• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006 2007"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN

ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI

OLEH

MARTINA IKA RATNA SARI NIM: K.5603013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN

ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Oleh :

MARTINA IKA RATNA SARI NIM : K.5603013

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 20 April 2007

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M ( )

Sekretaris : Drs. Budi Satyawan ( )

Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ( )

Anggota II : Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd ( )

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Drs. H. Trisno Martono, M.M

(5)

ABSTRAK

Martina Ika Ratna Sari. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN ANTHROPOMETRI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI PADA SISWA PUTRA KELAS II SMP NEGERI 4 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2006/2007. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2007.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. (2) Perbedaan pengaruh anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Sampel diambil sebanyak 40 orang dengan stratifiednya adalah anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri lingkar paha kecil. Sampel dibagi menjadi 4 (empat) kelompok sesuai rancangan faktorial 2 X 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran. Pengukuran anthropometri lingkar paha dan tes kekuatan otot tungkai. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA 2 X 2.

(6)

MOTTO

“Mensana in corpore sano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat

“You can if you think you can”. Dengan berpikir bahwa kamu bisa maka menghadapi keadaan sesulit apapun kamu akan bisa disertai dengan usaha

dan doa.

Ilmu lebih penting dari harta, karena ilmu akan menjagamu sedangkan

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

- Bapak dan Ibu tercinta dengan segala kasih sayangnya

- Nug, Adit dan Chacha, adik-adikku tersayang - Keluarga di Sragen, Solo dan Pekalongan - Sahabat-sahabatku POK O3

- PJKR 03”06” dengan semua semangatmu - Adik-adik JPOK FKIP UNS

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. sebagai Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah dan Guru Penjaskes SMP Negeri 4 Sragen yang telah

memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007 yang

telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, April 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

PENGAJUAN... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1 A.Latar Belakang Masalah... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Perumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian ... 6

F.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Hakekat Latihan... 8

a. Pengertian Latihan ... 8

b. Prinsip-prinsip Latihan... 9

c. Latihan Untuk Kekuatan ... 13

2. Latihan Berbeban... 14

(10)

b. Penyusunan Program Latihan Berbeban... 17

c. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai... 18

3. Latihan Berbeban Linear... 20

4. Latihan Berbeban Non-Linear... 21

5. Anthropometri ... 23

6. Kekuatan Otot... 25

a. Pengertian Kekuatan Otot ... 25

b. Kekuatan Otot Tungkai ... 26

B. Kerangka Pemikiran ... 28

C. Perumusan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 32

1. Tempat Penelitian... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

1. Metode Eksperimen ... 32

2. Rancangan Penelitian ... 32

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Definisi Operasional Variabel ... 34

E. Populasi dan Sampel... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN... 41

A. Deskripsi Data ... 41

B. Uji Prasyarat Analisis ... 44

1. Uji Normalitas ... 44

2. Uji Homogenitas Varians ... 44

C. Pengujian Hipotesis ... 45

1. Pengujian Hipotesis Pertama... 46

(11)

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 46

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 47

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 49

A. Simpulan ... 49

B. Implikasi ... 50

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA... 52

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pengaturan Urutan Kelompok Otot yang Dilatih... 12

Gambar 2. Pelaksanaan latihan half squat... 20 Gambar 3. Latihan Berbeban Dengan Beban Meningkat Secara Linear 20 Gambar 4. Latihan Berbeban Dengan Peningkatan Beban Secara Non-Linear

...22 Gambar 5. Grafik Nilai Rata-Rata Kekuatan Otot Tungkai

Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat

Anthropometri Lingkar Paha ... 42

Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai

Antara Kelompok Perlakuan. ... 43

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Kekuatan Otot

Tungkai Menurut Kelompok Penelitian... 41

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas dengan Liliefors ... 44

Tabel 3. Tabel Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 44

Tabel 4. Ringkasan Nilai Rerata Kekuatan Otot Tungkai Berdasarkan

Latihan Berbeban dan Anthropometri Lingkar Paha Sebelum

dan Sesudah Diberi Perlakuan ... 45

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data Tes Pengukuran Anthropometri Lingkar Paha

Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun

Pelajaran 2006/2007... 54

Lampiran 2. Kelompok Sampel Penelitian Berdasar Hasil Tes

Anthropometri Lingkar Paha Dengan Kategori Besar

dan Kecil Diatas dan Dibawah Nilai Rata-rata ... 55

Lampiran 3. Data Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai Dengan Back and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP

Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007... 56

Lampiran 4. Kelompok Treatment Latihan Beban Squat Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran

2006/2007……… 57

Lampiran 5. Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai

dengan Back and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran

2006/2007... 58

Lampiran 6. Uji Normalitas Data Tes Awal Kekuatan Otot Tungkai

Pada Kelompok 1 , Kelompok 2, Kelompok 3, dan

Kelompok 4... 61

Lampiran 7. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kekuatan Otot

Tungkai Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4

Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007 ... 64

Lampiran 8. Data Tes Akhir Kekuatan Otot Tungkai Dengan Back and Leg Dynamometer Pada Siswa Putra Kelas II SMP

Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007... 65

Lampiran 9. Rekapitulasi dan Deskriptif Statistik Data Tes Kekuatan

Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas II SMP Negeri 4

(15)

Lampiran 10. Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata-Rata Antar

Kelompok Sampel Sebagai Persiapan Analisis ANOVA

Faktorial 2 X 2 ... 67

Lampiran 11. Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Anthropometri

Lingkar Paha ... 70

Lampiran 12. Petunjuk Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Kekuatan

Otot Tungkai ... 71

Lampiran 13. Program Latihan Berbeban Dengan Latihan Linear Dan

Non-Linear... 72 Lampiran 14. Jadwal Treatment atau Perlakuan Latihan Beban ... 74

Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... 86

Lampiran 16. Ijin Penelitian Dari Universitas Sebelas Maret

Surakarta ... 91

Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian Dari SMP Negeri 4 Sragen 97

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga sebagai bagian dari upaya kehidupan berperanan mengingatkan

bahwa tubuh manusia adalah alat yang utama bagi kehidupan. Hal ini telah

disadari bersama, sehingga pada masa kini dimana-mana terlihat banyak manusia

melakukan aktivitas ini, setelah merasakan manfaat dari gerak yang dilakukannya.

olahraga menjadi kebutuhan hidup setiap individu berdasarkan pentingnya

olahraga sebagai suatu medium bagi perkembangan fisik, motorik, mental, sosial dan emosional.

Perkembangan olahraga dewasa ini semakin pesat dan memperlihatkan

gejala yang sangat komplek karena aktivitas ini tidak berdiri sendiri, melainkan

berinteraksi langsung dengan berbagai bidang seperti : ekonomi, politik, sosial,

budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya pencapaian hasil

yang baik dalam penampilan dan prestasi membutuhkan penguasaan ketrampilan

yang tinggi. Ini hanya bisa dicapai dengan belajar dan berlatih secara benar dan

teratur.

Olahraga melibatkan komponen jasmani atau fisik dan rohani atau psikis.

Faktor yang paling dominan adalah jasmani atau fisik, karena kebugaran jasmani

merupakan salah satu nilai yang langsung dapat dirasakan dari sekian banyak nilai

yang diperoleh saat melakukan olahraga secara teratur. Latihan fisik yang

dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga tubuh

akan mampu menghadapi beban kerja secara efektif. Hal ini merupakan

manifestasi dari penyesuaian faal tubuh terhadap peningkatan beban kerja fisik.

Latihan fisik diartikan sebagai suatu kegiatan menurut cara dan aturan tertentu

yang bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek kemampuan fisik manusia

seperti : daya tahan, kekuatan, kecepatan, keterampilan dan lain sebagainya.

Latihan fisik atau olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk

(17)

Latihan beban merupakan latihan dengan menggunakan suatu beban untuk

meningkatkan kekuatan terutama kekuatan otot. Jenis dari latihan beban memiliki

manfaat yang berbeda pada jenis otot yang akan dilatih. Latihan beban biasanya

untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot perut, otot lengan dan otot tungkai.

Berkaitan dengan peningkatan kekuatan otot, penelitian ini akan mengkaji dan

meneliti cara untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dengan latihan beban.

Jenis latihan beban yang bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot

tungkai antara lain reguler leg press, upper leg press, leg extension, leg curl dan half squat. Latihan beban yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan latihan half squat. Half Squat adalah latihan beban dengan posisi berdiri membawa beban dipundak kemudian disertai gerak tungkai ditekuk dan

diluruskan. Melalui gerak tungkai ynag ditekuk lalu diluruskan serta adanya beban

dipundak menyebabkan tungkai mengeluarkan kekuatan ototnya untuk melawan

beban yang didapat. Dengan latihan teratur dan beban yang semakin bertambah,

maka kekuatan otot tungkai dapat meningkat dalam jangka waktu yang telah

ditentukan.

Upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai harus melalui metode latihan beban yang sesuai. Metode latihan beban antara lain adalah metode latihan beban

linear dan non-linear. Dengan metode latihan beban linear, beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Peningkatan

latihan secara teratur dan semakin bertambah beban yang diangkat. Sedangkan

dengan latihan beban non-linear, latihan secara bertahap dengan adanya peningkatan dan penurunan beban yang diangkat. Dari metode latihan beban

tersebut masing-masing memiliki efektifitas yang berbeda terhadap peningkatan

kekuatan otot tungkai.

Latihan beban pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk memberi

kemudahan dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai. Namun ditinjau dari segi

anthropometri, bentuk dan proporsi tubuh yang ideal cukup banyak berpengaruh

pada kekuatan otot tungkai. Proporsi tubuh yang ideal untuk meningkatkan

kekuatan otot tungkai adalah memiliki massa otot tungkai yang besar. Hal ini

(18)

Kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai bergantung pada

besarnya massa otot tungkai yang dimiliki oleh seseorang. Semakin besar massa

otot tungkai, semakin besar pula kekuatan otot tungkai tersebut. Besarnya massa

otot tungkai yang diukur pada tungkai bagian atas, yaitu pada paha sepertiga

bagian dibawah tulang panggul dan dua pertiga bagian diatas tulang patella atau tempurung lutut. Oleh karena itu diperlukan pengukuran besarnya massa otot

tungkai untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot tungkai yang telah dilatih

dengan latihan beban halfSquat.

Bertolak dari latihan beban (weight training) diatas, metode latihan beban yang akan dikaji dan diteliti adalah latihan beban linear dan non-linear serta pengaruh besar massa otot tungkai atau lingkar paha terhadap peningkatan

kekuatan otot tungkai. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari latihan

beban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai perlu dibuktikan melalui penelitian baik secara teori maupun praktek.

Sebagai orang coba dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas II SMP

Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007. Pada umumnya siswa putra kelas II

SMP berada pada usia 13-15 tahun. Pada usia ini, otot tungkai masih dalam tahap berkembang kearah kekuatan maksimal otot tungkai. Sedangkan pada siswa putra

kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007, belum diketahui cara

meningkatkan kekuatan otot tungkai secara efektif. Kekuatan otot tungkai yang

belum terlatih dengan baik, sulit untuk berkembang kekuatan maksimalnya.

Dengan kekuatan otot tungkai yang terlatih, siswa dapat memaksimalkan

gerak dengan kekuatan otot tungkai, antara lain melompat, meloncat, berlari,

berenang dan sebagainya. Gerak tersebut terdapat pada berbagai cabang olahraga

seperti atletik, olahraga permainan, olahraga air, dan sebagainya. Sehingga siswa

yang mempunyai bakat, kemampuan dan kemauan dari salah satu cabang olahraga

tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut ke tahap yang lebih tinggi melalui

latihan-latihan khusus.

Sebenarnya pelaksanaan kegiatan olahraga untuk meningkatan kekuatan

otot tungkai melalui pelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 4 Sragen telah

(19)

semacam ini harus diperhatikan dan perlu dilakukan upaya-upaya untuk

melakukan kegiatan olahraga dengan jenis yang tepat untuk meningkatkan

kekuatan otot tungkai siswa.

Ditinjau dari sarana latihan peningkatan otot tungkai, pada umumnya

disekolah tidak mempunyai alat-alat untuk latihan beban (termasuk di SMP

Negeri 4 Sragen), karena alat-alat ini hanya terdapat ditempat-tempat fitness dan

harganya cukup mahal. Kurangnya sarana alat beban menyebabkan latihan

peningkatan otot tungkai tidak maksimal. Untuk mengatasi hal ini, sekolah dapat

menggunakan alat beban alternatif yang harganya lebih murah seperti besi

panjang yang kedua ujungnya diberi beban dari semen. Hanya saja kelemahan alat

ini adalah bebannya tetap atau tidak dapat ditambah dan dikurangi, sehingga harus

dibuat beberapa alat dengan besar beban yang berbeda-beda sesuai kebutuhan

siswa.

Sarana dan pengetahuan yang kurang tentang cara peningkatan kekuatan

otot tungkai menuntut seorang guru untuk memiliki kreatifitas dengan alat yang

ada disekolah, agar semua siswa dapat melakukan latihan untuk meningkatkan

otot tungkai. Melalui penelitian ini diharapkan guru pendidikan jasmani memperoleh pengetahuan tentang latihan beban yang benar untuk meningkatkan

kekuatan otot tungkai siswa dan siswa dapat mengetahui bentuk latihan beban

yang tepat untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini mengambil judul “ Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Dan

Anthropometri Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai Pada Siswa Putra

(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah

dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kekuatan

otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen masih rendah.

2. Para siswa belum menguasai metode latihan yang tepat untuk meningkatkan

kekuatan otot tungkai dan belum memanfaatkan besar massa otot tungkai yang

dimiliki.

3. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran anthropometri lingkar paha dan

kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen Tahun

Pelajaran 2006/2007.

4. Belum diketahui kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4

Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007.

5. Belum diketahui efektifitas antara latihan berbeban linear dan latihan berbeban non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.

6. Upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen dengan latihan berbeban.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda perlu dibatasi permasalahan

dalam penelitian ini. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.

2. Anthropometri lingkar paha yaitu besarnya lingkar paha siswa putra kelas II

SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

3. Kekuatan otot tungkai siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun

(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah, masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP

Negeri 4 Sragen Tahun Pelajaran 2006/2007?

2. Adakah perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan

anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai

pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007?

3. Adakah interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap

peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4

Sragen tahun pelajaran 2006/2007?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4

Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

2. Perbedaan pengaruh anthropometri lingkar paha besar dan anthropometri

lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa

putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

3. Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan anthropometri terhadap

peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4

(22)

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan

:

1. Dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai siswa yang dijadikan obyek dalam

penelitian ini.

2. Dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP Negeri 4

Sragen pentingnya metode latihan beban dan anthropometri tubuh dalam

meningkatkan kekuatan otot tungkai, sehingga akan diperoleh hasil yang

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakekat Latihan

a. Pengertian Latihan

Dalam upaya untuk mencapai dan meningkatkan prestasi olahraga dapat

dicapai melalui latihan. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah “Proses yang

sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan

atau pekerjaan”. Selanjutnya menurut Soedjarwo (1993:14) yang dimaksud

dengan latihan adalah “suatu proses sistematis secara berulang-ulang secara ajeg

dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Adapun menurut A.

Hamidsyah Noer (1995:90) bahwa “Latihan adalah suatu proses yang sistematis

dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontiyu

dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dengan peningkatan beban

secara periodik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi

olahraga. Yang dimaksud dengan sistematis adalah berencana, menurut jadwal,

pola dan sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, latihan teratur

dari yang sederhana ke yang lebih komplek. Berulang-ulang maksudnya agar

gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis

dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari

maksudnya setiap kali secara periodik dan segera setelah tiba saatnya untuk

ditambah jumlah beban latihannya.

Latihan fisik merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara

menyeluruh. Dengan latihan fisik yang terencana, sistematis, kontinyu dan

pembebanan tertentu dapat mengubah faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah

tingkat kesegaran jasmani ke tingkatan fitnes yang tinggi, sehingga dapat

(24)

b. Prinsip-prinsip Latihan

Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan yang

disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara

benar.Prinsip- prinsip latihan berbeban yang perlu digunakan sebagai pedoman

dalam pelaksanaan latihan, menurut E.L. Fox yang dikutip M. Sajoto

(1995:30-31) yaitu:

1. Prinsip overload

2. Prinsip penggunaan beban secara progresif 3. Prinsip pengaturan latihan

4. Prinsip kekhususan program latihan

Dengan latihan yang terprogram dengan berdasarkan prinsip-prinsip

latihan secara benar, akan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan.

Prinsip-prinsip dasar latihan tersebut perlu dipedomani dalam melaksanakan latihan.

Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Prinsip Beban Lebih

Prinsip beban lebih ( overload principle ) merupakan dasar dari program latihan berbeban. Prinsip beban lebih ini merupakan faktor penting dalam

peningkatan kemampuan atlet. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:131)

mengemukakan bahwa, “prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang

menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu

dilakukan oleh atlet” .

Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapatkan beban latihan

lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya secara teratur dan kontinyu.

Dalam hal ini Pate R. Rotella R. & Mc. Clenaghan S. (1993:318) mengemukakan

bahwa, “ sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan

fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari”.

Berdasarkan hal tersebut maka latihan yang dilakukan haruis berdasarkan pada

prinsip beban lebih. Dapat dikatakan bahwa prinsip beban lebih merupakan

(25)

Dengan pembebanan yang lebih berat dari sebelumnya, akan merangsang tubuh

untuk beradaptasi dengan beban tersebut. Tubuh manusia akan beradaptasi secara

positif terhadap beban yang diberikan, yang berarti bahwa kemampuan tubuh akan

meningkat. Di dalam tubuh manusia akan timbul superkompensasi terhadap beban

latihan yang diberikan. Suharno H.P. (1993:8) mengemukakan bahwa,

“superkompensasi artinya kenaikan kemampuan atlet setelah di beri beban berat,

teratur dan cukup ulangannya”.

Prinsip beban lebih ini harus benar-benar diterapkan dalam pelaksanaan

latihan. Tetapi harus selalu diingat, bahwa beban latihan yang diberikan tidak

boleh terlalu berat atau berlebihan. Sebab jika beban latihan yang diberikan

tersebut terlalu berat dan berlebihan, yang diperoleh bukanlah kemajuan kondisi

fisik, tetapi malah sebaliknya akan terjadi cedera dan fisik menurun karena

overtraining atau kelebihan beban latihan. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka harus memperhatikan cara penambahan beban yang benar.

2) Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif

Penggunaan beban secara progresif adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan beban yang ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi

sedikit. Pemberian beban latihan yang dilakukan secara bertahap yang kian hari

kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan

fisik. Dengan pemberian beban, tubuh akan beradaptasi dengan beban yang

diberikan tersebut. Jika itu sudah terjadi maka beban tersebut harus ditambah

sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemampuan tubuh.

Peningkatan pemberian beban merupakan hal yang sangat penting dalam

meningkatkan kemampuan tubuh. Harus diperhatikan bahwa peningkatan beban

latihan yang diberikan tidak boleh terlalu berat, tapi tetap berada dalam ambang

rangsang latihan. Untuk menghindari pemberian beban yang berlebihan, maka

peningkatan beban latihan diberikan sedikit demi sedikit secara bertahap. Beban

yang diberikan harus dinaikkan terus-menerus secara teratur atau secara progresif.

(26)

sedikit demi sedikit sampai maksimum. dan jangan berlatih melebihi

kemampuan”

Peningkatan beban latihan dilakukan setiap 1 minggu latihan, karena

organisme tubuh baru akan beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal ini

sesuai dengan pendapat Nosseck (1982) yang menyatakan bahwa “Periode

stabilitas atau adaptasi organisme terhadap rentetetan beban yang lebih tinggi

selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu atau dua minggu”. Hal ini

senada dikemukakan Suharno H.P. (1993:14) yang menyatakan bahwa,

Peningkatan beban latihan jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi.

Peningkatan beban yang diberikan harus diperhitungkan dengan cermat

dan tepat. Peningkatan atau penambahan beban yang dilakukan dengan tepat akan

dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan secara yang tepat pula.

Dengan hal tersebut, maka hasil latihan akan optimal.

3) Prinsip Pengaturan Latihan

Dalam latihan berbeban, pemberian beban terhadap otot-otot tubuh harus

diatur sedemikian rupa sehingga latihan tersebut dapat efektif. Dalam hal ini M.

Sajoto (1995:31) mengemukakan bahwa :

Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.

Selain itu menurut M. Sajoto (1995:31) bahwa “program latihan

hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada tubuh yang sama

mendapat dua kali latihan secara berurutan”. Oleh karena itu, untuk memberikan

latihan yang tepat adalah mendahulukan otot-otot yang lebih besar, kemudian

otot-otot yang kecil sebelum mengalami kelelahan. Misalnya kelompok otot

(27)

lebih kecil. Mengenai pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih dalam latihan

berbeban menurut M. Sajoto (1995:32) adalah sebagai berikut :

1. Kaki bagian atas dan pinggul 2. Dada dan lengan atas

3. Punggung dan bagian posterior kaki 4. Kaki bagian bawah dan pergelangan kaki 5. Bahu dan bagian posterior lengan atas 6. Otot perut

7. Bagian anterior lengan atas

Gambar 1. Pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih

( M. Sajoto, 1995:32)

4) Prinsip Kekhususan

Prinsip kekhususan dapat juga disebut Principle of Specifity. Pengaruh

yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan

yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan

pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar

aktifitas latihan itu mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus

bersifat khusus, sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan

(28)

“latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang

digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”.

c. Latihan Untuk Kekuatan

Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan

kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistence exercise). Menurut Aip Syarifudin dan Yusuf Hadisasmita (1996:108), “Latihan tahanan adalah

latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu

beban, baik itu badan atlet itu sendiri, maupun bobot dari luar (external resistence). Latihan eksternal harus maksimal atau sub maksimal untuk menahan beban tersebut. Beban harus sedikit demi sedikit bertambah berat, agar

perkembangan otot terjamin. Karena itu latihan tahanan harus selalu merupakan

latihan yang semakin meningkat bobot latihannya.

Bentuk beban latihan yang dapat dipergunakan dalam latihan ada

bemacam-macam. Beberapa bentuk tahanan dalam latihan misalnya : (a) tahanan

dengan berat badan sendiri, (b) tahanan berupa teman atau orang lain, (c)

Tahanan berupa gesekan, (d) tahanan berupa alat, seperti barbell dan dumbell. Latihan tahanan menurut kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua

kategori, yaitu kontraksi isotonis dan kontraksi isometris. Dalam kontraksi

isotonis akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan

oleh karena otot memanjang dan memendek, sehingga terdapat perubahan dalam

panjangnya otot. Kontraksi ini disebut kontraksi dinamis (dynamic contraction). Sedangkan untuk kontraksi isometris tidak tampak gerakan yang nyata karena otot

tidak memanjang atau memendek, dengan kata lain tidak ada jarak yang

ditempuh. Kontraksi demikian disebut kontraksi statis.

Meskipun telah dibuktikan bahwa kontraksi isometris dapat

mengembangkan kekuatan, latihan kekuatan yang paling populer adalah latihan

isotonis, karena bentuk latihan ini mempunyai keuntungan-keuntungan yang lebih

bila dibandingkan dengan bentuk latihan kontraksi isometrik.

Keuntungan-keuntungan tersebut menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf Hadisasmita (1996:108)

(29)

1) Ruang geraknya lebih luas, hal ini menjamin tetap terlatihnya fleksibilitas. 2) Perbaikan daya tahan bersamaan dengan perkembangan kekuatan.

3) Lebih memberikan kepuasan dalam mengatasi bobot-bobot yang ditahan, dan yang sedikit demi sedikit bertambah.

4) Lebih memberikan kepuasan dalam menggerakkan bagian-bagian tubuh terhadap suatu beban.

5) Gerakan-gerakannya lebih menjamin fungsi peredaran zat-zat dalam alat-alat tubuh kita.

Salah satu macam latihan tahanan isotonis yang paling populer dalam olahraga

adalah latihan beban (weight training).

2. Latihan Berbeban

Latihan beban (weight training) merupakan latihan yang cukup efektif untuk meningkatkan kekuatan dan power otot. Sehingga untuk meningkatkan

prestasi olahraga yang memerlukan kekuatan otot, sangat efektif jika

menggunakan latihan berbeban (weight training).

Yang dimaksud dengan latihan berbeban, menurut Harsono (1988:185)

“ Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai

sebaga alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”.

Selanjutnya Iwan Setiawan (1994:6) berpendapat bahwa : “latihan beban yang

dilakukan secara sistematis dan fungsi beban latihan hanya untuk tujuan

menambah kekuatan otot dalam rangka memperbaiki kondisi fisik, kesehatan,

kekuatan, prestasi dalam cabang olahraga”. Sedangkan menurut M. Furqon

(1996:1) latihan berbeban adalah “suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian

secara sistematis pada berbagai otot tubuh”. Latihan beban (weight training) adalah latihan yang sistematis, dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk

menambah tahanan kontraksi otot untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu

beban yang digunakan tidak terlalu berat, namun sesuai dengan kebutuhan atlet.

Latihan beban merupakan latihan fisik dengan cara menambah beban,

yang utamanya memberikan efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan

(30)

latihan beban akan mengalami perubahan-perubahan morfologis daripada seorang

atlet yang lari menempuh jarak 15 km yang akan mengalami perubahan

fungsional dalam lari jarak jauh”.

Pelaksanaan dan penerapan latihan beban, harus dilakukandengan tepat

dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan agar tujuan latihan beban

benar-benar tercapai. Latihan beban jika dilaksanakan dengan benar kecuali dapat

mempertinggi kekuatan fisik secara keseluruhan juga dapat mengembangkan

kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan keuletan, yang merupakan faktor-faktor

yang penting dalam olahraga.

a. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Berlatih Beban

Latihan fisik dengan beban tidak boleh tanpa ukuran atau porsi yang tidak

tepat , tetapi harus dilakukan secara sistematis dan hati-hati. Jika latihan berbeban

dilakukan tanpa ukuran yang sesuai, kemungkinan akan menyebabkan terjadi

cedera, terganggunya pertumbuhan dan perkembangan atlet.

Agar pengaruh yang ditimbulkan dari latihan berbeban yang dilakukan

dapat efektif, latihan berbeban harus dilakukan dengan hati-hati. Pelatih harus

dengan cermat dan seksama memperhitungkan dengan tepat beban yang harus dilakukan oleh atlet. Disamping itu pelatih harus memperhatikan kondisi fisik

yang dimiliki oleh atletnya. Dalam latihan berbeban perlu pula diperhatikan

mengenai umur seseorang boleh latihan beban. Harsono (1988:207) berpendapat

bahwa :

Cukup aman kalau melalui weight training pada umur 14 tahun asal mulai dengan beban-beban yang ringan, oleh karena tulang-tulang masih lunak dan belum sempurna perkembangan, sendi-sendi anak-anak muda belum tumbuh secara sempurna serta belum stabil.

Latihan berbeban memang cukup banyak resikonya, oleh karena itu dalam

mempergunakan peralatan, pelatih dan atlet harus mengetahui cara penggunannya

(31)

Adapun petunjuk pengamanan dalam penggunaan peralatan latihan

berbeban menurut Harsono (1988:195-196) antara lain sebagai berikut :

1) Barbells (bobot-bobot besi) harus diteliti sehingga tidak mungkin bergeser-geser, karena itu untuk kunci penahan harus kencang

2) Sikap permulaan adalah penting, perhatikan bahwa pada waktu megangkat beban dari lantai, kepala, bahu, punggung harus lurus dan pinggang rendah.

3) Setiap bentuk latihan harus dilakukan dengan gerakan yang benar.

4) Konsentrasi adalah penting untuk mampu mengeluarkan tenaga maksimal.

5) Gerakan harus smooth dan penuh tenaga, bukan mendadak atau kaku.

6) Setelah setiap set istirahat sebentar sambil meregangkan otot-otot yang baru bekerja.

7) Setiap berlatih catatlah jumlah beban yang diangkat dan jumlah repetisi yang telah dilakukan.

8) Setiap session latihan sebaiknya diakhiri dengan latihan peregangan statis dan latihan relaksasi.

Hal ini senada dengan beberapa syarat dan prinsip yang penting

diperhatikan dalam latihan beban yang menurut Aip Syarifuddin dan Yusuf

Hadisasmita (1996:109) adalah sebagai berikut :

1) Latihan beban harus didahului oleh pamanasan yang menyeluruh.

2) Prinsip beban lebih harus diterapkan.

3) Sebagai patokan, dianjurkan untuk melakukan tidak lebih dari 12 dan tidak kurang dari 8 ulangan untuk setiap bentuk latihan.

4) Setiap mengangkat, mendorong atau menarik beban, harus dilaksanakan dengan teknik yang benar.

5) Ulangan angkatan sedikit, dengan beban maksimum akan menghasilkan adaptasi terhadap kekuatan, artinya akan membentuk kekuatan sedangkan ulangan banyak dengan beban ringan pada umumnya akan mengasilkan perkembangan daya tahan otot.

(32)

7) Setelah latihan, pengaturan pernapasan harus diperhatikan

8) Pada akhir melakukan suatu bentuk latihan, atlet harus berada dalam keadaan lelah otot lokal yang berlangsung hanya untuk sementara.

9) Latihan beban setidaknya dilakukan tiga kali dalam seminggu dan diselingi dengan satu hari istirahat.

10)Latihan beban harus diawasi oleh pelatih yang mengerti betul dengan latihan beban.

Program latihan berbeban harus disusun dan dilaksanakan dengan baik dan

benar. Jika latihan berbeban dapat dlakukan dengan baik dan benar maka ini

merupakan pengamanan bagi atlet itu sendiri. Hal-hal yang telah diuraikan diatas

perlu diperhatikan dan dipenuhi agar latihan yang dilakukan dapat mencapai hasil

yang diinginkan.

b. Penyusunan Program Latihan Berbeban

Latihan beban akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika

dalam pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi

prinsip-prinsip

latihan beban yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan harus

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan latihan.

Menurut M. Sajoto (1995:33-35) , hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan

beban yaitu : “(1) Jumlah beban, (2) Repetisi dan set (3) Frekuensi dan lama

latihan “.

1) Jumlah Beban

Jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan harus tepat. Berkaitan

dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan kekuatan, Nosseck

(1982:46) mengelompokkan menjadi tiga tujuan yaitu “ (a) kekuatan maksimum,

(b) kekuatan kecepatan, dan (c) ketahanan kekuatan”. Beban yang diberikan dalam latihan kekuatan berbeda-beda, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

(33)

terutama kekuatan maksimal, menurut Nosseck (1982:55) bebannya adalah

“80-100% dari beban maksimum”.

Dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah untuk meningkatkan

kekuatan otot tungkai. Beban yang akan diberikan adalah 80-90% dari beban

kekuatan maksimum. Jumlah beban ini disesuaikan dengan usia sampel penelitian

yang berkisar antara 13-15 tahun, sehingga beban yang diangkat tidak boleh

sampai 100% dari beban maksimal. Beban awal yang harus diberikan kepada tiap

individu berbeda-beda. Beban awal yang diberikan kepada tiap individu dihitung

sesuai dengan kemampuan maksimal masing-masing atlet.

2) Repetisi dan Set

Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedangkan set

adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Penentuan jumlah repetisi dan

set disesuaikan dengan tujuan latihan, yaitu meningkatkan kekuatan. Latihan

untuk meningkatkan kekuatan maksimal, menurut Nosseck (1982:55) yaitu,

“dengan jumlah repetisi 6 - 10 kali, 3-4 set, dengan istirahat antar set 2-4 menit”.

Menurut O Shea dalam M.Sajoto (1995:70) “apabila menggunakan beban

maksimal maka waktu istirahat antara repetisi atau set adalah 2 menit, sedang untuk beban ringan atau menengah adalah ½ - 1 menit”. Adapun menurut M.

Sajoto (1995:34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan “10-12 repetisi

untuk 3-4 set”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan

beban untuk meningkatkan kekuatan adalah dengan jumlah repetisi 6-10 kali, 3-4

set dan istirahat antar set 2-4 menit.

c. Latihan Berbeban Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tungkai

Otot tungkai memiliki penampang otot yang besar pada bagian pangkal

(34)

pangkal paha sampai tumit saling mendukung gerak tungkai. Untuk meningkatkan

kekuatan otot-otot pendukung gerak tungkai diperlukan latihan yang tepat.

Salah satu bentuk latihan yang tepat untuk kekuatan otot tungkai adalah

latihan berbeban. Jenis latihan beban tersebut antara lain reguler leg press, upper leg press, leg extension, leg curl dan half squat. Latihan berbeban yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai adalah half squat. Menurut M. Furqon (1996:112) latihan half squat ini terutama dapat “ mengembangkan otot-otot paha bagian depan dan kaki bagian bawah “ .

Latihan half squat dipilih karena sampel penelitian ini adalah siswa dengan usia antara 13-15 tahun. Pada usia ini siswa dalam masa pertumbuhan

dimana tulang dan otot tubuh mulai tumbuh. Oleh karena itu latihan berbeban

yang diberikan tidak melebihi beban maksimal yang dianjurkan, karena dapat

mengganggu pertumbuhan tubuh siswa. Dengan gerak half squat yang hanya setengah dari gerak squat, otot tungkai siswa dapat ditingkatkan kekuatannya secara tepat dan mengurangi rasa sakit pada persendian lutut karena beban yang

diangkat.

Pelaksanaan dari latihan half squat adalah sebagai berikut : 1) Sikap awal :

Berdirilah dengan kaki terbuka selebar bahu. Peganglah barbell dengan

pegangan overhand dibelakang leher dan disandarkan di bahu.

2) Gerakan :

Tekuklah lutut untuk melakukan half squat (kurang lebih 90 derajat ). Kembali ke posisi awal.

(35)

Gambar 2. Pelaksanaan latihan half squat ( M. Furqon, 1996:112)

3. Latihan Berbeban Linear.

Latihan berbeban dengan beban meningkat secara linear yaitu beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus.

Peningkatan kekuatan secara terus menerus hanya dapat dicapai dengan

peningkatan beban latihan. Berdasarkan hal tersebut maka beban latihan harus

ditingkatkan terus secara progresif. Peningkatan beban latihan dilakukan setelah tiga kali latihan.

Gambaran mengenai peningkatan beban secara linear dapat dilihat pada gambar berikut :

(36)

Peningkatan beban secara linear didasarkan pada peningkatan beban secara progresif dan terus menerus, dan berdasarkan pada prinsip overload. M.

Sajoto (1995:31) menyatakan bahwa, “Dalam latihan harus ada peningkatan atau

penambahan beban kerja secara progresif”. Apabila dalam pelaksanaan latihan,

beban tidak dinaikkan maka superkompensasi tidak terbentuk dan terjadi stagnasi

prestasi.

Tiap latihan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Hal ini menyebabkan

seorang pelatih memilih jenis latihan yang tepat untuk atlitnya berdasarkan

kelebihan dan kekurangan suatu metode latihan. Demikian pula untuk latihan

beban linear terdapat kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari latihan linear berdasarkan kesimpulan yang diambil dari pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas fungsional sistem didalam tubuh meningkat

2. Kekuatan daya tahan otot semakin meningkat

3. Beban latihan meningkat teratur

Sedangkan untuk kekurangan dari latihan linear adalah sebagai berikut :

1. Kesempatan organisme untuk regenerasi sedikit

2. Persiapan kondisi tubuh untuk mengantisipasi peningkatan beban latihan

kurang.

3. Pemulihan energi secara fisiologis relatif sedikit.

4. Latihan Berbeban Non Linear

Latihan pembebanan non-linear ini dapat pula disebut dengan “sistem tangga (step- type approach) (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996 : 134). Latihan dengan peningkatan beban secara non-linear yaitu suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase

peningkatan dan penurunan beban latihan ( bergelombang ). Yusuf Hadisasmita &

(37)

dapat dicapai dengan baik, maka penerapannya harus diselingi dengan masa-masa

pemulihan atau penurunan intensitas dan volume latihan”.

Yang dimaksud dengan cara penambahan beban dalam latihan yang

disusun secara berjenjang, bergelombang yaitu bergantian antara jenjang naik

disuatu saat dan jenjang turun disaat yang lain. Beban bertambah secara bertahap

dan bergelombang atau non-linear memberi kesempatan kepada organisme untuk melakukan regenerasi yang memungkinkan atlet untuk mengakumulasi cadangan

fisiologis serta psikologisnya dalam mengantisipasi peningkatan beban latihan

berikutnya.

Gambaran mengenai pembebanan secara non-linear dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Latihan Berbeban Dengan Peningkatan Beban Secara Non-Linear ( Bompa, 1990:47)

Dalam pembebanan non-linear ini setelah tiga kali latihan beban ditingkatkan kemudian dilanjutkan satu persiapan penurunan atau fase tanpa

beban. Fase penurunan beban ini sangat baik untuk memberikan kesempatan pada

organisme tubuh untuk melakukan regenerasi.

Kelebihan dari latihan berbeban non-linear adalah sebagai berikut :

1. Adanya regenerasi organisme dalam tubuh

2. Persiapan kondisi tubuh dalam peningkatan beban semakin matang

3. Dapat mengembalikan energi secara fisiologis

1

2

3

4

5

(38)

Sedangkan kekurangan dari latihan non-linear adalah :

1. Kekuatan daya tahan kurang berkembang

2. Peningkatan beban tidak teratur

3. Peningkatan kekuatan fungsional sedikit

5. Anthropometri

Anthropometri adalah cabang ilmu yang mengkaji tentang pertumbuhan

dan pegukuran tubuh manusia Menurut Barham (1973) dalam Soeharsono (1993),

“Anthropometri adalah ilmu pengetahuan tentang permasalahan pengukuran

terhadap berat (weight), ukuran (size) dan proporsi tubuh manusia serta bagian-bagiannya (proportions of thehuman body and its parts). Sehingga bagian-bagian anthropometri menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:72-75)

terdiri dari :

a. Berat badan, dapat dibedakan menjadi 2 komponen pokok yaitu :

1) Komponen lemak (fat component)

2) Komponen bebas lemak (fat free component) b. Ukuran badan (body size), yang meliputi :

1) Dimensi linear dari badan,

2) Lilitan (lingkaran) dari badan

3) Bagian badan (the girth/circumference/of body parts) 4) Daerah permukaan badan (the body surface area)

Adapun menurut Sugiyanto (2003:35) “pengukuran anthropometri

meliputi tinggi badan, berat badan, besarnya penampang, kelebaran dan panjag

bagian-bagian tubuh”. Pertumbuhan fisik dapat diketahui melalui pengukuran

dalam hal-hal tersebut yang dilakukan secara berkala sejak bayi. Dengan

mengetahui peningkatan ukuran dari waktu ke waktu maka dapat diketahui

pertumbuhannya.

Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau

tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang

(39)

anak yang bersangkutan memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak

yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju.

Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil maka pertumbuhannya lambat.

Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh erat kaitannya dengan

keterbentukan setiap individu kearah tipe bentuk tubuh tertentu. Bentuk tubuh

seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan serta

berbagai ukuran anthropometri lainnya yang ada pada seseorang. Variasi dari

ukuran-ukuran bagian tubuh akan membentuk kecenderungan tipe bentuk tubuh.

Pada masa anak besar kecenderungan setiap anak untuk tumbuh kearah tipe tubuh

tertentu mulai terlihat, namun masih belum begitu jelas. Kecenderungan itu akan

makin jelas pada masa adolesensi atau masa dewasa.

Sheldon dalam Sugiyanto (2003:53) berhasil membuat cara untuk

mengklasifikasi tipe tubuh menjadi 3 tipe tubuh yang ekstrim, yaitu :

1.Tipe Mesomorph ( sedang, tubuh berotot, tangkas) 2.Tipe Endomorph (pendek, gemuk, kurang lincah) 3.Tipe Ectomorph (tinggi, kurus,pendiam)

Dalam kenyataannya, tipe tubuh yang dimiliki oleh setiap orang seringkali sulit untuk diklasifikasi dalam satu dari ketiga tipe tubuh tersebut secara pasti dan

pada umunya hanya berupa kecenderungan kearah tipe tubuh tertentu atau

merupakan perpaduan dari ketiga tipe tubuh.

Dari ketiga tipe tubuh diatas, sama-sama memiliki anggota-anggota tubuh

yang mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan seseorang dalam

melakukan aktifitas sehari-hari. Anggota-anggota tubuh tersebut antara lain

kepala, badan, dan anggota gerak atas dan bawah.

Salah satu anggota gerak tubuh adalah anggota gerak bawah yang

berfungsi untuk menopang tubuh pada saat melakukan gerak. Anggota gerak

bawah adalah tungkai dengan bagian-bagiannya yaitu tungkai bawah dan tungkai

atas. Dari masing-masing bagian mempunyai tulang, sendi, otot dan saraf yang

saling bekerjasama pada saat tungkai bergerak.

Tubuh manusia yang dibentuk oleh tulang-tulang,sendi-sendi dilekati otot

(40)

oleh tulang-tulang dan otot-otot. Melalui tulang-tulang dan otot-otot dapat dilihat

bentuk tubuh seseorang tinggi, sedang, pendek, kurus, gemuk, dan sebagainya.

Tetapi bagian yang sangat terlihat adalah otot. Besar kecilnya otot tergantung

pada tulang yang dilekati dan fungsi otot tersebut, misalnya otot besar terdapat

pada tulang lengan atas atau otot bisep yang berfungsi sebagai penggerak aktif

dari tulang lengan atas.

Otot tungkai merupakan salah satu otot terbesar, terutama otot kuadrisep

yang berada di tungkai atas atau paha bagian depan. Otot ini berfungsi sebagai

penggerak aktif dari kerangka anggota gerak bawah yang merupakan penyangka

tubuh. Seperti yang telah disebutkan diatas, otot tungkai memiliki berbagai

macam jenis otot yang saling bekerjasama dalam melakukan gerak. Jenis gerak

yang dilakukan oleh otot tungkai juga tergantung pada kekuatan otot tungkai,

misalnya pemain bola voli mempunyai kekuatan otot tungkai yang besar untuk

melompat pada saat melakukan smes.

6. Kekuatan Otot

a. Pengertian Kekuatan Otot

Kekuatan merupakan kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau

beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktifitas olahraga.

Kekuatan otot merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang penting dalam

kehidupan sehari-hari terutama untuk aktifitas fisik seperti olahraga. Menurut

Suharno HP. (1978:21), “Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat

mengatasi tahanan atau beban dalam melakukan aktifitas”. Tingkat kekuatan otot

yang tinggi sangat bermanfaat bagi aktifitas olahraga, karena kekuatan otot

merupakan salah satu unsur yang penting guna meningkatkan kondisi fisik.Ada

tiga alasan yang mendasar pentingnya kekuatan menurut Harsono (1988:177)

yaitu :

(41)

2) Kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet atau orang

dari kemungkinan cedera.

3) Dengan kekuatan, atlet akan dapat berlari lebih cepat, melempar dan

menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat

membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Kekuatan otot sendiri menurut Nosseck (1982:54) terdiri dari tiga macam, yaitu :

1) Kekuatan Maksimal : adalah kemampuan otot dalam kontraksi maksimal serta

dapat melawan atau menahan dan memindahkan beban maksimal pula.

2) Kekuatan Daya Ledak ( Explosive Power ) : adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi.

3) Kekuatan Daya Tahan ( Power Endurance ) : adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban yang tinggi

intensitasnya.

Berdasarkan jenis kekuatan tersebut, berbagai macam aktifitas dapat dilakukan

sesuai dengan kebutuhan masing-masing, seperti mengangkat beban, melompat,

lari, dan sebagainya.

Untuk dapat meningkatkan kekuatan otot, perlu dipertimbangkan beberapa faktor penentunya. Menurut Nosseck (1982:65) faktor-faktor penentu baik

tidaknya kekuatan otot adalah :

1) Besar kecilnya potongan melintang otot

2) Jumlah serabut otot yang turut bekerja dalam melawan beban. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh.

4) Keadaan zat kimia dalam otot. 5) Umur.

6) Jenis kelamin.

Dengan berbagai faktor tersebut, dapat diketahui besarnya kekuatan yang di miliki

seseorang dan dapat dicari upaya peningkatannya.

b. Kekuatan Otot Tungkai

Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah

(42)

1) Femur ( tulang paha )

2) Crus / crural ( tungkai bawah ) :

a. tibia

b. fibula

3) Ossa pedis :

a. Ossa tarsalia :

Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari 7 buah tulang.

b. Ossa metatarsalia :

Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari 5 buah tulang.

c. Ossa palangea digitorum pedis :

Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri dari

dua ruas tulang.

Sebagai tulang anggota gerak bawah bebas ( sceleton extremitas inferior liberae) tungkai bawah mempunyai tugas yang sangat penting untuk melakukan gerak. Namun untuk dapat melakukan gerak tersebut secara sistematis, harus

merupakan hasil dari gerak yang dilakukan oleh adanya suatu sistem penggerak, yang meliputi : otot, tulang, sendi dan saraf. Dalam hal ini, otot-otot tungkai, dan

articulatio coxae, articulatio genus, articulatio talo cruralis.

Ada tiga otot penggerak tungkai, dimana masing-masing otot penggerak terdiri

dari beberapa otot, yaitu :

1) Otot penggerak paha : iliopsoas, rectus femoris, gluteus maximus, gluteus

medius, gluteus minimus, tensor fascialatae, piriformis, adductor brevis,

adductor longus, adductor magnus, gracilis.

2) Otot penggerak tungkai bawah : rectus femoris, vastus lateralis, vastus

medialis, vastus intermedius, sartorius, biceps femoris, semitendonisus, semi

membranosus.

3) Otot penggerak kaki : tibialis anterior, gastrocnemius, soleus, peroneus

longus, peroneus brevis, tibialis posterior, peroneus tertius.

Dari bermacam-macam otot tersebut ditambah dengan tulang ,sendi, dan saraf,

(43)

Menurut Sugiyanto (1994:39) ”kekuatan otot adalah kualitas yang

memungkinkan pengembangan ketegangan otot-otot dalam kontraksi maksimal

atau bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakangaya tegang untuk

melawan beban atau hambatan. Sedangkan menurut M. Sajoto(1995:8) “kekuatan

adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam

mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat dirumuskan bahwa kekuatan

otot tungkai adalah kemampuan dari otot atau sekelompok otot tungkai untuk

dapat mengatasi tahanan atau berkontraksi melawan beban dalam menjalankan

berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mendapatkan kekuatan otot yang maksimal harus dilatih secara

teratur. Kekuatan otot tungkai dapat dilatih dengan latihan beban (weight training). Dengan otot-otot tungkai yang kuat, maka akan membantu dalam pencapaian prestasi dibidang olahraga.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat

diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :

1) Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Dengan Latihan Berbeban Linear dan Non-Linear

Latihan berbeban dengan latihan berbeban linear dan non-linear merupakan salah satu bentuk latihan beban dengan menekankan pada beban yang

akan ditingkatkan. Latihan berbeban linear adalah suatu latihan dengan beban

latihan ditingkatkan secara bertahap dan meningkat secara terus menerus. Dalam

latihan ini setelah 3 kali latihan beban dalam 1 minggu, beban bisa ditambah

sesuai kebutuhan siswa, demikian seterusnya sampai 6 minggu latihan selesai.

Sedangkan latihan dengan peningkatan beban secara non-linear yaitu suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap

(44)

Beban latihan terus meningkat selama 3 minggu latihan. Pada minggu keempat

terdapat penurunan beban latihan, kemudian beban meningkat lagi pada minggu

kelima dan keenam.

Perbedaan peningkatan beban latihan dari kedua metode latihan diatas

akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan kekuatan

otot tungkai. Perbedaan perlakuan yang diberikan selama proses latihan akan

menimbulkan hasil yang berbeda pula terhadap hasil latihan.

2) Perbedaan Pengaruh Anthropometri Lingkar Paha dengan Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai

Tungkai merupakan anggota gerak tubuh bagian bawah yang digunakan

manusia untuk bergerak. Tungkai terdiri dari tulang, otot, sendi, dan saraf yang

saling bekerjasama untuk melakukan gerak. Dari besarnya otot tungkai dapat

diketahui kekuatan otot tungkai yang dimiliki oleh seseorang.

Berdasarkan pengukuran anthropometri, besarnya otot tungkai diukur pada

lingkar paha, yaitu diantara sepertiga paha dibawah tulang pinggul dan dua pertiga

paha diatas tulang patella. Pada umumnya semakin besar massa otot tungkai seseorang, semakin besar pula kekuatan otot tungkainya.

Kekuatan otot tungkai yang besar memberikan banyak manfaat dalam

berolahraga. Dengan otot tungkai yang kuat, seseorang dapat melakukan berbagai

macam gerak seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat, berenang dan

sebagainya. Berbagai macam gerak diatas banyak terdapat pada cabang-cabang

olahraga seperti atletik, sepakbola, bola voli, renang dan banyak lagi.

3) Interaksi Latihan Berbeban dan Anthropometri Lingkar Paha Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Tungkai

Latihan beban merupakan latihan fisik dengan cara menambah beban,

yang utamanya memberikan efek terhadap otot-otot rangka dan memberikan

(45)

beban yang diterapkan pada siswa akan memberikan pengaruh yang berbeda

sesuai jenis metode latihannya.

Latihan berbeban linear merupakan metode latihan beban dengan peningkatan beban terus menerus sampai waktu yang telah ditentukan. Sedangkan

latihan beban non-linear merupakan suatu latihan dengan peningkatan beban latihan yang dilakukan secara bertahap tetapi terdapat fase peningkatan dan

penurunan beban latihan (bergelombang). Secara metodis metode latihan tersebut

diatas akan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai.

Disisi lain untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai tidak hanya

dipengaruhi oleh metode latihan saja. Faktor yang dapat mempengaruhi besarnya

peningkatan kekuatan otot tungkai, salah satunya adalah faktor anthropometri

tubuh bagian tungkai khususnya lingkar paha. Besar lingkar paha merupakan

bagian tubuh yang mempunyai peran penting mendukung peningkatan kekuatan

otot tungkai. Oleh karenanya metode latihan berbeban yang digunakan hendaknya

dengan besar lingkar paha yang dimiliki siswa harus mampu dimanfaatkan secara

optimal.

Dari kedua variabel ini masing-masing dapat mempengaruhi terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai. Metode latihan berbeban linear dan non-linear

mempengaruhi anthropometri lingkar paha. Dengan demikian diduga antara

metode latihan berbeban dan anthropometri lingkar paha ada interaksi terhadap

(46)

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban linear dan non-linear terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4

Sragen tahun pelajaran 2006/2007

2. Ada perbedaan pengaruh antara anthropometri lingkar paha besar dan

anthropometri lingkar paha kecil terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai

pada siswa putra kelas II SMP Negeri 4 Sragen tahun pelajaran 2006/2007.

3. Tidak ada interaksi antara latihan berbeban dan besarnya anthropometri

lingkar paha terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sragen dan di Cha-Cha Gym

& Fitness Sragen.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret

2007, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu.

B. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dasar

penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan

memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna

mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 x 2. Rancangan

faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk

memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi

antara variabel-variabel independen (Sugiyanto1995:30).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan berbeban

linear dan latihan berbeban non-linear, pengaruh besar anthropometri lingkar paha, dan interaksi antara latihan berbeban dan besar anthropometri lingkar paha

terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai. Rancangan penelitian ini dapat

Gambar

Gambar 1.  Pengaturan Urutan Kelompok Otot yang Dilatih..................
Gambar 1.  Pengaturan urutan kelompok otot yang dilatih
gambar berikut :
gambar berikut :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian tentang analisis perbandingan tingkat kesehatan antara bank milik pemerintah dengan bank milik swasta di

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian kasns fasciolosis pada sapi, kambing, dan domba yang dipotong sebagai hewan qurban, serta memperkirakan kerugian

pembuatan fruit leather adalah buah yang memiliki kematangan yang cukup,.. berkadar air rendah, mengandung serat yang tinggi, dan memiliki

Dietary Carotenoids and Skin Melanin Content Influence the Coloration of Farmed Red Porgy ( Pagrus pagrus ).. The Effect of Different Carotenoid Sources on Skin Coloration

Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo ). BANK BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Model regresi yang digunakan adalah model regresi sederhana yang dibangun dari integrasi antara data observasi dengan nilai rata-rata curah hujan CMORPH dalam setiap ukuran

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak terdapat interaksi (p>0.05) antara dosis pupuk kandang yang diberikan dengan varietas/ galur sorgum

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas