• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single Mother

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single Mother"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA

WANITA SINGLE MOTHER

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

SITI JAMILAH

101301113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul

Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single Mother

Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di sutau perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisa skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etkika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari diemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini saya bersedia menjadi skripsi ini saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 7 Februari 2014

Penulis

(3)

Gambaran Kepuasan Berwirausaha Pada Wanita Single mother

Siti Jamilah dan Siti Zahreni

ABSTRAK

Pada umumnya situasi keuangan yang dimiliki single mother kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka dibandingkan saat mereka memiliki suami. Berwirausaha dapat menjadi pilihan single mother dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam berwirausaha, ketika wirausaha mampu menjalani usaha yang diinginkannya, ia akan merasakan kepuasan berwirausaha. Namun, dari fenomena yang ditemukan dalam literatur dan field study, terdapat perbedaan kepuasan berwirausaha pada single mother karena adanya beberapa hal.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita single mother. Untuk menjawab fenomena ini, digunakan teori dari Longenecker et al, (2001) dan Carree dan Verheul (2011). Prosedur pengambilan data dilakukan berdasarkan konstruk operasional (operational construct sampling). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara mendalam yang bersifat semi testruktur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek 1 dan 2 tidak merasakan kepuasan berwirausaha, sedangkan subjek 3 merasakan kepuasan berwirausaha. Subjek 1 dan 2 tidak puas dengan usahanya karena pendapatan yang tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Subjek 1 juga tidak puas dengan usahanya karena tidak dapat secara bebas mengatur waktu kerjanya sendiri dan subjek 2 tidak puas dengan usahanya karena tidak memiliki waktu luang karena selalu memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk menjalankan usahanya agar mendapatkan pendapatan yang besar. Sedangkan subjek 3 puas dengan usahanya karena pendapatan yang didapatkannya besar dan subjek bebas mengatur usahanya dan waktu kerjanya serta dapat mengatur waktu luangnya sendiri.

Kata kunci: kepuasan berwirausaha, single mother

(4)

Description of Entrepreneurship Satisfaction in Women Single Mother

Siti Jamilah and Siti Zahreni

Abstract

In general, the financial situation of a single mother less than adequate to fill their needs than when they have a husband. Entrepreneurship may be an option for single mother to fill their needs. When entrepreneur can handle the business they want smoothly and properly, they will feel the satisfaction on entrepreneurship. However, from the facts found in the literature and field study, there were some differences in the satisfaction of entrepreneurship on single mothers because of several things.

This study aims to look at how the description of entrepreneurship satisfaction on single mother. To answer these phenomena, the researcher used the theory of Longenecker et al, (2001) and Carree and Verheul (2011). The procedure of data collection done by construct operational sampling. Methods of data collection used are in-depth interviews with semi-structured characteristic.

Results showed that subjects 1 and 2 do not feel the satisfaction on entrepreneurship, whereas subject 3 feel the satisfaction on entrepreneurship. Subjects 1 and 2 do not satisfied with their income because the income they got from entrepreneurship does not fully fulfill the family needs. Subject 1 is also not satisfied with the business because she cannot manage her working time freely. Subject 2 is not satisfied with the business because she does not have leisured time since she always used the time for the business in order earns a great income. On the contrary, subject 3 is satisfied with the acquired business due to a large income earned and the subject can freely organize her time for business and she still has time for leisure.

Key words: entrepreneurship satisfaction, single mother

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya yang berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita single mother”. Skripsi ini merupakan tugas akhir perkuliahan penulis sebagai syarat pendidikan sarjana (S-1). Penulis berharap ke depannya skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa dalam mengembangkan penelitian. Tentunya skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan gagasan baru, kritik, serta saran yang membangun demi perbaikan ke depan.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikan skripsi ini. Khususnya, dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun

materil serta do‟a. Mereka yang selama ini telah mendidik dan menjadi contoh

terbaik dalam hidup ini, ananda belum bisa membahagiakan kalian, semoga Allah SWT memberikan kesempatan untuk itu. Mereka adalah Ibunda tercinta Siti Maryam yang selalu ada di rumah untuk membimbing dan memberikan semangat, cinta, dan kasih sayangnya. Ayahanda tercinta Thamrin yang tanpa cinta dan semangatnya peneliti tidak akan berdiri sampai di sini dan untuk abang-abang dan adik penulis, Rahman Fauzan, Faisal Tamara, dan Jilan Fachirah, terima kasih

(6)

selalu mendoakan penulis dalam setiap kesempatan dan memberikan pengertian terhadap kesibukan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi, baik berupa materi, pikiran, maupun dorongan semangat dan motivasi. Oleh karena itu melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Irmawati, M.Si, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Kak Siti Zahreni, M. Psi, Psikolog sebagai dosen pembimbing penulis yang sangat mengayomi dalam berbagai hal yang membuat penulis termotivasi untuk membuat suatu penelitian yang cukup menantang, dan memiliki kesabaran, ketekunan dan ketegasan dalam memberikan masukan-masukan bagi skripsi ini.

3. Bu Eka Ervika, M.Si, Psikolog sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing penuli dalam bidang akademik serta memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Para dosen Psikologi USU yang selalu memberikan contoh, masukan serta

teladan yang patut untuk ditiru oleh penulis berupa semangat untuk terus belajar dan meraih cita-cita terutama untuk Ibu Meutia Nauly, M.Si, Psi yang dengan ringan tangan selalu mau membimbing penulis dalam memahami lebih dalam pada penelitian kualitatif.

5. Para mahasiswa stambuk 2010 sebagai teman seperjuangan dalam satu angkatan terutama teman terdekat penulis Amelia Soesanto, Cinthya

(7)

Merdekawaty, Farahdiba Mutia, Nabila Adani, dan Nurul Adha yang selalu memberi dukungan, kepada Annisa Vanya yang sering memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam waktu yang tepat.

6. Para mahasiswa dari angkatan 2009 sebagai senior, terutama yang banyak membantu, Bang Sugiman dan Bang Steven, yang sama-sama meneliti kepuasan berwirausaha, Kak Reffoni Mastari dan Kak Ratna Juwita yang mau mengajarkan metode penelitian kualitatif, dan kakak asuh penulis Kak Rafita Attia yang selalu memberi dukungan serta dukungan dari senior lainnya.

7. Kepada mahasiswa S2 yang merupakan senior penulis, angkatan 2007 dan 2008 yaitu Kak Tira Mastura dan Kak Annisa Hasibuan yang membantu penulis mencari subjek penelitian.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat membuka wawasan kita menjadi lebih luas dan dalam lagi mengenai kepuasan berwirausaha pada single mother.

Medan, 7 Februari 2014

Penulis

Siti Jamilah 101301113

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

a. Manfaat Teoritis ... 8

b. Manfaat Praktis ... 9

1.5. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1. Kepuasan Berwirausaha ... 12

2.1.1. Pengertian Kepuasan Berwirausaha ... 12

2.1.2. Aspek Kepuasan Berwirausah ... 14

2.1.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wirausaha ... 15

2.2. Wirausaha Wanita ... 20

2.3. Single Mother ... 22

2.3.1. Pengertian Single Mother ... 22

2.4. Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single mother ... 23

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Metode Penelitian Kualitatif ... 29

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.2.1. Wawancara ... 30

3.2.2. Observasi ... 31

3.3. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 31

3.3.1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 31

3.3.2. Jumlah Subjek Penelitian ... 32

3.3.3. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian ... 33

3.3.4. Lokasi Subjek Penelitian ... 33

3.4. Alat Bantu Pengumpulan Data ... 33

3.4.1. Perekam Suara (Tape Recorder) ... 34

3.4.2. Pedoman Wawancara... 34

3.4.3. Pedoman Observasi ... 35

3.4.4. Alat Tulis dan Buku Catatan Kecil (Notes) ... 35

3.5. Kredibilitas Penelitian ... 35

3.6. Prosedur Penelitian ... 37

3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian ... 37

3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 38

3.6.3. Tahap Pencatatan Data ... 40

3.7. Teknik dan Prosedur Analisa Data ... 41

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 43

A. Hasil ... 44

B. Pembahasan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Gambaran umum subjek ... 113 Tabel 2. Tempat dan waktu wawancara subjek ... 114 Tabel 3. Rangkuman analisa antar partisipan ... 115

(12)

Gambaran Kepuasan Berwirausaha Pada Wanita Single mother

Siti Jamilah dan Siti Zahreni

ABSTRAK

Pada umumnya situasi keuangan yang dimiliki single mother kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka dibandingkan saat mereka memiliki suami. Berwirausaha dapat menjadi pilihan single mother dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam berwirausaha, ketika wirausaha mampu menjalani usaha yang diinginkannya, ia akan merasakan kepuasan berwirausaha. Namun, dari fenomena yang ditemukan dalam literatur dan field study, terdapat perbedaan kepuasan berwirausaha pada single mother karena adanya beberapa hal.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita single mother. Untuk menjawab fenomena ini, digunakan teori dari Longenecker et al, (2001) dan Carree dan Verheul (2011). Prosedur pengambilan data dilakukan berdasarkan konstruk operasional (operational construct sampling). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara mendalam yang bersifat semi testruktur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek 1 dan 2 tidak merasakan kepuasan berwirausaha, sedangkan subjek 3 merasakan kepuasan berwirausaha. Subjek 1 dan 2 tidak puas dengan usahanya karena pendapatan yang tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Subjek 1 juga tidak puas dengan usahanya karena tidak dapat secara bebas mengatur waktu kerjanya sendiri dan subjek 2 tidak puas dengan usahanya karena tidak memiliki waktu luang karena selalu memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk menjalankan usahanya agar mendapatkan pendapatan yang besar. Sedangkan subjek 3 puas dengan usahanya karena pendapatan yang didapatkannya besar dan subjek bebas mengatur usahanya dan waktu kerjanya serta dapat mengatur waktu luangnya sendiri.

Kata kunci: kepuasan berwirausaha, single mother

(13)

Description of Entrepreneurship Satisfaction in Women Single Mother

Siti Jamilah and Siti Zahreni

Abstract

In general, the financial situation of a single mother less than adequate to fill their needs than when they have a husband. Entrepreneurship may be an option for single mother to fill their needs. When entrepreneur can handle the business they want smoothly and properly, they will feel the satisfaction on entrepreneurship. However, from the facts found in the literature and field study, there were some differences in the satisfaction of entrepreneurship on single mothers because of several things.

This study aims to look at how the description of entrepreneurship satisfaction on single mother. To answer these phenomena, the researcher used the theory of Longenecker et al, (2001) and Carree and Verheul (2011). The procedure of data collection done by construct operational sampling. Methods of data collection used are in-depth interviews with semi-structured characteristic.

Results showed that subjects 1 and 2 do not feel the satisfaction on entrepreneurship, whereas subject 3 feel the satisfaction on entrepreneurship. Subjects 1 and 2 do not satisfied with their income because the income they got from entrepreneurship does not fully fulfill the family needs. Subject 1 is also not satisfied with the business because she cannot manage her working time freely. Subject 2 is not satisfied with the business because she does not have leisured time since she always used the time for the business in order earns a great income. On the contrary, subject 3 is satisfied with the acquired business due to a large income earned and the subject can freely organize her time for business and she still has time for leisure.

Key words: entrepreneurship satisfaction, single mother

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat hingga negara berkembang seperti Indonesia dengan jumlah yang cukup tinggi. Data dari Census Bureau tahun 2007 di Amerika Serikat, mencatat terdapat 14 juta keluarga single parent dan 83% diantaranya adalah wanita. Di Inggris pada tahun 2005 terdapat 1,9 juta single parent dan 91% dari angka tersebut adalah wanita. Ditemui pula di Jepang, jumlah keluarga single mother sejak tahun 1997 terus meningkat sebanyak 17 persen (Single mothers in an International

Context; The World‟s Women 2000: Trends and Statistics).

Di Indonesia sendiri, jumlah wanita single mother yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik sebanyak 8.926.387 yang diantaranya diakibatkan karena bercerai sebanyak 778.156 orang yang tercatat dari Badan Pengadilan Agama dan karena kematian suami berjumlah 3.681.586 orang dan yang lainnya tidak diketahui statusnya. Single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri (Papalia dkk, 2002).

Single mother tentu mengalami kesulitan-kesulitan, ia harus bisa memenuhi kebutuhan hidup bersama anak-anaknya dan ia harus bisa melewati itu

(15)

semua tanpa ada suami di sisinya lagi (Rika, M.D. dan Risdayati, 2013). Single mother harus mampu berperan ganda dalam membesarkan anak-anaknya.

Ia harus tetap menjalankan perannya sebagai ibu dalam memenuhi kebutuhan psikologis anak-anaknya (pemberian kasih sayang, perhatian, rasa aman) dan juga mengganti peran suami dalam memenuhi semua kebutuhan fisik anak-anaknya (kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan materi) dan kebutuhan lainnya (Alvita, 2008).

Bagi beberapa wanita, mempunyai situasi keuangan yang baik ketika menjadi single mother tidak perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama anak-anaknya. Namun seperti yang didapati dari field study, saat baru menjadi single mother adalah masa yang sulit beradaptasi untuk melanjutkan hidup seperti kutipan berikut ini:

“Waktu itu Ibu pusing kali harus gimana, gak tau lah Ibu. Uang peninggalan dari suami udah habis, waktu itu mikirnya mau pulang ke kampung aja karena di sini kan kebutuhan hidup mahal..”

(16)

Single mother yang harus melanjutkan kehidupan keluarga bersama

anak-anaknya pasti menghadapi berbagai permasalahan. Berdasarkan hasil studinya terhadap peran single mother, Rika, M.D. dan Risdayati (2013) menemukan masalah yang dihadapi single mother antara lain: masalah psikologis, interaksi sosial, dan ekonomi. Dari segi psikologis, masalah yang dirasakan single mother adalah tanggung jawab terhadap keluarga yang harus ditanganinya seorang diri, ia harus dapat membuat keputusan-keputusan penting dan membimbing serta membina anak seorang diri juga mempengaruhi keadaan psikologis single mother.

Dari segi interaksi sosial, kurangnya komunikasi single mother dengan masyarakat di sekitarnya mengakibatkan hubungan diantaranya menjadi kurang begitu akrab dan kurang mengenali satu sama lainnya. Kesibukan dari masing-masing individu membuat kedekatan emosional antar sesama sangat minim sehingga perasaan solidaritas di antara mereka melemah. Dari segi ekonomi, single mother harus bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keberlangsungan

keluarga beserta anak-anaknya. Single mother yang harus memenuhi kebutuhan hidup seorang diri tanpa pasangannya berpendapat bahwa kebutuhan panganlah yang harus dipenuhi, sehingga kebutuhan anak yang lain pun seperti pendidikan sering terabaikan (Rika, M.D. dan Risdayati (2013).

Dari beberapa aspek permasalahan yang dialami wanita single mother di atas, faktor ekonomi merupakan faktor utama yang menjadi permasalahan di dalam keluarga single mother. Yang menjadi permasalahan ekonomi bagi

(17)

penghasilan agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup keluarga beserta anak-anaknya. Sayangnya, saat ini tidaklah gampang bagi single mother untu mendapatkan pekerjaan di di perusahaan. Karena sedikitnya lapangan kerja, usia single mother yang belum tentu dapat memenuhi syarat bekerja di suatu perusahaan, waktu yang harus banyak diluangkan dan persyaratan kerja lain seperti pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012).

Pilihan lain bagi single mother untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga adalah berwirausaha. Peluang yang ada pun cukup besar jika ada keinginan dan motivasi yang kuat. Terlebih lagi jika single mother dapat menggunakan kesempatan yang ia miliki dengan baik dan dan banyaknya relasi dengan laki-laki dalam bidang wirausaha agar tidak mengalami diskriminasi gender dalam berwirausaha, (Longenecker et al, 2001).

Jumlah wirausahawan di Indonesia meningkat pesat sejak 2010 hingga sekarang. Jumlah wanita yang berwirausaha yang teracatat di Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini sebanyak 18 ribu orang dan 25% nya adalah wanita single mother. Single mother dapat berwirausaha karena karakteristik yang pada

(18)

Kepuasan berwirausaha dapat dirasakan ketika wirausaha memiliki jumlah

pendapatan yang lebih besar dan memiliki waktu luang yang lebih banyak serta merasakan kesejahteraan dalam dirinya (Longenecker et al, 2001). Carree dan Verheul (2011) menarik kesimpulan dari hasil penelitiannya

berdasarkan teori kepuasan Longenecker bahwa kepuasan berwirausaha dapat dilihat dari pendapatan/ penghasilan, psychological well-being, dan waktu luang. Pendapatan bagi pengusaha merujuk kepada imbalan berupa laba. Psychological well-being yang didapatkan oleh wirausaha berasal dari kebebasan mereka,

beberapa wirausahawan menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan suatu kesenangan tersendiri. Dan waktu luang dapat dilihat dari waktu yang dapat diatur oleh wirausaha, mereka seperti orang bebas tanpa adanya ikatan waktu tertentu yang mempunyai tanggung jawab (Longenecker et al, 2001).

(19)

pendidikan bahkan bakat berwirausahanya agar sifat mandiri dan berwirausaha telah tertanam sejak kecil. Seperti anaknya yang pertama sudah bisa mencari uang sendiri dari hasil menjadi pembalap dan bisnis otomotif. "Sejak kecil memang sudah ditanamkan untuk bisa jadi pengusaha, saya juga bangga ternyata dia bisa," ucap Grace.

Jika ditinjau dari keberhasilan Grace dalam mengembangkan usahanya, dapat dikatakan bahwa ia mendapatkan kepuasan tidak hanya karena dapat memenuhi kebutuhan pangan anak-anaknya saja. Tetapi juga pendidikan yang didapat anaknya hingga kepuasannya yang dapat memberikan kursus membuat kue seperti yang pernah dirintisnya kepada orang lain. Namun, Jati (2009) mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitiannya bahwa single mother berwirausaha tidak seperti wanita lain pada umumnya yang berwirausaha karena didorong oleh keinginan berprestasi dan untuk menunjukkan diri bisa mandiri, tetapi tujuan utama single mother memutuskan untuk berwirausaha karena untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti hasil dari field study yang telah dilakukan beberapa waktu sebelumnya, responden hanya tampak merasakan kepuasan dari keberhasilannya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya saja, tetapi tidak tampak kepuasan untuk mendapatkan psychological well-being dan waktu luang untuk dirinya sendiri.

Dari beberapa kutipan berikut ini, terlihat gambaran kepuasan berwirausaha single mother dari aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya:

(20)

pendapatan..”

(Komunikasi Personal, 16 Mei 2013) Dari kutipan wawancara diatas, tidak dapat diambil kesimpulan secara langsung bahwa kepuasan berwirausaha yang dirasakan single mother tersebut karena pendapatan/ penghasilan yang didapatnya. Maka perlu diperhatikan aspek lain dari kepuasan berwirausaha yang lain seperti waktu luang yang tergambar dari kutipan berikut ini:

Sebenarnya waktu luang ibu malam aja la kadang nonton tv sama

anak-anak.. Kalau siang ibu pulang jualan jam setengah dua sampe rumah, bisa la ibu tidur satu jam habis shalat.. nanti habis ashar ibu nyuci, tapi kadang kalau ibu pergi belanja baju gaada la waktu tidur ibu gitu, kalo malam tidur nanti jam empat uda bangun ibu, ya gitu..”

(Komunikasi Personal, 16 Mei 2013) Jika dilihat dari kutipan wawancara diatas, tidak tergambar kepuasan berwirausaha pada single mother tersebut. Seperti juga halnya pada kutipan wawancara berikut ini yang menggambarkan aspek psychological well-being:

“..mungkin orang-orang melihat usaha ibu maju karena anak-anak ibu bersekolah semua dari hasil usaha ibu ini.. terus yang makan banyak, semua bisa Ibu tanggung.. kan tujuh orang di rumah itu yang ibu

tanggung makannya..

(21)

dapat merasakan kepuasan bagi dirinya sendiri baik waktu luangnya ataupun psychological well-being. Peneliti ingin lebih mendalami lagi bagaimana

gambaran kepuasan berwirausaha dari aspek kepuasan berwirausaha single

mother sehingga menggunakan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu,

diharapkan dari eksplorasi yang akan dilakukan dapat mendeskripsikan kepuasan wanita yang menjadi single mother dalam berwirausaha. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita yang menjadi single mother.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimana gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita yang menjadi single mother?”

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai kepuasan berwirausaha pada wanita yang menjadi single mother.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaaat secara teoritis ataupun praktis.

a. Manfaat Teoritis

(22)

dan organisasi, gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita yang menjadi single mother.

b. Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi wanita single mother yang berwirausaha agar dapat mengembangkan usahanya dan dapat merasakan kepuasan dalam berwirausaha setelah mengetahui aspek-aspek kepuasan dalam berwirausaha.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan gambaran kepuasan berwirausaha pada wanita yang menjadi single mother. Diharapkan juga, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi bagi keluarga dan orang – orang disekitar wanita yang menjadi single mother agar dapat mendukung wanita yang menjadi single mother agar dapat mencapai kepuasan berwirausaha.

1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dibagi atas lima bab, dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah :

Bab I : Pendahuluan

(23)

Bab II : Landasan Teori

Bagian ini berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori yang dimuat adalah adalah tentang kepuasan, kepuasan kerja,

apa itu kewirausahaan, wirausaha wanita, kepuasan beriwurahsa, dan faktor yang mempengaruhi kepuasan berwirausaha. Kemudian mengenai single mother, masalah yang dihadapi single mother dan kepuasan berwirausaha single mother. Bab III: Metode Penelitian

Dalam Bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dan dalam hal ini adalah metode kualitatif, metode pengumpulan data, subjek penelitian, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Analisis

Dalam Bab ini akan diuraikan tentang hasil dari beberapa metode pengumpulan data, paparan data berupa verbatim beserta koding yang merupakan analisa data dan pembahasan jika diperlukan.

Bab V: Penutup

(24)

KERANGKA BERPIKIR

Masalah psikologis Masalah ekonomi Masalah sosial

Single mother

Bekerja Mengharapkan

orang tua/keluarga

Bekerja Berwirausaha

Kurangnya lapangan kerja

Syarat kerja jadi penghambat

Waktu kerja telah ditentukan

Memanfaatkan keterampilan diri

Tidak banyak persyaratan Fleksibel dalam mengatur waktu

Field Study Literatur

puas secara total terhadap usahanya

tidak menunjukkan kepuasan secara maksimal

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena yang terjadi pada single mother terhadap kepuasan berwirausahanya. Hal-hal yang akan dibahas pada bab ini adalah kepuasan berwirausaha yang diawali dengan penjelasan kepuasan kerja, apa itu kewirausahaan dan alasan memutuskan menjadi wirausaha, dan wirausaha wanita. Kemudian single mother, masalah yang dihadapi single mother dan resiliensi yang terjadi, dan kepuasan berwirausaha single mother.

2.1. KepuasanBerwirausaha

2.1.1. Pengertian Berwirausaha

Wijono (dalam Syaiin, 2007) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang setelah membandingkan hasil yang didapat dari usahanya dengan harapan yang dimilikinya. Sedangkan Hariandja (dalam Susanto, 2010) mendefinisikan kepuasan kerja hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya.

Menurut Robbins (2003) kepuasan kerja (job satisfaction) merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja nampak dalam sikap positif pegawai terhadap pekerjaanya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Dole and Schroeder (dalam Teman. K 2005)

(26)

mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan dan reaksi atau sikap individu terhadap lingkungan pekerjaannya.

Reaksi atau sikap para pegawai terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya pasti juga dirasakan oleh wirausaha atau wirausahawan. Lingkungan kerja para wirausaha bukan berarti hanya di kantor, tetapi pada setiap tempat yang terdapat peluang bisnis di dalamnya karena wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan sehingga dapat mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna agar mencapai kesuksesan (Meredith et al dalam Noersasongko, 2005).

Kepuasan wirausaha adalah tingkat dimana wirausaha menyukai kegiatan wirausahanya sebagai mana yang diungkapkan (Suyatini, 2004) berdasarkan hasil penelitian dalam menyelesaikan tesisnya. Begitu pula kepuasan berwirausaha yang diungkapkan oleh (Carree dan Verheul, 2011) dapat dijelaskan atau dapat diukur dengan melihat berbagai aspek yaitu pendapatan, psychological well-being,

dan waktu luang sehingga harus dijelaskan atau diukur dengan keseluruhan aspek tersebut.

(27)

2.1.2. Aspek Kepuasan Berwirausaha

Kepuasan berwirausaha terdiri dari tiga aspek kepuasan yaitu kepuasan terhadap pendapatan, kesejahteraan psikologis, dan waktu luang (Carree dan Verheul, 2011).

1. Pendapatan

Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Imbalan yang didapatkan wirausaha diharapkan dapat mengganti kerugian waktu (ekuivalen dengan upah) dan dana (ekivalen dengan tingkat bunga) yang telah dikeluarkan dalam usaha mendapat laba (Longenecker et al, 2001).

2. Psychological Well-Being

Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Beberapa wirausahawan menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan suatu kesenangan tersendiri. Psychological Well-Being adalah dukungan dari dalam dan dari luar. Dukungan dari dalam dapat diperoleh dari kecerdasan emosional pada diri tiap pengusaha, dan dukungan dari luar dapat diperoleh dari dukungan sosial dari orang di sekitar pengusaha.

(28)

sendiri, mengambil risiko, dan mendapatkan imbalan untuk diri sendiri dapat tercapai ketika seorang wirausaha memiliki kebebasan sehingga dapat mengatur kehidupan pribadinya (Longenecker et al, 2001).

3. Waktu luang

Seseorang dapat mengatur waktunya sendiri untuk memulai membuka usahanya sendiri, bahkan jika usahnya mengambil tempat di rumah, maka seseorang tidak perlu meninggalkan rumah. Beberapa orang memulai usaha dengan memiliki jam kerja yang lebih fleksibel untuk menggabungkan jam kerja dirumah tangga dan tanggung jawab pekerjaan, mereka tidak terikat dengan jam kerja untuk mengatur usaha yang mereka jalani. Wirausaha menggunakan kebebasan untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel. (Longenecker et al, 2001).

2.1.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wirausaha

Faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kewirausahaan yaitu adanya pengaruh dari karakteristik usaha, motif untuk start-up dan karakteristik pribadi (Cooper dan Artz dalam Carree dan Verheul, 2011).

1. Karakteristik usaha

Pengaruh karakteristik usaha berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kewirausahaan. Pada beberapa penelitian membedakan antara tiga karakteristik utama pada usaha yaitu :

a) Ukuran

(29)

Memulai dan menjalankan bisnis di luar rumah mungkin menjadi indikator kehati-hatian dari pihak pengusaha, dan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan waktu luang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria ukuran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

1) Usaha Mikro

Usaha Mikro adalah Peluang Usaha Produktif milik orang perorangan atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Contoh usaha mikro adalah pedagang kaki lima.

2) Usaha kecil

Usaha Kecil adalah Peluang Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh seseorang atau badan usaha yang bukan cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian dari Usaha menengah atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Contoh usaha kecil adalah pedagang grosiran di pasar.

3) Usaha menengah

(30)

atau Usaha besar baik langsung maupun tidak langsung dengan. Contoh usaha menengah adalah industri makanan dan minuman.

b) Kompleksitas

Kompleksitas lingkungan yang lebih besar dapat menyebabkan ketidakpuasan pada pengusaha, karena adanya sumber-sumber tak terduga yang dapat menurunkan kepuasan. Ukuran yang digunakan dalam kompleksitas yaitu: apakah start-up dalam high-sektor teknologi, dan apakah pengusaha percaya bahwa ia mampu bersaing dengan semua perkembangan yang akan terjadi.

c) Keterlibatan

Keterlibatan setiap wirausaha dalam menjalankan tugas kewirausahaan mungkin bervariasi di setiap start-up. Pengusaha yang dihadapkan dengan tekanan waktu yang cukup besar mungkin merasakan kepuasan yang rendah. Hal ini sejalan dengan efek negatif dari jam kerja terhadap kepuasan kerja.

2. Motif memulai usaha (Start-up motivation)

Motif memulai usaha sangat mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang dalam berwirausaha. Individu yang memulai usahanya dengan dorongan yang negatif atau terpaksa biasanya mereka akan lebih tidak puas daripada individu yang memulai usaha dengan dorongan yang positif atau keinginan sendiri (Longenecker et, al, 2001). Motivasi yang berbeda dalam memulai usaha

mempunyai pengaruh yang penting dalam tingkat kepuasan individu dan perubahan motivasi memulai usaha dari motivasi ektrinsik menjadi motivasi

(31)

3. Karakteristik pribadi

Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik pribadi adalah ciri khas yang menunjukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar menghadapi tugas-tugas hingga selesai atau memecahkan masalah atau dapat menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Karakteristik pribadi dapat dipengaruhi oleh faktor sosial-demografi seperti :

a. Umur

Grafik U terbentuk dari hubungan umur dengan kepuasan kerja karyawan maupun pada wirausaha sendiri (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Adanya hubungan positif antara kepuasan kerja dengan lamanya orang bekerja. Semakin tinggi kepuasan kerja semakin lama juga dia bekerja disana karena adanya keuntungan menjadi senior, ekspetasi kerja yang rendah.

b. Pasangan hidup

(32)

pekerja tanpa pasangan hidup seperti pada janda, orang yang bercerai, dan individu yang telah berpisah.

c. Risk tolerance

Wirausaha biasanya memiliki toleransi resiko yang tinggi daripada karyawan yang bekerja. Risk tolerance dimana ketika ada masalah wirausaha lebih suka menganggapnya sebagai sebuah hal yang positif atau sebagai tantangan bagi dirinya dan ketika masalah dapat diselesaikan akan merasakan kepuasan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara risk tolerance dan mendapatkan kepuasan.

d. Gender

Beberapa peneltian menemukan bahwa wanita memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pria (Van den Heuvel dan Wooden dalam Suyatini, 2004). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011)

ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian dari Cooper dan Artz (dalam

Carree dan Verheul, 2011) yang menyatakan bahwa wirausaha wanita lebih puas dalam menjalankan bisnisnya daripada wirausaha pria yang memiliki kepercayaan diri berlebih dalam menjalankan bisnisnya dan biasanya memiliki ketergantungan

(33)

2.2. Wirausaha Wanita

Dalam dekade ini, jumlah wirausaha wanita sangat drastis seperti yang telah dicatat oleh Badan Pusat Statistik. Biasanya wanita memulai bisnisnya dari awal dan tidak banyak yang memulai bisnis hanya dari bisnis yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka membuka bisnis baru karena adanya ambisius akan perencanaan pertumbuhan usaha dan laba yang akan dijalankannya. Wanita cukup mudah dalam memulai wirausaha dari unit kecil yang mudah didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar (karena tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik) dan kesiapan organisasi dan manajemen dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012).

Wirausaha wanita secara nyata menghadapi persoalan yang umum bagi semua wirausaha (Longenecker et al, 2001). Mereka mengalami kesulitan yang berhubungan dengan peran mereka yang baru, kurangnya akses untuk mendapatkan kredit merupakan permasalahan yang sering muncul bagi wanita yang memasuki suatu bisnis. Wanita sering mendapatkan diskriminasi sehingga menjadi hambatan untuk memulai bisnis (Longenecker et al, 2001).

(34)

cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan kontrol diri mereka (Septianingsih, 2011).

Dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Septianingsih (2011) disimpulkan bahwa wirausaha wanita tergolong sangat mandiri baik dalam hal siap memulai usaha dan mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap usahanya walaupun dengan modal secukupnya yang dimiliki. Wirausaha wanita memiliki sifat risk-taking yang besar dan lebih berani mengambil resiko dibandingkan pria dan wirausaha wanita juga memiliki toleransi yang tinggi pada usaha yang dijalankannya dibandingkan pria yang berarti dapat menjalankan berbagai tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan tetap berwirausaha.

Dan berikut ini karakteristik wirausaha wanita oleh Thomas, Z dan Scarborough, M. N. (2002):

Karakteristik Wirausaha Wanita

Motivasi - Prestasi – pencapaian tujuan

- Kebebasan – melakukan segalanya sendiri Titik Awal - Frustasi di tempat kerja

- Minat

- Perubahan keadaan pribadi Sumber pembiayaan - Tabungan dan asset pribadi

- Hutang pribadi Karakteristik pribadi - Fleksibel dan toleran

- Orientasi tujuan Latar Belakang - Usia saat memulai usaha sekitar 35-45 tahun

- Ayah seorang wirausaha - Kuliah jurusan seni - Anak pertama

(35)

Dan berdasarkan kepuasan dalam berwirausaha, dalam penelitian yang dilakukan oleh Carree dan Verheul (2011) ditemukan bahwa wanita merasa lebih puas dengan pendapatan mereka daripada pria, meskipun mereka memiliki pendapatan rata-rata yang lebih rendah.

2.3. Single mother

2.3.1. Pengertian Single mother

Menurut Perlmutter & Hall (dalam Ayu, D, 2012) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa nikah. Exter (dalam Tizar, 2010) mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain. Anderson dkk (dalam Tizar, 2010) mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perpisahan atau perceraian.

Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang

punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk dalam Tizar, 2010). Menurut Papalia, dkk (2002) single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan

hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan

anak-anaknya seorang diri.

(36)

perceraian atau perpisahan dan adanya hubungan tanpa ada ikatan pernikahan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosional maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh wanita tersebut.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu, D (2012), single mother memiliki karakteristik setelah hidup tanpa pasangan. Single mother terbiasa bekerja keras dan selalu mau berusaha, sanggup menghadapi tantangan, dan berani menghadapi resiko, dan terbiasa pula untuk memainkan peran ganda yang membesarkan anak dan mencari nafkah.

2.4. Gambaran Kepuasan Berwirausaha pada Wanita Single mother

Single mother yang harus melanjutkan kehidupan keluarga bersama

anak-anaknya dapat memilih berwirausaha sebagai jalan keluar agar mendapatkan penghasilan dan membantu perekonomian keluarga. Single mother seperti halnya wanita pada umumnya terutama di UKM, wanita mendapat kemudahan untuk memulai usaha yang dapat didirikan tanpa membutuhkan modal yang besar, tidak memerlukan ruangan yang besar atau ruangan khusus seperti pabrik, bahkan dapat dijalan dirumah dan tanpa harus memiliki kemampuan manajemen atau keahlian khusus dan wanita dapat melakukan bisnis yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan tenaga fisik yang besar (Tulus, 2012).

(37)

psikologis, dan waktu luang. Kepuasan berwirausaha didorong banyak faktor, karakteristik usaha, motif memulai usaha, dan karakteristik peribadi. Faktor-faktor tersebut yang juga mempengaruhi kepuasan single mother dalam berwirausaha.

Karakteristik pribadi single mother yang pekerja keras dan selalu mau

berusaha, berani menghadapi resiko, dan sanggup menghadapi tantangan (Ayu, D, 2012) mempengaruhi kepuasan mereka dalam berwirausaha. Single mother memiliki karakteristik sebagai pekerja keras dan selalu mau

berusaha, single mother berusaha memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan berwirausaha. Single mother seperti kebanyakan dari wanita-wanita pengusaha lainnya memilih usaha pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi sesuai dengan hal yang disenanginya atau sesuai keahliannya (Tulus, 2012). Ketika single mother merasakan kesenangan karena usaha yang dijalaninya, ia akan merasakan kepuasan pada kesejahteraan psikologisnya karena memiliki kebebasan merefleksikan kesenangannya atau mengembangkan keahliannya pada bisnis yang dijalankannya..

Sifat single mother yang pekerja keras dan selalu mau berusaha mendorongnya untuk selalu bekerja keras agar dapat menghasilkan pendapatan,

terlepas dari waktu yang harus dihabiskannya dalam menjalani usaha dan tanggung jawabnya mengurus rumah tangga. Namun jika usahanya

menghasilkan pendapatan sesuai dengan harapan, usahanya dalam mengatur

waktu dan kerugian waktu yang dirasakannya dapat tergantikan. Dengan demikian single mother akan merasakan kepuasan terhadap

(38)

Single mother memiliki karakter yang berani menghadapi resiko, hal ini

membuatnya lebih berani menggunakan modal yang cukup besar dan berani membuka usaha yang cukup besar. Usaha baru yang ukurannya lebih besar

biasanya mendatangkan tanggung jawab dan harapan yang lebih tinggi (Cooper & Artz, 1995; Carree & Verheul, 2011). Single mother yang menggunakan modal besar harus lebih bertanggung jawab atas usahanya untuk menghindari kegagalan

yang mungkin terjadi, sehingga pendapatan dari usahanya tersebut mengganti modal yang telah ia keluarkan. Dan ketika pendapatan dari usahanya tersebut dapat mengganti besarnya modal yang ia gunakan untuk memulai usahanya, ia akan merasakan kepuasan terhadap pendapatannya

(Longenecker et, al, 2001).

Karakteristik single mother yang berani mengambil resiko membuatnya bisa menerima berbagai resiko yang mungkin terjadi ketika memilih berwirausaha. Pada fase awal memulai wirausaha, single mother harus menghabiskan waktu dalam berwirausaha karena di awal mulainya usaha cukup sulit (Carree & Verheul, 2011). Single mother harus bisa merelakan waktu bersama keluarga dan teman dan fokus menjalani usaha hingga modal awal terganti dan mendapatkan laba yang menunjukkan keberhasilan. Namun, single mother akan merasakan fleksibilitas dalam mengatur waktu untuk menjalani

usahanya setelah usahanya berhasil. Dengan demikian, single mother merasakan kepuasan dapat meluangkan waktu bersama keluarga dan teman.

(39)

menghadapi tantangan dalam berwirausaha dengan meluangkan banyak waktu dalam berwirausaha agar menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginan, namun single mother harus mengorbankan urusan rumah tangganya. Oleh karena itu single mother harus dapat mengatur waktu, agar waktu yang diluangkannya dalam berwirausaha cukup untuk menghasilkan pendapatan yang sesuai dengan keinginannya dan waktunya mengurus rumah tangga juga cukup. Sehingga ketika single mother telah menemukan cara yang tepat untuk mengatur waktu

berwirausaha dan mengurus rumah tangga, ia akan merasakan kepuasan karena dapat mengatur waktunya sendiri untuk membuka usahanya dan menggunakan kebebasan untuk mengurus kehidupannya secara fleksibel (Longenecker et al, 2001).

Ketika ada masalah dalam berwirausaha, single mother lebih suka

menganggapnya sebagai tantangan. Single mother juga telah terbiasa menjalani berbagai tugas di dalam keluarga sendirian. Tetapi, jika ada dukungan dari orang di sekitarnya akan sangat berarti. Single mother akan merasakan kepuasan karena dengan adanya dukungan dari orang di sekitarnya seperti keluarga dan teman, single mother semakin semangat

menjalani usaha walaupun dengan adanya masalah. Dan ketika masalah dapat diselesaikan single mother akan merasakan kepuasan terutama pada kesejahteraan psikologisnya (Longenecker et, al, 2001).

(40)

karena single mother juga dapat mencapai kepuasan dalam menjalankan usahanya tanpa suami disisinya. Masih ada dukungan dari orang di sekitarnya seperti anak, saudara, dan teman yang bisa mendukunganya walaupun single mother menghadapi tantangan-tantangan dalam berwirausaha.

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata (Patton dalam Poerwandari, 2007). Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan berbagai metode dalam penelitian agar dapat tercapai gambaran kepuasan berwirausaha pada single mother.

3.1. Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat studi kasus kolektif. Tujuannya adalah untuk mempelajari fenomena/ populasi/ kondisi umum dengan lebih mendalam (Poerwandari, 2007). Diharapkan dengan menggunakan metode ini dapat mempelajari dengan lebih mendalam mengenai kepuasan berwirausaha pada single mother.

Penelitian kualitatif dianggap lebih sesuai untuk mengetahui gambaran kepuasan berwirausaha pada single mother. Sebab setiap wirausaha yang dapat dikatakan berhasil ketika ia merasakan kepuasan berwirausaha dan latar belakang seseorang memutuskan berwirausaha mempengaruhi kepuasan berwirausaha. Begitu pula dengan latar belakang single mother, berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan anak tanpa dukungan pasangan hidup sangat berpengaruh terhadap pencapaian kepuasan berwirausahanya. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Poerwandari (2007) bahwa pendekatan yang sesuai untuk penelitian yang

(43)

tertarik dalam memahami manusia dengan segala kekompleksitasannya sebagai makhluk subjektif adalah penelitian kualitatif.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2007). Menurut Banister dkk. (dalam Poerwandari, 2007) wawancara kualitatif dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna respondentif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud mengadakan eksplorasi terhadap isu tersebut.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang bertujuan menjaga agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan (Poerwandari, 2007). Pedoman wawancara umum berdasarkan teori dan unsur – unsur motivasi yang diungkapkan oleh Carree dan Verheul (2011) yang dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 2007). Maka wawancara dapat disusun untuk memperoleh data yang menggambarkan kepuasan berwirausaha subjek penelitian.

3.3.1. Karakteristik Subjek Penelitian

(44)

1. Ibu sebagai kepala keluarga

Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung

keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk dalam Tizar, 2010).

2. Ibu yang memiliki anak atau tanggungan

Single mother memutuskan untuk berwirausaha karena untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya bersama anak-anaknya (Jati ,2009). 3. Menjadi orang tua tunggal karena kematian atau perceraian

Single mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan

hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri (Papalia, 2002).

2

4. Berwirausaha setelah menjadi single mother

Berwirausaha dapat menjadi pilihan single mother untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya karena situasi keuangan yang mereka miliki kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka dibandingkan saat mereka memiliki suami (Hurlock, 2004).

3.3.2. Jumlah Subjek Penelitian

(45)

yang pasti dalam jumlah sampel yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah sampel pada penelitian kualitatif diarahkan pada kecocokan konteks (Sarantakos, dalam Poerwandari 2007).

Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti memutuskan untuk menggunakan 3 orang sampel, diharapkan jumlah tersebut dapat merepresentasikan fenomena yang sedang diteliti.

3.3.3. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian

Pedoman pengambilan sampel pada penelitian kualitatif harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian (Patton dalam Poerwandari, 2007). Maka dalam penelitian ini peneliti ingin memakai prosedur pengambilan responden dengan pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional (theory based/operational construct sampling). Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif) terhadap fenomena yang diteliti.

(46)

3.3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di kota Medan dan sekitarnya, sesuai dengan tempat tinggal ataupun tempat kerja subjek penelitian. Pengambilan data dilakukan di tempat yang telah ditentukan oleh peneliti dan subjek.

3.4. Alat Bantu Pengumpulan Data

Untuk mempermudah pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu saat melakukan wawancara maupun observasi berupa alat perekam (tape recorder), pedoman umum wawancara, pedoman umum observasi, dan alat tulis

serta buku catatan kecil (notes).

3.4.1. Perekam Suara (Tape Recorder)

Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

3.4.2. Pedoman Wawancara

(47)

Smith (dalam Poerwandari 2007) menjelaskan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun pertanyaan (1) pertanyaan harus bersifat netral, dan tidak diwarnai nilai – nilai tertentu yang bersifat mengarahkan, (2) pertanyaan jangan menggunakan istilah – istilah yang tidak dimengerti subjek, (3) menggunakan pertanyaan terbuka, bukan tertutup. Poerwandari (2007) juga menambahkan bahwa pedoman wawancara berfungsi untuk memuat pokok – pokok pertanyaan bersifat open-ended question, dengan tujuan menjaga arah wawancara agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian.

3.4.3. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan Hasil obrservasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.

3.4.4. Alat tulis dan buku catatan kecil (Notes)

Alat tulis dan notes sebagai alat penunjang pencatatan atau hal lain yang dirasa peneliti perlu dicatat untuk mengingatkan hal-hal penting yang berkaitan dengan wawancara maupun kegiatan observasi yang dilakukan saat penelitian berlangsung.

3.5. Kredibilitas Penelitian

(48)

apa yang hendak diukur. Menurut Poerwandari (2007) kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Kredibilitas penelitian ini nantinya terletak pada keberhasilan peneliti dalam mengungkapkan bagaimana gambaran kepuasan berwirausaha pada single mother.Peningkatan kredibilitas dilakukan dengan cara:

a. Mencatat bebas hal-hal penting serinci mungkin, mencakup catatan pengamatan objektif terhadap setting, partisipan ataupun hal lain yang terkait.

b. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang terkumpul, proses pengumpulan data maupun strategi analisanya.

c. Memanfaatkan langkah-langkah dan proses yang diambil peneliti-peneliti sebelumnya dengan mempelajari dan membandingkan langkah-langkah penelitian di Fakultas Psikologi USU. Langkah ini diharapkan dapat menjamin pengumpulan data yang berkualitas.

d. Menyertakan partner atau orang-orang yang dapat berperan sebagai pengkritik yang memberikan saran-saran dan pembelaan („devil‟s advocate‟) yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan

peneliti. Partner yang terlibat antara lain dosen pembimbing sebagai professional judgment terhadap alat pengumpulan data dan strategi analisa

serta interpretasi data.

(49)

3.6. Prosedur Penelitian

3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian dilakuakn untuk mempersiapkan hal – hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian, seperti :

a. Mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori-teori yang berhubungan dengan kewirausahaan maupun wirausaha, kepasan berwirausaha, dan single mother.

b. Menyusun pedoman wawancara

Penyusunan pedoman wawancara didasarkan pada landasan teori dari penelitian ini, mencakup seluruh aspek yang hendak diungkap. Peneliti juga menggunakan professional judgement yaitu dosen pembimbing.

c. Menyusun pedoman observasi

Pedoman observasi mengenai hal – hal yang terjadi saat proses wawancara maupun saat peneliti bertemu dengan subjek untuk mengambil data.

d. Mempersiapkan alat-alat penelitian

Alat-alat yang dipersiapkan agar mendukung proses pengumpulan data antara lain seperti alat perekam (tape recorder), alat pencatat (notes dan alat tulis) serta pedoman wawancara dan observasi yang telah disusun.

e. Menentukan dan menghubungi calon subjek

(50)

menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.

f. Membuat informed consent (Pernyataan pemberian izin oleh subjek)

Pernyataan ini dibuat sebagai bukti bahwa subjek telah menyetujui bahwa dirinya akan berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dengan demikian wawancara dapat dilaksanakan.

3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Melakukan konfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara

Sebelum wawancara, peneliti melakukan konfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara yang sebelumnya telah disepakati oleh responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan 24 hingga 24 jam sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan partisipan dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara. Setelah ada kesepakatan waktu dan tempat, peneliti melakukan wawancara.

b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara

(51)

sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa kali wawacara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan wawancara

No. Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara Subjek I

1. 19 November 2013 17.30 – 18.45 Rumah tamu rumah subjek 2. 25 November 2013 17.00 – 18.15 Rumah tamu rumah subjek 3. 29 November 2013 17.20 – 18.40 Rumah tamu rumah subjek 4. 3 Desember 2013 19.10 – 19.50 Rumah tamu rumah subjek

Subjek II

1. 16 Desember 2013 11.00 – 12.00 Kedai milik subjek 2. 19 Desember 2013 11.15 – 12.30 Kedai milik subjek 3. 24 Desember 2013 16.30 – 17.00 Ruang makan rumah subjek 4. 27 Desember 2013 14.00 – 15.00 Ruang makan rumah subjek

Subjek III

1. 9 Januari 2014 15.50 – 17.00 Salon milik subjek 2. 13 Januari 2014 14.00 – 15.00 Salon milik subjek 3. 16 Januari 2014 10.30 – 11.45 Salon milik subjek 4. 21 Januari 2014 11.15 – 12.15 Salon milik subjek

(52)

data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2007).

d. Melakukan analisa data

Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan salinannya. Peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil transkrip wawancara yang telah di koding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan saat wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data responden ke dalam faktor-faktor dan proses dalam pemilihan pasangan.

e. Menarik kesimpulan dan saran

Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan, kemudian peneliti menuliskan diskusi terhadap kesimpulan dan seluruh hasil penelitian. Dengan memperhatikan hasil penelitian, kesimpulan data dan diskusi yang telah dilakukan, peneliti mengajukan saran bagi penelitian selanjutnya.

3.6.3. Tahap Pencatatan Data

(53)

3.7. Teknik dan Prosedur Analisa Data

Menurut Poerwandari (2007) proses analisa data meliputi: a. Organisasi data

Pengolahan dan analisis sesungguhnya dimulai dengan mengorganisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisa yang dilakukan, serta menyimpan data. Hal-hal yang penting untuk diorganisasikan diantaranya adalah data mentah (catatan lapangan, kaset hasil rekaman), data yang sudah diproses sebagian (transkrip wawancara, catatan refleksi peneliti), data yang sudah dibubuhi kode-kode dan dokumentasi yang kronologis mengenai pengumpulan pengumpulan data dan analisis.

b. Koding dan analisa

Sebelum analisis dilakukan langkah penting yang pertama harus dilakukan adalah membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistematisasikan data secara lengkap dan medetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan demikian pada gilirannya peneliti akan dapat menemukan makna dari data yang dikumpulkannya.

(54)

dan kiri transkrip untuk tempat kode-kode atau catatan tertentu. Kemudian peneliti melakukan penomoran pada baris-baris transkrip secara urut dan kontinyu. Terakhir peneliti memberikan memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu (Poerwandari, 2007).

c. Pengujian terhadap dugaan.

Dugaan adalah kesimpulan sementara. Begitu tema-tema dan pola-pola muncul dari data, kita mengembangkan dugaan-duagaan yang adalah juga kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang berkembang tersebut harus dipertajam serta diuji ketepatannya. Saat tema-tema dan pola-pola muncul dari data, peneliti mencoba untuk terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan untuk meyakini temuannya. Peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran atau fenomena berbeda dari pola-pola yang muncul tersebut (Poerwandari, 2007).

d. Strategi analisa

Proses analisis dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata partisipan sendiri maupun konsep yang dkembangkan atau dipilih oleh peneliti untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis (Poerwandari, 2007). Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan „pola‟ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia.

(55)

telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena (Poerwandari, 2007).

e. Tahapan interpretasi.

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami kepuasan berwirausaha pada single mother maka maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per-subjek. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam landasan teori.

Kutipan dalam setiap bagian analisa akan diberi kode-kode tertentu karena satu kutipan dapat saja diinterpretasikan beberapa kali. Contoh kode yang digunakan adalah: S.1/W.3,ba1/b.390-395/h10, maksud kode ini adalah kutipan pada subjek satu, koding pada aspek kedua, poin satu dan temuan kesatu, wawancara ketiga, baris 390 sampai 395, verbatim halaman 10.

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Tabel 2. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek Syahrie Ernawati Siti Maryam

Usia 45 tahun 37 tahun 43 tahun

Sebab menjadi

single mother Cerai hidup Cerai meninggal Cerai hidup

Jenis wirausaha Cathering Kedai kelontong

dan Doorsmeer Salon

Lama berwirausaha 8 tahun 3,5 tahun 7 tahun

Jumlah tanggungan 4 orang 4 orang 4 orang

(57)

A. Hasil

1. Subjek I

a. Hasil obrservasi

1) Wawancara I

- Lokasi dan waktu wawancara:

Rumah subjek pada hari selasa, 19 November 2013 pukul 17.30 – 18.45 Pada awalnya, peneliti telah membuat janji untuk menjemput subjek di di rumah, subjek akan ada di rumah lewat dari jam 7 malam karena subjek harus mengontrol masakan di dapur Hakimy dan dengan transportasi umum akan memakan waktu lama sampai rumah karena jarak tempuh ke rumah subjek mencapai 16 km. Sesampainya di rumah, subjek langsung bergegas mandi agak peneliti tidak lama menunggu. Setelah mandi, subjek menggunakan long dress blaster vertical hitam putih dengan rambut dikucir dan tidak melepaskan

(58)

terbuka dari peneliti sehingga informasi yang banyak terkumpul adalah cerita tentang pengalaman awal subjek dimulai saat baru memulai menjadi wirausaha setelah masa perceraiannya dengan sang suami.

2) Wawancara II

- Lokasi dan waktu wawancara:

Rumah subjek pada hari senin, 25 November 2013 pukul 17.00 – 18.15

Seperti pertemuan pertama, peneliti menjemput subjek di kantor Pelindo.

Peneliti dan subjek mendatangi dapur Hakimy terlebih dahulu karena subjek harus mengontrol masakan di dapur untuk esok hari. Sesampai di rumah subjek,

subjek langsung mempersilahkan peneliti untuk memulai wawancara tanpa berbenah diri terlebih dahulu. Subjek menggunakan blazer tebal berwarna

coklat susu karena merasa cuara yang dingin sejak pagi, subjek membuka

jilbabnya dan mengucir rambutnya dan subjek tetap menggunakan kacamatanya. Namun, selama proses wawancara berlangsung, subjek beberapa kali melepas

kacamatanya dan memijjat-mijat batang hidungnya yang menunjukkan kelelahan

dan memakai kembali kacamatanya saat membaca sms/bbm yang masuk ke ponselnya dan subjek terlihat letih dari postur tubuhnya saat duduk yang tampak lemas dan dari raut wajahnya. Dalam menjawab pertanyaan peneliti

Gambar

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan wawancara
Tabel 2. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Remaja yang melakukan shotgun marriage dan memiliki peran sebagai ibu muda walaupun ada yang memiliki psychological well-being yang tinggi akan tetapi pada

Sedangkan majelis jemaat dengan tingkat psychological well-being rendah akan menunjukkan kekecewaan pada dirinya, merasa dirinya penuh kekurangan, memiliki pandangan

Kelompok 2 (dissatisfied) dengan jumlah 4 subjek, tidak merasakan adanya kepuasan perkawinan pada seluruh aspek.. Kelompok ini mempunyai karakteristik subjek yang

Pada penelitian yang lain mengenai “Subjective well-being pada wanita dewasa akhir yang hidup melajang” didapatkan hasil bahwa gambaran subjective well-being terlihat dari

Psychological well-being adalah keadaan perkembangan potensi nyata seseorang yang ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: seseorang dapat menghargai dirinya

Seorang individu dikatakan memiliki skor psychological well-being yang tinggi ketika seorang individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, mampu menjalin

individu merasakan afek negatif, berarti orang tersebut memiliki subjective well-being

Dalam penelitian ini salah satu variabel yang digunakan sama dengan yang akan penulis gunakan untuk penelitian yaitu psychological well-being namun dengan subjek