PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH,
VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN, TRANSPARANSI
DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
(STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)
TESIS
Oleh
SUPARNO
097017051/Akt
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH,
VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN, TRANSPARANSI
DAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
(STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUPARNO
097017051/Akt
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN
DAERAH, VALUE FOR MONEY,
KEJUJURAN, TRANSPARANSI DAN
PENGAWASAN TERHADAP
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)
Nama Mahasiswa : Suparno
Nomor Induk Mahasiswa : 097017051
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Drs. Rasdianto, MA, Ak Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Prof.Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Telah Diuji pada
Tgl : 24 Februari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA, Ak
2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak 3. Drs. Sri Mulyani, M.Si.,Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH, VALUE FOR
MONEY, KEJUJURAN, TRANSPARANSI DAN PENGAWASAN
TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan sepengetahuan saya belum pernah
di terbitkan dan dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, dan sumber – sumber data
dan informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan dengan benar dan jelas.
Medan, Februari 2012
Yang membuat pernyataan
PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH, VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN,TRANSPARANSI DAN PENGAWASAN
TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.
Sampel penelitian ini adalah seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pengguna anggaran yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kota Dumai berjumlah 31 SKPD dan masing – masing SKPD terdiri dari 2 orang pejabat yaitu Kepala SKPD dan Pelaksana Teknis sehingga berjumlah 62 orang. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus, dan data yang dipakai adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioer yang langsung diserahkan kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Berganda dan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan Uji F dan parsial digunakan Uji t.
Hasil penelitian dan uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah dan secara parsial pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah, tetapi akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran dan transparansi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah.
THE INFLUENCE OF REGIONAL FINANCIAL ACCOUNTABILITY, VALUE FOR MONEY, HONESTY, TRANSPARENCY, AND CONTROL ON THE LOCAL FINANCIAL MANAGEMENT (A CASE STUDY IN THE CITY GOVERNMENT OF DUMAI)
ABSTRACT
The purpose of the study was to examine the influence of the regional financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control on the local financial management.
The sample was 31 SKPD (regional work units) that used the budget related to the local financial management in The City Government of Dumai, in which each SKPD comprised of two officials, the Head of SKPD and the Technical Administrator which meant that there were 62 all together. The samples were obtained by using census method, and the primary data were used as the source of data. The data were collected by distributing questionnaires and analyzed by using multiple linear regression tests. The hypotheses were simultaneously tested with F- test and partially with t-test.
The results of the study and the hypothetical test simultaneously showed that local financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control had significant influence on the regional financial management. However, local financial accountability, value for money, honesty, and transparency partially did not have any significant influence on the local financial management.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan judul
Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value For Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Kajian
Pada Pemerintah Kota Dumai).
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains dalam program studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan
dan bimbingan Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA, CPA dan Bapak Drs.
Rasdianto, MA, Ak selaku dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing dua
yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran untuk membimbing penulis
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak atas
bantuan, arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini.
Kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program Studi
4. Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak, Ibu Dra. Sri Mulyani, M.Si., Ak dan
Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembanding yang telah
memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.
5. Seluruh Dosen Pengajar Mata Kuliah, Karyawan dan Karyawati Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam penyelesaian
tesis ini.
6. Walikota, Wakil Walikota, seluruh Kepala SKPD dan Pelaksana teknisnya, dan
Aparatur Pemerintah Kota Dumai lainnya yang telah memberi izin penelitian,
mengisi kuisioner, dan membantu birokrasi penelitian hingga selesai.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberi doa dan restu untuk anak -
anaknya agar senantiasa sukses dalam segala pekerjaan, pendidikan, dan segala
hal yang positif.
8. Spesial buat istri saya Evo Sefni, SE dan anak – anak saya tercinta, Althaf
Mahmuda, Fayyadh Arkhan, dan Muhammad Salsabil Gantari yang senantiasa
memberikan semangat, dorongan moril, dari awal perkuliahan hingga selesainya
tesis ini.
9. Seluruh karyawan dan karyawati perumahan Althaf Regency dan kepada seluruh
Akhirnya kata penulis berharap tesis ini kelak dapat berguna bagi yang
membutuhkannya. Dan semoga Allah senantiasa meridhoi dan melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya untuk kita semua. Amiin.
Wasalam,
Medan, Februari 2012
Peneliti
RIWAYAT HIDUP
Nama : Suparno
Tempat/Tgl. Lahir : Gunung Bayu / 15 Mei 1977
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Pauh Jaya No. 24 Kelurahan Jaya Mukti – Dumai
Riwayat Pendidikan
2009 – 2012 : S2 Program Magister Akuntansi Sektor Publik USU – Medan
1995 – 1999 : S1 Pertanian USU – Medan
1992 – 1995 : SMT Pertanian Negeri Pematang Raya
1989 – 1992 : SMP Swasta Sei – Kubung Rantau Prapat
1983 – 1989 : SD Inpres 117848 Suka Damai Rantau Prapat
Riwayat Pekerjaan
2005 – sekarang : Direktur PT. Dua Bintang Bangun Karya (Developper,
Transportasi dan Agent Property) dan Wiraswasta Bidang
Perkebunan dan Tanaman Pangan
2001 – 2005 : Staff PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Jakarta
1999 – 2001 : Assisten Perkebunan PT. Karyabadi Sama Sejati – Pematang
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 3
1.4 Manfaat Penelitian... 3
1.5 Originalitas Penelitian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Landasan Teori... 6
2.1.1 Keuangan Daerah... 6
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah... 9
2.1.3 Pejabat Pengguna Anggaran dan Barang... 10
2.1.4 Pemerintahan yang Baik (Good Governance)... 11
2.1.5 Akuntabilitas Keuangan Daerah... 12
2.1.6 Value for Money... 13
2.1.7 Kejujuran... 16
2.1.9 Pengawasan... 18
2.1.10 Pengelolaan Keuangan Daerah... 20
2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 21
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………... 23
3.1 Kerangka Konsep... 23
3.2 Hipotesis... 26
BAB IV. METODE PENELITIAN... 27
4.1 Jenis Penelitian... 27
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27
4.3 Populasi dan Sampel... 28
4.4 Metode Pengumpulan Data... 28
4.5 Defenisi Operasional... 29
4.6 Metode Analisis Data... 34
4.6.1 Uji Kualitas Data... 35
4.6.1.1 Uji Validitas... 35
4.6.1.2 Uji Reliabilitas... 35
4.6.2 Pengujian Asumsi Klasik... 36
4.6.2.1 Uji Normalitas... 36
4.6.2.2 Uji Multikoleniaritas... ... 36
4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 37
4.7 Pengujian Hipotesis... 37
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39
5.1 Deskriptif Data ... 39
5.1.1 Karakteristik Responden... 41
5.1.2 Karakteristik Penelitian... 44
5.2 Analisis Data.... ... 45
5.2.1 Uji Kualitas Data... 45
5.2.1.1 Uji Validitas... 45
5.2.1.2 Uji Reliabilitas... 45
5.2.2 Uji Asumsi Klasik... 46
5.2.2.1 Uji Normalitas... 46
5.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas... 49
5.2.2.3 Uji Multikolinieritas... 51
5.3 Pengujian Hipotesis... 52
5.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 57
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 66
6.1 Kesimpulan... 66
6.2 Keterbatasan Penelitian... 67
6.3 Saran... 67
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu... 22
4.1 Defenisi Operasional dan PengukuranVariabel... 32
5.1 Deskripsi Statistik... 39
5.2 Pengumpulan Data... 41
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 42
5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 43
5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 43
5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 44
5.7 Uji Reliabilitas ... 46
5.8 Uji Normalitas Data... 47
5.9 Uji Glejser ... 51
5.10 Uji Multikolinieritas ... 52
5.11 Hasil Analisa Koefisien Determinasi (R2 5.12 Uji t ... 54
) ... 53
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual... 23
5.1 Grafik Histogram... 48
5.2 Pengujian Normalitas Data... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Daftar Responden SKPD Pemerintah KotaDumai
2. Uji Validitas Variabel
3. Kuisioner Peneitian
4. Data Primer
5. Hasil Pemeriksaan atas LKPD Kota Dumai Tahun 2010 dan 2008
6. Rekomendasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Pengumpulan Data
PENGARUH AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH, VALUE FOR MONEY, KEJUJURAN,TRANSPARANSI DAN PENGAWASAN
TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (STUDI KAJIAN PADA PEMERINTAH KOTA DUMAI)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.
Sampel penelitian ini adalah seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pengguna anggaran yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kota Dumai berjumlah 31 SKPD dan masing – masing SKPD terdiri dari 2 orang pejabat yaitu Kepala SKPD dan Pelaksana Teknis sehingga berjumlah 62 orang. Metode pengambilan sampel adalah metode sensus, dan data yang dipakai adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioer yang langsung diserahkan kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah Model Regresi Linier Berganda dan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan Uji F dan parsial digunakan Uji t.
Hasil penelitian dan uji hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah dan secara parsial pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah, tetapi akuntabilitas kuangan daerah, value for money, kejujuran dan transparansi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah.
THE INFLUENCE OF REGIONAL FINANCIAL ACCOUNTABILITY, VALUE FOR MONEY, HONESTY, TRANSPARENCY, AND CONTROL ON THE LOCAL FINANCIAL MANAGEMENT (A CASE STUDY IN THE CITY GOVERNMENT OF DUMAI)
ABSTRACT
The purpose of the study was to examine the influence of the regional financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control on the local financial management.
The sample was 31 SKPD (regional work units) that used the budget related to the local financial management in The City Government of Dumai, in which each SKPD comprised of two officials, the Head of SKPD and the Technical Administrator which meant that there were 62 all together. The samples were obtained by using census method, and the primary data were used as the source of data. The data were collected by distributing questionnaires and analyzed by using multiple linear regression tests. The hypotheses were simultaneously tested with F- test and partially with t-test.
The results of the study and the hypothetical test simultaneously showed that local financial accountability, value for money, honesty, transparency, and control had significant influence on the regional financial management. However, local financial accountability, value for money, honesty, and transparency partially did not have any significant influence on the local financial management.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kewajiban Pemerintah Daerah untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala akivitas dan kegiatan yang
terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan
masyarakat luas).
Aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam pengelolaan keuangan
daerah adalah aspek legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah, serta pengelolaan
(stewardship) keuangan daerah secara baik, perlindungan aset fisik dan financial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus.
Berdasarkan pandangan tersebut diatas, baik pemerintah pusat maupun daerah
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat, dengan misi penting adalah peningkatan
effisiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya keuangan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.
Selanjutnya berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah khususnya dalam
hal pengendalian, dapat dilihat dari seberapa besar SKPD (Satuan Kerja Perangkat
diperlukan meliputi Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan.
Dalam rangka menciptakan good governance dengan akuntabilitas publik yang baik, maka laporan keuangan daerah yang dihasilkan tersebut harus diupayakan
untuk dapat secara sederhana dianalisis keterukurannya (akuntable), dan dapat diakses dengan mudah (transparan) oleh publik dalam format yang lebih sederhana
pada setiap variabel sesuai dengan system dan standar akuntansi keuangan
pemerintah daerah yang baku. Selain itu dalam melaksanakan kinerja anggaran harus
dapat memanfaatkan uang sebaik mungkin dengan konsep Value for Money yang berorientasi pada kepentingan publik, dan pengelolaan keuangan harus dipercayakan
kepada staff yang memiliki intergeritas dan kejujuan yang tinggi, serta penerimaan
dan pengeluaran daerah harus sering dimonitor yaitu dengan membandingkan antara
pencapaian dengan penganggaran.
Kajian yang peniliti lakukan adalah untuk menganalisis variabel – variabel
yang menjadi tolak ukur terhadap pengelolaan keuangan daerah meliputi
Akuntabilitas Keuangan Daerah, Value for Money, Kejujuran, Transparansi dan Pengawasan, dengan melakukan studi kajian pada Pemerintah Kota Dumai – Provinsi
Riau. Sehingga dengan adanya kajian ini diharapkan dapat meningkatkan
responsibilitas seluruh SKPD Pemerintah Kota maupun Pemerintah
Daerah/Kabupaten dan Provinsi untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang
pada akhirnya meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam
1.2. Rumusan Masalah
Sebagaimana Latar Belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah apakah akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan
daerah secara simultan maupun parsial?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas
keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
manfaat yang berarti yaitu :
1. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referansi dalam bidang
ilmu akuntansi sektor publik khususnya tentang pengelolaan keuangan daerah;
2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam bidang pengelolaan
keuangan daerah;
3. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini pengguna anggaran atau SKPD,
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, koreksi dan untuk
perbaikan didalam implementasi pengelolaan keuangan daerah terutama bagi
1.5. Originalitas Penelitian
Telah banyak penelitian yang berhubungan dengan keuangan daerah baik
pengelolaan maupun pengawasannya yang berkaitan dengan variabel – variabel
independen seperti akuntabilitas, dan transparansi, telah banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya seperti :
Tuasikal (2006), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pengawasan
internal dan eksternal, pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan
daerah serta implementasinya terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal, eksternal dan pemahaman
system akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan
internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi tidak berpengaruh terhadap
kinerja satuan kerja perangkat daerah. Pengawasan internal, eksternal dan
pemahaman system akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap
kinerja satuan kerja perangkat daerah.
Siregar (2011), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh akuntabilitas
publik dan pengawasan terhadap pengelolaan APBD dengan standar akuntansi
pemerintahan sebagai variabel moderating pada Pemerintah Kota Pematang Siantar.
Dependen varibelnya adalah pengelolaan APBD, sedangkan variabel independennya
adalah akuntabilitas publik, transparansi publik dan pengawasan dengan standar
akuntansi publik sebagai pemoderatingnya. Dapat diperoleh hasil penelitiannya
pengelolaan APBD, sedangkan transparansi dan pengawasan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengelolaan APBD.
Perbedaan antara beberapa peneliti terdahulu dengan yang peneliti lakukan
sekarang adalah, peneliti terdahulu menggunakan beberapa jenis variabel independen
yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya sedangkan yang peneliti lakukan
dengan menggabungkan beberapa variabel – variabel independen yang peneliti
anggap penting serta menambah variabel independen lain yang dianggap perlu tetapi
dengan variabel dependen yang sama dengan peneliti terdahulu.
Peneliti memakai variabel independen akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi dan pengawasan sedangkan variabel dependennya pengelolaan keuangan daerah, peneliti melakukan penelitian ini pada Pemerintah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Keuangan Daerah
Keuangan Daerah tidak terlepas dan selalu terkait dengan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD), karena keuangan daerah tersebut telah
ditetapkan dalam APBD (Nordiawan, 2007).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 58 tahun 2005,
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa Keuangan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah
yang dapat di nilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas –
batas kewenangan daerah, dan keuangan daerah dituangkan sepenuhnya ke dalam
APBD.
Salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati – hati
adalah masalah pengelolaan keuangan daerah. Anggaran daerah atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen pengelolaan, anggaran
pengelolaan menduduki porsi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan
efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat
untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu pengambilan
akan datang. Ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua
aktivitas diberbagai unit kerja. Penentuan besarnya penerimaan/pendapatan dan
pengeluaran/belanja daerah tidak terlepas dari peraturan perundang undangan yang
berlaku. Mardiasmo (1999).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah anggaran
pendapatan dan belanja daerah yang selanjutnya disingkat APBD merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (Perda) (PPRI No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah).
Perencanaan, pelaksanaan, penata usahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah adalah merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari
pengelolaan Keuangan daerah/APBD oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
sebagai pengguna keuangan daerah /APBD untuk pelayanan publik.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006,
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 311, menyebutkan bahwa (1)
DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah (Perda)
tentang APBD, (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
pemeriksaan tetapi pengawasan yang lebih mengarah untuk menjamin pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD, dan pasal 312
menyebutkan Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan
Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai dengan tetap
memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka
untuk memenuhi tujuan pembangunan baik secara nasional atau regional perlu
mengarahkan dan memanfaatkan sumberdaya yang ada secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat baik yang
dilakukan oleh aparat tingkat atas maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai
ketentuan perundang – undangan yang berlaku. Sumber pembiayaan pembangunan
yang penting untuk diperhatikan adalah penerimaan daerah sendiri, karena sumber
inilah yang merupakan wujud partisipasi langsung masyarakat suatu daerah dalam
mendukung proses pembangunan. Pengelolaan keuangan daerah sangat besar
pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah, karena daerah dapat menjadi daerah yang
kuat dan berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak
berdaya tergantung pada cara pengelolaan keungannya. Dalam hal ini pengelolaan
keuangan daerah mengadung beberapa kepengurusan administrasi dan kepengurusan
khusus atau juga sering disebut pengurusan bendaharawan.
Sampai saat ini berbagai pengelolaan telah diambil oleh pemerintah untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan daerah dibidang keuangan daerah,
karena aspek keuangan daerah menjadi suatu yang penting, sebab untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah dibutuhkan dana atau
biaya yang cukup besar sehingga kepada daerah diberi hak untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam arti menggali dan mengelola pendapatan
2.1.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Halim (2001), Arti luas anggaran daerah atau anggaran sektor publik memiliki
beberapa fungsi yaitu, sebagai instrumen politik, instrumen kebijakan fiskal,
instrumen perencanaan, dan instrumen pengendalian.
Sedangkan menurut Renyowijoyo (2008) fungsi anggaran adalah : (1) sebagai
pedoman pemerintah dalam mengelola Negara pada periode mendatang, (2) alat
pengawas bagi masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, (3) dan alat pengawas
terhadap kemampuan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Dan menurut Noordiawan,
Putra, Rahmawati (2007) menyebtukan bahwa fungsi utama anggaran sektor publik
adalah : (1) sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal,
(4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat
motivasi dan alat menciptakan ruang publik dan terakhir menurut Mardiasmo (2002)
memberikan fungsi anggaran dengan hal yang sama dengan Noordin dan kawan –
kawan.
Agar strategi yang telah ditetapkan dapat dicapai, maka pemerintah daerah
perlu untuk tetap memiliki komitmen bahwa Anggaran Daerah adalah perwujudan
amanat rakyat kepada pihak eksekutif dan legislatif dalam rangka mencapai
peningkatan kesejahteraan rakyat, oleh karena itu anggaran sektor publik atau
anggaran daerah harus mengacu pada prinsip – prinsip berikut : (1) keadilan
anggaran, (2) effisiensi dan efektifitas anggaran, (3) anggaran berimbang dan defisit,
Renyowijiyo (2008), Daur anggaran pemerintah RI dikelompokkan dalam 5
tahap yaitu :
1. Penyusunan dan pengajuan RUU-APBN dan penetapan UU-APBN oleh DPR.
2. Pembahasan dan pengesahan RUU-APBN dan Penetapan UU-APBN oleh DPR.
3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan Negara oleh
Pemerintah.
4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan laporan keuangan oleh BPK.
5. Pembahasan dan persetujuan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
dan penetapan UU-Laporan pertanggungjawaban APBN oleh DPR.
Menurut Mardiasmo (2002 :70), prinsip – prinsip pokok siklus anggaran perlu
diketahui dengan baik oleh penyelenggara pemerintah. Pada dasarnya prinsip –
prinsip dan mekanisme penganggaran relatif tidak berbeda antara sektor swasta
dengan sektor publik. Mardiasmo dalam bukunya (Henley 1990), siklus anggaran
memiliki empat tahap yang terdiri dari (1) tahap persiapan (preperation), (2) tahap ratifikasi (ratification), (3) tahap implementasi (implementation) dan (4) tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)
2.1.3 Pejabat Pengguna Anggaran dan Barang
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006
yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2007 bahwa pejabat
pengguna anggaran/pengguna barang terdiri dari : (1) Kepala SKPD, (2) Pejabat
kegiatan SKPD, (4) Pejabat penatausahaan Keuangan SKPD (5) Bendahara
Penerimaan Bendahara Pengeluaran. Masing – Masing Pejabat Pengelola
anggaran/pengguna barang tersebut mempunyai tugas dan tanggungjawab yang
berbeda – beda.
2.1.4 Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Pemerintahan yang baik (Good Governance), adalah suatu kesuksesan pemerintah dalam mengelola keuangan untuk pelayanan umum (sektor publik)
dengan baik.
Maryono, Warella, Kismartini (2007) Word Bank mengusung tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam Good Governance yaitu (1) bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan dalam mangement sumber daya sosial dan
ekonomi bagi kepentingan pembangunan, (3) kemampuan pemerintah untuk
mendesain, memformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan melaksanakan fungsi –
fungsinya. United Nation Development Program menyebutkan enam indikator kesuksesan good governance yaitu : (1) Mengikut sertakan semua, (2) transparan dan bertanggungjawab, (3) efektif dan adil, (4) menjamin adanya supremasi hukum, (5)
menjamin bahwa prioritas – prioritas politik, sosial, ekonomi didasarkan pada
konsensus masyarakat, (6) memperhatikan kepentingan mereka yang paling miskin
dan lemah dalam proses mengambil keputusan menyangkut alokasi sumber daya
Selanjutnya Mardiasmo (1999) mengemukakan elemen manajemen keuangan
daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut
meliputi akuntabilitas, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengendalian.
2.1.5 Akuntabilitas Keuangan Daerah
Akuntabilitas keuangan daerah adalah kewajiban pemerintah daerah untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan
segala akfivitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang
publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan masyarakat luas). Aspek penting yang
harus dipertimbangkan ialah : (1) aspek legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah.
Setiap transaksi yang dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya; (2) pengelolaan
(stewardship) keuangan daerah secara baik, perlindungan aspek fisik dan financial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus. Prisip – prinsip akuntabilitas
keuangan daerah meliputi : (1) adanya suatu sistem akuntansi dan sitem anggaran
yang dapat menjamin bahwa pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara
konsisten sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku; (2) pengeluaran
daerah yang dilakukan berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran dan
hasil (manfaat) yang akan dicapai.
Mardiasmo (2001), menyebutkan bahwa Akuntabilitas sektor publik adalah
kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menjadi tangungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Sedangkan menurut Sulistioni (2003) Pemerintah yang Akuntabel adalah
Pemerintah yang memiliki ciri – ciri sebagai berikut : (1) mampu menyajikan
informasi penyelenggaraan secara terbuka, cepat, tepat kepada masyarakat, (2)
mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3) mampu meberikan
ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemerintahan,
(4) mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik
secara proporsional, dan (5) adanya saran bagi publik untuk menilai kinerja
pemerintah. Melalui pertanggungjawaban publik, masyarakat dapat menilai derajat
pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
2.1.6 Value For Money
Value For Money (VFM) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga jenis elemen yaitu : ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas.(Renyowijoyo, 2008, dalam bukunya Mardiasmo (2002)). Ekonomi
merupakan perolehan pemasukan (input) dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara masukan yang
terjadi dengan nilai masukan yang seharusnya. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi sektor publik dapat meminimalisisr sumber daya yang digunakan dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Efisiensi merupakan
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/input) yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Sedangkan efektifitas merupakan
tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana
efektifitas merupakan perbandingan Outcame dengan Output. Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok Value For Money (VFM) sedangkan tambahan dua elemen lain yaitu keadilan (Equity) dan pemerataan atau kesetaraan (Equality). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (Social Opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain
keadilan perlu dilakukan distribusi secara merata (equality). Penggunaan publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja melainkan secara
merata.
Menurut Ulum (2009) pembahasan Value for Money (VFM) menyangkut apa yang dikenal dengan 3 E yaitu :
1. Ekonomi adalah pratek pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas
tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut kehematan yang mencakup juga
pengelolaan secara hati – hati / cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis apabila dapat menghilangkan
2. Effisiensi adalah perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (Cost of Output). Efisiensi berhubungan dengan produktifitas. Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau
hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya dan dana
yang serendah – rendahnya (spending well)
3. Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan antara keluaran dengan tujuan
atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif
apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran ahir kebijakan (spending wisely).
Kinerja anggaran pada daasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan
anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja
tersebut harus dapat memanfaatkan uang sebaik mungkin dengan konsep Value for Money yang berorientasi pada kepentingan publik. Hal ini berarti dalam pengelolaan keuangan daerah tersebut harus mencerminkan tiga pilar utama (3-E) dalam proses
penganggaran yaitu : ekonomis, merupakan ukuran penggunaan dana masyarakat
sesuai dengan kebutuhan sesungguhnya; efisiensi, merupakan ukuran pengguna dana
Peran pemerintah daerah tidak lagi merupakan alat kepentingan pemerintah
pusat, melainkan merupakan alat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
daerah. Konsep Value for Money (VFM) ini penting bagi pemerintah daerah sebagai pelayan masyarakat, karena implementasinya akan memberikan manfaat seperti :
1. Efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran;
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik;
3. Biaya pelayanan yang murah, karena hilangnya inefisiensi dan penghematan
dalam penggunaan resources;
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik;
5. Meningkatkan public cost awarness sebagai akar pelaksanaan pertanggungjawaban publik.
Dalam konteks ekonomi daerah VFM merupakan jembatan untuk mengatarkan pemerintah daerah mencapai good governance yaitu pemerintah daerah yang transparan, ekonomis, efisiensi, efektif, responsif dan akuntabel. VFM tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.
2.1.7 Kejujuran
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staff yang memiliki
integeritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat
2.1.8 Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat pengelolaan –
pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan
masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan
menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya, sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien,
akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparansi jika
memenuhi kriteria berikut : (Sopamah dan Mardiasmo, 2003)
Terdapat pengumuman kebijakan anggaran
1. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses
2. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu
3. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik
Sedangkan menurut Hadi Sumarsono (2003), Transparansi adalah keterbukaan
pemerintah dalam membuat kebijakan keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada
akhirnya akan menciptakan “Horizontal Accountability” antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif,
efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
2.1.9 Pengawasan
Menurut Keputusan Presiden (Kepres) No. 74 tahun 2001 tentang tata
cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah, pasal 1 ayat 6 menyebutkan
bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku. Pengawasan keuangan daerah perlu
untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun sudah berjalan dengan
efisien, efektif dan ekonomis atau belum.
Fathurrochman (2002), membedakan pengawasan menjadi dua yaitu : (1)
pengawasan internal yang terdiri dari pengawasan melekat (waskat) dan pengawan
fungsional, (2) pengawasan eksternal. Mengacu pada Instruksi Presiden No. 15 tahun
1983, menyebutkan adanya dua jenis pengawasan yaitu pengawasan atasan langsung
dan pengawasan fungsional. Pengawasan melekat (waskat) merupakan suatu
pengawasan yang merupakan bagian integral dari suatu manajemen yang memenuhi
syarat – syarat sebagai berikut :
1. Penggarisan sruktur organisasi dengan pembagian tugas beserta uraiannya
yang jelas
2. Rincian kebijakan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis dan dapat
menjadi pedoman bagi yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan
3. Rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan,
bentuk hubungan kerja antar kegiatan tersebut dan hubungan antara berbagai
4. Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan
kepada bawahan
5. Pencatatan hasil kerja serta pelaporan yang merupakan alat bagi atasan untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambil keputusan serta
penyusunan, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai pengelolaan
keuangan
6. Pembinaan personal yang terus menerus agar pelaksanaan menjadi unsur yang
mampu melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Pengawasan Fungsional yang berasal dari internal organisasi pemerintahan yaitu
APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintahan), yang terdiri dari BPKP (Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan), IRJEN (Inspektorat Jendral Departemen)
atau Unit Pengawas Lembaga Non Departemen, IRWIL (Inspektorat Wilayah), dan
SPI (Satuan Pengawas Internal).
Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara
langsung maupun tidak langsung, serta preventif dan represif. Pengawasan langsung
dilakukan secara pribadi dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri
ditempat pekerjaan dan meminta secara langsung dari pelaksanaan dengan cara
inspeksi. Sedangkan pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari
laporan yang diterima dari pelaksana. Pengawasan Preventif dilakukan melalui
preaudit yaitu sebelum pekerjaan dimulai, sedangkan pengawasan represif dilakukan
melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).
terhadap eksekutif dilaksanakan agar terdapat jaminan terciptanya pola pengelolaan
anggaran daerah yang terhindar dari praktek kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN),
baik mulai proses perencanaan, pengesahan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban.
Disamping DPRD mengawasi secara langsung tentang mekanisme anggaran, DPRD
juga menggunakan aparat pengawasan eksternal pemerintah, yang indepent terhadap lembaga eksekutif di daerah, yaitu Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).
Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap dan penyusunan dan
pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada
evaluasi saja.
2.1.10 Pengelolan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah (Permendagri No.13 tahun 2006)
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang –
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat. Kepala
daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan
sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada (a) sekretaris daerah selaku kordinator
pengelola keuangan daerah, (b) kepala SKPKD selaku PPKD, (c) kepala SKPD
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang pengelolaan keuangan
daerah antara lain :
Tuasikal (2006), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh pengawasan
internal dan eksternal, pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan
daerah serta implementasinya terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal, eksternal dan pemahaman
system akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan
internal, eksternal dan pemahaman system akuntansi tidak berpengaruh terhadap
kinerja satuan kerja perangkat daerah. Pengawasan internal, eksternal dan
pemahaman system akuntansi, pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap
kinerja satuan kerja pemerintah daerah.
Siregar (2011), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh akuntabilitas
publik dan pengawasan terhadap pengelolaan APBD dengan standar akuntansi
pemerintahan sebagai variabel moderating pada Pemerintah Kota Pematang Siantar.
Dependen vaibelnya adalah pengelolaan APBD, sedangkan variabel independennya
adalah akuntabilitas publik, transparansi publik dan pengawasan dengan standar
akuntansi publik sebagai pemoderatingnya. Dapat diperoleh hasil penelitannya adalah
akuntabilitas publik secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
pengelolaan APBD, sedangkan transparansi dan pengawasan tidak berpengaruh
Tabel. 2.1 Review Penelitian Terdahulu
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti
menidentifikasi 5 (lima) independen variabel yaitu akuntabilitas keuangan daerah
(X1), value for money (X2), kejujuran (X3), transparansi (X4), dan pengawasan (X5
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan
sebagai berikut :
),
yang diperkirakan mempengaruhi baik simultan maupun parsial terhadap pengelolaan
keuangan daerah (Y).
Variabel Independen(X) Variabel Dependen (Y)
Akuntabilitas Keuangan Daerah (X1)
Value for Money (X2)
Kejujuran (X3)
Transparansi (X4)
Pengawasan (X5)
Pengelolaan Keuangan Daerah(Y)
Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian maka peneliti
mengembangkan kerangka penelitian ini yang diuji secara simultan dan parsial yaitu
pengelolaan keuangan daerah (Y) diperkirakan baik secara langsung maupun tidak
langsung dipengaruhi oleh variabel independen (X) yaitu akuntabilitas keuangan
daerah (X1), value for money (X2), kejujuran (X3), transparansi (X4), dan
pengawasan (X5
Akuntabilitas keuangan daerah dapat dilihat dari kemampuan pemerintah
daerah dalam menjelaskan, menjawab dan mempertanggung-jawabkan setiap
kebijakan publik secara proporsional kepada publik melalui Laporan
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah yang telah diperiksa oleh BPK dan
disampaikan kepada DPRD selambat – lambatnya 6 bulan setelah berakhir tahun
anggaran.
).
Pengelolaan kuangan daerah dapat dilakukan dengan prisip Value For Money yaitu (1) prinsip ekonomi adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh input dengan kualitas dan kuantitias tertentu pada harga yang terendah atau dengan kata lain
menghindari pemborosan dan yang tidak produktif, (2) efisien adalah pemerintah
mampu mencapai produktifitas kerja yang baik dalam setiap kegiatan pencapaian
program dengan target yang telah ditetapkan atau pemerintah mampu melakukan
maksimal atas target yang telah ditetapkan. Selain itu prinsip value for money juga melaksanakan elemen lain yaitu adil (equity) dan merata (equality).
Kejujuran atau fairness merupakan bagian dari tujuan “good governance” yaitu hal wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk menunjang
terlaksananya pemerintahan yang bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN),
dan salah satunya pemerintah daerah selama ini dengan tegas melaksanakan
akuntablitas kejujuran (Accountability for probit) terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power) dengan memberikan funishment (hukuman) kepada setiap aparatur pemerintah yang melanggarnya.
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah baik dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah,
dan pemerintah daerah berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan yang
terbuka, menyeluruh dan jujur kepada masyarakat sebagai bukti pertanggungjawaban
pemerintah dan pengelola sumberdaya yang dipercayakan kepadanya (fungsi
pemerintah daerah sebagai Agent) dan informasi tentang keuangan daerah dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat maupun pihak pengguna informasi lainnya
baik melalui media elektronik maupun media informasi lainnya.
Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan untuk meminimalisir
kebocoran keuanga daerah, dengan metode pembukuan yang tertib dan metode
pengawasan keuangan daerah sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku.
Pengawasan pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh Itwilkot
Pengawas Extern Pemerintah dan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah
pemerintah daerah melakukan pembinaan meliputi pemberian pedoman, bimbingan,
supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan.
Pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah, dengan baik dan benar dan memuaskan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
3.2 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka (teori), maka hipotesis penelitian ini adalah :
akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah baik secara simultan
maupun parsial
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kausal yaitu untuk
melihat hubungan beberapa variabel yang belum pasti, Umar (2008) menyebutkan
desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana
variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat
dampaknya pada variabel dependen secara langsung.
Peneliti menggunakan penelitian ini untuk memberikan bukti empiris dari
analisis pengaruh akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran, transparansi, dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh SKPD Pemerintah Kota Dumai,
Provinsi Riau, rencana waktu penelitian yakni 6 minggu (Oktober s/d Desember
2011). Jumlah SKPD di lingkungan Pemerintahan Kota Dumai sebanyak 31 SKPD,
dan seluruhnya disebarkan kuisioner.
Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada 5 variabel independen (X)
akuntabilitas keuangan daerah (X1), value for money (X2), kejujuran (X3),
transparansi (X4), dan pengawasan (X5
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuisioner secara langsung,
instrumen dalam kuisioner berisi berbagai pertanyaan / pernyataan yang berkaitan
dengan variabel – variabel yang akan diteliti. ).
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat/aparatur Pemerintah Kota Dumai
yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu kepala dan
pelaksana teknis disetiap SKPD, dan oleh karena jumlah seluruh SKPD yang berada
pada Pemerintah Kota Dumai sebanyak 31 maka sampel sebanyak 62. Metode
pengambilan sampel adalah sensus.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian ini merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Penelitian ini
menggunakan data primer. Untuk mendapatkan data dari responden digunakan
instrumen penelitian berupa kuisioner yang diantar langsung oleh penulis dalam satu
tahap yaitu kuisioner diantara langsung oleh peneliti kepada responden sebanyak 62
7 hari setelah kuisioner diberikan. Daftar responden dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Kuisioner dalam penelitian ini peneliti adopsi dari Penelitian Siregar (2011),
dan sebagian kuisioner peneliti tambah atau kurangi sesuai judul yang peneliti ambil
dengan sumber referensi sebagai berikut : Nordiawan. Deddi, Iswahyudi Sondi Putra,
Mulidah Rahmawati (2007) dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan. Jakarta;
Mursyidi (2009), Akuntansi Pemerintahan di Indonesia, Refika Aditama Bandung;
Mardiasmo (2002), Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Jogjakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun (2006), Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah; Sulistioni, G. (2003), Fiqh Korupsi : Amanah VS Kekuasaan,
Somasi, Nusa Tenggara Barat
Setelah informasi yang diperoleh dianggap cukup memadai, setelah itu
melakukan penyederhanaan informasi yang diperoleh kedalam kategori dan ukuran
tertentu sehingga dapat dikuantifikasikan untuk memudahkan dalam pengolahan data
dan pada akhirnya dapat ditafsirkan untuk merumuskan kesimpulan penelitian.
4.5. Defenisi Operasional
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan
penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi variabel operasional yang akan diteliti
sebagai dasar dalam menyusun kuisioner penelitian, Menurut Jogiyanto (2004),
defenisi operasional adalah hasil dari pengoperasionalan konsep kedalam elemen –
dioperasionalkan dalam konsep. Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan skala interval.
Menurut Mas’ud (2004), sekala nominal digunakan untuk membedakan
kategori – katgori yang berkaitan dengan variabel. Skala interval digunakan untuk
menyatakan kategori, peringkat dan jarak variabel yang diukur, sedangkan skala rasio
memiliki karakteristik yang sama dengan pengukuran lainnya, tetapi skala rasio
memiliki tambahan karakteristik yaitu nilai nol yang memungkinkan untuk
menyatakan hubungan dalam hal proporsi atau rasio.
Adapun Defenisi operasional dimaksud adalah :
1. Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) merupakan variabel terikat (dependen)
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala
5 point yang dikembangkan oleh Mahoney et.al., (1963 – 1965)
2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah akuntabilitas keuangan daerah (X1),
adalah kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas yang terkait
dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki
hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut DPRD dan
Masyarakat luas. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner
dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh akuntabilitas
3. Value for Money (VFM) (X2
Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan skala 5 point
untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh telah menggunakan konsep ”Value for Money”
) adalah Pemanfaatan uang sebaik mungkin
dalam kinerja anggaran yang pada dasarnya merupakan sistem penyusunan
dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau
kinerja atau merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga jenis elemen yaitu : ekonomi, efisiensi, dan efektifitas
4. Kejujuran (X3
5. Transparansi (X
) adalah suatu sikap jujur dan memiliki integeritas yang tinggi,
sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan dalam pengelolaan
keuangan daerah. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuiesioner
dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh kejujuran telah
dilaksanakan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah
4
6. Pengawasan (X
) adalah keterbukaan pemerintah dalam melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diawasi oleh DPRD dan
Masyarakat. Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan
skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh transparansi telah
dialaksanakan dalam pengelolaan pengelolaan keuangan daerah
5) adalah pengawasan keuangan daerah perlu untuk
mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun sudah berjalan dengan
efisien, efektif dan ekonomis atau belum, yang dilakukan oleh eksekutif
Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuisioner dengan skala 5 point
untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh pengawasan telah dilaksanakan
dalam pengelolaan keuangan daerah.
Masing – masing vriabel diukur dengan model Skala Likert yaitu mengukur
sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang
diajukan dengan skor sebagai berikut :
5 = (SS = Sangat Setuju) 4 = (S = Setuju)
3 = (TT = Tidak Tahu) 2 = (TS = Tidak Setuju)
1 = (STS = Sangat Tidak Setuju)
Tabel 4.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Penelitian Defenisi Operasioanal Pengukuran Variabel Skala Pengukuran
Pengelolaan
Keuangan Daerah (Y)
Akuntabilitas aktifitas yang terkait dengan penerimaan dan penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut yaitu DPRD dan Masyarakat luas.
)
Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan
Pemanfaatan uang secara ekonomis, efisiensi, dan efektifitas
)
Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan
Kejujuran (X3 suatu sikap jujur dan memiliki integeritas
) Pengukuran varibel ini
menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan
Transparansi (X4 Keterbukaan pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga dapat diawasi oleh DPRD dan Masyarakat
) Pengukuran varibel ini
menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan
Pengawasan (X5) Proses monitoring atau membandingkan antara yang telah direncanakan dengan yang telah dicapai.
Pengukuran varibel ini menggunakan istrumen kuesioner dengan skala 5 point untuk menunjukkan bahwa seberapa jauh pengawasan telah dilaksanakan
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis yaitu analisis regresi berganda
terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data, uji asumsi klasik. Pengolahan data
menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 18.0.1 Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
= Koeffisien regresi
1
X
= Akuntabilitas keuangan daerah
4.6.1. Uji Kualitas Data
4.6.1.1 Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali,
2006). Pengukuran validitas pertanyaan kuisioner adalah korelasi product moment dari karl pearson dengan ketentuan : jika r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan
kuisioner dinyatakan valid, dan sebaliknya jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan
kuisioner dinyatakan tidak valid.
4.6.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban sesorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu :
1. Pengukuran ulang (repeated measure) atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian
dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya atau tidak.
2. One shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali saja dan
kemudian hasil nya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi
uji statistik Chronbach Alpha (á). Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Chronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1960)
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda, maka diperlukan Uji pengujian assumsi klasik yang meliputi pengujian
Normalitas, Linieritas, multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas.
4.6. 2.1. Uji Normalitas
Tujuan Uji Normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
memiliki pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram.
Uji Normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu
sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas denga tingkat signifikansi tertentu
yaitu :
1. Nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data tidak normal
2. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
4.6.2.2. Uji Multikolinieritas.
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak
maka akan ditemukan adanya masalah multikolinearitas. Suatu model regresi yang
baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinearitas. Untuk itu diperlukan uji
multikolinearitas terhadap setiap variable bebas yaitu dengan :
1. Melihat angka collinearity statistcs yang ditujukan oleh nilai variance inflation
factor (VIF). Jika angka VIF > 5, variable bebas yang ada memiliki masalah
multikollinearitas (Santoso, 2002)
2. Melihat nilai tolerance pada output penilaian multikollinearitas yang tidak menunjukkan nilai tolerance < 10 akan memberikan kenyataan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.
4.6.2.3 Uji Hetroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidak
samaan variable dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas,
dan jika berbeda disebut hetroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi hetroskedastisitas.
4.7 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variable bebas secara menyeluruh
terhadap variable terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan
α 0,05 dengan ketentuan, jika F hitung > F table maka H0 ditolak dan H1 diterima atau
berdasarkan hasil uji hipotesis yang diajukan oleh table koefisien pada kolom
signifikan, yang menunjukkan nilai < α 0,05.
Penilaian variable dilakukan untuk setiap variable bebas untuk melihat
variable apa yang memberikan pengaruh paling dominan diantara variable yang ada.
Pengujian dilakukan dengan uji t atau sering disebut uji parsial.
Tingkat pengaruh yang signifikan juga didasarkan pada α 0,05 Atau melihat
nilai t hitung > t table. Sebaliknya jika t hitung < t table maka pengaruh yang terjadi tidak
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskriptif Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada pejabat/aparatur
Pemerintah Kota Dumai yang terlibat langsung dalam pengelolaan keuangan daerah
yaitu kepala dan pelaksana teknis disetiap SKPD, dan seluruhnya berjumlah 31
SKPD maka diperoleh sampel sebanyak 62 (31 x 2).
Deskripsi statistik jawaban kuisioner pengelolaan keuangan daerah oleh
seluruh SKPD di Pemerintah Kota Dumai ditunjukkan pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Deskripsi Statistik
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber : Data Primer Olahan
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 62 sampel penelitian yang digunakan,
variabel pengelolaan keuangan daerah (Y) memiliki nilai rata-rata 32,56 yang berarti
sebanyak 8 maka diperoleh hasil 4,07. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon
responden menyatakan setuju terhadap pengelolaan keuangan daerah yang sudah ada
di pemerintah kota dumai.
Sedangkan untuk variabel independen yaitu akuntabilitas keuangan daerah
(X1
Value For Money (X
), mempunyai nilai rata-rata sebesar 39,45artinya jika nilai rata – rata tersebut
dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner sebanyak 9 maka diperoleh hasil
4,38. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon responden menyatakan setuju terhadap
akuntabilitas keuangan daerah yang saat ini ada di pemerintahan Kota Dumai.
2
Kejujuran (X
) mempunyai nilai rata-rata sebesar 30,90 artinya jika
nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuisioner
sebanyak 8 maka diperoleh hasil 3,86. Ini menunjukkan bahwa rata -rata respon
responden menyatakan tidak setuju. Hasil jawaban kuisioner ini menerangkan bahwa
pemerintah kota dumai belum melaksanakan prinsip Value For Money dengan baik.
3
Transparansi (X
) mempunyai nilai rata-rata sebesar 32,16 yang berarti bahwa
artinya bahwa nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada
kuisioner sebanyak 8 maka diperoleh hasil 4,02. Ini menunjukkan bahwa rata -rata
respon responden menyatakan dalam katagori setuju terhadap kejujuran yang sudah
ada pada pemerintahan Kota Dumai
4) mempunyai nilai rata –rata sebesar 39,89 yang berarti
bahwa jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada
-rata respon responden menyatakan dalam katagori tidak tahu terhadap transparansi
yang sudah ada pada pemerintahan Kota Dumai.
Pengawasan (X5) mempunyai nilai rata –rata sebesar 40,98 yang berarti
bahwa jika nilai rata – rata tersebut dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada
kuisioner sebanyak 10 maka diperoleh hasil 4,09. Hal ini menunjukkan bahwa rata
-rata respon responden menyatakan dalam katagori setuju terhadap pengawasan yang
sudah ada pada pemerintahan Kota Dumai.
5.1.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kota Dumai. Sampel dalam
penelitian ini adalah, pejabat/aparatur Pemerintah Kota Dumai yang terlibat langsung
dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu kepala dan pelaksana teknis disetiap SKPD
sebanyak 31 SKPD, dari setiap SKPD diedarkan 2 kuisioner sehingga total kuisioner
sejumlah 62. Dari 62 kuisioner tersebut dapat kembali dan terkumpul seluruhnya
dalam waktu yang relatif bersamaan.
Tabel 5.2 Pengumpulan Data
Keterangan Jumlah Persentase
Kuisioner yang dibagikan 62 100%
Kuisioner yang tidak kembali 0 0 %
Kuisioner yang kembali 62 100 %