• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Etika Profesi Kebidanan Terhadap Pemberian Pelayanan Maternal Dan Neonatal Pada BPS Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Etika Profesi Kebidanan Terhadap Pemberian Pelayanan Maternal Dan Neonatal Pada BPS Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2008."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ETIKA PROFESI KEBIDANAN TERHADAP PEMBERIAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA BIDAN PRATEK

SWASTA DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2008

Dipersiapkan dan disusun oleh: K a r s i

NIM : 075102076

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 16 Juni 2008

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari awal perkuliahan hingga terwujudnya Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan sebagian persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya KTI ini tidak lain adalah berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada:

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis DTM dan H. SpA (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Murniati Manik, MSc. SpKK, selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Umar Zein, DTM dan H. Sp.PD.KPTI, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan.

(4)

6. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Bugis Mardina Lubis, SpA, selaku Ketua Yayasan Flora Medan.

8. Diah Lestari Nasution, SST, selaku Direktris Akademi Kebidanan Flora Medan.

9. Ayahanda dan Ibunda, serta segenap keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan do’a dalam setiap langkah penulis.

10. Seluruh rekan kerja di Yayasan Flora Medan.

11. Teman – teman seangkatan yang telah membantu menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi profesi kebidanan khususnya dan masyrakat pada umumnya.

Medan, Juni 2008

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTRA LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Etika Profesi Kebidanan ... 6

2.1.1 Konsep dasar etika ... 6

a. Pengertian-pengertian dasar ... 6

b. Pengenalan etika umum ... 8

c. Kebidanan ... 9

2.1.2 Prinsip etika dan moralitas ... 10

a. Etika ... 10

b. Kode etik profesi bidan ... 11

(6)

dalam praktek kebidanan ... 13

2.2 Pelayanan Maternal dan Neonatal ... 13

2.2.1 Definisi ... 13

2.2.2 Pelayanan maternal ... 14

a. Kehamilan normal ... 14

b. Persalinan normal ... 16

c. Nifas normal ... 18

2.2.3 Pelayanan neonatal ... 21

a. Hak-hak asasi bayi baru lahir ... 21

b. Standar asuhan bayi baru lahir ... 23

c. Peran dan fungsi bidan dalam asuhan neonatal ... 23

2.3 Pengaruh Konsep Normal Terhadap Profesi Kebidanan ... 26

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 28

3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.2 Definisi Operasional ... 28

3.3 Hipotesis ... 30

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 31

4.1 Desain Penelitian ... 31

4.2 Populasi dan Sampel ... 31

4.2.1 Populasi ... 31

4.2.2 Sampel ... 31

(7)

4.4 Pertimbangan Etik ... 31

4.5 Instrumen Penelitian ... 32

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.6.1 Uji Validitas ... 32

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 33

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 34

4.8.1 Pengolahan data ... 34

4.8.2 Analisa data ... 35

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Hasil ... 36

5.2 Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran... 44 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Karakteristik Responden di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008 ... 36 Tabel 2 Distribusi frekuensi etika profesi kebidanan pada BPS di Kecamatan Medan sunggal tahun 2008 ... 37 Tabel 3 Distribusi frekuensi pelayanan maternal dan neonatal pada

BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008 ... 37 Tabel 4 Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Peneliti

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

(10)

Judul : Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pemberian pelayanan maternal dan neonatal pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008.

Nama : K a r s i NIM : 075102076

ABSTRAKS

Menurut Daryl Koehn dalam the ground of profesional ethics (1994), bahwa bidan dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktek kebidanan dengan memahami peran sebagai bidan, akan meningkatkan tanggung jawab profesional kepada pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk diterapkan dalam strategi praktek kebidanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal pada Bidan Praktek Swasta (BPS) di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008 yang berjumlah 22 orang. Sedangkan metode penelitian dilakukan secara Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional Study. Dari hasil penelitian tentang hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki etika yang kurang baik berjumlah 12 orang (54,55%) dan sebagian besar responden memberikan pelayanan maternal dan neonatal dengan baik berjumlah 12 orang (54,55%). Selain itu, Etika profesi kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi kurang baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 10 orang (45,45%), sedangkan etika profesi dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 12 orang (54,55%). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal, dimana nilai X2hitung

> X2tabel yaitu 18.152 > 3.48 pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0.05, df = 1, nilai

p-value pada hasil uji statistik adalah p ≤ 0.005.

(11)

Judul : Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pemberian pelayanan maternal dan neonatal pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008.

Nama : K a r s i NIM : 075102076

ABSTRAKS

Menurut Daryl Koehn dalam the ground of profesional ethics (1994), bahwa bidan dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktek kebidanan dengan memahami peran sebagai bidan, akan meningkatkan tanggung jawab profesional kepada pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk diterapkan dalam strategi praktek kebidanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal pada Bidan Praktek Swasta (BPS) di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008 yang berjumlah 22 orang. Sedangkan metode penelitian dilakukan secara Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional Study. Dari hasil penelitian tentang hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki etika yang kurang baik berjumlah 12 orang (54,55%) dan sebagian besar responden memberikan pelayanan maternal dan neonatal dengan baik berjumlah 12 orang (54,55%). Selain itu, Etika profesi kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi kurang baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 10 orang (45,45%), sedangkan etika profesi dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 12 orang (54,55%). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal, dimana nilai X2hitung

> X2tabel yaitu 18.152 > 3.48 pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0.05, df = 1, nilai

p-value pada hasil uji statistik adalah p ≤ 0.005.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi Bidan telah mengembangkan “kode etik profesi” sebagai pedoman. Salah satu contohnya adalah kode etik bidan internasional (The International Confederation of Midwives Code of Ethics) (PUSDIKNAKES,

2003). Sedangkan menurut Jones (1994), etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau buruk (Wahyuningsih, 2006).

Untuk dapat menjalankan praktek kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan. Menurut Daryl Koehn dalam the ground of profesional ethics (1994), bahwa bidan dikatakan profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktek kebidanan dengan memahami peran sebagai bidan, akan meningkatkan tanggung jawab profesional kepada pasien atau klien. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk diterapkan dalam strategi praktek kebidanan (Wahyuningsih, 2006).

(13)

2

pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai, keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk memberi pelayanan, adanya penelitian untuk mengembangkan atau meningkatkan pelayanan, dan keterjangkauan tempat pelayanan. Tahapan tersebut adalah syarat utama pelaksanaan pelayanan kebidanan yang aman. Tahap berikutnya adalah sikap bidan terhadap klien, sesuai dengan kebutuhan klien, dan tidak membedakan pelayanan kepada siapa pun (Soepardan, 2007).

Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat atau bidan akan tercermin dalam setiap langkah, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang etika dalam moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan dimana nilai-nilai pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati (Pelatihan Keterampilan Manajerial, SPMK, 2003).

Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidakpuasan terhadap pelayanan bahkan tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan ke muka pengadilan. Apabila seorang bidan merugikan pasien dan dituntut oleh pasien tersebut merupakan berita yang menarik dan tersebar luas di masyarakat melalui media elektronik dan media massa lainnya. Hal tersebut menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang menyeluruh dan integrasif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki seorang bidan (Sofyan, dkk, 2006).

(14)

konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik yang mungkin saja terjadi dalam praktek kebidanan, misalnya dalam praktek mandiri, bidan yang bekerja di rumah sakit, rumah bersalin atau institusi lainnya ada di bawah perlindungan institusinya, bidan praktek mandiri mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukannya. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadi penyimpangan etik (Sofyan, dkk, 2006).

Tantangan Era Globalisasi ini tidak terkecuali bagi para Bidan Praktek Swasta (BPS). Disadari dalam peningkatan pelayanan berkualitas dan profesional para BPS dijumpai banyak tantangan antara keterbatasan permodalan, sarana, dan prasarana pelayanan kesehatan. Adapun materi ilmu kebidanan adalah wanita dalam masa reproduksi terutama pada masa pra-konsepsi, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas/ masa menyusui, dan bayi baru lahir (Sofyan, dkk, 2006).

(15)

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal pada Bidan Praktek Swasta di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan etika profesi kebidanan terhadap pemberian pelayanan maternal dan neonatal.

1.3 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan etika profesi kebidanan terhadap pemberian pelayanan maternal dan neonatal.

1.2.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui etika profesi kebidanan pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal.

b. Untuk mengetahui pemberian pelayanan maternal dan neonatal pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi instansi tempat penelitian

Sebagai sumber infomasi dan motivator bagi para petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan maternal dan neonatal, khususnya BPS sehingga pencapaian penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat tercapai sesuai dengan harapan.

b. Bagi instansi pendidikan

Memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan juga sebagai bahan kajian penelitia selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bagi peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika Profesi Kebidanan 2.1.1 Konsep dasar etika

a. Pengertian-engertian dasar 1. Etika

Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari nilai-nilai (Wahyuningsih, 2006).

Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat. Maka di dalam literatur, dinamakan juga filsafat moral, yaitu suatu sistem prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etika adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia (Sofyan, dkk (Peny.), 2006).

Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2004).

(18)

Arti etika menurut K. Bertens dirumuskan sebagai berikut:

 Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

 Etika berati kumpulan asas atau moral, yang dimaksud di sini adalah kode etik.

 Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk (Soepardan, 2007).

2. Moral

Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan atau perubahan norma atau nilai (Wahyuningsih, 2006).

Moral adalah ajaran tentang baik atau buruknya yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dll; akhlak, budi pekerti, susila (Soepardan, 2007).

3. Etiket

Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette. Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti sopan santun. Persamaan etika dengan etiket adalah:

a. Sama-sama menyangkut perilaku manusia.

(19)

8

4. Kode etik

Kode etik merupakan suatu cairi profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan konprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi (Sofyan, dkk, 2006).

5. Hukum

Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak diijinkan oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat adanya hukum. Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum (Wahyuningsih, 2006).

b. Pengenalan etika umum 1. Hati nurani

Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu sekarang dan di sini.

2. Kebebasan dan tanggung jawab

(20)

3. Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang baik, menarik, dicari, menyenangkan, disukai, dan diinginkan. Menurut filsuf Jerman Hang Jones nilai adalah the addressee of a yes, sesuatu yang detunjukan dengan kata ya. Sesuatu yang kita iakan. Nilai mempunyai konotasi positif.

4. Hak dan kewajiban

Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak, antara lain hak legal dan moral. Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum. Hak moral adalah didasarkan pada prinsip atau etis.

Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Menurut John Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan kewajiban tidak sempurna. Kewajiban sempurna artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu terkait dengan hak orang lain. Sedangkan kewajiban tidak sempurna, tidak terkait dengan hak orang lain tetapi bisa didasarkan atas kemurahan hati atau niat berbuat baik (Wahyuningsi, 2006).

c. Kebidanan

(21)

10

kebidanan, meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi, masa hamil, ibu bersalin, post partum, bayi baru lahir (Sofyan, dkk, 2006).

2.1.2 Prinsip etika dan moralitas a. Etika

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktek berdasarkan evidence based. Sehingga di sini berbagai dimensi etik dan bagaimana

pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.

(22)

Prinsip kode etik terdiri dari: 1. Menghargai otonomi

2. Melakukan tindakan yang benar 3. Mencegah tindakan yang merugikan 4. Memperlakukan manusia secara adil 5. Menjelaskan dengan benar

6. Menepati janji yang telah disepakati

7. Menjaga kerahasiaan (Wahyuningsih, 2006). b. Kode etik profesi bidan

Seiring dengan kemajuan jaman, serta kemudahan dalam akses informasi, era globalisasi atau kesejagatan membuat akses informasi tanpa batas, serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat semakin kritis. Di sisi lain menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan etik. Selain itu perubahan gaya hidup, budaya, dan tata nilai masyarakat, membuat masyarakat semakin peka menyikapi berbagai persoalan, termasuk penilaian terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan.

Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penetapan harus dalam Kongres IBI. Kode etik profesi bidan akan mempunyai pengaruh dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi bidan.

2.1.3 Issu etik dan moral

(23)

12

yang buruk, inilah yang disebut suara hati. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan pola pikir manusia. Masyarakat semakin kritis sehingga terjadi penguatan tuntutan terhadap mutu pelayanan kebidanan yang baik perlu dilandasan komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik.

Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa permasalahan yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit yang berkaitan dengan etik. Dilema muncul karena terbentur konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.

Beberapa permasalahan pembahasan etik dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Persetujuan dalam proses melahirkan.

b. Memilih dan mengambil keputusan dalam persalinan. c. Kegagalan dalam proses persalinan.

d. Pelaksanaan (Ultrasonogarfi) USG dalam kehamilan. e. Konsep normal pelayanan kebidanan.

f. Bidan dan pendidikan seks (Sofyan, dkk, 2006).

Beberapa contoh mengenai etik dalam pelayanan kebidanan, adalah berhubungan dengan:

a. Agama/kepercayaan. b. Hubungan dengan pasien. c. Kebenaran.

(24)

e. Pengambilan data. f. Kematian.

g. Kerahasiaan. h. Aborsi. i. AIDS.

2.1.4 Masalah etik moral dan dilema dalam praktek kebidanan

Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat sehubungan dengan klien serta harus mempunyai harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk dapat menjalankan praktek kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam

pelayanan kebidanan. Menurut Daryl Koehn dalam The Ground of Professional Ethics, 1994 bahwa Bidan dikatakan profesional, bila

menerapkan etika dalam menjalankan praktek kebidanan. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktek kebidanan (Wahyuningsih, 2006).

2.2Pelayanan Maternal dan Neonatal 2.2.1 Definisi

(25)

14

mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat, yaitu meliputi pelayanan kesehatan masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir (Sofyan, dkk, 2006).

2.2.2 Pelayanan maternal a. Kehamilan normal

1. Defenisi

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2006). 2. Tujuan asuhan antenatal:

 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

 Mengenali secara dini adanya ketidak-normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

 Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

(26)

3. Kebijakan program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan :

a. Satu kali pada triwulan pertama b. Satu kali pada triwulan kedua c. Dua kali pada triwulan ketiga

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” a. Timbang berat badan

b. Ukur Tekanan darah c. Ukur Tinggi fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap.

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan. f. Tes terhadap penyakit menular seksual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.

4. Kebijakan Teknis

Setiap hamil dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut :

a. Mengupayakan kehamilan yang sehat

(27)

16

c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi (Saifuddin, 2006).

b. Persalinan normal 1. Definisi dan tujuan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan (9) bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

(28)

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006).

2. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan

a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.

b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.

c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

3. Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran a. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan

sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.

b. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.

c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit.

(29)

18

(PTT) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.

e. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak -tidaknya dua (2) jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus diperiksa setiap 15 menit selama satu (1) jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan. f. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus

sering diperiksa dan dimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini.

g. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi.

h. Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga (Saifuddin, 2006). c. Nifas normal

1. Prinsip Dasar

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006).

(30)

a. Perubahan fisik

b. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia c. Laktasi/pengeluaran air susu ibu. d. Perubahan sistem tubuh lainnya e. Perubahan psikis

Tujuan asuhan masa nifas :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

2. Program dan kebijakan teknis

(31)

20

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 – 8 jam setelah persalinan

 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.

 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri.

 Pemberian ASI awal.

 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk dua (2) jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2 6 hari setelah persalinan

 Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

(32)

 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3 2 minggu

setelah persalinan

 Sama seperti di atas enam (6) hari setelah persalinan).

4 6 minggu

setelah persalinan

 Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit atau bayi hamil.

 Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Saifuddin, 2006).

2.2.3 Pelayanan neonatal

a. Hak-hak asasi bayi baru lahir

Pola penting dari deklarasi tentang hak asasi bayi baru lahir menurut declaration of Barcelona on the right of mother and newborn adalah

sebagai berikut :

1. Deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang mengacu pada semua tingkat kehidupan.

2. Martabat bayi baru lahir sebagai manusia apakah ia laki-laki atau perempuan adalah sangat berharga.

3. Setiap bayi baru lahir berhak untuk hidup

(33)

22

5. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan identitas diri dan kewarganegaraan yang benar.

6. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan sanitasi, kasih sayang dan perawatan sosial agar mengalami perkembangan fisik, mental, spritual, moral dan sosial secara optimal dalam kehidupannya kelak.

7. Setiap bayi baru lahir berhak atas gizi yang baik yang menjamin pertumbuhannya.

8. Semua bayi baru lahir berhak mendapatkan perawatan medis yang benar.

9. Seorang wanita hamil dengan janin anomali yang tidak dapat mempertahankan kehidupannya berhak meneruskan kehamilanya atau memilih terminasi kehamilan sesuai dengan hukum yang sah di setiap negara, jika mereka menginginkannya.

10. Setiap bayi baru lahir berhak mendapatkan keuntungan dari upaya percobaan setiap negara, menyangkut perlindungan sosial dan pelayanan bidang kesehatan.

11. Bayi baru lahir tidak boleh dipisahkan dari orang tuanya.

12. Dalam kasus adopsi, setiap bayi berhak diadopsi dengan jaminan maksimum.

(34)

b. Standar asuhan bayi baru lahir

Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, standar pelayanan dapat menjaga kualitas pelayanan yang diberikan. Adapun standar asuhan pada bayi baru lahir menurut departement kesehatan RI (2002), adalah sebagai berikut :

1. Memberikan jalan nafas, memelihara kelancaran pernafasan dan merawat tali pusat

2. Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan. 3. Menilai segera bayi baru lahir.

4. Membersihkan badan bayi dan memberi identitas.

5. Skrining untuk menemukan adanya tanda-tanda kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan untuk hidup.

6. Mengatur posisi bayi pada saat menyusui.

7. Melakukan tindakan pertolongan kegawatdarutatan pada bayi baru lahir.

8. Pencatatan dan informasi kesehatan neonatal (Soepardan, 2007).

c. Peran dan fungsi bidan dalam asuhan neonatal

(35)

24

yang tidak sesuai, seperti menelungkupkan bayi saat rewel, membiarkan bayi kotor, atau memberi obat penenang pada malam hari merupakan suatu kegagalan dalam menegakkan kode etik yang akan menyebabkan tuntutan di masyarakat.

Bidan harus mempertimbangkan dan memasukkan unsur etik pada seluruh kegiatan asuhan yang diberikannya. Jika tidak, kewajibannya dalam memberi asuhan sama sekali dianggap gagal. Walaupun mungkin hanya kasus kelalaian, bidan harus bertanggung jawab pada seluruh aspek asuhan. Pada dasarnya, etik dalam asuhan neonatal sama dengan etik dalam memberi asuhan pada orang dewasa, yaitu dengan memegang prinsip menghargai autonomi, melakukan tindakan yang benar, mencegah tindakan yang merugikan, memperlakukan manusia secara adil, menjelaskan informasi dengan benar, menepati janji yang telah disepakati dan menjaga kerahasiaan.

Hanya saja bedanya, seorang bayi baru lahir belum dapat mengungkapkan secara langsung perasaan, kebutuhan dan hal paling diinginkannya. Oleh karena itu, untuk menemukan jenis asuhan yang akan diberikan pada bayi baru lahir, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan tersebut dibagi ke dalam empat hal, yaitu :

(36)

2. Hak autonomi orang tua, prinsip ini memandang orang tua sebagai pihak yang paling berhak membuat keputusan atas bayinya. Akan tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan tersebut, khususnya kondisi psikologis dan emosional orang tua dan apakah keputusan yang diambil akan membahayakan bayi tersebut atau tidak.

3. Hal terbaik yang tidak diinginkan bayi. Pendekatan ini hanya bisa digunakan secara terbatas karena bagaimana pun, sangat sulit menentukan apa yang dirasakan, dibutuhkan dan apa yang paling diinginkan oleh bayi tersebut.

4. Lingkungan masyarakat, inti pendekatan ini adalah setiap bayi baru lahir berpotensi untuk meningkatkan kemampuan di lingkungan masyarakat, sehingga ia berhak mendapatkan perawatan yang sesuai.

Contoh isu dan etik dalam asuhan neonatal :

(37)

26

2.3 Pengaruh Konsep Normal terhadap Profesi Kebidanan

Keberadaan peraturan dalam profesi kebidanan banyak mengundang opini publik. Sebagian mendukung keberadaannya karena secara tidak langsung peraturan mngenai profesi kebidanan telah melindungi praktisi yang tercantum di dalamnya. Akan tetapi, sebagian lagi menyatakan bahwa peraturan tersebut hanya membatasi ruang gerak bidan itu sendiri.kita menyadari bahwa batasan “normal” dan “abnormal” selama ini ditentukan oleh peraturan yang berlaku. Akan tetapi, perlu diigat bahwa batasan konsep normal juga dipengaruh oleh filosofi yang menjadi dasar dari profesi itu sendiri. Akhir-akhir ini muncul argumentasi yang mempertanyakan batasan antara normal dan abnormal dan siapa yang berhak menentukan garis batas.

Pada tahun 1990, Ann Oakley dan Sussanne Houd melakukan penelitian terhadap 26 orang bidan dan 21 dokter kandungan yang tersebar di berbagai Negara Eropa dengan teknik wawancara. Semua responden diberi contoh studi kasus yang sama, kemudian ditanyakan opininya dalam menghadapi kasus tersebut.

(38)
(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu : 1. Variabel bebas (Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah etika profesi kebidanan. 2. Variabel terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelayanan maternal dan neonatal.

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Etika profesi kebidanan

Etika profesi kebidanan adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata dalam pemberian pelayanan kesehatan maternal (meliputi pelayanan kesehatan pada kehamilan, persalinan, nifas) dan neonatal (bayi baru lahir) yang meliputi; konsep dasar etika, prinsip etika dan moralitas, issu etik dan moral, serta masalah etik moral dan dilema dalam praktek kebidanan.

Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Kuesioner

(40)

Hasil ukur : a. Kategori baik, jika responden dapat menjawab dengan benar ≥ 6 pertanyaan dari 12 pertanyaan yang diajukan.

b. Kategori kurang baik, jika responden dapat menjawab dengan benar < 6 pertanyaan dari 12 pertanyaan diajukan.

Skala pengukuran : Ordinal

3.1.2 Pelayanan maternal dan neonatal adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan terutama maternal yang meliputi pelayanan kesehatan pada kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.

Cara ukur : Wawancara Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : a. Kategori baik, jika responden dapat menjawab menjawab dengan benar ≥ 6 pertanyaan dari 12 pertanyaan yang diajukan.

b. Kategori kurang baik, jika responden dapat menjawab menjawab dengan benar < 6 pertanyaan dari 12 pertanyaan diajukan.

(41)

30

3.3 Hipotesis

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian adalah “ Ada hubungan antara Etika Profesi Kebidanan terhadap Pemberian Pelayanan Maternal dan Neonatal”.

(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara analitik dengan desain penelitian cross sectional study, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat

atau dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Budiarto dan Dewi Anggraini, 2003).

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Seluruh BPS yang terdapat di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008. 4.2.2 Sampel

Total populasi sebagai sampel, yaitu 22 orang.

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal.

4.4 Pertimbangan Etik

(43)

32

memberikan informed consent sebagai bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden (Hidayat, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/ kuesioner. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji validitas

Hasil dari uji coba dilakukan dengan uji korelasi antara skor item dengan skor total. Bila korelasinya rendah berarti pertanyaan itu tidak bergayut dan harus didrop. Dimana teknik hitungnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus Person Propduct Momen:

2 2

 

2 2

(44)

Rumus uji t :

Untuk tabel t = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n - 2), jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika t hitung < t tabel berarti tidak valid (Hidayat, 2007).

4.6.2 Uji Reliabilitas

Setelah menguji validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas dapat digunakan beberapa rumus. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus Spearman Brown yaitu:

b

r : Keoefisien reliabilitas internal seluruh item

b

r : Korelasi product moment antara belahan

(45)

34

4.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota, sedangkan data primer diambil langsung dari responden dengan menggunakan angket. Dimana peneliti terlebih dahulu mendapat izin penelitian dari ibu Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1 Pengolahan data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan Skala Guttman yang merupakan skala kumulatif. Skala Guttman hanya mengukur suatu dimensi dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk menyakikan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang mengatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya.

(46)

4.8.2 Analisa data a. Analisis Univariat

Anilisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel independen yang diteliti yaitu etika profesi kebidanan dan pelayanan maternal dan neonatal.

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal.. Data dianalisa dengan perhitungan statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan sistem komputerisasi.

fo = frekuensi yang di observasi fe = frekuensi yang diharapkan (Hidayat, 2007).

Dari hasil perhitungan statistik akan diketahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, α = 0,05 artinya bila nilai chi-square hitung lebih besar dari pada chi-square tabel maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Tetapi bila square hitung lebih kecil dari nilai chi-square tabel maka tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan

(47)

36

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tanggal 23-26 April 2008 pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal terhadap 22 responden tersebut, maka hasilnya akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

5.1.1 Karakteristik responden

Tabel 1 Karakteristik Responden di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008

Karakteristik Frekuensi Persentase Umur (Tahun) D III Kebidanan

9 13

40,91% 59,09% Lama Bekerja (Tahun)

0 – 5

(48)

berjumlah 7 orang (31,81%), pendidikan terakhir D III Kebidanan 13 orang (59,09%), dan dilihat dari lamanya bekerja 0 – 5 tahun 10 orang (45,45%).

PPB – A adalah Program Pendidikan Bidan selama satu tahun setelah menyelesaikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) selama tiga tahun. Akademi Kebidanan adalah sekolah berkelanjutan bidan selama tiga tahun setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum/Sekolah Perawat Kesehatan.

5.1.2 Etika profesi kebidanan.

Tabel 2 Distribusi frekuensi etika profesi kebidanan pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008

Etika profesi kebidanan Frekuensi Persentase

Baik 10 45,45%

Kurang 12 54,55% Jumlah 22 100,00% Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar etika profesi

kebidanan responden kurang baik yaitu berjumlah 12 orang (54,55%), sedangkan sebagian kecil baik yaitu 10 (45,45%).

5.1.3 Pelayanan maternal dan neonatal

Tabel 3 Distribusi frekuensi pelayanan maternal dan neonatal pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008

Pelayanan maternal dan

neonatal Frekuensi Persentase

Baik 12 54,55%

Kurang 10 45,45% Jumlah 22 100,00% Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pelayanan maternal

(49)

38

5.1.4 Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal Tabel 4 Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan

neonatal pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008 Etika profesi

kebidanan

Pelayanan maternal dan neonatal Uji Statistik df Baik Presentase Kurang Presentase X2 p

Baik 0 0% 10 45,45% 18.152 0.000 1

Kurang 12 54,55% 0 0%

Jumlah 12 54,55% 10 45,45%

Tabel 4 di menunjukkan bahwa adanya hubungan antara etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal. Adanya hubungan tersebut ditunjukkan dari hasil analisis chi-square, dimana nilai X2hitung > X2tabel yaitu

18.152 > 3.48 pada tingkat kepercayaan 95%, α = 0.05, df = 1, nilai p-value pada hasil uji statistik adalah p ≤ 0.005 juga menunjukkan hubungan yang signifikan.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Etika profesi kebidanan

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 2 tentang etika profesi kebidanan diperoleh sebagian besar responden memiliki etika yang kurang baik berjumlah 12 orang (54,55%). Dimana etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari nilai-nilai (Wahyuningsih,2006). Dalam hal ini etika tersebutkan di atas dimaksudkan pada profesi kebidanan.

(50)

akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktek berdasarkan evidence based. Sehingga di sini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.

5.2.2 Pelayanan maternal dan neonatal

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 3 tentang pelayanan maternal dan neonatal diperoleh sebagian besar responden memberikan pelayanan maternal dan neonatal dengan baik berjumlah 12 orang (54,55%). Dimana pelayanan maternal dan neonatal adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat, yaitu meliputi pelayanan kesehatan masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir (Sofyan, dkk, 2006).

(51)

40

5.2.3 Hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4 tentang hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal diperoleh bahwa etika profesi kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi kurang baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 10 orang (45,45%), sedangkan etika profesi dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 12 orang (54,55%). Pada tabel juga didapatkan nilai X2hitung > X2tabel yaitu 18.152 > 3.48, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal.

Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat sehubungan dengan klien serta harus mempunyai harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan yang diambil. Untuk dapat menjalankan praktek kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan pengetahuan klinik yang baik, serta pengetahuan yang up to date, tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan. Daryl Koehn dalam The Ground of Professional Ethics, 1994 mengemukakan bahwa Bidan dikatakan

profesional, bila menerapkan etika dalam menjalankan praktek kebidanan. Bidan berada pada posisi yang baik, yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktek kebidanan (Wahyuningsih, 2006).

(52)

asuhan sama sekali dianggap gagal. Walaupun mungkin hanya kasus kelalaian, bidan harus bertanggung jawab pada seluruh aspek asuhan (Soepardan, 2007).

Pada tahun 1990, Ann Oakley dan Sussanne Houd melakukan penelitian terhadap 26 orang bidan dan 21 dokter kandungan yang tersebar di berbagai Negara Eropa dengan teknik wawancara. Semua responden diberi contoh studi kasus yang sama, kemudian ditanyakan opininya dalam menghadapi kasus tersebut (Soepardan, 2007).

(53)

42

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian hubungan etika profesi kebidanan terhadap pelayanan maternal dan neonatal pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal dengan responden 22 (dua puluh dua) orang maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Sebagian besar responden memiliki etika yang kurang baik berjumlah 12 orang (54,55%).

b. Sebagian besar responden memberikan pelayanan maternal dan neonatal dengan baik berjumlah 12 orang (54,55%).

c. Etika profesi kebidanan dengan kategori baik mempengaruhi kurang baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 10 orang (45,45%), sedangkan etika profesi dengan kategori kurang baik mempengaruhi baiknya pelayanan maternal dan neonatal sebanyak 12 orang (54,55%).

6.2 Saran

a. Diharapkan kepada BPS khususnya yang berada di Kecamatan Medan Sunggal untuk lebih meningkatkan etika profesi kebidanan dalam pemberian pelayanan maternal dan neonatal.

(54)

to date) sehingga praktek kebidanan dapat dijalankan dengan baik

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta.

Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

____________. Dan Dewi Anggraini. 2003. Pengantar Epidemologi. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Danim, Sudarwan dan Darwis. 2003. Metode Penelitian Kebidanan Prosedur, Kebijakan dan Etik. Jakarta : EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Machfoedz, Ircham. 2006. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan. Edisi III. Yogyakarta : Fitramaya.

________________. 2007. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Ridwan, 2007. Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian. Cetakan IV. Bandung : Alfabeta.

Sabri, Luknis dan Sutanto Priyo Hastono. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada.

Saifuddin, Abdul Bari (Ed.). 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari (Ed.). 200. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

(56)

Sofyan, Mustika, dkk (Peny.). 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Cetakan VIII. Jakarta : PP. IBI. 2006

Wahyuningsih, Heni Puji. 2006. Etika Profesi Kebidanan Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Fitrimaya.

2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta : PUSDIKNAS – WHO – JHPIEGO.

Pelatihan keterampilan manajerial SPMK. www.WHO.com diakses September

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Responden di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008
Tabel 2 Distribusi frekuensi etika profesi kebidanan pada BPS di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2008

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini artinya, ada pengaruh pemberian aromaterapi inhalasi terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Wangaya

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang menjadi referensi penelitian ini Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2015) yang berjudul

Menurut Boesono(2007) dalam Donna (2007) setidaknya terdapat 3 prinsip mendasar perbedaan bank konvesional dengan bank syari’ah terutama dalam sistem pelayanan

Analisa rasio keuangan adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan antara suatu pos atau kelompok pos dengan pos lain dalam neraca atau laporan rugi- laba. Dengan

(1) (1)  Tolosa-  Tolosa- Hunt Syndrome (THS) adalah gangguan yang jarang ditemui, ditandai Hunt Syndrome (THS) adalah gangguan yang jarang ditemui, ditandai

Karena gerak magnetik elektron orbital dalam sebuah atom hidrogen bergantung dari momentum sudut L, besar dan arah L terhadap medan menentukan berapa besar

dengan pendidikan ekologi, khususnya ekologi dalam yang dimulai sejak dini, se- tidaknya anak mulai diajarkan untuk men- cintaidarr menghormati alam. Bukan

Sementara itu, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0,94), sektor Industri Pengolahan (0,91), sektor Pengadaan Listrik dan Gas (0,67), sektor Perdagangan