S K R I P S I
PERBANDINGAN RETURN ON ASSETS (ROA), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DAN BANKING RATIO ANTARA BANK PEMERINTAH DENGAN BANK SWASTA YANG GO PUBLIC PADA PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
O l e h :
EDI PUTRA
070503020
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perbandingan Return
on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara Bank
Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public pada Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum
pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
Universitas Sumatera Utara.
Medan, 23 juni 2011
Yang Membuat Pernyataan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin. segala puji hanyalah milik Allah SWT, Tuhan
yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbandingan Return on Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),
dan Banking Ratio antara Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go Public
pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan baik dalam
rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari
Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Salawat
dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari
alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
nasihat, bantuan, dan semangat dari berbagai pihak baik secara moril maupun
materiil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak
3. I yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapakselaku Dosen Penguji I
(satu) dan Bapakselaku Dosen Penguji II
(dua) atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.
5. Kedua orang tua saya, (alm) Marhaban dan Jasmani, saudara-saudara saya
yang selama ini senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta
selalu mendoakan dan mendukung saya, dan juga kepada sahabat
seperjuangan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 23 Juni 2011 Peneliti
Edi Putra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan bank pemerintah dengan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 21 perusahaan. Metode purposive
sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, CAR dan Banking Ratio. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA dan Banking Ratio ada perbedaan signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR tidak berbeda secara signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta.
ABSTRACT
This research aims to analyze the comparative financial ratio of Goverment bank and private bank which are listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 31 companies Government Bank and Private Bank which are listed Indonesia Stock Exchange during the period of 2007-2009 while the amount of the research samples are 21 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange website www.idx.co.id. Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are ROA, CAR dan
Banking Ratio. This research uses comparative analysis of independent sample
t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.
The results showed that ROA and Banking Ratio there are significant differences between Government Bank and Private bank, while CAR variable do not differ significantly between Government Bank and Private Bank.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... .8
1.3.2 Manfaat Penelitian ... .9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1 Kinerja keuangan bank ... 10
2.1.2 Laporan keuangan bank ... 11
2.1.3 Analisis laporan keuangan ... 14
b. Rasio solvabilitas ... 25
c. Rasio rentabilitas ... 28
2.1.5 Pengertian bank ... 29
2.1.6 perbedaan bank pemerintah dengan bank swasta ... 30
2.1.7 Sumber dana bank ... 31
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 32
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian ... 35
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35
2.3.2 Hipotesis penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.6 Metode Analisis Data ... 42
3.7 jadwal penelitian ... 45
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 46
4.2 Pengujian Hipotesis ... 48
4.2.1 Pengujian Hipotesis Rasio ROA ... 49
4.2.2 Pengujian Hipotesis Rasio CAR ... 51
4.3 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Keterbatasan ... 56
5.3 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ... 32
Tabel 3.1 Daftar populasi ... 38
Tabel 3.2 Daftar sampel ... 39
Tabel 3.3 jadwal penelitian ... 45
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia ... 60
Lampiran 2 Data Penelitian 2007-2009 ... 62
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan bank pemerintah dengan bank swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan bank pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2009 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 21 perusahaan. Metode purposive
sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, CAR dan Banking Ratio. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA dan Banking Ratio ada perbedaan signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR tidak berbeda secara signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta.
ABSTRACT
This research aims to analyze the comparative financial ratio of Goverment bank and private bank which are listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 31 companies Government Bank and Private Bank which are listed Indonesia Stock Exchange during the period of 2007-2009 while the amount of the research samples are 21 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange website www.idx.co.id. Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are ROA, CAR dan
Banking Ratio. This research uses comparative analysis of independent sample
t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.
The results showed that ROA and Banking Ratio there are significant differences between Government Bank and Private bank, while CAR variable do not differ significantly between Government Bank and Private Bank.
ABSTRACT
This research aims to analyze the comparative financial ratio of Goverment bank and private bank which are listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of this research is comparative research design which compare two averages from two populations. The population in this research is 31 companies Government Bank and Private Bank which are listed Indonesia Stock Exchange during the period of 2007-2009 while the amount of the research samples are 21 enterprises. Purposive sampling method used in sample selection. Type of data in this research are secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange website www.idx.co.id. Data collection method used is the documentation study. The variables used in this research are ROA, CAR dan
Banking Ratio. This research uses comparative analysis of independent sample
t-test for statistical analysis and hypothesis t-testing.
The results showed that ROA and Banking Ratio there are significant differences between Government Bank and Private bank, while CAR variable do not differ significantly between Government Bank and Private Bank.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... .8
1.3.2 Manfaat Penelitian ... .9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1 Kinerja keuangan bank ... 10
2.1.2 Laporan keuangan bank ... 11
2.1.3 Analisis laporan keuangan ... 14
b. Rasio solvabilitas ... 25
c. Rasio rentabilitas ... 28
2.1.5 Pengertian bank ... 29
2.1.6 perbedaan bank pemerintah dengan bank swasta ... 30
2.1.7 Sumber dana bank ... 31
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 32
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis penelitian ... 35
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35
2.3.2 Hipotesis penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 41
3.6 Metode Analisis Data ... 42
3.7 jadwal penelitian ... 45
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 46
4.2 Pengujian Hipotesis ... 48
4.2.1 Pengujian Hipotesis Rasio ROA ... 49
4.2.2 Pengujian Hipotesis Rasio CAR ... 51
4.3 Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Keterbatasan ... 56
5.3 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan penelitian terdahulu ... 32
Tabel 3.1 Daftar populasi ... 38
Tabel 3.2 Daftar sampel ... 39
Tabel 3.3 jadwal penelitian ... 45
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 46
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia ... 60
Lampiran 2 Data Penelitian 2007-2009 ... 62
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan industri yang sangat penting peranannya dalam
perekonomian suatu negara pada era modern seperti saat sekarang ini. Banyak
sektor yang ditopang pertumbuhannya oleh industri perbankan, misalnya saja
sektor pertanian, peternakan, pembangunan (konstruksi), perdagangan, real estate
dan property, dan masih banyak lagi sektor-sektor perekonomian lain yang
perkembangannya dewasa ini di topang oleh sektor perbankan, bahkan dibeberapa
negara maju sektor perbankan merupakan sektor utama yang menujang
perekonomian negara tersebut. Sektor-sektor tersebut sangat tergantung pada
perbankan, oleh karena itu apabila sektor perbankan mengalami masalah, maka
secara otomatis sektor-sektor industri tersebut akan terkena imbasnya juga
sehingga perekonomian suatu negara pun akan terganggu.
Industri perbankan merupakan lembaga yang mempunyai peran strategis
dalam kelancaran perekonomian, dimana perbankan dapat mendorong
pengembangan dan pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga keuangan
perbankan ini berfungsi sebagai lembaga yang mempercepat penyaluran dana dari
pihak yang memiliki dana lebih (surflus unit) dengan pihak yang kekurangan dana
(defisit unit), fungsi ini dikenal sebagai fungsi perantara (financial
Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan dalam dunia usaha, membuat
persaingan dalam bisnis perbankan pun semakin tajam, hal ini dapat dilihat
dengan terus bertambahnya jumlah bank yg beroperasi baik itu bank pemerintah,
bank swasta, maupun bank asing yang ikut meramaikan dunia persaingan
perbankan di Indonesia. Selain itu, pengetahuan masyarakat saat sekarang ini
semakin berkembang, sehingga membuat masyarakat semakin selektif dalam
memilih bank yang mereka percayai untuk mengelola dana mereka. Masyarakat
mempercayai bahwa bank yang baik adalah bank yang dapat memberikan layanan
yang berkualitas baik bagi bisnis maupun pribadinya, dan juga dapat memenuhi
segala kebutuhan finansial nasabahnya.
Semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan membuat manajemen
bank melakukan berbagai macam cara agar laporan yang diberikan terhadap
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bank yang bersangkutan merasa puas
atas kinerja manajemen bank dalam mengelola aset yang dipercayakan kepada
mereka, sehingga terkadang manajemen bank salah dalam mengambil keputusan
yang akhirnya dapat berakibat fatal, dimana suatu bank dapat saja ditutup oleh
akibat kesalahan manajemen bank tersebut, dan yang lebih dikhawatirkan lagi
akibat dari kesalahan ini dapat berdampak besar terhadap dunia usaha atau
perekonomian suatu negara.
Sejarah telah mencatatkan bahwa dunia perbankan pernah
memporak-porandakan hampir seluruh sendi perekonomian Indonesia pada pertengahan
tahun 1997 sampai tahun 1998, dimana krisis keuangan di Asia atau di Indonesia
membawa dampak sangat besar terhadap nilai tukar, bursa saham, dan harga aset
lainnya di beberapa negara Asia. Krisis yang berawal dari Thailand pada saat itu
sampai ke Indonesia dimulai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat, sehingga banyak bank yang mengalami kerugian, terutama bank
yang mempunyai pinjaman dalam mata uang asing dan tidak melakukan lindung
nilai (hedging) atas pinjamannya. Akibat dari pergolakan nilai tukar (kurs) dan
ditambah dengan semakin memburuknya arus kas perbankan menyebabkan
banyak bank mengalami kesulitan likuiditas, sehingga membuat bank kehilangan
kepercayaan masyarakat dan mengakibatkan nasabah beramai-ramai melakukan
penarikan dananya secara besar-besaran (rush), akibatnya banyak bank yang harus
ditutup sehingga berdampak pada lumpuhnya perekonomian secara total. Oleh
karena itu pemerintah dan Bank Indonesia melakukan inisiatif untuk
menyelamatkan perbankan pada saat itu, namun biaya dari penyelamatan itu juga
tidak sedikit karena jumlah bank yang harus diselamatkan juga sangat banyak.
Selain dari pengalaman krisis yang terjadi pada tahun 1997 tersebut, masih
segar dalam ingatan kita krisis keuangan global tahun 2008 yang melanda
Amerika dan beberapa negara di Eropa. Imbas dari krisis yang ditimbulkan dari
kegagalan industri properti (sub-prime mortgage) di Amerika menjadi pemicu
jatuhnya institusi keuangan di negara tersebut dan berakibat dunia mengalami
krisis global yang sempat dirasakan di Indonesia, hal ini dapat dilhat dari beberapa
indikator, yaitu nilai tukar rupiah sempat melonjak menjadi Rp 10.000, dan Bursa
Efek Indonesia sempat menghentikan (suspen) perdagangan saham selama dua
modal sekitar 300 ribu investor lokal yang seketika dapat mengalami kerugian
sangat besar karena harga saham yang mereka pegang merosot hingga 50%.
Selain itu kondisi perbankan pun sempat kewalahan dibuatnya, ini terlihat dari
keringnya likuiditas di pasar yang membuat perbankan kesulitan dalam mencari
dana segar. Buktinya tiga bank BUMN sampai meminta bantuan pemerintah
sebagai bos besar ketiga bank pelat merah itu untuk menambahkan likuiditas,
alhasil ketiga bank tersebut mendapatkan suntikan dana masing-masing sebesar
Rp 5 triliyun. Namun demikian, akibat yang ditimbulkan oleh krisis keuangan
global yang bermula dari Amerika ini tidak seburuk akibat krisis moneter yang
tejadi pada tahun 1997, hal ini dikarenakan pemerintah dan Bank Indonesia cepat
tanggap untuk melakukan antisipasi atau pencegahan melalui perealisasian
ketentuan perbankan untuk menghindari jatuhnya sistem keuangan dan perbankan.
Tindakan ini dilakukan agar dana nasabah di bank aman sehingga nasabah tidak
perlu melakukan rush terhadap dananya, akibatnya rush tidak terjadi dan sistem
perbankan tetap aman sehingga perekonomian dapat terbebas dari krisis yang
telah didepan mata.
Krisis keuangan dan semakin meningkatnya persaingan dalam dunia
perbankan dapat memicu permasalah sehingga banyak bank dinyatakan bangkrut
dan harus ditutup. Secara rinci bank dapat mengalami kebangkrutan disebabkan
oleh beberapa faktor baik secara langsung atau tidak langsung, diantaranya bank
bisa bangkrut dan harus ditutup jika kinerjanya buruk akibat naiknya nilai kredit
macet atau aset bermasalah secara signifikan, kesulitan likuiditas karena
terjadinya krisis yang bersifat sistemik maupun menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut, banyaknya pemilik bank yang ikut campur
dalam kegiatan operasional bank, pemberian kredit yang tidak hati-hati karena
kurang memperhatikan aspek manajemen risiko dan Good Corporate Governance
(GCG). Jadi, dengan jelas dapat diketahui bahwa penyebab bangkrutnya suatu
bank dapat diakibatkan oleh bank itu sendiri maupun berasal dari dampak kondisi
ekonomi yang memburuk.
Krisis keuangan dan praktik-praktik perbankan yang tidak legal mebuat
terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, oleh karena
itu pembenahan disektor perbankan dan mengembalikan kepercayaan masyarakat
baik nasional maupun internasional dipandang sebagai suatu hal yang mendesak,
karena sekali kepercayaan masyarakat hilang maka dunia perbankan Indonesia
akan mengalami krisis yang berkepanjangan.
Akhir-akhir ini dengan didorong oleh kemajuan perekonomi maka sektor
perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling
bersaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya.
Segmen-segmen dari bank ini tentunya menawarkan kekuatan (strength) dan
memberikan gambaran kelemahan (weakness) masing-masing, misalnya saja bank
pemerintah yang menawarkan keamanan yang lebih dan tingkat bunga yang
menarik dibandingkan bank swasta, sebaliknya bank swasta diharapkan
menawarkan bunga yang kompetitif, tinggi untuk funding (menghimpun dana)
dan rendah untuk lending (menyalurkan dana/kredit) , akses yang mudah dan
dan berhasil mengembangkan pelayanan staf, proses pelayanan, dan melengkapi
fisik dengan pelayanan yang unggul, selain itu produk-produk yang diciptakan
juga semakin bervariasi sehingga ini menjadi kekuatan positif bank dan
bermanfaat sebagai pencitraan merek bank. Contohnya saja Bank Mandiri, dalam
beberapa tahu ini memimpin dalam kualitas pelayanan nasabah. Hal ini diukur
dalam Bank Service Excellence Monitor (BSEM) yang dilakukan Marketing
Research Indonesia (MRI). Ini menambah kekuatan Bank Mandiri yang tidak lain
adalah bank pemerintah tanpa menghilangkan karakteristik keamanan bank umum
yang dimiliki oleh bank pemerintah (InfoBankNews.com : 14 Juli 2010).
Marketing Research Indonesia (MRI) mencoba membaca tren yang terjadi di
masyarakat yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan. Hasil survei menunjukkan banyak faktor yang menyebabkan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, diantaranya terutama yang
berhubungan dengan persepsi mereka terhadap keamanan bank, yaitu tentang
pengenalan masyarakat terhadap suatu bank, ukuran suatu bank, dan juga
kepemilikan bank oleh pemerintah atau dijamin oleh lembaga pemerintah.
Sebaliknya yang menyebabkan masyarakat curiga dengan suatu bank adalah
besarnya biaya administrasi, penawaran suku bunga yang tinggi, berita-berita
penyalahgunaan terkait dengan bank, jumlah nasabah yang (semakin) sedikit, dan
bank yang tidak besar-besar. Sebenarnya ini merupakan masalah tangible (nyata)
yang membuat masyarakat curiga. Masalah lain tentang bank sering ditutup-tutupi
dan kemudian diumumkan pemerintah bahwa suatu bank perlu “dirawat” atau
diketahui oleh masyarakat. Disinilah perlunya pengetahuan masyarakat tentang
penilaian kinerja industri perbankan. Melalui penilaian kinerja tersebut,
masyarakat dapat mengetahui apakah kinerja dan operasional bank tersebut
buruk atau tidak. Jika dinilai buruk maka diharapkan bank dapat
memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah baik, diharapkan perusahaan dapat
mempertahankan atau meningkatkan kinerja dan operasionalnya agar lebih baik.
Salah satu dimensi pokok kinerja perbankan adalah kinerja keuangan, karena
kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja perbankan
dapat diukur melalui Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR),
dan banking Ratio.
Secara umum kinerja perbankan di Indonesia menunjukan perkembangan
yang semakin membaik, baik itu bank pemerintah maupun bank swasta
memperlihatkan pertumbuhan aset perbankan yang terus meningkat. Beberapa
indikator lainnya juga semakin membaik, seperti laba bersih meningkat, dana
meningkat, ekspansi kredit semakin tinggi, dan tingkat kredit bermasalah
menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap dunia
perbankan mulai berangsur-angsur membaik setelah dilanda oleh berbagai krisis
dan masalah lainnya. Peningkatan ini dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat
terhadap bank-bank pemerintah, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN)
kepercayaan terhadap bank-bank swasta yaitu mencapai 42% (InfoBank No. 367
Edisi Juli 2009).
Berangkat dari hasil survei yang telah dijelaskan sebelunya, terlihat bahwa
persepsi masyarakat cenderung menilai bahwa bank pemerintahlah yang lebih
baik kinerjanya dibandingkan bank swasta, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian apakah persepsi masyarakat tersebut benar adanya jika
dilihat dari indikator kinerja keuangan, selain itu kita juga dapat mengetahui
kinerja manajemen bank mana yang lebih baik dalam mengelola dana nasabah
yang dipercayakan kepada mereka. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Return On Assets (ROA),
Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio antara bank pemerintah dengan
bank swasta yang go public pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
perbedaan antara kinerja bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari
Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio ?”.
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
antara kinerja bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari Return
1.3.2Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian
mengenai perbandingan kinerja keuangan bank pemerintah dengan bank
swasta ini antara lain:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan
khususnya perbedaan antara Return On Assets (ROA), Capital Adequacy
ratio (CAR), dan Banking Ratio antara bank pemerintah dengan bank
swasta
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan
sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dan sumber informasi agar lebih
bijak dalam memilih bank sebagai tempat untuk menyimpan uang dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan adalah suatu hasil dari berbagai macam keputusan yang
diambil oleh pihak manajemen secara terus menerus dalam menjalankan suatu
perusahaan. Kinerja keuangan dapat menjadi gambaran atau alat ukur yang sangat
efektif untuk menilai tanggung jawab manajemen dalam menjalankan tugasnya,
hal ini disebabkan karena yang dimaksud dengan kinerja adalah sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam mencapai tujuan suatu perusahaan.
Kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan, namun terlebih dahulu haruslah dilakukan analisa yang mendalam
untuk mengetahui maksud dari angka-angka yang terdapat dalam laporan
keuangan tersebut. Terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk
menilai kinerja keuangan, salah satunya adalah analisis rasio terhadap laporan
keuangan yang disajikan. Seperti yang penulis lakukan dalam penelitian ini,
dimana penulis menilai kinerja keuangan bank melalui rasio likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas/profitabilitas.
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran dari keadaan keuangan suatu
bank yang dapat dilihat dalam laporan keuangan dan merupakan hasil dari
berbagai macam keputusan manajemen dalam mengelola aset yang dipercayakan
analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dalam suatu
perusahaan, penilaiaan kinerja keuangan sangat bermanfaat selain membantu
manajemen dalam mengambil keputusan juga dapat memotivasi manajemen atau
karyawan dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan dari perusahaan
tersebut.
2.1.2 Laporan keuangan bank
Laporan keuangan merupakan catatan informasi atas kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat dijadikan
sebagai objek analisis dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Myer dalam bukunya Financial statement Analysis yang
dikutip oleh Munawir (2004) bahwa yang dimaksud laporan keuangan adalah
“dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan.
Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar
pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi
kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar
surflus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”. Adapun jenis
laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang
merupakan catatan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan-laporan yang
telah disebutkan sebelumnya.
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, maupun perubahan dari posisi keuangan perusahaan yang mana
laporan keuangan juga memberikan informasi tentang apa yang telah dilakukan
manajemen dalam mengelola perusahaan dan juga untuk mempertanggung
jawabkan atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen tersebut,
sehingga pihak-pihak yang memilki kepentingan dari perusahaan tersebut dapat
mengambil keputusan untuk mempertahankan atau mengganti manajemen
tersebut. Menurut Munawir (2004) laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat
dengan maksud “untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress
report) secara periodik yang dilakukan pihak manjemen yang bersangkutan”.
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No.1 paragraf 5 adalah “tujuan laporan
keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna
sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.
Laporan keuangan merupakan media yang sangat penting untuk melihat
kondisi keuangan suatu perusahaan, karena pihak-pihak yang berkepentingan
tehadap perusahaan tidak dapat atau mampu secara langsung untuk melakukan
pengamatan atas suatu perusahaan, oleh sebab itulah yang membuat laporan
keuangan menjadi sangat penting sebagai sarana informasi atau media bagi
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Banyak pihak-pihak-pihak-pihak yang
memilki kepentingan terhadap suatu perusahaan seperti pemegang saham,
investor, kreditor, manjemen, karyawan dan serikat pekerja, pemerintah seperti
lembaga swadaya masyarakat, dan peneliti seperti akdemisi atau lembaga
pemeringkat.
Meskipun laporan keuangan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan
perusahaan, para pemakai laporan keuangan sebaiknya juga haru jeli dalam
mengambil keputusan dari laporan tersebut, karena laporan keuangan juga tedapat
keterbatasan yang membuat hasil yang disajikan tidak akurat. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan yang dikutip oleh Harahap (2008) menyatakan bahwa
keterbatasan laporan keuangan terdiri dari:
a. laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan kejadian yang telah lewat bukan masa kini
b. laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi pihak tertentu
c. proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan
d. akuntansi hanya melaporkan hasil yang material
e. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian f. laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (substance over form) g. laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan
h. adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan
i. informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan.
Laporan keuangan yang disajikan bank tidaklah jauh berbeda dengan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan bukan bank, dimana laporan keuangan bank
juga terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dana laporan-laporan lainnya, namun
demikian berbeda industri sudah pasti terdapat beberapa perbedaan terhadap
laporan yang disampaikan maupun peraturan-peraturan dalam menyusun laporan
kepada masyarakat, berpedoman pada peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI
tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang
Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan
tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia.
Dalam PSAK No.31 paragraph 80 menyatakan bahwa laporan keuangan bank
terdiri atas:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas
d. Laporan perubahan ekuitas
e. Catatan atas laporan keuangan
Dari PSAK No.31 yang telah disebutkan diatas dapat kita lihat bahwa laporan
keuangan bank juga sama dengan laporan keuangan bukan bank, hanya saja yang
membedakannya adalah dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan
perbankan diwajibkan untuk membuat laporan komitmen dan kontinjensi,
sedangkan dalam laporan keuangan perusahaan bukan bank tidak terdapat laporan
tersebut.
2.1.3 Analisis Laporan keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan suatu alat yang dipergunakan agar
laporan keuangan yang diasajikan lebih berarti dan mudah dipahami oleh banyak
pihak. Melakukan analisis terhadap laporan keuangan berarti menggali lebih jauh
bahwa laporan keuangan merupakan cakupan informasi yang merangkum semua
aktivitas perusahaan. Menurut Harahap (2008) analisis laporan keuangan
merupakan suatu cara untuk “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi
unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan
yang tepat”. Sedangkan menurut Wild, dkk. (2005) mengemukakan bahwa
“analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat
dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang
berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam
analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada
firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan.”
Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi yang maksimal, lebih
luas, dan akurat dari informasi yang relatif sedikit jika hanya dengan melihat
laporan keuangan yang disajikan. Hasil analisis dapat menghilangkan firasat,
ketidak pastian, tebakan, atau pertimbangan pribadi yang dapat membuat suatu
pihak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu analisis laporan keuangan
juga dapat mengetahui kesalahan-kesalahan baik yang tidak disengaja ketika
proses akuntansi seperti salah dalam mencatat, menjumlah, memposting, dan
menjurnal atau kesalahan yang disengaja seperti tidak mencatat, menghilangkan
data, dan sebagainya. Dapat diketahuinya kesalahan-kesalahan ini tidak lain
melakukan pembukuan, hal ini sejalan dengan pengertian analisis laporan
keuangan oleh Bernstein yang dikutip oleh Harahap (2008). Bernstein
mengemukakan bahwa “analisis laporan keuangan merupakan kebalikan dari
kegiatan pembukuan. Kalau proses pembukuan dimulai dari transaksi, dicatat
kebuku, diproses dan akhirnya jadi laporan keuangan, maka dalam analisis
laporan keuangan kegiatan dimulai dari laporan keuangan ditelusuri kebuku,
sampai ketransaksi perusahaan”.
Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat terhadap berbagai pihak untuk
lebih mudah memahami laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil
nantinya akan lebih tepat. Menurut Kasmir (2008), ada berbagai tujuan dan
manfaat dengan adanya analisis laporan keuangan, yaitu:
a. untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode
b. untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan apa saja yang dimilki perusahaan
c. untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang bekaitan dengan posisi keuangan saat ini
d. untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal
e. dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
Dari sudut lain tujuan anlisis laporan keuangan menurut Bernstein yang
dikutip harahap (2008) adalah sebagai berikut:
a. Screening
analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger
b. Forcasting
c. Diagnosis
analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manjemen, operasi keuangan atau masalah lainnya
d. Evaluation
analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efesiensi dan lain-lain
Analisis laporan keuangan membuat informasi yang terkandung dalam laporan
keuang lebih dalam untuk dipahami dan memberikan gambaran hubungan antara
pos-pos dalam laporan keuangan yang dapat menjadi indikator dalam menilai
posisi, kondisi, dan prestasi suatu perusahaan. Secara lengkap kegunaan laporan
keuangan dikemukakan oleh Harahap (2008) sebagai berikut:
a. dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa
b. dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit)
c. dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan d. dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan
e. mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)
f. dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan, seperti penilaian prestasi perusahaan, proyeksi keuangan perusahaan, kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu, dan melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana
g. dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis
h. dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal i. dapat memahami situasi dan kondisi yang dialami perusahaan, baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya
Walaupun analisis laporan keuangan sangat membantu dalam proses
pembuatan keputusan, terkadang hasil analisis keuangan juga dapat mengalami
kesalahan sehingga keputusan yang diambil tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kesalahan dalam hasil analisis ini dapat terjadi karena analisis laporan keuangan
juga terdapat berbagai kelemahan, seperti yang diungkapkan Harahap (2008)
berikut ini:
a. analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah
b. objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan tidak hanya cukup dari angka-angka laporan keuangan, kita juga harus melihat aspek lainnya, seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat c. objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan
d. jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu juga dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka, misalnya prinsip akuntansi, size perusahaan, jenis industri, periode laporan, laporan individual atau konsolidasi, dan jenis perusahaan aspek
profit motive atau non profit motive
e. laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi
f. adanya kelemahan-kelemahan dalam analisis rasio.
Dalam melakukan penilaian terhadap posisi dan kondisi keuangan perusahan
analisis laporan keuangan memerlukan metode dan teknik dalam menganalisis
laporan keuangan. Metode dan teknik ini merupakan tolok ukur yang digunakan
untuk mengukur atau menetukan hubungan antara data yang satu dengan yang
lainnya sehingga dapat diketahui perubahan dari setiap data tersebut. Terdapat dua
a. Analisis horizontal
Merupakan metode analisis dengan membandingkan laporan keuangan
untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perubahannya
b. Analisis vertikal
Merupakan analisis terhadap laporan keuangan dengan cara
membandingkan laporan hanya dalam satu periode saja, yaitu dengan
membandingkan pos-pos atau data-data yang satu dengan yang lainnya.
Ada banyak teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan
keuangan, teknik ini merupakan bagaimana cara dalam melakukan analisis.
Menurut Munawir (2004), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis
laporan keuangan adalah:
a. analisis perbandingan laporan keuangan,
b. trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis),
c. laporan dengan persentase perkomponen atau common size statement d. analisis sumber dan penggunaan modal kerja
e. analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis) f. analisis rasio
g. analisis perubahan laba kotor (gross profit margin) h. analisis break-even
Menurut Martono (2005) analisis laporan keuangan yang banyak digunakan
adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio
keuangan dapat dibedakan:
a. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan
rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang
b. Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industri, yaitu
membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis
atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.
2.1.4 Rasio Keuangan Bank
Sebagaimana telah kita ketahui bahwasanya laporan keuangan merupakan
laporan yang bersifat historis, artinya laporan keuangan merupakan aktivitas yang
sudah dilakukan dalam suatu periode waktu tertentu. Aktivitas-aktivitas ini
disajikan dalam bentuk angka-angka berdasarkan pos-posnya dalam laporan
keuangan, dimana pos-pos ini akan dibandingkan satu sama lainnya sehingga
menghasilkan suatu laporan yang lebih berguna bagi berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan dengan perusahaan, perbandingan antara pos-pos inilah
yang dimaksud dengan rasio keuangan. Menurut harahap (2008), “rasio keuangan
adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan
signifikan (berarti)”. Rasio keuangan sangat besar peranannya dalam melakukan
analisis terhadap laporan keuangan, dimana rasio keuangan dapat
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos satu
dengan yang lainnya sehingga dapat dengan cepat memberikan informasi untuk
lebih mudah dalam menilai dan mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Melakukan analisis terhadap berbagai macam hubungan antara pos-pos dalam
laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan posisi dan
menjelaskan kepada analis tentang sehat atau tidaknya kondisi suatu perusahaan.
Teknik analisis dengan menggunakan rasio keuangan sangat bagus karena dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan, selain itu juga memungkinkan manajer memperkirakan reaksi
kreditor dan investor serta dapat memberikan pandangan bagaimana kira-kira
dana dapat dihimpun. Berikut ini adalah keunggulan analisis rasio dibandingkan
dengan teknik analisis lainnya menurut Harahap (2008):
a. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan
b. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit
c. mengetahui posisi perusahaan ditengan industri lain
d. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model keputusan dan model prediksi
e. menstandarisir size perusahaan
f. lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series” g. lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa
datang.
Walaupun teknik analisis rasio merupakan alat yang sangat bagus dalam
melakukan analisis laporan keuangan, tetap saja tidak terlepas dari berbagai
kekurangan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari alat analisis rasio tersebut.
Menurut Sawir (2005), keterbatasan analisis rasio antara lain:
a. kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak dibeberapa bidang usaha b. rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara
penafsiran yang berbeda dan bisa merupakan hasil manipulasi
c. perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan dan penilaian persediaan d. informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan
Perbedaan jenis perusahaan dapat mengakibatkan perbedaan jenis-jenis rasio
yang akan dipergunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Perbankan
merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan
mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Menurut Sawir (2005) “Rasio-rasio
keuangan perbankan dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok rasio, yaitu:
rasio likuiditas, rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio solvabilitas/permodalan,
rasio risiko usaha bank, dan rasio efesiensi usaha”. Rasio keuangan bank berbeda
dengan rasio keuangan perusahaan umumnya, Hal ini disebabkan karena
komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki oleh bank berbeda dengan
laporan neraca dan laba rugi perusahaan bukan bank sehingga rasio keuangan
bank mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri dalam melakukan
analisis terhadap laporan keuangannya. Dalam penelitian ini tidak semua rasio
yang telah disebutkan sebelumnya akan digunakan untuk melakukan analisis.
hanya rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas yang akan digunakan.
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau sering disebut sebagai rasio modal kerja merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya pada saat ditagih atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Bank
bisa dikatakan likuid jika dapat membayar kembali semua depositonya, mampu
melunasi kewajiban utang-utangnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit
yang diajukannya tanpa terjadinya penangguhan. Oleh sebab itu menurut Sawir
(2005) bank dikatakan likuid apabila:
b. bank tersebut memiliki aset kas yang lebih sedikit dari butir (a) diatas, tetapi yang bersangkutan juga mempunyai aset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya
c. bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan aset kas baru melalui berbagi bentuk utang.
Menurut james O. Gill yang dikutip oleh kasmir (2008) menyebutkan “rasio
likuiditas mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh
kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Likuiditas sebaiknya tidak dikelola
sembarangan, karena sangat berakibat fatal dalam kelangsungan hidup
perusahaan, seperti yang pernah terjadi pada masa krisis moneter tahun 1997.
Likuiditas bank sebaiknya dikelola dengan terencana, terus menerus, dan selalu
menerapkan manajemen risiko dalam setiap pengambilan keputusan.
Hasil dari analisis rasio likuditas sangat besar manfaatnya bagi pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan, terlebih terhadap manajemen
perusahaan karena dapat mengambil sikap atau keputusan yang tepat agar
operasional perusahaan dapat terus berjalan. Bukan hanya bermanfaat terhadap
perusahaan, rasio likuiditas juga bermanfaat terhadap pihak diluar perusahaan.
Menurut kasmir (2008), berikut adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari
hasil analisis raio likuiditas:
a. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
b. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan
c. untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persedian
e. untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang
f. sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang
g. untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu kewaktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode
h. untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan kewajiban lancar
i. menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Banking Ratio.
Menurut kasmir (2008) “Banking Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang
disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki”. Semakin tinggi rasio ini, tingkat
likuiditas bank semakin rendah karena jumlah pinjaman yang diberikan semakin
besar. Pinjaman atau kredit merupakan item yang mengandung risiko, jadi jika
semakin besar pinjaman yang diberikan maka akan semakin besar tingkat risiko
kegagalan dapat terjadi dan akhirnya dapat menggangu likuiditas bank. Rasio ini
juga untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban
kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debitornya. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas sering juga disebut dengan istilah rasio permodalan. Rasio
jangka panjangnya atau kewajiban apabila terjadi likuidasi (dibubarkan) terhadap
perusahaan. Menurut Dendawijaya (2005):
“Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi
bank. Disamping itu rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan
antar volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka
pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal bank
sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagi jenis aktiva
yang dimiliki bank”.
Modal faktor penting bagi bank dalam menjalankan, mengembangkan usaha,
dan menopang risiko kerugian yang dapat timbul dari penanaman dana terhadap
aktiva-aktiva produktif yang mengundang risiko serta untuk membiayai
penanaman terhadap aktiva lainnya. Berdasarkan ketentuan bank Indonesia modal
bank terdiri dari:
1. Modal inti
Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:
a. Modal disetor
b. Agio saham
c. Cadangan umum dan Cadangan tujuan
d. Laba ditahan
f. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasi.
2. Modal pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba
setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan
modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:
a. Cadangan evaluasi aktiva tetap
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
c. Modal kuasi
d. Pinjaman subordinasi
Rasio solvabilitas atau leverage ratio bertujuan mengukur efisiensi bank
dalam menjalankan aktivitasnya. Analisis rasio solvabilitas menurut Sawir (2005)
digunakan untuk:
a. ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan
b. sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain
c. alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya
d. dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut.
Rasio solvabilitas yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2005). CAR adalah
jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan
para investor dapat terlindungi dari ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha
perbankan, dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.
Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin
besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu
bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya
harta yang bermasalah. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang
dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit
sebesar 8%, hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank
for International Settlement). Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia
No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang kewajiban modal
minimum bank umum, rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas atau sering juga disebut rasio profitabilitas selain bertujuan
untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu, juga bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menjalankan operasional perusahaan (Sawir, 2005). Pada aspek rentabilitas ini
baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari
hasil-hasil non operasionalnya.
Menurut Kasmir (2008), tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi
perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan adalah:
a. untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu
b. untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
c. untuk menilai perkembangan laba dari waktu kewaktu
d. untuk menilai besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri e. untuk mengukur produktivitas seluruh dan perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Rasio rentabilitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Return
on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manjemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset
(Dendawijaya, 2005). Rasio ini dirumuskan sesuai dengan Surat Edaran No.
6/23/DPNP tanggal 13 mei 2004 sebagai berikut:
2.1.5 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan dalam pasal 1 butir 2, yang merupakan perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan “bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dari pengertian ini dapat dilihat
bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
dimana aktivitas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang
dikenal dengan istilah funding. Menghimpun dana ini maksudnya ialah
mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas dengan cara
menggunakan berbagai strategi seperti memberikan rangsangan berupa balas jasa
yang dapat berbentuk bunga, hadiah, bagi hasil, pelayanan dan berbagai bentuk
lainnya yang dapat membuat masyarakat berminat untuk menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan dapat berupa tabungan, giro, dan
deposito. Setelah dana diperoleh dari masyarakat maka dana tersebut akan
dikelola atau diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau dikenal
dengan istilah kredit (lending), dimana dana tersebut dapat dipergunakan oleh
masyarakat untuk memajukan perekonomian baik dengan cara membuka lapangan
pekerjaan maupun cara lainnya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama perbankan
adalah menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending). Menurut
PSAK No.31 paragraf 1 menyatakan pengertian bank sebagai berikut:
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan
2.1.6 Perbedaan Bank pemerintah dengan Bank Swasta
Bank pemerintah dan bank swasta sebenarnya dalam hal menjalankan usaha
atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti cara meghimpun dana,
menyalurkan pinjaman, dan jasa-jasa lainnya. Perbedaan antara bank pemerintah
dengan bank swasta hanya menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang
dikatakan bank pemerintah adalah bank yang akte pendiriannya dimiliki oleh
pemerintah pusat dan sahamnya baik seluruh atau sebagian besar juga dimiliki
oleh pemerintah pusat. Sedangkan yang dikatakan bank swasta adalah bank yang
akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh
pihak swasta.
Walaupun yang membedakan bank pemerintah dengan bank swasta hanya
berdasarkan kepemilikannya saja, ini sangat menentukan kinerja dari bank
tersebut ketika menjalankan usahanya, contohnya saja dalam hal pemilihan
direksi, mereka akan ditunjuk berdasarkan rapat umum pemegang saham. Direksi
sama-sama kita ketahui adalah orang yang akan mengelola bank tersebut nantinya,
apakah akan semakin baik kinerja bank tersebut atau malah sebaliknya. Dalam
rapat umum pemegang saham, biasanya bank yang sahamnya dominan dimiliki
oleh suatu pihak inilah yang akan menentukan diterima atau tidaknya calon
direksi yang diajukan, dengan demikian dapat dikatakan bank pemerintah yang
sahamnya dominan dimiliki oleh pemerintah secara otomatis kebijakan pemilihan
2.1.7 Sumber Dana Bank
Bank merupakan bisnis keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya. Dana dapat disalurkan apabila dana
tersebut telah dapat dihimpun baik dari masyarakat mapun dari pihak-pihak lain.
Menurut Sinungan yang dikutip oleh Irmayanto, dkk (2009), dana-dana bank yang
dipakai sebagi alat operasional dapat diperoleh dari berbagai sumber:
1. Dana pihak kesatu (sumber dana sendiri)
Dananya diperoleh dari modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Dalam neraca bank dana modal sendiri terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, dan laba ditahan
2. Dana pihak kedua (sumber dana pihak luar)
Merupakan sumber dana yang berasal dari pihak luar selain masyarakat, yang dapat berupa call money, pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, dan pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia).
3. Dana pihak ketiga (sumber dana masyarakat)
Dana yang diperoleh bank dari simpanan masyarakat dapat berupa giro
(demand deposit), tabungan (saving), deposito (time deposit), dan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan penelitian terdahulu
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian Variabel yang Diteliti OR tidak ada perbedaan kinerja keuangan, Namun jika dilihat dari RORA, CMR dan LDR ada CAR dengan NIM dan ROE dengan ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2005) adalah untuk menilai
kinerja keuangan antara bank nasional, bank campuran, dan bank asing. Teknik
analisis yang digunakan oleh Handayani melalui uji Analysis of Variance
(Anova), dimana hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA), Operating Ratio (OP) tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan,
sedangkan Return On Risk Assets (RORA), Call Money Ratio (CMR), dan Loan
to Deposit Ratio (LDR) terdapat perbedaan kinerja keuangan. Perbedaan
penelitian penulis dengan penelitian Handayani ini adalah penulis melakukan
penelitian tentang bank pemerintah dan bank swata, dimana penulis tidak
membedakan antara bank swasta nasional maupun bank swasta asing. Pengukuran
kinerja keuangan bank juga berbeda antara penelitian penulis dengan penelitian
Handayani.
Purwoko (2007) melakukan penelitian mengenai penilaian kinerja bank
pemerintah dan bank swasta dengan variabel pengukuran yang digunakan adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM). Return On Equity
(ROE), dan Return On Assets (ROA). Alat analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif, analisis korelasi, dan one-way ANOVA. Hasil analisisnya
menunjukkan bahwa CAR, NIM, ROE, dan ROA mengalami kondisi yang
berfluktuatif ketika dilakukan analisis deskriptif. Analisis korelasi yang
merupakan analisis untuk melihat hubungan antar variabel menunjukkan bahwa
ada dua pasang rasio yang memiliki hubungan, yaitu CAR dengan NIM dan ROE
CAR, ROE, dan ROA yang memiliki rata-rata populasi yang sama, sedangkan
NIM memiliki rata-rata populasi yang tidak sama. Terdapat beberapa perbedaan
antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian Purwoko ini, seperti alat
analisis yang digunakan dan metode pengujian terhadap variabel yang ditelitipun
berbeda, dimana penulis melakukan pengujian perbedaan antara bank melalui
Independent sample T-test sedangkan Purwoko melalui one-way ANOVA. Selain
itu penulis tidak melakukan analisis untuk melihat hubungan antara variabel yang
diteliti melainkan hanya untuk mengetahui perbedaan kinerja antara bank tersebut
saja.
Penelitian Sucianti (2007) adalah mengenai penilaian kinerja keuangan antara
bank kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara. Variabel pengukuran
yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return On Equity (ROE), Biaya Operasional per Pendapatan Operasional
(BOPO), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV). Pengujian
yang dilakukan menggunakan statistik non-parametrik melalui uji Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja antar bank
kepemilikan asing dengan bank kepemilikan negara untuk semua variabel yang
digunakan. Dari keterangan ini dapat diketahui bahwa penelitian penulis dengan
Sucianti sangat jauh berbeda, selain bank yang diteliti adalah antara kepemilikan
asing dan kepemilikan negara, metode statistik dan variabel penelitian yang
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka konseptual
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian
terdahulu, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Dibandingkan
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual diatas adalah gambaran mengenai perbandingan
kinerja keuangan bank. Dalam penelitian ini bank dibagi menjadi dua jenis,
yaitu bank pemerintah dan bank swasta. kedua bank ini sama-sama kita
ketahui akan menghasilkan laporan keuangan, dimana laporan keuangan
masing-masing bank tersebut akan dianalisis oleh peneliti mengenai kinerja
keuangannya dengan teknik atau alat analisis yang digunakan adalah melalui
Return On Assets (ROA), Capital Adequacy ratio (CAR), dan Banking Ratio.
BANK
Bank Pemerintah Bank Swasta
Kinerja keuangan:
ROA
CAR
Banking Ratio
Kinerja keuangan:
ROA
CAR
Banking Ratio
Setelah kinerja keuangan masing-masing bank tersebut diketahui, maka tahap
selanjutnya membandingkan hasil analisis antara kedua bank tersebut untuk
melihat kinerja keuangan bank mana yang lebih baik dalam mengelola aset
yang mereka miliki.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalan
kalimat pertanyaan (Sugiyono,2004). Berdasarkan perumusan masalah
sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara
kinerja bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari Return On Assets