• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPINO

(

Solanum muricatum

Aiton.) SEBAGAI HUMEKTAN

DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

SKRIPSI

OLEH:

SAFRINA

NIM 101524034

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPINO

(

Solanum muricatum

Aiton.) SEBAGAI HUMEKTAN

DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

SAFRINA

NIM 101524034

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPINO

(

Solanum muricatum

Aiton.) SEBAGAI HUMEKTAN

DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

OLEH: SAFRINA NIM 101524034

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Penggunaan sari

buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) sebagai humektan dalam sediaan krim

pelembab” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi di

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ucapan terima kasih kepada Bapak

Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku

dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan membimbing penulis

dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan ikhlas selama penelitian

hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Juanita

Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely

Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Ibu Marianne, S.Si, M.Si.,

Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama

masa pendidikan. Penulis juga tiada lupa mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang tiada terhingga khusus kepada kedua orang tua, Ayahhanda

Muhammad Yakub dan Ibunda Rusni, atas do’a dan pengorbanannya dengan tulus

dan ikhlas, abang dan adik tersayang yang selalu setia memberi do’a, dorongan

(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Juni 2012

Penulis,

(6)

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton.) SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Abstrak

Buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) adalah salah satu contoh bahan alam yang tinggi akan kandungan vitamin B komplek, vitamin A dan vitamin C yang sangat baik menangkal radikal bebas. Selain vitamin, buah pepino juga mengandung protein dan lemak.

Berdasarkan kandungan dari buah pepino maka telah dilakukan penelitian terhadap Sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) sebagai pelembab alami kulit. Konsentrasi sari buah pepino yang digunakan adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12% kemudiaan dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.

Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, pengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen dan stabil selama penyimpanan 12 minggu kecuali formula dengan konsentrasi 12%. Sediaan krim mempunyai pH 6-7, merupakan tipe emulsi m/a, dan tidak mengiritasi kulit. kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah pepino yang ditambah pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah pepino konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 55,55% jauh lebih baik dibandingkan gliserin 2% yang mencapai 38,88%, tetapi sediaan tersebut tidak stabil yang ditandai dengan perubahan bau, warna, dan pecahnya emulsi pada penyimpanan selama 8 minggu.

(7)

THE USE OF PEPINO (Solanum muricatum Aiton.) EXTRACT AS HUMECTANTS IN THE PREPARATION OF A MOISTURIZING

CREAM Abstract

Pepino fruit (Solanum muricatum Aiton.) is one of natural material which high of vitamin B complex, vitamin A , and vitamin C, it’s important to ward free radical. Besides vitamin, pepino fruit also has protein and lipid.

Based on the contains of pepino fruit, research has done on pepino extract (Solanum muricatum Aiton.) as a moisturizer natural skin. Concentration of pepino fruit extract used were 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12% and them compared with blanco and gycerine 2%.

Some test have been done on formula including: homogenity test, pH value, type of emulsion, stability test, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from skin using 12 respondent.

The result of homogenity test showed for moisturizing cream was homogenous and stable in storage 12 weeks, except the concentration of 12%, a pH value 6.0-7.0, produced the cream is a type of emulsion o/w (oil/water), and did not irritated skin cause itching. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of pepino fruit extract added into the cream the greater the ability to reduce the evaporation of water from the skin. The conclusion of the result from this research that pepino fruit extract with concentration in 12% to decrease water evaporation from the skin is 55.55% and good that comparion with glycerine solution 2% is 38,88%. But the preparations are unstable marked in odor, color and breakup of emulsion on storage for 8 weeks.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tentang Buah Pepino ... 5

2.1.1 Taksonomi buah pepino ... 6

2.1.2 Kandungan dan manfaat buah pepino ... 6

2.2 Kulit ... 7

2.2.1 Struktur kulit ... 7

2.2.2 Jenis Kulit ... 9

(9)

2.3 Sediaan Krim ... 12

3.2.1 Teknik pengambilan sampel ... 17

3.3 Sukarelawan ... 17

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 20

3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 20

3.5.3 Penentuan pH sediaan ... 21

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 21

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 21

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

(10)

4.1.1 Homogenitas sediaan ... 23

4.1.2 Stabilitas sediaan ... 23

4.1.3 pH sediaan ... 25

4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 27

4.1.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 28

4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula sediaan krim yang dibuat ... 19

Tabel 2. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaaan pada saat

sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 24

Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 25

Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama

12 minggu ... 25

Tabel 5. Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 27

Tabel 6. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 28

Tabel 7. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan krim setelah dibuat ... 34

Lampiran 2. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu ... 35

Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi ... 36

Lampiran 4. Gambar buah pepino ... 37

Lampiran 5. Gambar juicer dan juice pepino ... 38

Lampiran 6. Gambar alat freeze dyer ... 39

Lampiran 7. Gambar sari buah pepino yang telah di freeze dryer ... 40

Lampiran 8. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 41

Lampiran 9. Perhitungan ... 42

Lampiran 10. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 43

(13)

PENGGUNAAN SARI BUAH PEPINO (Solanum muricatum Aiton.) SEBAGAI HUMEKTAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Abstrak

Buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) adalah salah satu contoh bahan alam yang tinggi akan kandungan vitamin B komplek, vitamin A dan vitamin C yang sangat baik menangkal radikal bebas. Selain vitamin, buah pepino juga mengandung protein dan lemak.

Berdasarkan kandungan dari buah pepino maka telah dilakukan penelitian terhadap Sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) sebagai pelembab alami kulit. Konsentrasi sari buah pepino yang digunakan adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12% kemudiaan dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.

Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, pengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen dan stabil selama penyimpanan 12 minggu kecuali formula dengan konsentrasi 12%. Sediaan krim mempunyai pH 6-7, merupakan tipe emulsi m/a, dan tidak mengiritasi kulit. kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah pepino yang ditambah pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah pepino konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 55,55% jauh lebih baik dibandingkan gliserin 2% yang mencapai 38,88%, tetapi sediaan tersebut tidak stabil yang ditandai dengan perubahan bau, warna, dan pecahnya emulsi pada penyimpanan selama 8 minggu.

(14)

THE USE OF PEPINO (Solanum muricatum Aiton.) EXTRACT AS HUMECTANTS IN THE PREPARATION OF A MOISTURIZING

CREAM Abstract

Pepino fruit (Solanum muricatum Aiton.) is one of natural material which high of vitamin B complex, vitamin A , and vitamin C, it’s important to ward free radical. Besides vitamin, pepino fruit also has protein and lipid.

Based on the contains of pepino fruit, research has done on pepino extract (Solanum muricatum Aiton.) as a moisturizer natural skin. Concentration of pepino fruit extract used were 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12% and them compared with blanco and gycerine 2%.

Some test have been done on formula including: homogenity test, pH value, type of emulsion, stability test, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from skin using 12 respondent.

The result of homogenity test showed for moisturizing cream was homogenous and stable in storage 12 weeks, except the concentration of 12%, a pH value 6.0-7.0, produced the cream is a type of emulsion o/w (oil/water), and did not irritated skin cause itching. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of pepino fruit extract added into the cream the greater the ability to reduce the evaporation of water from the skin. The conclusion of the result from this research that pepino fruit extract with concentration in 12% to decrease water evaporation from the skin is 55.55% and good that comparion with glycerine solution 2% is 38,88%. But the preparations are unstable marked in odor, color and breakup of emulsion on storage for 8 weeks.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari

bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat tidak

hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetis untuk meningkatkan kecantikan

(Wasitaatmadja, 1997).

Sejak tahun 1938 di Amerika Serikat dibuat Akta tentang definisi

kosmetika yang kemudian menjadi acuan peraturan Menteri Kesehatan RI

No.220/ Menkes /Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa

kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan,

dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian badan

manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik

atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Definisi tersebut

menunjukkan bahwa kosmetika bukan suatu obat yang dipakai untuk diagnosis,

pengobatan maupun pencegah penyakit. Obat bekerja dari dalam sehingga dapat

mempengaruhi struktur dan faal tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia terletak

dibagian paling luar dan mempunyai permukaan paling luas. Oleh karena itu,

kondisi kulit selalu dipandang pertama kali dan dianggap sebagai salah satu unsur

kecantikan. Dengan demikian, kulit senantiasa memancarkan kesegaran bagi

(16)

Kulit memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui

sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara

terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan

pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen

melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai

peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air. Tipe krim ada dua jenis, yaitu A/M dan M/A. Pada umumnya

kosmetika seperti krim dibuat dalam bentuk sediaan emulsi M/A karena lebih

nyaman dipakai karena tidak begitu lengket, lebih mudah tercuci dengan air, lebih

cepat menyebar ke permukaan kulit dan lebih dingin (Lachman, dkk., 1994).

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara

kering, terik sinar matahari, angin keras, usia lanjut, berbagai penyakit kulit

maupun penyakit dalam tubuh dan lain sebagainya (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alami, vitamin mampu melindungi kulit dari radikal bebas yang

sangat reaktif yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kelainan kulit.

Vitamin A, B, C, D, dan E jika digunakan secara topikal akan memberikan

(17)

tertentu. Sari buah dan sayuran, baik dalam bentuk murni atau dicampurkan dalam

krim, susu, atau masker wajah, juga memiliki efek yang menguntungkan kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) merupakan salah satu contoh

bahan alam yang mengandung air 95% dan kaya vitamin B komplek, dan

vitamin C yang sangat baik untuk merawat kecantikan kulit dan mencegah

penuaan dini, seperti keriput wajah serta menangkal radikal bebas. Selain itu buah

pepino juga mengandung gula sederhana, betakaroten. (Kinanti, 2010).

Berdasarkan kandungan yang terdapat pada buah pepino maka buah

pepino diduga mempunyai kemampuan untuk melembabkan kulit. Berkaitan

dengan hal tersebut penulis melakukan penelitian tentang pengaruh sari buah

pepino dalam krim pelembab.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) dapat

diformulasikan dalam sediaan krim pelembab.

2. Apakah sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) dalam sediaan

krim mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) dapat diformulasikan dalam

sediaan krim pelembab.

2. Sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) dalam sediaan krim mampu

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasi sediaan krim tipe m/a dengan penambahan sari buah

pepino (Solanum muricatum Aiton.)

2. Untuk mengetahui stabilitas sediaan krim sari pepino setelah penyimpanan

selama 12 minggu.

3. Untuk mengetahui kemampuan sari buah pepino (Solanum muricatum

Aiton.) dalam sediaan krim mengurangi penguapan air dari kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tentang Buah Pepino

BuahPepino sering disebut sebagai buah ajaib buah ini merupakan bagian

dari keluarga terung-terungan (Solanum)yang dikenal dengan nama latin solanum

muricatum Aiton, kata: “pepino” terdiri dari kata Pep-Enno yang berasal dari

bahasa Spanyol untuk menyebut ketimun. Bentuk pepino mirip terung, yang

membedakan adalah warna (Hakimah, 2010).

Pepino dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik pada dataran

tinggi seperti kawasan puncak di Jawa Barat. Buah ini banyak dibudidayakan di

daerah Dieng-Jawa Tengah dan di kota Batu Malang, sehingga juga dikenal

dengan nama melodi (Melon Dieng), disebut juga husada dewa karena khasiat

pengobatannya. Bentuknya bulat telur, beratnya bisa mencapai 1/4 kg per buah.

Buah ini memiliki cita rasa manis sedang dan sedikit asam, seperti kombinasi rasa

buah blewah dan melon. Buah ini dapat dimakan, dibuat jus, isi es buah atau

sebagai campuran salad. Buah pepino terdiri dari bagian kulit, daging buah, dan

biji. Daging buahnya memiliki aroma yang khas dan mengandung banyak air (Ide,

(20)

2.1.1 Taksonomi buah pepino

Menurud Melodi (2005) buah pepino diklasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Spesies : Solanum muricatum Aiton

Nama lokal : pepino

2.1.2 Kandungan dan manfaat buah pepino

Pepino dikenal sebagai sumber beta karoten 27 mg per 100 gram daging

buah. Beta karoten merupakan provitamin A yang di dalam tubuh akan diubah

menjadi vitamin A, yang berguna dalam proses penglihatan, reproduksi, dan

metabolisme (Hakimah, 2010)

Berdasarkan uji teknologi pangan dan hasil pertanian UGM tahun 2005

menunjukkan kandungan gizi buah pepino diantaranya sebagai berikut (Ide,

(21)

Dari kandungan buah pepino, disamping bermanfaat untuk kesehatan

tubuh juga bagus untuk perawatan kulit. Dengan mengkonsumsi buah pepino

secara teratur dapat berguna untuk menangkal radikal bebas, penyebab penuaan

dini, dan kandungan vitamin C dari buah pepino sangat baik untuk merawat

kecantikan kulit. Demikian juga dengan jus pepino yang matang dipakai untuk

menghilangkan kulit berkerut karena faktor usia dan terpaan sinar matahari

(Kinanti, 2010).

2.2 Kulit

Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mengandung lapisan lemak

tipis yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang

menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum

untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindung.

Jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit menjadi kering

dan bersisik oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan cara

memberikan kosmetik pelembab kulit (Ditjen POM, 1985).

2.2.1Struktur kulit

Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada

umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan yaitu: epidermis, dermis dan

hipodermis (Lachman, dkk., 1994).

1. Lapisan epidermis

Lapisan ini terletak paling atas. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada

berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada

(22)

terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Lapisan ini terdiri dari lima

lapisan sel yaitu:

a. Lapisan tanduk (stratum corneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak

mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit

mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis

protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap

bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi

tubuh dari pengaruh luar.

b. Lapisan jernih (stratum lucidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan yang tipis, jernih,

mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak

kaki

c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,

berinti mengkerut.

d. Lapisan malphigi (stratum spinosum)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap

sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

e. Lapisan basal (stratum germinativum)

Lapisan terbawah epidermis. Lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit

(23)

2. Lapisan dermis

Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam

substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin

mukopolisakarida.

3. Lapisan subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi

sel-sel lemak di dalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu

melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh.

Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan.

Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan

energi dengan cara memecah simpanan lemaknya.

2.2.2 Jenis kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian

(Wasitaatmadja, 1997):

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan

elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori

kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun

(24)

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kulit tubuh secara umum

dapat dibedakan sebagai berikut (Wirakusuma, 2007):

a. Jenis kulit sensitif

Kulit jenis ini mudah sekali mengalami gangguan dan masalah yang

disebabkan oleh perubahan suhu, kelembaban, maupun penggunaan kosmetika

yang tidak sesuai.

b. Jenis kulit reaktif

Kulit jenis ini cepat mengalami perubahan secara tiba-tiba akibat adanya

perubahan lingkungan. Reaksi ini meskipun dalam jangka waktu yang tidak

terlalu lama akan kembali normal. Misalnya, kulit muka menjadi merah secara

tiba-tiba karena perlebaran pembuluh darah kapiler di bawah kulit tanpa

diketahui penyebab yang jelas.

c. Jenis kulit alergi

Jenis kulit ini berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Pada kasus-kasus

tertentu, sistem kekebalan tubuh tidak dapat berperan sehingga akan timbul

alergi. Tanda-tanda alergi yaitu kulit memerah dan biasanya juga timbul

gatal-gatal pada kulit.

Kerusakan kulit juga dapat diakibatkan dari paparan sinar UV matahari

yang dapat menyebabkan kulit terbakar dan mengalami kerusakan yang lebih

serius. Paparan Sinar UV yang lama mengakibatkan kulit terbakar dan

meningkatkan risiko terkena kanker kulit yang disertai perubahan dini pada kulit

yaitu: penuaan, keriput, hilangnya elastisitas, bintik-bintik atau bercak hati

(25)

2.2.3 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa fungsi

diantaranya sebagai berikut (Wirakusuma, 2007):

a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan- bahan yang

membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. selain itu,

kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api dan

dingin.

b. Kulit menjaga kelembaban jaringan tubuh

Lapisan kulit yaitu lapisan tanduk berfungsi menjaga kelembaban kulit

sehingga air tidak mudah ke luar dari dalam tubuh.

c. Kulit pengatur suhu tubuh

Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara

melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut kemudian

akan menguap sehingga menyebabkan tubuh terasa dingin. Demikian pula

sebaliknya. Bila seseorang mengalami kedinginan, pembuluh darah dalam

kulit akan menyempit sehingga panas tubuh tertahan.

d. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti

panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu, kulit akan segera

(26)

2.3 Sediaan Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri

dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau

alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih

ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Vanishing cream umumnya merupakan emulsi minyak dalam air,

mengandung air dan asam stearat dalam persentase yang besar. Setelah pemakaian

krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis

(Ansel, 1989).

Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet.

Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol

0,02-0,05% (Anief, 2000).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M seperti cold cream

b. Emulsi minyak dalam air atau M/A seperti vanishing cream

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal

sebagai krim. Basis Vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, 1994).

Basis (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena

(27)

serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Humektan seperti gliserin,

propilenglikol dan sorbitol sering ditambahkan pada vanishing cream untuk

mengurangi penguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995)

Basis krim untuk tipe A/M juga mempunyai kelebihan dalam

membersihkan kotoran yang larut dalam minyak dan tidak menyebabkan kulit

kering dan kasar. Namun tipe ini mempunyai kekurangan yaitu lebih mahal, lebih

lengket dan terasa panas menutupi pori-pori. Oleh karena itu krim ini kurang

diminati dalam sediaan pelembab (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Kosmetika Untuk Kulit

Kosmetika menurut peraturan menteri Kesehatan RI No.445/ MenKes/

Permenkes/ 1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian

luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimasudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit (Wasitaatmadja, 1997).

Penggunaan kosmetika pelembab terutama pada kulit kering atau kulit

normal yang cendrung kering, terutama jika si pengguna kosmetika lama berada

didalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC. Pemilik

kulit yang secara alamiah sudah berjerawat, tidak perlu atau bahkan

(28)

2.4.1 Kosmetikapelembab

Kosmetika pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit dalam

tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering

(Wasitaatmadja, 1997).

Pelembab bekerja dengan membentuk lapisan oklusif pada permukaan

kulit yang akan memperlambat penguapan air pada kulit sehingga akan bertahan

pada lapisan stratum korneum dan melunakkan kulit, dan humektan yang bersifat

higroskopis mampu menarik air ke dalam stratum korneum dan meningkatkan

hidrasi, menjaga kelenturan dan menghambat evaporasi dengan adanya sawar

lipid yang tahan terhadap air, maka evaporasi melalui permukaan kulit dapat

dicegah (Dahlan, 2011)

Pelembab yang bagus mempunyai kandungan propilen glikol dan

kolagen yang bertujuan untuk mengikat air. Krim seperti emollients, merupakan

jenis pelembab yang digunakan pada malam hari untuk menghaluskan kulit kering

(Santoso, 2001).

Pelembab bekerja pada bagian kulit lapisan epidermis di stratum

korneum. Beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil. Hal ini menjaga

permukaan kulit tetap halus dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum

hilang, kulit akan menjadi kering dan bersisik. Meskipun lapisan film lipid bukan

sebagai mantel penutup yang menolak air, tapi dapat membantu menahan air agar

(29)

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan

dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan

sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi

sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah

tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan

non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetika pelembab kulit

(Wasitaatmadja, 1997).

Sediaan perawatan kulit yang lain adalah sediaan yang digunakan untuk

perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat, terlindung dari kekeringan

dan sengatan cuaca, baik panas matahari maupun dingin, dan nampak segar dan

tekstur kulit yang lembut dan menarik. Kegiatan perawatan kulit meliputi

pembersihan, toning, kondisioning, dan pelindungan kulit (Ditjen POM, 1985).

2.4. 2 Macam-macam kosmetika pelembab Kosmetika pelembab dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:

1. Kosmetika pelembab dengan dasar lemak

Krim tipe ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, mencegah

penguapan air kulit serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.

Pelembab ini harus dapat menutupi daerah tertentu permukaan kulit,

mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit dan mencegah

penguapan air dari kulit. Bahan utama dalam krim pelembab ini adalah lemak

(lanolin, lemak wool, lanette wax, glycerol monostearat). Sebagai tambahan

adalah mineral oil, olive oil, sesame oil, oleum cocos yang semuanya

merupakan bahan tipe A/M sedangkan untuk tipe M/A bahan yang digunakan

(30)

2. Kosmetika pelembab dengan dasar gliserol

Jenis pelembab ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan

yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak

lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit. Bahan

yang digunakan sirup sorbitol, propilen glikol, glyceryl monostearat atau

lanette wax yang mempunyai dua fungsi pelembab (higroskopis dan lapisan

lemak) (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.3 Syarat dari kosmetika pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu (Balsam, 1972):

a. Melembutkan kulit.

b. Mudah menyerap dengan cepat.

c. Tidak meninggalkan lapisan film pada kulit.

d. Tidak menghambat pembentukan keringat secara normal.

e. Memiliki bau yang menyenangkan.

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca analitik, pH meter, mikroskop, freeze dryer, juicer, lumpang,

stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air,

batang pengaduk, spatel, pot plastik, penangas air, spatula, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,

nipagin, natrium metabisulfit, parfum apel, sari buah pepino, silika gel.

3.2.1 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah daging buah

pepino masak, yang diperoleh dari Swalayan Brastagi Medan.

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan

kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12

orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berat badan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

(32)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan sari buah pepino

Buah pepino yang masak dengan berat 5 kg dikupas kulitnya, diperoleh

daging buah sebanyak 4,2 kg, kemudian daging buah pepino dipotong-potong

menjadi bagian yang lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer, lalu diperoleh sari

sebanyak 2 liter yang ditambahkan dengan natrium metabisulfit sebanyak 0,1%

dan dikeringkan dengan freeze dryer selama 3 minggu, maka diperoleh sari buah

pepino sebanyak 70,3 gram.

3.4.2 Formula standar handcream (Young, 1972) Asam stearat 12 g

Nipagin 1 sendok spatula

Parfum 3 tetes

Natrium metabisulfit 0,1 g

Air suling 100 ml

Parfum apel 3 tetes

(33)

3.4.4 Pembuatan sediaan krim

Konsentrasi sari pepino yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2% ,

4%, 6%, 8%, 10%, 12%, dan gliserin 2%. Adapun formula yang digunakan dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Formula sediaan krim yang dibuat

Komposisi

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : konsentrasi sari buah pepino 2% Fomula C : konsentrasisari buah pepino 4%

Formula D : konsentrasi sari buah pepino 6% Formula E : konsentrasi sari buah pepino 8% Formula F : konsentrasi sari buah pepino 10% Formula G : konsentrasi sari buah pepino 12%

(34)

Cara pembuatan:

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan

dilebur di atas penangas air (massa 1). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu

tambahkan natrium metabisulfit dan trietanolamin diaduk sampai larut (massa II).

Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil

digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari buah pepino

digerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim. Terakhir tambahkan 3

tetes parfum apel dan gerus hingga homogen.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979)

3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas sediaan meliputi: pecah tidaknya sediaan,

pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sediaan.

Cara:

Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup

bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat

sediaan telah dibuat, dan setelah penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu yang

(35)

3.5.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 gram sediaan larutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda

dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH

konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins,

2003).

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan Cara:

Sebanyak 100 mg sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1

tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup

dan amati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan

tersebut tipe emulsi m/a (Ditjen POM, 1985).

3.5.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:

kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan

lihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema (Ditjen

(36)

3.5.6 Penetuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

ditentukan dengan mengunakan dua buah tutup plastik berdiameter 4,5 cm yang

dirangkai seperti yang terlihat pada Lampiran 8.

Cara:

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan

diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup

pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum

dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,

kemudian diletakkan pada eksikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi,

kain kasa dijahit, dimasukkan silica gel dibalikkan, diletakkan di atas pot plastik

kemudian wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan.

Wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah

menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah

sukarelawan yang telah dioleskan sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat

melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka

digunakan isolatip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan

bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudian

segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan

untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan

4.1.1 Homogenitas sediaan

Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak

diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan

yang sama juga dilakukan terhadap sedian pembanding yaitu formula gliserin 2%

dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada

keping kaca.

4.1.2 Stabilitas sediaan

Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat

penggumpalan dari pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi.

Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah

teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.

Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan

penambahan anti oksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau

mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan anti

mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama

penyimpanan 12 minggu pada konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%. dan 10%,

menunjukkan kondisi yang stabil. Namun pada konsentrasi 12% mengalami

oksidasi yang ditandai dengan perubahan bau dan warna disertai pecahnya emulsi.

(38)

Tabel 2. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai

(39)

4.1.3 pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan

yang dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat

No Formula pH

Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

No Formula pH

(40)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, didapatkan bahwa pH dari formula A= 6,9; formula B= 6,8; formula C= 6,6; formula D= 6,6; formula

E= 6,6 formula F= 6,5 ; formula G= 6,5; formula H= 7 sedangkan hasil penentuan

pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu didapat bahwa pH dari

formula A = 6,8 ; formula B = 6,6 ; formula C = 6,4; formula D = 6,4; formula E=

6,3; formula F= 6,1; formula G= 5,9; formula H= 6,9. Dari hasil penentuan pH

keduanya didapat bahwa pH dengan penambahan sari buah pepino lebih rendah

dibandingkan dengan sediaan blanko dan gliserin 2%, dan setelah penyimpanan

selama 12 minggu pH yang diperoleh semakin rendah dibandingkan dengan pH

setelah dibuat. Semakin tinggi konsentrasi sari buah pepino yang ditambahkan ke

dalam sediaan krim, maka semakin rendah pH yang didapat. Hal ini dikarenakan

pH sediaan krim tersebut mendekati pH dari sari buah pepino yaitu 6,5. pH yang

semakin asam terlihat pada konsentrasi 10% dan 12%.

Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5-8, sehingga sediaan di

atas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan badan.

Sari buah pepino merupakan salah satu bahan alam yang dapat mengalami

oksidasi, bila ditambahkan dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat

pada konsentrasi 12% dengan penyimpanan selama 8 minggu mengalami

perubahan bau dan warna, pecahnya emulsi, yang diikuti dengan perubahan pH

(41)

4.1.4 Tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan

menggunakan biru metil dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Data penentuan tipe emulsi sediaan

No Formula

Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari buah pepino 2%

Formula H : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (pembanding)

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada Tabel 5, formula krim

dengan konsentrasi buah pepino 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%, gliserin 2% dan

blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian

larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang

(42)

4.1.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Penggunaan kosmetik yang rusak pada kulit dapat menyebabkan berbagai

reaksi (efek samping). Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping tersebut

maka dilakukan uji daya iritasi terhadap kulit. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, hal uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan N

Menurut Ditjen POM (1985), uji iritasi terhadap kulit untuk mengetahui

ada atau tidaknya efek samping, dilakukan dengan memakai kosmetika di

belakang daun telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas,

ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa eritema, papula, vesikula dan

(43)

4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30

tahun yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

No Sukarelawan Persentase pengurangan penguapan air pada masing-masing formula

A B C D E F G H

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari buah pepino 2% Formula C : Konsentrasi sari buah pepino 4% Formula D : Konsentrasi sari buah pepino 6% Formula E : Konsentrasi sari buah pepino 8% Formula F : Konsentrasi sari buah pepino 10% Formula G : Konsentrasi sari buah pepino 12%

(44)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa krim sari buah pepino dengan

konsentrasi 2% mampu mengurangi penguapan air dari kulit 11,53% sampai

27,77% untuk konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air dari kulit

sebesar 15,78% sampai 33,33% untuk konsentrasi 6% mampu mengurangi

penguapan air dari kulit sebesar 21,05% sampai 43,47% untuk konsentrasi 8%

mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 26,31% sampai 44,44%

untuk konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air sebesar 31,57% sampai

50,00% untuk konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air sebesar

42,10% sampai 55,55%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang

mengandung gliserin 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar

30,00% sampai 38,88% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan

air sebesar 6,66% sampai 15,00%.

Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari

buah pepino yang ditambah pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula

kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit, terlihat pada

konsentrasi 12%. Apabila dibandingkan dengan persentase kemampuan sediaan

pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit, maka

yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu sediaan krim sari

buah pepino dengan konsentrasi 6%.

Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari

kulit berbeda dari setiap sukarelawan disebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat

pengujian dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap sukarelawan tidak

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sari buah pepino (Solanum muricatum Aiton.) dapat diformulasikan

ke dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim

yang dihasilkan semuanya homogen dan tidak menyebabkan iritasi

pada kulit.

2. Sediaan krim sari buah pepino pada konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan

10% stabil pada penyimpanan selama 12 minggu

3. Penambahan sari buah pepino ke dalam sediaan krim dapat

mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data yang diperoleh

menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah pepino yang

ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi kemampuan

sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

Dibandingkan dengan gliserin 2%, kemampuan pengurangan

penguapan air pada konsentrasi 12% jauh lebih baik yaitu mencapai

55,55%. Sedangkan gliserin 2% mencapai 38,88% tetapi pada sediaan

dengan konsentrasi 12% tidak stabil, yang ditandai dengan perubahan

warna, bau, dan pecahnya emulsi pada penyimpanan selama 8

minggu.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti krim sari

buah pepino dengan menggunakan bahan tambahan yang lain sehingga

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1997). Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit.

Cetakan Pertama.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 34.

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 71-72.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerjemah: Farida Ibrahim Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Edisi Kedua. London. John Willey and Son, Inc. Hal. 211.

Draelos, Z.D.,dan Thaman, L.A.(2006) Cosmetics Formulation of Skin Care

Products. Edisi Ketiga puluh. London: Taylor and Francis Group. Hal. 80.

Dahlan, N.H. (2011). Pengaruh Pemberian Pelembab Terhadap Perbaikan Sawar Kulit Pada Dermatitis Atopik Anak. Tesis. Universitas Makassar.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 6.

Hakimah, I.A. (2010) 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Jakarta Penerbit Syura Media Utama, Hal 151-153.

Ide, P. (2010). Health Secret of Pepino. Jakarta: Penerbit PT Elek Media Komputindo. Hal. 52, 67, 70.

Kinanti, A.S. (2010). 101 Khasiat Buah-buahan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Araska Media Utama. Hal. 96.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1091-1093.

(47)

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. Londo: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal.9-10 .

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 11, 118, 127.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 26-27, 111.

Wirakusumah, E.S. (2007) Cantik dan Awet Muda Dengan Buah, Sayur, Dan Herbal. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited

(48)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar sediaan krim setelah selesai dibuat Pandangan depan

A B C D E F G H

Pandangan atas

E F G H

A B C D Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula B : Konsentrasi sari buah pepino 2% Formula C : Konsentrasi sari buah pepino 4% Formula D : Konsentrasi sari buah pepino 6% Formula E : Konsentrasi sari buah pepino 8% Formula F : Konsentrasi sari buah pepino 10% Formula G : Konsentrasi sari buah pepino 12

(49)

Lampiran 2. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu Pandangan depan

A B C D E F G H

Pandangan atas

E F G H

A B C D

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari buah pepino 2% Formula C : Konsentrasi sari buah pepino 4% Formula D : Konsentrasi sari buah pepino 6% Formula E : Konsentrasi sari buah pepino 8% Formula F : Konsentrasi sari buah pepino 10% Formula G : Konsentrasi sari buah pepino 12%

(50)

Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi

A B C D E F G H

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari buah pepino 2% Formula C : Konsentrasi sari buah pepino 4% Formula D : Konsentrasi sari buah pepino 6% Formula E : Konsentrasi sari buah pepino 8% Formula F : Konsentrasi sari buah pepino 10% Formula G : Konsentrasi sari buah pepino 12%

(51)

Lampiran 4. Gambar Buah Pepino Sebelum dikupas

(52)

Lampiran 5. Gambar alat Juicer dan Juice Pepino

Juice Pepino

(53)

Lampiran 6. Gambar alat freeze dryer

Rangkaian alat freeze dryer tanpa sampel

(54)

Lampiran 7. Gambar sari buah Pepino yang telah di freeze dryer

Pandangan samping

(55)

Lampiran 8. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit

A

B C

D

Keterangan: A : Gambar penguapan air dari kulit

(56)

Lampiran 9. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan I ( formula

B).

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal

Berat awal = 10,02 gr

Berat akhir = 10,09 gr

Pertambahan berat = 70 mg

b. Persentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Diketahui : Pertambahan berat tanpa sediaan = 100 mg

Pertambahan berat sediaan = 70 mg

Jadi, persentase pengurangan penguapan air dari kulit adalah

% = 100mg – 70mg 100

x 100%

= 30%

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

Gambar

Tabel 1. Formula sediaan krim yang dibuat
Tabel 2. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat
Tabel 5. Data penentuan tipe emulsi sediaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan luaran bayi (berat badan dan APGAR Score) pada preeklamsia berat dan preeklamsia berat dengan komplikasi HELLP

Sedangkan pada perlindungan konsumen UU Perlindungan Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen) kondisi yang globalisasi dan perdagangan

LOVE AFFAIR REFLECTED AT HENRIK IBSEN’S HEDDA GABLER PLAY (1890); AN INDIVIDUAL PSYCHOLOGICAL APPROACH.. Maya Berlian Primadani, Dewi Candraningrum,

Pada penelitian ini dilakukan perancangan aplikasi laporan kecelakaan berbasis web yang digunakan untuk sarana pelaporan serta penyampaian informasi dari pelapor maupun

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder dengan deret waktu ( time series ) dan antarindividu ( cross section ). Data time series meliputi laporan keuangan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis gambaran perilaku masyarakat dalam

• 60 mod 11=5, karena alamat 5 telah ditempati oleh 38, maka 60 diletakan pada rantai sinonim yang paling besar dan masih kosong, alamat kesepuluh dan sembilan telah ditempati,

ketuntasan belajar peserta didik dengan presentase 82,35%, dengan kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian adalah pembelajaran pada kelas eksperimen yang