• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepatuhan Masyarakat dalam mengkonsumsi Obat yang Diresepkan oleh Dokter di Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kepatuhan Masyarakat dalam mengkonsumsi Obat yang Diresepkan oleh Dokter di Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai Tahun 2010."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPATUHAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN OBAT YANG DIRESEPKAN OLEH DOKTER DI KELURAHAN

KARTINI KOTAMADYA BINJAI TAHUN 2010

Oleh :

VAN ANTHONY T 070100192

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT KEPATUHAN MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN OBAT YANG DIRESEPKAN OLEH DOKTER DI KELURAHAN

KARTINI KOTAMADYA BINJAI TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN Oleh :

VAN ANTHONY T NIM : 070100192

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Kepatuhan Masyarakat dalam mengkonsumsi Obat yang Diresepkan oleh Dokter di Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai Tahun 2010

Nama : Van Anthony T NIM : 070100192

__________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

(dr.Yunita Sari Pane, MSi) (dr.Simon Marpaung M.Kes) NIP. 19710620 200212 2 001 NIP. 19451217 196902 1 001

Penguji II

( dr. Bintang Sinaga Sp.P) NIP. 19720228 199903 2 002

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

NIP. 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, seperti ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Latar belakang dillakukannya penelitian di kelurahan kartini kotamadya Binjai dimana belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya dengan tujuan untuk sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dengan menggambarkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap resep dokter.

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif dengan desain

cross sectional dan sampel diambil secara acak (random sampling). Kriteria

responden yang diambil adalah orang dewasa (berumur >18 tahun) dan telah berkunjung ke dokter dan mendapatkan terapi. Parameter kepatuhan penggunaan obat terdiri dari keberhasilan menebus resep, ketepatan dosis ( frekuensi dan jumlah), ketepatan dalam penggunaan, ketepatan waktu dan lama penggunaan, dan kualitas interaksi pasien dengan dokter. Pengukuran dilakukan dengan penilaian skor jawaban kuesioner penelitian dan kriteria patuh adalah menjawab ≥ 75% pertanyaan dengan tepat dengan

Dari hasil penelitian didapatkan 25% yang memenuhi kriteria patuh dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter dengan 75% lainnya tidak memenuhi kriteria patuh. Melihat rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai maka perlu adanya perhatian dari tenaga kesehatan yang menangani.

(5)

ABSTRACT

Obedience is a patient behavior in accordance with the provisions provided by health professionals. Obedience of patients in treatment is one factor in the success of treatment, in addition to other factors, including the accurate diagnosis, the accuracy of drug selection, dosage and accuracy rules for granting and suggestive factors / beliefs of physicians and patients given the drug. The study was conducted in kartini village, Binjai municipality where similar research has never been done before with the aim to as information material for health personnel to describe the level of public compliance to prescription.

Research conducted is a descriptive study with cross sectional design and samples are taken randomly (random sampling). Criteria taken from respondents were adults (aged > 18 years), have been to a doctor and received treatment. Parameter of obedience in the use of drug prescriptions redeem success, accuracy of dosage (frequency and amount), the accuracy in the use, timing, duration of use, and quality of patient interaction with physicians. Measurements were taken with a rating score of answers to questionnaire and obedient fulfilling criteria is to answer ≥75% of the questions correctly.

Keywords : Obedience

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas selesainya Karya Tulis Ilmiah dengan topik Tingkat Kepatuhan Masyarakat Terhadap Penggunaan Obat yang Diresepkan oleh Dokter ini.

Saya menyadari penulisan karya tulis ini akan sulit terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD- KGEH.

2. dr. Yunita Sari Pane, selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, serta pemikirannya dalam penyelesaian proposal karya tulis ini.

3. dr. Siti Hajar Haryuna SpTHT-KL, sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran USU yang telah mendidik dan membimbing saya.

4. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Riandi Tandijono dan ibunda Lindawati, atas dukungan yang tidak pernah putus sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi ilmu kedokteran.

(7)

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 4

2.1.2. Tujuan Komunikasi ... 5

2.1.3. Fungsi Komunikasi ... 5

2.1.4. Jenis Komunikasi ... 7

2.1.5. Unsur – unsur Komunikasi ... 7

2.1.6. Prinsip – Prinsip Komunikasi ... 11

2.1.7. Proses Komunikasi ... 12

2.2. Komunikasi Dokter – Pasien 2.2.1. Pengertian ... 13

2.2.2. Langkah – langkah ... 14

2.3. Pengetahuan 2.3.1. Definisi ... 15

2.3.2. Adopsi Perilaku ... 16

2.3.3. Tingkat Pengetahuan ... 16

2.4. Kepatuhan 2.4.1. Pengertian ... 18

2.4.2. Variabel yang mempengaruhi ... 18

2.4.3. Faktor yang mempengaruhi ... 19

2.4.4. Cara mendeteksi ... 21

2.4.5. Upaya peningkatan ... 22

2.5. Tinjauan Hukum ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 24

3.2. Definisi Operasional ... 25

(8)

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi ... 26

4.3.2. Sampel ... 26

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian ... 29

5.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 30

5.2. Pembahasan ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 36

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia 29

2. Gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis 29

kelamin

3. Hasil Penilaian Soal Kuesioner Penelitian 30

4. Persentase Kepatuhan Responden Penelitian 33

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Contoh Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Contoh Informed Consent

Lampiran 4 Contoh Lembar Penjelasan

(11)

NIP. 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, seperti ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Latar belakang dillakukannya penelitian di kelurahan kartini kotamadya Binjai dimana belum pernah dilakukan penelitian sejenis sebelumnya dengan tujuan untuk sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dengan menggambarkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap resep dokter.

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif dengan desain

cross sectional dan sampel diambil secara acak (random sampling). Kriteria

responden yang diambil adalah orang dewasa (berumur >18 tahun) dan telah berkunjung ke dokter dan mendapatkan terapi. Parameter kepatuhan penggunaan obat terdiri dari keberhasilan menebus resep, ketepatan dosis ( frekuensi dan jumlah), ketepatan dalam penggunaan, ketepatan waktu dan lama penggunaan, dan kualitas interaksi pasien dengan dokter. Pengukuran dilakukan dengan penilaian skor jawaban kuesioner penelitian dan kriteria patuh adalah menjawab ≥ 75% pertanyaan dengan tepat dengan

Dari hasil penelitian didapatkan 25% yang memenuhi kriteria patuh dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter dengan 75% lainnya tidak memenuhi kriteria patuh. Melihat rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai maka perlu adanya perhatian dari tenaga kesehatan yang menangani.

(12)

ABSTRACT

Obedience is a patient behavior in accordance with the provisions provided by health professionals. Obedience of patients in treatment is one factor in the success of treatment, in addition to other factors, including the accurate diagnosis, the accuracy of drug selection, dosage and accuracy rules for granting and suggestive factors / beliefs of physicians and patients given the drug. The study was conducted in kartini village, Binjai municipality where similar research has never been done before with the aim to as information material for health personnel to describe the level of public compliance to prescription.

Research conducted is a descriptive study with cross sectional design and samples are taken randomly (random sampling). Criteria taken from respondents were adults (aged > 18 years), have been to a doctor and received treatment. Parameter of obedience in the use of drug prescriptions redeem success, accuracy of dosage (frequency and amount), the accuracy in the use, timing, duration of use, and quality of patient interaction with physicians. Measurements were taken with a rating score of answers to questionnaire and obedient fulfilling criteria is to answer ≥75% of the questions correctly.

Keywords : Obedience

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Dalam masyarakat, kesehatan sangatlah penting, hingga saat ini masih banyak masalah kesehatan yang timbul dan terus-menerus berkembang. Hal ini menjadi hal yang perlu diperhatikan baik setiap orang yang terkait dalam bidang kesehatan dan juga masyarakat yang terlibat. Menurut undang-undang RI No 36 tahun 2009 ( Bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 ), yaitu: “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”

Masalah kesehatan harus dapat ditanggulangi secepat mungkin untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kesehatan dalam negara ini. Hal yang

menunjang dalam keberhasilan pengobatan sehingga dapat meningkatkan kesehatan di masyarakat salah satunya adalah kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter. Menurut Badan POM Republik Indonesia (2006), kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang

ditentukan oleh lima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi.

(14)

Dengan latar belakang ini, penulis merasa perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan dari komunikasi antara dokter dengan pasien yang baik dan benar, agar dapat menilai kepatuhan masyarakat Kelurahan Kartini (Kotamadya Binjai) dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kepatuhan masyarakat terhadap penggunaan obat yang diresepkan oleh dokter?

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dalam mengko msumsi obat yang diresepkan oleh dokter di daerah Kecamatan Binjai

Kota, Kotamadya Binjai.

1.3.2.Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran dari kompetensi dokter dalam hal komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar.

2. Memperoleh gambaran pengaruh dari pemahaman pasien mengenai obat yang diberikan terhadap proses kesembuhan pasien.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Responden menyadari bahwa kepatuhan akan sangat menunjang dalam proses penyembuhan mereka

2. Sebagai bahan informasi bagi dokter agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

3. Sebagai bahan informasi bagi dokter mengenai faktor-faktor yang

(15)

4. Sebagai bahan informasi bagi dinas kesehatan mengenai tingkat kepatuhan masyarakat dalam mengkonsumsi obat.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Komunikasi Umum

2.1.1.Pengertian komunikasi

Secara umum, komunikasi adalah proses tercapainya kesamaan pengertian antara individu yang bertindak sebagai sumber dan individu yang bertindak sebagai penerima; meliputi kemampuan berbicara, mendengar, melihat dan kemampuan kognitif.

Ada beberapa pengertian mengenai komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, dimana masing-masing pengertian tersebut adalah:

• Edward Depari: Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. (Ermawati dkk, 2008)

• James A.F. Stoner: Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. (Ermawati dkk, 2008)

• John R. Schemerhom: Komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti

bagi kepentingan mereka. (Ermawati dkk, 2008)

• Dr. Phill Astrid Susanto: Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti. (Ermawati dkk, 2008)

• Human Relation of Work, Keith Davis: Komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.

• Oxford Dictionary, 1956: Komunikasi adalah pengiriman atau tukar-menukar informasi, ide, atau sebagainya. (Ermawati dkk, 2008)

(17)

• Kozier dan Erb, 1995: komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih, atau pertukaran ide, perasaan, dan pikiran. (Wahjudi,

2006)

• William Albig: Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang memiliki arti di antara individu-individu. (Wahjudi, 2006)

Taylor dkk.: Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan dan pengoperan arti. (Wahjudi, 2006)

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan:

1. Kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih

2. Bentuk pembagian ide atau pikiran dengan menggunakan lambang 3. Memiliki tujuan berupa terjadi perubahan pada orang lain.

2.1.2.Tujuan komunikasi (Elsa dkk, 2008)

Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan antara lain: 1. Supaya apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti

2. Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain, jangan memaksakan kehendak

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, melalui pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang banyak mendorong dengan cara yang baik.

2.1.3.Fungsi komunikasi

Menurut Gustina dan Ermawati (2008), Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar- menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut:

(18)

dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif didalam masyarakat.

3. Motivasi, menjelaskan kepada masyarakat tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama

yang akan dicapai atau diraih.

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti

relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama. 5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong

perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imajinasi dari drama, tari kesenian, kesastraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok dan individu.

8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan

(19)

Sementara itu Mudjito (2008), dalam teknik komunikasi menyatakan bahwa fungsi komunikasi ini adalah:

1. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan organisasi itu dapat untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku pada suatu organisasi.

3. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh anggota organisasi.

2.1.4.Jenis komunikasi (Wahjudi, 2009)

Jenis komunikasi dibagi dalam tiga bentuk yakni verbal, non-verbal, dan para-verbal.

1. Komunikasi verbal : yakni pesan yang disampaikan dalam bentuk

kata-kata atau ucapan, berisi informasi melalui pembicaraan atau bahasa tulisan. Komunikasi verbal bergantung pada bahasa.

2. Komunikasi non-verbal : yakni bentuk pesan yang berupa / disampaikan dengan gerakan tubuh (tidak diucapkan), antara lain dengan facial

expression, eye movement, lips movement, body movement, dan physical

appearance.

3. Komunikasi para-verbal : yakni bentuk pesan yang mungkin bersama dengan bentuk pesan verbal (tetapi tidak langsung), misalnya menggunakan saluran radio, televisi, kaset, telepon, alat cetak, dan lain-lain.

2.1.5.Unsur-unsur komunikasi

Komunikasi yang dianggap sebagai proses, mempunyai unsur-unsur komunikasi (Rochimah dkk, 2008) sebagai berikut:

a. Sumber (komunikator)

Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan

(20)

dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator, hal-hal yang harus diperhatikan oleh komunikator adalah: 1. Penampilan

2. Penguasaan masalah 3. Penguasaan bahasa b. Penerima pesan (komunikan)

Komunikan adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang menerima pesan atau lambang. Komunikan bisa berupa klien atau indivudi, keluarga maupun kelompok

masyarakat.

c. Isi pesan (message)

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi

pengarah di dalam suatu usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi, sehingga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyampaian pesan: dapat dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung, atau menggunakan media / saluran.

2. Bentuk pesan

- Informatif: bersifat memberikan keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil daripada persuasif, misalnya jika audiens adalah kalangan cendikiawan.

- Persuasif: berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksa). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran

(21)

- Koersif: penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dari penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, instruksi ataupun ultimatum dan sebagainya.

3. Merumuskan pesan yang baik

Pesan yang akan disampaikan harus tepat. Ibarat membidik dan menembak, maka peluru harus cocok sesuai dengan sasaran. Pesan

yang baik harus memenuhi beberapa syarat antara lain: - Umum: mudah di pahami oleh komunikan

- Jelas dan gamblang - Bahasa jelas

- Positif - Seimbang

- Sesuai dengan keinginan dan kebutuhan komunikan 4. Hambatan-hambatan terhadap pesan

Seringkali kita mengalami hal-hal yang tidak diharapkan dalam berkomunikasi, lain yang dituju atau lain juga yang diperoleh. Dengan perkataan lain yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah:

- Hambatan bahasa

Pesan akan disalah-artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan, apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk dalam pengertian ini penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak dimengerti sama sekali.

- Hambatan teknis

Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan

(22)

d. Media (saluran)

Media adalah saluran penyampaian pesan. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu:

1. Media umum

Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi; contohnya radio CB, OHP, dan sebagainya.

2. Media massa

Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi masal. Disebut demikian karena sifatnya, misalnya: pers, radio, film, dan

televisi.

e. Umpan balik (feed back)

Setelah pesan diterima oleh komunikan diharapkan adanya umpan balik

(feed back) yang diberikan komunikan, dapat berbentuk bermacam-macam yaitu:

1. External feed back

Umpan balik yang diterima langsung oleh komunikator dari komunikan

2. Internal feed back

Umpan balik yang diterima komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu sendiri atau dari komunikator sendiri.

3. Direct feed back atau immediate feed back

Umpan balik langsung dalam suatu komunikasi, komunikan menggerakkan salah satu anggota badannya.

4. Indirect feed back atau delayed feed back

Dalam bentuk surat kepada direksi surat kabar, penyiar radio atau penyiar televisi. Dalam hal ini umpan balik membutuhkan waktu.

5. Inferential feed back

Umpan balik yang diterima dalam komunikasi massa yang

(23)

6. Zero feed back

Hal ini berarti bahwa komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dalam menyampaikan umpan balik yang tidak dipahami oleh komunikan.

7. Neutral feed back

Umpan balik yang netral berarti bahwa informasi yang diterima kembali oleh komunikator tidak relevan dengan pesan yang disampaikan semula.

8. Positive feed back

Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mendapat tanggapan positif,misalnya dengan adanya penerimaan pada pesan yang disampaikan.

9. Negative feed back

Komunikasi yang disampaikan oleh komunikator mendapat tantangan dari komunikan.

2.1.6.Prinsip-prinsip komunikasi

Menurut James L Marsell (2008) mengemukakan ada enam prinsip penting yang harus diperhatikan dalam proses komunikasi yaitu:

a. Konteks

Komunikasi yang bermakna akan sangat tergantung kepada cara menghubungkan dengan konteks pesan yang disampaikan. Konteks pesan tersebut akan dapat mempengaruhi orang lain dan akhirnya akan diterima tanpa paksaan.

b. Fokus

(24)

c. Sosialisasi

Komunikasi yang bermakna dan efektif tergantung pada hubungan antara komunikator dan komunikan serta kepada siapa komunikasi itu ditujukan. Sasaran ini perlu diketahui untuk memahami situasi dari sasaran tersebut. d. Individualisasi

Komunikasi yang bermakna tentunya perlu mengetahui sikap, kecakapan, dan kemampuan dari masing-masing komunikan secara individu atau kelompok. Biasanya individu atau kelompok tertentu mempunyai tradisi dan kekuasaan tertentu pula.

e. Unitas (sequence)

Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi maka pesan-pesan harus disusun sedemikian rupa sehingga terlihat pesan yang perlu diberikan terlebih dahulu atau yang diutamakan, pesan-pesan tersebut perlu diketahui mana yang lebih dahulu, mana yang belakangan atau ditentukan unit-unitnya, dan secara psikologis seorang komunikator mengetahui

kemampuan dari khalayak yang dihadapi. f. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang integral dari proses komunikasi, evaluasi merupakan umpan balik. Jadi dalam hal ini peran komunikator dan

komunikan sangat penting.

2.1.7.Proses komunikasi

Menurut Cutlip dan Centre (2008), komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yaitu:

1. Fact Finding

(25)

2. Planning

Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja pengemukaan komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri-agraris.

3. Communicating

Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating atau berkomunikasi.

4. Evaluation

Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi selanjutnya.

2.2.Komunikasi Dokter-Pasien

2.2.1.Pengertian komunikasi dokter-pasien (Adijanti, 2008)

Komunikasi dokter-pasien merupakan momen yang sangat penting dalam rangka penyembuhan pasien. Dalam komunikasi dokter-pasien, karena keahliannya, dokter mempunyai posisi yang “lebih tinggi” daripada pasien. Dapat dikatakan dokter memiliki legitimate power sehingga dengan mudah dapat

mempengaruhi pasien. Jadi, hal-hal yang disampaikan dokter lebih efektif dalam mempengaruhi pasien. Namun perlu diingat, dengan kemajuan sistem informasi saat ini banyak pasien yang datang kepada dokter dalam keadaan well informed. Agar tercipta komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar maka setiap dokter harus dapat menjadi pendengar aktif yaitu:

• Terimalah pasien apa adanya dan perlakukan secara individual.

• Dengarkanlah hal-hal yang diucapkan pasien dan cara menyatakannya serta perhatikan nada suara, kata-kata yang dipergunakan, ekspresi wajah

dan bahasa tubuh.

(26)

• Sekali-kali berikan jeda waktu bicara untuk memberi kepada pasien untuk berpikir, menanyakan sesuatu dan berbicara.

• Ulangi hal-hal yang telah Anda dengar sehingga pasien tahu bahwa Anda memahaminya.

• Duduklah dengan nyaman, sedikit condong kedepan, hindari gerakan-gerakan yang dapat mengganggu jalannya komunikasi dan pandanglah pasien ketika dia berbicara.

2.2.2.Langkah-langkah dalam komunikasi dokter-pasien (Adijanti, 2008) Dalam konseling yang juga diterapkan dalam komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar dikenal adanya GATHER, singkatan dari

Greet-Ask-Tell-Help-Explain-Return dengan pengertian sebagai berikut:

Greet (memberi salam)

Memberi salam kepada pasien di awal pertemuan akan menciptakan hubungan yang baik. Berilah salam dengan ramah kepada tiap pasien pada saat dia datang. Katakan kepada pasien hal-hal yang diharapkan selama pertemuan tersebut dan yakinkan bahwa setiap pasien mempunyai privacy dan kerahasiaannya akan dijaga.

Ask (bertanya)

Langkah berikutnya adalah bertanya, melalui pertanyaan tersebut dokter dapat membantu pasien untuk menyatakan keinginan dan kebutuhannya

serta mengekspresikan perasaannya. Cara bertanya yang efektif yaitu: - Gunakan nada suara yang menunjukkan minat, perhatian dan

keramahan.

- Gunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien.

- Ajukan satu pertanyaan dan tunggu jawabannya dengan penuh perhatian.

(27)

- Gunakan kata-kata seperti “lalu?”, “dan”, “oh?”. Karena kata-kata tersebut dapat meningkatkan keinginan pasien untuk lebih banyak bicara.

- Hindari pertanyaan “mengapa?” karena dapat menimbulkan kesan mencari kesalahan.

- Gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka, misalnya “Ceritakan...”, “Bagaimana...” karena sangat bermanfaat untuk membina hubungan yang baik dengan pasien dan dapat mengorek hal-hal yang terkait dengan penyakitnya.

Tell (memberi informasi)

Setelah pasien selesai menyatakan keluhan dan kebutuhannya, berikanlah informasi secara jelas sehingga dapat di mengerti oleh pasien yang kemudian dapat membantu pasien untuk mengambil keputusan.

Help (memberi bantuan)

Bantuan diberikan ketika pasien yang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam menentukan sikap. Dalam hal ini dokter

memberikan bantuan agar pasien dapat memecahkan permasalahannya dengan mudah.

Explain (memberi penjelasan)

Dokter memberikan penjelasan kepada pasien tentang keputusan yang telah dipilihnya. Misalnya, bila pasien memilih salah satu metode KB atau jenis tindakan tertentu, berikan penjelasan tentang pilihannya tersebut berikut dengan efek sampingnya.

Return (kontrol kembali)

Bila dirasa perlu, berikan kesempatan pada pasien untuk datang kembali.

2.3.Pengetahuan (Knowledge) 2.3.1Definisi Pengetahuan

(28)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Sudigdo, 2006)

2.3.2Adopsi Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Sudigdo, 2006). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1947) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.

(29)

2.3.3 Tingkat Pengetahuan

Pegetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Sudigdo, 2006)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari, antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah diperlajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

(30)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merecanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket dengan menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

2.4.Kepatuhan

2.4.1.Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997). Menurut Sacket dan Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan. Namun ironis

(31)

pihak pasien masih rendah sekali. Ketidak-taatan jelas akan menyebabkan menurunnya keberhasilan terapi, di samping dampak ekonomiknya.

2.4.2.Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah:

1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan.

2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat

terapi.

3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.

4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,

penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan.

2.4.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain:

1. Pemahaman tentang intruksi

Tidak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya.

2. Kualitas Interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

3. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

(32)

4. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Becker et al (1979) dan Niven (2002) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.

Selain dari pada yang tersebut diatas Obat yang diberikan juga mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dari segi harga, efek samping, dan jumlah obat yang diberikan:

• Harga

Menurut dr. Fachmi Idris, secara internasional obat hanya dibagi menjadi dua, yaitu: obat paten dan obat generik.

Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obatnya.

Obat generik terbagi lagi menjadi obat generik berlogo dan obat generik bermerek (Batubara, 2008)

Harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah untuk menjamin akses masyarakat sedangkan obat paten tidak. Harga obat generik dapat ditekan karena umumnya obat generik dikemas sederhana dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, dan tidak dipromosikan secara berlebihan sehingga menghemat biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasarannya. Proporsi dari biaya iklan obat dapat mencapai 20-30% (Dinkes Gorontalo, 2008). Sehingga obat generik menjadi lebih murah dari obat paten.

Menurut Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/MENKES/068/2010 tentang Ketetapan Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah pasal 7 disebutkan bahwa Apoteker dapat mengganti obat merek dagang/obat paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau

obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.

(33)

penggantian obat terhadap apoteker sehingga mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien dan lebih lanjut berpengaruh pada hasil terapi.

• Efek samping obat

Menurut definisi

tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang

dianjurkan

Efek samping yang dapat muncul dari penggunaan obat seperti contohnya Rifampicin yang dapat menyebabkan warna urin berubah menjadi warna merah dapat membuat pasien takut dan enggan mengkonsumsi obat sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh dokter sehingga perlu adanya komunikasi antar dokter dengan pasien yang baik supaya pasien patuh dalam mengkonsumsi obat.

• Jumlah obat yang diberikan

Menurut Retno Gitawati,dkk dalam peresepan obat dengan tujuan terapeutik, dokter juga harus menimbang terkait jumlah obat yang

diberikan, karena obat yang terlalu banyak akan menyebabkan pasien merasa bosan dan tidak disiplin dalam mengkonsumsi obat seperti contohnya adalah pada pasien TB yang dalam pelaksanaan terapinya membutuhkan Pendamping Menelan Obat (PMO) sebagai strategi baru

dalam menghadapi TB.

2.4.4.Cara mendeteksi kepatuhan pasien

Beberapa cara untuk mendeteksi tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat yang diberikan antara lain misalnya:

1. Tanya pasien, apakah ada kesulitan untuk memakai obat, atau kesulitan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk pemakaian. Pendekatan secara simpatik akan banyak bermanfaat.

(34)

sedangkan untuk jenis aerosol mungkin sulit. Lakukan penghitungan sisa obat ini secara tidak menyolok.

3. Penilaian terhadap efek farmakologik. Beberapa obat mudah dicek karena mempunyai hubungan yang kuat antara dosis dengan timbulnya respons farmakologik. Bila dokter melihat pengobatan yang diberikan tidak atau kurang bermanfaat, telusuri lebih dulu apakah pasien taat terhadap petunjuk pemakaian atau tidak. Jangan tergesa-gesa mengganti obat atau menduga diagnosis salah.

4. Pengukuran kadar obat. Cara ini lebih pasti, namun memerlukan biaya

karena pengukuran kadar secara kuatitatif harus dilakukan di laboratorium. Untuk obat-obat yang keberhasilannya sangat tergantung pada ketaatan berobat, misalnya pada penderita tuberkulosis paru, telah dilakukan upaya untuk mengembangkan metode deteksi secara kuantitatif sederhana atau

kualitatif untuk kebutuhan rutin. Bahan yang diperiksa tidak selalu harus darah, tetapi pada beberapa metode yang telah dikembangkan dapat digunakan urin atau saliva yang diambil pada waktu tertentu di mana seharusnya pasien telah minum obat.

Menurut Gennaro (2000) parameter kepatuhan penggunaan obat terdiri dari keberhasilan menebus resep, ketepatan dosis ( frekuensi dan jumlah), ketepatan dalam penggunaan, dan ketepatan waktu dan lama penggunaan.

2.4.5.Upaya peningkatan kepatuhan pasien

Menurut Smet (1994), Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat adalah:

1. Dukungan profesional kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan

(35)

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

3. Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti

hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi. 4. Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

2.5.Tinjauan hukum

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

• Pasal 14 UU kesehatan tahun 1992 tersebut mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kesehatan optimal.

• Pasal 53 UU kesehatan tahun 1992 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia kedokteran, dan hak opini kedua.

(36)

Dokter

- komunikasi dokter – pasien

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter diuraikan berdasarkan variabel-variabel komunikasi dokter pasien, harga dan jumlah serta efek samping yang ditimbulkan obat dan tingkat pengetahuan terhadap obat yang diresepkan.

Gambar 1. Kerangka Konsep kepatuhan penggunaan obat yang diresepkan oleh dokter

Obat : - Harga obat

- Efek samping obat

- Jumlah obat yang diberikan

Pengetahuan: - Tahu (Know)

- Memahami (Comprehension) - Aplikasi (Application)

Tingkat Kepatuhan - Patuh

(37)

3.2.Definisi Operasional

• Definisi Operasional :

o Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya

o Masyarakat adalah orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun yang telah berobat dan diterapi oleh dokter.

o Obat adalah obat - obat yang diresepkan oleh dokter. • Cara Ukur : wawancara

• Alat Ukur : kuesioner (8 pertanyaan) • Kategori :

o Kepatuhan baik (menjawab pertanyaan >75% dengan benar)

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan desain cross sectional, karena penelitian dilakukan dengan pengukuran sesaat tanpa tindak lanjut apapun.

4.2Waktu dan tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 dan telah dilaksanakan pada kelurahan Kartini kecamatan Binjai kota Kotamadya Binjai.

4.3Populasi dan sampel 4.3.1 Populasi

Populasi yang diteliti adalah orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun yang telah melakukan kunjungan ke dokter dan mendapat terapi. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah 3549 jiwa (Koordinator Statistik kecamatan Binjai Kota, 2008)

4.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dimana seluruh populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden.

Untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Soekidjo (2005) sebagai berikut:

(39)

N = Jumlah populasi

d = Presisi 10% = 0,1 (Bungin, 2005)

maka dengan populasi kelurahan Kartini yang sebesar 3549 jiwa, sampel yang dibutuhkan adalah:

Karena n = 97,25 maka dibulatkan menjadi 100. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.

4.4Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data-data melalui:

1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan laiinya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti

(40)

4.5Pengolahan dan analisis data

Dalam penelitian ini, data penelitian yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk skor nilai. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pengolahan. Langkah – langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah langkah untuk meneliti apakah isian kuisioner sudah lengkap atau belum sehingga bila ada kekurangan dapat segera dilengkapi

b. Coding

Coding adalah suatu usaha memberikan kode/menandai jawaban-jawaban responden atas pertanyaan yang ada pada kuisioner yang nantinya akan memudahkan proses dengan komputer

c. Entry data

Memasukkan data melalui pengolahan komputer dengan program SPSS versi 17.0

d. Cleaning

Adalah pembersihan data. Kegiatan meneliti kembali data yang sudah ada, apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Saving

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Kartini merupakan salah satu Kelurahan yang tercakup dalam Kecamatan Binjai Kota Kotamadya Binjai bersama dengan enam kelurahan lainnya, yakni

- Kelurahan Berngam

- Kelurahan Pekan Binjai - Kelurahan Satria - Kelurahan Setia - Kelurahan Binjai

- Kelurahan Tangsi.

Kotamadya Binjai merupakan bagian dari Kabupaten Langkat Provinsi Sumantera Utara. Kelurahan Kartini memliki luas 36 ha dengan ketinggian tanah lebih kurang 28m diatas permukaan laut.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Deskripsi berdasarkan usia Umur (Tahun) Jumlah Responden

18 – 28 21

29 – 38 42

39 – 48 28

49 – 58 9

(42)

Tabel 5.2. Deskripsi berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden

Pria 54

Wanita 46

Dari tabel diatas pria memiliki frekuensi distribusi lebih besar dibanding wanita

5.1.3. Deskripsi Hasil Penilaian Soal Kuesioner

Tabel 5.3. Deskripsi Penilaian Soal Kuesioner Penelitian

(43)
(44)

67. 1 1 0 0 0 0 0 0 2 T

(45)

Keterangan:

- P = Patuh, dengan total skor ≥ 6 (75% dari jumlah pertanyaan) - T = Tidak patuh, dengan total skor < 6 (75% dari jumlah pertanyaan)

Tabel 5.4. Deskripsi Persentase Kepatuhan Responden Penelitian Interpretasi Jumlah Responden Persentase

Patuh 25 25 %

Tidak Patuh 75 75 %

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden atau sebanyak 75% tidak

memenuhi kriteria patuh dan hanya 25% yang memenuhi kriteria patuh

Tabel 5.5. Deskripsi Persentase Jawaban Kuesioner Penelitian

HASIL YA (%) TIDAK (%) PERSENTASE (%)

S O A L

1 70 30

100 %

2 60 40

3 55 45

4 45 55

5 60 40

6 35 65

7 25 75

8 20 80

(46)

5.2. Pembahasan

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dengan usia dewasa yakni diatas 18 tahun dan tinggal di Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai yang telah melakukan kunjungan ke dokter dan telah menerima pengobatan. Jumlah seluruh responden yang ikut dalam penelitian ini adalah 100 orang dan responden yang berusia antara 29 sampai dengan 38 tahun memiliki populasi terbanyak yaitu 42% dari jumlah total responden. Sedangkan yang paling sedikit adalah rentang umur 49 sampai dengan 58 tahun yakni 9% dari jumlah total responden (tabel 5.1).Berdasarkan jenis kelamin pria lebih banyak daripada wanita dengan

perbandingan 54% berbanding 46% (tabel 5.2)

Berdasarkan hasil penelitian hanya 25 responden dari total 100 responden atau 25% yang memenuhi kriteria patuh dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter dengan 75 responden lainnya atau 75% tidak memenuhi

kriteria patuh berdasarkan skor hasil penelitian (tabel 5.4)

Menurut Gennaro (2000) parameter kepatuhan penggunaan obat terdiri dari keberhasilan menebus resep, ketepatan dosis ( frekuensi dan jumlah), ketepatan dalam penggunaan, dan ketepatan waktu dan lama penggunaan. Menurut Niven (2002), kualitas interaksi dan tingkat pemahaman pasien juga erat kaitannya dengan tingkat dan parameter kepatuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan persentase jawaban responden pada penelitian (Tabel 5.5), sebanyak 80% pasien mengkonsumsi obat tambahan diluar resep dokter. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya efek samping obat yang dirasakan oleh pasien ataupun adanya kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi obat tradisional ataupun alternatif sebagai tambahan bagi obat yang telah diresepkan dokter. Dari hasil pengamatan juga ditemukan adanya 75% responden tidak mengkonsumsi obat hingga habis sesuai dengan petunjuk dokter yang kemungkinan disebabkan oleh pasien yang merasa penyakitnya telah sembuh sehingga tidak membutuhkan pengobatan lagi.

Pengamatan pada Tabel 5.5 juga menunjukkan bahwa 65% responden

(47)

padat dimana dari gambaran karakteristik responden dapat dilihat bahwa mayoritas responden yakni 42% berada pada usia produktif dengan rentang antara 29 hingga 38 tahun.

Dari hasil pengamatan pada tabel yang sama juga dapat dilihat bahwa 70% responden mendapatkan penjelasan dari dokter mengenai cara konsumsi obat tersebut dan hanya 60 % yang mengerti penjelasan yang diberikan. Kemudian didapati 55% responden membeli semua jenis obat yang diresepkan, 45 % membeli obat dengan jumlah sesuai dengan yang diresepkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh harga obat – obatan yang cukup mahal sehingga responden tidak

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masyarakat Kelurahan Kartini Kecamatan Binjai Kota Kotamadya Binjai didapatkan hanya 25 responden dari total 100 responden atau 25% yang memenuhi kriteria patuh dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter dengan 75 responden lainnya atau 75% tidak memenuhi kriteria patuh berdasarkan skor hasil penelitian.

Dari hasil pengamatan dari jawaban kuesioner penelitian, sebanyak 80% dari responden mengkonsumsi obat tambahan diluar yang diresepkan oleh dokter , sebanyak 75% responden tidak mengkonsumsi obat hingga habis sesuai anjuran, dan 65% responden tidak mengkonsumsi obat sesuai jadwal yang ditentukan oleh

dokter.

Pada hasil pengamatan pada tabel 5.5 juga didapatkan 70% responden mendapat penjelasan dari dokter mengenai cara mengkonsumsi obat yang diterima dan 60 % saja yang mengerti akan penjelasan yang diberikan. Selain dari pada itu juga ditemukan hanya 55% responden membeli semua jenis obat yang diberikan serta 45% saja yang membeli obat dengan jumlah yang sesuai dengan resep. Kemudian hanya 60% responden yang mengkonsumsi semua jenis obat yang diresepkan oleh dokter.

6.2. Saran

Melihat rendahnya tingkat kepatuhan yang hanya 25% saja, maka perlu adanya perhatian dari tenaga kesehatan yang menangani masyarakat Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai, karena kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, seperti ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan

(49)

Aspek komunikasi dokter dengan pasiennya juga perlu diperhatikan. Dalam pengamatan jawaban kuesioner penelitian ditemukan hanya 70% dokter yang menjelaskan cara konsumsi obat yang diberikan kemudian hanya 60% yang memahami serta adanya 80% pasien yang mengkonsumsi obat tambahan selain dari resep yang selayaknya dapat dihindari bila diberikan penjelasan yang baik dan kualitas komunikasi terapeutik yang tinggi pula.

Dalam meresepkan obat, dokter juga perlu memperhatikan aspek farmakoekonomis, dan efek sampingnya. Dimana dari hasil pengamatan didapatkan hanya 55% responden yang membeli semua jenis obat dan 45% yang

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 120

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.2006. Kepatuhan

Pasien: Faktor Penting dalam Keberhasilan Terapi. Badan POM RI.

Available from :

25 April 2010]

Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 105

Dalami, E dkk. 2009. Komunikasi Keperawatan. Jakarta: TIM, 9-36.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gitawati, R. 2002. Studi Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di 10 Puskesmas di

DKI Jakarta periode 1996-1999. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Available from:

Guwandi J. 2007. Dokter, Pasien dan Hukum. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(51)

Nawawi, H. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 20

Nugroho, W. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 11-33.

Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang – Undang No. 23 Tahun 1992.

Tentang : Kesehatan. Menteri / Sekretaris Negara, Republik Indonesia.

Available from :

[accessed 24 April 2010]

Singarimbun, M. 1981. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Suryawati, S. Komunikasi Dokter-Pasien dan Kebutuhan Informasi.Bagian

Farmakologi FK-UGM. Available from :

(52)

Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Nama Lengkap : Van Anthony T

Tempat/tanggal lahir : Binjai, 26 Juli 1989

Provinsi : Sumatera Utara

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Jl. Pattimura No. 46i

Telepon : 08197470000

E-mail : vaan2678@yahoo.com

Pendidikan :

Lembaga Tingkat Tahun selesai

Methodist Binjai TK 1993-1995

Methodist Binjai SD 1995-2001

Methodist Binjai SLTP 2001-2004

(53)

KUESIONER PENELITIAN

No. Peserta :

Tanggal Pengisian : ...

Nama : ... (P/L) Umur : ...

1. Pada saat anda berkunjung ke praktek dokter, apakah anda diberi penjelasan mengenai cara mengkonsumsi obat tersebut?

฀ Ya

฀ Tidak

2. Apakah anda mengerti akan penjelasan yang diberikan oleh dokter tersebut?

฀ Ya

฀ Tidak

3. Apakah anda membeli semua jenis obat yang telah diresepkan oleh dokter?

฀ Ya

฀ Tidak

4. Apakah anda membeli obat dengan jumlah yang sesuai dengan resep yang diberikan?

฀ Ya

฀ Tidak

5. Apakah anda mengkonsumsi seluruh jenis obat yang diresepkan oleh dokter?

฀ Ya

฀ Tidak

6. Apakah anda dalam mengkonsumsi obat tersebut sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan oleh dokter?

฀ Ya

฀ Tidak

7. Apakah anda mengkonsumsi obat hingga habis sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter?

฀ Ya

(54)

฀ Tidak

8. Apakah anda tidak mengkonsumsi obat tambahan selain yang resep dokter?

฀ Ya

(55)

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan kesediaan menjadi responden

untuk mengisi kuesioner penelitian yang berjudul “Tingkat Kepatuhan Masyarakat

Terhadap Penggunaan Obat yang Diresepkan oleh Dokter di Kelurahan Kartini

Kotamadya Binjai Tahun 2010” dan saya akan menjawab dengan sejujur-jujurnya.

Segala kerahasiaan yang saya ketahui menjadi tanggung jawab penuh peneliti.

Binjai, ………..2010

Tanda tangan,

(……….)

(56)

LEMBAR PENJELASAN

Tingkat Kepatuhan Masyarakat Terhadap Penggunaan Obat yang Diresepkan oleh Dokter di Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai Tahun 2010

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat, Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Van anthony

NIM : 070100192

Alamat : Jl. Pattimura No. 47D Hp/Telp: 08197470000

adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melaksanakan penelitian dengan judul “Tingkat Kepatuhan Masyarakat Terhadap Penggunaan Obat yang Diresepkan oleh Dokter di Kelurahan Kartini Kotamadya Binjai Tahun 2010”.

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari

dokter yang mengobatinya. Kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan, di samping faktor-faktor lain, yaitu ketepatan diagnosis, ketepatan pemilihan obat, ketepatan aturan dosis dan cara pemberian dan faktor sugestif/kepercayaan penderita terhadap dokter maupun terhadap obat yang diberikan.

. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah:

1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan.

(57)

3. Faktor program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.

4. Faktor psikososial seperti intelegensia, sikap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya atau kondisi financial

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak – pihak yang berkepentingan, dalam hal ini tenaga profesional kesehatan untuk melaksanakan tugasnya sehingga kemudian akan memberi manfaat kepada masyarakat dengan meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembaran pertanyaan (kuesioner), memerlukan waktu ± 15 menit untuk menjawab sebanyak 8 pertanyaan. Terdapat pilihan jawaban yang disediakan beragam sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Mengingat hasil penelitian ini sangat diperlukan untuk membantu tenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanannya, maka saya sebagai peneliti sangat mengharapkan dan menghargai partisipasi anda turut serta dalam penelitian ini. Namun demikian partisipasi anda bersifat sukarela tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Peneliti sangant berterima kasih atas kerjasama anda dan kesediaan anda dalam mengikuti penelitian ini. Semua informasi yang anda berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Setelah memahami penjelasan yang saya berikan, anda dapat menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) yang disediakan peneliti. Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,

(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

Interpretasi

75 75,0 75,0 75,0

25 25,0 25,0 100,0

100 100,0 100,0

Tidak Patuh Patuh Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

(64)
(65)

Uji Reliabilitas

******Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 20,0 N of Items = 8

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep kepatuhan penggunaan obat yang
Tabel 5.1. Deskripsi berdasarkan usia
Tabel 5.2. Deskripsi berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.4. Deskripsi Persentase Kepatuhan Responden Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

.Form data barang digunakan untuk menyimpan informasi mengenai data barang berikut rancangan tampilan data barang. Page Penjualan Form

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNISKA. PROGRAM STUDI

bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) dan pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah,Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah Jenis

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya bagi pemulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Berdasarkan data hasil survei awal, pada awal berdirinya PT Pertani (Persero) Cabang NTB memiliki penangkar benih unggul padi yang bermitra dengan PT Pertani

Pengolahan teh pottret sendiri menggunakan teh kering yang sudah jadi, dengan bahan utama teh potrtet yang akan diproses yaitu bunga culan dan teh hijau yang telang

Pertimbangan Pertamina dalam program ini adalah jika di suatu wilayah yang menjadi target konversi masih ada yang menggunakan minyak tanah bersubsidi dan tetap tidak mau beralih