• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Terdistribusi Pencarian Kerja dan Tenaga Kerja dalam Sektor Informal Memanfaatkan Teknologi Ponsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Terdistribusi Pencarian Kerja dan Tenaga Kerja dalam Sektor Informal Memanfaatkan Teknologi Ponsel"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM TERDISTRIBUSI PENCARIAN KERJA DAN TENAGA KERJA DALAM SEKTOR INFORMAL MEMANFATKAN

TEKNOLOGI PONSEL

TESIS

Oleh AMALIA 087034032/TE

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

SISTEM TERDISTRIBUSI PENCARIAN KERJA DAN TENAGA KERJA DALAM SEKTOR INFORMAL MEMANFATKAN

TEKNOLOGI PONSEL

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh AMALIA 087034032/TE

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Telah Diuji pada

Tanggal: 19 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Usman Baafai

Anggota : 1. Dr. Benny B. Nasution, Dipl.Ing, M.Eng 2. Soeharwinto, ST, MT

3. Prof. Dr. Muhammad Zarlis 4. Ori Novanda, ST, MT

(4)

ABSTRAK

Topik yang diangkat pada penelitian ini adalah perancangan sistem database terdistribusi untuk pencari kerja dan tenaga kerja di sektor informal berbasis ponsel. Berbeda dengan sistem yang menggunakan database terpusat sistem dengan database terdistribusi ini tidak membutuhkan biaya pengadaan dan perawatan server dan sistem tetap dapat berjalan walaupun ada ponsel yang tidak aktif. Ponsel dipilih karena merupakan teknologi yang telah dikenal dengan baik oleh para pekerja informal.

Tahapan penelitian meliputi pemilihan spesifikasi sistem dan perancangan sistem terdistribusi. Observasi terhadap pengguna sistem menunjukkan para pekerja bangunan memiliki ponsel kategori biasa (bukan smartphone) dangan harga ponsel rata-rata Rp. 500.000. Untuk itu sistem dibangun dengan ponsel kategori biasa namun harus memiliki spesifikasi MIDP 2.0, CLDC 1.0 dan dapat mendukung teknologi Java. Sistem dibangun dengan konsep database terdistribusi dimana metode alokasi

data yang digunakan merupakan gabungan metode fragmentasi dan replikasi, cara

pemrosesan query yaitu pengiriman transaksi melalui SMS dengan menerapkan suatu

aturan transaksi yang konsisten.

Uji coba sistem berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga jika sistem berbasis ponsel ini diterapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi pekerja informal pada area pekerjaan lebih luas, lebih cepat, dan lebih sesuai dengan keahlian dibandingkan dengan sistem pencarian kerja tradisional (sistem dari mulut ke mulut).

(5)

ABSTRACT

The topic of this research was the program of distributive database system for those who look for employment and for the work force in informal sectors with cellular phone base. Different from the system which uses centered database system, this distributive database did not need any cost for its supply and service maintenance so that the system is still funtioned although the cellular phone is off. This celllular phone is selected in this research because it constitutes a well-known technological device among the informal workers.

The stages of the research included the selection of system specification and distributive system program. The observation on the users of this system showed that the building construction workers had cellular-phones with common category (not smartphones) with the price of Rp.500,000 (five hundred thousand rupiahs) each. Therefore, the system which was built with the cellular-phones with common category had to have the specification of MIDP 2.0 and CLDC 1.0, and they could support Java Technology. The system was built with distributive database concept in which the data allocation method which was used constituted the combination of fragmentation and replication methods; the query processing method constituted the transfer of transaction via SMS by applying a consistent transaction regulation.

The spot-check of the system ran well and was in accordance with what had been expected so that if the system with cellular-phone base could be applied, it would increase the opportunity of employment for informal workers in the broader employment area which was faster and more appropriate for their skill than those with the tradition system of looking for employment.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia

yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul

Sistem Terdistribusi Pencarian Kerja dan Tenaga Kerja dalam Sektor Informal Memanfaatkan Teknologi Ponsel”” Salawat beriring salam tak lupa penulis persembahkan kepada junjungan Umat Islam, Nabi Muhammad SAW.

Dalam penyelesaian tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan,

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas

segala bimbingan, bantuan serta dukungannya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Usman

Baafai, selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Dr. Benny B. Nasution, Dipl.Ing.

M.Eng dan Bapak Soeharwinto, ST, MT, selaku anggota komisi pembimbing yang

telah mengarahkan dan membimbing penulis selama penyelesaian tesis ini. Tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis, Bapak

Ori Novanda, ST, MT dan Bapak Fakhruddin R. Batubara, ST, MTI selaku

Pembanding utama yang telah memberikan kritik dan masukan terhadap tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis, Bapak

Mahdi Mahmud, Ibu Bintul Qadar, Bapak Ir. Mohd Roem Lubis, dan Ibu Nilawati

Saoeni atas doanya. Tak lupa ucapan terima kasih kepada suami penulis, Yudhi

(7)

calon anak kedua kami yang masih berada dalam kandungan yang menjadi

penyemangat dan motivasi penulis dalam pengerjaan tesis ini. Terima kasih juga

kepada adik-adik penulis Mahendra Mahdi SP,MP, Lettu CPM Aditya Mahdi dan

Alm. M. Fajar Mahdi yang selalu menjadi penyemangat penulis. Tak lupa ucapan

terima kasih kepada keluarga dan teman-teman penulis yang telah banyak

memberikan semangat dan perhatian sehingga tesis ini selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis

berharap semoga tesis ini dapat berguna untuk menambah cakrawala ilmu

pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2011

Hormat saya,

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amalia

Tempat / Tanggal Lahir : Banda Aceh / 21 Desember 1978

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Garu 2. Komplek Villa Harjosari I No 61

Medan.

Telepon : 0811645554 / 061-7866684

Email

1. Tamatan SD Negeri No 1 Banda Aceh Tahun 1991

PENDIDIKAN

2. Tamatan SMP Negeri No 1 Banda Aceh Tahun 1994

3. Tamatan SMU Negeri No 1 Banda Aceh Tahun 1997

4. Tamatan Teknik Sistem Komputer, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Tahun

(9)

Dosen Tetap Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara, Jurusan Teknik Informatika PEKERJAAN

KEGIATAN ILMIAH

Demikian riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya.

Medan, Agustus 2011

Tertanda,

Amalia

No Judul Karya Ilmiah / Penelitian Pelaksana / Jurnal Tahun

1 Perancangan dan Pembuatan Man Machine Interface (MMI) untuk Sistem SCADA PT. PLN Cabang Banda Aceh

Unsyiah / Tugas Akhir 2003

2 Perancangan Sistem Informasi Daftar Kerusakan Alat di Laboratorium Unsyiah Akibat Bencana Gempa dan Tsunami

Pekan Ilmiah FT. UISU 2008

3 Solving Human Resources Management Construction Workers Through Mobile Community Network.

Seminar Internasional V Politeknik Negeri Medan

2010

4 Optimasi Pemberian ASI Eksklusif Ibu Bekerja Kepada Bayinya di Kota Medan Kopertis Wilayah I DIKTI / Laporan

Kajian Wanita Nomor 25/L.1.2.2/KL/2010

2010

5 Sistem Terdistribusi Pencarian Kerja dan Tenaga Kerja dalam Sektor Informal Memanfaatkan Teknologi Ponsel

(10)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

(11)
(12)

dengan fungsi umum ponsel... 4.5.3. Analisis beban jumlah ponsel... 4.5.4. Analisis kapasitas ruang persisten kosong yang harus disediakan ponsel... 4.5.5. Analisis kelebihan dan kelemahan sistem...

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

78 78

78 82

84

84 85

87

(13)

DAFTAR TABEL

Penelitian terdahulu yang terkait...

Karakteristik piranti ponsel...

Daftar instruksi header pesan...

(14)

DAFTAR GAMBAR

Konsep database terdistribusi...

Konfigurasi database terdistribusi...

Arsitektur java ME...

Arsitektur sebuah aplikasi MIDP...

Peredaran token...

Tampilan program pendaftaran anggota...

Diagram aktivitas penerimaan anggota baru...

Tampilan program pencarian kerja/pekerja...

Diagram aktivitas pencarian kerja/pekerja...

Diagram aktivitas peredaran token...

(15)

ABSTRAK

Topik yang diangkat pada penelitian ini adalah perancangan sistem database terdistribusi untuk pencari kerja dan tenaga kerja di sektor informal berbasis ponsel. Berbeda dengan sistem yang menggunakan database terpusat sistem dengan database terdistribusi ini tidak membutuhkan biaya pengadaan dan perawatan server dan sistem tetap dapat berjalan walaupun ada ponsel yang tidak aktif. Ponsel dipilih karena merupakan teknologi yang telah dikenal dengan baik oleh para pekerja informal.

Tahapan penelitian meliputi pemilihan spesifikasi sistem dan perancangan sistem terdistribusi. Observasi terhadap pengguna sistem menunjukkan para pekerja bangunan memiliki ponsel kategori biasa (bukan smartphone) dangan harga ponsel rata-rata Rp. 500.000. Untuk itu sistem dibangun dengan ponsel kategori biasa namun harus memiliki spesifikasi MIDP 2.0, CLDC 1.0 dan dapat mendukung teknologi Java. Sistem dibangun dengan konsep database terdistribusi dimana metode alokasi

data yang digunakan merupakan gabungan metode fragmentasi dan replikasi, cara

pemrosesan query yaitu pengiriman transaksi melalui SMS dengan menerapkan suatu

aturan transaksi yang konsisten.

Uji coba sistem berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga jika sistem berbasis ponsel ini diterapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi pekerja informal pada area pekerjaan lebih luas, lebih cepat, dan lebih sesuai dengan keahlian dibandingkan dengan sistem pencarian kerja tradisional (sistem dari mulut ke mulut).

(16)

ABSTRACT

The topic of this research was the program of distributive database system for those who look for employment and for the work force in informal sectors with cellular phone base. Different from the system which uses centered database system, this distributive database did not need any cost for its supply and service maintenance so that the system is still funtioned although the cellular phone is off. This celllular phone is selected in this research because it constitutes a well-known technological device among the informal workers.

The stages of the research included the selection of system specification and distributive system program. The observation on the users of this system showed that the building construction workers had cellular-phones with common category (not smartphones) with the price of Rp.500,000 (five hundred thousand rupiahs) each. Therefore, the system which was built with the cellular-phones with common category had to have the specification of MIDP 2.0 and CLDC 1.0, and they could support Java Technology. The system was built with distributive database concept in which the data allocation method which was used constituted the combination of fragmentation and replication methods; the query processing method constituted the transfer of transaction via SMS by applying a consistent transaction regulation.

The spot-check of the system ran well and was in accordance with what had been expected so that if the system with cellular-phone base could be applied, it would increase the opportunity of employment for informal workers in the broader employment area which was faster and more appropriate for their skill than those with the tradition system of looking for employment.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data yang didapat dari Biro Pusat Statistik (BPS), di tahun 2010

sekitar 68.58% penduduk Indonesia bekerja di sektor informal [1,2]. Jumlah ini

hampir sama dengan jumlah pekerja di sektor informal di negara berkembang lainnya

bahkan juga di negara maju, dimana berdasarkan penelitian terdahulu hampir 60%

angkatan kerja yang tidak bekerja di sektor pertanian adalah pekerja informal [3].

Tingginya jumlah pekerja di sektor informal merupakan salah satu masalah penting

yang kerap dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia karena

sektor ini berkaitan dengan kemiskinan dan kerentanan [3,4]. Sembilan puluh empat

persen warga miskin bekerja di sektor ini [3]. Tingginya tingkat urbanisasi dan

ketidakmampuan negara untuk menyediakan lapangan kerja membuat jumlah pekerja

di sektor informal dapat terus bertambah [3,5].

Menurut organisasi perburuhan dunia (International Labour Organization –

ILO) pekerjaan di sektor informal merupakan pekerjaan yang tidak diatur dalam

undang-undang perburuhan, dan tidak dikenakan pajak [3]. Definisi lain dari

pekerjaan di sektor informal adalah segala pekerjaan yang tidak menghasilkan

(18)

security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan

unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum [5]. Contoh dari jenis kegiatan

sektor informal antara lain buruh bangunan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

Di antara pekerjaan informal ini, terdapat beberapa pekerjaan yang bersifat project based yaitu jenis pekerjaan yang selesai dalam satu proyek pekerjaan, contohnya tukang cat, buruh bangunan, tukang jahit dan lain sebagainya [6]. Salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh para pekerja informal yang bersifat project based

yaitu jika telah selesai dengan suatu proyek pekerjaan maka si pekerja diharapkan

mencari proyek lainnya agar tetap dapat bekerja dan tidak menganggur. Untuk

menghindari keadaan menganggur idealnya pekerja sudah mendapatkan proyek

pekerjaan lanjutan sebelum proyek pekerjaan saat ini berakhir. Sehingga pergantian

kerja terjadi tanpa ada jeda waktu dan tidak sempat membuat si pekerja menganggur

antara waktu memulai proyek baru dengan berakhirnya proyek lama [7].

Pada dasarnya permasalahan utama dalam pencarian kerja bukan karena tidak

tersedianya pekerjaan namun tidak adanya jaringan informasi yang handal untuk

membantu memasangkan pencari kerja dan si pemberi kerja yang sesuai [8]. Saat ini

aliran informasi tentang suatu pekerjaan terutama di sektor informal biasanya beredar

dari sistem mulut ke mulut dan hampir tidak ada perekrutan secara formal. Seorang

pekerja akan mendapatkan informasi tentang suatu pekerjaan dari teman, saudara

ataupun relasinya. Begitu juga dengan seorang majikan atau si pemberi kerja yang

membutuhkan tenaga kerja untuk dipekerjakan, saat ini masih mengandalkan sistem

(19)

dan si pemberi kerja dengan cepat dan tepat [9].

Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu sistem database yang dapat di akses oleh pencari kerja dan si pemberi kerja di sektor informal agar dapat

memasangkan pencari kerja dan si pemberi kerja dengan cepat dan tepat. Terdapat 2

pilihan apakah database akan ditempatkan pada server terpusat ataupun terdistribusi. Hambatan yang dapat terjadi untuk sistem dengan database terpusat adalah adanya biaya tambahan untuk pemeliharaan server dan membutuhkan suatu pihak terpercaya untuk mengelola database [10]. Hal ini akan menimbulkan permasalahan mengenai siapa yang akan menanggung biaya pemiliharaan server. Selain itu kendala pada

database terpusat jika server down maka keseluruhan sistem akan down juga. Sebaliknya pada database terdistribusi teknologi ini tidak membutuhkan suatu server

terpusat sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan seperti biaya pemeliharaan

server. Pada database terdistribusi, data disebar dan dibagi ke setiap node yang ada di sistem. Database terdistribusi menjamin ketersediaan dan keandalan data karena adanya proses replikasi data sehingga jika salah satu ponsel down maka data dapat disediakan oleh node yang lain[11].

Hasil penelitian yang berjudul In With the New, Out With the Old : Has the Technological Revolution Eliminated the Traditional Job Search Process oleh David L. Van Rooy, Alexander Alonso, Zachary Fairchild di tahun 2003 mengungkapkan

campur tangan teknologi seperti sistem pencarian kerja dengan memanfaatkan

komputer dan internet dapat meningkatkan hasil pencarian kerja dibandingkan

(20)

oleh Indrani Medhi, Geeta Menon, Kentaro Toyama di tahun 2008 yang berjudul

Challenges in Computerized Job Search for the Developing World” mengungkapkan banyaknya hambatan yang akan dihadapi untuk menerapkan sistem pencarian kerja

berbasis komputer bagi pekerja di daerah miskin yang tidak terbiasa menggunakan

komputer [9].

Saat ini, salah satu teknologi yang dapat diterima dengan baik adalah

teknologi ponsel. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengguna ponsel di dunia yang

makin meningkat dari tahun ke tahun [13]. Ponsel bukan lagi merupakan barang

mewah namun merupakan kebutuhan hidup bagi sebagian orang. Persaingan

perusahaan ponsel dalam menghasilkan berbagai jenis ponsel mengakibatkan harga

ponsel kian terjangkau untuk masyarakat dengan kalangan ekonomi lemah. Hal ini

membuat banyak peneliti beralih memanfaatkan jaringan teknologi ponsel untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan di sektor ekonomi, sosial dan budaya.

Beriringan dengan makin banyaknya proyek berbasis ponsel merupakan bukti sistem

berbasis teknologi ponsel dapat diterima dengan baik [13].

Berdasarkan latar belakang di atas maka topik yang diangkat pada penelitian

ini adalah perancangan sistem database terdistribusi untuk pencari kerja dan tenaga

kerja di sektor informal berbasis ponsel. Dimana tahapan penelitian meliputi

pemilihan spesifikasi sistem dan perancangan prototip sistem. Menurut Jonathan

Donner, Katrin Verclas dan Kentaro Toyoma dalam jurnal mereka yang berjudul

(21)

yang ada dengan menerapkan pilihan spesifikasi perancangan yang sesuai dengan

situasi dan kondisi di lapangan [13]. Untuk mendapatkan spesifikasi yang sesuai

maka akan dilakukan penelitian mendalam terhadap beberapa aspek sistem seperti

calon pengguna sistem, pilihan aksesibilitas sistem dan kemungkinan ketergantungan

sistem yang dirancang dengan sistem lainnya [13]. Setelah didapatkan spesifikasi

sistem maka langkah selanjutnya adalah perancangan prototip sistem, dimana untuk

perancangan database terdistribusi aspek yang akan diteliti adalah cara pengalokasian data, cara pemrosesan query, cara mengatur manajemen direktori dan konfigurasi jaringan.

Tabel 1.1 menampilkan beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan

untuk penelitian ini.

Tabel 1.1 Penelitian terdahulu yang terkait

Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian

(22)

Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian

2008 Penelitian ini mengungkapkan sistem

pencarian kerja tradisional tidak menjamin dapat memasangkan pencari kerja dan si pemberi kerja dengan cepat dan tepat, namun jika memanfaatkan teknologi komputer akan menimbulkan permasalahan bagi pekerja di daerah miskin yang tidak terbiasa menggunakan computer

2008 Penelitian ini mengungkapkan teknologi ponsel dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dunia, hal ini terbukti dengan banyaknya peneliti yang beralih memanfaatkan jaringan teknologi ponsel untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di sektor ekonomi, sosial dan budaya.

2009 Penelitian ini mengungkapkan hambatan

yang dapat terjadi untuk sistem dengan database terpusat jika dibandingkan dengan database terdistribusi yaitu database terpusat memerlukan biaya tambahan untuk pemeliharaan server dan membutuhkan suatu pihak terpercaya untuk mengelola database.

Amalia Solving Human

Resource Management Construction Worker.

2010 Dengan memanfaatkan hasil penelitian

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana merancang sistem database terdistribusi berbasis ponsel seperti cara

pengalokasian data, cara pemrosesan query, cara mengatur manajemen direktori dan konfigurasi jaringan yang sesuai dengan spesifikasi sistem yang telah

ditetapkan.

b. Bagaimana memilih spesifikasi sistem yang sesuai dengan situasi dan kondisi

pekerja informal di Indonesia seperti pemilihan aksesibilitas sistem yang sesuai

dengan ponsel yang digunakan oleh pekerja informal.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan merancang sistem database terdistribusi berbasis

ponsel untuk pencarian kerja dan tenaga kerja di sektor informal yang dapat

diterapkan di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi pekerja

informal pada area pekerjaan lebih luas, lebih cepat, dan lebih sesuai dengan

keahlian.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Memberikan kontribusi bagi penelitian lanjutan dalam perancangan database

(24)

b. Sistem diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya dalam mencari kerja dan

tenaga kerja, menjamin pendapatan pekerja informal dan membantu

meminimalkan jumlah pengangguran.

c. Sistem diharapkan dapat meningkatkan mutu pekerjaan karena pencari kerja

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat beragamnya jenis pekerjaan informal dengan spesifikasi project based yang ada di Indonesia maka pada penelitian ini diambil sebuah case yaitu pekerja informal di sektor konstruksi bangunan atau biasa disebut dengan buruh

bangunan. Pemilihan buruh bangunan disebabkan karena akses ke buruh bangunan

lebih mudah, pekerjaan mereka lebih dinamis sehingga kompleksitas dan tingkat

kesulitan penanganan lebih tinggi dibandingkan pekerjaan informal lain. Selain itu

pekerjaan buruh bangunan merupakan salah satu pekerjaan yang banyak menyerap

tenaga kerja di Indonesia.

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia sedang giat melaksanakan

pembangunan di segala bidang sehingga banyak membuka lapangan kerja bagi para

buruh bangunan [2]. Alasan lainnya adalah tingkat pendidikan yang rendah dan tidak

adanya keahlian membuat pekerjaan ini merupakan salah satu alternatif yang banyak

dipilih oleh sebagian masyarakat Indonesia agar tetap dapat menghidupi keluarga

(25)

Sebagai salah satu jenis pekerjaan project based, biasanya seorang buruh

bangunan bekerja di suatu proyek berdasarkan tengat waktu tertentu, jika telah selesai

suatu proyek pembangunan maka para pekerja harus mencari proyek lainnya. Namun

tidak adanya jaringan informasi yang handal untuk membantu mencari “the best match” antaraburuh bangunan dan mandor (pemberi kerja) kadangkala menyebabkan buruh bangunan kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria

pekerjaan yang diinginkannya. Begitu juga dengan mandor yang kesulitan

menemukan buruh bangunan yang sesuai kriteria untuk dipekerjakan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka ruang lingkup dari penelitian ini adalah

perancangan sistem pencarian kerja untuk pekerja informal di bidang konstruksi

bangunan di daerah Aceh dan Sumatera Utara. Penelitian di batasi untuk komunitas

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas teori penunjang yang mendukung penelitian. Teori

penunjang tersebut meliputi teori tentang Pekerja Sektor Informal, Teknologi Selular,

Database Terdistribusi, dan Java Micro Edition. Selain itu, pada bab ini juga akan

dijabarkan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan

dibuat dan kontribusi penelitian.

2.1. Pekerja Sektor Informal

Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, banyak perusahaan di

sektor formal mengalami penurunan angka produksi, bahkan ada yang harus berhenti

beroperasi. Dampaknya yaitu pemutusan hubungan kerja [14]. Hal ini menyebabkan

para pengangguran ini berusaha bekerja di sektor pekerjaan informal. Selain itu

tingginya tingkat urbanisasi juga merupakan salah satu faktor penyebab

berkembangnya pekerjaan di sektor informal. Pekerja informal adalah pekerja dengan

pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan tetap, tempat pekerjaan yang tidak

terdapat keamanan kerja (job security), tempat bekerja yang tidak ada status

permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan

(27)

2.1.1. Sektor konstruksi bangunan

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia sedang giat melakukan

pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang yang banyak menyerap tenaga

kerja informal adalah bidang konstruksi bangunan [15]. Hal ini disebabkan tenaga

kerja adalah salah satu komponen penting dalam industri jasa pelaksanaan konstruksi

[14]. Hampir semua bagian dan detail pekerjaan konstruksi masih memerlukan tenaga

kerja manusia. Secara umum terdapat lima macam tenaga kerja dalam bidang

konstruksi yaitu konsultan, arsitektur, pengawas, mandor dan tukang [16]. Pada

penelitian ini yang akan dibahas adalah tenaga kerja mandor dan tukang.

2.1.1.1.Mandor/kepala tukang

Mandor atau kepala tukang adalah orang yang membawahi belasan hingga

ratusan tukang dan kenek [16]. Jika menggunakan sistem borongan maka ia adalah

orang yang membayar gaji tukang yang ditagih ke kontraktor sebagai pelaksana. Pada

prakteknya, seorang mandor akan mencari tukang dan kenek untuk dipekerjakan.

Hubungan kerja antara mandor dan tukang tidak mempunyai ikatan formal atau tidak

ada kontrak hitam di atas putih.

2.1.1.2.Tukang

Tukang adalah pekerja atau buruh bangunan yang pekerjaannya membangun

rumah atau bangunan. Keahliannya juga berbeda-beda mulai dari tukang batu, tukang

(28)

biasanya seorang mandor akan mempekerjakan seorang kenek. Kenek adalah

pekerjaan dibawah tukang yang bertugas membantu pekerjaan tukang.

2.1.2. Kriteria pencarian proyek kerja

Seorang mandor ketika mendapatkan pekerjaan akan mencari tukang untuk

dipekerjakan [16]. Dalam prakteknya, seorang mandor akan mencari tukang

berdasarkan krteria-kriteria tertentu. Diantaranya yaitu spesifikasi keahlian tukang,

upah tukang dan wilayah proyek kerja.

2.1.2.1. Spesifikasi keahlian tukang

Tenaga kerja tukang yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi untuk

berbagai jenis pekerjaan yang ada dilapangan akan berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Menurut Ikatan Arsitek Indonesia perbedaan ini disebabkan karena setiap

jenis pekerjaan konstruksi yang dilakukan membutuhkan keahlian tenaga kerja yang

berbeda-beda [16]. Untuk itu seorang mandor akan mencari tukang berdasarkan

keahlian yang dibutuhkan di lapangan. Adapun pembagian spesifikasi tukang

berdasarkan keahliannya adalah sebagai berikut [14]:

Tukang Rangka Baja

Tukang Kayu

c. Tukang Listrik / Instrumen

d. Tukang Besi

(29)

f. Tukang Batu

g. Tukang Cat

h. Tukang Batu

i. Tukang Pemasang Pipa

j. Dan lain sebagainya

Biasanya seorang tukang hanya dapat mendalami satu keahlian saja, namun

ada juga tukang yang dapat menguasai lebih dari satu keahlian. Contohnya tukang

keramik dapat mengerjakan tugas dari tukang batu namun tidak semua tukang batu

dapat mengerjakan tugas seorang tukang keramik. Keahlian-keahlian ini didapatkan

dari pendidikan formal maupun non formal. Sebuah lembaga pemerintah yaitu

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJK) bertugas

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja jasa konstruksi [17].

Pendidikan formal ini akan membentuk suatu Badan Sertifikasi Keterampilan

Institusi Diklat yaitu Badan penyelenggara sertifikasi yang independen dan mandiri,

yang menyelenggarakan pengujian keterampilan kerja untuk proses sertifikasi

keterampilan kerja tertentu [17]. Dengan itu seorang tukang yang telah mendapatkan

sertifikasi suatu bidang keahlian telah mendapat pengakuan tertulis tentang

keahliannya tersebut. Selain dari pendidikan formal keahlian ini juga bisa didapatkan

dari pengalaman kerja. Biasanya sebelum menjadi seorang tukang, seorang buruh

bangunan dipekerjakan sebagai kenet terlebih dahulu. Lama kelamaan kenet akan

(30)

2.1.2.2.Upah kerja

Biasanya seorang mandor akan membayar tukang dan kenek dengan upah

yang dihitung secara harian. Besarnya upah harian tukang dan kenek berdasarkan

kesepakatan antara kedua pihak. Salah satu pertimbangan tukang menerima suatu

pekerjaan dari seorang mandor ataupun sebaliknya yaitu berdasarkan kesepakatan

besar upah harian yang diberikan mandor kepada tukang. Belum adanya standarisasi

upah kadangkala membuat adanya kemungkinan salah satu pihak dirugikan [6].

2.1.2.3.Wilayah kerja

Kadangkala seorang mandor tetap mempertahankan tukang yang pernah

dipekerjakan untuk melaksanakan proyek kerja baru. Tak jarang jika ada proyek di

luar kota mandor akan memboyong tukang-tukang ini untuk dipekerjakan. Biasanya

para tukang ini akan mendapatkan upah lebih karena wilayah kerja yang berada di

luar kota. Wilayah kerja merupakan salah satu kriteria dalam pencarian kerja. Karena

tak selamanya seorang tukang bersedia kerja diluar kota karena berbagai alasan

diantaranya upah kerja yang tak dapat menutupi biaya hidup di luar kota, jauh dari

keluarga dan lain sebagainya.

2.2. Teknologi Selular

Telepon selular (ponsel) adalah perangkat elektronik yang berfungsi

sebagaimana pesawat telepon normal, yang dapat bergerak pada suatu area yang luas.

(31)

terakhir, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Di Indonesia telepon

seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara tajam. Ponsel yang

dulunya merupakan barang mewah, sehingga hanya kelompok kalangan tertentu yang

bisa menikmatinya, sekarang dengan semakin murahnya harga ponsel maka dapat

dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat [18]. Ponsel telah digunakan baik itu dari

lapisan masyarakat elit sampai buruh bangunan, dari kota besar sampai

pelosok-pelosok di seluruh Indonesia dapat mengakses sarana telekomunikasi yang ada.

Semua lapisan masyarakat memiliki akses untuk dapat menggunakan sarana

telekomunikasi untuk berbagai keperluan, baik untuk urusan bisnis, keluarga, ataupun

keperluan lainnya. Saat ini ponsel telah menjadi “Part of life” dari penduduk

Indonesia.

Dari sisi teknologi ponsel telah mengalami perkembangan pesat dari generasi

pertama sampai dengan generasi ke empat. Perkembangan teknologi ponsel dapat

dirangkum sebagai berikut [18]:

a. Generasi pertama: hampir seluruh sistem pada generasi ini merupakan

sistem analog dengan kecepatan rendah (low-speed) dan suara sebagai

objek utama. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS

(Analog Mobile PhoneSystem).

b. Generasi kedua: dijadikan standar komersial dengan format digital,

kecepatan rendah - menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT.

c. Generasi ketiga: lahir di awal era tahun 2000 berformat digital dengan

(32)

sehingga dapat meningkatkan kecepatan akses data hingga mencapai 2

mbps, mampu mentransfer data dengan kecepatan tinggi (high-speed) dan

aplikasi multimedia, untuk pita lebar (broadband). Contoh: W-CDMA

(atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO.

d. Generasi Keempat (4G) merupakan kelanjutan dari teknologi 3G, tidak

hanya menjanjikan kecepatan hingga mencapai 100 mbps, namun juga

beberapa hal lain yaitu sistem hanya berbasiskan switching, solusi one

device one IP yang memungkinkan kita terkoneksi kapan saja dan di mana

saja, keamanan yang terjamin dan harganya yang terjangkau.

Saat ini fasilitas ponsel yang banyak digunakan meliputi Voice function, Short

Message Service (SMS), packet switching untuk Internet dan Multimedia Message

Service (MMS).

2.2.1. Teknologi selular sebagai salah satu solusi permasalahan

Perusahaan komersil telah melihat perkembangan pemakaian ponsel

masyarakat dunia semakin pesat dari waktu ke waktu. Perusahaan-perusahaan ini

memanfaatkan media ponsel untuk mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.

Hal ini ditandai dengan maraknya bermunculan aplikasi-aplikasi berbasis ponsel

untuk mengatasi permasalahan yang umum seperti aplikasi sistem pencarian kerja,

aplikasi kesehatan, aplikasi pertanian, aplikasi sosial budaya dan aplikasi lainnya

[19]. Selain perusahaan komersil, para peneliti dan akademisi khususnya di bidang

(33)

Acara atau event seperti konferensi Mobile For Development (M4D) dilakukan secara

periodik untuk menampung ide dari para peneliti agar menghasilkan inovasi berbasis

ponsel yang dapat mengatasi permasalahan sosial budaya [13].

Menurut Jonathan Donner, Katrin Verclas dan Kentaro Toyoma dalam jurnal

mereka yang berjudul “Reflections on MobileActive 2008 and the M4D Landscape”,

suatu sistem dapat dikatakan sukses, jika dapat mencapai tujuan dengan

menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menerapkan pilihan spesifikasi

perancangan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan [13]. Dalam jurnal

yang sama dijabarkan terdapat empat kategori yang dapat mempengaruhi pilihan

spesifikasi dalam perancangan sistem berbasis ponsel yaitu siapa yang akan

menggunakan sistem, pemilihan cara aksesibilitas sistem yang sesuai, pemilihan

teknologi pendukung yang sesuai dan bagaimana ketergantungan sistem terhadap

operator atau merk ponsel tertentu [13]. Empat kategori tersebut adalah:

a. Siapa pengguna sistem

Tahapan ini akan menjelaskan apakah sistem ditujukan untuk masyarakat

umum atau untuk suatu kalangan tertentu saja. Tahapan ini juga dapat

mempengaruhi pilihan spesifikasi dalam perancangan sistem. Misalkan jika

pengguna sistem merupakan masyarakat dengan penghasilan rendah maka

sistem harus dapat berjalan di ponsel biasa dan bukan smart phone karena rata-rata masyarakat berpenghasilan rendah tidak mampu membeli ponsel

(34)

b. Bagaimana aksesibilitas sistem

Terdapat beberapa pilihan cara aksesibilitas sistem. Misalkan aksesibilitas

yang dapat dicakup oleh seluruh jenis ponsel dan operator seperti SMS dan

Voice ataupun pengaksesan yang hanya dapat dijangkau oleh sebagian ponsel saja seperti GPRS, WiFi, Bluetooth dan infra red. Contohnya adalah aplikasi

Souktel yang berbasis SMS [8] dan aplikasi Mobile JobHunt yang berbasis

GPRS [20].

c. Apakah sistem terhubung pada teknologi lain

Beberapa sistem berbasis ponsel terhubung dengan teknologi lain seperti WEB atau database. Untuk sistem yang membutuhkan media penyimpanan data seperti database perlu dipikirkan pemilihan penyimpanan data yang paling sesuai mengingat ponsel hanya memiliki kapasitas memori dan layar terbatas,

seperti mekanisme konfigurasi jaringan, penyimpanan dan pengaksesan data

yang paling cocok. Terdapat beberapa pilihan teknologi seperti database

terpusat maupun database terdistribusi. Jika pilihan jatuh pada database

terpusat harus dipikirkan siapa yang akan mengelola database bagimana jika server rusak. Jika menggunakan database terdistribusi perlu dipikirkan algiritma pencarian data, mekanisme alokasi data, cara transmisi data dan

pemrosesan query. Sebagai Contoh adalah aplikasi Souktel yang telah di implementasikan di Negara Palestina yang terhubung pada suatu server

(35)

d. Ketergantungan sistem

Sistem dapat dirancang secara independent atau tidak tergantung pada suatu operator maupun suatu merk ponsel tertentu. Namun beberapa sistem memang

dibangun dengan dukungan suatu operator selular ataupun perusahaan ponsel

tertentu. Contohnya adalah aplikasi Mobile JobHunt yang sejak tahun 2009 mulai di implementasikan di Cina hanya dapat dijalankan pada ponsel Nokia tipe

tertentu [22].

2.2.2. Perancangan aplikasi berbasis teknologi selular

Perancangan aplikasi berbasis ponsel berbeda dengan perancangan aplikasi

berbasis komputer [23]. Hal ini disebabkan media ponsel memiliki kapasitas

memori dan instruksi terbatas. Beragamnya jenis ponsel dan operator juga menjadi

bahan pertimbangan sistem yang dirancang. Tabel 2.1 akan menjelaskan

(36)

2.3. Database Terdistribusi

Pada dasarnya sistem manajemen database terdistribusi merupakan salah satu

pengembangan sistem database. Database terdistribusi adalah sekumpulan data

yang saling terhubung secara logik tapi tersebar secara fisik pada suatu jaringan

komputer [24]. Ilustrasi Teknologi database terdistribusi dapat dilihat pada Gambar

2.1 dimana teknologi ini melibatkan penggabungan 2 konsep yang berbeda, yaitu

integrasi menyeluruh elemen database dengan distribusi menyeluruh elemen

jaringan. Dengan kata lain, distribusi data ini memungkinkan unit lain dapat

mengakses data dari suatu unit tertentu [24].

Gambar 2.1 Konsep database terdistribusi

Pada sistem database terdistribusi terdapat beberapa cara untuk

mentransmisikan data atau file antar site. Yang pertama data dikirim ke komputer

pengolahan (yang melakukan transaksi) dan yang kedua yaitu transaksi dikirim ke

dan diolah di lokasi data. Pemilihan cara pentransmisisan data tergantung dari mesin

dan aplikasinya [25].

+

DB

Integrasi Network

(37)

Terdapat 2 jenis tipe sistem dari database terdistribusi yaitu sistem yang

homogen dan sistem heterogen. Dimana sistem homogen yaitu sistem database

terdistribusi yang menghubungkan Database Management System (DBMS) yang

bertipe sama, kompatibel, memiliki struktur dan deskripsi data yang sama. Sedangkan

sistem heterogen merupakan sistem database yang menghubungkan DBMS yang

tidak memiliki struktur dan deskripsi data yang sama sehingga membutuhkan suatu

standar agar dapat menginterkoneksikan database dari pembuat yang berbeda [25].

Site-site dalam database terdistribusi dihubungkan secara fisik dengan berbagai cara.

Beberapa topologi digambarkan sebagai sebuah graph yang simpul-simpulnya

bersesuaian dengan site. Sebuah edge dari simpul A ke simpul B bersesuaian dengan

sebuah hubungan langsung antara dua site. Beberapa konfigurasi (bentuk) dapat

dilihat pada Gambar 2.2 [26]:

(38)

Beberapa keuntungan dari sistem database terdistribusi dibandingkan dengan

database terpusat adalah [24] :

a. Pengelolaan secara transparan data terdistribusi dan replikasi.

1. Mengurangi ketergantungan data

2. Transparansi jaringan

3. Transparansi replikasi

4. Transparansi fragmentasi

b. Mengacu pada struktur organisasi

c. Meningkatkan kemampuan untuk berbagi dan otonomi lokal

d. Meningkatkan ketersediaan data

e. Meningkatkan kehandalan

f. Meningkatkan unjuk kerja

g. Memudahkan pengembangan system

Pada penerapan database terdistribusi terdapat beberapa kelemahan

dibandingkan dengan database terpusat yaitu [24]:

a. Kompleksitas manajemen

b. Control integritas lebih sulit

c. Biaya pengembangan

d. Keamanan

e. Kurang standarisasi

(39)

g. Lebih sulit dalam mengatur lingkungan data

h. Menambah biaya pelatihan.

2.4. Java Micro Edition (Java ME)

Java ME diperkenalkan oleh Sun Microsystem tahun 1999 dimana Java ME

adalah salah satu edisi pemrograman Java yang didesain khusus untuk perangkat

selular yang memiliki keterbatasan baik dari segi memori maupun tampilan [27].

Java ME pada dasarnya adalah subset dari edisi standar Java yaitu edisi Java 2

Standard Edition (J2SE) [28]. Java ME terdiri dari satu set spesifikasi dan teknologi

yang fokus kepada perangkat konsumen yang memiliki jumlah memori yang terbatas,

menghabiskan sedikit daya dari baterai, layar yang kecil dan bandwith jaringan yang

rendah seperti ponsel, PDA, peralatan rumah tangga, remote AC dan lain sebagainya

[29]. Program Java ME, seperti semua program JAVA adalah diterjemahkan oleh

Virtual Machine (VM). Program-program tersebut di-compile ke dalam bytecode dan

diterjemahkan denga Java Virtual Machine (JVM). Ini berarti bahwa

program-program tersebut tidak berhubungan langsung dengan perangkat. Java ME

menyediakan suatu antar muka yang sesuai dengan perangkat [23]. Aplikasi-aplikasi

tersebut tidak harus di-compile ulang supaya mampu dijalankan pada mesin yang

(40)

APPLICATIONS

PROFILE

OPTIONAL PACKAGE

OEM API’S

CONFIGURATION

LIBRARIES

JAVA VIRTUAL MACHINE

DEVICE OPERATING SYSTEM

Gambar 2.3 Arsitektur Java ME

Java ME terbagi menjadi dua bagian utama yang dikenal sebagai

configuration dan profile [29]. Dua istilah ini sangatlah penting dalam pengembangan

aplikasi wireless dengan Java sehingga harus dipahami dengan baik. Sebuah profile

dibangun dalam sebuah configuration namun harus ditambahkan beberapa API

(Application Program Interface) khusus agar dihasilkan sebuah lingkungan yang

lengkap untuk membangun aplikasi. Sedangkan sebuah configuration

mendeskripsikan sebuah JVM dan sekumpulan API dasar, dan hal ini tidak cukup

(41)

API-API untuk aplikasi lifecycle, user inteface, dan penyimpanan secara kontinu. Java ME

configuration mendefinisikan lingkungan kerja Java ME runtime. Oleh karena

masing-masing piranti ponsel memiliki fitur-fitur yang berbeda-beda, Java ME

configuration dirancang untuk menyediakan library standar yang

mengimplementasikan fitur standar dari ponsel.

Bila Java ME configuration menyediakan library Java untuk implementasi

fitur-fitur standar dari sebuah piranti ponsel maka Java ME profile menyediakan

implementasi tambahan yang sangat spesifik untuk sebuah piranti ponsel [29]. MIDP

(Mobile Information Device Profile) menyediakan library-library Java untuk

implementasi dasar Graphical User Interface (GUI), implementasi networking,

database, dan timer. MIDP dirancang khusus untuk wireless phone dan pager.

Beberapa perusahaan mengembangkan sendiri Java ME profile, misalnya NTT

Docomo, yang mengembangkan J2ME profile yang spesifik untuk perangkat keras

yang dimiliki NTT Docomo. Keuntungan yang paling menonjol dari Java ME

dibandingkan dengan teknologi wireless sebelumnya adalah security dan

disconnected access dan synchronization [23].

2.4.1. MIDlet

MIDlet adalah sebutan untuk aplikasi-aplikasi ponsel dengan menggunakan

profil MIDP [30]. MIDP digunakan pada piranti ponsel yang umum dengan

(42)

tinggi dari sebuah aplikasi MIDP ditunjukkan oleh Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Arsitektur sebuah aplikasi MIDP

Secara umum, terdapat beberapa hal penting dalam membuat sebuah aplikasi

MIDlet, yaitu menyangkut lifecycle, user interface, command handling, deployment

dan Application Management. Paket javax.microedition.midlet memiliki kelas MIDlet

yang mendefinisikan MIDP.

2.4.2. Record Management Store (RMS)

Pada pemrograman MIDP tidak dikenal adanya penyimpanan data ke dalam

file. Hal ini disebabkan karena pada umumnya piranti ponsel tidak memiliki sistem

file. Untuk mengantisipasi hal tersebut, MIDP telah menyediakan sebuah mekanisme

penyimpanan data secara persisten (tetap) di memori ponsel [30]. Mekanisme ini

(43)

disebut dengan Record Management System (RMS). Record yang telah ditempatkan

di dalam ruang penyimpanan selanjutnya dapat di ambil kembali untuk kemudian

digunakan kembali sesuai kebutuhan. Ruang penyimpanan yang tetap adalah sebuah

tempat non-volatil untuk menyimpan data dalam sebuah aplikasi. Di sinilah record

akan disimpan [30]. Tiap record memiliki nama yang unik untuk membedakannya

denganr record yang lain. Jumlah penyimpanan data pada tiap ponsel tidak sama dan

bervariasi. Setiap MIDlet yang menggunakan RMS harus menspesifikasikan jumlah

minimum dari penyimpanan yang diperlukan pada JAR (Java Archive) manifest dan

applicationdescriptor.

2.5. Penelitian Terkait

Ada beberapa riset yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu berkaitan

dengan permasalahan sosial yang terjadi di negara berkembang khususnya yang

berkaitan dengan penelitian ini. Seperti yang akan dijelaskan di bawah ini. I. Medhi,

G. Menon Hamza, dan K. Toyama [9] dalam risetnya menjelaskan tantangan yang

dihadapi untuk penerapan sistem pencari kerja berbasis komputer yang membantu

mencocokkan pekerja berpenghasilan rendah dari daerah kumuh perkotaan dengan

majikan kelas menengah di Bangalore, India. Pada riset ini dijelaskan walaupun para

peneliti menyadari penerapan teknologi dapat membantu menyelesaikan

permasalahan yang banyak dihadapi oleh para pekerja informal di negara

(44)

implementasi teknologi, dimana peran penting dipegang oleh manusia yang dapat

dipercaya sebagai perantaranya. Kendala yang dihadapi yaitu para pekerja ini tidak

tahu cara mempergunakan komputer karena mereka tidak terbiasa mempergunakan

komputer.

Selanjutnya riset yang dilakukan oleh David L Van Rooy, A. Alonso, Z.

Fairchild [12] dalam risetnya target yang dituju adalah penduduk umum dan bukan

pekerja informal secara khusus. Pada riset ini para peneliti membahas tentang

perbandingan banyaknya jumlah pekerjaan yang didapat antara dua metode. Metode

tersebut yaitu metode pencarian kerja dengan memanfaatkan teknologi internet

dibandingkan dengan metode pencarian kerja tradisional. Hasil yang didapat pada

penelitian ini bahwa metode pencarian dengan memanfaatkan teknologi terbukti

dapat mencari kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan metode

tradisional, namun hasil terbaik didapatkan oleh para pekerja yang

mengkombinasikan kedua metode ini. B. Banerjee dan G.A Bucci [7] membuat riset

tentang sistem pencarian kerja bagi tenaga migran di negara berkembang dengan

studi analisa di Negara India. Pada riset ini diketahui tenaga migran walaupun sudah

bekerja namun sering mencari kerja lain yang lebih menjanjikan. Dari hasil penelitian

didapatkan jika pekerja di sektor informal walaupun sudah bekerja lebih sering

mencari pekerjaan lainnya yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja di sektor

formal yang lebih jarang mencari pekerjaan lain jika telah bekerja.

Selanjutnya penelitian yang memanfaatkan teknologi ponsel seperti yang

(45)

keanekaragaman proyek berbasis ponsel yang dipresentasikan pada MobileActive

2008 di Johanesburg untuk mengatasi permasalahan sosial budaya yang dihadapi oleh

negara-negara berkembang. Pada riset ini, masing-masing proyek dibahas dalam

beberapa kategori untuk dilihat kelebihan dan kekurangannya. Selain dari penelitian

dan riset terdahulu, ada beberapa sistem berbasis ponsel yang dibangun oleh

perusahaan komersial yang dipakai sebagai bahan perbandingan pada penelitian ini.

sistem tersebut diantaranya mobile JobHunt yaitu sistem pencari kerja yang dibangun

oleh perusahaan ponsel raksasa Nokia, yang diluncurkan pada tahun 2009. Aplikasi

yang kini telah mulai dijalankan di Cina, ini adalah software yang dikembangkan

oleh perusahaan software LEG khusus untuk ponsel Nokia tipe 40 [19] [20]. Selain

itu perusahaan Cogilent Solution dari Pakistan juga sudah membangun sistem

pencarian kerja yang bernama m-Employment dimana aplikasi ini memungkinkan

para pekerja dapat mengakses portal pencarian kerja dengan koneksi SMS [19].

Aplikasi lainnya adalah aplikasi sistem pencarian kerja Souktel yang telah

diaplikasikan di Palestina. Aplikasi ini adalah aplikasi yang “menjodohkan” antara si

pencari kerja dengan si pemberi kerja. Aplikasi ini dikhususkan bagi penduduk di

daerah Palestina yang ingin mencari kerja melalui ponsel. Sistem ini memungkinkan

pengaksesan database pekerjaan yang dikelola oleh Souktel [13,21].

2.5.1. Persamaan dengan penelitian lain

(46)

terdapat beberapa titik persamaan dengan riset yang akan dilakukan ini yaitu :

a. Merupakan Penelitian Tentang Sistem Pencarian Kerja

Sistem yang akan dibangun memiliki persamaan yaitu membahas tentang

sistem pencarian kerja seperti yang dilakukan oleh penelitian [7,9,21].

b. Pemanfaatan Teknologi Ponsel

Pada riset sebelumnya dan riset yang akan dilakukan saat ini mempunyai

persamaan yaitu pemanfaatan teknologi ponsel untuk menyelesaikan

permasalahan sistem pencarian kerjaseperti yang dilakukan oleh penelitian.

c. Database Terdistribusi

Sistem yang akan dibangun pada penelitian ini merupakan sistem database

terdistribusi seperti pada penelitian.

2.5.2. Perbedaan dengan penelitian lain

Dari beberapa riset yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, terdapat

beberapa titik perbedaan dengan riset yang akan dilakukan ini yaitu:

a. Salah satu yang membedakan riset ini dengan riset lainnya adalah lokasi

penelitian. Lokasi penelitian menjadi penting mengingat setiap tempat

memiliki keadaan sosial budaya yang berbeda sehingga juga akan

mempengaruhi pemilihan teknologi yang digunakan. Penelitian ini dilakukan

di Indonesia dengan target user yaitu pekerja informal khususnya buruh

(47)

masyarakat umum di Negara China dan penelitian [21] merupakan sistem

pencari kerja untuk masyarakat umum di Negara Palestina.

b. Cara kerja sistem yang akan dirancang berbeda sistem yang telah

diimplementasikan di beberapa negara, pada sistem yang akan dirancang ini,

sistemlah yang mengambil keputusan untuk menentukan “the best match” antara pekerja dan majikan dengan membandingkan beberapa kriteria tertentu,

hal ini berbeda dengan aplikasi Souktel dan Job-Hunt yang menampilkan

beberapa hasil pencarian lalu user akan memilih salah satu hasil pencarian

untuk ditindak lanjuti [8,20,21].

c. Sistem yang akan dirancang pada penelitian ini merupakan database

terdistribusi dengan memanfaatkan jaringan ponsel, hal ini berbeda dengan

penelitian tentang database terdistribusi pada penelitian [10,31,32,33] yang

tidak menggunakan jaringan ponsel.

d. Sistem yang dirancang diharapkan dapat berjalan untuk semua jenis ponsel

dan operator yang ada di Indonesia dimana tidak mengacu pada satu jenis

ponsel tertentu hal ini berbeda dengan penelitian [20].

2.6. Kontribusi Penelitian

Kontribusi utama dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Memberikan kontribusi bagi penelitian lanjutan dalam perancangan database

(48)

untuk permasalahan pekerja informal lainnya seperti mencari pembeli

potensial untuk produk UKM.

b. Dengan sistem yang akan dirancang ini pencarian kerja dan angkatan kerja

semakin cepat dengan area pencarian yang lebih luas sehingga lebih

menghemat waktu dan biaya, lebih menjamin pendapatan pekerja informal

dan pada akhirnya dapat meminimalkan jumlah pengangguran.

c. Salah satu kriteria sistem dalam menentukan pasangan mandor dan tukang

adalah kriteria keahlian tukang, sehingga tukang mendapatkan proyek

pekerjaan sesuai dengan keahliannya hal ini akan berefek dengan

meningkatnya mutu pekerjaan.

d. Selain keahlian tukang, kriteria lainnya yang diperbandingkan adalah upah

kerja, jika upah yang diinput oleh mandor terlalu kecil atau upah yang diinput

tukang terlalu besar berakibat sistem tak dapat memasangkan keduanya untuk

menghindari hal ini maka baik mandor maupun tukang harus menginput upah

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian terdiri dari langkah-langkah penelitian untuk merancang

suatu database terdistribusi berbasis ponsel untuk pencarian kerja dan tenaga kerja

di sektor informal. Dimana sistem yang dirancang diharapkan dapat meningkatkan

kesempatan kerja bagi pekerja informal pada area pekerjaan lebih luas, lebih cepat

dan lebih sesuai dengan keahlian. Adapun jabaran penjelasan meliputi gambaran

umum sistem, pemodelan sistem, tahapan pemilihan spesifikasi sistem dan tahapan

perancangan prototip sistem.

3.1. Gambaran Umum Ponsel

Sistem ini merupakan sistem untuk menentukan pasangan mandor dan tukang

yang cocok berdasarkan kriteria yang telah diinputkan oleh para mandor dan tukang.

Setiap ponsel mandor dan tukang yang telah tergabung dalam komunitas ini akan

memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses sistem. Sebuah token akan

dibangkitkan dan diedarkan dari satu ponsel ke ponsel lainnya dimana transaksi pada

peredaran token dapat diasumsikan seperti transaksi Peer To Peer (P2P) yang

ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Token berisi sekumpulan bit perintah untuk dijalankan oleh ponsel yang

(50)

perintah yang diminta oleh sistem juga berhak untuk meminta layanan sistem.

Layanan sistem ini contohnya pencarian kerja oleh tukang dan pencarian pekerja oleh

mandor. Permintaaan layanan ini kemudian dibentuk menjadi sekumpulan bit

perintah yang dikirimkan sebagai token baru ke ponsel berikutnya.

Sistem dapat berjalan secara otomatis tanpa terlalu memerlukan campur

tangan pengguna sistem. Peran pengguna sistem hanya menginput daftar pekerjaan/

kerja yang dicari kemudian sistemlah yang akan menentukan pasangan mandor dan

tukang yang sesuai berdasarkan kriteria pencarian. Selain pengedaran token, sistem

juga bertanggung jawab untuk proses lainnya seperti pendaftaran anggota baru,

sinkronisasi data dan lain sebagainya. Dimana penjelasan lebih lanjut tentang proses

ini akan dibahas pada pemodelan sistem.

(51)

3.2. Pemodelan Sistem

Terdapat bebera pa proses dasar untuk mendukung jalannya sistem yaitu

proses pendaftaran/penerimaan anggota komunitas baru, proses pencarian

kerja/pekerja dan proses bangkitkan token. Tidak semua proses akan dilakukan oleh

setiap ponsel, namun proses akan dibagi ke beberapa ponsel berdasarkan pengguna

sistem. Terdapat 3 pengguna sistem yaitu Mandor, Tukang dan Koordinator.

Masing-masing pengguna sistem memiliki tugas dan wewenang namun tetap saling

terintegrasi dengan pengguna sistem lainnya. Pemodelan sistem pada penelitian ini

digambarkan dalam 2 model yaitu use case dan diagram class.

a. Diagram use case sistem

Secara umum tugas dan wewenang pengguna sistem dapat diilustrasikan pada

diagram use case seperti Gambar 3.2.

Menerima

(52)

b. Diagram kelas sistem

Diagram kelas bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis obyek dalam sistem

dan bagaimana hubungan antar kelas terjadi. Pada Gambar 3.3 akan dijabarkan

secara rinci perancangan kelas pada penelitian ini. Terdapat 5 kelas yaitu

Koordinator, Tukang, Mandor, Token dan Pekerjaan. Dimana masing-masing

kelas memiliki atribut dan operasi yang berbeda-beda. Seorang anggota

komunitas baik itu tukang maupun mandor hanya memiliki 1 orang koordinator.

Sedangkan koordinator dapat memiliki banyak tukang dan mandor. Token hanya

dapat dibangkitkan oleh koordinator, sedangkan tukang dan mandor bertugas

untuk mengedarkan token yang telah dibangkitkan oleh koordinator. Kelas

pekerjaan merupakan kelas yang menghubungkan antara mandor dan tukang.

Seorang mandor dapat mendaftarkan kriteria pekerja yang dicari lebih dari satu

dan seorang tukang dapat mencari kriteria pekerjaan yang dicari lebih dari satu.

Kedua daftar kriteria ini akan dibandingkan dalam kelas pekerjaan, jika terjadi

kecocokan maka dapat ditampilkan dengan memanggil fungsi tampilkan

(53)

Gambar 3.3 Diagram kelas sistem

Token

- Int IdAnggota penerima - Int waktu_datang - Void Tunggu_Konfirmasi ()

Koordinator - Void Tunggu_Konfirmasi ()

1

(54)

3.3. Pemilihan Spesifikasi Sistem

Tahapan ini bertujuan untuk menentukan pilihan spesifikasi sistem yang

sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan [13]. Skema dari tahapan ini dapat

dilihat pada Gambar 3.4.

Analisa Jenis

• Siapa yang akan menggunakan sistem ini?

• Bagaimana latar belakang ekonomi pengguna sistem?

• Kategori yang digunakan pengguna sistem :

• Bagaimana pengaksesan yang dapat dijalankan oleh ketegori ponsel pengguna sistem?

(55)

Gambar 3.4 Pemilihan spesifikasi sistem

Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dilihat terdapat beberapa kategori yang

diteliti untuk menentukan pilihan spesifikasi sistem yaitu pengguna sistem, cara

pengaksesan sistem dan ketergantungan sistem.

3.3.1. Observasi pengguna sistem

Pengguna sistem merupakan salah satu objek yang menentukan pilihan

spesifikasi perancangan. Observasi dilakukan terhadap beberapa buruh bangunan

yang tersebar di Kota Medan dan Kota Banda Aceh dengan cara pengamatan

langsung di lapangan. Para buruh di wawancara atau diminta untuk mengisi

quesionaire (Lampiran 1). Observasi bertujuan untuk mengetahui latar belakang para buruh bangunan seperti jumlah rata-rata upah yang didapat, berapa lama waktu yang

diperlukan untuk mendapatkan suatu proyek pekerjaan, kriteria apa saja yang

mempengaruhi pencarian kerja, jenis keahlian tukang, seberapa besar pengaruh

ponsel dalam mendukung pencarian kerja, jenis ponsel yang digunakan dan jenis

layanan yang sering digunakan.

Setelah proses wawancara dilakukan maka hasil wawancara direkapitulasi

untuk kemudian di analisa. Salah satu hasil analisa yaitu mendapatkan jenis ponsel

(56)

yaitu ponsel bertipe smartphone dan ponsel biasa. Setelah kategori ponsel didapatkan,

maka perancangan sistem dapat ditentukan untuk menyesuaikan perancangan sistem

dengan kategori ponsel yang dimiliki oleh para buruh. Misalnya kapasitas memori

dan ukuran layar untuk ponsel biasa lebih terbatas dibandingkan dengan ponsel

bertipe smartphone oleh sebab itu perancangan sistem tidak boleh terlalu berat dan

kompleks.

3.3.2. Observasi cara aksesibilitas sistem

Observasi cara pengaksesan sistem berdasarkan kategori ponsel yang

digunakan oleh para buruh bangunan. Contoh misalkan untuk kategori ponsel

smartphone terdapat banyak pilihan cara pengaksesan seperti SMS, Voice, GPRS (General Packet Radio Service), WiFi (Wireless Fidelity) , Bluetooth, infra red dan lain sebagainya. Sedangkan untuk ponsel kategori biasa pilihan cara pengaksesan

terbatas hanya pada SMS, GPRS dan Voice. Masing-masing cara pengaksesan diperbandingkan untuk dilihat kelebihan dan kekurangannya. Hasil perbandingan

kemudian dianalisa untuk kemudian ditentukan cara pengaksesan yang paling sesuai.

3.3.3. Observasi teknologi pendukung sistem

Pada tahapan ini, observasi dilakukan untuk menentukan teknologi pendukung

(57)

3.3.4. Observasi ketergantungan sistem

Observasi dilakukan untuk mencari tipe ponsel apa saja yang mendukung

sistem.

3.4. Perancangan Prototip Sistem

Perancangan prototip sistem dilakukan berdasarkan hasil dari tahapan

pemilihan spesifikasi sistem melalui suatu pemodelan sistem. Terdapat 2 tahapan

proses pada pemodelan sistem yaitu perancangan database dan perancangan sistem

(58)

Gambar 3.5 Perancangan prototip sistem

3.4.1. Perancangan database

Pada perancangan sistem ini, terdapat 7 tabel yang saling teritegrasi. Tidak

semua ponsel pengguna sistem memiliki ketujuh tabel ini. Setiap tabel pada

masing-masing ponsel pengguna sistem harus memiliki nama yang konsisten untuk

memudahkan proses sinkronisasi data. Ketujuh tabel tersebut dapat dilihat pada

Perancangan Database

• Perancangan Database Lokal

• Perancangan Database Global

Prototip

Transmisi dan Query Data

• Fully Conected Network

• partially connected network sesuai dengan spesifikasi sistem?

Observasi Sistem

Analisa

(59)

penjelasan di bawah ini.

a. Tabel Data Pribadi

Tabel 3.1 menampilkan Tabel Data pribadi yang berisi data pribadi

pemilik ponsel. Semua pengguna sistem mempunyai tabel ini di dalam ponsel

mereka. Pengguna sistem lainnya dapat mengetahui data pribadi salah seorang

anggota komunitas dengan mengakses tabel ini dengan primary key Id

Anggota.

(60)

Nama

Field

Panjang

data Keterangan

NoId 2 byte NoId Anggota merupakan pengenal anggota

komunitas, terdiri dari 2 byte data, sehingga dalam satu

komunitas maksimal memiliki anggota 65536 ataupun

tergantung dari kapasitas ponsel.

NoKTP 12 byte Nomor kartu tanda penduduk (KTP)

Nama 20 byte Nama lengkap

Alamat 30 byte Alamat

Kode

Keahlian

4 bit Kode keahlian terdiri dari 4 bit data biner, kode ini

sama dengan kode pengirim pada tabel 3.2

b. Tabel Anggota

Tabel Anggota diilustrasikan seperti pada Tabel 3.2. Tabel ini terdiri

dari field NoId dan nomor ponsel anggota. tabel ini dapat dikatakan sebagai

(61)

NoId dari tabel ini. Semua anggota komunitas memiliki tabel ini di dalam

ponselnya. Setiap ada anggota baru maka data nomor ponselnya akan

diinputkan ke dalam tabel anggota ini.

Tabel 3.1 Anggota

Nama

Field

Panjang

data

Keterangan

NoId

Anggota

2 byte Nomor Id Anggota sesuai dengan Tabel Data_Pribadi

NoPonsel 12 byte Nomor ponsel anggota

c. Tabel Spesifikasi Tukang

Tabel Spesifikasi Tukang dideskripsikan seperti pada Tabel 3.3. Tabel

3.3 terdiri dari 2 field yaitu Kode Keahlian dan daftar NoId Anggota. Terdapat

11 kode keahlian tukang seperti yang telah dijelaskan pada Tabel 3.3,

(62)

Sedangkan field daftar NoId_Anggota berisi Id-Id tukang yang termasuk

dalam kode keahlian tersebut. Setiap ponsel tukang hanya perlu memiliki

daftar Id tukang yang memiliki kode keahlian yang sama dengannya.

Sehingga tabel ini di fragmentasi baris per baris dan dikirimkan ke tukang

yang memiliki kode keahlian yang sama.

Tabel 3.2 Spesifikasi tukang

Nama Field Panjang

data

Keterangan

Kode Keahlian 4 bit Berisi kode keahlian tukang

Daftar NoId 2 byte

dikalikan

jumlah

anggota

Berisi daftar NoId-NoId tukang yang mempunyai

keahlian yang sama dengan field kode_keahlian

(63)

Tabel Cari Kerja (Tabel 3.4) adalah tabel yang hanya ada di ponsel tukang.

Tukang dapat mencari kriteria pekerjaan dengan mengisi tabel ini. Kriteria pekerjaan

meliputi wilayah pekerjaan, upah tanggal mulai dan tanggal akhir pekerjaan.

(64)

Nama Field Panjan

g data

Keterangan

Wilayah 2 bit Berisi kode wilayah pencarian kerja, 00 untuk kode

Aceh,

01 untuk kode Sumut dan kode 10 untuk Aceh dan

Sumut

Upah 2 bit Berisi kode upah, kode 00 untuk upah di bawah

Rp.50.000, kode 01 untuk upah antara Rp.50.000 – Rp.

75.000, sedangkan kode 10 untuk upah diatas Rp.

75.000.

Tgl_Mulai 3 byte Berisi kode tanggal dimulainya proyek pekerjaan

(65)

e. Tabel Cari Pekerja

Tabel Cari Pekerja berisi kriteria pekerja yang dicari oleh seorang mandor.

Tabel ini terdiri dari 7 fields, dimana penjelasannya dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Selain berada di ponsel mandor, fragmentasi tabel ini juga dikirimkan ke ponsel

tukang. Fragmentasi tabel berdasarkan kode keahlian, sehingga setiap mandor

membutuhkan pekerja dengan kriteria keahlian tukang tertentu, sistem akan

mengirimkan fragmentasi tabel ke ponsel tukang yang memiliki kriteria keahlian

yang sama.

(66)

Nama Field Panjang

data

Keterangan

Id Proyek 1 byte Id_proyek adalah nomor identitas proyek pekerjaan,

Id_proyek ini merupakan gabungan NoId Mandor yang

mencari pekerja dengan auto number.

Kode Keahlian 4 bit Berisi kode keahlian spesifikasi pekerja yang dicari

mandor

Wilayah 2 bit Berisi kode wilayah pencarian pekerja, 00 untuk pekerja

di Aceh, 01 untuk pekerja di Sumut dan kode 10 untuk

pekerja Aceh atau Sumut

Upah 2 bit Berisi kode upah, kode 00 untuk upah di bawah

Rp.50.000, kode 01 untuk upah antara Rp.50.000 – Rp.

75.000, sedangkan kode 10 untuk upah diatas Rp. 75.000.

Tgl Mulai 3 byte Berisi kode tanggal dimulainya proyek pekerjaan

Tgl Akhir 3 byte Berisi kode tanggal berakhirnya proyek pekerjaan

Jumlah 1 byte Jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk kode keahlian

(67)

f. Tabel Daftar Pekerjaan

Tabel Daftar Pekerjaan (Tabel 3.6) adalah tabel yang berisi daftar pekerjaan

yang didapat oleh seorang tukang. Tabel ini merupakan jadwal pekerjaan yang

diperoleh oleh seorang tukang. Semua ponsel tukang akan memiliki tabel ini namun

isi tabel dapat berbeda antara 1 tukang dengan tukang lainnya.

Gambar

Tabel anggota..........................................................................................
Gambar 2.1 Konsep database terdistribusi
Gambar 2. 2 Konfigurasi database terdistribusi
Gambar 2.3 Arsitektur Java ME
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagian Perencanaan, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan evaluasi rencana pengembangan,

Tingkat persepsi responden diidentifikasi menurut Setiawan (2013) dengan menganalisa pertanyaan tertutup pada kuesioner. Jawaban responden dijumlahkan kemudian dibagi kedalam

Teknologi biogas pada prisnsipnya adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (bakteri yang hidup

Perlu dijelaskan juga bahwa cara pengumpulan data dapat dikerjakan berdasarkan pengalaman sebelumnya. Pada penelitian arsitektur data yang diperoleh

Pelatihan manajemen UMKM yang dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2020 di Balai Desa Polosiri (Gambar 1) dengan mengikuti protokol kesehatan secara ketat bertujuan

Dalam penelitian ini digunakan metode pengelasan metal inert gas (MIG) Saturn 351 DG dengan material logam aluminium paduan AA6063 dan melihat secara langsung

3. Siswa tidak mampu menyimpulkan atau membuat hasil diskusi. Proses analisis untuk data aktivitas siswa adalah sebagai berikut. a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa