MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF
JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR
(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java)
Oleh
WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN
PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND
ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR
(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java) SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memeroleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN
PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND
ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR
(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java)
Diajukan oleh
WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
iii SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN
PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND
ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR
(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java) Diajukan oleh
WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 16 Desember 2016 Yang terdiri dari
Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si. Ak., CA. Ketua Tim Penguji
Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Ak., CA. Sigit Arie Wibowo, S.E., M.Sc., Ak., CA. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Windasari Citra Kesuma Nomor mahasiswa : 20130420096
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 16 Desember 2016
v
HALAMAN MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al Mujadalah:11)
“Science without religion is lame, religion without science is blind.” (Albert Einstein)
“The Secret of change is to focus all of your energy, not on fighting the old, but on building the new.”
(Socrates)
“Ing Ngarsa Sung Tuladha. Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani.”
(Ki Hajar Dewantara)
“Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut
pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan
membodohkan semua.”
(Pramoedya Ananta Toer)
“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.”
(Pramoedya Ananta Toer)
"Jika tak ada mesin ketik aku akan menulis dengan tangan, jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang, jika tak ada kertas aku akan menulis pada dinding, jika aku
menulis dilarang aku akan menulis dengan tetes darah!" (Wiji Thukul)
"Kata-kata itu selalu menagih padaku, ia selalu berkata: kau masih hidup! aku memang masih utuh dan kata-kata belum binasa."
(Wiji Thukul)
“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi
manusia merdeka.”
(Soe Hok Gi)
“Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi di balik awan hitam. Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini. Menanti, seperti pelangi setia menunggu hujan reda.”
(Efek Rumah Kaca)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati dan penuh dengan suka cita, syukur alhamdulillah ku
curahkan kepada Zat Yang Serba Maha, Allah SWT. Karena betapapun, berkat rahmat serta petunjukNya aku mampu melewati berbagai ujian dan menikmati proses demi proses hingga menjadi seorang sarjana.
Skripsi ini ku persembahkan untuk: Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bekerja keras demi anak-anaknya, mengajarkan bagaimana cara bersikap, berlaku mandiri, rendah hati, juga senantiasa memberikan kasih sayang serta doa-doa baik yang tak akan pernah ada habisnya.
Terima kasih Pak, Bu. Berkat doamu, anakmu kini memeroleh gelar Sarjana Ekonomi yang tertera pada namanya. Ilmu dan pengalaman yang ku dapat adalah buah peluh yang kau perjuangkan setiap hari. Gelar yang ku terima adalah doa agar aku senantiasa bersyukur dan tak lupa akan berbagi.
Ucapan terima kasih ku ucapkan untuk:
Adikku, Fedorova Anggi Kesuma, yang selalu memberikan semangat positif melalui
gurauan-gurauan hangat dan juga transferensi perasaan-perasaan bahagia yang membuatku tergugah untuk lekas menyelesaikan studi dan berusaha menjadi suri tauladan yang baik untuknya.
Saudara-saudara dan kawan-kawanku (Febri, Cahyo, Nilam, Regi, Andi, David, Roni)
yang telah bersedia menemaniku dari pantai selatan hingga ujung pantai utara untuk memeroleh salah satu substansi penting dalam penelitian ini;
Sahabat-sahabatku (Nisa, Syarifa, Indah, Puput, Tian, Sintya), keluarga KSPM (Erik,
Fida, Desi, Totok, Fariz, Heri, Reni, Nia, Nadya, dkk), dan teman-teman akuntansi 2013 yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih pula ku ucapkan untuk pelipur laraku, Muhammad Nashir, yang telah bersedia menampung segala keluh kesahku dan menukarnya dengan dukungan-dukungan psikologis yang mampu menjadikanku pribadi yang lebih percaya diri dan selalu semangat untuk menghadapi tantangan apapun.
Aku ucapkan sungguh-sungguh terima kasih kepada kalian. Terima kasih karena telah menjadi pengumpul pecahan peta yang mengantarku pada impian yang telah ku garis bawahi, juga telah membantu dalam membuat titik temu antara obsesi dengan satu batu penentu rangkai.
Dari semua ini aku mampu menyadari: Perjalanan tak akan setega sia yang dengan mudah akan menihilkan asa. Aku yakin, akan selalu ada upah niat, upah usaha, upah sabar, dan lain macam itu. Mereka bersatu rangkai dan berdiri beranak pinak di atas pundak. Bukan sebagai pemberat, bukan juga sebagai penindih, melainkan sebagai penguat.
vii
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pemoderasian sifat kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Analisis ini menggunakan stres kerja sebagai variabel independen, perilaku disfungsional audit sebagai variabel dependen serta sifat kepribadian dari The Big Five Personality dan komitmen organisasional sebagai variabel moderasi.
Sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Berdasarkan proses penyebaran kuesioner diperoleh sampel sebanyak 91 responden. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear dan Moderated Regressions Analysis (MRA). Pengujian statistik menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan software IBM SPSS 23.
Hasil analisis berdasarkan penggunaan variabel independen menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil interaksi antara stres kerja dengan variabel moderasi menunjukkan dua dari dimensi kepribadian, yaitu openness to experience dan agreeableness, serta komitmen organisasional mampu memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Akan tetapi, dimensi kepribadian lain seperti conscientiousness, extraversion dan neuroticism tidak memiliki dampak signifikan pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian dan komitmen organisasional auditor berperan penting untuk mengurangi kesempatan melakukan perilaku disfungsional audit.
viii
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effectiveness of personality traits and organizational commitment moderation on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This analysis used job stress as an independent variable, dysfunctional audit behavior as dependent variable and personality traits from the Big Five Personality theory and organizational commitment as moderating variables.
The samples used in this study were auditors who work in public accounting firm in the region of D.I. Yogyakarta and Central Java. The samples were taken by purposive sampling method. Based on the distribution of the questionnaire, it obtained sample up to 91 respondents. Statistical methods used in this study were Linear Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The statistic test used multivariate analysis applications with IBM SPSS 23 software.
The results of the analysis based on the use of independent variables showed that job stress have a positive and significant effect on dysfunctional audit behavior. The result of the interaction between job stress to moderating variables showed that two of personality traits, openness to experience and agreeableness, and organizational commitment were able to weaken the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. However, other personality dimensions such as conscientiousness, extraversion and neuroticism do not have a significant impact on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This indicates that auditor personality and commitment organizational are important to reduce the likelihood of dysfunctional audit behaviors.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Pemoderasian Sifat Kepribadian dan Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY dan Jawa Tengah)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memeroleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan bagi auditor dapat menjauhi perilaku disfungsional audit agar laporan audit yang dihasilkan dapat berkualitas tinggi dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu penuh perhatian dan suka cita dalam memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.
x subyek atau responden dalam penelitian ini.
4. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi serta memberikan dorongan, baik yang bersifat materiil maupun non materiil. 5. Adik dan saudara-saudara yang senantiasa memberikan semangat baik untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Prodi Akuntansi yang telah membimbing, memberikan ilmu dan membagikan pengalaman berharga.
7. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dalam administrasi dan lain sebagainya terkait penyelesaian skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan kemudahan serta semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman penelitian dengan topik ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 1. Teori Atribusi (Attribution Theory) Error! Bookmark not defined. 2. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour)
... Error! Bookmark not defined. 3. Teori Stres Kerja (Job Stress Theory) ... Error! Bookmark not
defined.
4. Teori Kepribadian (Personality Theory) ... Error! Bookmark not defined.
5. Komitmen Organisasional (Organizational Commitment) .... Error! Bookmark not defined.
1. Pengaruh Stres Kerja pada Perilaku Disfungsional Audit ... Error! Bookmark not defined.
xiii
3. Pengaruh Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit .. Error! Bookmark not defined. C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Obyek/ Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengambilan Sampel ... Error! Bookmark not defined. D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not
defined.
1. Variabel Dependen ... Error! Bookmark not defined. 2. Variabel Independen ... Error! Bookmark not defined. 3. Variabel Moderasi ... Error! Bookmark not defined. F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Validitas... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. 2. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4. Kriteria Penerimaan Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
xv
2. Uji Hipotesis 2 ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Hipotesis 3 ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan (Interpretasi) ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengaruh Stres Kerja terhadap Perilaku Disfungsional Audit Error!
Bookmark not defined.
2. Pengaruh Pemoderasian Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit . Error! Bookmark not defined.
3. Pengaruh Pemoderasian Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit ... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN .. Error! Bookmark not defined.
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
TABEL 3. 1. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 3. 2. Penilaian Skor Pernyataan Variabel Sifat Kepribadian... Error! Bookmark not defined.
TABEL 3. 3. Pembagian Nomor Berdasarkan Jenis Pernyataan Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 1. Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner…..Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 3. Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 4. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 5. Responden Berdasarkan Jabatan di KAP ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 6. Responden Berdasarkan Lama Bekerja... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 7. Uji Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 8. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Disfungsional Audit ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 9. Hasil Uji Validitas Stres Kerja ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 10. Hasil Uji Validitas Variabel Opennes to Experience ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 11. Hasil Uji Validitas Variabel Conscientiousness.. Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 12. Hasil Uji Validitas Variabel Extraversion ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 14. Hasil Uji Validitas Variabel Neuroticism... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 15. Hasil Uji Validitas Variabel Organisasional Komitmen ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 16. Hasil Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 17. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 18. Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Error! Bookmark not defined.
TABEL 4. 19. Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... Error! Bookmark not defined.
1
DAFTAR GAMBAR
hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Analisis ini menggunakan stres kerja sebagai variabel independen, perilaku disfungsional audit sebagai variabel dependen serta sifat kepribadian dari The Big Five Personality dan komitmen organisasional sebagai variabel moderasi.
Sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Berdasarkan proses penyebaran kuesioner diperoleh sampel sebanyak 91 responden. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear dan Moderated Regressions Analysis (MRA). Pengujian statistik menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan software IBM SPSS 23.
Hasil analisis berdasarkan penggunaan variabel independen menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil interaksi antara stres kerja dengan variabel moderasi menunjukkan dua dari dimensi kepribadian, yaitu openness to experience dan agreeableness, serta komitmen organisasional mampu memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Akan tetapi, dimensi kepribadian lain seperti conscientiousness, extraversion dan neuroticism tidak memiliki dampak signifikan pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian dan komitmen organisasional auditor berperan penting untuk mengurangi kesempatan melakukan perilaku disfungsional audit.
Kata kunci: Stres Kerja; Perilaku Disfungsional Audit; Sifat Kepribadian; Komitmen Organisasional.
relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This analysis used job stress as an independent variable, dysfunctional audit behavior as dependent variable and personality traits from the Big Five Personality theory and organizational commitment as moderating variables.
The samples used in this study were auditors who work in public accounting firm in the region of D.I. Yogyakarta and Central Java. The samples were taken by purposive sampling method. Based on the distribution of the questionnaire, it obtained sample up to 91 respondents. Statistical methods used in this study were Linear Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The statistic test used multivariate analysis applications with IBM SPSS 23 software.
The results of the analysis based on the use of independent variables showed that job stress have a positive and significant effect on dysfunctional audit behavior. The result of the interaction between job stress to moderating variables showed that two of personality traits, openness to experience and agreeableness, and organizational commitment were able to weaken the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. However, other personality dimensions such as conscientiousness, extraversion and neuroticism do not have a significant impact on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This indicates that auditor personality and commitment organizational are important to reduce the likelihood of dysfunctional audit behaviors.
A. Latar Belakang Penelitian
Akuntan publik merupakan profesi akuntansi yang
menyediakan jasa audit independen yang penting bagi eksistensi
penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan
publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan
keandalan pertanggungjawaban laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen (Lestari, 2010). Karena jasa akuntan publik
adalah profesi akuntansi yang bersifat independen, profesi ini
merupakan profesi kepercayaan masyarakat, di mana masyarakat
mengharapkan penilaian yang obyektif dan tidak memihak
terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu
perusahaan.
Profesi akuntan publik memiliki peran yang besar dalam
mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta
meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang
keuangan. UU No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik
menjelaskan bahwa profesi akuntan publik merupakan suatu
profesi yang menghasilkan jasa utama berupa jasa assurance.
Jasa assurance adalah jasa profesional independen untuk
meningkatkan kualitas informasi yang hasilnya akan digunakan
secara luas oleh publik sebagai bahan pertimbangan penting
dalam pengambilan keputusan (Utami, 2015).
Sebagai profesi yang menyediakan jasa audit bagi pihak
eksternal, sudah seharusnya auditor mampu menilai kewajaran
laporan keuangan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku. Penilaian kewajaran tidak hanya didasarkan pada
kompetensi auditor dalam menemukan kekeliruan atau
ketidakberesan dalam laporan keuangan, tetapi auditor eksternal
juga perlu bersikap independen dan memerhatikan kode etik
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya.
Pada praktiknya, masih terdapat banyak kasus yang
ditemukan terkait pelanggaran akuntan internal yang melibatkan
akuntan publik. Sebagai contoh kasus yang terjadi pada tahun
terbukti telah membohongi publik dan investor dengan cara
menggelembungkan keuntungan pada laporan keuangan sejak
tahun 2008 (Alpeyev & Amano, 2015). Kasus yang hampir serupa
sebelumnya juga pernah terjadi pada PT. Kimia Farma yang juga
menyajikan laba bersih lebih tinggi dari seharusnya. Ada pula
kasus pelanggaran Enron yang bekerja sama dengan KAP Arthur
Andersen untuk memanipulasi laporan keuangan. Kasus-kasus
seperti di atas dapat terjadi karena kelalaian auditor eksternal
dalam melakukan proses audit, baik karena kurangnya kompetensi
auditor ataupun karena tingkat independensi yang rendah.
Seorang auditor yang dengan sengaja tidak melaksanakan prosedur
audit sesuai dengan standar mencerminkan perilaku disfungsional
audit.
Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang
menyimpang dari prinsip profesi auditor (Srimindarti & Widati
2015). Perilaku disfungsional audit diartikan oleh Setyaningrum &
Murtini (2014) sebagai perilaku menyimpang yang dilakukan
standar audit. Ketika auditor tidak mengikuti standar audit yang
diberlakukan, maka kualitas pekerjaan akan menjadi korban
meskipun tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap
kinerja pekerjaan (Lestari, 2010). Perilaku disfungsional tersebut
secara lebih lanjut dapat memicu perilaku yang tidak etis yang
dapat menyebabkan kerugian bagi kepentingan orang banyak
(Utami, 2015).
Terdapat banyak faktor yang dapat mendorong seorang
auditor untuk berperilaku disfungsional. Faktor-faktor tersebut
terangkum dalam faktor internal yang merefleksikan karakteristik
personal auditor dan faktor eksternal yang berasal dari situasional
saat melakukan audit (Utami, 2015). Perilaku individu merupakan
cerminan dari sisi personalita, sementara faktor situasionalnya
terjadi ketika akan mendorong seseorang dalam pengambilan
keputusan.
Auditor eksternal sebagai akuntan publik independen
mempunyai peran yang penting dalam pemeriksan laporan
keputusan. Karena akuntan publik memiliki tanggung jawab dan
peran yang besar dalam penentuan kewajaran laporan keuangan
suatu entitas, maka akuntan publik semakin dituntut untuk
meningkatkan kualitas audit dengan berperilaku profesional serta
memerhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan
tugasnya (Rustiarini, 2014). Namun demikian, tuntutan kualitas
audit yang tinggi dapat menimbulkan tekanan yang menyebabkan
stres kerja bagi auditor. Stres kerja yang terjadi pada auditor dapat
memberikan dampak positif ataupun negatif. Stres kerja dengan
dampak positif dapat memberikan motivasi bagi auditor untuk
meningkatkan kualitas audit (Rustiarini, 2014). Akan tetapi, stres
kerja yang berdampak negatif justru akan memicu perilaku
disfungsional pada auditor yang dapat menyebabkan kualitas audit
menjadi berkurang (Fevre dkk., 2003).
Penelitian sebelumnya tentang stres kerja sering kali
dihubungkan dengan profesi auditor. Chen dkk. (2006) menemukan
bahwa stres kerja berpengaruh pada kinerja dan kepuasan kerja.
(Fernet dkk., 2010; Hsieh & Wang, 2012). Penelitian stres kerja
pada perilaku auditor juga dilakukan oleh Golparvar dkk. (2012).
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa stres kerja dengan skor
rendah dapat mereduksi perilaku disfungsional audit, sedangkan
stres kerja dengan skor tinggi dapat berdampak pada peningkatan
perilaku disfungsional audit. Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian Rustiarini (2014) yang menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat stres auditor, maka auditor akan cenderung
melakukan perilaku disfungsional. Di sisi lain, penelitian Rahmi
(2015) tidak menemukan adanya pengaruh stres kerja terhadap
perilaku disfungsional audit.
Dengan hasil penelitian yang masih belum konsisten,
peneliti termotivasi untuk menguji kembali hubungan stres kerja
dengan dysfunctional audit behavior. Penelitian ini penting untuk
dilakukan karena mencoba memberikan pandangan baru pada
hubungan kedua variabel tersebut dengan menambahkan
komitmen organisasional (organizational commitment) sebagai
pemoderasi.
Sifat kepribadian (trait personality) diukur menggunakan
instrumen yang diambil dari penelitian McCrae and Costa (1987),
yaitu The Big Five Personality. Kepribadian tersebut terbagi
menjadi lima dimensi, yaitu: (1) openness to experience, (2)
conscientiousness, (3) extraversion, (4) agreeableness dan (5)
neuroticism. Pada dasarnya, setiap individu memiliki sifat
kepribadian yang berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan
tersebut dapat menyebabkan timbulnya persepsi stres kerja yang
berbeda bagi auditor (Rustiarini, 2014). Oleh sebab itu, variabel
sifat kepribadian dianggap memiliki kemampuan untuk
memoderasi hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit
behavior.
Penelitian sebelumnya megenai sifat kepribadian telah
dilakukan oleh Farhadi dkk. (2012) yang menjadikan pegawai sipil
di organisasi publik Malaysia sebagai sampel penelitian. Farhadi
conscientiousness mempunyai hubungan negatif terhadap perilaku
menyimpang di tempat kerja. Suatu penelitian lain juga
menunjukkan bahwa conscientiousness, agreeableness dan negative
affectivity dapat memoderasi pengaruh stres kerja pada perilaku
kontraproduktif (Bowling & Eschleman, 2010). Namun demikian,
penelitian Jaffar, dkk. (2011) yang menguji pengaruh kelima sifat
kepribadian pada kemampuan auditor untuk mendeteksi
kecurangan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Selain sifat kepribadian, komitmen organisasional juga
berpotensi untuk memengaruhi hubungan stres kerja dengan
dysfunctional audit behaviour. Komitmen organisasional diartikan
oleh Basudewa & Merkusiwati (2015) sebagai sikap yang merefleksi
loyalitas karyawan terhadap organisasional tempat orang itu
bekerja atau mengabdi. Basudewa & Merkusiwati (2015)
menjelaskan bahwa komitmen organisasional dapat menunjukkan
kekuatan relatif untuk berpihak dan berusaha sekuat tenaga
ingin bertahan dalam organisasi dengan berorientasi pada loyalitas
dan partisipasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dkk. (2014);
Basudewa & Merkusiwati (2015); Nelaz (2014); Paino dkk. (2011);
Srimindarti & Widati (2015) menemukan bahwa variabel komitmen
organisasional mempunyai hubungan negatif dengan dysfunctional
audit behavior. Adanya pengaruh negatif komitmen organisasional
pada disfungsional audit berdampak pada kekuatan komitmen
organisasional untuk mereduksi hubungan positif antara turnover
intentions dengan dysfunctional audit behavior, dan memperkuat
hubungan negatif kinerja auditor dengan dysfunctional audit
behavior. Di sisi lain, penelitian Febrina (2012) dan Setyaningrum
(2014) tidak menunjukkan adanya pengaruh dari komitmen
organisasional terhadap dysfunctional audit behavior.
Penelitian tentang sifat kepribadian dan komitmen
organisasional sebagai pemoderasi hubungan stres kerja dengan
perilaku disfungsional pada akuntan publik di Indonesia masih
berkaitan dengan stres kerja dan perilaku disfungsional juga masih
terdapat kontroversi atau ketidakkonsistenan pada hasil-hasil
penelitian. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk menguji
kembali dan mengembangkan penelitian mengenai pengaruh
variabel sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai
moderator hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional
audit.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Efektivitas Pemoderasian
Sifat Kebribadian dan Komitmen Organisasional pada
Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY – Jawa
Tengah)”. Secara garis besar, penelitian ini merujuk pada
penelitian Farhadi dkk. (2012) yang dilakukan di Malaysia berjudul
Agreeableness and Conscientiousness as Antecedents of Deviant
Behavior in Workplace, dengan mengembangkan model penelitian
yang menguji pengaruh stres kerja pada perilaku disfungsional
sebagai pemoderasi yang diambil dari penelitian Rustiarini (2014),
serta menambahkan variabel moderasi lain, yaitu komitmen
organisasional yang diadopsi dari penelitian di Indonesia yang
dilakukan oleh Mindarti & Puspitasari (2014).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dibedakan berdasarkan empirical gap, di mana penelitian
terdahulu yang meneliti pengaruh sifat kepribadian sebagai
pemoderasi stres kerja pada perilaku disfungsional audit hanya
dilakukan pada organisasi publik di Malaysia oleh Farhadi dkk.
(2012), sedangkan penelitian di Indonesia hanya dilakukan pada
KAP di Bali oleh Rustiarini (2014). Emprical gap menyatakan
adanya perbedaan empirik, di mana pengetahuan yang diperoleh
seseorang dari suatu pengalaman di tempat satu belum tentu sama
di tempat yang lain. Oleh karena itu, peneliti mencoba menguji
kembali pengaruh variabel tersebut di tempat yang berbeda, yaitu
menggunakan sampel auditor eksternal yang terdapat di DIY dan
Penelitian ini juga berbeda karena penelitian sebelumnya
yang mencoba menguji pengaruh variabel komitmen organisasional
sebagai moderator hanya terbatas pada hubungan turnover
intentions dan kinerja auditor dengan perilaku disfungsional audit
(Mindarti & Puspitasari, 2014). Sementara itu, penelitian ini
mencoba menguji pengaruh variabel moderator komitmen
organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku
disfungsional audit.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku
disfungsional audit?
2. Apakah sifat kepribadian openness to experience memperlemah
hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional
3. Apakah sifat kepribadian conscientiousness memperlemah
hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional
audit?
4. Apakah sifat kepribadian extraversion memperlemah hubungan
positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?
5. Apakah sifat kepribadian agreeableness memperlemah
hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional
audit?
6. Apakah sifat kepribadian neuroticism memperkuat hubungan
positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?
7. Apakah komitmen organisasional memperlemah hubungan
positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa stres
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat
kepribadian openness to experience dapat memperlemah
hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional
audit.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat
kepribadian conscientiousness dapat memperlemah hubungan
positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat
kepribadian extraversion dapat memperlemah hubungan positif
stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.
5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat
kepribadian agreeableness dapat memperlemah hubungan
positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.
6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat
kepribadian neuroticism dapat memperkuat hubungan positif
7. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa
komitmen organisasional dapat memperlemah hubungan positif
stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang
dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi
pengembangan ilmu akuntansi keperilakuan sebagai sumber
bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis
dan bukti empiris mengenai pengaruh moderasi sifat
kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres
kerja dengan perilaku disfungsional audit.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
partner Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh
auditor untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perilaku disfungsional audit yang berkaitan
dengan stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen
organisasional sebagai karakteristik personal auditor, sehingga
auditor dapat mengendalikan stres pada dirinya untuk dapat
meningkatkan kinerja dalam menghasilkan laporan audit yang
A. Landasan Teori
1. Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori atribusi digunakan untuk menjelaskan berbagai
penyebab atau motif mengapa seseorang melakukan suatu
tindakan tertentu (Robbins & Judge, 2008). Teori ini
memberikan pemahaman bahwa pencapaian kinerja seseorang
di masa datang disebabkan oleh kegagalan atau kesuksesan
atas tugas yang dilakukan sebelumnya (Rustiarini, 2014). Teori
atribusi menurut Ivancevich dkk. (2007) merupakan teori yang
menjelaskan bagaimana cara menilai perilaku seseorang yang
ditentukan apakah berasal dari dalam dirinya (internal) atau
lingkungan (eksternal).
Penyebab perilaku seseorang dalam persepsi sosial
menurut Wade & Travis (2008) lebih dikenal dengan istilah
dispositional attributions (penyebab internal) dan situtional
attributions (penyebab eksternal). Dispositional attributions
cenderung mengarah pada aspek perilaku individual berupa
sesuatu yang pada dasarnya sudah ada dalam diri setiap orang,
seperti sifat pribadi dan persepsi diri. Sementara itu, situtional
attributions lebih mengacu pada perilaku individu yang
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti kondisi sosial, nilai sosial
dan pandangan masyarakat.
Soekarso & Putong (2015) menjelaskan bahwa penyebab
atribusi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu consensus,
distinctiveness dan consistency. Perilaku consensus (konsensus)
merupakan perilaku yang ditunjukkan ketika semua orang yang
menghadapi situasi serupa merespon situasi tersebut dengan
cara yang sama. Perilaku distinctiveness (kekhususan)
menunjukkan bahwa individu dalam situasi yang berlainan
maka akan menghasilkan perilaku yang berlainan. Sementara
itu, consistency (konsistensi) menunjukkan adanya perilaku
Teori atribusi menjelaskan lebih dalam tentang cara-cara
kita menilai suatu hal secara berlainan, tergantung bagaimana
kita menghubungkan suatu makna ke dalam perilaku tertentu
(Wade & Travis, 2008). Oleh sebab itu, teori ini dapat digunakan
untuk menilai atribusi perilaku individu yang berkaitan dengan
stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen organisasional
seorang auditor.
2. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit
Behaviour)
Dysfunctional audit behavior (DAB) merupakan suatu
bentuk reaksi terhadap lingkungan yang berkaitan dengan
sistem pengendalian (Donnelly dkk., 2003). Sistem pengendalian
yang berlebih dalam suatu organisasi dapat mengakibatkan
timbulnya konflik yang mengarah pada perilaku disfungsional.
Donnelly dkk. (2003) menjelaskan apabila auditor bersikap
menerima perilaku disfungsional, hal tersebut mengindikasikan
Perilaku disfungsional audit dapat memberikan pengaruh
pada kualitas audit, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung di
antaranya adalah premature sign off dan altering atau replacing
audit procedures (Donnelly dkk., 2003; Maryanti, 2005).
Premature sign off atau penghentian prematur atas prosedur
audit berkaitan dengan penghentian prosedur audit secara dini
yang dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan
penugasan. Sementara itu, altering atau replacing audit
procedures berkaitan dengan penggantian prosedur audit yang
telah ditetapkan untuk melakukan audit di lapangan.
Perilaku yang dapat memengaruhi kualitas audit secara
tidak langsung adalah underreporting of time (Donnelly dkk.,
2003; Maryanti, 2005). Perilaku under reporting of time terjadi
ketika auditor menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan
kepadanya tetapi ia tidak melaporkan waktu yang sebenarnya
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Perilaku
memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan tugas audit
sesuai dengan batas waktu yang dianggarkan, dengan tujuan
untuk memeroleh evaluasi kinerja personal yang lebih baik
(Otley & Pierce, 1995).
3. Teori Stres Kerja (Job Stress Theory)
Stres kerja (job stress) adalah suatu perasaan tertekan
yang dialami atau dirasakan oleh individu ketika sedang
menghadapi suatu pekerjaan (Biron dkk., 2014). Spielberger &
Sarason (2014) menyebutkan bahwa stres kerja merupakan
tuntutan-tuntutan eksternal seseorang, seperti obyek-obyek
dalam lingkungan atau suatu stimulus yang berbahaya secara
obyektif. Stres juga bisa diartikan sebagai suatu tekanan serta
ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal
dari luar diri seseorang.
Stres tidak selamanya bersifat negatif, stres juga bisa
bersifat positif apabila terdapat peluang yang menawarkan
stres menjadi dua jenis, yaitu eustress dan distress. Eustress
adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat positif,
sehat dan bersifat membangun (konstruktif). Sementara itu,
distress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang
bersifat negatif, tidak sehat dan bersifat merusak (destruktif).
1. Teori Kepribadian (Personality Theory)
Teori personality merupakan bagian ilmu psikologi yang
membahas korelasi antara karakteristik, proses perkembangan
psikologis, perbedaan individu, serta penjabaran sifat manusia
yang diketahui melalui tindakan apa yang akan diambil dalam
situasi tertentu (Boeree dkk., 2006). Personality theory dapat
digunakan untuk melandasi pengaruh sifat kepribadian pada
hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.
Konsep sifat kepribadian dalam penelitian ini
menggunakan The Big Five Personality atau The Big Five
Inventory yang dikembangkan oleh McCrae & Costa (1987).
Konsep ini membagi sifat kepribadian menjadi lima dimensi,
a. Opennes to Experience (O)
Sifat openness to experience atau yang biasa
disimbolkan dengan kepribadian “O” merupakan faktor yang
paling sulit untuk dideskripsikan. Hal tersebut dikarenakan
faktor ini tidak memiliki arti yang sejalan dengan bahasa
yang digunakan. Openness mengarah pada bagaimana
seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu idea
atau situasi yang baru.
Seseorang dengan sifat openness mempunyai ciri-ciri
mudah bertoleransi, mempunyai kapasitas besar untuk
menyerap informasi, sangat fokus, serta waspada pada
berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang
dengan tingkat openness yang tinggi dideskripsikan sebagai
seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness,
dan a world of beauty. Sementara itu, seseorang yang
memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai
kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama. Tingkat
berpikiran sempit, konservatif dan tidak menghendaki
adanya perubahan.
b. Conscientiousness (C)
Conscientiousness atau disimbolkan dengan
kepribadian “C” dapat disebut sebagai dependability,
impulse control dan will to achieve. Sifat kepribadian ini
menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline
seseorang. Seseorang dengan conscientiousness digambarkan
dengan seseorang yang mempunyai kontrol terhadap
lingkungan sosial, mampu berpikir sebelum bertindak,
dapat menunda kepuasan, mampu mengikuti peraturan dan
norma, memiliki rencana yang terorganisir dan
memprioritaskan tugas. Di sisi lain, seseorang dengan sifat
kepribadian ini juga dapat menjadi sangat perfeksionis,
kompulsif, workaholic dan membosankan. Individu dengan
tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap
c. Extraversion (E)
Extraversion atau kepribadian “E” bisa juga disebut
sebagai dominance-submissiveness. Sifat extraversion
dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme
yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif,
energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic
dan ramah terhadap orang lain. Individu dengan sifat
extraversion juga memiliki tingkat motivasi yang tinggi
dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan
biasanya menjadi dominan dalam lingkungannya. Seseorang
yang memiliki faktor extraversion tinggi mempunyai
kemampuan untuk mengingat semua interaksi sosial dan
berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan
dengan seseorang yang memiliki extraversion rendah. Dalam
berinteraksi, individu dengan extraversion juga dianggap
sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving, affectionate dan
d. Agreeableness
Agreeableness atau biasa disimbolkan dengan
kepribadian “A” merupakan sifat kepribadian yang
mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki
kepribadian yang selalu mengalah, lebih suka menghindari
konflik dan memilki kecenderungan untuk mengikuti orang
lain. Seseorang dengan skor agreeableness tinggi
digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu,
pemaaf dan penyayang. Namun demikian, ditemukan
beberapa konflik pada hubungan interpersonal orang yang
memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, di mana self
esteem mereka akan cenderung menurun ketika berhadapan
dengan konflik.
e. Neuroticism (N)
Neuroticism atau biasa disimbolkan dengan
kepribadian “N” dideskripsikan dengan seseorang yang
memiliki masalah dengan emosi yang bersifat negatif seperti
mereka dianggap labil dan suka mengubah perhatian
menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang dengan
tingkat neuroticism rendah cenderung merasa lebih bahagia
dan puas terhadap hidupnya dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi.
Sementara itu, seseorang dengan tingkat neuroticism yang
tinggi adalah pribadi yang mudah mengalami kecemasan,
marah, depresi dan memiliki kecenderungan emotionally
reactive.Tingkat neurotism tinggi juga dapat membuat
individu kesulitan dalam menjalin hubungan dan
berkomitmen, serta memiliki tingkat self esteem yang
rendah.
2. Komitmen Organisasional (Organizational Commitment)
Komitmen organisasionl merupakan sikap yang mencerminkan
loyalitas seseorang pada organisasi tempat ia bekerja, sehingga individu
sebagai anggota organisasi tersebut dapat mengekspresikan perhatiannya
untuk meraih keberhasilan dan kemajuan yang berkelanjutan pada
organisasinya (Basudewa & Merkusiwati, 2015). Komitmen
seseorang untuk selalu berpihak dan terlibat dalam organisasi, keinginan
untuk melakukan yang terbaik, dan keinginan untuk bertahan dalam
organisasi merupakan orientasi individu terhadap organisasi dalam hal
loyalitas, identifikasi dan keterlibatan.
Komitmen organisasional dinilai sebagai derajat sejauh mana
keterlibatan seorang dalam organisasinya dan menggambarkan kekuatan
identifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu (Nelaz, 2014). Komitmen
organisasional ditandai dengan tiga hal yaitu:
a. adanya kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan
dapat menerima tujuan-tujuan serta norma-norma
organisasi;
b. memiliki keinginan yang kuat untuk memelihara dan
mempertahankan hubungan yang baik dan kuat dengan
organisasi; serta
c. memiliki kesiapan dan kesediaan untuk mengerahkan usaha
keras demi kepentingan dan keberhasilan organisasi.
B. Penurunan Hipotesa
1. Pengaruh Stres Kerja pada Perilaku Disfungsional Audit
Stres dapat muncul ketika seseorang mendapat tekanan
standar-standar yang ditetapkan selama proses pekerjaan. Stres kerja
dapat diartikan sebagai kesadaran atas perasaan tak terkendali
yang dimiliki seseorang akibat timbulnya suatu tekanan yang
membuat tidak nyaman atau dinilai sebagai ancaman di tempat
kerja (Montgomery dkk., 1996). Rustiarini (2014) menjelaskan
bahwa stres kerja pada level tinggi dapat menyebabkan
gangguan stabilitas emosional yang berpengaruh terhadap
perilaku kerja yang menyimpang. Kondisi tersebut dapat
dialami oleh auditor karena sering berhadapan dengan banyak
pekerjaan dan dituntut untuk menyelesaikannya dengan waktu
yang terbatas.
Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti hubungan
stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Chen dkk.
(2006) menemukan bahwa beberapa auditor pada tingkat
tertentu tidak menganggap stres kerja sebagai beban,
melainkan sebagai motivasi bekerja. Namun demikian, hasil
penelitian Hsieh & Wang (2012) menunjukkan bahwa stres kerja
tersebut didukung oleh Rustiarini (2014), Utami (2015) dan
Golparvar dkk. (2012) yang menunjukkan adanya hubungan
positif antara stres kerja pada level tinggi dengan perilaku
disfungsional audit. Sementara itu, Rahmi (2015) tidak
menemukan hubungan antara stres kerja dengan perilaku
disfungsional audit.
Menurut peneliti, tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi
secara otomatis akan memaksa auditor untuk bekerja lebih
keras. Ketika seseorang merasa tidak mampu mengatasi
tekanan tersebut maka auditor akan mengalami stres kerja.
Apabila auditor tidak memiliki kemampuan dan kekuatan yang
cukup untuk mengontrol stres kerja yang dialami atas tuntutan
pekerjaannya, maka auditor akan terpicu untuk melakukan
perilaku disfungsional. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H1: Stres kerja berpengaruh positif pada perilaku disfungsional
2. Pengaruh Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres Kerja
dengan Perilaku Disfungsional Audit
Sifat kepribadian merupakan pondasi yang menjadi dasar
untuk mendeskripsikan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang
menyusun suatu kepribadian setiap individu (Barrick & Mount,
2005). Konsep sifat kepribadian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu konsep The Big Five Personality yang
dipopulerkan oleh McCrae & Costa (1987). Konsep kepribadian
tersebut dibagi menjadi lima dimensi, yaitu: (1) openness to
experience, (2) conscientiousness, (3) extraversion,(4)
agreeableness, dan (5) neuroticism.
Auditor dengan kepribadian openness to experience atau
kepribadian “O” mempunyai ciri mudah bertoleransi, kreatif,
memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, berwawasan luas,
imajinatif, dan memiliki keterbukaan terhadap hal-hal yang
baru (Goldberg dkk., 1990). Denissen & Penke (2008)
ini mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
meskipun dengan informasi terbatas dan waktu yang singkat.
Rustiarini (2014) menemukan bahwa auditor yang
memiliki sifat kepribadian ini tidak memiliki kecenderungan
untuk melakukan perilaku disfungsional meskipun ia sedang
mengalami stres kerja. Namun demikian, Kraus dalam
Rustiarini (2014) menemukan bahwa seseorang dengan sifat
openness to experience tinggi cenderung memiliki kinerja yang
rendah. Sementara itu, Jaffar, dkk. (2011) tidak menemukan
hubungan antara sifat kepribadian “O” dengan kemampuan
auditor dalam mendeteksi kecurangan.
Menurut peneliti, auditor dengan kepribadian “O” yang
tinggi tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku
disfungsional ketika mengalami stres kerja. Hal tersebut dapat
terjadi karena meskipun auditor memeroleh tekanan pekerjaan,
auditor memiliki kemampuan untuk berfikir secara cerdas dan
inovatif dalam menggunakan teknik atau strategi baru untuk
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2a: Openness to experience memperlemah hubungan positif stres
kerja dengan perilaku disfungsional audit.
Sifat kepribadian conscientiousness atau yang
disimbolkan dengan kepribadian “C” digambarkan oleh McCrae
& Costa (1987) dengan sifat yang ambisius, dapat dipercaya,
memiliki kompeten, tidak mudah menyerah, memiliki sikap
tanggung jawab tinggi, menjunjung tinggi kedisiplinan, dan
mampu bertindak secara efisien. Individu dengan kepribadian
“C” yang tinggi berpotensi mampu membuat suatu perencanaan
yang baik dan benar, memiliki orientasi yang serius terhadap
prestasi (Jaffar dkk., 2011) serta karir di masa depan (Nettle,
2006).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farhadi dkk.
(2012) dan Bowling, (2010) menunjukkan bahwa individu yang
menghindari perilaku disfungsional. Di sisi lain, Rustiarini
(2014) menemukan bahwa kepribadian “C” tidak berpengaruh
terhadap hubungan tekanan kerja dengan perilaku
menyimpang.
Menurut peneliti, seseorang yang memiliki sifat
kepribadian conscientiousness tidak memiliki kemungkinan
yang tinggi untuk berperilaku menyimpang meskipun dalam
keadaan stres atas tekanan kerja. Meskipun seorang auditor
mengalami stres kerja, apabila auditor tersebut memiliki
tanggung jawab, kedisiplinan serta berkemampuan untuk
mengelola pekerjaan secara efektif dan efisien, maka auditor
tersebut mampu untuk menghindari perilaku disfungsional
audit. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang
diturunkan adalah sebagai berikut:
H2b: Conscientiousness memperlemah hubungan positif stres
Individu dengan sifat kepribadian extraversion atau
disimbolkan dengan kepribadian “E” dideskripsikan dengan
seseorang yang memiliki semangat tinggi, aktif, pandai
berbicara, suka dengan tantangan, serta memiliki kemampuan
untuk beradaptasi dengan lingkungan secara baik (Judge dkk.,
2002). Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai auditor,
mereka sangat diuntungkan apabila memiliki kepribadian “E”
karena auditor saat ini dituntut untuk fasih dalam melakukan
komunikasi dan interaksi dengan rekan kerja maupun klien
pada saat pelaksanaan tugas (Brigg dkk., 2007). Oleh karena
itu, kepribadian “E” seharusnya dapat mendukung kinerja
akuntan publik menjadi lebih baik.
Akan tetapi, pernyataan di atas tidak didukung oleh
penelitian Kraus dalam Rustiarini (2014) yang menunjukkan
bahwa extraversion tidak mempunyai pengaruh terhadap
prestasi kerja auditor. Hasil penelitian lain juga menemukan
bahwa extraversion tidak memiliki pengaruh pada hubungan
(Lindrianasari dkk., 2012), hubungan stres dengan perilaku
menyimpang (Rustiarini, 2014), serta kemampuan untuk
mendeteksi kecurangan (Jaffar dkk., 2011).
Menurut peneliti, sifat kepribadian extraversion
mempunyai probabilitas untuk mengurangi pengaruh positif
stres kerja pada perilaku auditor yang disfungsional. Auditor
dengan kepribadian “E” akan lebih cenderung menganggap
tekanan kerja sebagai suatu tantangan untuk mengeksplorasi
dan meningkatkan kualitas diri daripada menilainya sebagai
suatu beban. Dengan demikian, kepribadian “E” akan
mengurangi kemungkinan terjadinya dysfunctional behaviour
dalam setiap penugasan audit. Dari uraian di atas, maka
hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H2c: Extraversion memperlemah hubungan positif stres kerja dengan
perilaku disfungsional audit.
Seseorang yang memiliki sifat kepribadian agreeableness atau
kepribadian “A” mempunyai ciri suka membantu, menyenangkan, mudah
memaafkan, kooperatif dan perhatian (Bowling & Eschleman, 2010).
kecenderungan untuk menghindar dari berbagai konflik yang dapat
mengganggu kinerjanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
menciptakan hubungan baik dengan rekan kerja melalui bentuk kerja sama
dan melakukan negosiasi untuk menyelesaikan permasalahan (Graziano &
Tobin, 2002). Beberapa peneliti sebelumnya menemukan adanya hubungan
negatif antara kepribadian “A” dengan keputusan pergantian CEO secara
sukarela (Lindrianasari dkk., 2012) dan perilaku kontraproduktif dalam
organisasi (Berry dkk., 2007; Farhadi dkk., 2012).
Menurut peneliti, ketika seseorang berkepribadian “A” sedang
mengalami stres kerja, ia akan berusaha memerangi tekanan tersebut
dengan membangun team work dan interaksi yang baik sehingga mampu
menghindari perilaku disfungsional. Dengan demikian, hipotesis yang
dirumuskan ialah sebagai berikut:
H2d: Agreeableness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan
perilaku disfungsional audit.
Individu yang memiliki sifat neuroticism personality atau
disimbolkan dengan kepribadian “N” biasanya identik dengan individu
yang mudah mengalami kecemasan, kekhawatiran, mudah merasa
tertekan, sering gelisah dan memiliki emotional reactive sehingga
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya rendah
(Judge dkk., 2002). Sifat kepribadian neuroticism berpotensi merangsang
lingkungan sehingga disebut sebagai kepribadian yang tidak diinginkan
oleh setiap individu.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepribadian “N”
memiliki hubungan negatif dengan kepuasan kerja (Judge dkk., 2002),
tetapi memiliki hubungan positif dengan prestasi kerja (Skyrme dkk.,
2005). Sementara itu, suatu penelitian lain menunjukkan tidak adanya
hubungan antara kepribadian “N” dengan kemampuan mendeteksi
kecurangan (Jaffar dkk., 2011) serta perilaku menyimpang (Rustiarini,
2014).
Peneliti menduga bahwa auditor dengan kepribadian neuroticism
tingkat tinggi memiliki kecenderungan untuk mudah merasa tegang,
cemas, dan depresi ketika sedang mengalami tekanan kerja yang tinggi.
Hal tersebut dapat berdampak pada timbulnya pemikiran-pemikiran
negatif dan mengarah pada dysfunctional behaviour. Oleh karena itu,
peumusan hipotesis dari uraian di atas ialah sebagai berikut:
H2e: Neuroticism memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku
disfungsional audit.
3. Pengaruh Komitmen Organisasional pada Hubungan
Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit
Komitmen organisasional adalah keadaan psikologis
penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi,
serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi (Akhsan & Utaminingsih, 2014). Pada umumnya,
orang yang memiliki rasa komitmen tinggi terhadap organisasi
akan melakukan yang terbaik untuk kemajuan organisasinya
melalui kinerjanya yang lebih baik daripada orang lain,
sehingga seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi
terhadap organisasi akan memiliki kinerja yang tinggi (Febrina,
2012) tanpa melakukan tindakan yang menyimpang
(Setyaningrum & Murtini, 2014).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
komitmen organisasional memberikan pengaruh negatif
terhadap perilaku disfungsional audit (Aisyah dkk., 2014;
Basudewa & Merkusiwati, 2015; Nelaz, 2014; Paino dkk., 2011;
Srimindarti & Widati, 2015). Sementara itu, Mindarti &
dapat memoderasi hubungan antara turnover intentions dan
kinerja auditor terhadap perilaku disfungsional.
Seorang auditor menunjukkan komitmen yang
dimilikinya dengan kerja yang gigih walaupun di bawah tekanan
sekalipun (Aisyah dkk., 2014). Meskipun auditor mengalami
stres kerja, dengan komitmen organisasional yang tinggi, hal
tersebut akan mendorong auditor tersebut untuk menghindari
perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian di atas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Komitmen organisasional memperlemah hubungan positif
stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.
C. Model Penelitian
Berikut ini merupakan kerangka penelitian yang
menggambarkan hubungan antara variabel stres kerja pada
perilaku disfungsional audit dengan sifat kepribadian (openness to
experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan
neuroticism) serta komitmen organisasional sebagai variabel
GAMBAR 3. .
A. Obyek/ Subyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa
Tengah. Sementara itu, subyek pada penelitian ini adalah auditor
yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang terdaftar dalam Direktori
KAP yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik
auditor pada level junior, senior, manajer, dan atau partner.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh, diketahui jumlah KAP
di wilayah DIY dan Jawa Tengah (Surakarta dan Semarang) yang
terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia tahun
2015 yaitu berjumlah 32 KAP. Adapun data selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 3.1. berikut.
TABEL 3. .
Daftar Nama Kantor Akuntan Publik