PERILAKU SOSIAL REMAJA TERHADAP ORANG TUA DI DESA LABUHAN RATU PASAR KECAMATAN SUNGKAI SELATAN
KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROVINSI LAMPUNG
OLEH ENDA MAULANA
Masa Remaja Merupakan masa perkembangan dalam kehidupan manusia yang mengalami berbagai perubahan baik fisik dan psikis. Semua perubahan ini mempengaruhi penampilan, sikap serta tingkah laku para remaja. Keadaan tersebut telah membawa berbagai perubahan perilaku remaja, termasuk perubahan perilaku remaja terhadap orang tuanya. Pengasuhan keluarga yang salah dan lingkungan masyarakat yang buruk dapat menimbulkan berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja terhadap orang tua. Selain itu pergaulan remaja yang tidak baik dengan teman sebaya juga dapat menyebabkan perubahan perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat.
Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung utara Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalah metode penelitian deskriftif dengan sampel berjumlah 39 orang remaja dan analisis data yang digunakan penelitian ini adalah dengan presentase.
ADOLESCENT PARENTS OF QUEEN VILLAGE MARKET HARBOR SUNGKAI SOUTHERN DISTRICT NORTH DISTRICT LAMPUNG
PROVINCE LAMPUNG
BY
ENDA MAULANA
Adolescence is a developmental period in human life which have a variety of changes both physical and psychic. All these changes affect the appearance, attitude and behavior of teenagers. Situation has brought many changes in adolescent behavior, including changes in adolescent behavior towards his parents. Family caregiving is wrong and that poor communities can cause a variety of deviant behaviors committed by teenagers to the elderly. In addition teenagers who are not good association with peers can also cause changes in teenage behavior that is incompatible with the existing norms and prevailing in the society.
The research objective is to elucidate the factors that influence changes in social behavior of adolescents to the elderly in the village of Market District Sungkai Labuhan Queen of South Lampung Regency northern province of Lampung. The method used dalah descriptive research method with the sample of 39 adolescents and analysis of the data used is the percentage of the study.
Based on the analysis of the data can be seen that changes in social behavior of adolescents to their parents due to family caregiving factors tegolong high category 46.15%, 41.03% and is considered a relatively low 12.82%. While the changes caused by factors that belong to peer groups and high categories were 43.59% and 12.82% is low. While changes in social behavior of adolescents to the elderly caused by environmental factors is high society of 58.96%, were classified as belonging as much as 30.77% and 10.27% for lower categories. So that from the results of this analysis can be concluded that the influence of family caregiving factors, peer groups and society tends to high. But of the three factors above percentages are very high in influencing change in social attitudes toward teen parents are the environmental factors with the percentage value of 58.9%.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat selama kehidupanya pasti selalu mengalami perubahan secara terus menerus. Perubahan-perubahan itu dapat berupa perubahan yang menarik, perubahan yang luas pengaruhnya, perubahan cepat, perubahan yang lambat dan lain sebagainya. Secara umum perubahan dari masyarakat terbagi atas perubahan fisik dan perubahan non fisik. Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainya, baik dalam hal bentuk maupun
kecepatan perubahannya. Hal ini karena perubahan yang yang terjadi dalam suatu masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor, dimana faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan dalam masyarakat tersebut satu dengan yang lain berbeda.
-perubahan non-fisik di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan lapisan-lapsian dalam
modernisasi dan sebagainya, merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki atau disebut perubahan yang tidak direncanakan yang berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat, sehingga perubahan-perubahan tersebut terkadang kurang diharapkan oleh masyarakat disatu pihak dan mungkin saja sangat diharapkan dipihak lain. Dimana perubahan tersebut adalah sebagai akibat dari pergaulan yang masuk tanpa ada seleksi oleh masyarakat melainkan langsung ditiru dan diterima seperti perubahan gaya hidup, perilaku dan sebagainya yang dapat menimbulkan masalah dalam perubahan dimasyarakat.
Satu dari perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara individu atau kelompok-kelompok serta perubahan unsur-unsur budaya. ( Soerjono Soekanto, 2002 : 350)
Oleh karena itu, perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat dapat diartikan sebagai perubahan bentuk dan nilai sosial budaya lama ke arah bentuk dan nilai sosial yang baru. Perubahan yang sering terjadi sering kali masih meniggalkan pola-pola lama, namun terkadang sama sekali merupakan bentuk baru yang tidak diwarnai oleh sosial budaya lama.
terjadi dalam masyarakat dimana ia berada, termasuk didalamnya adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosisal budaya di kalangan remaja
memainkan perenan yang besar dalam pembentukan dan pengkondisian tingkah laku remaja.
Salah satu bentuk perubahan sosial budaya di kalangan remaja adalah perubahan perilaku sosial remaja dalam berintraksi dengan orang tuanya. Perilaku sosial sendiri merupakan segala tindakan atau perubahan manusisa sebagai bentuk responketika berhadapan dengan orang lain. Jadi, perilaku sosial remaja yang dapat dilihat dari cara bicara, bersikap dan bereaksi ketika terjadi interaksi antara anak dengan orang tuanya.
Berbagai tata cara berperilaku seorang remaja terhadap orang tua diajarakan dalam norma-norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat indonesia. Norma-norma tersebut antara lain Norma-norma hukum, Norma-norma agama, Norma-norma adat dan Norma-norma kesopanan serta kesusilaan. Dalam norma hukum di indonesia perilaku seorang anak terhadap orang tuanya diatur dalam pasal 19 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang menyebutkan bahwa :
a. Menghormati orang tua, wali dan guru
b. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyangi teman c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara
d. Menunaikan ibadah sesuai ajaran agamanya dan e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
tindakan-tindakan yang dapat menyakiti orang tua, baik secara psikis maupun fisik. Tindakan menyakiti orang tua dengan tindakan psikis seperti berkata kasar dan tidak menghormati orang tua, tindakan fisiknya seperti melakukakn tindakan kekerasan kepada orang tua. Hal ini merupakan suatu keseimbangan dalam menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga, karena betapa besar rasa sayang dan pengorbanan yang telah diberikan orang tua terhadap anaknya.
Sebagai orang tua pun harus memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang besar untuk mampu mensejahterakan, melindungi dan menumbuhkembangkan anak untuk dapat meraih sebuah prestasi yang ingin dicapainya ketika ia dewasa. Seperti yang ditegaskan Dalam Bab IV Bagian keempat pasal 26 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak disebutkan juga apa saja yang
menjadi tanggung jawab dan kewajiban orang tua terhadap anaknya, disebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Selanjutnya dalam UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Bab II Pasal 9, berkaitan dengan tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak
-tama bertanggung jawab
orang tuanya dengan cara menghormati, menghargai, menyayangi dan
melaksanakan segala perintah dari orang tuanya sejauh perintah itu untuk hal yang baik.
Uraian mengenai bagaimana seharusnya seorang anak (remaja) berperilaku terhadap orang tuanya diatas diperkuat dengan penjelasan yang terdapat dalam norma agama, norma adat, norma kesopanan dan kesusilaan. Menurut keyakinan agama islam dijelaskan bahwa anak berkewajiban untuk taat terhadap orang tua sejauh perintah tersebut adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat serta bukan untuk bermaksiat kepada Allah. Namun demikian ketaatan dan kepatuhan kepada Allah harus melebihi ketaatan kepada siapapun.
Salah satu ajaran norma agama mengenai pergaulan dengan orang tua tercantum
dalam Al- 23, yang artinya :
-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan keduanya
Berdasarkan ayat tersebut, maka seorang anak berkewajiban untuk berkata yang
membentak. Begitu juga dijelaskan dalam norma adat dan kesopanan, sudah menjadi kewajiban bagi anak unuk berkata, bersikap dan berbuat mulia kepada orang tuanya. Sesuatu yang menyakitkan orang tua, baik fisik maupun psikis dipandang masyarakat sebagai sesuatu hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam norma adat dan kesopanan.
kedewasaaan. Dalam memasuki masa ini seorang remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis(kejiwaan) yang mendekati keadaan fisik dan
psikis(kejiwaan) orang dewasa. Semua perubahan ini mempengaruhi penampilan, sikap serta tingkah laku mereka. Perubahan ini akhirnya menimbulkan konflik dalam diri mereka, karena disatu pihak mereka menampilkan diri serta berharap agar diperlakukan dan dianggap sebagai orang dewasa, tetapi dilain pihak mereka belum dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa.
Keadaan tersebut telah membawa berbagai perubahan perilaku remaja, termasuk di dalamnya adalah perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tuanya. Dalam hal yang tidak diinginkan perubahan tersebut cendrung mengarah kepada bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan para remaja. Perilaku yang kurang atau tidak menghormati dan menghargai orang tua.
Desa Labuhan Ratu Pasar merupakan Salah Satu Desa di Kecamatan Sungkai Selatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Semenjak tahun 2006 dengan adanya pemekeran wilayah, Desa Labuhan Ratu Pasar banyak terjadi perubahan dalam bidang infrasturuktur dan interaksi sosialnya. Perubahan tersebut tentunya turut mempengaruhi perubahan pada perilaku sosial remajanya. karena kurangnya control atau pantauan orang tua dan masyarkat terhadap hal-hal seperti ini tanpa disadari remaja-remajanya telah masuk dalam kategori melakukan penyimpangan.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa Desa Labuhan Ratu Pasar memiliki jumlah remaja yang cukup banyak jika dibanding dengan desa-desa lain yang ada di wilayah kecamatan sungkai selatan, secara rinci jumlah remaja di Desa
Tabel 1. Jumlah remaja Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010
No Dusun Jumlah Remaja Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Dusun I 33 33 66
2. Dusun II 29 14 43
3. Dusun III 27 14 41
4. Dusun IV 26 18 44
Jumlah 115 79 194
Sumber: Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Labuhan Ratu Pasar
Berdasarkan tabel 1, dapat dijabarkan bahwa remaja di desa Labuhan Ratu Pasar berjumlah 194 orang yang tersebar dalam 4 dusun. Remaja di Dusun I berjumlah 66 orang, Dusun II 43 orang, Dusun III 41 orang dan Dusun IV berjumlah 44 orang, sehingga jumlah semuanya 194 orang. Dusun I sebagai dusun yang jumlah remaja terbanyak, sedangkan dusun yang terendah jumlah remajanya adalah dusun III.
Remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar berada dalam masyarakat yang disebut masyarakat transisi. Masyarakat transisi adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus-menerus membuat nilai-nilai baru atau hal-hal baru.(Sarlito Wirawan, 1994: 103 )
tidak dengan sesuai yang semestinya, karena pengaruh yang harusnya diterapkan sesuai nilai-nilai sosial budaya asli tidak semaksimal dahulu.
Perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tuanya di Desa Labuhan Ratu Pasar ditandai dengan adanya berbagai perilaku menyimpang para remaja dalam berinteraksi dengan orang tuanya. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang tersebut antara lain berbohong, pergi tanpa pamit, berkata kurang sopan, bersikap kurang sopan, membantah perintah dan diantaranya ada yang sampai pada perilaku mencaci orang tuanya. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut masuk dalam bentuk penyimpangan, yaitu Penyimpangan individual(individual
deviation).(http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 Kepala Keluarga yang memiliki remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar, diketahui bahwa 19 dari 20 remaja pernah
melakukan perilaku yang menyimpang sebagai bentuk perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua dengan intensitas frekuensi yang tinggi. Itu artinya 95% remaja dari jumlah remaja yang orang tuanya sebagai responden di Desa Labuhan Ratu Pasar berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai norma yang ada. Beberapa jenis penyimpangan perilaku diantaranya adalah dengan frekuensi yang tinggi. Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku sosial remaja terhadap orang tua dan frekuensinya tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Bentuk perilaku menyimpang sebagai bentuk perubahan perilaku
No Bentuk perilaku menyimpang
Pelaku
Jumlah Persentase
1. Berbohong 19 95%
2. Pergi Tanpa Pamit 18 90%
3. Berkata Kurang Sopan 14 70%
4. Bersikap Kurang Sopan 9 45%
Sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar
Sumber : Data hasil wawancara dengan 20 Kepala Keluarga di Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2011
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bebagai jenis peilaku menyimpang yang dilakukan para remaja terhadap orang tuanya. Perilaku menyimpang yang banyak dilakukan para remaja dan pada umumnya dengan frekuensi yang tinggi adalah berbohong dan pergi tanpa pamit. Perilaku menyimpang yang banyak dilakukan tetapi dengan fekuensi sedang adalah berbahasa kurang sopan, bersikap kurang sopan dan membantah perintah. Memcaci merupakan perilaku yang jarang dilakukan para remja dan tingkat frekuensinya pun ssangat rendah. Perilaku yang sampai melakukan tindak penganiayaan belum ditemukan di Desa Labuhan Ratu Pasar.
Perubahan lain dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh para remaja dalam berinteraksi dengan orang tua. Para remaja Suku Jawa yang merupakan Suku mayoritas penduduk di Desa Labuhan Ratu Pasar 95% tidak lagi menggunakan bahasa jawa halus ketika berinteraksi dengan orang tuanya. Bahkan ada yang hanya menggunakan bahasa indonesia. Pada hal dalam Adat suku jawa, Bahasa Jawa halus seharusnya digunakan ketika berbicara dengan orang tua atau orang yang lebih tua orang-orang yang dihormati.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Perubahan perilaku sosial yang sering terjadi dikalangan remaja dalam hubungan dengan orang tua merupakan sebuah permasalahan yang ada dalam lingkup kajian Sosiologi yang perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat sebagai kontrol sosial dapat
6. Mencaci 3 15%
-berjalan sesuai dengan fungsinya. Karena sebuah perubahan perilaku sosial remaja bisa membawa kemajuan jika arah dan nilai perubahan itu bersifat positif dan bisa juga membawa kemunduran jika arah dan nilai perubahan itu negatif karena terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di dalamnya. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh permasalahan tersebut dengan suatu penelitian yang berjudul -faktor yang mempengaruhi Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitiaan ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah konsep-konsep ilmu sosial khususnya dalam lingkup kajian sosiologi yang mengkaji masalah sosial dan perubahanya. Secara khusus penelitian ini berkaitan dengan bidang sosiologi keluarga yang mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua 2. Kegunaan Praktis
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Perilaku 1. Pengertian Perilaku
atau perbuatan manusia yang kelihatan atau tidak kelihatan yang tidak disadari
termasuk di dalamnya cara bebicara, berjalan, cara melakukan sesuatu dan cara
Perilaku merupakan bentuk tanggapan atau reaksi individu yang terwujud
dalam gerakan atau sikap dan ucapan. Menurut Andi Mappiare (1982 : 130),
semua manusia dalam bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kebutuhan
yang saling berkaitan satu sama lain sebagai perwujudan dari adanya
tuntutan-tuntutan dalam hidup bersam kelompok sosial sekitar, Kebutuhan yang
dimaksud adalah :
a. Kebutuhan untuk diterima oleh kelompok atau orang lain.
b. Kebutuhan untuk menghindari dari penolakan orang lain.
Berdasarkan uraian dan pendapat di atas disimpulkan perilaku dapat diartikan
sebagi bentuk tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau
sikap dan ucapan. Perilaku seseorang terjadi disebabkan adanya berbagai
untukm dapat diterima oleh suatu kelompok atau orang lain dan kebutuhan
seseorang untuk menghindar dari penolakan suatu kelompok atau orang lain.
2. Konsep Perilaku Sosial Remaja
Manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan
orang lain. Setiap manusia mempunyai kebutuhan fisik maupun mental yang sulit
dipenuhi seorang diri. Manusia perlu makan, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga,
bergerak secara aman dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu,
ia mengadakan berbagai hubungan dan bekerja sama dengan orang lain.
Perilaku sosial akan muncul ketika seseorang berinteraksi atau berhadapan dengan
orang lain dalam rangka mengadakan hubungan kerja sama dengan orang lain
serta perilakunya itu memberi suatu nilai terhadap orang tersebut. Perilaku sosial
dapat berupa sikap atau perbuatan dan ucapan yang merupakan bentuk respon
seseorang dalam berinteraksi dengan suatu kelompok, orang lain ataupun dengan
lingkungannya.
sosial adalah suatu perubahan aktifitas diantara
sekurang-Jadi perilaku sosial adalah bentuk aktifitas yang timbul karena adanya interaksi
antara orang dengan orang atau orang dengan kelompok.
Berdasarkan uraian diatas perilaku sosial remaja dapet disimpulkan sebagai segala
aktifitas remaja yang merupakan bentuk respon terhadap interaksi yang terjadi
antara remaja dengan orang lain atau kelompok sosial.
George C. Homans dan Peter M. Blau dalam Zamroni (1992 : 67) berkaitan
dengan bentuk-bentuk perilaku sosial menyatakan :
Bentuk-bentuk perilaku sosial dapat dijabarkan dalam beberapa bentuk, antara lain :
a. Proposisi Keberhasilan
Dalam segala hal yang dilakukan seseorang, semakin sering sesuatu tindakan mendapatkan ganjaran (mendatangkan respon positif dari orang lain), maka akan semkain sering pula tindakan dilakukan leh seseorang yang bersangkutan.
b. Proposisi Stimulus
Jika suatu stimulus tertentu telah merupakan kondisi dimana tindakan seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin serupa stimulus yang ada dengan stimulus tersebut akan semakin besar kemungkinan bagi orang itu untuk mengulang tindakanya seperti yang ia lakukan pada waktu yang lalu.
c. Proposisi nilai
Semakin bermanfaat hasil tindakan seseorang bagi dirinya makan akan semakin besar kemungkinan tersebut terulang.
d. Proposisi Kejenuhan-kerugian
Semakin sering seseorang menerima ganjaran yang istimewa maka ganjaran tersebut akan kurang bermakna.
e. Prorposisi Persetujuan-perlawanan
Jika seseorang tidak mendapatkan ganjaran seperti yang
diinginkan, atau mendapatkan hukuman yang tidak diharapkan, ia akan menjadi marah dan akan semakin besar kemungkinan bagi orang tersebut untuk mengadakan perlawanan atai menentang dan hasil dari tingkah laku semacam ini akan menjadi lebih berharga bafi dirinya.
Berdasarkan pendapat Geoge C. Homans dan Peter M. Blau dalam M. Basrowi
dan Soenyono dapat diuraikan bentuk-bentuk perilaku sosial terbagi menjadi lima
bentuk, yaitu proposisi keberhasilan, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi
kejenuhan-kerugian dan proposisi persetujuan-perlawanan. Proposisi
keberhasilan, stimulus dan nilai adalah bentuk perilaku sosial yang terjadi dan
terulang apabila seseorang mendapatakan respon positif berupa ganjaran, pujian
atau hasil dari apa yang ia lakukan. Proposisi kejenuhan-kerugian merupakan
bentuk perilau sosial dimana seseorang akan merasa jenuh atau bosan jika terlalu
sering mendapatkan ganjaran atau hasil dari apa yang dilakukan. Dan proposisi
persetujuan-perlawanan yaitu bentuk perilaku sosial berupa sikap melawan
seseorang apabila ia tidak mendapatakan ganjaran atau hasil atau bahkan, ia justru
mendapatkan hukuman, sebaliknya apabila seseorang mandapatkan ganjaran dan
tidak mendarangkan hukuman atas tindakan yang dilakukan maka ia akan
menunjukan sikap yang positif.
B. Perilaku Menyimpang Remaja
1. Pengertian Perilaku Menyimpang Remaja
(Sarlito Wirawan Sarwono
perilaku adalah keseluruhan atau semua tingkah laku yang menyimpang dari yang
berlaku dalam masyarakat yaitu yang melanggar norma-norma agama, etik,
Berdasarkan pendapat diatas, maka suatu perbuatan dikatakan sebagai perilaku
bertentangan dengan norma hukum, norma agama dan norama-noram lainya yang
berlaku dalam masyarakat.
Pendapat lain dikemukakan oleh soerjono soekanto ( 1989 : 11) yang berpendapat
laku remaja adalah perilaku remaja yang timbul
karena ketidakseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya dengan norma-norma
atau apabila tidak ada keselarasan antara aspirasi dengan saluran-saluran yang
tujuannya untuk mencapai cita-cita.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh (Kartini Kartono 1981 : 31),
norma-nor
(Andi Mappiare 1982 : 191) berkaitan dengan perilaku menyimpang menyatakan
bahwa :
Penyimpangan perilaku adalah perilaku yang ditimbulkan oleh adanya rasa tidak enak, rasa tercekam, rasa tertekan, dalam taraf yang sangat kuat sebagai dorongan-dorongan yang saling bertentangan dalam diri seseorang yang secara kuat akan melakukan tindakan-tindakan yang agresif berlebihan dan menurut masyarakat tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku sosial yang
menyimpang dari kewajaran, cendrung pada rasa putus asa, tidak aman atau cendrung untuk merusak dan melanggar peraturan-peraturan.
Berdasarkan pada beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
penyimpangan perilaku remaja ataudeviant behavioradalah semua perbuatan
yang dilakukan remaja yang menyalahi atau bertentangan dengan norma hukum,
norma adat, norma agama dan kesopanan serta etika yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Perbuatan-perbuatan yang menyimpang tersebut disebabkan karena
ada, adanya rasa takut yang berlebihan, rasa tertekan, rasa putus asa dan lain
sebagainya.
2. Faktor Penyebab Penyimpangan Perilaku Remaja
Menurut Philip Graham dalam (Sarlito Wirawan Sarwono 1994 : 199-200 )
Penyebab peilaku menyimpang remaja dapat digolongkan menjadi 2 faktor,
Yaitu :
1) Faktor lingkungan (Faktor Eksternal) : a. Malnutrisi ( kekurangan gizi) b. Kemiskinan di kota-kota besar
c. Gangguan lingkungan (populasi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain-lain)
d. Migrasi ( urbanisasi, pengunsian karena perang dan lain-lain) e. Faktor sekolah ( kesalahan mendidik, faktor kurikulum dan
lain-lain)
f. Keluarga yang bercerai-berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama dan lain-lain)
g. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga : Kematian orang tua
Orang tua yang sakit berat atau cacat Hubungan antar keluarga tidak harmonis Orang tua sakit jiwa
Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran,
kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat dan lain-lain.
2) Faktor pribadi (Faktor Internal) :
a. Faktor bakat yang mempengaruhi tempramen (menjadi pemarah, heperaktif dan lain-lain)
b. Cacat tubuh
c. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri
Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa faktor penyebab penyimpangan
perilaku remaja terbagi atas dua faktor yaitu lingkungan (Eksternal) dan faktor
pribadi (Internal). Penyimpangan karena faktor lingkungan dapat disebabkan oleh
kekurangan gizi, kemisikinan, gangguan lingkungan, kesalahan pendidikan di
pengasuhan dalam keluarga. Gangguan pengasuhan anak oleh keluarga misalnya
kematian orang tua, orang tua sakit, cacat dan keadaan keadaan perekonomian
keluarga. Sedangkan faktor pribadi bisa disebabkan oleh faktor bakat, cacat tubuh
dan ketidakmampuan anak dalam menyesuaikan diri.
Pendapat lain dikemukan oleh (Kartini Kartono 1992 : 25-26) yang menyatakan
adanya 4 teori mengenai penyebab terjadinya perilaku menyimpang pada remaja.
Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
1) Teori biologis
Teori ini berpendapat tingkah lakusosiopatik(suatu kepribadian yang menyimpang dari norma-norma umum) ataudelinquency(kenakalan) pada anak-anak dan remaja muncul karena faktorfisiologis(fisik dan kimiawi dalam tubuh) dan struktur jasmaniah seseorang, misalnya cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir.
2) Teori psikogenis
Teori ini menenkankan sebab-sebab tingkah laku menyimpang anak atau remaja dari aspek psikologis atau isi kejiwaan, antara lain faktor intelegensi, motivasi, sikap-sikap yang salah, konflik batin, emosi dan Intenasionalisai yang keliru.
3) Teori sosiologis
Pendapat dari teori inidelinquency(kenakalan) pada remaja
disebabkan oleh faktor struktur sosial yangdeviatif(menyimpang),
tekanan kelompok dan status sosial.
4) Teori struktur
Teori ini menitikberatkan penyebabdeliquency(kenakalan) pada
atau
Berdasarkan kedua pendapat tersebut secara umum perilaku menyimpang pada
remaja itu sendiri (faktor Internal) dan faktor yang berasal dari luar diri remaja (
faktor eksternal). Faktor yang berasal dalam individu (faktor internal) antara lain :
1) Sifat khusus yang ada dalam diri individu, yaitu adanya perasaan
tertekan dalam diri remaja, sehingga untuk menurangi rasa tersebut
mereka cendrung untuk melakukan perilaku yang menyimpang.
2) Daya emosinal, merupakan dorongan pada diri remaja yang berada
pada tingkat emosi yang tinggi untuk melakukan tindakan
menyimpang yang disebabkan adanya perubahan yang terjadi di
lingkungan tempat tinggal sedangkan mereka belum tahu ke arah
mana mereka harus ikut.
3) Rendahnya mental, faktor ini dapat dilihat dari rendahnya tingakat
pendidikan, yang menyebabkan mereka berperilaku menyimpang dan
tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan.
Faktor-faktor yang berasal dari luar individu antara lain :
1) Status sosial, hal ini disebabkan kareana rata-rata ekonomi keluarga
mereka tidak memenuhi standar sedangkan remaja merasakan adanya
berbagai kebutuhan yang semakin banyak dan beraneka ragam.
2) Lingkungan sosial masyarakat yang homogen, yaitu suatu lingkungan
masyrakat yang terdiri dari satu ragam (suku dan adat-istiadat),
maksunya hanya ada satu ragam masyarakat disuatu desa sehingga
menyebabkan tidak adanya variasi dalam pergaulan mereka
3) Rendahnya pengetahuan tentang agama, remaja kurang memahami
nilai-nilai yang ada pada agamanya yang dianutnya.
4) Bacaan dan tontonan, adanya berbagai bacaan dan tontonan yang
tidak mencerminkan nilai-nilai norma yang ada secara tidak langsung
telah mendorong terjadinya perikau menyimpang remaja.
C. Faktor-faktor Penyebab Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua
Perubahan Perilaku remaja terhadap orang tua merupakan salah satu perubahan
unsur sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku sosial remaja terhadap orang tua perlu diuraikan
terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya. Pada
umumnya penyebab terjadinya perubahan sosial budaya disebabkan oleh dua
faktor, yaitu :
1) Faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, antara lain :
a. Bertambah atau berkurangnya penduduk
b. Penemuan-penemuan baru
c. Pertentangan (conflik)masyarakat
d. Penduduk yang heterogen
e. Terjadinya pemberontak atau revolusi
f. Orienstasi ke masa depan
g. Sifat terbuka dari masyarakat
2) Faktor yang berasal dari luar masyarakat yang bersangkutan, antara
lain :
b. Peperangan
c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
d. Sistem pendidikan yang maju
(Soerjono Soekanto, 2002 : 351)
Pendapat lain dikemukan oelh Bruce J. Colten (1992 : 215) yang mengemukan
bahwa, Perubahan sosial kultural dalam suatu masyarakat dapat disebabkan oleh
berbagai faktor antara lain :
a. Lingkungan fisik
b. Perubahan penduduk
c. Isolasi dan kontak
d. Struktur sosial
e. Sikap dan nilai-nilai
f. Dasar budaya.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial
budaya dalam suatu masyarakat dapat disebabkan oleh dua faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan faktor yang berasal
dari luar masyarakat, yang mana sangat mempengaruhi dalam pembentukan dan
perubahan suatu bentuk perilaku sosial individu atau remaja sehingga dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan.
Kedua pendapat tersebut di atas didukung oleh S. Rouncek dan Roland L. Warren
(1984 :219) yang mengemukakan bahwa ada dua faktor penyebab perubahan
sosial budaya, yaitu kontak dengan kebudayaan lain dan penduduk yang
Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat di atas dan dihubungkan dengan
situasi dan kondisi di tempat penelitian berdasarkan penelitian pendahuluan serta
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial pada remaja, maka
kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja
terhadap orang tua dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan sosial dimana
remaja-remaja tersebut tinggal dan saling berinteraksi antara yang satu dengan
adalah manusia-manusia lain yang ada disekitarnya yang belum
Labuhan Ratu Pasar adalah
lingkungan homogen. Lingkungan sosial masyarakat yang homogen
adalah lingkungan sosial yang hanya satu ragam atau jika ada beberapa
tetapi hanya satu yang mendominasi, maksudnya hanya ada satu ragam
masyarakat disuatu desa sehingga menyebabkan tidak adanya variasi
dalam pergaulan mereka sehari-hari, karena mayoritas masyarakatnya
menghabiskan waktu untuk berkerja di sawah, kebun dan menjadi
buruh harian. Keadaaan ini mengakibatkan remaja berusaha mencari
varasi sendiri dalam pergaulan.
2) Kelompok teman sebaya (peer group)
peer groupmerupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri,
Perbedaan antara nilai norma dalam keluarga dan kelompok teman
sebaya inilah yang membawa perubahan perilaku sosial remaja
terhadap orang tua.
Kondisi kejiwaan remaja yang masih labil membuat remaja tidak
mampu membedakan antara nilai-nilai yang baik dan sesuai dengan
norma dengan nilai- nilai yang tidak mencerminkan nilai-nilai norma
yang berlaku dalam masyarakat.
3) Pengasuhan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan primer hampir bagi setiap individu
semenjak ia lahir hingga datang masanya seseorang meniggalkan
rumahnya untuk membentuk keluarga sendiri. Sehingga lingkungan
primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal
terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan
yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya.
Oleh karena itu, sebelum anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai
dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari
kepribadinya, keluarga yang memiliki kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai
dan norma-norma yang negatif, secara tidak langsung telah mendidik
anak untuk memiliki sifat dan sikap yang negatif melalui proses
sosialisasi.
Kempe dan Helfer dalam (Sarlito Wirawan Sarwono 1994 : 114) mengemukan
1) Anak dipukuli
2) Anak disalahgunakan secara seksual (misalnya dipaksa kawin
pada usia masih kanak-kanak)
3) Anka tidak diperdulikan
4) Anak dianggap seperti anak kecil terus-menerus atau
dianggap tidak berarti.
Dengan demikian, terjadinya perubahan perilaku sosial remaja bisa jadi karena
pendidikan atau pengasuhan yang salah dalam keluarga atau merupakan suatu
bentuk respon terhadap perlakuan tidak enak yang dialami anak dalam
keluarganya.
D. Pengertian perubahan
dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku sosial remaja terhadap
orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten
Lampung Utara Provinsi Lampung.
Remaja sebagai generasi penerus merupakan pihak yang akan mengisi berbagai
posisi di dalam masyarakat di masa yang akan datang, yang akan meneruskan
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Remaja sering kali didefiniskan
sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa.
Definisi tentang remaja dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain :
1) Remaja dilihat dari segi hukum
2) Remaja menurut sudut pandang perkembangan fisik
3) Remaja menurut WHO
4) Remaja menurut segi sosio-psiologik
Sarlito Wirawan Sarwono (1988 : 4-5) mengemukakan remaja menurut hukum
dimana dinyatakan bahwa :
Berbagai bentuk undang-undang yang ada di berbagai negara di dunia
kenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa. Dalam hukum perdata
memberikan batas usia 21 tahun (atau kurang dari itu asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang. Di sisi lain hukum pidana memberikan batasan 18 tahun usia dewasa (atau yaang kurang dari itu tetapi sudah menikah)
Dapat disampaikan bahwa menurut hukum terdapat perbedaan untuk memberikan
batas usia remaja. Menurut Hukum perdata, remaja adalah anak-anak yang berusia
21 tahun, akan tetapi walaupun belum berusia 21 tahun jika sudah menikah maka
seorang anak dapat digolongkan ke masa dewasa. Sedangkan menurut Hukum
pidana remaja adalah anak-anak yang usia berada dibawah 18 tahun dan belum
menikah. Pendapat lain dapat dilihat dalaam Undang-undang kesejahteraan anak
(UU No. 4/1979) yang menyatakan bahwa semua orang yang di bawah usia 21
Selanjutnya Sarlito Wirawan Sarwono (1988 : 6) menerangkan pengertian remaja
dari segi perkembangan fisik, ia mengemukakan bahwa :
Menurut sudut pandang perkembangan fisik remaja didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia
mencapai kematangan, secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna pula.
WHO (World Health Organization, 1974)memberikan definisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu
biologik, psikologik dan sosial ekonomi sehingga secara lengkap definisi tentang
remaja tersebtu berbunyi sebagi berikut :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menujukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi remaja.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Dari segi sosial-psikologik, Csikzendmihalyi dan Larson dalam (Sarlito Wirawan
Sarwono, 1988 : 11) mendefinisikan bahwa remaja adalah restrukturisasi
kesadaran yaitu masa penyempurnaan dari perkembangan pada tahap-tahap
sebelumnya.
(Csikzendmihalyi dan Larson) juga mengatakan bahwa puncak perkembangan
jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisientropyke kondisi
negentropy.Entropyadalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum
tersusun rapi.Entropysecara psikologik berarti isi kesadaran masih saling
bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kapasitas kerjanya
bersangkutan. Kondisientropyini selama masa remaja, secara bertahap disusun,
diarahkan, distrukturkan kembali, sehingga lambat laun terjadi kondisi negative
entropyataunegentropy. Kondisinegentropyadalah keadaan di mana isi
kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait denan pengetahuan
yang lain dan pengetahuan jelas hubungannya dengan perasaan atau sikap.
Dari uraian atau pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
termasuk kategori remaja atau disebut remaja adalah usia dibawah 21 tahun yang
belum menikah, dimana masa-masa itu seorang remaja masih dalam proses
pembentukan karakater dan restrukturisasi kesadaran yaitu masa penyempurnaan
dari perkembangan pada tahap-tahap sebelumnya atau puncak dari perkembangan
jiwa yang ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisientropyke
kondisinegentropy.
2. Kewajiban Remaja Terhadap Orang Tua
Kewajiban remaja terhadap orang tuanya diatur dalam berbagai tata cara
berperilaku seorang anak yang ada dalam norma-norma yang ada dan berlaku
dalam masyarakat Indonesia. Norma-norma tersebut antara lain norma hukum,
norma agama, norma adat dan norma kesopanan serta kesusilaan. Dalam norma
hukum di indonesia perilaku seorang anak terhadap orang tuanya diatur dalam
Pasal 19 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang Menyebutkan
bahwa, Setiap anak berkewajiban untuk :
1) Menghoramati orang tua, wali dan guru
2) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyanyangi teman
4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya dan
5) Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.
Berdasarkan undang-undang tersebut, maka seorang anak (remaja) secara hukum
berkewajiban untuk menghormati, menyayangi dan mengerjakan etika dan akhlak
yang mulia terhadap orang tunya. Seorang anak tidak dibenarakan melakukan
tindakan-tindakan yang dapat menyakiti orang tua, baik secara fisik maupun
psikis. Hal ini merupakan suatu keseimbangan dalam menjaga hubungan yang
harmonis dalam keluarga, karena betapa besar kewajiban dan tanggung jawab
orang tua terhadap anaknya.
Dalam keyakinan agama islam di dalam
Al-dijelasakan bahwa anak berkewajiban untuk taat terhadap orang tua sejauh
perintah tersebut adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat serta bukan untuk
bermaksiat kepada Allah. Begitu juga dalam norma adat dan kesopanan, anak
berkewajiban untuk berkata, bersikap dan berbuat mulia kepada orang tunya.
Sesuatu yang menyakitkan orang tua, baik fisik maupun psikis dipanadang
masyarakat sebagai suatu hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam norma adat dan kesopanan.
F. Tinjauan orang tua 1. Pengertian Orang Tua
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab I
Pasal Butir
Undang-undang No. 4 Tahun 1997 Tentang Kesejahteraan Anak Bab 1 Pasal 1
Butir
ke-Berdasarkan kedua Undang-undang diatas, dapat diuraikan bahwa terdapat
perbedaan mengenai pengertian orang tua dalam kedua undang-undang di atas.
Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
seseorang yang disebut orang tua bisa dari ayah/ibu kandung, ayah/ibu tiri
ataupun ayah/ibu angkat. Sedangkan dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1979
Tentang Kesejahteraan, sebutan orang tua hanya untuk ayah dan ibu kandung.
Selanjutnya yang dimaksud orang tua dalam penelitiaan ini adalah sebagai mana
yang tercantum dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
anak Bab 1 Pasal 1 Butir ke-4, yaitu bapak/ibu kandung, bapak/ibu tiri dan
bapak/ibu angkat.
2. Tanggung Jawab dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Dalam Bab IV Bagian keempat Pasal 26 Ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak disebutkan apa saja yang menjadi tanggung jawab dan
kewajiban orang tua terhadap anaknya, disebutkan orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk :
1) Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
2) Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya dan
Selanjutnya dalam UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Bab II
Pasal 9, berkaitan dengan tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak
disebutkan bah -tama bertanggung jawab atas
Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, tanggung jawab kewajiban orang tua
terhadap anaknya adalah mewujudkan kesejahteraan anak baik secara rohani,
jasmani, maupun sosial dengan cara mengasuh, memelihara, mendidik,
melindungi dan mengembangkan bakat yang dimiliki anak.
G. Kerangka Pikir
Setiap menyelesaikan suatu permasalahan perlu meninjau terlebih dahulu masalah
tersebut dari berbagai susdut pandang, agar dapat menyelesaikan masalahnya
dengan baik. Begitu juga dengan penelitian ini, untuk mendapatkan hasil sesuai
dengan harapan, maka diperlukan adanya kerangaka pikir yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam membahas masalah dalam penelitian.
memerlukan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada
Berdasarkan pendapat dan uraian diatas, maka dapat ditarik suatu kerangka pikir
sebagai berikut :
Variabel X
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua :
1. Pengasuhan keluarga 2. Kelompok teman sebaya
(Peer group)
3. Lingkungan masyarakat
Variabel Y
Perubahan Perilaku Sosial Remaja Terhadap Orang Tua :
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian deskriptif. Bungin (2001)
menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian.
Moh. Nazir (1988) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang akan diselidiki, sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi (1998), tujuan dari penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu.
b. Untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial.
B. Metode Penelitian
C. Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian merupakan sarana yang sangat membantu dalam menentukan data yang akan diambil. Karena itu lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian perlu dipertimbangkan dengan baik sesuai dengan masalah yang akan diteliti agar dapat diperoleh data atau informasi yang valid.
Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih untuk dijadikan lokasi penelitian adalah Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Adapun pertimbangan dalam memilih lokasi penelitian ini antara lain karena:
1. Dari Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara Di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Tingkat penyimpangan perilaku yang terjadi akibat perubahan sosial cukup tinggi.
2. Efisiensi untuk melakukan penelitian. karena berdekatan dengan tempat tinggal penulis, sehingga mudah untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang ada di wilayah Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara.
Tabel 3. Data Jumlah Remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar Tahun 2010.
No Dusun Jumlah Remaja Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Dusun I 33 33 66
2. Dusun II 29 14 43
3. Dusun III 27 14 41
4. Dusun IV 26 18 44
Jumlah 115 79 194
Sumber: Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Labuhan Ratu Pasar
Berdasarkan tabel 3, diketahui jumlah populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 194 0rang. Keseluruhan jumlah populasi tersebut tersebar dalam 4 dusun dengan rincian Dusun 1 berjumlah 66 orang, Dusun II 43 orang, Dusun III 41 orang dan Dusun IV yang berjumlah 44 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian. Dalam menentukan besarnya sampel, penulis berpedoman pada pendapat
Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut:
Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tanaga dan dana
Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena menyangkut hal banyak sedikitnya data
Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sampel yang diambil adalah sebesar 20% dari jumlah populasi. 20% dari 194 adalah 38.8 dan dibulatkan menjadi 39. jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 orang. Sedangkan pembagian dalam pengambilan sampel untuk masing-masing dusun adalah 3 dusun diambil 10 orang yaitu Dusun I, Dusun II dan Dusun III, sedangkan Dusun IV hanya diambil 9 orang.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai Variabel Bebas (Variabel X), dan perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai Variabel Terikat (Variabel Y).
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk memahami objek dalam penelitian ini supaya lebih jelas, maka penulis mendefinisikan variabel secara operasional sebagai berikut:
Pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua yaitu dengan melihat indikator-iondikator sebagai berikut:
1. Faktor pengasuhan keluarga
Pengasuhan keluarga adalah suatu proses perbuatan merawat, menjaga, mendidik, dan membimbing anak yang berlangsung dalam suatu keluarga.
2. Faktor kelompok teman sebaya (peer group)
Kelompok teman sebaya atau Peer Group adalah suatu kelompok yang baru, memiliki ciri, norma, dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja.
3. Faktor lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan sosial di mana remaja tersebut tinggal dan saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.
b. Perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagasi Variabel terikat (Variabel Y) adalah segala bentuk tindakan atau perbuatan remaja yang dapat dilihat dari cara bicara, berjalan, bersikap, dan bereaksi ketika terjadi interaksi antara anak dengan orang tuanya.
1. Tinggi
Perubahan pada cara bicara (perkataan) Perubahan pada perbuatan
perubahan reaksi ketika ada stimulus atau rangsangan (sikap).
2. Sedang
Perubahan pada cara bicara (perkataan) Perubahan pada perbuatan
perubahan reaksi ketika ada stimulus atau rangsangan (sikap).
3. Rendah
Perubahan pada cara bicara (perkataan) Perubahan pada perbuatan
perubahan reaksi ketika ada stimulus atau rangsangan (sikap).
E. Pengukuran Variabel Penelitian
Pengukuran variabel penelitian adalah dengan scorring pada alternatif jawaban dari angket penelitian yang disebarkan kepada responden. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berisi indikator faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial remaja terhadap orang tua. Item soal memiliki alternatif jawaban masing-masing terdiri dari a, b, dan c sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban yang tersedia.
Adapun pemberian nilai dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Alternatif jawaban (a) dengan skor 3
2. Alternatif jawaban (b) dengan skor 2 3. Alternatif jawaban (c) dengan skor 1
Data yang digunkan dalam penelitian ini adalah berupa data yang relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian. Pada penelitian ini jenis data dibagi dua, yaitu data primer dan darta sekunder.
1. Data Primer, yaitu data yang terpenting dalam penelitian ini mengenai variabel penelitian yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer yang diambil yaitu data yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung.
2. Data Sekunder, yaitu data yang mendukung data primer, mencakup data tentang lokasi penelitian, dan data-data lain yang mendukung masalah penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data peneliti ini adalah :
1. Teknik Pokok
Menurut Mohammad Nasir (1998 : 403) berhubungan dengan penggunaan angket mengemukakan bahwa:
Angket dalam penelitian dipakai karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan analisis dalam setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban dan masing-masing mempunyai skor atau bobot nilai yang berbeda, yaitu: 1. Untuk jawaban (a) diberikan skor 3
2. Untuk jawaban (b) diberikan skor 2 3. Untuk jawaban (c) diberikan skor 1 Dimana:
1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapan diberi nilai 3
2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan diberi nilai 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi nilai 1.
2. Teknik Penunjang
Teknik penunjang dalam penelitian ini menggunakan 3 cara, yaitu: 1. Wawancara, yaitu sejumlah pertanyaan secara langsung dari
berbagai sumber untuk mendapatkan informasi lebih mendalam guna mendukung data primer yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2. Observasi, yaitu pengamatan secara lebih mendalam oleh peneliti pada masyarakat di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
3. Studi Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh dari informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek yang diteliti
1. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitasa dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Angket disebar kepada 10 responden di luar responden penelitian 2. Membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil
3. Mengkorelasikan ke dalam rumus Product Moment, yaitu sebagai berikut:
( )( )
( ) ( )
Keterangan :
rxy = Hubungan variabel X dan Y X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat N = Junmlah responden
4. Selanjutnya dicari relaiabiltasnya dengan menggunakan rumus Sperman Brown (Sutrisno Hadi, 1986 : 37) untuk mengetahui koefisien keseluruhan item yaitu sebagai berikut:
rxy = ( ) ( )
keterangan :
rxy = koefisien reliabilitas seluruh tes rgg = koefisien korelasi item ganjil genap
kriteria reliabilitas angket adalah:
0,50 - 0,89 = reliabilitas sedang 0,00 - 0,49 = reliabilitas rendah (Manase Mallo, 1986 : 139)
I. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari penyebaran angket, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan suatu analisis data kuantitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dengan kalimat serta angka secara sistematis. Langkah awal analisis data dengan menggunakan rumus Interval yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi(1986), yaitu sebagai berikut:
I =
Di mana :
I = Interval NT = Nilai tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor lingkungan masyarakat, faktor kelompok teman sebaya dan faktor pengasuhan keluarga terhadap perubahan perilaku remaja terhadap orang tua digunakan rumus persentase, yaitu:
P = X 100%
Keterangan :
F = Frekuensi jawaban keseluruhan item N = Jumlah responden
(Mohammad Ali, 1985 : 184)
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 196) untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh menggunakna kriteria:
76% - 100% = baik 56% - 75% = cukup 40% - 55% = tidak baik
Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta, Jakarta. 136 halaman.
Fuad Amsyari 1986.Psikologi Sosial.Toha Putra. Rineka Cipta. Jakarta. 248 Halaman.
Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Toha Putra. Usaha Nasional. Surabaya 198 halaman
Bruce J. Colten. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta. Jakarta 470 halaman.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Joseph S. Roucek & Roland L. Warren. 1984. Pengantar Sosiologi. PT. Bina Aksara. Jakarta. 351 halaman.
Kahar Mansyur. 1994. Membina Moral dan Akhlak. Rineka Cipta. Jakarta. 495 halaman.
Kartini Kartono. 1992. Psikologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Rajawali Pers. Jakarta. 134 halaman.
Manase Mallo. 1985. Metode Penelitian Sosial. Rajawali Kurnia. Jakarta. 395 halaman.
M. Ngalim Purwanto. 1960.Psikologi Pendidikan Remaja. Rosda Karya. Bandung.
Mohammad Ali.1993.Penelitian Kependudukan Prosedur dan Strategi.Bina Angkasa. Bandung. 215 Halaman.
Mohammad Nasir. 1985Metode Penelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta. 459 Halaman.
Mohammad Basrowi & Soenyono. 2004. Teori Sosial Dalam 3 paradigma. Yayasan kampusina. Surabaya. 272 halaman
Paul B. Horton & Cheser L. Hunt, 1999. Sosiologi. Erlangga. Jakarta. 263 Halaman.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1988.Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Perasada. Jakarta. 255 Halaman.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Suharsimi Arikunto. 1998.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis.Bina Aksara. Jakarta. 339 Halaman.
Sukidin dkk. 2003. Pengantar Ilmu Budaya. Insan Cendikia. Surabaya. 215 Halaman.
Sutrisno Hadi. 1986.Metodologi Research.Fakultas Psikologi UGM. Yogykarta. 434 Halaman.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Citra Umbara. Bandung.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pendidikan Anak. Sinar Grafika. Jakarta.
Zamroni. 1992.Pengantar Pengembangan Teori Sosial.PT. Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta. 207 Halaman.
Sumber Lain :
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencenanan, prosedur hingga teknis pelaksanaan di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar dalam penelitian yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan administrasi
Penelitian dilakukan berdasarkan surat pra riset dari dekan FISIP UNILA Cq. Pembantu Dekan I dengan nomor 77/UN.26/6/DT/2012 dan surat izin peneltian dengan nomor 78/UN.1/12/DT/2012 yang ditujukan kepada Kepala Desa
Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung.
2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data
kepada Dosen Pembimbing untuk mendapatkan persetujuan berkaitan dengan penggunaan instrumen.
3. Uji Coba Soal Angket
a. Analisis Reliabilitas
Uji coba ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui reliabilitas alat ukur yang digunakan, yaitu dengan cara menyebarakan soal angket kepada 10 orang diluar responden. Hasil uji coba tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil uji coba soal angket item ganjil (X)
No. No. Item
Skor
Res. 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 27
2 2 1 3 1 3 2 1 2 1 2 2 20
3 3 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 26
4 3 1 3 1 3 3 1 2 3 2 3 25
5 3 2 1 2 2 3 1 2 2 1 3 22
6 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 30
7 2 1 3 1 3 1 2 3 3 2 2 23
8 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 23
9 3 1 2 1 2 2 3 3 2 1 3 23
10 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 20
Jumlah 239
Sumber : Data Primer
No. No. Item
Sumber : Data Primer
Tabel 9. Tabel kerja antara Iten Ganjil (X) dan Item Genap (Y)
No. X Y X2 Y2 X.Y
Jumlah 239 258 5.798 6.732 6.215 Sumber : Data Primer
Berdasarkan data diatas maka untuk mengkorelasikan kelompok skor antara item genap dan item ganjil dimasukan ke dalam rumusproduct momensebagai
berikut :
( )( )
6215 (239)(258)10
5798 (239)10 6732 (258)10
6215 6166,2
Selanjutnya untuk mencari reliabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumusSperman Brownagar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut :
= 2( )
Dari hasil pengolahan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut.
Berdasarkan hasil analisis yang telah penulis lakukan diatas, menunjukan bahwa item pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua menunjukan angka koefisien reliabilitas 0,76 atau reliabiliatas sedang. Oleh karena itu angket tersebut dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian selanjutnya.
4. Penelitian di Lapangan
Penelitian dilapangan dilakukan pada tanggal 28 november 2011 sampai dengan 16 desember 2011 dengan menyebarkan soal-soal angket kepada para remaja di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung yang berjumlah 39 orang dengan jumlah item pertanyaan 22 butir soal yang telah dilengkapi dengan kemungkinan jawaban yang akan dipili responden.
C. Deskiripsi Data
Setelah diadakan uji coba angket dan diketahui tingkat validitas dan reliabilitas sebagai alat ukur dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti mengadakan penelitian terhadap 39 responden di Desa Labuhan Ratu Pasar. Berikut adalah data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar yang merupakan hasil dari penggunaan teknik pokok berupa angket.
Tabel 10. Distribusi skor item angket. No. Faktor
2 21 Sedang 17 Sedang 15 Tinggi
3 22 Tinggi 17 Sedang 14 Sedang
4 16 Rendah 15 Sedang 15 Tinggi
5 23 Tinggi 20 Tinggi 14 Sedang
6 24 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi
7 16 Rendah 18 Tinggi 16 Tinggi
8 12 Rendah 18 Tinggi 16 Tinggi
9 12 Rendah 13 Rendah 13 Sedang
10 26 Tinggi 17 Sedang 17 Tinggi
11 20 Sedang 18 Tinggi 14 Sedang
12 22 Tinggi 18 Tinggi 14 Sedang
13 22 Tinggi 18 Tinggi 15 Tinggi
14 13 Rendah 13 Rendah 13 Sedang
15 21 Sedang 18 Tinggi 11 Rendah
16 25 Tinggi 17 Sedang 12 Rendah
17 17 Sedang 14 Rendah 10 Rendah
18 12 Tinggi 12 Rendah 11 Rendah
19 16 Rendah 16 Sedang 16 Rendah
20 19 Sedang 18 Tinggi 16 Sedang
21 22 Tinggi 19 Tinggi 13 Sedang
22 22 Tinggi 19 Tinggi 17 Tinggi
23 22 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi
24 21 Sedang 18 Tinggi 15 Tinggi
25 26 Tinggi 18 Tinggi 15 Tinggi
26 21 Sedang 17 Sedang 12 Sedang
27 18 Sedang 18 Tinggi 12 Sedang
28 18 Sedang 16 Sedang 9 Rendah
29 22 Tinggi 16 Sedang 14 Sedang
30 21 Sedang 16 Sedang 17 Tinggi
31 22 Tinggi 18 Tinggi 16 Tinggi
32 20 Sedang 17 Sedang 16 Tinggi
33 23 Tinggi 15 Sedang 15 Tinggi
34 21 Sedang 15 Sedang 15 Tinggi
35 22 Tinggi 16 Sedang 16 Tinggi
36 21 Sedang 19 Tinggi 15 Tinggi
37 21 Sedang 19 Tinggi 15 Tinggi
38 21 Sedang 17 sedang 16 Tinggi
39 22 Sedang 18 tinggi 15 Tinggi
Sumber : Data Primer
1. Faktor Pengasuhan Keluarga
Tabel 11. Distribusi Skor Hasil Angket Untuk Faktor Pengasuhan Keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Data Primer
diketahui kelas interval pengaruh faktor pengasuhan keluarga terhadap perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai berikut :
I =
Dan Rincian perhitungan Persentase Faktor Pengasuhan Keluarga adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Tabel Distribusi frekuensi pengasuhan keluarga
No Interval Frekuensi Kategori
1 22-26 18 Tinggi
2 17-21 16 Sedang
3 12-16 5 Rendah
Jumlah 39
1. Kategori Tinggi
Berdasarkan Tabel diatas diketahui : F = 18
Berdasarkan tabel diatas diketahui : F = 16
N = 39 Maka :
P = x 100% P = 41,03%
3. Kategori Rendah
Berdasarkan tabel diatas diketahui : F = 5
N = 39 Maka :
P = x 100%
P = x 100% P = 12,82%
Tabel 13. Distribusi Presentase Faktor Pengasuhan Keluarga No. Interval Frekuensi Kategori Presentase
1 22-26 18 Tinggi 46,15%
2 17-21 16 Sedang 41,03%
3 12-16 5 Rendah 12,82%
jumlah 39 100%
Sumber : Analisis data primer
Berdasarkan tabel 13, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua yang disebabkan oleh faktor pengasuhan keluarga yang tergolong tinggi sebanyak 18 orang (46,15%), tergolong sedang 16 orang
(41,03%) dan tergolong rendah adalah sebanyak 5 orang (12,82%).
2. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Perr Group)
No. Nama Responden Nomor Item Skor
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 14, maka dapat diketahui bahwa faktor Teman Sebaya (Peer Group)untuk skor tertinggi adalah 20, skor terendah 12, selanjutnya dapat
I =
Dan Rincian perhitungan Persentase Faktor Teman Sebaya (Peer Group)adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Tabel Distribusi frekuensi teman sebaya
No Interval Frekuensi Kategori
1 18-20 17 Tinggi
2 15-17 17 Sedang
3 12-14 5 Rendah
Jumlah 39
4. Kategori Tinggi
Berdasarkan Tabel diatas diketahui : F = 17
6. Kategori Rendah
Berdasarkan tabel diatas diketahui : F = 5
Tabel 16. Distribusi Presentase Faktor Teman Sebaya No. Interval Frekuensi Kategori Presentase
1 18-20 17 Tinggi 43,59%
2 15-17 17 Sedang 43,59%
3 12-14 5 Rendah 12,82%
jumlah 39 100%
Sumber : Analisis data primer
Berdasarkan tabel 16 , maka dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua yang disebabkan oleh faktor teman sebaya yang tergolong tinggi sebanyak 17 orang (43,59%), tergolong sedang 17 orang (43,59%) dan tergolong rendah adalah sebanyak 5 orang (12,82%).
3. Faktor Lingkungan Masyarakat
Tabel 17. Distribusi Skor Hasil Angket Untuk Faktor Lingkungan Masyarakat
No. Nama Responden Nomor Item Skor
17 18 19 20 21 22
1 Agus Setiawan 2 3 3 2 3 3 16
3 Arif Suyono 2 3 3 2 2 2 14
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 10, maka dapat diketahui bahwa faktor lingkungan masyarakat untuk skor tertinggi adalah 17, skor terendah adalah 9, selanjutnya dapat diketahui kelas interval pengaruh faktor lingkungan masyarakat terhadap perubahan
perilaku sosial remaja terhadap orang tua sebagai berikut :
=17 9 3
=8 3
= 2,7 = 3(Pembulatan)
Dan Rincian perhitungan Persentase Faktor Lingkungan Masyarakat adalah sebagai berikut :
Tabel 18. Tabel Distribusi frekuensi Lingkungan Masyarakat
No Interval Frekuensi Kategori
1 15-17 23 Tinggi
2 12-14 12 Sedang
3 9-11 4 Rendah
Jumlah 39
1. Kategori Tinggi
Berdasarkan Tabel diatas diketahui : F = 23
Berdasarkan tabel diatas diketahui : F = 12
F = 4
Tabel 19. Distribusi Presentase Faktor Lingkungan Masyarakat No. Interval Frekuensi Kategori Presentase
1 15-17 23 Tinggi 58,96%
2 12-14 11 Sedang 28,20%
3 9-11 5 Rendah 12,82%
jumlah 39 100%
Sumber : Analisis data primer
Berdasarkan tabel data tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan ketiga faktor memiliki pengaruh terhadap perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua. Namun, faktor lingkungan masyarakat ternyata merupakan faktor yang paling dominan karena untuk kategori yang tinggi saja telah mencapai angka lebih dari 50%, yaitu 23 orang atau 58,96%. Hal ini disebabkan karena pengaruh
lingkungan yang homogen sehingga para remaja kadang bosan dengan kebiasaan-kebiasaan dari suku yang bersangkutan yang mengandung nilai-nilai norma adat. Sehingga para remaja berusaha mencari kebiasaan-kebiasaan lain yang akhirnya menimbulkan perubahan perilaku yang menjurus kepada lahirnya berbagai perilaku menyimpang. Kebiasaan-kebiasaan tersebut terkadang diadopsi dari kebiasaan suku lain yang jelas memiliki tata nilai yang berbeda.
perilaku dikalangan remaja dalam berinteraksi dengan orang tuanya baik dalam hal perkataan, sikap maupun perbuatan.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung diperoleh data sebagai berikut :
1. Faktor Pengasuhan Keluarga
Hasil analisis data yang penulis lakukan terhadap 39 orang responden di Desa Labuhan Ratu Pasar Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung menunjukan bahwa perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua yang disebabkan oleh faktor pengasuhan keluarga menujukan 18 orang atau 46,15% merupakan kategori tinggi, 16 orang atau 41,03% merupakan kategori sedang dan 5 orang atau 12,82% tergolong kategori rendah.
Perubahan perilaku sosial remaja terhadap orang tua tersebut pada kategori pengaruh yang tinggi oleh faktor pengasuhan keluarga disebabkan sangat kurangnya pendidikan yang diberikan orang tuanya kepada anaknya, baik pendidikan adat dan pendidikan agama. Pada pendidikan adat, orang tua kurang bahkan tidak mengajarkan bagaimana cara berkata, bersikap maupun berbuat yang seharusnya seorang anak lakukan sesuai dengan norma adat yang berlaku. Sehingga terkadang anak sendiri kurang mengusai ajaran adatnya, misalnya anak tidak mengusai bahasa adatnya.