• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RESIDU TUMPANGSARI DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KANDUNGAN N, P, K, KTK DAN C ORGANIK PADALAHAN KOPI DI TANAH INCEPTISOL SUMBER JAYA LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH RESIDU TUMPANGSARI DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KANDUNGAN N, P, K, KTK DAN C ORGANIK PADALAHAN KOPI DI TANAH INCEPTISOL SUMBER JAYA LAMPUNG BARAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH RESIDU TUMPANGSARI DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KANDUNGAN N, P, K, KTK DAN C ORGANIK

PADALAHAN KOPI DI TANAH INCEPTISOL SUMBER JAYA LAMPUNG BARAT

Oleh

ISMOYO AGUNG NUGROHO

Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Kendala kesuburan tanah sering menjadi masalah sehingga perlu diterapkan penambahan pupuk kandang dan pengaturan pola tanaman sela sebelum kopi menghasilkan. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pertanaman tumpangsari legum-legum, legum-non legum dan non legum-non legum pada pertanaman kopi dan pupuk kandang terhadap kandungan N, P, K, KTK dan C organik pada lahan kopi telah dilakukan di Sumberjaya Lampung Barat.

Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari (dua) 2 faktor yaitu (1) pola tanam yang terdiri dari tumpangsari legum-legum-legum, legum-non legum-legum dan non legum-non legum-non legum, (2)

pupuk kandang yang terdiri atas 0 t ha-1, 5 t ha-1 dan 7,5 t ha-1. Uji beda nyata

jujur (BNJ) pada taraf 5% (Tabel 2) menunjukkan bahwa pola tanam

legum-legum-legum pada dosis 0 t ha-1 dan 7,5 t ha-1 menghasilkan N total yang tidak

berbeda nyata, tetapi pada dosis 7,5 t ha-1 berbeda dengan dosis yang lainnya. Hal

ini diduga tumpangsari menggunakan legum lebih tinggi meningkatkan bahan

organik di dalam tanah. Rotasi legum-legum-legum pada dosis pupuk 5 t ha-1 dan

7,5 t ha-1 menghasilkan P tersedia yang sama, tetapi pada dosis pupuk 0 t ha-1

berbeda dengan yang lainnya. Hal ini diduga penambahan bahan organik menyebabkan ketersediaan P menjadi tinggi. Semua perlakuan antar rotasi tumpangsari dan pupuk kandang tidak nyata meningkatkan K dd di dalam tanah. Semua perlakuan antar rotasi tumpangsari dan pupuk kandang tidak nyata meningkatkan nilai KTK di dalam tanah. Rotasi legum-legum-legum pada dosis

pupuk 0 t ha-1 dan 5 t ha-1 menghasilkan C organik yang sama, tetapi berbeda

dengan dosis 7,5 t ha-1. Hal ini diduga rotasi legum-legum-legum memiliki residu

(2)

Ismoyo Agung Nugroho

Rotasi tumpangsari legum-legum-legum mampu meningkatkan P tersedia dan C organik, rotasi tumpangsari legum-non legum-legum mampu meningkatkan N total, sedangkan antar semua perlakuan rotasi tumpangsari tidak nyata

meningkatkan K dd dan KTK. Penambahan pupuk kandang 7,5 t ha-1 mampu

meningkatkan P tersedia, Penambahan pupuk kandang 5 t ha-1 mampu

meningkatkan C organik dan Penambahan pupuk kandang 0 t ha-1 mampu

meningkatkan N total sedangkan antar semua perlakuan rotasi tumpangsari tidak nyata meningkatkan K dd dan KTK. Rotasi tumpangsari legum-legum-legum dan pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan N, P dan C organik di dalam tanah dibandingkan dengan pola tanam tumpangsari (legum-non legum-legum dan non legum-non legum-non legum) tanpa pupuk kandang, sedangkan antar semua perlakuan rotasi tumpangsari tidak nyata meningkatkan K dd dan KTK.

(3)

V. KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pola tanam legum-legum-legum mampu meningkatkan C organik dalam tanah,

peningkatan kandungan N total terjadi pada pola tanam legum-non legum,

peningkatan P tersedia terjadi pada pola tanam non legum-non legum dan

semua pola tanam tidak nyata meningkatkan K dd dan KTK.

2. Penambahan pupuk kandang 7,5 t ha-1 paling tinggi meningkatkan P tersedia di

dalam tanah dibandingkan perlakuan pupuk kandang 0 t ha-1 dan 5 t ha-1 ,

namun tidak nyata meningkatkan K dd dan KTK sedangkan kandungan

C organik dan N total di dalam tanah menurun dengan meningkatnya dosis

pupuk kandang.

3. Kombinasi pola tanam tumpangsari legum-legum-legum dan pupuk kandang

tidak meningkatkan kandungan N, P, K, KTK dan C organik di dalam tanah

(4)

B. Saran

Di sarankan perlu dilakukan penelitian jangka panjang untuk mengetahui pengaruh

(5)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah

Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

menguntungkan jika dibudayakan secara berkelanjutan. Khususnya kopi Lampung

memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional sejak akhir tahun 1990

hingga saat ini. Lampung Barat merupakan salah satu produsen kopi terkenal di

Lampung yang besar sumbangannya terhadap pendapatan daerah. Untuk lebih

meningkatkan produktivitas guna meningkatkan kesejahteraan petani terdapat

berbagai kendala antara lain kesuburan tanah semakin menurun, terjadinya erosi

dan pola tanam monokultur.

Penggunaan lahan untuk pembudidayaan kopi yang tidak memperhatikan teknik

konservasi berakibat pada menurunnya kualitas tanah dan produksi kopi. Salah

satunya penurunan kesuburan tanah tanah yang tidak terkendali akibat pencucian

air hujan atau aliran permukaan yang dapat menurunkan bahan organik. Daerah

yang bertopografi berbukit seperti di daerah Desa Bodongjaya sangat rentan

terhadap aliran permukaan, erosi, pencucian unsur hara dan jika tidak ditangani

dengan pengelolaan yang tepat maka penurunan kualitas tanah akan semakin

buruk. Selain itu rendahnya produktifitas kopi di Desa Bodongjaya diakibatkan

menurunnya kandungan unsur hara N, P, K serta bahan organik di dalam tanah.

(6)

sehingga sangat merugikan petani, terlebih petani kecil yang hanya bergantung

pada tanaman kopi.

Pola tanam tumpangsari dapat meningkatkan produktifitas kopi dibandingkan pola

tanam monokultur. Selain itu pola tanam tumpangsari menyumbangkan bahan

organik lebih tinggi ke dalam tanah. Pola tanam tumpangsari memanfaatkan sela

kosong antara jarak tanaman kopi satu dengan yang lain sehingga meningkatkan

pendapatan petani melalui diversifikasi hasil pertanian. Turmudi (2002)

menyatakan bahwa sistem tumpangsari dapat meningkatkan produktifitas lahan

pertanian jika jenis tanaman yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk

interaksi saling menguntungkan. Tanaman yang sering digunakan sebagai

tanaman tumpangsari yaitu tanaman legum, karena tanaman ini memiliki

kandungan N tinggi bila terdekomposisi di dalam tanah. Nitrogen membantu

mikroorganime mendekomposisi bahan organik untuk digunakan sebagai nutrisi

tanaman. Menurut Turmudi (2002), kombinasi antara jenis tanaman legum dan

non legum pada sistem tumpangsari umumnya dapat meningkatkan produktifitas

lahan pertanian dan yang paling sering dipraktekkan oleh petani.

Tanaman tumpangsari merupakan sumber bahan organik dan unsur hara untuk

meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran bertingkat pada tumpangsari dapat

mengurangi kehilangan pupuk yang diberikan akibat pencucian. Tumpangsari

tanaman legum pada pertanaman kopi dapat menjaga unsur hara yang tercuci ke

lapisan bawah, karena akar tanaman kopi yang tumbuh lebih dalam dibandingkan

tanaman semusim dapat menyerap sisa unsur hara tanaman semusim yang

(7)

3

kurang mampu menyimpan air dan menyebabkan kandungan hara rendah. Selain

penerapan tumpangsari pada pertanaman kopi, pemupukan organik diperlukan

untuk menambah bahan organik ke dalam tanah.

Pupuk kandang berfungsi menjaga kondisi fisik tanah agar kesuburan tanah tidak

terlalu fluktuatif. Pupuk kandang berperan menyumbangkan hara bagi tanaman

dalam jumlah berimbang serta meningkatkan kandungan bahan organik ke dalam

tanah. Menurut Tandisau (2003) menyatakan bahwa sistem usahatani kopi dengan

menambahkan bahan organik melalui pemupukan akan memperbaiki sifat fisik,

kimia dan biologi tanah. Sifat tanah yang dipengaruhi oleh bahan organik antara

lain pembentukan dan kemantapan agregat maupun struktur tanah, meningkatkan

porositas dan permeabilitas tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation serta

aktifitas organisme tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar tanaman dan

meningkatkan produksi tanaman dengan baik. Pola tanam tumpangsari pada

pertanaman kopi dan pemberian pupuk kandang diharapkan mampu

meningkatkan kesuburan tanah dan produktifitas hasil kopi. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian sampai sejauh mana perubahan tersebut akan dipengaruhi

oleh pola tanam serta pemberian pupuk kandang ke lahan pertanaman kopi.

B.Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh sistem pertanaman tumpangsari legum-legum-legum,

legum-non legum-legum dan non legum-non legum-non legum dan pupuk

kandang pada pertanaman kopi terhadap kandungan N, P, K, KTK dan C organik

(8)

C.Kerangka pemikiran

Penurunan kualitas tanah dapat menyebabkan penurunan produksi kopi.

Penurunan kualitas tanah sangat beragam penyebabnya, antara lain pencucian hara

oleh hujan, pengaruh kelerengan, erosi, aliran pemukaan yang mengakibatkan

menurunnya kandungan bahan organik di dalam tanah. Usaha memperbaiki

kondisi lahan yang kurus dapat dilakukan dengan menerapkan pola tanam

tumpangsari dan pemupukan organik. Tumpangsari merupakan kombinasi

beberapa tanaman ke dalam satu lahan secara bersamaan dengan tujuan

meningkatkan kesuburan dan produksi. Tanaman tumpangsari dapat menjadi

sumber utama peningkatan kandungan bahan organik di dalam tanah. Menurut

Silalahi (1991), pola tanam tumpangsari (ercis dan kentang) lebih tinggi

meningkatkan hasil panen dibandingkan dengan pola tanam tunggal. Hal ini

disebabkan tumpangsari mempengaruhi temperatur di sekitar tanaman tetap

optimal dan kelembaban tinggi sehingga pembentukan dan pembesaran umbi

lebih baik.

Haryati (2002) menyatakan bahwa budidaya tanaman secara tumpangsari lebih

tinggi meningkatkan unsur N, P, K, Ca dan Mg dibandingkan dengan budidaya

tanaman secara tunggal. Pola tanam tumpangsari pada lahan kopi menyebabkan

tajuk lebih luas menaungi tanah dibandingkan dengan pertanaman kopi

monokultur, sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara. Andiaty (2003)

menyatakan bahwa pertanaman kopi tanpa penutup tanah lebih rendah

meningkatkan P tersedia pada tanah dibandingkan dengan pertanaman kopi yang

(9)

5

pola tanam dengan penutup tanah tinggi serta kelembaban pada pertanaman kopi

terjaga. Menurut Supriatin dkk. (2006), tanaman kopi yang dikombinasikan

dengan Paspalum Conjugatum atau gulma alami lebih meningkatkan pH tanah

(4,46), C organik (2,88%), N total (0,22%) dan P tersedia (10,5%) dibandingkan

dengan tanaman kopi tanpa gulma atau tanaman lain, yaitu berturut-turut 4,4,

2,64%, 0,21% dan 2,19%. Hasil penelitian Yusnaini dkk. (2007) menunjukkan

bahwa pengaruh pertanaman kopi dengan penutup tanah lebih meningkatkan

kandungan C Organik (2,77%), N total (1,58%), P total (0,76%) serta pH tanah

(4,73) dibandingkan dengan pertanaman kopi tanpa penutup tanah, yaitu 1,3%,

0,1%, 0,58% dan pH 4,57.

Jenis tanaman yang mampu memperbaiki kesuburan tanah dan menyumbangkan

banyak bahan organik adalah tanaman legum. Evizal (2000) menyatakan bahwa

setelah ditanam legum, kandungan unsur hara tanah lebih tinggi dari pada lahan

yang diberakan setelah panen padi gogo yang pertama, terutama kandungan fosfor

dan bahan organik. Tanaman kacang-kacangan mampu meningkatkan produksi

tanaman pangan melalui perbaikan kandungan hara tanah bila ditanam secara

tumpangsari. Jumlah N di dalam tanah meningkat disebabkan adanya penambahan

N dari hasil penambatan N2 bebas di udara akibat aktifitas bakteri rizhobium

dalam bintil akar. Purnomo (2006) menyatakan bahwa pola tanam yang

merotasikan tanaman legum kurang lebih 50% lebih tinggi meningkatkan unsur

Ca 2+ dan Mg 2+ dibandingkan dengan rotasi tanaman serealia. Purnomo (2006)

menyatakan bahwa legum turut menurunkan kelarutan Al yang mempengaruhi

penurunan ion H+ pada tanah sebesar 50%, selain itu meningkatnya C dan S pada

(10)

tersebut mempengaruhi pH tanah. Tumpangsari rotasi tanaman legum akan

menigkatkan unsur hara di dalam tanah dibandingkan tumpangsari tanaman non

legum. Susanto (2002) menyatakan bahwa residu tanaman legum mengandung N

lebih tinggi daripada tanaman non legum, sehingga proses perombakan bahan

organik berjalan cepat.

Pola tanam tumpangsari pada pertanaman kopi dan pupuk kandang, akan

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh

bahan organik antara lain pembentukan dan kemantapan agregat maupun struktur

tanah, meningkatkan porositas dan permeabilitas tanah, kapasitas tukar kation

(KTK) serta aktifitas organisme tanah, sehingga dapat memacu pertumbuhan akar,

meningkatkan penyerapan air dan dapat meningkatkan produksi dengan baik

(Tandisau, 2003). Kandungan bahan organik di dalam tanah mempengaruhi

kesuburan tanah dan mampu menjaga tanah dari penurunan kualitas yang

diakibatkan pencucian hara, aliran permukaan serta terangkutnya bahan organik

akibat pemanenan. Nugroho (1999) menyatakan bahwa pupuk kandang

mengandung hampir semua unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan tanaman. Keseimbangan hara makro dan mikro sangat penting

untuk menjaga agar tanaman tidak keracunan hara mikro atau kekuragan hara

mikro, selain itu kekurangan hara esensial yang dibutuhkan tanaman akan

menghambat pertumbuhan.

Rosliani dkk. (1998) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang lebih tinggi

meningkatkan bobot basah dan luas daun tanaman dibandingkan dengan yang

(11)

7

hara N (1,57%), P (1,6%) dan K (1,11%) pada pupuk kandang lebih tinggi

meningkatkan kandungan dibandingkan dengan jerami padi, nilai berurutan

1,20%, 0,26% dan 2,53%. Nugroho (1999) menyatakan bahwa dari tiga macam

pupuk kandang (kambing, sapi dan ayam) tersebut ternyata pupuk kandang

kambing paling efektif sebagai sumber pensuplai N serta paling efisien diabsorpsi

oleh tanaman sawi untuk pertumbuhan. Hal ini disebabkan penambahan kotoran

kambing pada media tumbuh tanaman sawi menyebabkan struktur media

pertumbuhan menjadi lebih ideal bagi perkembangan akar untuk menyerap air dan

nutrisi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut pola tanam

tumpangsari serta pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah,

meningkatkan bahan organik dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam

tanah pada pertanaman kopi.

D.Hipotesis

1. Rotasi tumpangsari dengan tanaman legum-legum-legum lebih tinggi

meningkatkan kandungan N, P, K, KTK dan C organik di dalam tanah.

2. Perlakuan dengan pupuk kandang lebih tinggi meningkatkan kandungan N, P,

K, KTK dan C organik dibandingkan dengan rotasi tumpangsari tanpa pupuk

kandang.

3. Kombinasi rotasi tumpangsari legum-legum-legum dan pupuk kandang lebih

baik meningkatkan N, P, K, KTK dan C organik dibandingkan dengan tanpa

Referensi

Dokumen terkait

Enkapsulat β-carotene mengandung komposisi Whey Protein Isolate (WPI) 1% w/w, Phosphat Buffer 5 mM, β-carotene 0.1% w/w, dan minyak nabati yang akan

Untuk mengukur kinerja pustakawan dapat dilihat dari beberapa angka kredit yang diperoleh masing-masing pustakawan untuk menentukan apakah pustakawan dapat prestasi yang

(2) Pada uji- T didapatkan hasil thitung > ttabel, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran make a match terhadap

Pada penelitian ini sebanyak 30 responden (38,2%) yaitu ibu dengan jenis persalinan normal melakukan semua langkah dalam tahap mobilisasi dini dengan optimal sedangkan

Hasil dari perhitungan Fuzzy AHP menyatakan bahwa untuk supplier sementara, PT.ADIKENCANA menggunakan supplier A untuk cylinder wire, menggunakan supplier supplier D untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, lingkungan kerja dan penempatan kerja terhadap kinerja pegawai studi pada Dinas Pekerjaan Umum

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti ekuitas merek dari Ramayana Palmerah, menilai sikap dan perilaku dari konsumen Ramayana Palmerah, dan pada akhirnya dapat mengetahui

Mantawa (dalam kotak jingga) nilai impedansi akustik relatif kecil (defleksi kekiri) kemudian diapit dengan nilai impedansi akusik yang besar di atas dan bawah atau pada