• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR

PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK

DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II

YOGYAKARTA

TESIS

ARUTALA ENY PURBO ARIMBI

20141030046

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

EVALUASI KEPATUHAN PELAKSANAAN STANDAR

PROSEDUR OPERASIONAL PEMASANGAN INFUS PADA ANAK

DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II

YOGYAKARTA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

ARUTALA ENY PURBO ARIMBI

20141030046

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belumpernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogyakarta, 20 Desember 2016 Yang Membuat Pernyataan,

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatNya, peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus pada Anak di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta”. Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang sempurna penyelesaian tesis ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes., AAK selaku ketua program pendidikan Magister Management Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Elsye Maria Rosya, M.Kep, selaku pembimbing dalam penelitian tesis ini.

3. dr. Iman Permana, M.Kes., Ph. D selaku penguji 1 dalam tesis ini. 4. dr. Mahendro Prasetyo Kusumo, MMR selaku penguji 2 dalam tesis

ini.

5. Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian. 6. Drs. Suwito dan Amanatin,SH, selaku orang tua yang telah

memberikan doa, dukungan dan perhatian penuh kepada penulis untuk menyelesaikan tesis.

7. Drs. Wiyono,Mpd dan ibu Supartini, yang telah memberikan doa agar tesis ini segera selesai.

(7)

vi

9. Adik Normalita dan Sri Kartiko yang telah mendukung dengan doa kepada penulis.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalaha, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II ... 8

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Telaah Pustaka ... 8

1. Standar Prosedur Operasional (SPO) ... 8

2. Standar Prosedur Opersasional Pemasangan Infus ... 9

3. Kepatuhan ... 18

METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian... 28

C. Responden ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 29

E. Variabel Penelitian ... 31

F. Definisi Operasional ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 35

H. Analisis Data ... 36

(9)

viii

BAB IV ... 39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian... 39

B. Pembahasan ... 58

BAB V ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

C. Keterbatasan ... 70

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Sub Variabel ... 33 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II... ... 41 Tabel 4.2 Deskripsi Perawat Berdasarkan Kepatuhan dalam Melaksanakan

SPO Pemasangan Infus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II (N=30)... ... 42 Tabel 4.3 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Persiapan

Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II... ... 42 Tabel 4.4 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase

Prainteraksi dan Fase Orientasi Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II ... 43 Tabel 4.5 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Kerja

Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II... ... 43 Tabel 4.6 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Terminasi,

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1a. Kerangka Teori ... 25 Gambar 2.1b. SPO Pemasangan Infus RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta………... 25

Gambar 2.2. Kerangka Konsep... 26 Gambar 3.1 Grafik penilaian responden daplam melaksanakan SPO

(12)

xi

KOMITMEN DAN PERINGATAN KEPATUHAN PERAWAT PADA PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

COMMITMENT AND REMINDER OF NURSE COMPLIANCE IN INSERTING IV LINE IN CHILDREN BASED ON STANDARD OPERATING PROCEDURE AT THE HOSPITAL OF YOGYAKARTA

Arutala Eny Purbo Arimbi, Elsye Maria Rosa

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email : dokter_tala@yahoo.com

INTISARI

Pemasangan infus merupakan prosedur invasive dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di Rumah Sakit. Namun hal ini memiliki resiko tinggi terjadinya infeksi Nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai Standar Prosedur Operasional dalam pemasangan Infus pada anak di Rumah Sakit Yogyakarta belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di rumah sakit Yogyakarta .

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Responden pada penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD yang bertugas melakukan pemasangan infus pada anak. Peneliti mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam penarapan Standar Prosedur Operasional menggunakan checklist sedangkan hasil wawancara menggunakan analisis data dengan pengkodean.

(13)

xii

Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak masih rendah, namun keyakinan perawat serta evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan sudah cukup baik. Perlunya meningkatkan komitmen internal pada diri perawat sendiri terkait kepatuhan penerapan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak sebagai upaya pencegahan infeksi.

(14)

xiii

ABSTRACT

IV line insertion is an invasive procedure which is often done in a hospital. However this is has a high risk of nosocomial infection or also known as Hospital Acquired Infection (Hais) which will effect to the high cost of care and the treatment time. Nosocomial infections can be derived by applying standard operating procedures (SOPs) in every action of nurses, especially nurses emergency room. Emergency room nurse action that based on Standard Operating Procedure of inserting IV line in children at the hospital of Yogyakarta has not been well documented, so it is necessary to do research on the nurse compliance in insering IV line in children based of Standard Operating Procedure at the hospital of Yogyakarta.

This is a qualitative research with case study. Respondents in this research are all emergency room nurses that doing iv line insertion in the children. Researchers determine the compliance level of nurses in Standard Operating Procedure using the checklist while data analysis of the interview using encoding method.

Nurse compliance in implementing the Standard Operating Procedure in IV line insertion: preparation phase: 45, 45%, patient interactions phase: 43.5%, documentation phase: 71.4%. Most errors are in the work phase while using personal protective equipment. Nurses will remind each other and correct themselves if they have not do IV line insertion based on Standard Operating Procedure.

Compliance level of nurses in implementing the Standard Operating Procedure of iv line insertion in children is still low, but the confidence of nurses and nurse evaluation of the effect from current behavior is good enough. It is necessary to improve internal commitment in the nurse's own self interlaced with the compliance of using Standard Operating Procedure in inserting IV line for prevention of infection.

(15)
(16)

xi

KOMITMEN DAN PERINGATAN KEPATUHAN PERAWAT PADA PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PEMASANGAN INFUS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA

COMMITMENT AND REMINDER OF NURSE COMPLIANCE IN INSERTING IV LINE IN CHILDREN BASED ON STANDARD OPERATING PROCEDURE AT THE HOSPITAL OF YOGYAKARTA

Arutala Eny Purbo Arimbi, Elsye Maria Rosa

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email : dokter_tala@yahoo.com

INTISARI

Pemasangan infus merupakan prosedur invasive dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di Rumah Sakit. Namun hal ini memiliki resiko tinggi terjadinya infeksi Nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAIs) yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai Standar Prosedur Operasional dalam pemasangan Infus pada anak di Rumah Sakit Yogyakarta belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di rumah sakit Yogyakarta .

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Responden pada penelitian ini adalah seluruh perawat di IGD yang bertugas melakukan pemasangan infus pada anak. Peneliti mengetahui tingkat kepatuhan perawat dalam penarapan Standar Prosedur Operasional menggunakan checklist sedangkan hasil wawancara menggunakan analisis data dengan pengkodean.

(17)

xii

Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak masih rendah, namun keyakinan perawat serta evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan sudah cukup baik. Perlunya meningkatkan komitmen internal pada diri perawat sendiri terkait kepatuhan penerapan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak sebagai upaya pencegahan infeksi.

(18)

xiii

ABSTRACT

IV line insertion is an invasive procedure which is often done in a hospital. However this is has a high risk of nosocomial infection or also known as Hospital Acquired Infection (Hais) which will effect to the high cost of care and the treatment time. Nosocomial infections can be derived by applying standard operating procedures (SOPs) in every action of nurses, especially nurses emergency room. Emergency room nurse action that based on Standard Operating Procedure of inserting IV line in children at the hospital of Yogyakarta has not been well documented, so it is necessary to do research on the nurse compliance in insering IV line in children based of Standard Operating Procedure at the hospital of Yogyakarta.

This is a qualitative research with case study. Respondents in this research are all emergency room nurses that doing iv line insertion in the children. Researchers determine the compliance level of nurses in Standard Operating Procedure using the checklist while data analysis of the interview using encoding method.

Nurse compliance in implementing the Standard Operating Procedure in IV line insertion: preparation phase: 45, 45%, patient interactions phase: 43.5%, documentation phase: 71.4%. Most errors are in the work phase while using personal protective equipment. Nurses will remind each other and correct themselves if they have not do IV line insertion based on Standard Operating Procedure.

Compliance level of nurses in implementing the Standard Operating Procedure of iv line insertion in children is still low, but the confidence of nurses and nurse evaluation of the effect from current behavior is good enough. It is necessary to improve internal commitment in the nurse's own self interlaced with the compliance of using Standard Operating Procedure in inserting IV line for prevention of infection.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

(20)

pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi.

Salah satu cara meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yaitu dengan memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku anatara lain standar prosedur operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan. Meningkatkan keselamatan pasien salah satumya dengan cara melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit tersebut. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga keselamatan pasien, salah satunya dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat (Pusdiknakes,2004). Standar prosedur operasional (SPO) merupakan suatu perangkat instruksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku (Rostika, 2009). SPO merupakan perangkat yang wajib dimiliki rumah sakit agar mutu pelayanan terhadap pasien tetap terjaga.

(21)
(22)

Jumlah SDM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sebanyak 317 orang terdiri dari staf medis, paramedic, non medis. Paramedis yang dimaksud antara lain adalah perawat. Perawat merupakan petugas rumah sakit yang paling sering melakukan tindakan medis termasuk pemasangan Infus.

Infeksi Nosokomial tersebut dapat diturunkan dengan menerapkan Standar prosedur operasional (SPO) dalam setiap tindakan perawat terutama perawat IGD. Tindakan perawat IGD yang sesuai SPO dalam pemasangan Infus pada anak belum terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kepatuhan pelaksanaan standar prosedur operasional pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

B. Rumusan Masalah

(23)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan perawat terhadap SPO pemasangan infusintravena pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

b. Untuk menganalisis peran keyakinan terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

c. Untuk menganalisis peran keyakinan terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

(24)

e. Untuk menganalisis peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi terkait kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan Infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang peneliti tulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit

a. Memberikan informasi untuk merumuskan kebijakan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan bagi rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

b. Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan operasional yang berkaitan dengan pemasangan Infus pada anak sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

c. Sebagai evaluasi yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembinaan terhadap perawat pelaksana khususnya mengenaj teknis pemasangan Infus pada anak.

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar. b. Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi

(25)

tindakan pencegahan terhadap infeksi pada anak yang terpasang Infus.

3. Bagi Profesi

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam melaksanakan tindakan pemasangan Infus pada anak yang sesuai standar prosedur operasional.

4. Bagi Peneliti

(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Standar Prosedur Operasional (SPO)

SPO adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar prosedur operasional merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter, 2005). SPO infus adalah tindakan memasukkan Intavena catheter ke dalam pembuluh darah vena untuk keperluan

memberikan obat dan atau cairan parenteral (SPO Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, 2010).

Tujuan umum SPO adalah agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku.

(27)

pekerjaan tertentu, (2) Sebagai acuan (checklist) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesame pekerja, supervisor, surveyor, (3) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan (dengan demikian menghindari/mengurangi konflik), keraguan dan duplikasi serta pemborosan dalam pelaksanaan kegiatan, (4) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan, (5) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif, (6) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait, (7) Sebagai dokumentasi yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila terjadi suatu kesalahan administrative lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas, (8) Sebagai dokumentasi yang digunakan untuk pelatihan, (9) Sebagai dokumentasi sejarah bila telah dibuay revisi SPO yang baru (Lumenta, 2001).

2. Standar Prosedur Opersasional Pemasangan Infus

a. Pengertian Pemasangan Infus

(28)

Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus/ pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.

b. Tujuan

Menurut Darmawan (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan transfuse darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

c. Memasang Infus SPO Pemasangan Infus

(29)

siapkan cairan infus dan infus set 1. buka kemasan steril dengan menggunakan aseptic

R = mencegah kontaminasi pada objek steril

2) periksa menggunaan “lima tepat” : tepat klien, tepat obat (tanggal kadaluarsa), waktu, dosis (tetesan infus yang di butuhkan), rute (jalan yang diberikan melalui IV)

3) Yakinkan tambahan resep (misal kalium dan vitamin, oxsitosin) telah di tambahkan. Observasi kebocoran kantung cairan. R = larutan IV adalah obat dan harus dengan hati-hati diperiksa mengurangi resiko kesalahan. Larutan yang berubah warna , mengandung partikel, atau kadaluarsa tidak gunakan. Kebocoran menunjukkan kesempatan kontaminasi dan tidak boleh digunakan.

4) buka penutup botol dan buka set infus dengan mempertahankan sterilitas dari kedua ujung.

R = mencegah bakteri masuk peralatan infus dan aliran darah.

5) tempatkan klem rol kurang lebih 2-5 cm di bawah ruang drip dan gerakkan klem rol pada posisi “off”

(30)

pada “off” mencegah penetesan cairan pada klien, perawat,

tempat tidur, atau lantai.

6) lepaskan pembungkus lubang selang IV kantung larutan IV plastic. Tusukkan set infusdalam kantung cairan atau botol. R = memberi akses untuk insersi selanginfus ke dalam larutan

NB = jangan menyentuh jarum penusuk botol infus karena bagian steril. jika misal jarum jatuh kelantai, buang selang IV tersebut dengan yang baru.

7) aliran larutan IV pada selanginfus. Tekan ruang dan lepaskan, memungkinkan pengisian 1/3 sampai ½ penuh. R = menjamin selang bersih dari udara sebelum penyambungan, mencegah udara masuk ke selang.

8) pelindung jarum tidak lepas dan lepaskan klem rol untuk memungkinkan cairan mengalir dari ruang drip melalui selangadapter jarum. Kembalikan klem rol ke posisi setelah selang terisi.

(31)

9) Yakinkan selang bersih dari udara dan gelembung udara. R = gelembung udara besar bertindak sebagai emboli 10)Pasang perlak 2. Jika ada rambut, cukur daerah tersebut ± 2

inchi / 5cm

R = Mengurangi resiko kontaminasi dari bakteri pada rambut.

11)Apabila memungkinkan, letakkan ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditompang sesuatu).

R = Memungkinkan dilatasi sehingga vena dapat dilihat. 12)Siapkan alat2 yang tidak steril:

a) Pasang perlak dibawah tangan/area yang akan di infus b) Siapkan plester ukuran 1.25 panjang ± 9cm c) Siapkan kasa steril d) Buka insersi bevel R = untuk mempermudah Melakukan Tindakan

b) pasang tourniquet ± 5-7 inchi / 10-15 cm di atas / di daerah yang akan ditusuk

R = tourniquet menekan aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri.

(32)

R = mengurangi pemaparan organisme HIV , hepatitis, organismme yang di tularkan melalui darah.

14)Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol arah melingkar

R = agar terhindar mikroorganisme /terkontaminasi

15)Lakukan fungsi vena dg meregangkan berlawanan dg arah insersi 5-7 cm dari arah distal ke tempat fungsi vena

a) ONC = insersi bevel (bagian ujung jarum yang miring) dg membentuk sudut 20-30 derajat searah dg aliran balik darah vena distal terhadap tempat fungsi vena yang sebenarnya. R = memungkinkan menempatkan jarum menjadi pararel dg vena sehingga saat difungsi,resiko menusuk vena sampai tembus keluarr berkurang

16)Lihat aliran balik melalui srelang jarum aliran balik darahONC,yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena. Jika sudah terasamasuk ke vena insersi bevel di landaikan dan di masukkan sampai penuh

(33)

Masukkan lagi kateter sekitar seperempat inci ke dalam vena dan kemudian longgarkan stylet(bagian pangkal jarum yang di masukkan ke vena)

17)Stabilkan kateter dg salah satu tangan ,lepaskan tourniquet dan lepaskan stylet dari ONC, tekan ujung area penusukan. R = Mengurangi aliran balik darah

18)Hubungkan adapter jarum infus ke hub ONC atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter jarum atau bagian dalam hub ONC .

R = dengan menghubungkan set infus dengan tepat,kepatenan vena dicapai. Mempertahankan sterilisasi. 19)Lepaskan klem penggeser untuk memulai aliran infus

kecepatan tertentu mempertahankan kepetenan selang intra vena.

R= Memungkinkan aliran vena, mencegah obstruksi aliran larutan IV.

20)Fiksasi kateter IV atau jarum: 21)Lepaskan sarungsebelah kiri

R = agar plester tidak menempel pada sarung tangan. 22)Tempelkan plester kecil(1-25 cm) di bawah hub kateter dg

(34)

R : Mencegah kateter lepas darivena tanpa sengaja.

23)Berikan sedikit larutan atau salep yodium-povidin pada tempat pungsi. Biarkan larutan mengering sesuai dengan kebijakan lembaga.

R : Larutan atau salep yodium-povidin merupakan antiseptic topical mengurangi bakteri pada kulit, mengurangi resiko infeksi local atau sistemik. Apabila menggunakan balutan trasparan, larutan povidin direkomendasikan.

24)Tempelkan plester yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter.

R : Mencegah terlepasnya infus IV secara tidak sengaja

tempatkan kasa yang berukuran 4 cm di atas fungsi vena dan hub kateter. Jangan menutupi hubungan antara selang intravena dan hub kateter. Tempelkan lembar plaster mengikuti panjang kasa sepanjang 9 cm.

R = mengurangi penularan mikroorganisme

25)Tulis tanggal ,waktu pemasangan selang IV ,ukuran jarum, tanda tangan serta perawat pada plaster.

R = Memberikan data tentang tanggal insersi IV dan dapat

(35)

26)Atur kecepatan aliran, mengoreksi tetesan per menit

R = R memoertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar

27)Observasi klien setiap jam untuk menentukan responnya terhadap terapi cairan: 1. Jumlah larutan benar dan sesuai dangan program yang ditetapkan 2. Kecepatan aliran(tetesan per menit ) 3. Kepatenan intra vena 4. Tidak terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi.

R = memberikan evaluasi type dan jumlah cairan yang di berikan kepada klien secara berkesinambungan. inspeksi per jam mencegah terjadinya beban cairan berlebih tanpa sengaja atau hidrasi yang tidak adekuat

28)Evaluasi

Setelah di lakukan pemasangan infus pada klien, tidak terlihat atau terdapat tanda-tanda peradangan.

29)Dokumentasi

(36)

Catatan: R= Rasionalisasi

3. Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tahun 2008, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk pada ajaran dan aturan. Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat pada aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang harus dijalankan. Green dan Kreuter(2000) mengatakan kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang merupakan hasil daripada segala macam pengalaman maupun interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kepatuhan (complying) merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Smeth (2004) mengatakan bahwa kepatuhan adalah ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditetapkan.

(37)

mengikatkan diri pada suatu posisi atau tindakan, kita akan lebih mudah memenuhi permintaan akan suatu hal yang konsisten dengan posisi atau tindakan sebelumnya.

Dalam prinsip hubungan sosial atau rasa suka, kita cenderung lebih mudah memenuhi permintaan teman atau orang yang kita suka daripada permintaan orang yang tidak kita kenal, atau kita benci.Dalam prinsip kelangkaan, kita lebih menghargai dan mencoba mengamankan objek yang langka atauberkurang ketersediaannya.Dalam prinsip timbale balik, kita lebih mudah memenuhi permintaan dari seseorang yang sebelumnya telah memberikan bantuan kepada kita. Dalam prinsip validasi sosial, kita lebih mudah memenuhi permintaan untuk melakukan suatu tindakan jika konsisten dengan apa yang kita percaya, orang lain akan melakukannya juga. Dalam prinsip otoritas, kita lebih mudah memenuhi permintaan orang lain yang memiliki otoritas yang diakui, atau setidaknya tampak memiliki otoritas.

Menurut Fishben dan Ajzen (1980), terdapat dua aspek pokok dalam hubungan antara sikap dengan perilaku, yaitu:

a. Aspek keyakinan terhadap perilaku.

(38)

tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu. Aspek ini merupakan aspek pengetahuan individu tentang objek sikap.Pengetahuan individu tentang objek sikap dapatpula berupa opini individu tentang hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu objeksikap, maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya.

b. Aspek evaluasi akan akibat perilaku.

(39)

dilakukannya, akan meningkatkan keyakinan bahwa yang dilakukannya adalah benar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan tenaga keperawatan menurut Widyaningtyas (2010) adalah faktor tenaga, faktor lingkungan dan organisasi.Faktor tenaga, diantaranya urusan tugas perawat, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja.Faktor lingkungan, diantaranya tipe dan lokasi rumah sakit, fasilitas dan jenis pelayanan, kelengkapan peralatan medis, pelayanan penunjang dan macam kegiatan yang dilaksanakan seperti penyuluhan dan kunjungan rumah.Faktor organisasi diantaranya mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan. 43

B. Penelitian Terdahulu

1. Pasaribu, M (2008) dengan judul “ Analisis Pelaksanaan Standar prosedur operasional Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan”. Variabel

(40)

yang diobservasi terdapat kejadian flebitis sebanyak 52 orang dan yang tidak flebitis 48 orang dan penilaian pelaksanaan pemasangan infus yang sesuai Standar prosedur operasional dalam kategori baik 27%, sedang 40%, dan buruk 33%.

2. Syarif, Aminudin Muh (2012) dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar prosedur operasional Pemasangan Infus di Ruang Merak RSUP Dr Kariadi Semarang.” Variabel yang diteliti yakni

pengetahuan, sikap, dan motivasi. Jenis penelitian yakni deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Sebanyak 36 (73,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Sikap responden sebagian besar baik. Sikap responden sebagian besar baik sebanyak 28 responden (57,1%). Motivasi responden sebagian besar motivasi tinggi sebanyak 25 responden (51,0%). Kepatuhan responden sebagian patuh sebanyak 29 responden (59,2%). Hasil uji statistic menggunakan korelasi rank spearman didapatkan ada hubungan pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 3. Widyaningtyas, KS (2010) dengan judul“ Analisis Faktor-Faktor

(41)

Asuhan Keperawatan”. Variabel yang diteliti yakni kepatuhan

pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan sebagai variable terikat dan variable bebas yang meliputi unsur masukan, lingkungan, dan proses. Jenis penelitian yaitu deskriptif dengan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara unsur tenaga (p value=0,003), pelatihan (p value= 0,001), sarana (p value=0,006), supervise (p value= 0,0017), reward (p value= 0,0017), punishment (p value=0,002), waktu (p value=0,037), waktu (p value=0,037), kegunaan (p value=0,0013) dan motivasi (p value= 0,002) dengan pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan (p,0,005), dengan uji regresi logistic didapatkan faktor yang dominan yaitu unsur tenaga (sig:0,004) dan motivasi (sig: 0,011). Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara unsur, tenaga, pelatihan, sarana, supervise, reward, punishment, waktu, kegunaan dan motivasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus.

(42)

PKU Muhammadiyah Jogjakarta Unit II.Jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan penelitian studi kasus.Variabel dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional pemasangan infus pada anak.

C. LandasanTeori

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin (KBBI,2008). Menurut Fishben & Ajzen, 1980, terdapatdua prinsip dasar dalam hal kepatuhan. Hal-hal tersebut yakni keyakinan terhadap perilaku yang dilakukan dan evaluasi akan akibat dari perilaku yang dilakukan.

(43)

infus merujuk kepada SPO Pemasangan Infus pada Anak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II Jogjakarta.

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1a. Kerangka Teori (Fishben & Ajzen, 1980)

Gambar 2.1b SPO Pemasangan Infus RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Aspek keyakinan terhadap perilaku.

Aspek evaluasiakan akibat dari perilaku

Motif/ niat Perubahan perilaku

Persiapan: 1. Peralatan

2. Tahap Prainteraksi

Interaksi Pasien: 1. Tahap Orientasi 2. Tahap Kerja 3. Terminasi

(44)

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

F. PertanyaanPenelitian

1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

2. Bagaimanakah keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

3. Bagaimanakah keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap orientasi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur Aspek keyakinan

(45)

operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

4. Bagaimana evaluasi akan akibat dari perilaku perawat pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang- orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacker, 2003). Fokus utama dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Sedangkan subyek penelitian ini adalah perawat yang ada di IGD Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan (3 shift jaga).

C. Responden

(47)

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil observasi perilaku perawat dalam pemasangan infus dan wawancara mendalam dengan responden.Instrumen observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan menilai pelaksanaan kegiatan pemasangan infus pada anak yang sedang dilakukan oleh perawat. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh peneliti sendiri maupun observer yaitu dokter magang yang sedang bertugas di RS PKU Muhammadiyah Unit II atau kepala ruangan dan observe adalah perawat yang sedang dinilai dalam kegiatan keperawatan. Penilaian atau observasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi yang ditemukan dengan standar prosedur operasional (SPO) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Observasi dilakukan pada perawat yang menangani pemasangan infus pada anak usia 1-5 tahun, dilakukan dalam 1 bulan. Aspek yang dinilai dalam instrumen observasi adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan.Pengisian instrumen dilakukan oleh

a. Peneliti sendiri

(48)

1) Dokter magang atau kepala ruangan yang sedang bertugas di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

2) Dokter magang atau kepala ruangan yang telah memahami penggunaan instrumen observasi tersebut.

c. Observee harus memenuhi criteria, yaitu perawat yang sedang bertugas di ruangan yang sedang dilakukan penilaian atau observasi.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Pada penelitian ini menggunakan jenis wawancara terstruktur, yaitu peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis.

2. Data Sekunder

(49)

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variable yaitu kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus pada anak. Adapun subvariabel dari kepatuhan perawat dalam pemasangan infus yaitu

1. Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.

2. Keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.

3. Keyakinan perawat terhadap perilaku pada tahap orientasi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak. 4. Evaluasi perawat akan akibat dari perilaku yang dilakukan pada

tahap pra - interaksi terkait kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak.

(50)

F. Definisi Operasional

Kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah tingkat konsistensi perawat tentang tata aturan kerja rutin/SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang dinilai berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap responden menggunakan lembar observasi dan wawancara.

(51)

33 Tabel 3.1. Definisi operasional sub variable

Sub variable Definisi Operasional Cara ukur Hasil Ukur

Tingkat kepatuhan Sikap perawat terhadap pasien sesuai dengan SPO pemasangan infus pada anak yang berlaku.

Observasi dan

Sikap yang diyakini perawat pada tahap prainteraksi yang akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Pengetahuan adalah dasar kebenaran atau fakta yang harus diketahui dan diterapkan dalam pekerjaan.

2. Sikap adalah kesedian untuk bereaksi secara positif maupun negative terhadap obyek-obyek tertentu.

3. Opini adalah suatu respon aktif terhadap suatu stimulus, suatu respons yang dikonstruksikan melalui intepretasi pribadi yang berkembang dan menyumbang pada image.

Wawancara Informasi berupa keyakinan responden terhadap perilaku pada tahap pra - interaksi.

Keyakinan terhadap akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Pengetahuan adalah dasar kebenaran atau fakta yang harus diketahui dan diterapkan dalam pekerjaan.

2. Sikap adalah kesedian untuk bereaksi secara positif maupun negative terhadap obyek-obyek tertentu. 3. Opini adalah suatu respon aktif terhadap suatu

stimulus, suatu respons yang dikonstruksikan melalui intepretasi pribadi yang berkembang dan menyumbang pada image.

(52)

34 yang ditimbulkan

pada tahap pra – interaksi. Indikator:

1. Akibat akan sikap. 2.Pendapat orang

lain.

interaksi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Akibat akan sikap adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negative.

2. Pendapat orang lain adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada oang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku baik langsung maupun tidak langsung.

peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap pra - interaksi yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

pemasangan infus pada anak.

Evaluasi akan akibat yang ditimbulkan pada tahap orientasi Indikator:

1. Akibat akan sikap. 2. Pendapat orang

lain.

Evaluasi akan perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan perawat dalam pemasangan infus pada anak.

Indikator:

1. Akibat akan sikap adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negative.

2. Pendapat orang lain adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada oang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat ataupun perilaku baik langsung maupun tidak langsung.

Wawancara Informasi berupa peran evaluasi terhadap perilaku yang dilakukan pada tahap orientasi yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

(53)

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi (checklist) dan wawancara dengan rincian sebagai berikut:

1. Checklist

Checklist digunakan untuk mengetahui tingkat kepatuhan

perawat dalam menerapkan SPO pemasangan infus dengan 38 pernyataan. Alternatif jawaban “ya” untuk aktivitas yang sesuai dengan Checklist, “tidak” untuk aktivitas yang seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan. Penilaian kepatuhan perawat dalam menerapkan SPO pemasangan infus dibagi menjadi 2 kategori (patuh dan tidak patuh) yaitu patuh bila skor 100% dan tidak patuh bila skor <100%.

2. Wawancara

(54)

checklist berupa alasan tidak dilakukannya beberapa SPO yang

berlaku.

H. Analisis Data

1. Pengolahan data melalaui tahapan dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh, kemudian mengelompokkan data. Data kualitatif diolah dengan Microsoft word, yang sebelumnya dilakukan coding sebagai upaya untuk mereduksi data yang diperlukan dalam proses analisis. Data hasil observasi diolah dengan menggunakan Microsoft excel.

2. Analisis data dilakukan dengan menganalisis data-data yang sudah terkumpul dan dikelompokkan terlebih dahulu tanpa harus menunggu semua data terkumpul. Data-data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian dideskripsikan agar mudah dianalisis. Data hasil wawancar mendalam disajikan dalam bentuk naratif selanjutnya dideskriptifkan, kemudian hasil analisis dan intepretasi dilanjutkan dengan membandingkan hasil penelitian sebelumnya atau dengan teori-teori yang ada di literature.

I. Etika Penelitian

(55)

memiliki hak azasi. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II terlebih dahulu, kemudian setelah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Concent

Setiap responden yang terdaftar dalam penelitian ini diberikan lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian. Jika responden bersedia dalam penelitian ini maka harus menandatangani lembar persetujuan ini dan jika tidak bersedia maka haknya tetap dihormati.

2. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

3. Validitas dan Reabilitas

(56)
(57)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Unit II yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta Daerah yang berlokasi di Jln. Wates Km. 5,5, Gamping, Kec.Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II merupakan rumah sakit pendidikan dengan 19 pelayanan. Persyaratan rumah sakit yang bermutu tidak lepas dari ketersediaan fasilitas rumah sakit yang mencakup alat dan instrument, obat-obatan dan ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah dan kompetensi yang memadai. Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan sesuai standar prosedur operasional (Depkes RI, 2007). Pelayanan kesehatan yang berkualitas didukung dengan tersedianya SDM yang berkualitas.

(58)

merupakan petugas rumah sakit yang paling serig melakukan tindakan medis termasuk pemasangan infus intravena.

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk tindakan keperawatan dan di ruangan perawatan termasuk IGD sudah diterapkan SPO pemasangan infus intravena pada pasien anak (Profil RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, 2013). Pemasangan Infus Intravena yang tidak tepat dapat menyebabkan infeksi Nosokomial. Rumah sakit ini telah memiliki komite Pencegah dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan telah menerapkan serta mengembangkan budaya patient safety. Laporan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang berhubungan dengan pemasangan infuse intravena pada bayi di ruang perinatology telah dilaporkan adalah phlebitis ( Profil RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, 2013).

2. Karakteristik Subyek Penelitian

(59)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Karakteristik Frekuensi Prosentase

Jenis Kelamin

Menurut karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan pada tabel diatas diketahui dari 19 orang perawat IGD RS PKU Muhammadiyah Unit II yang diteliti, terdapat jumlah yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yakni laki-laki 9 orang (47%) dan perempuan 10 (53%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar perawat berada pada tingkat pendidikan DIII Keperawatan yakni 12 orang (63%), kemudian 6 orang (32%) berada pada tingkat pendidikan Ners dan sisanya 1 orang (5%) berada pada tingkat pendidikan S1.

3. Hasil Penelitian

(60)

anak, SPO terdiri dari 68 poin dengan 2 jawaban, yaitu dilakukan dan tidak dilakukan.

a. Kepatuhan perawat IGD terhadap SPO Pemasangan Infus

pada Anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Kepatuhan perawat IGD terhadap SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II diperoleh 19 orang dengan 1 orang perawat dapat melakukan 2x pemasangan infus (tidak semua perawat melakukan 2x pemasangan infus), sehingga diperoleh 30 kasus katagori tidak patuh atau sebanyak 100% dari semua responden. Adapun deskripsinya sebagai berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Perawat Berdasarkan Kepatuhan dalam Melaksanakan SPO Pemasangan Infus di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II (N=30)

No. Kepatuahn Perawat

terhadap SPO

Tabel 4.3 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Persiapan Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II

Fase Persiapan Keterangan

Patuh 38%

(61)

Tabel 4.4 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Prainteraksi dan Fase Orientasi Pemasangan Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Fase Keterangan

Tabel 4.5 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Kerja Pemasangan

Infus Berdasarkan SPO di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Fase Kerja Keterangan

Patuh 68%

Tidak Patuh 32%

Tabel 4.6 Data Penilaian Responden dalam Pelaksanaan Fase Terminasi, Fase Dokumentasi dan Sikap Pemasangan Infus Berdasarkan SPO

di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

(62)

Deskripsi perawat IGD berdasarkan kepatuhan dalam menerapkan SPO pemasangan infus pada anak secara visual dapat digambarkan pada grafik berikut:

Grafik kepatuhan perawat dalam menerapkan SPO pemasangan infus pada anak menunjukkan bahwa ketidakpatuhan perawat terutama berada pada fase persiapan: 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14, prainteraksi: 4, orientasi: 2, 3,

Grafik Ketaatan Perawat terhadap

SPO Pemasangan Infus

Grafik Ketaatan Perawat terhadap SPO Pemasangan Infus

(63)

b. Hasil Wawancara (Interview)

CODING PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

a.Pengetahuan

- Tahap Kerja saat pemakaian APD - Waktu yang kurang dan harus

cepat

– Ada pelatihan dari RS sebulan sekali

- Pelatihan tidka spesifik untuk anak - Sering mengikuti seminar diluar – Evaluasi saat operan jaga dan saat

meeting

-Meembaca ulang protap dan sering berlatih

-Menerima feedback kemudian mengoreksi diri sendiri

- Kesadaran dan pengalaman diri sendiri

- Evaluasi dari rumah sakit

- Menimbulkan rasa nyaman bagi perawat dan pasien

- Agar mutu pelayanan meningkat. -Kesempatan luas

- Flexible

- Tidak ada yng mengganggu.

- Kesalahan terbanyak terdapat pada tahap kerja disaat pemakaian APD. - Untuk mengurangi

kesalahan pemasangan infus, perawat melakukan evaluasi internal maupun eksternal.

- Terdapat kesempatan yang luas di rumah sakit untuk melakukan tindakan pemasangan infus sesuai prosedur.

b. Sikap

PERTANYAAN KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Saling mengingatkan dan evaluasi personal

- Saling membantu memperbaiki diri

(64)

c. Opini PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Tindakan yang dilakukan belum tepat dan harus diperbaiki

- Waktu adalah faktor kendala utama.

- Individu membiasakan diri dan sering melakukan evaluasi internal

- Sering mengikuti evaluasi eksternal dari rumah sakit maupun pelatihan diluar rumah sakit.

- SPO dibuat mudah dibaca dan sering dibaca

- Sudah ideal

- Masalah terbesar ada didiri sendiri sehingga perlu memperbaiki diri.

- Hambatan dari stok barang yang terbatas.

- Tindakan pemasagan infus yang dilakukan harus diperbaiki terutama permasalahan waktu. - Untuk meningkatkan

tingkat kepatuhan

a. Akibat akan sikap yang dilakukan PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Sering, setiap saat terutama saat ada KTD

- Setiap saat sering berlatih, buka buku dan saling memotivasi antar teman. - Keduanya sangat berguna

dan saling mendukung - Sangat baik sebagai bahan

pembaruan diri.

- Perawat sering melakukan evaluasi internal dan eksternal karena keduanya sangat penting dan mendukung..

(65)

b. Pendapat orang lain PERTANYAAN

KEYAKINAN

CODING

AXIAL CODING THEMA

- Sangat mempermudah sehingga sering dilakukan koreksi antar pribadi. sangat mempermudah perawat saat melakukukan koreksi pada diri sendiri.

- Tahap saat perawat sering melakukan kesalahan adalah tahap kerja.

- Perawat sering sekali memperingatkan teman sejawat sebagai bahan evaluasi diri.

Wawancara (interview) dilakukan oleh peneliti terhadap kepala perawat IGD yang mewakili perawat pelaksana keseluruhan untuk mengetahui lebih dalam tentang kepatuhan perawat IGD dalam melaksanakan pemasangan infus pada anak berdasarkan SPO di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jumlah responden sebanyak 19 orang dengan beberapa perawat dinilai lebih dari 1x pemasangan infus namun wawancara hanya dilakukan pada kepala ruang yang mewakili perawat secara keseluruhan. Berikut adalah hasil wawancara mendalam dengan kepala perawat.

(66)

Tingkat kepatuhan pemasangan infus pada anak di PKU Muhammadiyah Unit II belum sempurna, terutama pada tahap kerja. Hal ini terlihat dari pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dan penggunaan desinfektan yang masih sering belum sesuai aturan. Hal ini didukung dengan kalimat hasil wawancara yang didapatkan dari responden berikut: “ Masih sering salah mbak, menurut saya pada tahap kerja mbak, seperti pemakaian APD misalnya sarung tangan, oh juga pada saat pemberian desinfektan itu sering tidak dipakai. Karena biasanya tergesa-gesa, atau kesadaran diri juga mbak. Padahal sudah ditempel SPO diman-mana.”“ Seringnya bagian kerja mbak. Karena pada tahap itu kita

harus berpacu dengan waktu. Jadi tidak bisa terlalu sempurna. Pasti ada yang tidak sempurna disalah satu bagian namun masih dalam lingkup aman sih mbak.”

Walaupun sudah dipasang SPO pada beberapa meja periksa dan dinding-dinding ruang IGD Rumah Sakit, namun pelaksanaan pemasangan infus pada anak masih sering tidak sesuai urutan yang sudah ditetapkan di SPO. Hal ini sudah mendapatkan perhatian dari pihak Rumah Sakit.

(67)

Hal ini ditujukan untuk mengurangi tingkat kesalahan saat pemasangan infus sesuai SPO. Disamping itu, perawat secara mandiri selalu berusaha memperbaiki diri sendiri agar patuh terhadap SPO. Sesama perawat saling mengingatkan dan mengevaluasi jika ada yang bertindak tidak sesuai SPO. Semua dilakukan agar penerapan SPO semakin mendekati kesempurnaan. Hal tersebut didukung dengan kalimat : “ Iya mbak, biasanya sebulan sekali ada pelatihan buat perawat tapi kalau itu tidak diimbangi dengan kemauan diri sendiri ya sama sajambak. Yang penting dari dalam diri perawat sendiri berusaha keras untuk taat kepada SPO. Begitu sih mbak.”

“ Ya itu mbak, terus mempebaiki diri sendiri agar lebih baik. Terus

saling mengingatkan antar teman. Ya evaluasi gitu mbak antar individu saja.”

(68)

jadi bahan belajar biar bisa lebih baik. Misal seperti phlebitis gitu. Trus juga kritik dan saran dari temen bangsal lain ataupun bangsal sendiri itu sangat membangun mbak.”

Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pemasangan infus selama ini bukan karena pihak eksternal Rumah Sakit, tetapi karena individu sendiri. Beberapa kesalahan terjadi karena sudah menjadi kebiasaan sejak dulu yang sulit untuk dirubah meskipun sudah diberikan SPO di IGD. Hal ini terutama terjadi pada saat situasi dan waktu yang tidak banyak saat pemasangan infus. Instalasi Gawat Darurat dituntut untuk memasang infus secara cepat terutama dalam kondisi darurat. Hal ini terlihat dari kalimat :

“ Waktu yang harus cepat itu kadang menuntut kita tidak

bisa sempurna sesuai SPO. Pasien-pasiennya kan emergency mbak. Jadi kalau melakukan apapun harus cepat. Nah, kadang ada yang terlewat SPO nya.”

2) Sikap perawat terhadap kesalahan yang terjadi pada saat pelaksanaan pemasangan infus sesuai SPO.

(69)

diperbuat. Hal ini sudah menjadi kebiasaan para perawat di RS PKU Muhammadiyah Unit II. Kebiasaan yang baik ini, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan pemasangan infus pada anak. Hal tersebut di dukung dengan kalimat : “ Ya dibantu saja mbak, sering-sering diingatkan sampai infus dapat terpasang dengan benar sesuai protap.”

3) Pendapat perawat terhadap pelaksanaan pemasangan infus pada anak yang selama ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah unit II.

(70)

mbak”

(71)

4) Tingkat kesadaran perawat terhadap akibat akan sikap yang dilakukan saat pelaksanaan pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah unit II.

(72)

yang tidak diharapkan misalnya. Kita langsung koreksi diri sendiri. Kalau pas lupa, sewaktu operan juga dibahas kok jadi Insya Allah inget terus untuk koreksi diri.”

5) Pengaruh pendapat orang lain pada tahap evaluasi bagi perawat saat pelaksanaan pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah unit II.

(73)

Berikut adalah Bagan Hasil Keseluruhan Wawancara Mendalam yang telah dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II:

Gambar 4.1. Bagan Hasil Wawancara

Kepatuhan Perawat dalam melaksanakan SPO

Pemasangan Infus pada Anak (Fishben & Ajzen):

- Tahap persiapan : 45, 45%

- Tahap interaksi pasien: 43,5%

- Tahap dokumentasi: 71,4% Pengetahuan

- Kesalahan terbanyak pada tahap kerja saat pemasangan APD.

- Untuk mengurangi hal tersebut perawat melakukan evaluasi internal dan eksternal.

- Kesempatan perawat di RS untuk melakukan pemasangan infus sesuai SPO sangat luas.

Sikap

- Perawat akan saling mengingatkan dan

- Tindakan yang dilakukan selama ini belum tepat.

- Perawat rajin melakukan evaluasi internal dan eksternal untuk meningkatkan mutu.

- SPO yang ada selama ini sudah ideal.

Akibat akan sikap yang dilakukan

- Perawat sering melakukan evaluasi keperawatan.

- Evaluasi eksterna dan interna sangat berguna.

- Evaluasi berkala dari rumah sakit sangat dibutuhkan.

Pendapat

- Koreksi dari teman sejawat sangat dibutuhkan.

- Tahap sering ditemukan kesalahan adalah tahap kerja.

- Ada budaya saling

(74)
(75)

57 Tabel 4.7 Rekomendasi dan Rencana Tindakan

Akar masalah Tindakan Tingkat rekomen dasi (Individu,

Individu dan Tim Manajer Kepera watan

(76)

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. JenisKelamin

Dari jumlah responden penelitian,jumlah responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki yakni perempuan 10 orang (53%) dan laki-laki 9 orang (47%). Pada abad ke 21 setelah perang dunia kedua, keperawatan mulai dikembangkan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, dan diikuti oleh perempuan dan perkembangannya. Oleh karena itu jumlah perawat laki-laki dan perempuan setara (Taylor, Lilis dan Lemone, 2005).

b. Tingkat Pendidikan

(77)

2. Kepatuhan terhadap Standar Prosedur Operasional

Pemasangan Infus pada Anak di Bangsal IGD RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Berdasarkan hasil observasi pemasangan infuse pada anak, diperoleh bahwa sebanyak 100% tidak melaksanakan pemasangan infuse pada anak sesuai SPO yang telah ditetapkan. SPO pemasangan infuse pada anak yang berlaku di RS PKU Muhammadiyah Unit II diterbitkan pada tahun 2011. Berdasarkan kebijakan rumah sakit, SPO tersebu takan sering dilakukan evaluasi. Padasaa tpenelitian ini dilakukan, tim akreditasi RS PKU Muhammadiyah Unit II sedang melakukan revisit erhadap SPO yang sebelumnya.

(78)

Jarum yang digunakan untuk pemasangan infus harus diganti setidaknya 3 hari skali (CDC, 2011).

Berdasarkan hambatan yang didapatkan dari wawancara, kendala paling banyak yang didapatkan dalam hal kepatuhan adalah kebiasaan individu perawat sendiri. Kebiasaan internal individu yang telah dilakukan selama ini susah untuk dilakukan perubahan. Hal ini memerlukan proses. Rumah Sakit memberikan evaluasi setiap hari pada saar pergantian shift untuk mengingatkan secara terus menerus kebiasaan-kebiasaan perawat yang belum sesuai SPO. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan pemasangan infus.

Kebiasaan internal yang sulit untuk diubah terkait motivasi internal yang ada pada individu tersebut. Motivasi diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu (Sunaryo, 2004). Jika motivasi perawat tinggi untuk melakukan pemasangan infus sesuai SPO maka kebiasaan salah yang dilakukan selama ini dapat diminimalkan.

(79)

berkemampuan profesional seperti keterampilan intelektual, interpersonal, dan teknikal serta mampu bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan sesuai kode etik profesi. Dengan demikian, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik sehingga kualitas pelayanan perawat akan meningkat (Nursalam, 2011).

3. Evaluasi penerapan teorin Fishbein dan Ajzen di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat didapatkan bahwa sebenarnya salah satu praktik keperawatan yang penting seperti pemasangan infus pada anak ini masih banyak yang harus dibenahi.Ditinjau dari aspek keyakinan terhadap perilaku yang termasuk didalamnya faktor pengetahuan, sikap, dan opini perawat saat pemasangan infus pada anak yang dilaksanakan di RS PKU Unit II masih banyak didapatkan kekurangan sehingga mempengaruhi rendahnya tingkat kepatuhan perawat terhadap SPO pemasangan infus di PKU.

(80)

ilmu yang dimiliki perawat selama ini. Namun hal tersebut tidak membuat tingkat kepatuhan pemasangan infus di RS PKU Unit II menjadi sempurna, hal ini dikarenakan dikarenakan sulitnya mengubah faktor internal atau kebiasaan perawat.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan sesuatu terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Wawan, 2010).

Berdasarkan faktor sikap terhadap kesalahan yang terjadi, antar perawat akan selalu mengadakan evaluasi terhadap kesalahan yang telah dibuat. Hal ini merupakan kebiasaan yang baik. Sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara tertentu (Azwar, 2009). Ketika seorang perawat melakukan kesalahan, sikap internal maupun eksternal dari perawat lain akan segera merespon untuk mengadakan perbaikan.

(81)

sempurna. Selain itu SPO yang ada selama ini masih perlu revisi pada beberapa poin agar lebih mudah diterapkan.

Standar Prosedur Operational merupakan tatacara yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Setyarini, 2013). Diperlukan pembentukan SPO secara sungguh-sungguh agar lebih mudah diterapkan sehingga dapat mewujudkan visi dan misi rumah sakit.

Tingkat kesadaran perawat terhadap akibat akan sikap yang dilakukan saat pelaksanaan pemasangan infus pada anak cukup tinggi. Hal ini dikarenakan evaluasi eksternal maupun internal yang rutin dan sering dilakukan. Tekanan dari kelompok sangat mempengaruhi hubungan interpersonal dan tingkat kepatuhan individu karena individu terpaksa mengalah dan mengikuti aturan mayoritas kelompok walaupun sebenarnya individu tersebut tidak menyetujuinya (Rusmana, 2008).

(82)

dan supervisor akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan perilaku individu(Subyanto, 2009).

Root Cause Analysis (RCA)

Gambar 4.2. RCA

Dari analisis tulang ikan di atas dapat diketahui bahwa adanya laporan KTD setelah pemasangan infus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II disebabkan oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor prosedur: standar prosedur operasional yang telah tersedia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum diterapkan secara maksimal.

Faktor Prosedur

Faktor SDM

Prosedur belum diterapkan maksimal

Sudah terbiasa

(83)

b. Faktor SDM: Ketidakpatuhan dalam melaksanakan SPO yang ada dikarenakan kebiasaan yang sudah sering dilakukan dilapangan yang sukar untuk dirubah.

Kepatuhan perawat dalam penerapan standar pelayanan keperawatan dan standar prosedur operasional sebagai salah satu ukuran keberhasilan pelayanan keperawatan dan merupakan sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia. Penerapan Standar Prosedur Operasional pelayanan keperawatan pada prinsipnya adalah bagian dari kinerja dan perilaku individu dalam bekerja sesuai tugasnya dalam organisasi, dan biasanya berkaitan dengan kepatuhan.

(84)

Pemasangan infus sedapat mungkin sesuai standar prosedur operasional yang telah ditentukan. Pemasangan selalu dilakukan secara steril karena merupakan tindakan infasif yang dapat menyebabkan infeksi. Pencegahan infeksi nosokomial dengan mencuci tangan di RS PKU Muhammadiyah unit II sudah terlaksana dengan baik.

(85)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 19 sampel (30 quesioner) perawat IGD di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II melalui observasi dan wawancara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak masih rendah. Terutama pada tahap kerja (interaksi dengan pasien) saat pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).

Gambar

Gambar 2.1b SPO Pemasangan Infus RS PKU Muhammadiyah
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi operasional sub variable
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukurkepad Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah diberikan Telah diberikan kepada penulis sehingga berhasil menyelesaikan penyusunan laporan skripsi

Asuhan kebidanan pada Ny “F” dilakukan secara berkelanjutan dimulai dari asuhan kehamilan pada Ny “F” pada usia kehamilan 38 minggu, dari hasil pemeriksaan tidak

Peranan formatif antologi Saksi Mata dilatarbelakangi oleh kondisi sosial politk Timor Timur, antara lain insiden Santa Cruz 12 November 1991, invasi militer

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin atlet laki-laki dengan persentase 63,00% dan perempuan sebesar 66,89%, karena kecemasan

sebagai upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan hakekatnya Penelitian ini bertujuan untuk peran serta masyarakat desa tan

Karakter kuantitatif yang diamati pada bagian tongkol yaitu umur munculnya rambut, panjang tongkol, diameter tongkol, panjang tangkai tongkol, dan jumlah baris

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh oksidasi terhadap konsentrasi relatif bulir SPM pada magnetit pasir besi dari Pantai Sunur, Kota Pariaman,

Nilai suseptibilitas yang bergantung pada frequency dependent pada sampel tanah gambut Kalimantan Tengah diambil dari enam titik berbeda berkisar antara -37% - 43% dengan rata-rata