• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari RawatPasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di RumahSakit Jiwa Daerah Provsu Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari RawatPasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di RumahSakit Jiwa Daerah Provsu Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN LAMA HARI

RAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA PESERTA JAMKESMAS

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ERIKA EMNINA SEMBIRING 061101064

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Ibu Lufthiani, S.Kep,Ns, Ibu Salbiah, SKp, M.Kep dan Ibu Rosina Tarigan, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan yang telah memberikan izin penelitian.

6. Ibu Lince Herawati, SPd, S.Kep,Ns sebagai coordinator Keperawatan yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian.

7. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung.

(5)

9. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat pengambilan data (Paula Angelina, Efelyna, Merlyn CSN, Agnes Elisabeth, Anna Ria, Evi CMS, Andi Irawan, Marsono, dll) dan terkhusus buat kekasihku Hendra Perdamenta Purba yang senantiasa menemani , memberikan semangat, motivasi, dukungan, penghiburan dan dana bagi penulis.

10.Teman-teman “PERMATA IMMANUEL” yang telah setia mendukung, memberi motivasi, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini. 11.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu

persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... 1

Halaman Pengesahan ... 2

Prakata ... 3

Bab 2. Tinjauan Kepustakaan ... 16

1. Konsep Keluarga ... 16

2.1 Defenisi dukungan keluarga ... 24

2.2 Komponen dukungan keluarga ... 25

3. Lama Hari Rawat ... 27

3.1 Defenisi lama hari rawat... 27

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat ... 28

4. Gangguan jiwa ... 29

(7)

4.2 Penyebab gangguan jiwa ... 30

4.3 Gejala-gejala gangguan jiwa ... 32

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 35

1. Kerangka Konseptual ... 35

2. Defenisi Operasional ... 36

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 40

1. Desain Penelitian ... 40

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 40

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 41

5. Instrumen Penelitian ... 42

6. Pengumpulan Data ... 44

7. Analisa Data ... 45

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 48

1. Hasil Penelitian ... 48

2. Pembahasan ... 52

Bab 6. Kesimpulan dan Rekomendasi ... 60

1. Kesimpulan ... 60

2. Rekomendasi ... 61

Daftar Pustaka ... 63

Lampiran-Lampiran 1.Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian ... 66

2.Instrumen Penelitian ... 67

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian... 36

Table 2. Kriteria Penafsiran Korelasi... 46

Tabel 3. Karekteristik Responden... 49

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga ... 50

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Lama Hari Rawat ... 50

(9)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Nama Mahasiswa : Erika Emnina Sembiring

NIM : 061101064

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Kecenderungan gangguan jiwa semakin meningkat seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah. Hal ini menuntut pentingnya dukungan keluarga pasien gangguan jiwa

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas, yang berarti bahwa semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin mempersingkat lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan sehingga memperpendek lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas, dengan menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 32 responden yang ditentukan berdasarkan tabel power analysis berpartisipasi pada penelitian ini. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner lama hari rawat. Uji korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moments. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan dengan interprestasi hubungan sedang antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas (r= 0,445; p= 0,011) pada level signifikan (α) = 0,05.

(10)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Nama Mahasiswa : Erika Emnina Sembiring

NIM : 061101064

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Kecenderungan gangguan jiwa semakin meningkat seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah. Hal ini menuntut pentingnya dukungan keluarga pasien gangguan jiwa

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas, yang berarti bahwa semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin mempersingkat lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan sehingga memperpendek lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas, dengan menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 32 responden yang ditentukan berdasarkan tabel power analysis berpartisipasi pada penelitian ini. Instrumen penelitian ini terdiri dari kuesioner data demografi, kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner lama hari rawat. Uji korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moments. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan dengan interprestasi hubungan sedang antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas (r= 0,445; p= 0,011) pada level signifikan (α) = 0,05.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi,dkk, 2005). Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila (Hardianto, 2009)

Kecendrungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu, prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah (Rasmun,

.

(12)

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita gangguan jiwa di dunia pada 2001 adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2009).

Pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia mempunyai rata-rata lama hari rawat yang tinggi yaitu 54 hari, dan yang paling lama dirawat adalah pasien dengan diagnosa skizofrenia. Data rumah sakit jiwa pusat Bogor 2001, menunjukkan rata-rata lama hari rawat adalah 115 hari dan untuk pasien perilaku kekerasan 42 hari (Keliat,dkk, 2009).

Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera Utara, jumlah pasien meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada awal 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50 penderita per hari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita untuk rawat jalan. Sementara pada 2006-2007, RSJ hanya menerima 25-30 penderita per hari (Sitompul, 2008).

(13)

Tetapi kenyataannya, belum banyak keluarga memiliki kepedulian tentang ini. Banyak keluarga yang menyerahkan sepenuhnya penyembuhan penderita kepada petugas kesehatan. Banyak pasien gangguan jiwa justru ditelantarkan keluarganya. Keluarga telah melupakan mereka. Banyak yang tidak mengurusnya lagi saat dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Padahal, jika keluarga mereka rajin mengunjungi dan memberikan dukungan bagi pasien gangguan jiwa, ini merupakan salah satu terapi yang jitu untuk kesembuhan mereka. Namun, jika keluarga mereka tidak peduli, tingkat kesembuhan pasien makin lama karena pasien merasa tidak diperhatikan lagi oleh keluarganya (Yosep,dkk, 2008).

(14)

2. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan?

3. Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimana dukungan yang diberikan keluarga pada pasien gangguan Jiwa peserta JamKesMas?

3.2 Bagaimana gambaran lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas?

3.3 Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas?

4. Hipotesis

(15)

5. Tujuan

5.1 Untuk mengetahui dukungan yang diberikan keluarga pada pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

5.2 Untuk mengetahui gambaran lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

5.3 Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

6. Manfaat Penelitian

6.1 Bagi praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi perawat untuk membuat rencana keperawatan dengan melibatkan keluarga pasien untuk memberikan perhatian dan dukungan bagi pasien, mengingatkan keluarga untuk berkunjung melihat pasien selama dirawat sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dan memperpendek hari rawat inap pasien.

6.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

(16)

6.3 Bagi penelitian keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dan sebagai bahan referensi untuk penelitian keperawatan yang akan datang dalam ruang lingkup yang sama.

6.4 Bagi Keluarga

(17)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang konsep-konsep terkait yang dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

1. Konsep keluarga

2. Konsep dukungan keluarga 3. Konsep lama hari rawat 4. Gangguan jiwa

1. Konsep Keluarga

1.1 Defenisi Keluarga

Keluarga didefenisikan dalam berbagai cara. Defenisi keluarga berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis “pembuat defenisi” yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga (Friedman, 1998)

(18)

mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga berdasarkan hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis (Shochib, 1998).

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam satu rumah dan masing – masing anggota keluarga merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri (Soelaeman, 1994 dalam Shochib, 1994).

Duval (1972 dalam Setiadi, 2008) membuat defenisi keluarga yaitu sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

1.2 Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998 dalam Setyowati dan Murwani, 2008) struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi

(19)

Komunikasi dalam keluarga berfungsi agar anggota keluarga yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik sehingga anggota keluarga lain yang menerima pendapat tersebut dapat mendengarkan dengan baik, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi.

2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksudkan dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat sebagai suami, istri, anak, orang tua, dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing – masing individu dengan baik. Misalnya sebagai oarng tua ketika salah seorang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa maka sebaiknya orang tua harus memberikan dukungan dan perhatiannya bukan mengucilkannya.

3. Struktur kekuatan

(20)

sebagai role model), reward power (kekuasaan penghargaan), coercive power (kekuasaan paksaan atau dominasi), dan affective power (kekuasaan

afektif).

4. Nilai – nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

1.3 Fungsi Pokok Keluarga 1.3.1 Fungsi Afektif

(21)

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antara keluarga dengan anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.

b. Saling menghargai, keluarga harus menghargai, mengakui keberadaan dan hak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta selalu mempertahankan iklim yang positif.

c. Ikatan kekeluargaan yang kuat dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarganya. Keluarga harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anggota keluarga dapat meniru tingkah laku yang positif tersebut.

1.3.2 Fungsi Sosialisasi

(22)

keluarga melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudka n dalam sosialisasi.

1.3.3 Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti memberikan dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat di rumah sakit jiwa, menyediakan semua perlengkapan yang dibutuhkan seperti pakaian, pasta gigi, sikat gigi, sabun, dan shampoo selama pasien dirawat di rumah sakit jiwa.

1.3.4 Fungsi Perawatan Kesehatan

(23)

1.4. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981 dalam Setiadi, 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keadaan keluarga , dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi, terutama dalam mengatasi gangguan jiwa keluarga harus mengambil tindakan dengan segera agar tidak memperburuk keadaan klien. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

(24)

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan keperibadian anggota keluarga. Dengan cara keluarga tidak mengucilkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, keluarga mau mengikutsertakan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam berbagai kegiatan yang ada di dalam keluarga tersebut.

(25)

2. Konsep Dukungan Keluarga

2.1 Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga dimana dukungan tersebut bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi kesehatan (Friedman,1998).

Kane (1988 dalam Friedman, 1998) mendefenisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi), dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.

(26)

2.2 Komponen-Komponen Dukungan Keluarga

Menurut Caplan (1976, dalam Friedman,1998) dan House (1984, dalam Setiadi, 2008) komponen – komponen dukungan keluarga terdiri dari:

a. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian gangguan jiwa dengan baik, sumber gangguan jiwa dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan pengharapan yang diberikan berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang diberikan dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi – strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek – aspek yang positif.

(27)

masalah. Jenis dukungan ini membuat individu mampu membangun harga dirinya, kompetensi dan bernilai.

b. Dukungan Nyata

Dukungan nyata meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan financial, material berupa bantuan nyata, dimana benda atau jasa yang diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh penderita gangguan jiwa dan menyediakan obat – obatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan konkrit.

c. Dukungan Informasi

Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh pasien gangguan jiwa. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang terapi yang baik dan tindakan yang spesifik bagi pasien gangguan jiwa untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan Emosional

(28)

memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Dukungan emosional dapat berupa dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Pada dukungan emosional keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta memberikan semangat dan membantu penguasaan terhadap emosi.

3. Lama Hari Rawat

3.1. Defenisi lama hari rawat

Lama hari rawat adalah jumlah hari di antara tanggal masuk dan tanggal keluar dari rumah sakit dari seorang pasien, dengan menghitung tanggal masuk dan tidak dihitung tanggal keluar (DepKes RI, 1975). Dapat dihitung dengan mengurangi tanggal pasien tersebut keluar dengan tanggal pasien itu masuk, bila ada pada periode/bulan yang sama. Misalnya masuk tanggal 5 Mei dan keluar pada tanggal 8 Mei, maka lama hari rawat adalah (8-5) atau 3 hari. Tetapi bila tidak ada bulan yang sama, maka perlu adanya penyesuaian, misalnya masuk tanggal 28 Mei dan keluar tanggal 6 Juni, maka perhitungannya adalah 31 (Mei) – 28 (Mei) + 6 menjadi 9 hari. Dan bila pasien masuk dan keluar pada hari yang sama, lama hari rawatnya adalah 1 hari.

(29)

peneliti didapatkan rata-rata lama hari rawat pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan peserta JamKesMas 10 sampai 14 hari, dimana lama hari rawat pasien gangguan jiwa ini sudah merupakan kebijakan dari pihak rumah sakit jiwa (Medical Record, 2009).

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat

Lama hari rawat (LOS) merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan dan pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai / diukur. Bila seseorang dirawat di rumah sakit, maka yang diharapkan tentunya ada perubahan akan derajat kesehatannya. Bila yang diharapkan baik oleh dokter maupun oleh penderita itu sudah tercapai maka tentunya tidak ada seorang pun yang ingin berlama-lama di rumah sakit (Heryati,1994).

(30)

4. Gangguan Jiwa

4.1 Defenisi gangguan jiwa

Menurut Kaplan dan Sadock (1994 dalam Baihaqi, dkk, 2005) gangguan jiwa merupakan penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental yang merupakan indikasi adanya gangguan jiwa. Dimana penyimpangan ini mencakup atas penyimpangan pada pikiran, perasaan dan tindakan. Penderita gangguan jiwa tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau menyakiti dirinya sendiri. Misalnya, takut yang tidak beralasan, waham dan halusinasi pada penderita skizofrenia, tingkah laku antisosial pada orang-orang yang menderita kepribadian sosiopatis.

a. Psikosa yaitu gangguan jiwa yang meliputi gangguan otak organik (demensia. psikosa alkoholik, psikosa karena infeksi intrakranial, psikosa karena kondisi otak yang lain).

Menurut Dokter Danusukarto dalam bukunya yang berjudul ‘Tanya Jawab Kesehatan Keluarga’ membagi gangguan jiwa menjadi empat golongan besar yaitu:

(31)

c. Neurosa meliputi deviasi seksual, alkoholisme, ketergantungan obat, psikomatik, histeria, psikopat, gangguan tidur, ganguan kemampuan belajar khusus.

d. Retardasi mental yaitu suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti dan tidak lengkap yang terutama ditandai oleh rendahnya keterampilan yang berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif (daya ingat, daya pikir, daya belajar), bahasa, motorik dan sosial. e. Keadaan tanpa gangguan psikiatris yang nyata dan kondisi nonspesifik

yang meliputi kegagalan penyesuaian sosial dalam perkawinan, pekerjaan (Litbang, 2005).

4.2 Penyebab Gangguan Jiwa

(32)

a. Penyebab primer (primary cause)

Menurut Coleman, Butcher, dan Carson (1980 dalam Baihaqi, dkk, 2008), beberapa penyebab gangguan jiwa, yaitu:

Kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan jiwa tidak akan muncul. Misalnya, infeksi sifilis yang menyerang sistem syaraf, yaitu psikosis yang disertai paralisis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sifilis, gangguan ini tidak mungkin terjadi.

b. Penyebab yang menyiapkan (predisposing cause)

Menyebabkan seseorang rentan terhadap salah satu bentuk gangguan jiwa. Misalnya, anak yang ditolak oleh orang tuanya menjadi lebih rentan terhadap tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan orang-orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik.

c. Penyebab Pencetus (precipitating cause)

(33)

d. Penyebab yang menguatkan (reinforcing cause)

Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tingkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya, perhatian yang berlebihan pada seorang wanita yang sedang dirawat dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggung jawab atas dirinya dan menunda kesembuhan.

e. Sirkulasi faktor-faktor penyebab (multiple cause)

Serangkaian faktor penyebab yang kompleks serta saling mempengaruhi. Dalam kenyataannya, suatu gangguan jiwa jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal, bukan sebagai hubungan sebab akibat, melainkan saling mempengaruhi antara satu faktor penyebab dengan faktor penyebab yang lain.

4.3. Gejala-gejala gangguan jiwa

Gejala-gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatic, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala inilah yang sebenarnya menandakan dekompensasi proses adaptasi dan terutama terdapat pada pemikiran, perasaan dan perilaku (Maramis,1994).

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1989), gejala-gejala gangguan jiwa dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu mental, emosional, tingkah laku, dan fisik. Gejala mental:

a. Mudah terganggu konsentrasinya, pikiran yang meloncat-loncat, asosiasi mental yang terhambat/terlambat, proses berpikir terhalang.

(34)

c. Kehilangan kemampuan persepsi hubungan-hubungan yang ada didunia sekitar (agnosia).

d. Kehilangan ingatan seluruhnya (amnesia). e. Ketakutan yang kuat dan tidak rasional (phobia).

f. Kompulsi yakni keinginan untuk melakukan bentuk tingkah laku secara berulang-ulang.

g. Ide yang menetap yang mungkin meliputi dirinya dan sikap orang lain terhadap dirinya atau sikapnya terhadap orang lain.

h. Gangguan persepsi.

i. Waham (penyimpangan penilaian) Gejala emosional yang menyimpang:

a. Keadaan pengingkaran emosi disertai ekspresi kesedihan, keluhan, tangisan, dan menolak makan dan bicara, sipenderita diam saja, depresif, sedih dan putus asa.

b. Keadaan gembira yang berlebihan kelihatan dari nyayian, tarian, cara bicaranya dan cara tertawanya. Sipenderita tidak kenal rasa susah atau sedih, tidak menyadari adanya hal-hal yang menyenangkan.

Gejala tingkah laku:

a. Aktifitas psikomotorik bertambah, penderita terus-menerus bergerak, menagis, ketawa, dan berteriak atau berbisik.

b. Aktifitas psikomotorik berkurang, terlihat dari berkurangnya gerakan, kekakuan dan berbicara tersendat-sendat atau menolak bicara.

(35)

d. Kelakukan yang impulsif atau terlalu terhadap kesan/sugesti luar yang terlihat dari pengulangan kata-kata atau gerakan terus-menerus, sikap menolak sikap memberi respon atau berbuat sesuatu yang berlawanan dengan apa yang diharapkan daripadanya.

e. Berbicara dengan bahasa yang kasar, kotor, dan memperlihatkan tingkah laku yang aneh.

Gejala fisik

a. Mual, muntah, sakit kepala dan pusing. b. Kehilangan nafsu makan.

c. Perubahan berat badan yang ekstrim.

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas. Dari kerangka konsep ini dapat dilihat bahwa variable yang akan diteliti adalah dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan pengharapan, dukungan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional dalam mempengaruhi lama hari rawat pasien gangguan jiwa.

Keluarga sebagai sumber dukungan dapat menjadi faktor kunci dalam penyembuhan klien penderita gangguan jiwa. Keluarga harus tetap mendukung klien walaupun dirawat dirumah sakit seperti pemberian dukungan pengharapan,dukungan nyata, dukungan informasi dan dukungan emosional. Sehingga klien merasa tidak sendiri dalam menghadapi permasalahannya dan klien tidak lama dirawat dirumah sakit (Videbeck, 2008).

Adapun kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Konsep Komponen Dukungan Keluarga:

a. Dukungan pengharapan b. Dukungan nyata

c. Dukungan informasi d. Dukungan emosional

(37)

2. Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel

independen:

Dukungan keluarga

Bantuan yang diberikan keluarga melalui jiwa selama dirawat di rumah sakit jiwa seperti bantuan dana, informasi,

(38)

Komponen dukungan secara teratur minum

obat, membina

(39)
(40)

bahwa penyakitnya

(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam membuat suatu penelitian (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan cara mengambil dari table power analysis, dengan menggunakan derajat ketepatan (α) yang besarnya 0,05

dan analisa kekuatan sebesar 80% dengan effect size sebesar 50% sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 32 orang (Polit & Hungler, 1995).

(42)

kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi, yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, antara lain subjek tidak sedang dalam perawatan kesehatan mental dan merupakan keluarga pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas (bisa suami, istri, anak, saudara kandung, orang tua dari pasien gangguan jiwa).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan dari tanggal 15 Desember 2009- 15 Januari 2010. Pemilihan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan sebagai tempat penelitian dikarenakan rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang banyak merawat penderita gangguan jiwa peserta JamKesMas.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian, hal – hal yang berkaitan dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut:

a. Memberi penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner.

b. Meminta persetujuan responden dengan menandatangani informed consent.

(43)

d. Peneliti melindungi responden dari kerugian material, nama baik, bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini.

e. Catatan mengenai data dan jawaban responden akan dirahasiakan.

5. Instumen Penelitian

5.1 Kuesioner Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuisioner yang terdiri dari 2 bagian besar. Bagian pertama berisi tentang data demografi responden yang meliputi: kode responden (inisial), umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan dan hubungan kekeluargaan dengan pasien gangguan jiwa.

Sedangkan bagian kedua berisi pernyataan yang mengambarkan dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa. Konsepnya dari Caplan dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penelitian dengan menggunakan skala likert yaitu untuk penilaian dukungan keluarga yang berisi pernyataan-pernyataan yang meliputi 4 komponen dukungan keluarga yang diterima oleh pasien gangguan jiwa, berupa dukungan pengharapan (1-5), dukungan nyata (6-10), dukungan informasi (11-15), dukungan emosional (16-20). Kuesioner ini disusun dalam bentuk pernyataan positif dan negatif dengan 4 pilihan alternatif jawaban yang terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP).

(44)

jawaban selalu (SL) nilai 4, sering (SR) nilai 3, kadang-kadang (KD) nilai 2, tidak pernah (TP) nilai 1. Sedangkan skor nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 4, dimana jawaban tidak pernah (TP) nilai 4, kadang-kadang nilai 3, sering (SR) nilai 2, selalu (SL) nilai 1. Dengan total skor 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.

Berdasarakan rumus statistika menurut Sudjana (2002), p = rentang / banyak kelas, dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) sebesar 60 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan keluarga, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 20. Dengan p = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

20-39 = Dukungan keluarga kurang 40-59 = Dukungan keluarga cukup 60-80 = Dukungan keluarga baik

5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun, 1995).

(45)

reliabilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).

Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data kepada 10 subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai subjek studi. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer program SPSS 17.0 untuk analisis cronbach alpha pada item berskala (Arikunto, 1999). Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrument dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner dukungan keluarga adalah 0.824, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Dalam penelitian ini peneliti sudah mengajukan uji validitas kepada orang yang ahli dibidang dukungan keluarga yaitu oleh Ibu Siti Zahara Nasution,S.Kp,MNS.

6. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara). 2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian

(Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan).

(46)

responden yang bersedia diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan).

4. Kemudian responden (keluarga) diminta mengisi kuesioner dukungan keluarga yang diberikan oleh peneliti selama ± 30 menit dan responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak di mengerti atau tidak dipahami.

5. Pengumpulan data tentang lama hari rawat menggunakan studi dokumentasi, dimana peneliti melihat pada status pasien (catatan program perawatan pasien) yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. 6. Melakukan wawancara kepada keluarga tentang informasi yang

mendukung dalam penelitian ini.

7. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama memeriksa nama dan kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi dengan benar. Kemudian mengklarifikasi data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS (Statistical Package for Sosial Sciences) versi 17.0.

(47)

persentase. Sedangkan bivariat untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa.

Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisa berdasarkan analisa statistik koefisien korelasi Pearson Product Moment atau biasa disebut Pearson r atau r saja. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel maka dilakukan pengamatan terhadap nilai signifikansi (p) pada hasil analisa. Jika nilai p < 0,05 maka terdapat korelasi bermakna antar variabel yang diuji dan jika nilai p > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (Notoadmojo, 2005). Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut digunakan kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Grove (2001). Untuk menafsirkan korelasi digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi

Nilai r Penafsiran

Diatas -0,5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interpretasi kuat -0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai -0,1 sampai -0,3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada korelasi / hubungan

(48)

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0,30 sampai 0,50 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai

Diatas 0,50 Korelasi positif tinggi

(49)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2009 sampai 15 Januari 2010 terhadap 32 orang responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi data demografi, dukungan keluarga, lama hari rawat pasien gangguan jiwa, dan hubungan antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta jamkesmas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

1.1. Deskripsi karakteristik responden

(50)

Karakteristik responden ini dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=32)

(51)

1.2 Dukungan Keluarga

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 26 responden (81%) memberikan dukungan keluarga yang baik, 6 responden (19%) memberikan dukungan keluarga yang cukup dan tidak ada responden yang memberikan dukungan keluarga yang kurang.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase dukungan keluarga pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=32)

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase

Kurang 0 0

Cukup 6 19

Baik 26 81

Total 32 100

1.3 Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas

Dari tabel 5 diperoleh data hasil penelitian bahwa 21 pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas (65,6%) mempunyai lama hari rawat kurang dari 14 hari dan 11 pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas (34,4%) mempunyai lama hari rawat lebih atau sama dengan 14 hari.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit JIwa Daerah Provsu Medan (n=32)

Lama Hari Rawat Frekuensi Persentase

Kurang dari 14 hari 21 65,6

Lebih atau sama dengan 14 hari 11 34,4

(52)

1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p pada kolom sig 2-tailed sebesar 0,011 lebih kecil dari nilai level of significance (α) yaitu 0,05 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

Dari tabel 6 juga dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini, didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson Product Moments atau r sebesar 0.445. Berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif dengan interpretasi memadai (r diantara 0,30 sampai 0,50) yang berarti bahwa semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

Tabel 6. Hasil analisa hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=32)

Variabel 1 Variabel 2 R p-value Keterangan Dukungan

Keluarga

Lama Hari Rawat

(53)

2. Pembahasan

Dari data hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

2.1 Dukungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 26 responden (81%) memberikan dukungan keluarga yang baik kepada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa hal ini berarti keluarga memberikan dukungan yang adekuat dan terus-menerus selama pasien di rawat baik dukungan pengharapan, nyata, informasi dan dukungan emosional.

(54)

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Nurdiana dkk (2007 dalam Prinda, 2010) yang menyebutkan bahwa dukungan keluarga yang baik dapat disebabkan oleh karena keluarga telah banyak memperoleh informasi mengenai gangguan jiwa melalui media informasi (koran, televisi, radio) dan orang lain (teman, kerabat) serta keluarga juga mendapatkan penyuluhan yang diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa tempat anggota keluarganya dirawat.

Selain itu terdapat 6 responden (19%) yang memberikan dukungan keluarga yang cukup kepada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa dan mempunyai lama hari rawat yang lebih dari 14 hari, hal ini berarti keluarga memberikan dukungan yang cukup dan tidak terus-menerus memberikan dukungan selama pasien di rawat. Pernyataan tersebut diperkuat melalui analisa peneliti terhadap jawaban responden pada kuesioner yang diberikan dimana kecendrungan responden memberikan jawaban kadang-kadang dalam item pernyataan tentang keluarga secara bergantian mengunjungi pasien selama dirawat di rumah sakit jiwa dan keluarga menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur.

(55)

medis dalam upaya penyembuhannya. Serta tidak ada keluarga yang memberikan dukungan keluarga yang kurang kepada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori yang yang dikemukakan oleh Rock & Dooley (1985 dalam Kuntjoro, 2002) bahwa keluarga memainkan suatu peranan bersifat mendukung selama penyembuhan dan pemulihan anggota keluarga sehingga mereka dapat mencapai tingkat kesejahteraan optimal. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya dalam hal ini anggota keluarganya.

(56)

2.2 Lama Hari Rawat

Dari hasil distribusi frekuensi dan presentase lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan menunjukkan bahwa 21 responden (65,6%) memiliki lama hari rawat kurang dari 14 hari dan 11 responden (34,4%) memiliki lama hari rawat lebih atau sama dengan 14 hari. Pengkategorian lama hari rawat ini berdasarkan ketentuan yang berlaku di rumah sakit jiwa daerah provsu medan yaitu lama rawat untuk pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas adalah 14 hari. Dimana jika keluarga pasien tidak pernah mengunjungi pasien sampai pada hari yang ke-13 maka pada hari yang ke-14 pasien akan dipulangkan kepada keluarganya.

Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Yosep,dkk (2008) yang menyatakan bahwa banyak keluarga yang menyerahkan sepenuhnya penyembuhan penderita kepada petugas kesehatan. Banyak pasien sakit jiwa justru ditelantarkan keluarganya, keluarga telah melupakan mereka. Banyak yang

(57)

tidak mengurusnya lagi saat dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Padahal, jika keluarga mereka rajin mengunjungi pasien, ini merupakan salah satu terapi yang jitu untuk kesembuhan mereka. Namun, jika keluarga mereka tidak peduli, tingkat kesembuhan pasien makin lama karena pasien merasa tidak diperhatikan lagi keluarganya. Namun, adakalanya pasien tidak mau pindah dari Rumah Sakit Jiwa karena ketika kembali ke masyarakat, justru masyarakat menolak kehadiran mereka. Masyarakat masih menganggap aib menerima kembali anggota keluarga yang pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Akibatnya Rumah Sakit Jiwa seakan-akan menjadi tempat pembuangan dan pengucilan bagi orang-orang yang pernah dirawat di sana.

(58)

2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai p pada kolom sig 2-tailed sebesar 0,011 lebih kecil dari nilai level of significance (α) yaitu 0,05 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

Dalam penelitian ini juga didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson Product Moments atau r sebesar 0.445. Berdasarkan tabel kriteria penafsiran

korelasi menurut Burns dan Groove (2001) bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif dengan interpretasi memadai (r diantara 0,30 samapai 0,50) yang berarti bahwa semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

(59)

Hal ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh House (1994 dalam Setiadi, 2008) yang menyatakan bahwa efek dari dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan peningkatan kesehatan emosi,fisik dan fungsi kognitif serta lebih mudah sembuh dari sakit sehingga dapat mengurangi lama hari rawat pasien. Manfaat dukungan keluarga menunjukkan kemungkinan munculnya rasa sakit lebih rendah, lebih cepat sembuh dari sakit yang diderita (Dimond, 1979 dalam Taylor 1995).

Menurut Ganster dan Victor (1988 dalam Lubis, Namora & Hasnida, 2009) dukungan keluarga memberikan pengaruh yang kuat bagi kesehatan yaitu memberikan kesan positif bagi peningkatan kesehatan dan dapat mempercepat proses penyembuhan seseorang. Dukungan keluarga juga mempengaruhi kesehatan individu dengan melindungi individu terhadap efek negatif dari stress yang berat dan menghindari semakin buruknya kondisi individu tersebut (Cohen & Mc Kay, 1981 dalam

Keluarga menjadi tumpuan bagi seseorang ketika kejiwaannya sedang labil. Kasih sayang, perhatian dan dukungan keluarga menjadi hal utama untuk proses penyembuhan bagi pasien gangguan jiwa tersebut sehingga pasien gangguan jiwa tidak perlu berlama-lama di rawat di rumah sakit jiwa. Keluarga mempunyai andil penyembuhan pasien gangguan jiwa sebesar 70% selebihnya dengan cara medis termasuk pemberian obat-obatan. Jika keluarga tidak peduli pada pasien gangguan jiwa maka tingkat kesembuhan pasien makin lama sehingga pasien akan lebih lama dirawat di rumah sakit jiwa karena pasien merasa tidak diperhatikan lagi oleh keluarganya (Yosep,dkk, 2008).

(60)
(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Dukungan yang diberikan keluarga kepada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa yaitu 26 responden (81%) memberikan dukungan keluarga yang baik 6 responden (19%) memberikan dukungan keluarga yang cukup serta tidak ada responden yang memberikan dukungan keluarga yang kurang. Sedangkan

Hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan menunjukkan nilai p sebesar 0,011 lebih kecil dari nilai level of significance (α) yaitu 0,05 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

(62)

2. Rekomendasi

2.1 Untuk Praktek Keperawatan

Perawat sebagai bagian dari tim kesehatan, seharusnya menjadi sumber informasi yang tepat bagi keluarga pasien gangguan jiwa tentang pentingnya dukungan keluarga bagi pasien gangguan jiwa yang sedang dirawat di rumah sakit jiwa seperti memberikan pendidikan kepada keluarga tentang apa yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung pasien selama dirawat dengan membuat jadwal konseling secara teratur, melibatkan keluarga pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan memotivasi keluarga untuk tetap memberikan dukungan kepada pasien, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dan mempersingkat hari rawat inap pasien.

2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan

(63)

2.3 Untuk Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas dengan interpretasi sedang/memadai, hal ini berarti ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi lama hari rawat pasien gangguan jiwa, maka kepada penelitian berikutnya diharapkan untuk dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat pasien gangguan jiwa misalnya diagnosa gangguan jiwa, obat-obatan yang digunakan dan apakah pasien gangguan jiwa tersebut merupakan pasien baru atau berulang.

2.4 Untuk Keluarga

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arbiyah. (2010). Hubungan Antara Lama Sakit dengan Dukungan Keluarga pada Pasien Skizofrenia yang Dirawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Soeroyo Magelang. Diambil pada tanggal 14 Juni 2010 dari,

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baihaqi, dkk. (2005). Psikiatri:Konsep Dasar dan Gangguan - Gangguan. Bandung: PT.Refika Aditama.

Burns & Grove. (1993). The Practice of Nursing Research: Conduct, Critique, and Utilization. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan. Jakarta: EGC.

Dewi, dkk. (2007). Faktor Resiko Yang Berpera Terhadap Terjadinya Depresi Pada Pasien Geriatri Yang Dirawat Di RS.DR.Cipto Mangunkusumo. Diambil pada tanggal 12 Maret 2010 dari,

Friedman, M., M. (1998). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. (Edisi 3). Jakarta: EGC.

Gunarsa, Singgih. (1989). Psikologi Perawatan. Jakarta: P.T. BPK Gunung Mulia.

Gusnov. (2009). Istilah dalam Statistik Rumah Sakit. Diambil pada tanggal 28 September 2009 dari, Hardianto, Handoko. (2009). Gangguan Jiwa Harus Ditangani Sejak Awal.

Diambil pada tanggal 8 September 2009, dari

(65)

Keliat, dkk. (2009). Influence of the abilities in controlling violence behavior to the length of stay of schizophrenic clients in Bogor mental hospital, Indonesia Diambil pada tanggal 8 September 2009, dari

Kuntjoro. (2002). Dukungan Sosial pada Lansia. Diambil pada tanggal 25 Mei 2010, dari http://www.e-psikologi,.com/usia/jakarta

Litbang. (2005). Macam – Macam Gangguan Jiwa. Diambil pada tanggal 29

September 2009, dari

Lubis, Namora & Hasnida. (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Kanker Perlukah?. Medan: USU Press.

Masbow. (2009). Apa itu Dukungan Sosial?. Diambil pada tanggal 2 September 2009, dari

Maramis. (1994). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, (2007). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo. (2005). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta. Polit, D.F. & Hungler, B.P. (1995). Nursing Research: Principle and Methods.

(5th ed).Philadelphia: J. B Lippincott Company.

Prinda. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Keberfungsian Sosial pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah Sakit. Diambil pada tanggal 7 Juni 2010, dari

Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.(edisi pertama. Jakarta: EGC.

(66)

Setiawan. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama Rawat RSJP Semarang. Diambil pada tanggal 25 September 2009, dari

Setyowati & Murwani. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Shochib, M. (1998). Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.

Singarimbun dan Sofian. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta: P.T. Pustaka LP3ES Indonesia.

Sitompul. (2008). Penderita Ganguan Jiwa Meningkat. Diambil pada tanggal 7 September 2009, dari

Sudjana. (1992). Metode Statistika. (Edisi 3). Bandung: Tarsito.

Taylor. (1995). Health Psychology (third edition). New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Videbeck,Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Psychiatric Mental Health Nursing. Jakarta: EGC.

Yosep, dkk. (2008). Saatnya Care Pada Penderita Gangguan Jiwa. Diambil pada

tanggal 8 September 2009, dari

(67)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Lama Hari Rawat Pasien Gangguan Jiwa Peserta JamKesMas di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan lama hari rawat pasien gangguan jiwa peserta JamKesMas.

Saya mengharapkan jawaban/tanggapan yang responden berikan dengan pendapat responden sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas responden. Informasi yang responden berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan responden menandatangani kolom dibawah ini.

Medan, Januari 2009

Peneliti, Responden,

(68)

INSTRUMEN PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN LAMA HARI RAWAT

PASIEN GANGGUAN JIWA PESERTA JAMKESMAS

DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

I. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian

a. Semua pernyataan harus dijawab

b. Berilah tanda chek list (√) pada kotak yang telah disediakan c. Untuk soal no 2 dan 4 isilah titik

d. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang sesuai dengan tanda

Contoh menjawab soal

Jenis Kelamin perempuan laki-laki

1. Kode (diisi oleh peneliti) :

2. Umur : Tahun

3. Jenis kelamin : perempuan laki-laki 4. Tempat Tinggal :

5. Pendidikan : SD SMP SMU Diploma

(69)

6. Hubungan dengan pasien : Suami Orang Tua

Istri Saudara Kandung Anak

(70)

II. Kuesioner Dukungan Keluarga

Isilah kolom skala dibawah ini dengan tanda chek list (√) sesuai de ngan keadaan yang sebenarnya. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang menurut anda paling sesuai, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Tidak pernah (TP) b. Kadang – kadang (KD) c. Sering (SR)

d. Selalu (SL)

No Pernyataan (TP) (KD) (SR) (SL)

Dukungan Pengharapan

1. Keluarga mengingatkan pasien untuk membina hubungan yang baik dengan pasien – pasien lain 2. Keluarga tanggap terhadap setiap masalah yang

dialami pasien selama dirawat di rumah sakit 3. Keluarga mengingatkan pasien untuk mematuhi

anjuran dokter dan perawat

4. Keluarga membimbing pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah diajarkan perawat.

(71)

Dukungan Nyata

6. Keluarga menyediakan dana yang diperlukan untuk biaya pengobatan dan perawatan pasien di rumah sakit

7. Keluarga membawa keperluan sehari-hari yang dibutuhkan pasien (misalnya: sabun, sikat gigi, shampoo, handuk) pada setiap kunjungan

8. Keluarga menolak memberikan bantuan kepada pasien atas masalah yang dihadapinya karena masalah itu akibat kesalahan sendiri

9. Keluarga selalu diminta bantuannya oleh pasien untuk membantunya pada saat berkunjung 10. Keluarga secara bergantian mengunjungi pasien

selama dirawat di rumah sakit

Dukungan Informasi

11. Keluarga memberikan penjelasan pada pasien tentang alasan ia dibawa untuk dirawat di rumah sakit jiwa

12. Keluarga memberitahu perkembangan yang dialami pasien setiap kali berkunjung

(72)

14. Keluarga mengingatkan pasien untuk melakukan kegiatan di rumah sakit jiwa sesuai dengan jadwal kegiatan hariannya

15. Keluarga menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur

Dukungan Emosional

16. Keluarga mendengarkan dengan penuh perhatian keluhan yang dirasakan pasien pada saat mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa 17. Keluarga bekerjasama dengan perawat untuk

merawat pasien dengan kasih sayang

18. Keluarga menyakinkan pasien bahwa gangguan jiwa yang dialami dapat disembuhkan

19. Keluarga menyediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

(73)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Erika Emnina Sembiring

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 7 Oktober 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln.Jamin Ginting Gg: Bendungan II No.33 Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta Masehi (1994-2000) 2. SLTP Katolik Budi Murni 2 (2000-2003) 3. SMA Negeri 4 Medan (2003-2006) 4. Fakultas Keperawatan USU (2006-2010) Pengalaman Lainnya :

1. Anggota Bidang Seni dan Olah Raga Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan (HIMIK) Tahun 2007-2008

(74)
(75)
(76)
(77)

Gambar

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan (n=32)  No Karaktersitik Frekuensi Persentase
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase lama hari rawat pasien gangguan jiwa
+2

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Harapan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Perpustakaan Jurusan pada Bidang Rekayasa dan Non Rekaysa di Politeknik Negeri Sriwijaya .... 4.2

Berdasarkan teori tersebut dapat diduga bahwa pada daun gayam juga akan diperoleh senyawa golongan fenol yang memiliki aktivitas antioksidan dengan menggunakan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila seorang mencari informasi melalui Google dan memasukkan kata kunci “Tuhan” maka dia akan menemukan deskripsi Tuhan deskripsi

Disertasi Pengaruh Partikel Pb Yang Terkandung Dalam ..... ADLN - Perpustakaan

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kandungan karbon terlihat meningkat sesuai dengan peningkatan temperatur, Kandungan karbon tertinggi dari briket arang kayu Ramin = 72,53%, Merbau

[r]

[r]

÷ Para sahabat lebih concern dengan menghafaz dan mempelajari Al-Qur¶an ÷ Secara umum Rasulullah saw melarang menuliskan hadits karena takut.. tercampur baur dengan ayat