• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOAL DAN JAWABAN UAS HKP KELAS A2 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SOAL DAN JAWABAN UAS HKP KELAS A2 2011"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SOAL DAN JAWABAN UAS HKP KELAS A2 2011-2012

UJIAN AKHIR SEMESTER PROGRAM MKN UNDIP

Mata Kuliah : Hukum Keluarga dan Harta Perkawinan

Kelas : A-2

Tanggal : 16 Januari 2012 Waktu : 100 menit Sifat : OPEN BOOK Dosen : YUNANTO, SH, MH

1. Perjanjian kawin yang dibuat calon suami dan calon istri merupakan antisipasi pemecahan masalah

harta perkawinan mereka nanti ketika perkawinanya tidak bisa dipertahankan lagi, penyelesaiannya tinggal mengikuti apa yang telah disepakati dalam perjanjian kawin tersebut.

Pertanyaan : Apabila perkawinan putus karena kematian salah satu suami atau istri, apakah efektifitas perjanjian kawin tersebut sama Apabila perkawinan putus karena Perceraian ? Jelaskan !

JAWAB :

Apabila sebuah perkawinan berakhir dengan meninggalnya salah satu dari suami atau istri maka

tidak ada lagi yang harus dibatasi atau ditiadakan baik berupa kekuasaan si suami atau terhadap harta persatuan kekayaan suami-istri. Dengan kata lain maksud dan tujuan dari perjanjian kawin yang dibuat oleh mereka dalam perkawinan tersebut, gugur atau hilang bersamaan dengan bubarnya perkawinan karena kematian salah satu pihak dalam perjanjian tersebut.(Pasal 126 KUH Perdata)

2. Sebuah Akta Perjanjian Kawin berisi :

Antar suami dan istri tidak ada pemisahan persekutuan harta benda, bukan hanya persekutuan

harta menurut hukum, akan tetapi juga tidak akan terdapat percampuran laba dan rugi serta pula

hasil dan bunga atau percampuran berupa apapun juga, masing-masing tetap memiliki apa yang dibawanya dalam perkawinan dan diperolehnya dalam perkawinan dengan jalan apapun juga serta

pula segala sesuatu yang diperolehnya dengan jalan penanaman (belegging) atau penukaran

(tuiling), hutang yang dibawa masing-masing dalam perkawinan atau telah terjadi selama perkawinan menjadi tanggungan dari pihak yang membawa atau yang mengadakan hutang itu. Pihak istri akan mengurus harta bendanya baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan dengan bebas menikmati hasil dan pendapatan baik dari hartanya maupun dari pekerjaannya atau sumber lain, untuk mengurus itu istri tidak memerlukan bantuan dari suami, dan dengan akta ini pihak istri diberi kuasa yang tidak dapat dicabut kembali untuk menjalankan pengurusan itu dengan tidak memerlukan bantuan dari pihak suami.

Pertanyaan : Analisis isi Akta tersebut dari Landasan Hukum yang dipakai, Bentuk Harta Perkawinan yang digunakan, macam harta apa saja yang terdapat dalam perkawinan tersebut, dan kewenangan bertindak terhadap harta dalam perkawinan tersebut.

JAWAB :

A. Akta Perjanjian Kawin tersebut adalah Perjanjian kawin yang terbatas padaUntung-Rugi saja

B. Akta Perjanjian Persatuan Untung-Rugi ini menurut ketentuan Pasal 155 KUH Perdata, karena harta persatuan tidak secara tegas ditiadakan

(2)

Aktiva, Pasiva dan harta-harta yang diperoleh sepanjang perkawinan menjadi HARTA PRIBADI suami atau istri.

D. Ada 3 (tiga) Jenis Harta dalam Perjanjian Kawin berupa Persatuan Untung-rugi, yaitu: a. Harta pribadi suami

Yang termasuk kedalam harta pribadi suami adalah harta bawaan suami, hutang bawaan suami dan harta cuma-cuma yang diperoleh suami sepanjang perkawinan.

b. Harta pribadi istri

Yang termasuk kedalam harta pribadi istri adalah harta bawaan istri, hutang bawaan istri dan harta cuma-cuma yang diperoleh istri sepanjang perkawinan.

c. Untung dan Rugi persatuan (milik bersama)

Yang termasuk untung dan rugi persatuan adalah diluar harta pribadi yang meliputi keuntungan yang diperoleh sepanjang perkawinan dan kerugian yang diderita sepanjang perkawinan

E. Bentuk harta dalam Perjanjian Kawin dengan Persatuan untung-rugi, termasuk didalamnya adalah keuntungan yang diatur dalam :

a. Pasal 157 KUH Perdata

Bentuk keuntungan adalah setiap bertambahnya kekayaan dalam persatuan perkawinan sepanjang perkawinannya, yang disebabkan :

- hasil dari harta kekayaan (misalnya : Hasil dari Sewa rumah, bunga uang, deviden saham) dan

pendapatan suami atau istri dari usaha dan kerajinan suami atau istri

- Hasil dari penabungan dari pendapatan-pendapatan yang tak dapat dihabiskan

b. Pasal 159 KUH Perdata

Barang-barang tak bergerak dan surat-surat bernilai yang dibeli sepanjang perkawinan c. Pasal 167 KUH Perdata

Termmasuk dalam keutungan persatuan adalah keuntungan yang diperoleh dari kenaikan nilai, hasil atau pendapatan dari segala hibah wasiat yang diperoleh istri atau suami.

F. Bentuk harta dalam Perjanjian Kawin dengan Persatuan untung-rugi, termasuk didalamnya adalah kerugian yang diatur dalam :

a. Pasal 157 KUH Perdata

Bentuk kerugian adalah setiap berkurangnya kekayaan dalam persatuan perkawinan sepanjang perkawinannya yang disebabkan karena pengeluaran melampaui pendapatan

b. Pasal 163 KUH Perdata menentukan bahwa segala hutang yang mengenai kedua suami isteri

bersama dan dibuat sepanjang perkawinan harus dianggap sebagai kerugian persatuan

Contoh : Pengeluaran sehari hari untuk rumah tangga, pembelian pembelian pakaian suami isteri, biaya pengobatan suami atau isteri.

3. Penggugat (istri) mengajukan keberatan dan menggugat ke Pengadilan Negeri dengan dasar :

Bahwa obyek sengketa adalah HARTA BERSAMA (Gono-Gini) dimana ia memiliki hak atas obyek sengketa tersebut. Dan bahwa Tergugat III (suami) tidak pernah memberitahu dan meminta persetujuan pada Penggugat dalam menjaminkan obyek sengketa.

Atas keberatan tersebut HAKIM dalam pertimbangan hukumnya menyatakan :

Bahwa dalam harta bersama perlawanan pihak ke I yaitu Istri tidak dapat dibenarkan, karena harta bersama merupakan jaminan untuk pembayaran hutang suami yang terjadi dalam perkawinan dan harus ditanggung bersama, juga kredit diberikan untuk usaha bersama modal Usaha suami istri.

(3)

JAWAB :

Mendasarkan pada pertimbangan hukum dari Hakim maka dapat disimpulkan bahwa Hakim dalam

memutus perkara tersebut mendasarkan pada KUH Perdata.

Pertimbangan hukum yang diambil Hakim DAPAT DIBENARKAN karena :

a. Jika perkara ini terjadi setelah berlakunya UU No. 1 tahun 1974, dimungkinkan menggunakan

ketentuan yang diatur dalam KUH Perdata, halmana didasarkan pada Pasal 66 UUP

b. Pasal 36 UUP, mengatur mengenai kewenangan bertindaknya harus dengan persetujuan bersama

suami-istri tetapi dalam pasal 37 UUP juga mengatur bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Dipertegas lagi dalam Surat Edaran MA 20 Agustus 1975 No.MA/Pemb.0807, tentang Petunjuk-petunjuk Mahkamah Agung Mengenai Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa Harta Bersama adalah termasuk salah satu ketentuan yang belum berlaku efektif. Dengan demikian berdasarkan Pasal 66 UUP dapat diberlakukan hukum lama yaitu KUH Perdata, Hukum Adat atau Hukum Islam.

4. Hukum setelah Pasal 108 KUH Perdata dianggap tidak berlaku, maka harta kekayaan milik pribadi

istri diurus oleh si istri sendiri yang terhadap harta kekayaan tersebut si istri bisa melakukan perbuatan mengurus dan memutus.

Terhadap hal tersebut apakah ketentuan Pasal 124 KUH Perdata masih berlaku ? Jelaskan .!

JAWAB :

Dengan tidak berlakunya Pasal 108 KUH Perdata akibat hukumnya terhadap ketantuan dalam Pasal 124 KUH Perdata adalah :

a. Istri berhak untuk mengurus harta kekayaan perkawinan yang bersifat memutus;

b. Terhadap harta bawaan milik istri tetap milik istri daan diurus sendiri

c. Pasal 124 ayat 1 masih tetap berlaku karena kedudukan suami sebagai kepala persatuan (Pasal 105

KUH Perdata)

5. Dalam pertanggungjawaban terhadap hutang-hutang persatuan dikenal adanya urusan INTERN yang

didalamnya terdapat Contribution dan urusan EKSTERN yang didalamnya mengadung Obligation.

Jelaskan mengenai hal tersebut dan bagaimana apabila istri menggunakan haknya untuk melepaskan bagiannya dari persatuan ?

JAWAB :

Yang dimaksud dengan Urusan Intern dan contribotion adalah

a. Pembagian Harta Persatuan yang terdiri dari laba (aktiva) dan beban (pasiva) yang dibagi dua antara

suami dan istri. Inilah yang dimaksud sebagai Urusan Internantara suami istri;

b. Apabila pihak suami membayar 100% dari suatu hutang, maka pihak istri harus mengganti 50%

kepada suami atau sebaliknya. Jadi masing-masing baik suami maupun istri dibebani dengan 50% dari hutang-hutang persatuan.

c. Pembebanan masing-masing baik suami atau istri sebesar 50% ini yang disebut

dengan Contribution(Ikut memikul/memberi sumbangan)

Hutang-hutang itu selain urusan intern antara suami istri, juga merupakan urusan terhadap kreditor,

yaitu Urusan Ekstern. Urusan Ekstern itu menyangkut kewajiban suami atau istri terhadap Kreditor

untuk membayar suatu hutang dari persatuan harta. Hal inilah yang disebut dengan Obligation.

(4)

pembayaran piutangnya, setalah dibayar istri maka istri berhak meminta pengembalian sebesar 100% atas dibayarnya utang tersebut kepada suami atau ahli warisnya. (Pasal 132 ayat 2 KUH Perdata)

TUGAS HKP ( ANALISA AKTA PERJANJIAN

PERKAWINAN )

Analisis Akta Perjanjian Perkawinan ini, dilakukan terhadap Akta Nomor 1 yang dibuat dihadapan Notaris Slamet Sentosa di Semarang, pada tanggal 02 Nopember 2011 dan telah di register umum di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Semarang tanggal 02 Nopember 2011. Sehingga akta perjanjian perkawinan ini sah dan berlaku efektif terhadap kedua belah pihak yaitu calon suami atau istri dan berlaku juga terhadap pihak ketiga dalam perkawinan.

A. ANALISIS AKTA PERJANJIAN KAWIN

Akta Perjanjian Kawin pada Akta Nomor 1 yang dibuat dihadapan Notaris Slamet Sentosa di Semarang , pada tanggal 02 Nopember 2011, bedasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam KUH Perdata

1. Landasan Hukum

Akta Perjanjian Kawin tersebut mendeskripsikan kepada Perjanjian kawin yang

menyimpangi ketentuan Pasal 119 KUH Perdata yaitu mulai pada saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum berlakulah persatuan bulat antara harta kekayaan suami dan istri sepanjang mengenai hal itu .tidak diadakan perjanjian kawin.

Perjanjian Kawin yang dimaksud dalam akta tersebut TIDAK menghendaki terjadinya persekutuan harta benda Perkawinan. Hal mana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 akta tersebut yang menyebutkan bahwa :

”Antara suami-istri tidak akan terjadi campur/persatuan harta, sehingga semua campur harta, baik campur harta lengkap maupun campur harta untung rugi dan campur hasil pendapatan dengan tegas DITIADAKAN”

Dengan mengadakan perjanjian kawin ini maka calon suami dan istri dalam beberapa hal pengaturan akta ini, bertujuan untuk menyimpangi persatuan harta kekayaan yang telah diatur dalam

KUH Perdata (Pasal 139 KUH Perdata). Dimungkinkannya penyimpangan terhadap ketentuan pasal

119 KUH Perdata ini maka pada dasarnya asas yang digunakan dalam perjanjian kawin merujuk

kepada asas-asas umum yang diatur dalam perikatan (Verbintenis).

Pasal 1 ayat 1 Akta Nomor 1 Notaris Slamet Sentosa di Semarang, pada tanggal 02 Nopember 2011 tentang perjanjian kawin tersebut, menunjukan bahwa perjanjian kawin yang dibuat

oleh calon suami atau istri yang dimaksud dalam akta tersebut, menghendaki adanya Pemisahan

Mutlak Persatuan/campur harta dalam perkawinannya. Pasal ini telah sesuai dengan Pasal 144 KUH Perdatayang mengatur bahwa :

”Ketiadaan persatuan harta kekayaan tidak berarti tak adanya persatuan untung dan rugi, kecuali jika

ini pun kiranya dengan tegas ditiadakannya

2. Jenis-Jenis Harta dalam Perkawinan

Pada perjanjian kawin dengan pemisahan mutlak harta persatuan, secara teoritis dikelompokan menjadi 2 (dua) jenis harta dalam perkawinan, yaitu :

(5)

Yang termasuk kedalam harta pribadi suami adalah harta bawaan suami, hutang bawaan suami dan harta cuma-cuma yang diperoleh suami sepanjang perkawinan.

b. Harta Pribadi Istri

Yang termasuk kedalam harta pribadi istri adalah harta bawaan istri, hutang bawaan istri dan harta cuma-cuma yang diperoleh istri sepanjang perkawinan.

Pada akta ini juga telah diatur mengenai jenis-jenis barang apa saja yang merupakan milik calon suami atau istri. Pasal 1 ayat 2 Akta tersebut menyebutkan:

”Berhubung dengan ketentuan ayat pertama pasal ini, maka suami dan istri tetap memiliki harta bawaannya ke dalam perkawinan mereka dan yang diperoleh masing-masing selama perkawinanan itu, demikian pula semua harta yang diperoleh masing-masing karena penggantian, karena penukaran, atau yang didapat karena cara lain,”

Kemudian pada pasal 1 ayat 3 akta tersebut juga telah menerangkan bahwa :

”semua utang yang dibawa oleh suami atau istri ke dalam perkawinan mereka, maupun yang dibuat oleh mereka selama perkawinan, tetap akan menjadi tanggungan (dipikul oleh) suami atau istri masing-masing yang telah membawa, membuat atau yang menerima utang-utang itu.”

3. Bentuk Harta Perkawinan

Bentuk harta perkawinan dalam perjanjian kawin dengan pemisahan mutlak harta campur atau persatuan, terhadap barang-barang yang tidak dapat dibuktikan kepemilikannya dan utang-utang yang tidak didaftarkan masuk ke dalam buku besar tentang perutangan umum, misal : tidak didaftarkan dalam Kantor Fidusia, Tanah sebagai jaminan utang tanpa hak tanggungan. Harus dicantumkan ke dalam Perjanjian Kawin, atau dengan surat pertelaan, yang ditanda tangani oleh Notaris dan ditempelkan pada akta asli perjanjian kawin serta harus di daftarkan pada kepaniteraan

Pengadilan Negeri yang bersangkutan. (Pasal 150 KUH Perdata)

Pada Akta Perjanjian Kawin ini, bentuk barang-barang yang disebut dalam akta diatur dalam Pasal 4 ayat 1, 2 dan 3 yaitu :

(1) Barang-barang berupa pakaian, perhiasan, buku-buku, surat-surat, alat-alat dan perkakas yang

dipergunakan untuk pelajaran atau pekerjaan oleh suami atau istri, baik yang sewktu-waktu terdapat, juga yang terdapat pada waktu putusnya perkawinan mereka, merupakan hak milik suami atau istri yang menggunakan barang-barang itu...”

(2) Semua perabot rumah tangga yang sewaktu-waktu terdapat dalam rumah suami-istri, jadi juga pada

waktu putusnya perkawinan mereka, terkecuali barang-barang yang trsebut dalam ayat 1 adalah milik istri pribadi, karena perabot rumah tangga itu dianggap sama dengan atau sebagai pengganti dari perabot yang dibawa oleh istri ke dalam perkawinan mereka, tanpa perlu menyelidiki asal-usulnya..”

(3) Barang-barang bergerak lainnya yang tidak termasuk ketentuan-ketentuan tersebut diatas, yang

selam perkawinan oleh karena pembelian, warisan, hibah wasiat, hibahan atau dengan cara lain menjadi milik (jatuh kepada) istri, harus ternyata dari suatu daftar atau catatan lain yang ditanda tangani suami dan istri, dengan tidak mengurangi hak istri dan para ahli warisnya untuk membuktikan tentang adanya atau harganya barang-barang itu, baik dengan surat-surat bukti lain, saksi-saksi atau karena umum telah mengetahuinya.”

4. Kewenangan Bertindak terhadap Harta Perkawinan

Meskipun perjanjian perkawinan diberi peluang untuk menyimpangi peraturan perundangan yang berlaku, tetapi untuk hal-hal mengenai kewenangan mutlak (demi hukum) tidak lah boleh untuk disimpangi. Perjanjian perkawinan tidak boleh mengurangi segala hak yang disandarkan pada

kekuasaan si suami sebagai suami, dan pada kekuasaan sebagai orang tua. (Pasal 140 ayat 1 KUH

(6)

Salah satu maksud dan tujuan dibuatnya perjanjian perkawinan adalah untuk membatasi kekuasaan si suami terhadap barang-barang persatuan, seperti apabila tidak diadakannya perjanjian perkawinan. Sebaliknya dengan perjanjian perkawinan ini, memberikan kewenangan yang lebih besar pada si istri untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap harta kekayaan perkawinannya.

Pada akta perjanjian perkawinan Notaris Slamet Sentosa di Semarang, pada tanggal 02 Nopember 2011 ini, juga dengan jelas dan tegas diatur mengenai kewenangan istri terhadap harta kekayaan perkawinan mereka, yaitu :

Pasal 2

(1) Istri akan mengurus semmua harta pribadinya, baik yang bergerak maupun yang tak gerak dan

dengan bebas memungut (menikmati) hasil dan pendapatan baik dari hartanya itu maupun dari pekerjaannya atau dari sumber lainnya.

(2) Untuk mengurus hartanya itu istri tidak memerlukan bantuan atau kekuasaan dari suami, dan dengan

ini suami untuk keperluannya memberi kuasa yang tetap dan tidak dapat dicabut lagi kepada istri untuk melakukan segala tindakan pengurusan harta pribadi istri itu tanpa diperlukan bantuan dari suami.

(3) Apabila ternyata suami telah melakukan pengurusan atas harta pribadi istri, maka suami bertanggung

jawab akan hal itu.

B. SIMPULAN

Perjanjian Perkawinan adalah perjanjian yang dibuat oleh calon suami dan iatri untuk mengatur akibat perkawinannya terhadap harta kekayaan mereka. Jadi Perjanjian Perkawinan adalah inheren dengan harta kekayaan perkawinan.

Perjanjian Perkawinan dibuat untuk menyimpangi ketentuan yang sudah diatur dalam undang-undang yaitu untuk menyimpangi Pasal 119 KUH Perdata. Dengan dibuatnya perjanjian perkawinan maka calon suami atau istri berhak menyiapkan beberapa hal untuk menyimpangi peraturan perundang-undangan sekitar persatuan harta kekayaan, asalkan tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban umum. (Pasal 139 KUH Perdata)

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun,

Dari karakteristik responden penelitian ini dapat diketahui bahwa banyak sopir bus yang berusia 36-45 tahun dan sudah lama bekerja memiliki beberapa kebiasaan

TABEL 3.19 Keterangan Activity Diagram Usulan Melihat Jadwal Perjalanan Dinas ... 20 Keterangan Activity Diagram Usulan Mengelola Surat

Semakin kecil nilai cost proses matching, maka semakin cocok dengan data aksara cetak yang menjadi pembanding citra uji, dan huruf aksara Jawa tersebut akan dikenali.

Berdasarkan uji efek mediasi ke-1 bahwa hubungan antara kompensasi terhadap komitmen organisasional dan implikasinya bagi kinerja karyawan dapat disimpulkan bahwa kompensasi

“ Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan ( melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok

[r]

Guru membagi pada tiap siswa X sebuah kartu berisi sebuah soal yang akan dia mintakan untuk dijawab oleh siswa Y yang duduk berhadapan dengannya. Dalam waktu yang