• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF

JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java)

Oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND

ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memeroleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

ii SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND

ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java)

Diajukan oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

(4)

iii SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND

ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java) Diajukan oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 16 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si. Ak., CA. Ketua Tim Penguji

Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Ak., CA. Sigit Arie Wibowo, S.E., M.Sc., Ak., CA. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Windasari Citra Kesuma Nomor mahasiswa : 20130420096

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 16 Desember 2016

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

(QS. Al Mujadalah:11)

“Science without religion is lame, religion without science is blind.” (Albert Einstein)

“The Secret of change is to focus all of your energy, not on fighting the old, but on building the new.”

(Socrates)

“Ing Ngarsa Sung Tuladha. Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani.”

(Ki Hajar Dewantara)

“Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut

pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan

membodohkan semua.”

(Pramoedya Ananta Toer)

“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.”

(Pramoedya Ananta Toer)

"Jika tak ada mesin ketik aku akan menulis dengan tangan, jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang, jika tak ada kertas aku akan menulis pada dinding, jika aku

menulis dilarang aku akan menulis dengan tetes darah!" (Wiji Thukul)

"Kata-kata itu selalu menagih padaku, ia selalu berkata: kau masih hidup! aku memang masih utuh dan kata-kata belum binasa."

(Wiji Thukul)

“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi

manusia merdeka.”

(Soe Hok Gi)

“Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi di balik awan hitam. Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini. Menanti, seperti pelangi setia menunggu hujan reda.”

(Efek Rumah Kaca)

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan penuh dengan suka cita, syukur alhamdulillah ku

curahkan kepada Zat Yang Serba Maha, Allah SWT. Karena betapapun, berkat rahmat serta petunjukNya aku mampu melewati berbagai ujian dan menikmati proses demi proses hingga menjadi seorang sarjana.

Skripsi ini ku persembahkan untuk: Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bekerja keras demi anak-anaknya, mengajarkan bagaimana cara bersikap, berlaku mandiri, rendah hati, juga senantiasa memberikan kasih sayang serta doa-doa baik yang tak akan pernah ada habisnya.

Terima kasih Pak, Bu. Berkat doamu, anakmu kini memeroleh gelar Sarjana Ekonomi yang tertera pada namanya. Ilmu dan pengalaman yang ku dapat adalah buah peluh yang kau perjuangkan setiap hari. Gelar yang ku terima adalah doa agar aku senantiasa bersyukur dan tak lupa akan berbagi.

Ucapan terima kasih ku ucapkan untuk:

 Adikku, Fedorova Anggi Kesuma, yang selalu memberikan semangat positif melalui

gurauan-gurauan hangat dan juga transferensi perasaan-perasaan bahagia yang membuatku tergugah untuk lekas menyelesaikan studi dan berusaha menjadi suri tauladan yang baik untuknya.

 Saudara-saudara dan kawan-kawanku (Febri, Cahyo, Nilam, Regi, Andi, David, Roni)

yang telah bersedia menemaniku dari pantai selatan hingga ujung pantai utara untuk memeroleh salah satu substansi penting dalam penelitian ini;

 Sahabat-sahabatku (Nisa, Syarifa, Indah, Puput, Tian, Sintya), keluarga KSPM (Erik,

Fida, Desi, Totok, Fariz, Heri, Reni, Nia, Nadya, dkk), dan teman-teman akuntansi 2013 yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih pula ku ucapkan untuk pelipur laraku, Muhammad Nashir, yang telah bersedia menampung segala keluh kesahku dan menukarnya dengan dukungan-dukungan psikologis yang mampu menjadikanku pribadi yang lebih percaya diri dan selalu semangat untuk menghadapi tantangan apapun.

Aku ucapkan sungguh-sungguh terima kasih kepada kalian. Terima kasih karena telah menjadi pengumpul pecahan peta yang mengantarku pada impian yang telah ku garis bawahi, juga telah membantu dalam membuat titik temu antara obsesi dengan satu batu penentu rangkai.

Dari semua ini aku mampu menyadari: Perjalanan tak akan setega sia yang dengan mudah akan menihilkan asa. Aku yakin, akan selalu ada upah niat, upah usaha, upah sabar, dan lain macam itu. Mereka bersatu rangkai dan berdiri beranak pinak di atas pundak. Bukan sebagai pemberat, bukan juga sebagai penindih, melainkan sebagai penguat.

(8)

vii

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pemoderasian sifat kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Analisis ini menggunakan stres kerja sebagai variabel independen, perilaku disfungsional audit sebagai variabel dependen serta sifat kepribadian dari The Big Five Personality dan komitmen organisasional sebagai variabel moderasi.

Sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Berdasarkan proses penyebaran kuesioner diperoleh sampel sebanyak 91 responden. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear dan Moderated Regressions Analysis (MRA). Pengujian statistik menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan software IBM SPSS 23.

Hasil analisis berdasarkan penggunaan variabel independen menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil interaksi antara stres kerja dengan variabel moderasi menunjukkan dua dari dimensi kepribadian, yaitu openness to experience dan agreeableness, serta komitmen organisasional mampu memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Akan tetapi, dimensi kepribadian lain seperti conscientiousness, extraversion dan neuroticism tidak memiliki dampak signifikan pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian dan komitmen organisasional auditor berperan penting untuk mengurangi kesempatan melakukan perilaku disfungsional audit.

(9)

viii

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of personality traits and organizational commitment moderation on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This analysis used job stress as an independent variable, dysfunctional audit behavior as dependent variable and personality traits from the Big Five Personality theory and organizational commitment as moderating variables.

The samples used in this study were auditors who work in public accounting firm in the region of D.I. Yogyakarta and Central Java. The samples were taken by purposive sampling method. Based on the distribution of the questionnaire, it obtained sample up to 91 respondents. Statistical methods used in this study were Linear Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The statistic test used multivariate analysis applications with IBM SPSS 23 software.

The results of the analysis based on the use of independent variables showed that job stress have a positive and significant effect on dysfunctional audit behavior. The result of the interaction between job stress to moderating variables showed that two of personality traits, openness to experience and agreeableness, and organizational commitment were able to weaken the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. However, other personality dimensions such as conscientiousness, extraversion and neuroticism do not have a significant impact on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This indicates that auditor personality and commitment organizational are important to reduce the likelihood of dysfunctional audit behaviors.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Pemoderasian Sifat Kepribadian dan Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY dan Jawa Tengah)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memeroleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan bagi auditor dapat menjauhi perilaku disfungsional audit agar laporan audit yang dihasilkan dapat berkualitas tinggi dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu penuh perhatian dan suka cita dalam memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

(11)

x subyek atau responden dalam penelitian ini.

4. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi serta memberikan dorongan, baik yang bersifat materiil maupun non materiil. 5. Adik dan saudara-saudara yang senantiasa memberikan semangat baik untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Prodi Akuntansi yang telah membimbing, memberikan ilmu dan membagikan pengalaman berharga.

7. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dalam administrasi dan lain sebagainya terkait penyelesaian skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan kemudahan serta semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman penelitian dengan topik ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 1. Teori Atribusi (Attribution Theory) Error! Bookmark not defined. 2. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour)

... Error! Bookmark not defined. 3. Teori Stres Kerja (Job Stress Theory) ... Error! Bookmark not

defined.

4. Teori Kepribadian (Personality Theory) ... Error! Bookmark not defined.

5. Komitmen Organisasional (Organizational Commitment) .... Error! Bookmark not defined.

(13)

1. Pengaruh Stres Kerja pada Perilaku Disfungsional Audit ... Error! Bookmark not defined.

(14)

xiii

3. Pengaruh Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit .. Error! Bookmark not defined. C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Obyek/ Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengambilan Sampel ... Error! Bookmark not defined. D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not

defined.

1. Variabel Dependen ... Error! Bookmark not defined. 2. Variabel Independen ... Error! Bookmark not defined. 3. Variabel Moderasi ... Error! Bookmark not defined. F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Validitas... Error! Bookmark not defined. 2. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 1. Uji Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. 2. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4. Kriteria Penerimaan Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(15)
(16)

xv

2. Uji Hipotesis 2 ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Hipotesis 3 ... Error! Bookmark not defined. D. Pembahasan (Interpretasi) ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengaruh Stres Kerja terhadap Perilaku Disfungsional Audit Error!

Bookmark not defined.

2. Pengaruh Pemoderasian Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit . Error! Bookmark not defined.

3. Pengaruh Pemoderasian Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN .. Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. C. Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

TABEL 3. 1. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 3. 2. Penilaian Skor Pernyataan Variabel Sifat Kepribadian... Error! Bookmark not defined.

TABEL 3. 3. Pembagian Nomor Berdasarkan Jenis Pernyataan Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 1. Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner…..Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 3. Responden Berdasarkan Usia ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 4. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 5. Responden Berdasarkan Jabatan di KAP ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 6. Responden Berdasarkan Lama Bekerja... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 7. Uji Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 8. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Disfungsional Audit ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 9. Hasil Uji Validitas Stres Kerja ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 10. Hasil Uji Validitas Variabel Opennes to Experience ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 11. Hasil Uji Validitas Variabel Conscientiousness.. Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 12. Hasil Uji Validitas Variabel Extraversion ... Error! Bookmark not defined.

(18)

TABEL 4. 14. Hasil Uji Validitas Variabel Neuroticism... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 15. Hasil Uji Validitas Variabel Organisasional Komitmen ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 16. Hasil Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 17. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 18. Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Error! Bookmark not defined.

TABEL 4. 19. Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... Error! Bookmark not defined.

(19)

1

DAFTAR GAMBAR

(20)
(21)
(22)
(23)

hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Analisis ini menggunakan stres kerja sebagai variabel independen, perilaku disfungsional audit sebagai variabel dependen serta sifat kepribadian dari The Big Five Personality dan komitmen organisasional sebagai variabel moderasi.

Sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Berdasarkan proses penyebaran kuesioner diperoleh sampel sebanyak 91 responden. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear dan Moderated Regressions Analysis (MRA). Pengujian statistik menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan software IBM SPSS 23.

Hasil analisis berdasarkan penggunaan variabel independen menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil interaksi antara stres kerja dengan variabel moderasi menunjukkan dua dari dimensi kepribadian, yaitu openness to experience dan agreeableness, serta komitmen organisasional mampu memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Akan tetapi, dimensi kepribadian lain seperti conscientiousness, extraversion dan neuroticism tidak memiliki dampak signifikan pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian dan komitmen organisasional auditor berperan penting untuk mengurangi kesempatan melakukan perilaku disfungsional audit.

Kata kunci: Stres Kerja; Perilaku Disfungsional Audit; Sifat Kepribadian; Komitmen Organisasional.

(24)

relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This analysis used job stress as an independent variable, dysfunctional audit behavior as dependent variable and personality traits from the Big Five Personality theory and organizational commitment as moderating variables.

The samples used in this study were auditors who work in public accounting firm in the region of D.I. Yogyakarta and Central Java. The samples were taken by purposive sampling method. Based on the distribution of the questionnaire, it obtained sample up to 91 respondents. Statistical methods used in this study were Linear Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The statistic test used multivariate analysis applications with IBM SPSS 23 software.

The results of the analysis based on the use of independent variables showed that job stress have a positive and significant effect on dysfunctional audit behavior. The result of the interaction between job stress to moderating variables showed that two of personality traits, openness to experience and agreeableness, and organizational commitment were able to weaken the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. However, other personality dimensions such as conscientiousness, extraversion and neuroticism do not have a significant impact on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This indicates that auditor personality and commitment organizational are important to reduce the likelihood of dysfunctional audit behaviors.

(25)

A. Latar Belakang Penelitian

Akuntan publik merupakan profesi akuntansi yang

menyediakan jasa audit independen yang penting bagi eksistensi

penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan

publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan

keandalan pertanggungjawaban laporan keuangan yang disajikan

oleh manajemen (Lestari, 2010). Karena jasa akuntan publik

adalah profesi akuntansi yang bersifat independen, profesi ini

merupakan profesi kepercayaan masyarakat, di mana masyarakat

mengharapkan penilaian yang obyektif dan tidak memihak

terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu

perusahaan.

Profesi akuntan publik memiliki peran yang besar dalam

mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta

meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang

keuangan. UU No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik

(26)

menjelaskan bahwa profesi akuntan publik merupakan suatu

profesi yang menghasilkan jasa utama berupa jasa assurance.

Jasa assurance adalah jasa profesional independen untuk

meningkatkan kualitas informasi yang hasilnya akan digunakan

secara luas oleh publik sebagai bahan pertimbangan penting

dalam pengambilan keputusan (Utami, 2015).

Sebagai profesi yang menyediakan jasa audit bagi pihak

eksternal, sudah seharusnya auditor mampu menilai kewajaran

laporan keuangan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku. Penilaian kewajaran tidak hanya didasarkan pada

kompetensi auditor dalam menemukan kekeliruan atau

ketidakberesan dalam laporan keuangan, tetapi auditor eksternal

juga perlu bersikap independen dan memerhatikan kode etik

sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya.

Pada praktiknya, masih terdapat banyak kasus yang

ditemukan terkait pelanggaran akuntan internal yang melibatkan

akuntan publik. Sebagai contoh kasus yang terjadi pada tahun

(27)

terbukti telah membohongi publik dan investor dengan cara

menggelembungkan keuntungan pada laporan keuangan sejak

tahun 2008 (Alpeyev & Amano, 2015). Kasus yang hampir serupa

sebelumnya juga pernah terjadi pada PT. Kimia Farma yang juga

menyajikan laba bersih lebih tinggi dari seharusnya. Ada pula

kasus pelanggaran Enron yang bekerja sama dengan KAP Arthur

Andersen untuk memanipulasi laporan keuangan. Kasus-kasus

seperti di atas dapat terjadi karena kelalaian auditor eksternal

dalam melakukan proses audit, baik karena kurangnya kompetensi

auditor ataupun karena tingkat independensi yang rendah.

Seorang auditor yang dengan sengaja tidak melaksanakan prosedur

audit sesuai dengan standar mencerminkan perilaku disfungsional

audit.

Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang

menyimpang dari prinsip profesi auditor (Srimindarti & Widati

2015). Perilaku disfungsional audit diartikan oleh Setyaningrum &

Murtini (2014) sebagai perilaku menyimpang yang dilakukan

(28)

standar audit. Ketika auditor tidak mengikuti standar audit yang

diberlakukan, maka kualitas pekerjaan akan menjadi korban

meskipun tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap

kinerja pekerjaan (Lestari, 2010). Perilaku disfungsional tersebut

secara lebih lanjut dapat memicu perilaku yang tidak etis yang

dapat menyebabkan kerugian bagi kepentingan orang banyak

(Utami, 2015).

Terdapat banyak faktor yang dapat mendorong seorang

auditor untuk berperilaku disfungsional. Faktor-faktor tersebut

terangkum dalam faktor internal yang merefleksikan karakteristik

personal auditor dan faktor eksternal yang berasal dari situasional

saat melakukan audit (Utami, 2015). Perilaku individu merupakan

cerminan dari sisi personalita, sementara faktor situasionalnya

terjadi ketika akan mendorong seseorang dalam pengambilan

keputusan.

Auditor eksternal sebagai akuntan publik independen

mempunyai peran yang penting dalam pemeriksan laporan

(29)

keputusan. Karena akuntan publik memiliki tanggung jawab dan

peran yang besar dalam penentuan kewajaran laporan keuangan

suatu entitas, maka akuntan publik semakin dituntut untuk

meningkatkan kualitas audit dengan berperilaku profesional serta

memerhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan

tugasnya (Rustiarini, 2014). Namun demikian, tuntutan kualitas

audit yang tinggi dapat menimbulkan tekanan yang menyebabkan

stres kerja bagi auditor. Stres kerja yang terjadi pada auditor dapat

memberikan dampak positif ataupun negatif. Stres kerja dengan

dampak positif dapat memberikan motivasi bagi auditor untuk

meningkatkan kualitas audit (Rustiarini, 2014). Akan tetapi, stres

kerja yang berdampak negatif justru akan memicu perilaku

disfungsional pada auditor yang dapat menyebabkan kualitas audit

menjadi berkurang (Fevre dkk., 2003).

Penelitian sebelumnya tentang stres kerja sering kali

dihubungkan dengan profesi auditor. Chen dkk. (2006) menemukan

bahwa stres kerja berpengaruh pada kinerja dan kepuasan kerja.

(30)

(Fernet dkk., 2010; Hsieh & Wang, 2012). Penelitian stres kerja

pada perilaku auditor juga dilakukan oleh Golparvar dkk. (2012).

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa stres kerja dengan skor

rendah dapat mereduksi perilaku disfungsional audit, sedangkan

stres kerja dengan skor tinggi dapat berdampak pada peningkatan

perilaku disfungsional audit. Penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian Rustiarini (2014) yang menyatakan bahwa semakin

tinggi tingkat stres auditor, maka auditor akan cenderung

melakukan perilaku disfungsional. Di sisi lain, penelitian Rahmi

(2015) tidak menemukan adanya pengaruh stres kerja terhadap

perilaku disfungsional audit.

Dengan hasil penelitian yang masih belum konsisten,

peneliti termotivasi untuk menguji kembali hubungan stres kerja

dengan dysfunctional audit behavior. Penelitian ini penting untuk

dilakukan karena mencoba memberikan pandangan baru pada

hubungan kedua variabel tersebut dengan menambahkan

(31)

komitmen organisasional (organizational commitment) sebagai

pemoderasi.

Sifat kepribadian (trait personality) diukur menggunakan

instrumen yang diambil dari penelitian McCrae and Costa (1987),

yaitu The Big Five Personality. Kepribadian tersebut terbagi

menjadi lima dimensi, yaitu: (1) openness to experience, (2)

conscientiousness, (3) extraversion, (4) agreeableness dan (5)

neuroticism. Pada dasarnya, setiap individu memiliki sifat

kepribadian yang berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan

tersebut dapat menyebabkan timbulnya persepsi stres kerja yang

berbeda bagi auditor (Rustiarini, 2014). Oleh sebab itu, variabel

sifat kepribadian dianggap memiliki kemampuan untuk

memoderasi hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit

behavior.

Penelitian sebelumnya megenai sifat kepribadian telah

dilakukan oleh Farhadi dkk. (2012) yang menjadikan pegawai sipil

di organisasi publik Malaysia sebagai sampel penelitian. Farhadi

(32)

conscientiousness mempunyai hubungan negatif terhadap perilaku

menyimpang di tempat kerja. Suatu penelitian lain juga

menunjukkan bahwa conscientiousness, agreeableness dan negative

affectivity dapat memoderasi pengaruh stres kerja pada perilaku

kontraproduktif (Bowling & Eschleman, 2010). Namun demikian,

penelitian Jaffar, dkk. (2011) yang menguji pengaruh kelima sifat

kepribadian pada kemampuan auditor untuk mendeteksi

kecurangan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

Selain sifat kepribadian, komitmen organisasional juga

berpotensi untuk memengaruhi hubungan stres kerja dengan

dysfunctional audit behaviour. Komitmen organisasional diartikan

oleh Basudewa & Merkusiwati (2015) sebagai sikap yang merefleksi

loyalitas karyawan terhadap organisasional tempat orang itu

bekerja atau mengabdi. Basudewa & Merkusiwati (2015)

menjelaskan bahwa komitmen organisasional dapat menunjukkan

kekuatan relatif untuk berpihak dan berusaha sekuat tenaga

(33)

ingin bertahan dalam organisasi dengan berorientasi pada loyalitas

dan partisipasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dkk. (2014);

Basudewa & Merkusiwati (2015); Nelaz (2014); Paino dkk. (2011);

Srimindarti & Widati (2015) menemukan bahwa variabel komitmen

organisasional mempunyai hubungan negatif dengan dysfunctional

audit behavior. Adanya pengaruh negatif komitmen organisasional

pada disfungsional audit berdampak pada kekuatan komitmen

organisasional untuk mereduksi hubungan positif antara turnover

intentions dengan dysfunctional audit behavior, dan memperkuat

hubungan negatif kinerja auditor dengan dysfunctional audit

behavior. Di sisi lain, penelitian Febrina (2012) dan Setyaningrum

(2014) tidak menunjukkan adanya pengaruh dari komitmen

organisasional terhadap dysfunctional audit behavior.

Penelitian tentang sifat kepribadian dan komitmen

organisasional sebagai pemoderasi hubungan stres kerja dengan

perilaku disfungsional pada akuntan publik di Indonesia masih

(34)

berkaitan dengan stres kerja dan perilaku disfungsional juga masih

terdapat kontroversi atau ketidakkonsistenan pada hasil-hasil

penelitian. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk menguji

kembali dan mengembangkan penelitian mengenai pengaruh

variabel sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai

moderator hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional

audit.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Efektivitas Pemoderasian

Sifat Kebribadian dan Komitmen Organisasional pada

Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY – Jawa

Tengah)”. Secara garis besar, penelitian ini merujuk pada

penelitian Farhadi dkk. (2012) yang dilakukan di Malaysia berjudul

Agreeableness and Conscientiousness as Antecedents of Deviant

Behavior in Workplace, dengan mengembangkan model penelitian

yang menguji pengaruh stres kerja pada perilaku disfungsional

(35)

sebagai pemoderasi yang diambil dari penelitian Rustiarini (2014),

serta menambahkan variabel moderasi lain, yaitu komitmen

organisasional yang diadopsi dari penelitian di Indonesia yang

dilakukan oleh Mindarti & Puspitasari (2014).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

dibedakan berdasarkan empirical gap, di mana penelitian

terdahulu yang meneliti pengaruh sifat kepribadian sebagai

pemoderasi stres kerja pada perilaku disfungsional audit hanya

dilakukan pada organisasi publik di Malaysia oleh Farhadi dkk.

(2012), sedangkan penelitian di Indonesia hanya dilakukan pada

KAP di Bali oleh Rustiarini (2014). Emprical gap menyatakan

adanya perbedaan empirik, di mana pengetahuan yang diperoleh

seseorang dari suatu pengalaman di tempat satu belum tentu sama

di tempat yang lain. Oleh karena itu, peneliti mencoba menguji

kembali pengaruh variabel tersebut di tempat yang berbeda, yaitu

menggunakan sampel auditor eksternal yang terdapat di DIY dan

(36)

Penelitian ini juga berbeda karena penelitian sebelumnya

yang mencoba menguji pengaruh variabel komitmen organisasional

sebagai moderator hanya terbatas pada hubungan turnover

intentions dan kinerja auditor dengan perilaku disfungsional audit

(Mindarti & Puspitasari, 2014). Sementara itu, penelitian ini

mencoba menguji pengaruh variabel moderator komitmen

organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku

disfungsional audit.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku

disfungsional audit?

2. Apakah sifat kepribadian openness to experience memperlemah

hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional

(37)

3. Apakah sifat kepribadian conscientiousness memperlemah

hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional

audit?

4. Apakah sifat kepribadian extraversion memperlemah hubungan

positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

5. Apakah sifat kepribadian agreeableness memperlemah

hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional

audit?

6. Apakah sifat kepribadian neuroticism memperkuat hubungan

positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

7. Apakah komitmen organisasional memperlemah hubungan

positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa stres

(38)

2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat

kepribadian openness to experience dapat memperlemah

hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional

audit.

3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat

kepribadian conscientiousness dapat memperlemah hubungan

positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat

kepribadian extraversion dapat memperlemah hubungan positif

stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat

kepribadian agreeableness dapat memperlemah hubungan

positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat

kepribadian neuroticism dapat memperkuat hubungan positif

(39)

7. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa

komitmen organisasional dapat memperlemah hubungan positif

stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang

dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi

pengembangan ilmu akuntansi keperilakuan sebagai sumber

bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis

dan bukti empiris mengenai pengaruh moderasi sifat

kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres

kerja dengan perilaku disfungsional audit.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

partner Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan

yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

(40)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh

auditor untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan perilaku disfungsional audit yang berkaitan

dengan stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen

organisasional sebagai karakteristik personal auditor, sehingga

auditor dapat mengendalikan stres pada dirinya untuk dapat

meningkatkan kinerja dalam menghasilkan laporan audit yang

(41)

A. Landasan Teori

1. Teori Atribusi (Attribution Theory)

Teori atribusi digunakan untuk menjelaskan berbagai

penyebab atau motif mengapa seseorang melakukan suatu

tindakan tertentu (Robbins & Judge, 2008). Teori ini

memberikan pemahaman bahwa pencapaian kinerja seseorang

di masa datang disebabkan oleh kegagalan atau kesuksesan

atas tugas yang dilakukan sebelumnya (Rustiarini, 2014). Teori

atribusi menurut Ivancevich dkk. (2007) merupakan teori yang

menjelaskan bagaimana cara menilai perilaku seseorang yang

ditentukan apakah berasal dari dalam dirinya (internal) atau

lingkungan (eksternal).

Penyebab perilaku seseorang dalam persepsi sosial

menurut Wade & Travis (2008) lebih dikenal dengan istilah

dispositional attributions (penyebab internal) dan situtional

(42)

attributions (penyebab eksternal). Dispositional attributions

cenderung mengarah pada aspek perilaku individual berupa

sesuatu yang pada dasarnya sudah ada dalam diri setiap orang,

seperti sifat pribadi dan persepsi diri. Sementara itu, situtional

attributions lebih mengacu pada perilaku individu yang

dipengaruhi oleh lingkungan, seperti kondisi sosial, nilai sosial

dan pandangan masyarakat.

Soekarso & Putong (2015) menjelaskan bahwa penyebab

atribusi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu consensus,

distinctiveness dan consistency. Perilaku consensus (konsensus)

merupakan perilaku yang ditunjukkan ketika semua orang yang

menghadapi situasi serupa merespon situasi tersebut dengan

cara yang sama. Perilaku distinctiveness (kekhususan)

menunjukkan bahwa individu dalam situasi yang berlainan

maka akan menghasilkan perilaku yang berlainan. Sementara

itu, consistency (konsistensi) menunjukkan adanya perilaku

(43)

Teori atribusi menjelaskan lebih dalam tentang cara-cara

kita menilai suatu hal secara berlainan, tergantung bagaimana

kita menghubungkan suatu makna ke dalam perilaku tertentu

(Wade & Travis, 2008). Oleh sebab itu, teori ini dapat digunakan

untuk menilai atribusi perilaku individu yang berkaitan dengan

stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen organisasional

seorang auditor.

2. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit

Behaviour)

Dysfunctional audit behavior (DAB) merupakan suatu

bentuk reaksi terhadap lingkungan yang berkaitan dengan

sistem pengendalian (Donnelly dkk., 2003). Sistem pengendalian

yang berlebih dalam suatu organisasi dapat mengakibatkan

timbulnya konflik yang mengarah pada perilaku disfungsional.

Donnelly dkk. (2003) menjelaskan apabila auditor bersikap

menerima perilaku disfungsional, hal tersebut mengindikasikan

(44)

Perilaku disfungsional audit dapat memberikan pengaruh

pada kualitas audit, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung di

antaranya adalah premature sign off dan altering atau replacing

audit procedures (Donnelly dkk., 2003; Maryanti, 2005).

Premature sign off atau penghentian prematur atas prosedur

audit berkaitan dengan penghentian prosedur audit secara dini

yang dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan

penugasan. Sementara itu, altering atau replacing audit

procedures berkaitan dengan penggantian prosedur audit yang

telah ditetapkan untuk melakukan audit di lapangan.

Perilaku yang dapat memengaruhi kualitas audit secara

tidak langsung adalah underreporting of time (Donnelly dkk.,

2003; Maryanti, 2005). Perilaku under reporting of time terjadi

ketika auditor menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan

kepadanya tetapi ia tidak melaporkan waktu yang sebenarnya

untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Perilaku

(45)

memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan tugas audit

sesuai dengan batas waktu yang dianggarkan, dengan tujuan

untuk memeroleh evaluasi kinerja personal yang lebih baik

(Otley & Pierce, 1995).

3. Teori Stres Kerja (Job Stress Theory)

Stres kerja (job stress) adalah suatu perasaan tertekan

yang dialami atau dirasakan oleh individu ketika sedang

menghadapi suatu pekerjaan (Biron dkk., 2014). Spielberger &

Sarason (2014) menyebutkan bahwa stres kerja merupakan

tuntutan-tuntutan eksternal seseorang, seperti obyek-obyek

dalam lingkungan atau suatu stimulus yang berbahaya secara

obyektif. Stres juga bisa diartikan sebagai suatu tekanan serta

ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal

dari luar diri seseorang.

Stres tidak selamanya bersifat negatif, stres juga bisa

bersifat positif apabila terdapat peluang yang menawarkan

(46)

stres menjadi dua jenis, yaitu eustress dan distress. Eustress

adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat positif,

sehat dan bersifat membangun (konstruktif). Sementara itu,

distress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang

bersifat negatif, tidak sehat dan bersifat merusak (destruktif).

1. Teori Kepribadian (Personality Theory)

Teori personality merupakan bagian ilmu psikologi yang

membahas korelasi antara karakteristik, proses perkembangan

psikologis, perbedaan individu, serta penjabaran sifat manusia

yang diketahui melalui tindakan apa yang akan diambil dalam

situasi tertentu (Boeree dkk., 2006). Personality theory dapat

digunakan untuk melandasi pengaruh sifat kepribadian pada

hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Konsep sifat kepribadian dalam penelitian ini

menggunakan The Big Five Personality atau The Big Five

Inventory yang dikembangkan oleh McCrae & Costa (1987).

Konsep ini membagi sifat kepribadian menjadi lima dimensi,

(47)

a. Opennes to Experience (O)

Sifat openness to experience atau yang biasa

disimbolkan dengan kepribadian “O” merupakan faktor yang

paling sulit untuk dideskripsikan. Hal tersebut dikarenakan

faktor ini tidak memiliki arti yang sejalan dengan bahasa

yang digunakan. Openness mengarah pada bagaimana

seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu idea

atau situasi yang baru.

Seseorang dengan sifat openness mempunyai ciri-ciri

mudah bertoleransi, mempunyai kapasitas besar untuk

menyerap informasi, sangat fokus, serta waspada pada

berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang

dengan tingkat openness yang tinggi dideskripsikan sebagai

seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness,

dan a world of beauty. Sementara itu, seseorang yang

memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai

kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama. Tingkat

(48)

berpikiran sempit, konservatif dan tidak menghendaki

adanya perubahan.

b. Conscientiousness (C)

Conscientiousness atau disimbolkan dengan

kepribadian “C” dapat disebut sebagai dependability,

impulse control dan will to achieve. Sifat kepribadian ini

menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline

seseorang. Seseorang dengan conscientiousness digambarkan

dengan seseorang yang mempunyai kontrol terhadap

lingkungan sosial, mampu berpikir sebelum bertindak,

dapat menunda kepuasan, mampu mengikuti peraturan dan

norma, memiliki rencana yang terorganisir dan

memprioritaskan tugas. Di sisi lain, seseorang dengan sifat

kepribadian ini juga dapat menjadi sangat perfeksionis,

kompulsif, workaholic dan membosankan. Individu dengan

tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap

(49)

c. Extraversion (E)

Extraversion atau kepribadian “E” bisa juga disebut

sebagai dominance-submissiveness. Sifat extraversion

dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme

yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif,

energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic

dan ramah terhadap orang lain. Individu dengan sifat

extraversion juga memiliki tingkat motivasi yang tinggi

dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan

biasanya menjadi dominan dalam lingkungannya. Seseorang

yang memiliki faktor extraversion tinggi mempunyai

kemampuan untuk mengingat semua interaksi sosial dan

berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan

dengan seseorang yang memiliki extraversion rendah. Dalam

berinteraksi, individu dengan extraversion juga dianggap

sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving, affectionate dan

(50)

d. Agreeableness

Agreeableness atau biasa disimbolkan dengan

kepribadian “A” merupakan sifat kepribadian yang

mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki

kepribadian yang selalu mengalah, lebih suka menghindari

konflik dan memilki kecenderungan untuk mengikuti orang

lain. Seseorang dengan skor agreeableness tinggi

digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu,

pemaaf dan penyayang. Namun demikian, ditemukan

beberapa konflik pada hubungan interpersonal orang yang

memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, di mana self

esteem mereka akan cenderung menurun ketika berhadapan

dengan konflik.

e. Neuroticism (N)

Neuroticism atau biasa disimbolkan dengan

kepribadian “N” dideskripsikan dengan seseorang yang

memiliki masalah dengan emosi yang bersifat negatif seperti

(51)

mereka dianggap labil dan suka mengubah perhatian

menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang dengan

tingkat neuroticism rendah cenderung merasa lebih bahagia

dan puas terhadap hidupnya dibandingkan dengan

seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi.

Sementara itu, seseorang dengan tingkat neuroticism yang

tinggi adalah pribadi yang mudah mengalami kecemasan,

marah, depresi dan memiliki kecenderungan emotionally

reactive.Tingkat neurotism tinggi juga dapat membuat

individu kesulitan dalam menjalin hubungan dan

berkomitmen, serta memiliki tingkat self esteem yang

rendah.

2. Komitmen Organisasional (Organizational Commitment)

Komitmen organisasionl merupakan sikap yang mencerminkan

loyalitas seseorang pada organisasi tempat ia bekerja, sehingga individu

sebagai anggota organisasi tersebut dapat mengekspresikan perhatiannya

untuk meraih keberhasilan dan kemajuan yang berkelanjutan pada

organisasinya (Basudewa & Merkusiwati, 2015). Komitmen

(52)

seseorang untuk selalu berpihak dan terlibat dalam organisasi, keinginan

untuk melakukan yang terbaik, dan keinginan untuk bertahan dalam

organisasi merupakan orientasi individu terhadap organisasi dalam hal

loyalitas, identifikasi dan keterlibatan.

Komitmen organisasional dinilai sebagai derajat sejauh mana

keterlibatan seorang dalam organisasinya dan menggambarkan kekuatan

identifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu (Nelaz, 2014). Komitmen

organisasional ditandai dengan tiga hal yaitu:

a. adanya kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan

dapat menerima tujuan-tujuan serta norma-norma

organisasi;

b. memiliki keinginan yang kuat untuk memelihara dan

mempertahankan hubungan yang baik dan kuat dengan

organisasi; serta

c. memiliki kesiapan dan kesediaan untuk mengerahkan usaha

keras demi kepentingan dan keberhasilan organisasi.

B. Penurunan Hipotesa

1. Pengaruh Stres Kerja pada Perilaku Disfungsional Audit

Stres dapat muncul ketika seseorang mendapat tekanan

(53)

standar-standar yang ditetapkan selama proses pekerjaan. Stres kerja

dapat diartikan sebagai kesadaran atas perasaan tak terkendali

yang dimiliki seseorang akibat timbulnya suatu tekanan yang

membuat tidak nyaman atau dinilai sebagai ancaman di tempat

kerja (Montgomery dkk., 1996). Rustiarini (2014) menjelaskan

bahwa stres kerja pada level tinggi dapat menyebabkan

gangguan stabilitas emosional yang berpengaruh terhadap

perilaku kerja yang menyimpang. Kondisi tersebut dapat

dialami oleh auditor karena sering berhadapan dengan banyak

pekerjaan dan dituntut untuk menyelesaikannya dengan waktu

yang terbatas.

Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti hubungan

stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Chen dkk.

(2006) menemukan bahwa beberapa auditor pada tingkat

tertentu tidak menganggap stres kerja sebagai beban,

melainkan sebagai motivasi bekerja. Namun demikian, hasil

penelitian Hsieh & Wang (2012) menunjukkan bahwa stres kerja

(54)

tersebut didukung oleh Rustiarini (2014), Utami (2015) dan

Golparvar dkk. (2012) yang menunjukkan adanya hubungan

positif antara stres kerja pada level tinggi dengan perilaku

disfungsional audit. Sementara itu, Rahmi (2015) tidak

menemukan hubungan antara stres kerja dengan perilaku

disfungsional audit.

Menurut peneliti, tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi

secara otomatis akan memaksa auditor untuk bekerja lebih

keras. Ketika seseorang merasa tidak mampu mengatasi

tekanan tersebut maka auditor akan mengalami stres kerja.

Apabila auditor tidak memiliki kemampuan dan kekuatan yang

cukup untuk mengontrol stres kerja yang dialami atas tuntutan

pekerjaannya, maka auditor akan terpicu untuk melakukan

perilaku disfungsional. Berdasarkan uraian tersebut, maka

hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1: Stres kerja berpengaruh positif pada perilaku disfungsional

(55)

2. Pengaruh Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres Kerja

dengan Perilaku Disfungsional Audit

Sifat kepribadian merupakan pondasi yang menjadi dasar

untuk mendeskripsikan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang

menyusun suatu kepribadian setiap individu (Barrick & Mount,

2005). Konsep sifat kepribadian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu konsep The Big Five Personality yang

dipopulerkan oleh McCrae & Costa (1987). Konsep kepribadian

tersebut dibagi menjadi lima dimensi, yaitu: (1) openness to

experience, (2) conscientiousness, (3) extraversion,(4)

agreeableness, dan (5) neuroticism.

Auditor dengan kepribadian openness to experience atau

kepribadian “O” mempunyai ciri mudah bertoleransi, kreatif,

memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, berwawasan luas,

imajinatif, dan memiliki keterbukaan terhadap hal-hal yang

baru (Goldberg dkk., 1990). Denissen & Penke (2008)

(56)

ini mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah

meskipun dengan informasi terbatas dan waktu yang singkat.

Rustiarini (2014) menemukan bahwa auditor yang

memiliki sifat kepribadian ini tidak memiliki kecenderungan

untuk melakukan perilaku disfungsional meskipun ia sedang

mengalami stres kerja. Namun demikian, Kraus dalam

Rustiarini (2014) menemukan bahwa seseorang dengan sifat

openness to experience tinggi cenderung memiliki kinerja yang

rendah. Sementara itu, Jaffar, dkk. (2011) tidak menemukan

hubungan antara sifat kepribadian “O” dengan kemampuan

auditor dalam mendeteksi kecurangan.

Menurut peneliti, auditor dengan kepribadian “O” yang

tinggi tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku

disfungsional ketika mengalami stres kerja. Hal tersebut dapat

terjadi karena meskipun auditor memeroleh tekanan pekerjaan,

auditor memiliki kemampuan untuk berfikir secara cerdas dan

inovatif dalam menggunakan teknik atau strategi baru untuk

(57)

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2a: Openness to experience memperlemah hubungan positif stres

kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Sifat kepribadian conscientiousness atau yang

disimbolkan dengan kepribadian “C” digambarkan oleh McCrae

& Costa (1987) dengan sifat yang ambisius, dapat dipercaya,

memiliki kompeten, tidak mudah menyerah, memiliki sikap

tanggung jawab tinggi, menjunjung tinggi kedisiplinan, dan

mampu bertindak secara efisien. Individu dengan kepribadian

“C” yang tinggi berpotensi mampu membuat suatu perencanaan

yang baik dan benar, memiliki orientasi yang serius terhadap

prestasi (Jaffar dkk., 2011) serta karir di masa depan (Nettle,

2006).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farhadi dkk.

(2012) dan Bowling, (2010) menunjukkan bahwa individu yang

(58)

menghindari perilaku disfungsional. Di sisi lain, Rustiarini

(2014) menemukan bahwa kepribadian “C” tidak berpengaruh

terhadap hubungan tekanan kerja dengan perilaku

menyimpang.

Menurut peneliti, seseorang yang memiliki sifat

kepribadian conscientiousness tidak memiliki kemungkinan

yang tinggi untuk berperilaku menyimpang meskipun dalam

keadaan stres atas tekanan kerja. Meskipun seorang auditor

mengalami stres kerja, apabila auditor tersebut memiliki

tanggung jawab, kedisiplinan serta berkemampuan untuk

mengelola pekerjaan secara efektif dan efisien, maka auditor

tersebut mampu untuk menghindari perilaku disfungsional

audit. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang

diturunkan adalah sebagai berikut:

H2b: Conscientiousness memperlemah hubungan positif stres

(59)

Individu dengan sifat kepribadian extraversion atau

disimbolkan dengan kepribadian “E” dideskripsikan dengan

seseorang yang memiliki semangat tinggi, aktif, pandai

berbicara, suka dengan tantangan, serta memiliki kemampuan

untuk beradaptasi dengan lingkungan secara baik (Judge dkk.,

2002). Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai auditor,

mereka sangat diuntungkan apabila memiliki kepribadian “E”

karena auditor saat ini dituntut untuk fasih dalam melakukan

komunikasi dan interaksi dengan rekan kerja maupun klien

pada saat pelaksanaan tugas (Brigg dkk., 2007). Oleh karena

itu, kepribadian “E” seharusnya dapat mendukung kinerja

akuntan publik menjadi lebih baik.

Akan tetapi, pernyataan di atas tidak didukung oleh

penelitian Kraus dalam Rustiarini (2014) yang menunjukkan

bahwa extraversion tidak mempunyai pengaruh terhadap

prestasi kerja auditor. Hasil penelitian lain juga menemukan

bahwa extraversion tidak memiliki pengaruh pada hubungan

(60)

(Lindrianasari dkk., 2012), hubungan stres dengan perilaku

menyimpang (Rustiarini, 2014), serta kemampuan untuk

mendeteksi kecurangan (Jaffar dkk., 2011).

Menurut peneliti, sifat kepribadian extraversion

mempunyai probabilitas untuk mengurangi pengaruh positif

stres kerja pada perilaku auditor yang disfungsional. Auditor

dengan kepribadian “E” akan lebih cenderung menganggap

tekanan kerja sebagai suatu tantangan untuk mengeksplorasi

dan meningkatkan kualitas diri daripada menilainya sebagai

suatu beban. Dengan demikian, kepribadian “E” akan

mengurangi kemungkinan terjadinya dysfunctional behaviour

dalam setiap penugasan audit. Dari uraian di atas, maka

hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2c: Extraversion memperlemah hubungan positif stres kerja dengan

perilaku disfungsional audit.

Seseorang yang memiliki sifat kepribadian agreeableness atau

kepribadian “A” mempunyai ciri suka membantu, menyenangkan, mudah

memaafkan, kooperatif dan perhatian (Bowling & Eschleman, 2010).

(61)

kecenderungan untuk menghindar dari berbagai konflik yang dapat

mengganggu kinerjanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

menciptakan hubungan baik dengan rekan kerja melalui bentuk kerja sama

dan melakukan negosiasi untuk menyelesaikan permasalahan (Graziano &

Tobin, 2002). Beberapa peneliti sebelumnya menemukan adanya hubungan

negatif antara kepribadian “A” dengan keputusan pergantian CEO secara

sukarela (Lindrianasari dkk., 2012) dan perilaku kontraproduktif dalam

organisasi (Berry dkk., 2007; Farhadi dkk., 2012).

Menurut peneliti, ketika seseorang berkepribadian “A” sedang

mengalami stres kerja, ia akan berusaha memerangi tekanan tersebut

dengan membangun team work dan interaksi yang baik sehingga mampu

menghindari perilaku disfungsional. Dengan demikian, hipotesis yang

dirumuskan ialah sebagai berikut:

H2d: Agreeableness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan

perilaku disfungsional audit.

Individu yang memiliki sifat neuroticism personality atau

disimbolkan dengan kepribadian “N” biasanya identik dengan individu

yang mudah mengalami kecemasan, kekhawatiran, mudah merasa

tertekan, sering gelisah dan memiliki emotional reactive sehingga

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya rendah

(Judge dkk., 2002). Sifat kepribadian neuroticism berpotensi merangsang

(62)

lingkungan sehingga disebut sebagai kepribadian yang tidak diinginkan

oleh setiap individu.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepribadian “N”

memiliki hubungan negatif dengan kepuasan kerja (Judge dkk., 2002),

tetapi memiliki hubungan positif dengan prestasi kerja (Skyrme dkk.,

2005). Sementara itu, suatu penelitian lain menunjukkan tidak adanya

hubungan antara kepribadian “N” dengan kemampuan mendeteksi

kecurangan (Jaffar dkk., 2011) serta perilaku menyimpang (Rustiarini,

2014).

Peneliti menduga bahwa auditor dengan kepribadian neuroticism

tingkat tinggi memiliki kecenderungan untuk mudah merasa tegang,

cemas, dan depresi ketika sedang mengalami tekanan kerja yang tinggi.

Hal tersebut dapat berdampak pada timbulnya pemikiran-pemikiran

negatif dan mengarah pada dysfunctional behaviour. Oleh karena itu,

peumusan hipotesis dari uraian di atas ialah sebagai berikut:

H2e: Neuroticism memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku

disfungsional audit.

3. Pengaruh Komitmen Organisasional pada Hubungan

Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit

Komitmen organisasional adalah keadaan psikologis

(63)

penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai

organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi,

serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota

organisasi (Akhsan & Utaminingsih, 2014). Pada umumnya,

orang yang memiliki rasa komitmen tinggi terhadap organisasi

akan melakukan yang terbaik untuk kemajuan organisasinya

melalui kinerjanya yang lebih baik daripada orang lain,

sehingga seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi

terhadap organisasi akan memiliki kinerja yang tinggi (Febrina,

2012) tanpa melakukan tindakan yang menyimpang

(Setyaningrum & Murtini, 2014).

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

komitmen organisasional memberikan pengaruh negatif

terhadap perilaku disfungsional audit (Aisyah dkk., 2014;

Basudewa & Merkusiwati, 2015; Nelaz, 2014; Paino dkk., 2011;

Srimindarti & Widati, 2015). Sementara itu, Mindarti &

(64)

dapat memoderasi hubungan antara turnover intentions dan

kinerja auditor terhadap perilaku disfungsional.

Seorang auditor menunjukkan komitmen yang

dimilikinya dengan kerja yang gigih walaupun di bawah tekanan

sekalipun (Aisyah dkk., 2014). Meskipun auditor mengalami

stres kerja, dengan komitmen organisasional yang tinggi, hal

tersebut akan mendorong auditor tersebut untuk menghindari

perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian di atas, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Komitmen organisasional memperlemah hubungan positif

stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

C. Model Penelitian

Berikut ini merupakan kerangka penelitian yang

menggambarkan hubungan antara variabel stres kerja pada

perilaku disfungsional audit dengan sifat kepribadian (openness to

experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan

neuroticism) serta komitmen organisasional sebagai variabel

(65)

GAMBAR 3. .

(66)

A. Obyek/ Subyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa

Tengah. Sementara itu, subyek pada penelitian ini adalah auditor

yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang terdaftar dalam Direktori

KAP yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik

auditor pada level junior, senior, manajer, dan atau partner.

Berdasarkan sumber data yang diperoleh, diketahui jumlah KAP

di wilayah DIY dan Jawa Tengah (Surakarta dan Semarang) yang

terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia tahun

2015 yaitu berjumlah 32 KAP. Adapun data selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 3.1. berikut.

TABEL 3. .

Daftar Nama Kantor Akuntan Publik

Gambar

GAMBAR 3. .Model Penelitian
TABEL 3. .
TABEL 4. .
TABEL 4. .
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian pengukuran level dengan menaikkan temperatur minyak kelapadan nilai temperatur tersebut digunakan untuk menentukan nilai massa jenis minyaknya memiliki hubungan

Aplikasi yang dibuat ini dapat menyediakan in.formasi yang berkaitan dengan informasi kejuaraan Road Race secara /uas, yang melipuli in.formasi kejuaraan, data

Untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan basis dan bukan basis dapat digunakan dengan metode Location Quotient (LQ), yang merupakan perbandingan relatif

Diperlukan sebuah sistem penentuan kelayakan penerimaan beasiswa yang mampu menghasilkan perangkingan yang tepat dari sebuah penilaian dengan menggunakan algoritma

Pada penulisan Ilmiah ini Penulis mencoba untuk membuat suatu aplikasi multimedia pemasaran perumahan dengan menggunakan Macromedia Flash MX untuk membantu bagian

The writer conducted a pragmatic study to answer the two research questions. Data used in this research were collected from 166 pages of The Great Debaters

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sistem dan prosedur pada penjualan kamar dan restoran di UB Hotel beberapa aspek sudah mendukung pengendalian

Peneliti berfokus terhadap pelaksanaan dan pengungkapan CSR (Corporate Sosial Responsibility) yang dilakukan oleh Industri Perbankan khususunya Perbankan Konvensional