• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt. ...

Sekretaris : Basuki Wibowo, S.E., Akt. ...

Penguji Utama : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unila

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP 19610904 198703 1 001

(11)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada:

Bapak, Ibu dan Keluarga

,

yang telah membesarkanku.

Rekan-rekan mahasiswa,

yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi.

serta

(12)

Judul Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

LUAS PENGUNGKAPAN CORPORATE

GOVERNANCE DALAM LAPORAN TAHUNAN

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Andi Susetianto Nomor Pokok Mahasiswa : 0811031020

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt. Basuki Wibowo, S.E., Akt. NIP 19730723 199903 1 002 NIP 19560410 199003 1 001

2. Ketua Jurusan

(13)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bandarlampung, 24 April 2013 Penulis

(14)

MOTTO

“...maka tanyakanlah olehmu kepada orang

-orang yang

berilmu, jika kamu tidak mengetahui

(Q.S. Al-

Anbiya’ayat

7).

Dan Tuhan-

Mu berfirman, “Berdoalah kepadaKu niscaya

akan Kuperkenankan bagimu

.... (Q.S. Al-

Mu’min ayat

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gula Putih Mataram pada tanggal 20 November 1989, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suwarno dan Ibu Suryati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Gula Putih Mataram tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDS GPM, PT GPM pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP GPM pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Sugar Group pada tahun 2008.

(16)

SANWACANA

Bismillah.

Alhamdulillah, atas kemudahan yang diberikan kepada saya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Terima kasih atas semua bimbingan, kritik dan saran yang telah diberikan.

(17)

memberikan waktu untuk memberi bimbingan, masukan, saran, kritik, semangat serta dukungannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. selaku penguji utama. Terima kasih atas kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs.Hi. A.Zubaidi Indra, S.E., M.M., CPA. selaku pembimbing

akademik yang telah membantu dalam perihal akademik.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Terima kasih untuk semua ilmu, wawasan, serta pelajaran yang telah diberikan selama ini.

7. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, terutama jurusan Akuntansi; Pak Sobari, Mbak Sri, Mas Leman, Mas Yono dan Mas Yana. Terima kasih atas semua bantuannya.

8. Bapak dan Ibuku yang ikut mendoakan, memberikan dorongan, semangat serta memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

9. Rekan-rekan mahasiswa Akuntansi: Meipasari, Niar, Agnes, Rima, Fatimah, Rina, Yunita, Dwi, Alma, Eren, Feri, Rivan, Wendra, Didik, Umar, Benawa, A’an.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, semangat dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(18)

Bandarlampung, April 2013

Penulis

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peran manajemen diharapkan dapat bekerja memenuhi permintaan prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal (Wolfhensohn, 1999). Salah satu cara untuk mengurangi konflik antara agen dan prinsipal ini adalah dengan pengungkapan informasi oleh manajemen (agen), dimana sejalan dengan berkembangnya isu mengenai corporate governance yang di dalamnya terdapat prinsip transparansi dan akuntabilitas, akan meningkatkan perhatian terhadap masalah pengungkapan pada aspek corporate governance

(20)

Awal tahun 1997 - 2000 merupakan kehancuran dunia perbankan di Indonesia. Puluhan bank dilikuidasi dan puluhan lagi dimerger akibat terus menerus menderita kerugian, baik bank milik pemerintah maupun milik swasta nasional. Kehancuran dunia perbankan Indonesia adalah akibat salah dalam pengelolaannya. Hancurnya dunia perbankan tersebut merupakan pelajaran berharga bagi para banker di Indonesia.

Salah kelola bank yang berdampak pada terpuruknya perekonomian nasional tersebut memberikan suatu kesadaran akan pentingnya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Belum diterapkannya good corporate governance disinyalir menjadi faktor utama berkepanjangannya krisis yang terjadi di Indonesia (Tangkilisan, 2003).

Konsep good corporate governance sebagai model pengelolaan perusahaan yang bersifat modern diyakini mampu membawa perubahan pengelolaan bank menjadi lebih baik dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan yang diwarnai ketatnya persaingan antar bank dalam merebut kepercayaan nasabah dan pengembangan usaha bank. Meskipun tidak menyebut tentang tata kelola atau good corporate governance, pentingnya pengelolaan perbankan secara baik agar bank menjadi industri yang sehat telah diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Penjelasan Umumnya dinyatakan bahwa “…terhadap lembaga perbankan perlu senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif dengan didasari oleh landasan gerak.”

(21)

dekade terakhir, bahkan dalam perundang-undangan tentang badan usaha atau perusahaan, seperti Undang-Undang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pasar Modal, istilah Good Corporate Governance belum dikenal sama sekali, sedangkan dalam aktivitas bisnis di Eropa dan Amerika Serikat, istilah ini sudah lama dikenal (Emirzon, 2007).

Raffles menyatakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance mulai menjadi perdebatan dan perbincangan hangat sejak terjadi kasus jatuhnya perusahaan besar dunia, seperti Enron dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH Insurance dan One-tel di Australia pada permulaan abad ke-21, serta Parmalat di Italia pada awal dekade 2000-an. Sejak kejadian yang sangat fantastis dalam dunia bisnis ini membuka mata semua kalangan pebisnis dan pemerintahan betapa pentingnya penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan bisnis. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan para regulator pemerintah dan analisis para pakar manajemen dapat disimpulkan penyebab utama jatuhnya perusahaan-perusahaan besar itu adalah karena lemahnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, di samping itu makin terpisahnya hubungan pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Kelemahan prinsip Good Corporate Governance itu antara lain ditandai oleh tiga macam hal, yaitu:

(22)

2. semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan hutang perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan hidup perusahaan dan

3. tidak transparan, akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan perkembangan bisnis dan keuangan oleh Board of directors kepada pemegang saham dan kreditur.

Pengungkapan corporate governance yang ada di dalam laporan tahunan perusahaan dibutuhkan oleh pihak-pihak di luar perusahaan yang memiliki kepentingan di perusahaan tersebut. Penelitian Cadburry dalam Bhuiyan dan Biswas (2007) menyatakan bahwa pengungkapan corporate governance penting untuk dilakukan. Dengan adanya pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan terbuka, maka akan menambah nilai bagi stakeholder.

Sebaliknya, tanpa adanya pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan terbuka, para stakeholder tidak dapat mengetahui bahwa kegiatan pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen benar-benar untuk kepentingan mereka.

Perusahaan yang melakukan pengungkapan lebih luas akan dapat menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar, meningkatkan akurasi ekspetasi pasar dan dapat menarik perhatian penganalisis (Lang and Lundolm dalam Ainun

Na’im dan Fu’ad Rakhman, 2000). Sebaliknya, kebijakan pengungkapan dengan

kualitas informasi yang lebih rendah akan mengakibatkan perilaku yang oportunis

dalam pasar modal (Forker dalam Na’im dan Rakhman, 2000).

(23)

bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan corporate governance yaitu faktor karakteristik spesifik perusahaan dan faktor corporate governance itu sendiri. Karakteristik perusahaan di antaranya meliputi ukuran kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban, jumlah aset perusahaan, tingkat likuiditas perusahaan, tipe industri, status perusahaan, dan lain sebagainya.

Karakteristik spesifik perusahaan dapat digunakan sebagai informasi oleh investor untuk menilai tata kelola sebuah perusahaan. Sehingga karakteristik spesifik perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi manajemen untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik. Untuk menentukan luas pengungkapan corporate governance diperlukan analisis karakteristik spesifik perusahaan untuk dapat mengetahui lebih besar biaya atau manfaat yang diperoleh dari pengungkapan tersebut (Suripto, 1999). Dalam penelitian ini, karakteristik spesifik perusahaan akan diperoleh dari laporan tahunan yang diterbitkan setiap perusahaan.

Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh hasil yang beragam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance.

(24)

pengungkapan corporate governance. Penelitian Rini (2010) dengan judul penelitian analisis luas pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia. Variabel independen yang digunakan besaran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi, perusahaan multinasional, dan ukuran dewan komisaris. Hasil dari penelitiannya hanya besaran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan

corporate governance. Penelitan Almilia dan Retrinasari (2007) menggunakan variabel independen rasio likuiditas, rasio leverage, rasio net profit margin, besar perusahaan, dan status perusahaan. Hasil dari penelitiannya adalah rasio likuiditas, rasio leverage, besar perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan wajib. Tidak ada variabel yang berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela. Rasio likuiditas, besar perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh terhadap luas kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Penulis sebelumnya telah menggunakan beberapa variable faktor luas pengungkapan corporate governance. Akan tetapi, mereka tidak mengelompokkan variabel tersebut ke dalam karakteristik spesifik perusahaan. Dalam analisis penulis, secara garis besar faktor-faktor luas pengungkapan

corporate governance dalam penelitian sebelumnya dikelompokkan menjadi dua

(25)

yang tidak berkaitan dengan kinerja diantaranya: ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, umur listing perusahaan, proporsi pemegang saham, status perusahaan, dan karakteristik perusahaan lainnya. Penulis juga menambahkan faktor luas pengungkapan corporate governance lain yang juga mempengaruhi luas pengungkapan dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate

governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh signifikan karakteristik spesifik perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate governance perusahaan

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan karakteristik perusahaan berkaitan dengan kinerja perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate governance perusahaan

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris:

(26)

2. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap luas pengungkapan corporate governance .

3. Pengaruh umur listing perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate governance .

4. Pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan corporate governance

.

5. Pengaruh likuiditas terhadap luas pengungkapan corporate governance .

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance dan juga memberikan referensi serta kontribusi penelitian empiris berkaitan dengan penelitian sejenis.

b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana perlakuan luas pengungkapan corporate governance di perusahaan perbankan. Selama ini penelitian terdahulu banyak membahas tentang topik di atas pada perusahaan manufaktur. Akan tetapi, penelitian pada perusahaan perbankan masih sedikit.

2. Manfaat praktis

(27)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan

Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam pengambilan keputusan. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengungkapan dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai bentuk akuntabilitas manajemen atas kinerjanya sebagai pengelola perusahaan kepada investor sebagai pemilik saham perusahaan. Kusumawati (2007) menyatakan bahwa dalam studi-studi yang telah dilakukan selama ini, pengungkapan laporan tahunan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu jenis pengungkapan umum dan pengungkapan tertentu. Pengungkapan umum berupa pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan.

(28)

untuk tahun buku yang berakhir pada atau setelah 31 Desember 2006. Dalam ketentuan umum bentuk dan isi laporan tahunan disebutkan bahwa: “Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.” Hal itu menunjukkan bahwa setiap perusahaan di

Indonesia wajib membuat laporan tahunan perusahaan yang terdiri dari: a. ikhtisar data keuangan penting

b. laporan dewan komisaris c. laporan dewan direksi d. profil perusahaan

e. analisis dan pembahasan manajemen f. tata kelola perusahaan

g. tanggung jawab direksi atas laporan keuangan dan h. laporan keuangan yang telah diaudit

(29)

tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan Pedoman Good Corporate governance ini dalam laporan tahunannya.”

Corporate governance merupakan suatu konsep tata kelola perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui pengawasan atau pemantauan kinerja manajemen dan menjamin pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Rini, 2010). Komite Nasional Kebijakan Governance

dalam pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006 mengidentifikasikan asas-asas yang menjadi penerapan corporate governance

yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan. Terdapat tiga dokumen yang dimiliki industri perbankan yang dapat dijadikan acuan dalam penerapan GCG (GoodCorporate Governance) bagi bank umum di industri perbankan Indonesia, yaitu Enhancing Corporate Governance for Banking Organization (yang diterbitkan Basel Committee tahun 2006) yang bersifat imperatif (memaksa) secara moral karena Bank Indonesia adalah salah satu bank sentral yang tergabung di dalamnya, Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang diterbitkan KNKCG (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance) pada tahun 2004 bersifat tidak mengikat dan tidak imperatif namun bermanfaat untuk dijadikan acuan sukarela karena sifatnya yang lebih komprehensif, dan Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance pada Bank Umum (Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006) yang bersifat mengikat secara hukum (Abdullah, 2010).

Item-item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini berupa item

(30)

Lembaga Keuangan Nomor KEP/134/BL/2006 Peraturan X.K.6. Selain item yang diwajibkan oleh BAPEPAM, penelitian ini juga menggunakan item-item yang diperoleh dari Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), seperti pada penelitian Rini (2010). Peneliti juga menambahkan rincian pengungkapan dari Peraturan Bank Indonesia 2006 dan pedoman tata kelola perusahaan perbankan Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance tahun 2004. Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut, diperoleh sebanyak enam belas

point item pengungkapan yang terdiri dari pemegang saham; dewan komisaris; dewan direksi; komiteaudit; komite nominasi dan remunerasi; komite manajemen risiko; komite-komite lain yang dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan; pelaksanaan pengawasan dan pengendalian internal; manajemen risiko perusahaan; perkara penting yang dihadapi oleh perusahaan; anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris; akses informasi dan data perusahaan; etika perusahaan; tanggung jawab sosial; pernyataan penerapan good corporate governance; dan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan penerapan

good corporate governance. Enam belas point item ini yang akan digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah mengungkapkan informasi mengenai

corporate governance.

2.3. Karakteristik Spesifik Perusahaan

(31)

a. Karakteristik perusahaan

Karakteristik perusahaan merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan untuk menilai perusahaan. Karakteristik perusahaan akan menentukan sejauh mana pengungkapan dilakukan. Sehingga dapat diketahui lebih besar biaya atau manfaat dari pengungkapan tersebut. Menurut Suripto (1999), karakteristik perusahaan bertitik tolak dari pemikiran sejauh mana luas pengungkapan tergantung pada perbandingan antara biaya dan manfaat pengungkapan tersebut dan perbandingan biaya dan manfaat tersebut akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang bersangkutan.

b. Kinerja perusahaan

Kinerja merupakan kemampuan untuk mencapai hasil tertentu dengan metode tertentu dengan hasil pencapaian yang berbeda dari waktu ke waktu. Kinerja perusahaan diartikan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tujuan perusahaan yaitu laba melalui cara dan strategi perusahaan. Kinerja perusahaan erat kaitannnya dengan kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance

2.4.1. Ukuran Perusahaan

(32)

beberapa argumen yang dapat menjelaskan mengapa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sukarela dalam laporan tahunan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan mengungkapkan informasi tambahan secara sukarela yang memadai dalam laporan tahunannya, misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa, sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan informasi yang memadai. Perusahaan besar mungkin juga lebih kompleks dan mempunyai dasar pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil (Tristanti, 2012). 2.4.2. Ukuran Dewan Komisaris

(33)

komisaris tidak diperbolehkan untuk ikut serta dalam mengambil keputusan operasional.

2.4.3. Umur Listing Perusahaan

Umur listing perusahaan merupakan lamanya perusahaan beroperasi menjadi perusahaan publik (Bhuiyan dan Biswas, 2007). Perusahaan dengan umur yang lebih lama akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam mempublikasikan laporan tahunan. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut lebih mengetahui kebutuhan penggunanya dan informasi yang lebih detail mengenai perusahaan yang harus dibuka kepada pihak-pihak di luar manajemen yang berkepentingan terhadap perusahaan.

2.4.4. Profitabilitas

(34)

2.4.5. Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Bank dikatakan likuid jika mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya dan mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang jangka pendek. Kreditur jangka pendek lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Kreditur ini lebih tertarik pada aliran kas dan manajemen modal kerja dibandingkan dengan besar laba akuntansi yang dilaporkan perusahaan (Tristanti, 2012). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan.

2.5. Pengembangan Hipotesis

2.5.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Corporate Governance

Dalam teori keagenan, dijelaskan bahwa perusahaan besar merupakan entitas yang banyak diperhatikan oleh pasar maupun publik secara umum (Marwata, 2001). Sebagai wujud akuntabilitas manajemen kepada publik, maka perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ini sejalan dengan pendapat Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak dalam rangka mengurangi biaya keagenan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan asset perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

(35)

2.5.2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Luas Pengungkapan Corporate Governance

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa dewan komisaris dibutuhkan untuk memonitor dan mengendalikan tindakan manajemen karena perilaku oportunitisnya. Coller dan Gregory (dalam Sembiring, 2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja manajer secara efektif. Oleh karena itu, pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen juga akan semakin besar. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Arifin (dalam Sembiring, 2005) yang menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan. Hasil penelitian Hikmah dkk. (2011) pun juga menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance .

2.5.3. Pengaruh Umur Listing Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Corporate Governance

(36)

digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan sebenarnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

corporate governance .

2.5.4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Luas Pengungkapan Corporate Governance

Profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Muhamad et al. (2009) dalam Pramono (2011) menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi lebih cenderung mengungkap lebih banyak informasi. Informasi ini berguna bagi posisi perusahaan. Meningkatnya profitabilitas disebabkan oleh meningkatnya sumber pendanaan dan kapasitas perusahaan. Meningkatnya sumber pendanaan dikarenakan meningkatnya jumlah pemangku kepentingan seperti investor, yang percaya pada manajemen perusahaan sebagai pihak yang mengungkap informasi perusahaan khususnya mengenai corporate governance sebagai rasa tanggung jawab manajemen atas penggunaan dana pemangku kepentingan oleh perusahaan. Menurut Aljifri dan Hussainey (2007) profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik pengungkapan dalam laporan tahunan. Berdasarkan analisis dan temuan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H4: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate governance .

2.5.5. Pengaruh Likuiditas terhadap Luas Pengungkapan Corporate Governance

(37)

dan Juliati, 2002). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung melakukan pengungkapan informasi secara sukarela yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel (Cooke, 1989) dalam (Fitriani, 2001). Perusahaan yang likuiditasnya baik cenderung lebih siap mengungkapkan informasi lebih banyak. Hal itu berdasarkan pada perusahaan yang likuiditasnya tinggi berarti kondisi keuangannya juga baik, sehingga jika informasi itu diketahui oleh publik maka akan menunjukkan kinerja perusahaan yang juga baik. Berdasarkan analisis dan temuan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H5: Likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate governance .

2.6. Model Penelitian

(38)

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran Penelitian

Umur listing Index pengungkapan

corporate governance (IPCG)

likuiditas Ukuran perusahaan

Ukuran dewan komisaris

Karakteristik perusahaan

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan perbankan yang sahamnya terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2009 - 2011. Peneliti hanya membatasi penelitian ini pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di perbankan adalah sebagai berikut:

1. Bank tidak dapat beroperasi sampai saat ini tanpa ada peran serta pemerintah dan masyarakat. Dampak dari aktivitas bank yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat merupakan tantangan tersendiri bagi bank. (Gooneratne and Hoque, 2012, p. 2)

2. Bank perniagaan di Indonesia relatif sejenis dalam strategi persaingan di pasar dengan beragam produk layanan untuk berbagai kelompok pelanggan (Yunus, Yuliansyah et al., 2012)

3. Industri perbankan Indonesia (terkait dalam hal pekerjaan) memiliki karir yang relatif stabil dan terstruktur (Yuliansyah et al., 2012, p. 90)

(40)

5. Sektor ini sangat erat kaitannya dengan corporate governance karena adanya regulasi dari BAPEPAM tentang penyampaian laporan tahunan yang memuat laporan tata kelola perusahaan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/14/2006 serta surat edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP perihal pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum, bank diwajibkan untuk menyajikan informasi kepada stakeholder tentang pelaksanaan good corporate governance dan kesimpulan umum hasil self assesment pelaksanaan good corporate governance, sehingga pengungkapan corporate governance menjadi sngat penting (Hikmah dkk., 2011)

6. Industri perbankan adalah industri berbasis kepercayaan. Untuk meningkatkan kepercayaan investor tentunya bank perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitasnya salah satunya dengan pengungkapan

corporate governance (Hikmah dkk., 2011)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan tahunan perusahaan publik tahun 2009 - 2011. Sumber data yang digunakan merupakan publikasi laporan tahunan dan laporan keuangan masing-masing perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang diperoleh di alamat situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan alamat website masing-masing perusahaan perbankan.

Penelitian ini menggunakan metode content analysis untuk menentukan jumlah pengungkapan corporate governance pada perusahaan yang diteliti.

(41)

pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009 - 2011.

2. Perusahaan yang secara berturut-turut menyediakan laporan tahunan dan laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember periode tahun 2009 - 2011.

3. Data yang tersedia adalah lengkap, yaitu data yang diperlukan untuk mendeteksi pengungkapan corporate governance.

Selama periode tahun 2009 - 2011 terdapat 31 perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di BEI, namun selama periode tahun tersebut terdapat empat perusahaan yang tidak menyertakan laporan tahunannya secara lengkap yaitu BSIM (Bank Sinarmas Tbk.), BNLI (Bank Permata Tbk.), BJBR (Bank 3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk. 5 BBCA Bank Central Asia Tbk. 6 BBKP Bank Bukopin Tbk.

(42)

11 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 12 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk. 13 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk. 14 BMRI Bank Mandiri (Persero)Tbk. 15 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 16 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.

17 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk. 18 BSWD Bank Of Indonesia Tbk.

19 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 20 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk.

21 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 22 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk. 23 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk. 24 MEGA Bank Mega Tbk.

25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.

27 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. Sumber : www.idx.co.id, diolah oleh penulis (2012) 3.2. Operasional Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel Independen

Faktor-faktor luas pengungkapan yang berkaitan dengan karakteristik perusahaan yaitu

a) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset perusahaan menggambarkan kekayaan perusahaan. Total aset perusahaan kemudian diubah dalam bentuk natural log agar data yang didapat tidak terlalu besar.

(43)

Pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini yaitu jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan, yang terdiri dari komisaris utama, komisaris independen, dan komisaris.

c) Umur Listing Perusahaan

Umur listing menggambarkan lamanya perusahaan berdiri dalam menjalankan operasinya. Variabel ini diukur menggunakan umur perusahaan yang merupakan selisih tahun sampel (tahun pada laporan tahunan perusahaan) dengan tahun first issue (tahun perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia).(Bhuiyan dan Biswas, 2007).

Umur listing = jumlah tahun sejak perusahaan didirikan

Faktor-faktor luas pengungkapan yang berkaitan dengan kinerja perusahaan yaitu

d) Profitabilitas

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan mengguanakan

(44)

bank telah dianggap bekerja dengan baik yang mengindikasikan kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Perhitungan profitabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan net interest margin (NIM) yaitu dengan membagi pendapatan bersih dengan total asset.

NIM = pendapatan bunga-biaya bunga total asset

e) Likuiditas

Perhitungan likuiditas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR). LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dalam pelaporan tahunan bank, alat ukur likuiditas yang dipakai adalah loan to deposit ratio. LDR membandingkan seberapa besar bank menyalurkan dana yang didapat dari pihak ketiga untuk operasional jangka panjangnya. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin buruk kondisi likuiditas bank, karena penempatan kredit juga dibiayai dari dana pihak ketiga yang sewaktu-waktu dapat ditarik. LDR yang besarnya lebih dari 115 % akan membahayakan kondisi likuiditas bank.

(45)

kompisisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2008).

LDR = total kredit x 100% total deposit + modal

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan perusahaan. Sebuah indeks pengungkapan dibentuk sebagai standar untuk mengukur tingkat pengungkapan corporate governance pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penentuan indeks pengungkapan ini berdasarkan pada informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan mereka untuk stakeholders. Variabel dependen diwakili dengan tingkat pengungkapan dalam laporan tahunan pada perusahaan. Tingkat pengungkapan menunjukkan seberapa banyak item pengungkapan yang diungkap perusahaan.

(46)

yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), seperti pada penelitian Rini (2010) serta Peraturan Bank Indonesia 2006 dan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Perbankan Indonesia dari Komite Nasional Kebijakan

Corporate governance tahun 2004. Berdasarkan peraturan dan pedoman tersebut, diperoleh sebanyak enam belas point item pengungkapan yang terdiri dari pemegang saham; dewan komisaris; dewan direksi; komite audit; komite nominasi dan remunerasi; komite manajemen risiko; komite-komite lain yang dimiliki perusahaan; sekretaris perusahaan; pelaksanaan pengawasan dan pengendalian internal; manajemen risiko perusahaan; perkara penting yang dihadapi oleh perusahaan; anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris; akses informasi dan data perusahaan; etika perusahaan; tanggung jawab sosial; pernyataan penerapan good corporate governance; dan informasi penting lainnya yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance .

Berdasarkan penelitian Bhuiyan dan Biswas (2007), indeks pengungkapan

corporate governance pada laporan tahunan perusahaan dapat dihitung manggunakan rumus sebagai berikut:

IPCG = Total skor item yang diungkapkan perusahaan Skor maksimum yang seharusnya diungkap perusahaan

3.3. Teknik Analisis Data

3.3.1. Analisis Statistik Deskriptif

(47)

3.3.2. Uji Regresi

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mencari adanya hubungan antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen. Pengujian ini untuk mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Arah yang ditunjukan oleh tanda positif atau negatif pada koefisien regresi, sedangkan intensitasnya ditunjukan oleh besarnya koefisien regresi. Secara matematis model persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut:

IPCG = a + b1aset + b2kom + b3umur + b4profit + b5liquid + e IPCG = indeks pengungkapan corporate governance

Aset = ukuran perusahaan Kom = ukuran dewan komisaris Umur = umur listing perusahaan Profit = profitabilitas

Liquid = likuiditas a = konstanta e = standar error

3.3.3. Uji Asumsi Klasik

(48)

tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi (Ghazali, 2007). Sehingga, model regresinya akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias karena telah memenuhi persyaratan

unbiased linear estimator dan memiliki varian minimum. Oleh karena itu uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diuji dengan menggunakan

kolmogorov-smirnov dengan level of significant 5%. Jika nilai p-value

lebih besar dari 5% maka Ho diterima karena data berdistribusi normal, begitu juga sebaliknya apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value

kurang dari 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti data residual terdistribusi tidak normal.

2. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk melihat apakah ada kolinearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat dari variance inflation factor multikolinearitas (VIF). Nilai VIF yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIF lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas, yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel bebas. 3. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

(49)

situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model. Menurut Ghazali (2006) dasar analisis heteroskedastisitas : a. jika ada pola tertentu, seperti titik-tititk yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, b. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dikatakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

3.3.4. Uji Hipotesis

(50)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Sehingga banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai

adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, namun menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Sehingga jika nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

2. Uji kofisien regresi

Untuk mengetahui pengaruh dari signifikasi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen perlu dilakukan uji parsial. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%. Apabila sig > 0,05, maka Ha/hipotesis ditolak, dan sebaliknya jika sig < 0,05, maka Ha diterima.

(51)
(52)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Sampel penelitian dalam satu periode adalah 27 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Karena menggunakan tahun sampel 2009-2011, maka sampel perusahaan sebanyak 81 perusahaan. Penelitian ini menggunakan indeks pengungkapan corporate governance sebanyak 103 item pengungkapan. Indeks ini dibangun berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No. KEP-134/BL/2006 peraturan X.K.6 dan Pedoman Umum Good Corporate governance (KNKG, 2006).

Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

(53)

2

2. Variabel ukuran dewan komisaris mempengaruhi luas pengungkapan

corporate governance secara signifikan. Perusahaan dengan jumlah anggota dewan komisaris yang besar mengungkapkan pengungkapan corporate governance dengan lebih luas.

3. Umur listing perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance. Perusahaan yang berdiri lebih lama tidak melakukan pengungkapan corporate governance dengan lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang umurnya lebih muda.

4. Karakteristik perusahaan yang dikaitkan dengan kinerja perusahaan yaitu profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance. Tingginya profitabilitas tidak mempengaruhi bertambah luasnya pengungkapan informasi tata kelola perusahaan. Tingginya likuiditas tidak mempengaruhi manajemen dalam mengungkapkan informasi. Hal ini dikarenakan tingginya kinerja keuangan merupakan suatu keharusan, karena kondisi keuangan perusahaan yang likuid dan memiliki profitabilitas yang tinggi akan memudahkan perusahaan menjalankan operasionalnya sehari-hari.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara lain:

(54)

3

membaca isi laporan tahunan perusahaan yang diteliti. Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan penilaian antar perusahaan karena kondisi subyektifitas peneliti.

2. Dilihat dari nilai adjusted R Square sebesar 0,446 berarti nilai sisanya sebesar 0,554 dapat diteliti lebih lanjut yaitu variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan corporate governance.

3. Beberapa karakteristik perusahaan yang terkait dengan kinerja keuangan memiliki nilai koefisien yang rendah yaitu untuk profitabilitas sebesar -0,002 dan untuk likuiditas sebesar 0,002. Ini memungkinkan untuk menambah variabel dependen lain yang berkaitan dengan karakteristik spesifik kinerja perusahaan yaitu pengungkapan keuangan.

5.3. Saran

Dengan memperhatikan beberapa keterbatasan penelitian yang telah disampaikan, maka dapat diberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Penilaian indeks pengungkapan corporate governance dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa peneliti sehingga dapat memperkecil tingkat subyektifitas penilaian indeks pengungkapan corporate governance.

(55)

4

3. Mengujikan beberapa karakteristik perusahaan terhadap jenis pengungkapan yang lainnya seperti pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan pengungkapan keuangan.

5.4. Implikasi

Bagi investor agar memiliki pertimbangan-pertimbangan yang tepat dalam menginvestasikan dana dan memilih perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahaan sesuai peaturan yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Dapat terbebas dari informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan merupakan pilihan tepat bagi investor.

Bagi perusahaan agar menciptakan manajemen tata kelola perusahaan yang terbuka dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Pencapaian ini dapat diperoleh dengan pengawasan yang ketat terhadap para manajer perusahaan dan menyajikan laporan tahunan yang telah diaudit oleh lembaga independen.

(56)
(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ainun Na’im dan Fu’ad Rakhman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.

Aljifri, Khaled and Khaled Hussainy. 2007. The Determinant of Forward Looking Information in Annual Report of UAE Companies, Working Paper. United Arab Emirates.

Almilia, L. Spica dan Retrinasari Ika. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, Procedings Seminar Nasional. FE Universitas Trisakti.

Bhuiyan, Md Hamid Ullah and P.K. Biswas. 2007. Corporae Governance and Reporting: An Empirical Study of The Listed Companies in Bangladesh, Journal of Business Studies.

Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Paradigma Baru dalam Praktik Bisnis Indonesia. Yogyakarta: Genta Press.

Fitriani. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi.

Ghazali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hikmah, Noor, Chairina Desilarina dan Rahmayanti. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi XIV.

(58)

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governane Indonesia. Jakarta.

Kusumawati, Dwi Novi. 2007. Profitability and Corporate Governance Disclosure: An Ndonesian Study , Simposium Nasional Akuntansi IX.

Mal An Abdullah. 2010. Corporate Governance Perbankan Syariah di Indonesia.

Jakarta: Ar-Ruz Media.

Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi IV.

Pramono, Ferry Andriawan. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Corporate Governance pada Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ-45), Skripsi Fakultas Ekonomi . Semarang: Universitas Diponegoro.

Prastowo, Dwi dan Rifka Julianti. 2002. Analisis Laporan Keuangan (Konsep dan Aplikasi), Edisi Revisi. Yogyakarta: YKPN.

Raffles. 2011. Penerapan Good Corporate Governace dalam Kaitannya dengan Tata Kelola dan Pengembangan Kelembagaan Perbankan, Jurnal Ilmu Hukum.

Rini, Amilia Kartika. 2010. Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Skripsi Fakultas Ekonomi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Brsa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VIII.

Subiyantoro, Edy. 1997. Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Karakteristik Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi I, Yogyakarta.

Suripto, Bambang. 1999. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan, Simposium Nasional Akuntansi II.

Tangkilisan, Hessel Nogi S., 2003. Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Yogyakarta: Balaiurang & Co.

(59)

Wallace, R.S. Olusegun, Kamal Naser and Aracelu Mora. 1994. The Relation Between The Comprehensives of Corporate Annual Report and Firm Characteristich in Spain, Accounting and Business Research.

Wolfhensohn, James D. 1999. The Proper Governance of Companies Will Become as Crucial The World Economies as The Proper Governing of Countries, World Bank.

Yularto. P.A., dan A. Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Sebelum Krisis dan pada Periode Krisis.

Yuliansyah, Yunus, dan Budianto. 2012. The effect of The Reliance on Intregative Strategic Performance Measurement (RISPM) on Strategic Outcomes, The 3rd of Global Accounting and Organizational Change.

---.2006. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung. 60 hlm.

Gambar

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Lingkup materi perkuliahan meliputi : Ruang Euclidis, Ruang Vektor Umum, Runag Bagian, Bebas Linear, Tak Bebas Linear, Basis dan Dimensi, Ruang Baris dan Runag Kolom Matriks,

Pokok masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana keterkaitan antara pemanfaatan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar dengan peningkatan

Hasil penelitian menunjukkan Dalam Pengelolaan Zakat diperlukan Prinsip-Prinsip Syari`ah untuk Pendayagunaan Zakat, dibutuhkan kualifikasi Amil yang mempunyai

Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan kinerja mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi dengan tenaga gerak traktor berroda – 2, (2) membuat model

Anak Pandawa yang selalu ribut, Geng Heemahoe yang suka maen kartu, Geng Sempritan yang berisik, dan yang paling spesial Bib ku yang dudul, terimakasih telah

THE ENGLISH TEACHERS’ PERCEPTION AND IMPLEMENTATION ON COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING (CLT) METHOD:1. A CASE STUDY AT SMA

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk

mengungkapkan Hibah Klaster Riset Guru Besar ini melibatkan Doktor-Doktor dan Mahasiswa S2 dalam penelitiannya, yang nantinya Output yang di harapkan bisa di Publish di Jurnal