................................
Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Indonesia dari Tahun 2010 - 2012
Tabel 4.1 Margin Warung Mikro
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Warung Mikro29
+7

Referensi

Dokumen terkait

SEPERTI

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model PBL ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi

Ia hanya mengantarku hingga pintu rumah Abah Suradira, lalu membiarkan aku seorang diri dihabisi (Malik, 2017: 5). Pengorbanan menjadi pembuktian seberapa besar kecintaan

Gaya hidup orang sufi dalam menjalankan ajarannya selalu cenderung memakai gaya yang sederhana dan bersikap wara’, qona’ah, menerima pemberian Tuhan apa adanya,

diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya – biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanan bangunan atau proyek tersebut. Rencana Anggara

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan riset kepustakaan dan riset lapangan (survei dan wawancara) dan metode analisis yang

Kombinasi antara nisin dengan minyak atsiri temulawak, kunyit, dan temu putih juga menunjukkan aktivitas yang sinergis pada beberapa mikroorganisme target. Kata Kunci:

Berdasarkan data SNL Kagan menunjukkan bahwa pada tahun 2006 sekitar 58,4% dari seluruh rumah Amerika berlangganan layanan televisi kabel dasar.. • Kebanyakan pemirsa kabel