• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TIPE HAMMER THRESHER

Oleh Ahmad Harbi

Alat perontok padi yang sudah dikembangkan pada penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan prinsip kerja hammer atau memukul tanpa perlu batang padi dipegang operator. Namun proses perontokan tidak sesuai dengan harapan, alat perontok padi ini masih terdapat kendala, jerami menggumpal membentuk silinder diruang perontok dan tidak dapat keluar sebagaimana yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher. Modifikasi yang akan dilakukan yaitu dengan cara menambahkan saluran pengarah didinding atas ruang perontok dan merubah saluran pengeluaran jerami disebelah pengumpan, dengan lebar 15 cm dan tinggi 19 cm. Dengan cara ini diharapkan jerami dapat keluar dari ruang perontok.

Metode penelitian yang akan digunakan meliputi beberapa tahap, yaitu perancangan modifikasi alat, modifikasi alat, pengujian hasil modifikasi,

pengamatan dan pengolahan data. Pengujian alat dilakukan dengan 4 perlakuan yang berbeda dengan 3 kali ulangan, dimana letak perbedaannya pada lebar tempat pengeluaran jerami dengan cara manual. Perlakuan ini terdiri dari lebar 15 cm, 13 cm, 11 cm, dan 9 cm. Pengamatan dilakukan terhadap persentase gabah terontok, persentase gabah tidak terontok, gabah terontok baik, persentase gabah terontok rusak, lama perontokan dan kapasitas kerja alat perjam.

(2)

MODIFICATION OF HAMMER TYPE PADDY THRESHER By

Ahmad Harbi

Paddy thresher machine had been developed in the previous research was using hammer working principle or the machine beat the paddy straw without held by operator. However, the thresher process produced unexpected results. The problem was that the paddy straw agglomerated to form cylinder clot in the thresher chamber and cannot be disposed as it was expected.

The objective of this research was to modify the hammer type paddy thresher. The modification was conducted by adding directing channel at the top of

threshing chamber ceiling and to modify the paddy straw disposal channel beside the feeder with dimension of 15 cm width and 19 cm height. This method was expected to be able to dispose the paddy straw out of the threshing chamber. The research methods to use included some stages. They were machine modification design, machine modification, testing results of modification, observation, and data processing. The machine testing was conducted with 4 different treatments with 3 replications where the differences were on the width of paddy straw disposal place manually. These treatments were wide of disposal channel of 15 cm, 13 cm, 11 cm, and 9 cm. Observations were conducted to percentages of threshed paddy grain, unthreshed paddy grain, good threshed paddy grain, damaged threshed paddy grain, duration of threshing and machine capacity per hour.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padi merupakan tanaman yang penting di Indonesia. Padi dengan bahasa latin Oryza sativa adalah salah satu tanaman budidaya dalam peradaban, selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya. Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim, bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang.

Biji padi merupakan hasil komoditas pertanian pangan terpenting yang sangat diperlukan masyarakat. Padi dapat diolah menjadi beras yang digunakan sebagai bahan makanan pokok penduduk Indonesia, karena biji padi banyak mengandung zat yang diperlukan tubuh terutama karbohidrat. Permintaan beras terus

meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi.

(4)

manusia yaitu dengan cara menggilas tangkai padi beserta bulir padi sehingga terlepas dari malainya, bisa juga menggunakan kotak dengan cara memukul. Secara modern dapat menggunakan tenaga penggerak (motor) yang kemudian diteruskan ke mesin perontok.

Tenaga penggerak/cara mekanis perontokan padi yang sudah dipanen

menggunakan alat perontok padi yang dinamakan thresher, alat ini ada dua tenaga penggerak yaitu dengan menggunakan tenaga manual atau tenaga manusia yang diputar dengan pedal (pedal thresher) ataupun dengan tenaga mesin (power thresher). Perontok padi menggunakan tenaga mesin perlu dirancang untuk memudahkan petani dalam proses perontokan padi.

Mesin perontok yang ada sangat beraneka ragam, tergantung pada bahan yang akan dirontokkan. Salah satu teknologi perontok buatan yang digunakan adalah alat perontok padi tipe hammer thresher, namun energi yang dihasilkan belum termanfaatkan secara maksimal untuk merontokkan padi. Masih ada kendala pada mesin ini, yaitu pada bagian proses pengeluaran jerami, jerami tidak dapat keluar dari mesin perontok padi, menggumpal membentuk silinder.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa jerami tidak dapat keluar dari ruang perontok dengan sempurna. Hal itu dikarenakan tidak adanya saluran pengarah pada dinding atas ruang perontok, sehingga terjadi penumpukan jerami di dalam ruang perontok dan tidak dapat keluar ke saluran pengeluaran.

(5)

bisa berfungsi sebagaimana yang diinginkan. Modifikasi tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Memodifikasi dan menguji alat perontok padi dengan tipe hammer thresher.

2. Membandingkan kinerja alat perontok padi tipe hammer thresher sebelum dan sesudah dimodifikasi.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Diharapkan proses keluarnya jerami lebih sempurna dibandingkan dengan sebelum dimodifikasi.

2. Diharapkan dapat menyempurnakan mesin perontok yang sudah dibuat sebelumnya, sehingga dapat berfungsi dengan efektif.

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Tanaman Padi

Padi termasuk genus yang meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua

Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza

officinalis dan Oryza sativa f spontania. Tanaman padi pada mulanya diusahakan di daerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha

memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis

ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusahakan di daerah sub tropika (Didit, 2010).

B. Tanaman Padi

(7)

pendek dan batang berupa struktur terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang.

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup dalam hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Namun, kebutuhan airnya pun harus terpenuhi

(Baskoro, 2009).

Menurut Utomo (1999) bahwa bagian tanaman dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu :

1. Bagian vegetatif, yang meliputi: akar, batang dan daun.

2. Bagian generatif, yang meliputi: malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga.

C. Vegetatif Padi

1. Akar

Akar-akar serabut pertama kali keluar pada 5-6 hari setelah berkecambah dari batang yang masih pendek dan dari sejak ini perkembangan akar-akar serabut berjalan teratur. Pada umur 15 hari permulaan batang mulai bertunas, akar

(8)

2. Batang

Batang padi disusun oleh serangkaian ruas-ruas dan antara ruas-ruas yang satu dengan yang lainnya dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya berongga dan bentuknya bulat. Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Sehelai daun duduk tiap-tiap buku, di dalam daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang.

3. Daun

Daun terdiri dari helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan upih daun yang memeluk batang. Perbatasan antara helai dan upih terdapat lidah daun. Upih daun menutup daun yang berguna untuk memberikan dukungan kepada bagian buku yang jaringannya empuk. Panjang dan warna lidah daun berbeda-beda tergantung varietas padi yang ditanam. Lidah daun duduknya melekat pada batang yang dengan demikian dapat mencegah masuknya air hujan diantara

batang dan upih daun, keadaan ini dapat mencegah infeksi dari penyakit-penyakit. Panjang dan lebar dari helai daun juga tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas biasanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera (daun yang di atas sekali) mempunyai panjang daun terpendek dengan lebar daun yang terbesar (Utomo, 1999).

D. Generatif Padi

1. Malai

(9)

utama dari malai, sedangkan bulir-bulirnya terdapat pada cabang-cabang pertama maupun cabang-cabang kedua. Malai berdiri tegak kemudian terkulai bila bulir telah berisi dan matang menjadi buah, pada waktu berbunga.

Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai bulir di ujung malai. Panjang malai ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan sekeliling. Malai dapat pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih 30 cm) (Utomo, 1999).

2. Bunga Padi

Bunga padi adalah bunga terbuka artinya tidak mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu.

Bulir-bulir padi terdiri dari bagian-bagian, tangkai bunga, dua sekam kelompok (terletak pada dasar tangkai bunga) dan berupa bunga. Masing-masing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma, sedang lainnya disebut palea, dua lodicula yang terletak pada dasar bunga yang sebenarnya adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya. Lodicula memegang peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena ia

(10)

3. Buah

Biji padi atau gabah secara umum dikenal sebagai buah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-bagian lain membentuk sekam. Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian: bagian paling luar disebut epicarpium, bagian tengah disebut mesocarpium dan bagian dalam yang disebut endocarpium.

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup dalam hidupnya. Tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang, istilahnya padi ladang. Namun,

kebutuhan airnya pun harus terpenuhi (Utomo, 1999).

Bagian-bagian yang terdapat pada biji padi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Biji padi.

Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi memiliki jenis yang berbeda satu sama lainnya, baik umur, cara

pemeliharaan dan mutu berasnya (Tjakrawerdaja, 1999). Sekam Bekatul

Endosper

(11)

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp

Gabah selepas panen harus segera dikeringkan, sebab kadar air pada gabah selepas panen masih cukup tinggi sekitar 25 % - 30 %, bahkan terkadang

melebihi, jika terus-menerus disimpan tanpa adanya pengeringan terlebih dahulu maka gabah jelas akan mengalami kerusakan-kerusakan (Kartasapoetra, 1994). Persyaratan kualitas gabah yang baik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan kualitas gabah.

Komponen Syarat Kualitas Gabah (%)

Kadar air maksimum (wet basis) 14 %

(12)

Proses pengeringan merupakan tahapan yang kritis karena keterlambatan proses pengeringan akan berakibat terhadap rusaknya gabah. Kondisi riil di lapangan sering dijumpai bahwa adanya perbedaan kadar air gabah berpengaruh sangat nyata terhadap harga jual gabah, sehingga jika petani tidak cepat melakukan proses pengeringan, penyusutan kuantitas dan kualitas gabah akan semakin tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengeringan dengan alat pengering buatan dapat menghasilkan beras dengan tingkat kerusakan secara kuantitas dan kualitas yang lebih rendah dan waktu pengeringan yang dibutuhkan pun menjadi lebih singkat (Purwanto, 2005).

E. Penanganan Pasca Panen Padi

Penanganan pascapanen yang dimulai dari tingkat petani merupakan titik awal penting untuk menjamin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Kegagalan penanganan pascapanen pada tingkat petani ini dapat mengakibatkan rendahnya mutu hasil dan tingginya tingkat susut atau kehilangan hasil dan kerusakan gabah dan beras. Petani umumnya telah mampu meningkatkan produksi pangan khususnya padi. Hal ini karena berbagai kegiatan teknik

produksi sudah mendapat perhatian dan diterapkan petani secara baik, sedangkan masalah setelah panen belum diperhatikan oleh petani. Keadaan ini erat sekali hubungannya dengan tingginya kehilangan hasil dan penurunan mutu (Andoko, 2002).

(13)

adalah penggunaan mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi sumber daya serta nilai produk pertanian (Hadiutomo, 2010).

Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23% pada musim kemarau, dan antara 25-30% pada musim penghujan (Prasetyo, 2003).

F. Alat dan Mesin Perontok Padi

Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik.

(14)

Berikut ini menurut Nugraha (1990) adalah cara-cara pemanen padi dengan menggunakan Ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper:

1. Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.

Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10-20 mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5-3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. 2. Cara Pemanen Padi dengan Sabit.

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Penggunaan sabit dianjurkan karena dapat menekan kehilangan sebesar 3 %. 3. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper.

Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper.

4. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper Binder.

Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.

Berbagai jenis mesin perontok padi (thresher), yaitu: 1. Perontokan padi dengan pedal thresher

(15)

penggerak/motor. Alat sederhana yang banyak dipakai adalah pedal perontok (thresher) yang terdiri atas sebuah drum yang terbuat dari

lempengan-lempengan kayu yang disusun berjajar berkeliling membentuk silinder kayu dengan diameter, 36-38 cm, dan panjang 42-45 cm. Kayu-kayu ini

ditancapkan gigi-gigi perontok yang terbuat dari kawat baja berdiameter 3 mm. Kapasitas kerja pedal thresher ini 75 kg hingga 100 kg/jam dengan jumlah operator 1 orang.

2. Perontokan padi dengan power thresher

Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber tenaga penggerak engine, power thresher ini dapat dipakai untuk merontokan biji-bijian (padi, jagung dan kedelai). Kelebihan mesin perontok ini

dibandingkan dengan alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam

perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %. Power thresher mrnggunakan tenaga penggerak motor diesel 5,5-6 HP dan berkapasitas kerja sebesar 500 hingga 600 kg gabah per jam (Anonim, 2010).

3. Perontok padi tipe hammer thresher

(16)

lebih dengan waktu yang digunakan untuk proses perontokan kurang lebih 3-4 menit. Hasil rancangan perontok padi tipe hammer thresher dapat dilihat pada Gambar 2.

Spesifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher adalah sebagai berikut: a. Nama : Perontok padi tipe hammer thresher

b. Dimensi : (70 × 47 × 105) cm

c. Sumber Tenaga : Motor listrik 1 HP, 1440 rpm d. Putaran Puli Mesin : 350 – 692 rpm

e. Kapasitas Kerja : 37,11 kg /jam

Gambar 2. Alat perontok padi tipe hammer thresher (Pratama, 2010)

4. Mekanisme perontokan padi tipe hammer thresher

(17)

menyiapkan padi hasil pemanenan. Langkah selanjutnya menghidupkan motor listrik sebagai tenaga penggerak utama alat perontok untuk memutarkan hammer thresher dan mengumpankan bahan untuk dirontokkan secara bertahap. Proses pemasukan bahan disesuaikan dengan kapasitas hopper, selanjutnya bahan masuk ke dalam ruang perontok dan kemudian mengalami proses perontokan oleh hammer thresher yang ada di dalam ruang perontok. Setelah mengalami

(18)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Maret – April 2012, tahap kedua yaitu pengujian alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April 2012.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk modifikasi alat perontok padi dengan tipe hammer thresher ini meliputi: Las listrik, mistar siku, gerinda, bor listrik, tanggem, dan alat tulis. Alat-alat yang digunakan pada uji kinerja alat antara lain: stopwatch, timbangan dan alat tulis.

(19)

C. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi tahap-tahap perancangan modifikasi, perakitan atau pembuatan modifikasi, pengujian, pengamatan dan pengolahan data.

Pelaksanaan pengujian dilakukan sesuai dengan mekanisme kerja alat hasil modifikasi.

ya tidak

Gambar 3. Diagram alir modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher

Mulai

Perancangan

Modifikasi Alat

Pengujian Alat

Kriteria Desain

Perbaikan

Pengamatan dan analisis data

(20)

D. Pendekatan Desain

1. Kriteria Desain

Untuk perancangan modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher ini diharapkan mampu merontokkan gabah dengan persentase 95% dan jerami dapat keluar dari mesin perontok dengan persentase 95%. Alat perontok padi ini menggunakan sumber tenaga dari motor listrik. Alat ini bekerja dengan harapan didapatkan proses perontokan yang lebih cepat dan efisien sehingga dapat meningkatkan efisiensi perontokan alat yang sebelumnya.

2. Perancangan Modifikasi

Modifikasi perontok padi tipe hammer thresher ini didesain dengan menggunakan bahan-bahan yang relatif tidak terlalu mahal di pasaran dan kualitas bahan dapat diunggulkan serta desainnya sangat sederhana. Ruang perontok padi diberi tambahan plat besi sehingga terdapat saluran pengarah ke dinding atas ruang perontok. Modifikasi alat perontok padi dengan tipe hammer thresher ini menggunakan sumber energi yang berasal dari motor listrik.

Spesifikasi motor listrik yang digunakan sebagai berikut:

 Power 1 HP

 Kecepatan putaran 1440 rpm

 Tegangan 220 Volt

a. Ruang Perontok

(21)

2,5 cm dan poros hammer thresher berdiameter 2 cm. Rancangan ruang perontok yang akan dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Rancangan ruang perontok yang akan dimodifikasi

Kendala yang dihadapi adalah proses keluarnya jerami tidak sempurna. Oleh sebab itu ruang perontok padi ini diberi tambahan plat besi pada dinding ruang perontok dan saluran pengeluaran jerami dirubah kebelakang ruang perontok dengan ukuran 15 cm2, pemasangan besi plat ini memiliki sudut kemiringan sebesar 12o dengan jumlah plat besi yang digunakan adalah 7 buah dengan panjang total besi yang dibutuhkan adalah 440 cm. Sedangkan saluran

(22)

(a) sebelum dimodifikasi (b) sesudah dimodifikasi Gambar 5. Tutup ruang perontok sebelum dan sesudah dimodifikasi

b. Hammer thresher

Hammer menggunakan prinsip benturan/pukulan dan juga dengan cara gesekan (Rahmawati, 2010). Hammer thresher berupa susunan palu-palu dan berputar yang berjumlah 16 buah yang ditopang dengan batang besi, hammer ini terbuat dari karet dengan ukuran sisi-sisinya 6 cm dan tebalnya berukuran0,8 mm. Modifikasi yang dilakukan pada hammer thresher ini adalah dengan memotong bagian atas karet sebesar 2 cm, dengan tujuan agar hammer tidak menyentuh besi plat atau pengarah jerami. Hammer thresher dapat dilihat pada Gambar 6.

(23)

c. Saluran pengeluaran jerami

Saluran pengeluaran ini terdapat 2 bagian, saluran pengeluaran pertama berfungsi sebagai mengeluarkan gabah dan saluran pengeluaran kedua berfungsi sebagai mengeluarkan tangkai jerami yang sudah dirontokkan. Kendala yang dihadapi jerami tidak dapat keluar dari saluran pengeluaran yang telah dibuat, maka dari itu penulis memodifikasi saluran pengeluaran jerami ini dipindah kesebelah saluran pengumpan. Rancangan pengeluaran jerami dapat dilihat pada Gambar 7.

Pengeluaran jerami

Gambar 7. Saluran pengeluaran jerami

2. Uji Kinerja Alat

Pengujian alat diamati untuk memastikan bahwa setiap komponen bekerja dengan baik. Setelah semua alat bekerja dengan baik langkah selanjutnya adalah

pengujian merontokan padi, pengujian kapasitas kerja alat perontok padi, dan menghitung lama perontokan padi.

a. Pengujian perontokan padi

(24)

dan 135 cm dengan cara menutup saluran pengeluaran jerami secara manual, disesuaikan dengan perlakuan yang diinginkan.

Proses perontokkan padi ini yaitu setelah padi dipanen dan dipotong-potong dengan panjang tangkai + 10 cm dengan menggunakan alat pemotong padi. Setelah itu, langsung masukkan padi panen tersebut ke dalam saluran pengumpan dengan keadaan hammer thresher dalam keadaan berputar.

Sebelum dan sesudah dilakukan perontokan, jumlah gabah sampel dan gabah terontok pecah/rusak dihitung untuk mempermudah pengamatan. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, kemudian menghitung

persentase gabah terontok pecah/rusak dari sampel padi yang dirontokkan pada alat perontok, dilanjutkan dengan menghitung lama perontokkan.

b. Pengujian kapasitas kerja alat

Kapasitas kerja alat perontok padi ini dilakukan dengan cara mengumpankan bahan dan mencatat waktu yang diperlukan untuk merontokkan padi tersebut. Setelah selesai perontokan, hasil perontokan ditimbang untuk mengetahui bobotnya. Kemampuan alat untuk merontokkan padi ini dinyatakan dalam kg/jam.

E. Pengamatan

(25)

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari percobaan ini, pengamatan dan perhitungan dianalisis menggunakan statistik sederhana, dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan gambar. Padi di klasifikasi dengan persentase terontok baik, dan persentase padi terontok pecah.

1. Persentase gabah terontok baik

Gabah terontok baik adalah gabah yang berhasil dirontokkan di dalam ruang perontok, tetapi pada kulit gabah tersebut tidak mengalami pecah atau terbelah. Persentase padi terontok baik terhadap jumlah total padi terontok dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

... (1)

dimana : GTB = Gabah Terontok Baik (%)

JGTB = Jumlah Gabah Terontok Baik (gram) JGT = Jumlah Gabah Terontok (gram) 2. Persentase gabah terontok rusak

Jumlah gabah terontok pecah adalah jumlah gabah yang berhasil dirontokkan di dalam ruang perontok, tetapi kulit gabah tersebut mengalami rusak, pecah atau terbelah. Persentase gabah terontok rusak terhadap jumlah total gabah terontok dapat dihitung persamaan sebagai berikut :

... (2)

dimana : GTR = Gabah Terontok Rusak (%)

(26)

t JGT

KKAP 

3. Pengujian kapasitas kerja (kg/jam)

... (3)

dimana : KKAP = Kapasitas kerja alat perontok (kg/jam) JGT = Jumlah gabah terontok (kg)

(27)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Telah berhasil dimodifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher dengan menambahkan pengarah berupa plat besi pada dinding atas ruang perontok.

2. Persentase gabah terontok baik rata-rata sebesar 98,7%.

3. Semakin besar saluran pengeluaran jerami maka semakin besar pula persentase gabah yang terontok dan waktu yang dibutuhkan lebih cepat, namun semakin besar lubang pengeluaran jerami semakin besar pula tingkat kehilangannya.

4. Alat perontok padi tipe hammer threasher hasil modifikasi ini memiliki kapasitas 106,43 kg/jam.

B. Saran

Saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

(28)

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI

TIPE

HAMMER THRESHER

(Skripsi)

Oleh

AHMAD HARBI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(29)

MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE

HAMMER

THRESHER

Oleh

Ahmad Harbi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(30)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Biji padi ... 8

2. Alat perontok padi tipe hammer thresher ... 14

3. Diagram alir modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher ... 17

4. Rancangan ruang perontok yang akan dimodifikasi... 19

5. Tutup ruang perontok sebelum dan sesudah dimodifikasi ... 20

6. Hammer thresher mesin perontok ... 20

7. Saluran pengeluaran jerami ... 21

8. Alur pengarah jerami pada bagian atas ruang perontok ... 26

9. Hammer thresher ... 27

10. Saluran pengeluaran jerami ... 28

11. Perontok padi tipe hammer thresher ... 30

Lampiran 12. Grafik persentase gabah terontok baik dan terontok rusak... 42

13. Grafik persentase gabah terontok dan tidak terontok... 42

14. Timbangan digital ... 43

15. Tachometer ... 43

16. Alat perontok padi sebelum dimodifikasi ... 43

(31)

18. Contoh jerami yang tertinggal diruang perontok ... 44

19. Pengoperasian alat perontok padi tipe hammer thresher... 44

20. Gabah hasil perontokan ... 45

21. Gabah tidak terontok ... 45

22. Sampel kondisi perontokan gabah ... 45

23. Gambar teknik atap perontok ... 46

24. Gambar teknik hammer ... 47

25. Gambar teknik alat perontok padi tipe hammer thresher tampak sudut kiri atas ... 48

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Andhen. 2010. Penanganan Pasca Panen Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim. 2011. Petunjuk teknis perontokan padi dengan cara mekanis dan Semi

mekanis. Dikutip dari http://www.smecda.com. Diakses Tanggal 20 Juni 2011.

Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Baskoro, Y. 2009. Analisis Ekonomi Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung.

Daulay, S. B. 2005. Pengeringan Padi (Metode dan Peralatan).Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Didit. 2010. Budidaya Padi. Dikutip dari http://tani.blog.fisip.uns.ac.id. Diakses Tanggal 08 September 2011.

Hadiutomo, K. 2010. Mekanisasi pertanian. PT. Penerbit IPB Press. Bogor. Hadiwiyoto, S. dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen I. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kartasapoetra. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Nugraha, S. 2008. Keterlambatan Perontokan Padi. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jakarta.

Prasetyo, Y. T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pratama Y. R. Rancang Bangun Alat Perontok Padi Tipe Hammer Thresher. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Universitas Lampung.

(33)

Rahmawati, H. 2010. Rancang Bangun Mesin Penepung Kasava Tipe Hammer Mill. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung

Suga, K. 1997. Dasar Perencanaan Elemen Mesin. PT Pradya Paramita. Jakarta. Tjakrawerdaja, S. 1999. Padi (Oriza Sativa). http://www.smecda.com. Diakses

Tanggal 12 April 2012.

(34)

Judul Skripsi : MODIFIKASI ALAT PERONTOK PADI TIPE HAMMER THRESHER

Nama Mahasiswa : Ahmad Harbi

N P M : 0614071018

Jurusan : Teknik Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tamrin, M.S. Warji, S.TP, M.Si.

NIP : 19621231 198703 1 030 NIP : 19780102200312 1 001

2. Ketua Jurusan Teknik Pertanian

(35)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tamrin, M.S. ...

Sekretaris : Warji, S.TP, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Budianto Lanya, M.T. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP : 19610826 198702 1 001

(36)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, pada 15 Juni 1988, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ngadiyo dan Ibu Muslihah.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD M Riau Periangan, Lampung tengah, lulus pada tahun 2000, pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP N 1 Kalirejo, Lampung Tengah lulus pada tahun 2003 dan pendidikan sekolah menengah umum di SMU N 1 Sukoharjo, Tanggamus, lulus pada tahun 2006.

(37)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Modifikasi Alat Perontok Padi tipe Hammer Thresher”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik.

Penulis juga menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan saran serta memberikan motivasi selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Warji S.TP, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing Penulis selama penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Pembahas, terima kasih atas saran

dan kritik yang membangun kepada Penulis serta bantuan yang telah diberikan, sehingga karya tulis dapat terselesaikan.

(38)

6. Bapak, Ibu serta kakak-kakakku atas kasih sayang dan cintanya yang selalu senantiasa memberikan doa, moril, perhatian, dukungan dan semangat yang tak terbatas bagi keberhasilan Penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, seluruh Civitas Akademika Teknik Pertanian maupun masyarakat luas. Penulis berdoa semoga kebaikan dibalas oleh Allah SWT., amin.

Bandar Lampung, Februari 2013 Penulis

Gambar

Gambar 1.  Biji padi.
Tabel 1.  Persyaratan kualitas gabah.
Gambar 2.  Alat perontok padi tipe hammer thresher (Pratama, 2010)
Gambar 3.  Diagram alir modifikasi alat perontok padi tipe hammer thresher
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terjadi karena obstruksi total saluran napas sehingga udara tidak dapat masuk ke parenkim distal, akibatnya oksigen yang terjerat akan diabsorbsi

Berdasarkan praktikum atau penelitian yang telah dilakuka menggukan  bahan berupa gipsum tipe 2/dental plaster didapatkan hasil yang menyamai teori dimana jika rasio

Langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut adalah membuat model mesin pemilah kayu otomatis yang sederhana karena hanya dapat melakukan proses pemilahan berdasarkan satu paramater

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) dosis vitomolt sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan molting kepiting bakau, 2) penambahan dosis vitomolt

Media pembelajaran menurut Asyar (2012) merupakan alat atau media yang digunakan untuk menyalurkan materi pembelajaran dari sumber yang sudah dibuat sehingga dapat

 Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak  berasa dan lebih berat daripada udara. N2O biasanya tersimpan dalam bentuk cairan

Sebaliknya, melahirkan manusia – manusia bermentaliti hijau yang sensitif terhadap pemuliharaan dan pemeliharaan alam akan sekaligus melahirkan masyarakat yang ingin kepada

Dalam penelitian ini maka yang dikonfirmasi adalah mengenai presentasi diri serta pola komunikasi female disc jockey yang kemudian dikaitkan dengan teori interaksi simbolik.