• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Dan Simulasi Orthogonal Frequency And Code Division Multiplexing (OFCDM) Pada Sistem Komunikasi Wireless

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemodelan Dan Simulasi Orthogonal Frequency And Code Division Multiplexing (OFCDM) Pada Sistem Komunikasi Wireless"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND

CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM

KOMUNIKASI WIRELESS

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

OLEH

DIANA ADRIANI S

050402045

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMODELAN DAN SIMULASI ORTHOGONAL FREQUENCY AND

CODE DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) PADA SISTEM

KOMUNIKASI WIRELESS

Oleh:

DIANA ADRIANI S

050402045

Disetujui oleh:

Pembimbing,

RAHMAD FAUZI, ST, MT

NIP. 132161239

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Ir. NASRUL ABDI, MT

NIP. 13036532

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Perkembangan teknologi wireless multimedia tumbuh dengan pesat. Hal ini

berdampak pada penggunaan bandwith yang besar dan kecepatan data yang semakin

tinggi yang sangat rentan terhadap lingkungan multipath sehingga harus didukung

oleh sistem yang handal agar dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.

Sistem Orthogonal Frequency And Code Division Multiplexing (OFCDM) menjadi

sebuah evolusi teknologi baru yang dapat menjadi solusi layanan multimedia yang

digunakan untuk transmisi downlink pada 4G.

Pada Tugas Akhir ini dilakukan pemodelan dan simulasi OFCDM. Selain

itu juga dilakukan analisis kinerja sistem OFCDM yang dipengaruhi kanal AWGN

dan kanal Fading Rayleigh serta melihat pengaruh ukuran VSF, jumlah carrier, bit

rate, dan interferensi terhadap besar Bit Error Rate (BER). Simulasi dilakukan

dengan menggunakan bahasa pemrograman MATLAB 7.1.

Dari simulasi yang dilakukan diperoleh besarnya BER untuk sinyal yang

dipengaruhi AWGN pada Eb/N0 10 dB sampai 50 dB adalah 0,2496690538 sampai

0,2494322917. Untuk sinyal yang dipengaruhi Fading Rayleigh pada Eb/N0 10 dB

sampai 50 dB adalah 0,27004 sampai 0,26391. Untuk ukuran VSF 1 sampai 1024

besarnya BER adalah 0,29003 sampai 0,29901. Untuk jumlah carrier yang

ditransmisikan 128 sampai 2048 besarnya BER adalah 0,28958 sampai 0,30057.

Untuk bit rate 100000 bps sampai 1000000 bps besarnya BER adalah 0,29507

sampai 0,28916 dan untuk C/I 10 sampai 100, besarnya BER adalah 0,50462 sampai

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro pada Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir yang berjudul: “Pemodelan dan Simulasi Orthogonal

Frequency and Code Division Multiplexing (OFCDM) pada Sistem Komunikasi

Wireless” ini, berisi pemodelan dan simulasi sistem OFCDM serta analisis kinerja

Bit Error Rate (BER) terhadap parameter-parameter pembangun jaringan OFCDM.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa, yaitu

Ayahanda Alm. Sukri, KZ dan Ibunda L. Hasibuan, SPd serta adik-adik penulis,

Guan Sojasinantin, Guan Juniardi Putra, Guan Rizka Leno, dan Saufa Sulas Mareta

yang merupakan motivasi terbesar bagi penulis untuk selalu melakukan yang terbaik.

Abi Fajrian Romandhani, ST yang selalu mendukung dan membimbing penulis

dengan doa dan kasih sayang yang tulus.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT selaku Ketua Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro dan

Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis, atas segala bimbingan, pengarahan dan

(5)

3. Bapak Ir. Syamsul Amin, MSi, selaku Dosen Wali penulis, atas bimbingan dan

arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Teknik Elektro, khususnya Konsentrasi

Teknik Telekomunikasi yaitu Bapak Ir. M. Zulfin, MT, Bapak Ir. Arman Sani,

MT, Bapak Maksum Pinem, ST, MT dan Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT yang

banyak memberi inspirasi, pelajaran moril dan spritual serta masukan dan

dorongan bagi penulis untuk selalu menjadi lebih baik.

5. Seluruh Karyawan di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara.

6. Rozi, Abang Firdaus dan Abang Moehfi untuk segala masukannya. Para

warriors; Ami, Dewi, Harpen, Taci, Ricky, Dika, Harry, Chici, Muti, Yona,

Apri, Uta, Soezack, Rifqy, serta rekan-rekan lainnya yang selalu setia menjadi

teman-teman terbaik penulis dalam mencapai tujuan bersama ”Sarjana Teknik”.

7. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Mei 2009

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metode Penulisan... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFCDM) ... 5

2.1 Pendahuluan ... 5

2.2 Variable Spreading Factor (VSF) ... 6

(7)

2.3.1 Transmitter... 9

2.3.2 Kanal... 10

2.3.3 Receiver ... 12

2.4 Modulasi/Demodulasi QPSK ... 13

2.4.1 Modulator QPSK ... 13

2.4.2 Demodulator QPSK ... 15

2.5 AWGN dan Fading Rayleigh ... 16

2.5.1 Additive White Gaussian Noise (AWGN) ... 16

2.5.2 Fading Rayleigh ... 18

2.6 Fast Fourier Transform (FFT) dan Inverse Fast Fourier Transform (IFFT)... 20

2.7 Guard Interval ... 21

2.8 Carrier to Interference Ratio (C/I) ... 23

BAB III PEMODELAN SISTEM OFCDM ... 24

3.1. Umum... 24

3.2 Struktur Simulasi ... 25

3.3 Parameter Masukan Simulasi ... 25

3.4 Proses Simulasi ... 26

3.4.1 Transmitter OFCDM ... 26

3.4.1.1 Pembangkitan Data Masukan ... 26

3.4.1.2 Serial to Parallel ... 27

(8)

3.4.1.4 Spreading 2D ... 29

3.4.1.5 Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) ... 30

3.4.1.6 Penyisipan Guard Interval ... 30

3.4.2 Kanal... ... 31

3.4.2.1 Kanal AWGN ... 31

3.4.2.2 Kanal Fading Rayleigh ... 32

3.4.3 Receiver OFCDM ... 33

3.4.3.1 Pengeluaran Guard Interval ... 34

3.4.3.2 Fast Fourier Transform (FFT) ... 34

3.4.3.3 Despreading 2D ... 34

3.4.3.4 Demodulasi ... 35

3.4.3.5 Parallel to Serial ... 35

3.4.4 Perhitungan BER ... 36

3.5 Prinsip Kerja Sistem ... 38

BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS KINERJA OFCDM PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS ... 40

4.1 Umum ... 40

4.2 Kinerja OFCDM Pada Kanal Yang Dipengaruhi AWGN ... 40

4.3 Kinerja OFCDM Pada Kanal Yang Dipengaruhi Fading Rayleigh ... 43

(9)

4.5 Pengaruh Jumlah Carrier Terhadap Kinerja OFCDM ... 46

4.6 Pengaruh Bit Rate Terhaap Kinerja OFCDM... 48

4.7 Pengaruh Carrier to Interference (C/I) Terhadap Kinerja OFCDM... 49

BAB V PENUTUP ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran... ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbandingan Teknik OFDM dan OFCDM, a) OFDM tanpa

spreading, b) 2D spreading, c) OFCDM dengan spreading 2D ... 5

Gambar 2.2 Spreading Factor dalam Domain Waktu dan Frekuensi ... 7

Gambar 2.3 Sistem OFCDM ... 8

Gambar 2.4 Power Spectrum dari Sinyal OFCDM ... 8

Gambar 2.5 Konsep Sistem OFCDM ... 9

Gambar 2.6 Diagram Transmitter OFCDM ... 9

Gambar 2.7 Bentuk Umum Kanal ... 11

Gambar 2.8 Kanal dan Respon Kanal dari Dekomposisi Multicarrier ... 11

Gambar 2.9 Diagram Receiver OFCDM ... 12

Gambar 2.10 Diagram Blok Modulator QPSK ... 13

Gambar 2.11 Sinyal Keluaran Modulator QPSK ... 14

Gambar 2.12 Diagram Blok Demodulator QPSK ... 16

Gambar 2.13 (a) Rapat Spektral Daya Derau Putih , (b) Fungsi Otokorelasi Derau Putih ... 17

Gambar 2.14 Lingkungan Kanal Multipath ... 18

Gambar 2.15 Penyisipan Guard Interval Pada Simbol OFCDM ... 22

Gambar 3.1 Model Sistem OFCDM ... 24

Gambar 3.2 Struktur Simulasi ... 25

Gambar 3.3 Proses Serial to Parallel ... 28

(11)

Gambar 3.5 Diagram Pohon Kode VSF ... 29

Gambar 3.6 Efek Penyisipan Guard Interval ... 30

Gambar 3.7 Diagram Alir Untuk Menentukan Kanal Fading Rayleigh ... 33

Gambar 3.8 Diagram Blok Fading Rayleigh, AWGN dan Receiver OFCDM .... 33

Gambar 3.9 Proses Parallel to Serial ... 35

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan BER Terhadap Eb/N0 Pada Kanal AWGN ... 42

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan BER Terhadap Eb/N0 Pada Kanal Fading

Rayleigh ... 44

Gambar 4.3 Perbandingan BER Terhadap Ukuran VSF Pada Sistem OFCDM

... 46

Gambar 4.4 Perbandingan BER Terhadap Jumlah Carrier Pada Sistem OFCDM

... 47

Gambar 4.5 Perbandingan BER Terhadap Bit Rate Pada Sistem OFCDM ... 49

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keluaran Modulator QPSK ... 14

Tabel 4.1 Parameter Simulasi ... 40

Tabel 4.2 Kinerja OFCDM Pada Kanal AWGN ... 41

Tabel 4.3 Kinerja OFDM Pada Kanal AWGN ... 41

Tabel 4.4 BER Teori OFDM Pada Kanal AWGN ... 41

Tabel 4.5 Kinerja OFCDM Pada Kanal Fading Rayleigh... 43

Tabel 4.6 Kinerja OFDM Pada Kanal Fading Rayleigh ... 43

Tabel 4.7 BER Teori OFDM Pada Kanal Fading Rayleigh ... 44

Tabel 4.8 Pengaruh Ukuran VSF Terhadap Kinerja OFCDM ... 45

Tabel 4.9 Pengaruh Jumlah Carrier Terhadap Kinerja OFCDM ... 47

Tabel 4.10 Pengaruh Bit Rate Terhadap Kinerja OFCDM ... 48

Tabel 4.11 Parameter Simulasi C/I ... 50

(13)

DAFTAR SINGKATAN

2D : 2 Dimensi

2G : Second Generation

3G : Third Generation

4G : Fourth Generation

AWGN : Additive White Gaussian Noise

BER : Bit Error Rate

BPSK : Binary Phase Shift Keying

CDMA : Code Division Multiple Access

DFT : Discrete Fourier Transform

DIF : Decimation in Frequency

DIT : Decimation in Time

FDMA : Frequency Division Multiple Access

FFT : Fast Fourier Transform

I : In-phase

IDFT : Inverse Discrete Fourier Transform

IFFT : Invers Fast Fourier Transform

ISI : Intersymbol Interference

LPF : Low Pass Filter

OFCDM : Orthogonal Frequency and Code Division Multiplexing

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing

(14)

QAM : Quadrature Amplitude Modulation

QoS : Quality of Service

QPSK : Quadrature Phase Shift Keying

RF : Radio Frequency

SF : Spreading Factor

SNR : Signal to Noise Ratio

TDMA : Time Division Multiple Access

(15)

DAFTAR ISTILAH

AWGN (Additive White Gaussian Noise)

Noise yang memiliki fungsi kepadatan probabilitas menyerupai Distribusi Gaussian.

Bandwidth

Kapasitas transmisi dari sambungan elektronik seperti jaringan komunikasi, bus

komputer dan komputer channel.

BER (Bit Error Rate)

Jumlah angka kesalahan dari suatu transmisi data antar dua sistem komputer dalam

sebuah jaringan.

Bit

Satuan terkecil dari data yang nilainya merupakan bilangan biner.

Bit Rate

Banyaknya bit yang dikirim melalui suatu media dalam satuan waktu.

Broadband

Koneksi yang sanggup menyediakan kecepatan yang melebihi 200 Kbps sampai pada

satu mil terakhir jaringan koneksi, baik dari provider ke konsumen (downstream)

(16)

Chip

Bit yang ditransmisikan.

Confidence Interval

Selang kepercayaan, yaitu batas-batas nilai yang memenuhi estimasi sesuai dengan

tingkat kepercayaan yang dibuat. Sedangkan tingkat kepercayaan menunjukkan

persentase estimasi selang yang memenuhi parameter yang diduga.

Delay

Waktu tunda yang disebabkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang

menjadi tujuannya.

Fading

Gangguan saluran transmisi, terutama pada sistem gelombang mikro ketika

sinyal-sinyal yang dikirim melalui berbagai jalur ke penerima mengalami perubahan karena

kondisi atmosfir.

Interferensi

Kondisi dimana dua gelombang atau lebih berjalan melalui bagian yang sama dari

suatu ruangan pada waktu yang bersamaan, hal ini mengakibatkan terjadinya

superposisi dari gelombang-gelombang tersebut sehingga menghasilkan pola

(17)

Modulasi

Teknik yang dipakai untuk memasukan informasi dalam suatu gelombang pembawa,

biasanya berupa gelombang sinus.

Multimedia

Istilah bag

kata,

tersebut, semuanya diolah dari

Multipath

Fenomena dimana sinyal dari pengirim (transmitter) tiba di penerima (receiver)

melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda.

Propagasi

Proses perambatan gelombang radio di udara, berawal saat sinyal radio dipancarkan

di titik pengirim dan berakhir saat sinyal radio tersebut ditangkap di titik penerima.

Spreading

Proses pelebaran pita frekuensi.

Wireless

Teknologi komunikasi data dengan koneksi yang tidak menggunakan kabel untuk

(18)

ABSTRAK

Perkembangan teknologi wireless multimedia tumbuh dengan pesat. Hal ini

berdampak pada penggunaan bandwith yang besar dan kecepatan data yang semakin

tinggi yang sangat rentan terhadap lingkungan multipath sehingga harus didukung

oleh sistem yang handal agar dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.

Sistem Orthogonal Frequency And Code Division Multiplexing (OFCDM) menjadi

sebuah evolusi teknologi baru yang dapat menjadi solusi layanan multimedia yang

digunakan untuk transmisi downlink pada 4G.

Pada Tugas Akhir ini dilakukan pemodelan dan simulasi OFCDM. Selain

itu juga dilakukan analisis kinerja sistem OFCDM yang dipengaruhi kanal AWGN

dan kanal Fading Rayleigh serta melihat pengaruh ukuran VSF, jumlah carrier, bit

rate, dan interferensi terhadap besar Bit Error Rate (BER). Simulasi dilakukan

dengan menggunakan bahasa pemrograman MATLAB 7.1.

Dari simulasi yang dilakukan diperoleh besarnya BER untuk sinyal yang

dipengaruhi AWGN pada Eb/N0 10 dB sampai 50 dB adalah 0,2496690538 sampai

0,2494322917. Untuk sinyal yang dipengaruhi Fading Rayleigh pada Eb/N0 10 dB

sampai 50 dB adalah 0,27004 sampai 0,26391. Untuk ukuran VSF 1 sampai 1024

besarnya BER adalah 0,29003 sampai 0,29901. Untuk jumlah carrier yang

ditransmisikan 128 sampai 2048 besarnya BER adalah 0,28958 sampai 0,30057.

Untuk bit rate 100000 bps sampai 1000000 bps besarnya BER adalah 0,29507

sampai 0,28916 dan untuk C/I 10 sampai 100, besarnya BER adalah 0,50462 sampai

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa generasi pertama dan kedua (2G) jasa atau layanan komunikasi

wireless yang ditawarkan kepada masyarakat hanya berupa suara dan data.

Memasuki generasi ketiga (3G) jasa/layanan yang ditawarkan tidak hanya suara dan

data saja tetapi integrasi antara layanan suara, data dan grafik/gambar atau yang lebih

dikenal sebagai layanan multimedia. Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan dan

perkembangan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang semakin modern yang

membutuhkan fleksibilitas yang tinggi didalam berkomunikasi tanpa harus dibatasi

ruang dan waktu.

Pengaplikasian layanan multimedia pada teknologi yang sudah ada

sebelumnya (seperti pada FDMA dan TDMA) menyebabkan menurunnya kapasitas

dan kualitas yang berdampak pada menurunnya kinerja sistem. Untuk mengatasi ini

dilakukan dengan memperbesar bandwith yang digunakan. Tetapi cara ini sulit

dilakukan karena spektrum frekuensi yang tersedia terbatas dan pentransmisian data

kecepatan tinggi sangat rentan terhadap lingkungan multipath yang dapat

menyebabkan terjadinya interferensi antar simbol (ISI).

Salah satu solusi alternatif yang telah dikembangkan untuk mengatasi

masalah di atas adalah dengan memanfaatkan teknologi multicarrier Orthogonal

Frequency Division Multiplexing (OFDM), namun ternyata OFDM memiliki

(20)

menimbulkan interferensi antar subcarrier, kecuali jika subcarrier yang sama tidak

digunakan diantara sel-sel yang berdekatan. Maka untuk mengatasi hal ini dilakukan

kombinasi OFDM dengan spreading dua dimensi dari Variable Spreading Factor

(VSF) melalui evolusi teknologi OFCDM yang digunakan pada sistem komunikasi

generasi keempat (4G)[1].

Dengan pertimbangan keunggulan yang dimiliki teknologi OFCDM, maka

pada Tugas Akhir ini akan dijelaskan pemodelan prinsip kerja teknologi OFCDM

dan simulasi analisis kinerjanya pada sistem komunikasi wireless.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan,

yaitu:

1. Bagaimana pengaruh kanal AWGN terhadap kinerja OFCDM.

2. Bagaimana pengaruh kanal Fading Rayleigh terhadap kinerja OFCDM.

3. Bagaimana pengaruh Variable Spreading Factor (VSF) terhadap kinerja

OFCDM.

4. Bagaimana pengaruh jumlah carrier terhadap kinerja OFCDM.

5. Bagaimana pengaruh bit rate terhadap kinerja OFCDM.

6. Bagaimana pengaruh C/I terhadap kinerja OFCDM.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis kinerja

teknologi OFCDM dengan menggunakan pemodelan dan simulasi pada sistem

(21)

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan dibatasi sebagai berikut:

1. Modulasi yang dipakai didalam penganalisisan kinerja OFCDM adalah QPSK.

2. Kode spreading yang digunakan pada sistem OFCDM adalah spreading dua

dimensi dari Variable Spreading Factor (VSF).

3. Tidak menggunakan pengkodean kanal (channel coding/decoding) dalam proses

simulasi menghitung BER.

4. Tidak memperhitungkan Peak to Average Power Ratio (PAPR) dalam proses

simulasi menghitung BER.

5. Perhitungan kinerja BER dilakukan dengan bantuan bahasa pemrograman

MATLAB 7.1.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang

terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Simulasi

Berupa perancangan simulasi sistem OFCDM dengan menggunakan bahasa

pemrograman MATLAB 7.1.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini, secara singkat

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta

sistematika penulisan.

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION

MULTIPLEXING (OFCDM)

Bab ini berisi tentang gambaran umum/dasar teori dari sistem OFCDM,

Variable Spreading Factor (VSF), modulasi/demodulasi QPSK, Additif

White Gaussian Noise (AWGN), Fading Rayleigh, FFT/IFFT, guard

interval dan C/I.

BAB III PEMODELAN SISTEM OFCDM

Bab ini membahas mengenai pemodelan simulasi sistem OFCDM yang

terdiri dari struktur simulasi, parameter masukan simulasi, proses simulasi

dan prinsip kerja sistem.

BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS KINERJA OFCDM PADA SISTEM

KOMUNIKASI WIRELESS

Bab ini menampilkan hasil simulasi OFCDM serta membahas pengaruh

AWGN, Fading Rayleigh, ukuran Variable Spreading Factor (VSF),

jumlah carrier, bit rate, dan C/I terhadap kinerja OFCDM.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan

(23)

BAB II

ORTHOGONAL FREQUENCY AND CODE DIVISION MULTIPLEXING

(OFCDM)

2.1 Pendahuluan

OFCDM merupakan wireless access yang diusulkan oleh NTT-DoCoMo

untuk diterapkan pada sistem komunikasi 4G. Teknologi ini mendukung peningkatan

kecepatan transmisi untuk berbagai kondisi kanal radio dan fleksibilitas akses paket

untuk berbagai macam data dan QoS yang berbeda. OFCDM merupakan evolusi

teknologi yang memiliki kemampuan jauh lebih baik (superior) dari teknologi

OFDM[1].

Gambar 2.1 Perbandingan Teknik OFDM dan OFCDM

(24)

Pada Gambar 2.1 ditunjukkan hasil dari pengkombinasian sistem OFDM

dengan spreading dua dimensi sehingga menghasilkan sistem OFCDM seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.1 (c). Pada OFCDM, kode spreading yang digunakan

berbeda dengan CDMA. Kode spreading yang digunakan pada OFCDM adalah

spreading dua dimensi dari Variable Spreading Factor (VSF) yang hanya

mengkodekan informasi pada blok frekuensi waktu yang berbeda. Spreading dua

dimensi ditandai dengan kode spreading pada domain waktu {+1, -1, +1, -1} dan

kode spreading pada domain frekuensi {+1, -1}. Satu simbol data ditransmisikan

pada dua buah subcarriers yang disisipkan di dalam empat buah durasi simbol

OFCDM, dimana satu durasi simbol berada di dalam domain waktu dan satu

subcarrier berada di dalam domain frekuensi.

Hal ini menjadikan teknologi OFCDM tidak hanya memiliki segala

keuntungan OFDM, namun juga memiliki keuntungan dari spreading dua dimensi

yang dilakukan. Sebagai contoh, dengan adanya time domain spreading, sistem dapat

menyediakan laju transmisi yang fleksibel. Selain itu, spreading dua dimensi juga

mendukung sistem untuk bekerja pada lingkungan cell dan kondisi kanal yang

berbeda.

2.2 Variable Spreading Factor (VSF)

Pada teknologi ini data yang termodulasi dikirimkan menggunakan

spreading sequence. Spreading sequence ini merupakan gabungan antara orthogonal

short channelization code dan cell-specific long scrambling code. Setiap chip dari

(25)

(disebut time domain spreading) dan pada subcarriers yang berurutan pada domain

frekuensi (disebut frequency domain spreading).

Oleh karena itu, total spreading factor SF dapat dituliskan sebagai SF =

SFTIME × SFFREQ[1]. Dalam VSF-OFCDM, data rate berkurang sebesar 1/SF karena

adanya replikasi jika dibandingkan dengan OFDM yang tidak menggunakan

spreading factor. Namun data rate keseluruhan akan dapat bertambah karena adanya

penggunaan code multiplexing untuk user yang berbeda dengan kode orthogonal

yang berbeda.

Konsep dari penggunaan SF di domain waktu dan frekuensi dijelaskan pada

Gambar 2.2[1].

Gambar 2.2 Spreading Factor dalam Domain Waktu dan Frekuensi

Sebuah data simbol disebar dalam domain waktu dengan SFTIME = 4 dan domain

frekuensi dengan SFFREQ = 2, sehingga total SF = 8. Parameter SFTIME dan SFFREQ

ditentukan secara adaptif untuk setiap struktur sel, kondisi trafik dan kondisi link

(26)

2.3 Konfigurasi Sistem OFCDM

Sistem OFCDM dapat ditunjukkan pada Gambar 2.3[2].

Gambar 2.3 Sistem OFCDM

Kelebihan dari sistem OFCDM adalah kemampuan sistem ini

mengakomodasi berbagai macam rate transmisi baik tinggi maupun rendah. Hal ini

dapat terjadi karena kode dan time slot yang berbeda dialokasikan kepada user yang

berbeda secara fleksibel. Blok subcarrier yang berbeda dialokasikan pada user yang

berbeda pula. Pada sistem OFCDM, interleaver ditambahkan agar bit-bit yang

direplikasi berada pada subcarrier yang berurutan. Hal ini menjadikan power

spectrum dari OFCDM menjadi seperti Gambar 2.4[2].

(27)

Pada sistem OFCDM, simbol yang sama ditransmisikan pada subcarrier

yang berurutan, sehingga pada setiap blok dikirimkan simbol yang sama. Konsep

OFCDM ini diperlihatkan pada Gambar 2.5[2].

Gambar 2.5 Konsep Sistem OFCDM

2.3.1Transmitter

Gambar 2.6 menunjukkan diagram blok transmitter OFCDM.

Data Sinyal

Input OFCDM

Gambar 2.6 Diagram Transmitter OFCDM

Pada transmitter OFCDM, data input dimodulasi dengan menggunakan

Quadrature Phase Shift Keying (QPSK). Data yang telah dibentuk oleh serial to IFFT

2D Spreader Modu

lator Serial

To Parallel

(28)

parallel (S/P) converter dikonversikan lagi ke bentuk paralel sekuensial N/Sf dengan

2D spreader. Dimana N adalah jumlah dari subcarriers pada domain waktu dan Sf

adalah faktor spreading pada domain frekuensi. Setiap simbol yang telah dimodulasi

akan diduplikasikan ke dalam bentuk paralel pada Sf . Seluruh simbol yang

dihasilkan kemudian akan dikalikan dengan sebuah chip dari kode spreading dengan

periode pengulangan dari Sf yang dapat direpresentasikan pada persamaan 2.1.

(2.1)

Dimana: s[(x−1)Sf +i] adalah penyebaran komponen data i dari simbol data

ke-x yang ditransmisikan dengan subcarrier yang memenuhi [(x−1)Sf ]

] [x

d adalah simbol data ke-x, dan

i

q adalah kode spreading ke-i

Data selanjutnya akan dimodulasi menjadi sinyal multicarrier oleh Inverse Fast

Fourier Transform (IFFT), hal ini bertujuan untuk memberikan komputasi yang

efisien pada pengolahan sinyal OFCDM.

2.3.2Kanal

Kanal adalah media elektromagnetik diantara pemancar (transmitter) dan

penerima (receiver). Bentuk umum model kanal adalah kanal gaussian yang secara

umum disebut sebagai kanal Additive White Gaussian Noise (AWGN). Gambar 2.7

(29)

u(t)

x(t) y(t)

Gambar 2.7 Bentuk Umum Kanal

Pada OFCDM, ketika jumlah subcarrier (N) adalah besar, fungsi transfer

kontinu dari respon kanal H(f) dapat digambarkan sebagai kurva diskrit persegi

empat, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.8[3].

>

Gambar 2.8 Kanal dan Respon Kanal dari Dekomposisi Multicarrier

Masing-masing persegi empat memiliki lebar band frekuensi 1/Ts Hz. Semakin besar

N, lebar band frekuensi persegi empat akan semakin kecil dan secara matematika

dapat ditulis pada persamaan 2.2.

, untuk i = 1, 2,…, N (2.2)

Dimana Yi[k] adalah output kompleks dari N-titik FFT dan Ui[k] adalah noise.

h(t) +

1

f

f

2

f

3

f

4

f

N1

f

N

f

0

H

)

( f

H

1

H

2

H

H

3

2

N

H

1

N

H

] [ ] [ ]

[k H X k u k

(30)

2.3.3Receiver

Gambar 2.9 menunjukkan diagram blok receiver OFCDM.

Sinyal Data

[image:30.595.127.514.168.265.2]

OFCDM Output

Gambar 2.9 Diagram Receiver OFCDM

Pada sisi penerima, dilakukan proses yang berkebalikan dengan apa yang

dilakukan pada sisi pengirim. Sinyal yang diterima dikonversikan ke dalam bentuk

paralel oleh serial to parallel converter. Kemudian sinyal paralel ini dialirkan ke

dalam Fast Fourier Transform (FFT) untuk selanjutnya dilakukan proses

despreading. Sinyal kemudian didemodulasikan dan dikonversikan kembali ke dalam

bentuk serial oleh parallel to serial converter sehingga akhirnya kembali menjadi

bentuk data informasi.

Sinyal data informasi dari hasil kombinasi proses despreading dan

demodulasi dapat dituliskan pada persamaan 2.3.

(2.3)

Dimana: s∧[(x−1)Sf +i] adalah penyebaran komponen data i dari simbol data

ke-x yang diterima dari subcarrier yang memenuhi [(x−1)Sf ]

] [x

d adalah sinyal data informasi ke-x, dan

i

q adalah kode spreading ke-i

Demodu lator 2D Desprea der FFT Serial To Parallel Parallel To Serial

=−∧ ∧ + − = 1 0 ] ) 1 [( ] [ f S i i

f i q

S x s x

(31)

2.4 Modulasi/Demodulasi QPSK

Salah satu teknik modulasi yang sering digunakan didalam teknik OFCDM

adalah teknik modulasi QPSK. Pada teknik modulasi ini, informasi digit biner

digunakan untuk memodulasi fasa gelombang pembawa. Dengan M = 4, maka

terdapat 4 simbol yang berbeda, yaitu: 00, 01, 11, dan 10 yang direpresentasikan

dengan 4 gelombang pembawa dengan fasa yang berbeda satu sama lainnya.

2.4.1Modulator QPSK

Gambar 2.10 mengilustrasikan diagram blok dari modulator QPSK.

Modulator tersebut terdiri dari pengubah seri ke paralel, modulator I/Q, penjumlah

sinyal, dan BPF. Dua bit diumpankan ke serial to parallel. Setelah keduanya masuk

secara serial, kemudian diumpankan serempak secara paralel. Bit yang satu menuju

kanal I dan yang lainnya menuju kanal Q. Pada QPSK logic 1 diwakili +1 Volt

sedangkan logic 0 diwakili -1 Volt[3].

Input Buffer +2 BPF Linier Summer

90º phase

shift Ballans Modulator Reference Carrier Oscillator

Sin (ωct) I Q Ballans Modulator Binary input data Bit Clock

I channel fc/2 Logic 1 = +1V Logic 0 = -1V

Logic 1 = +1V Logic 0 = -1V Q channel fc/2

± sin ωct

sin ωct

Cos ωct

[image:31.595.143.496.513.696.2]

QPSK output

(32)

Keluaran modulator QPSK ini berupa penjumlahan linear dari kanal I dan kanal Q

[image:32.595.195.462.201.346.2]

seperti yang terlihat pada Tabel 2.1[3].

Tabel 2.1 Keluaran Modulator QPSK

Binary input

QPSK Output Phase

Q I

0 0 -1350

0 1 -450

1 0 +1350

1 1 +450

Terlihat bahwa jarak anguler antara dua phasor yang berdekatan pada

QPSK adalah 900, karena itu suatu sinyal QPSK bisa mengalami pergeseran phase

+450 atau -450 selama transmisi dan tetap akan berupa informasi yang benar saat

didemodulasikan pada penerima.

Sedangkan bentuk sinyal keluaran modulator QPSK ditunjukkan pada

Gambar 2.11[3].

[image:32.595.163.478.543.692.2]

,,.

(33)

Sinyal QPSK dapat dituliskan seperti persamaan 2.4[3].

(2.4)

Kanal inphase I menggunakan cos (2πfct) sebagai simbol pembawa, sedangkan kanal

quadrature-phase Q menggunakan sin(2πfct) sebagai sinyal pembawa. Probabilitas

Bit Error Rate (BER) sinyal QPSK pada kanal AWGN diformulasikan dengan

persamaan 2.5.

(2.5)

Sedangkan probabilitas Bit Error Rate (BER) sinyal QPSK pada kanal Fading

Rayleigh dapat dituliskan dengan persamaan 2.6.

(2.6)

2.4.2Demodulator QPSK

Pada demodulator QPSK, sinyal masukan demodulator merupakan sinyal

OFCDM yang telah terdistorsi dengan kanal transmisi yang disebabkan AWGN dan

Fading Rayleigh yang dimasukkan ke kanal I dan Q. Sinyal pada kanal I dikalikan

dengan cosωct, sedangkan pada kanal Q dikalikan dengan sinωct. Kemudian kedua

keluaran kanal tersebut dilewatkan pada LPF untuk memperoleh sinyal hasil

keluarannya, yaitu data digit 0 dan 1.

Gambar 2.12 mengilustrasikan diagram blok demodulator QPSK yang

terdiri dari detector, LPF dan pengubah paralel ke seri[3].

{

( )cos(2 ) sin(2 )

}

2 / 1 )

(t d t f t d f t

m = I π c + Q π c

(

Eb No

)

(34)

BPF Power Splitter

90º phase

shift

Product Detector

Carrier Recovery

(sin ωct)

Product Detector Sinyal

Input

QPSK

sin ωct

cos ωct

LPF

LPF

Q I

KANAL I

KANAL Q

Data Biner yang diterima -½ V (logic 0)

[image:34.595.155.507.120.295.2]

+½ (logic 1)

Gambar 2.12 Diagram Blok Demodulator QPSK

2.5 AWGN dan Fading Rayleigh

Pada sistem komunikasi wireless, media kanal yang digunakan diantara

pemancar (transmitter) dan penerima (receiver) adalah gelombang radio. Hal ini

mengakibatkan sistem komunikasi ini sangat rentan dengan gangguan-gangguan

sistem transmisi, diantaranya adalah AWGN dan Fading Rayleigh.

2.5.1Additive White Gaussian Noise (AWGN)

Salah satu jenis noise yang ada pada sistem komunikasi adalah noise

thermal. Noise thermal ini disebabkan oleh pergerakan-pergerakan elektron di dalam

konduktor yang ada pada sistem telekomunikasi, misalnya pada perangkat penerima.

Pada bidang frekuensi, noise thermal ini memiliki nilai kepadatan spektral daya yang

sama untuk daerah frekuensi yang lebar, yaitu sebesar N/2, seperti yang dapat dilihat

pada Gambar 2.13 (a) sedangkan fungsi otokorelasi AWGN ditunjukkan pada

(35)

0

Gn(f)

N/2

N/2

( )

τ

R

0

τ

f

[image:35.595.147.490.125.283.2]

(a) (b)

Gambar 2.13 (a) Rapat Spektral Daya Derau Putih

(b) Fungsi Otokorelasi Derau Putih

Karakteristik seperti ini disebut white. Noise yang memiliki karakteristik

white disebut white noise, sehingga noise thermal merupakan white noise.

Pergerakan elektron penyebab noise thermal bersifat acak, sehingga besarnya noise

thermal juga berubah secara acak terhadap waktu. Perubahan secara acak tersebut

dapat diperkirakan secara statistik, yaitu mengikuti Distribusi Gaussian, dengan

rata-rata nol.

Noise ini merusak sinyal dalam bentuk aditif, yaitu ditambahkan ke sinyal

utama, sehingga noise thermal pada perangkat penerima ini disebut Additive White

Gaussian Noise (AWGN). Persamaan Distribusi Gaussian yang mewakili AWGN

dapat dituliskan pada persamaan 2.7.

(2.7)

Dimana: mean = 0 dan varians = σ2.

2 2

2 ) (

2 2

πσ

σ π

    −

= e

(36)

Varians memiliki nilai:

(2.8)

Dimana: adalah kerapatan spektral daya dari noise dan Tb adalah laju bit.

Sehingga:

(2.9)

Dimana: k = konstanta Boltzman (1,38.10-23 J/K)

Ts = temperatur noise (K)

B = bandwith noise (Hz)

2.5.2Fading Rayleigh

Pada sistem komunikasi wireless terdapat gangguan khusus berupa

komponen multipath dari sinyal yang dipancarkan. Multipath merupakan jalur

propagasi yang berbeda-beda, yang dilalui sinyal antara pengirim dan penerima,

yang disebabkan karena pantulan oleh halangan-halangan dan benda-benda yang ada

di sepanjang jalur propagasi. Lingkungan kanal multipath ditunjukkan Gambar

[image:36.595.193.447.569.732.2]

2.14[4].

Gambar 2.14 Lingkungan Kanal Multipath b

T N

2 0

2 =

σ

b s

T B kT

2

2 =

σ 2

2

0 kTB

N s

(37)

Perbedaan jalur propagasi menimbulkan komponen multipath dari sinyal

yang dipancarkan akan tiba pada penerima melalui jalur propagasi yang berbeda dan

pada waktu yang berbeda pula. Perbedaan waktu tiba pada penerima tersebut

menyebabkan sinyal yang diterima mengalami interferensi, yang akan menimbulkan

fluktuasi amplitudo dan fasa sinyal yang diterima, dan menimbulkan fenomena yang

disebut fading. Jadi fading merupakan hasil dari propagasi komponen multipath

sinyal.

Fluktuasi amplitudo sinyal yang terjadi adalah acak dan tidak dapat

ditentukan sebelumnya, besar dan kapan terjadinya. Namun berdasarkan penelitian,

fading tersebut dapat diperkirakan secara statistik, berupa perubahan nilai secara

acak dengan distribusi tertentu. Salah satu distribusi tersebut adalah Distribusi

Rayleigh.

Distribusi Rayleigh merupakan salah satu distribusi yang dapat menjadi

model untuk mewakili fading, sehingga fading yang memiliki Distribusi Rayleigh ini

disebut Fading Rayleigh. Pada Fading Rayleigh, setiap sinyal yang melalui jalur

yang berbeda-beda tersebut, memberikan sejumlah energi yang sama terhadap sinyal

gabungan yang ada pada penerima. Sinyal yang dipengaruhi Fading Rayleigh yang

sampai pada penerima dapat dipresentasikan pada persamaan 2.10.

(2.10)

Dimana: r(t) = fluktuasi amplitudo sinyal e(t) sebagai fungsi waktu

= |e(t)|

θ(t) = fluktuasi fasa sinyal e(t) sebagai fungsi waktu

= ∠e(t)

)] ( 2

cos[ ) ( )

(t r t f t t

(38)

Fluktuasi amplitudo gelombang pembawa pada sinyal yang dipengaruhi Fading

Rayleigh mengikuti Distribusi Rayleigh, yang dapat dituliskan pada persamaan 2.11.

(2.11)

Dimana: p(r) = fungsi kepadatan probabilitas munculnya r

r = amplitudo acak

σ2

= varians pdf

2.6 Fast Fourier Transform (FFT) dan Invers Fast Fourier Transform (IFFT)

Algoritma FFT adalah algoritma yang sudah dikenal dengan baik dan

digunakan secara luas didalam pemrosesan sinyal digital sebagai algoritma yang

efisien didalam mengevaluasi Discrete Fourier Transform (DFT).

Algoritma ini awalnya dikembangkan oleh Cooley dan Tokey yang

mengajukan sebuah penyelesaian alernatif untuk DFT yang didasarkan pada

dekompresi (pemecahan) transformasi menjadi transformasi-transformasi yang lebih

kecil ukurannya dan mengkombinasikan hasilnya untuk mendapatkan total

transformasi.

Pada FFT, panjang deretan data x[n] dimana n = 0, 1, 2,…,N-1 merupakan

dua pangkat integer positif ( N = 2p, dimana p adalah integer positif). Penggambaran

dua (N/2) titik sub deretan x1[n] dan x2[n] sebagai nilai indeks genap dan nilai indeks

ganjil dari x[n] adalah:

(2.12)     − = 2 2 2 2 ) ( σ σ r e r r p 1 2 ,..., 2 , 1 , 0 ]; 2 [ ] [

1 = = −

(39)

(2.13)

Untuk mengubah sinyal dari domain frekuensi kedalam sinyal domain

waktu digunakan Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) dengan cara mencuplik

sinyal x(t) dengan laju Tss/N. Sinyal keluaran IFFT dapat dinyatakan sebagai:

(2.14)

Karena setiap subcarrier adalah orthogonal dimana

s

T f = 1

∆ maka persamaan di atas

dapat dinyatakan sebagai:

; n=0,1...,N −1 (2.15)

Sinyal OFCDM yang telah diaplikasikan kedalam IFFT ini kemudian

dikonversikan lagi kedalam bentuk serial dan kemudian sinyal ditransmisikan. Sinyal

yang terkirim ini dalam persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai:

<

; 0≤tTs (2.16)

Dimana f adalah frekuensi carrier dan c T adalah periode simbol. s

2.7 Guard Interval

Pada OFCDM, guard interval juga digunakan untuk menghindari

intersymbol interference (ISI) dan intercarrier interference (ICI). Sinyal didesain

sedemikian rupa agar orthogonal, sehingga bila tidak ada distorsi pada jalur 1 2 ,..., 2 , 1 , 0 ]; 1 2 [ ] [

2 = + = −

(40)

komunikasi, maka setiap subcarrier akan bisa dipisahkan stasiun penerima dengan

menggunakan DFT. Walaupun pada kenyataannya tidak semudah itu, karena

pembatasan spektrum dari sinyal tidak tepat, sehingga terjadi distorsi linear yang

mengakibatkan energi pada tiap-tiap subcarrier menyebar ke subcarrier di

sekitarnya, dan pada akhirnya ini akan menyebabkan terjadinya ISI.

Solusi yang termudah adalah dengan menambah jumlah subcarrier

sehingga periode simbol menjadi lebih panjang, dan distorsi bisa diabaikan bila

dibandingkan dengan periode simbol. Tetapi cara diatas tidak aplikatif, karena sulit

mempertahankan stabilitas carrier. Selain itu, kemampuan FFT juga ada batasnya.

Sehingga pendekatan yang relatif sering digunakan untuk memecahkan masalah ini

adalah dengan menyisipkan guard interval secara periodik pada tiap simbol

[image:40.595.190.449.452.622.2]

OFCDM. Penyisipan guard interval ditunjukkan pada Gambar 2.15[5].

Gambar 2.15 Penyisipan Guard Interval Pada Simbol OFCDM

Total dari periode simbol setelah penyisipan guard interval dapat dituliskan pada

persamaan 2.18.

(2.17) symbol

guard

total T T

(41)

2.8 Carrier to Interference Ratio (C/I)

Interferensi adalah gangguan yang disebabkan karena adanya sinyal lain

yang frekuensinya sama dan daya sinyal pengganggu tersebut cukup besar[6]. Hal ini

sangat berpengaruh pada kriteria performansi sistem komunikasi yaitu: kualitas suara

(voice quality), kualitas layanan (service quality) dan fasilitas tambahan (special

features). Ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas sinyal terhadap gangguan

interferensi dinyatakan dengan C/I (dB). Tujuan dari menganalisa pengaruh

interferensi ini adalah untuk meningkatkan C/I sehingga dapat mencapai performansi

(42)

BAB III

PEMODELAN SISTEM OFCDM

3.1 Umum

Cara yang paling efektif untuk menganalisa suatu sistem adalah dengan

memodelkan dan mensimulasikan sistem tersebut. Pemodelan merupakan

penggambaran dari sistem yang sebenarnya sedangkan simulasi merupakan proses

penyelesaian permasalahan dari sistem yang dapat divisualisasikan sehingga mudah

dianalisis.

Pada skripsi ini analisa kinerja sistem OFCDM dimodelkan seperti yang

terlihat pada Gambar 3.1.

Data Output

[image:42.595.116.529.419.654.2]

D

Gambar 3.1 Model Sistem OFCDM

Simulasi ini dibuat pada PC Intel Centrino Duo 1,73 GHz dengan 0,99 GB RAM,

dan menggunakan bahasa pemrograman MATLAB 7.1 for Windows.

Random Data Generator

Serial To

Parallel Modulator

2D

Spreader IFFT

Guard Interval Insertion

Channel

Parallel To

Serial Demodulator

2D

Despreader FFT

(43)

3.2 Struktur Simulasi

[image:43.595.194.445.167.227.2]

Gambar 3.2 mengilustrasikan struktur simulasi dari model sistem OFCDM.

Gambar 3.2 Struktur Simulasi

Struktur simulasi ini dimulai dari pembangkitan data masukan oleh random data

generator, pembentukan simbol OFCDM pada transmitter, penambahan faktor

pengganggu kinerja sistem yaitu AWGN dan Fading Rayleigh, pembentukan

kembali sinyal asalnya oleh receiver, dan menghitung besarnya Bit Error Rate

(BER).

3.3 Parameter Masukan Simulasi

Simulasi kinerja OFCDM ini memiliki beberapa parameter masukan, yaitu:

a. Jumlah kanal paralel

b. Ukuran FFT/IFFT

c. Jumlah carrier

d. Jumlah simbol OFCDM untuk satu loop

e. Level modulasi: QPSK

f. Symbol rate

g. Bit rate per carrier

h. Ukuran guard interval

i. Ukuran spreading factor (SF)

j. Besar Eb/N0

Data Masukan

Proses Analisis

(44)

Selain parameter masukan di atas, terdapat beberapa asumsi-asumsi yang

digunakan pada proses simulasi, antara lain:

1. Sinkronisasi diantara transmitter dan receiver diasumsikan sempurna, dan

2. Tidak melibatkan frekuensi carrier (RF carrier) di dalam pentransmisian sinyal

OFCDM.

3.4 Proses Simulasi

Proses simulasi terdiri dari bagian transmitter, kanal, receiver serta

perhitungan BER.

3.4.1 Transmitter OFCDM

Pada sistem transmitter OFCDM terdapat beberapa proses, diantaranya

pembangkitan data masukan, serial to parallel, modulasi, spreading 2D, Inverse Fast

Fourier Transform (IFFT), dan penyisipan guard interval.

3.4.1.1 Pembangkitan Data Masukan

Proses simulasi ini dimulai dengan pembangkitan sejumlah bit-bit masukan

secara acak oleh random data generator yang terdistribusi Uniform, hal ini

dikarenakan probabilitas kemunculan bit “0” dan bit “1” yang dihasilkan adalah

sama.

Keluaran random data generator memiliki level daya keluaran yang

membedakan kedua jenis bit keluaran. Pada simulasi ini level threshold yang

(45)

maka nilai akan dikirimkan dengan bit 0. Sedangkan jika bit acak yang dibangkitkan

lebih besar atau sama dengan 0.5 maka nilai akan dikirimkan dengan bit 1.

Proses pembangkitan sinyal masukan pada simulasi ini dapat dijelaskan

dengan contoh berikut, misalkan terdapat data yang dibangkitkan yang terdiri dari

1-10 vektor, elemen di dalam data tersebut terdiri dari bit 0 atau bit 1. Vektor ini

dinamakan txdata, maka command yang digunakan pada software MATLAB adalah:

>> txdata = rand(1,10) > 0.5

txdata =

1 0 1 0 1 1 0 0 1 0

Jumlah data yang dikirimkan juga dapat dihitung dengan mengetahui

ukuran vektor (length) dari txdata. Jumlah data yang ditransmisikan dinamakan

dengan nod, dapat direpresentasikan sebagai berikut:

>> nod = length(txdata)

nod =

10

3.4.1.2 Serial to Parallel

Masukan dari Serial to Parallel Converter adalah sederetan bit-bit yang

akan ditransmisikan. Pengiriman data dilakukan setiap N simbol, di mana N

merupakan jumlah subcarrier.

Misalnya subcarrier yang digunakan adalah 2 dan 4 (N= 2 dan 4), maka

(46)

converter ini simbol x[1] dikirimkan melalui subcarrier pertama, x[2] dikirimkan

melalui subcarrier ke-2 dan seterusnya hingga x[N] dikirimkan melalui subcarrier

ke-N. Proses serial to parallel ditunjukkan pada Gambar 3.3[3].

C0,1 C0,2 ... C0,N C1,1 C1,2 ... C1,N ... Cn,N

C0

,1

C1

,1

...

Cn

,1

C0

,2

C1

,2

Cn

,2

... ... ...

C0

,N

C1

,N

Cn,

[image:46.595.125.514.202.447.2]

N

Gambar 3.3 Proses Serial to Parallel

3.4.1.3 Modulasi

Setelah data diperoleh dalam bentuk paralel, data tersebut dipetakan

(mapped) kedalam teknik modulasi yang digunakan. Teknik modulasi ini memetakan

(mapping) data ke dalam konstelasi real (in-phase) dan konstelasi imaginary

(quadrature), yang lebih dikenal sebagai konstelasi IQ. Teknik modulasi ini bisa

berupa BPSK, QPSK, QAM atau yang lainnya. Pada pemodelan OFCDM ini

digunakan teknik modulasi QPSK.

Gambar 3.4 ditunjukkan konstelasi sinyal modulasi QPSK. Setiap simbol

(47)

I 0

Q

0 1

1 -1

1 -1

1

Gambar 3.4 Konstelasi Sinyal QPSK

3.4.1.4 Spreading 2D

Sinyal yang telah dimodulasi kemudian dikonversikan lagi ke bentuk

paralel sekuensial N/Sf dengan menggunakan 2D spreader. Pada pemodelan ini,

ukuran spreading factor (SF) yang digunakan adalah 8. Namun untuk melihat

pengaruh variable spreading factor (VSF) terhadap kinerja OFCDM, ukuran

spreading factor yang digunakan bervariasi, yaitu: 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256,

512, dan 1024.

Diagram pohon kode VSF yang dihasilkan diilustrasikan pada Gambar

[image:47.595.135.493.513.730.2]

3.5[8].

(48)

3.4.1.5 Inverse Fast Fourier Transform (IFFT)

Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) digunakan untuk mengubah sinyal

kedalam domain waktu sebelum ditransmisikan. Penggunaan IFFT memberikan

komputasi per unit waktu yang sangat efisien. Penggunaan IFFT akan menjamin

orthogonalitas antar subcarrier. Output dari setiap proses transformasi x-titik IFFT

akan membentuk sebuah simbol OFCDM.

3.4.1.6 Penyisipan Guard Interval

Pentransmisian guard interval diikuti dengan simbol OFCDM. Guard

interval terdiri dari kopi dari akhir simbol OFCDM, hal ini bertujuan agar receiver

nantinya dapat mengintegrasi masing-masing multipath melalui angka integer dari

siklus sinusoid ketika proses demodulasi OFCDM dengan FFT. Efek dari penyisipan

[image:48.595.125.512.471.714.2]

guard interval ditunjukkan pada Gambar 3.6[5].

(49)

3.4.2 Kanal

Simbol-simbol OFCDM ini kemudian ditransmisikan kedalam suatu kanal

yang dipengaruhi oleh AWGN dan Fading Rayleigh yang merupakan karakteristik

kanal sistem komunikasi wireless. Sinyal yang telah mengalami gangguan AWGN

dan Fading Rayleigh inilah yang berusaha dideteksi oleh receiver OFCDM.

3.4.2.1 Kanal AWGN

Model matematika sinyal masukan pada penerima yang diasumsikan

mengalami kerusakan karena adanya Additive White Gaussian Noise ditunjukkan

pada Persamaan 3.1.

(3.1)

Dimana : r (t) = sinyal yang diterima

s(t) = sinyal yang dikirim

n(t) = noise (white gaussian Noise)

Untuk mensimulasikannya di dalam MATLAB, biasanya digunakan fungsi built-in;

randn, yang membangkitkan bilangan acak dan matriks yang elemen-elemennya

terdistribusi secara normal dengan mean = 0 dan variansi = 1.

Oleh karena itu, jika noise AWGN ditambahkan kepada sinyal modulasi

digital pada vektor data kanal I dan kanal Q (idata,qdata) secara berturut-turut, maka

keluaran data dari kanal I dan kanal Q (iout,qout) dapat ditunjukkan pada persamaan

3.2. (3.2) ) ( ) ( )

(t s t n t

r = +

(50)

Dalam simulasi, perhitungan performansi BER terkadang dilakukan dengan

daya noise yang berbeda-beda, sehingga daya noise dapat digunakan sebagai variabel,

npow. Variabel idata dan qdata merupakan tegangan, bukan daya. Sehingga notasi

npow harus diubah dari daya menjadi tegangan. Variabel attn ditentukan sebagai akar

dari npow pada persamaan 3.3.

(3.3)

Oleh karena itu, output data setelah mengalami kontaminasi dari noise

dengan daya npow dapat dituliskan seperti pada Persamaan 3.4.

(3.4)

3.4.2.2 Kanal Fading Rayleigh

Pada simulasi kanal Fading Rayleigh, variabel masukan yang digunakan

adalah sebagai berikut:

a. idata : Masukan data Ich

b. qdata : Masukan data Qch

c. itau : Waktu yang tertunda

d. dlvl : Daya sinyal pada gelombang yang tertunda

e. tstp : Resolusi waktu

f. nsamp : Waktu simulasi pada satu simulasi

g. itn : Counter waktu

(51)

Pada simulasi ini, Fading Rayleigh ditambahkan pada sinyal yang tertunda. Sinyal

keluaran diperoleh dari multipath Fading Rayleigh yang ditentukan. Proses ini

[image:51.595.191.447.195.465.2]

ditunjukkan pada Gambar 3.7[4].

Gambar 3.7 Diagram Alir Untuk Menentukan Kanal Fading Rayleigh

3.4.3 Receiver OFCDM

[image:51.595.130.527.612.701.2]

Proses penerimaan sinyal OFCDM pada sisi receiver diilustrasikan pada

Gambar 3.8.

AWGN

Sinyal Data

OFCDM Keluaran

Gambar 3.8 Diagram Blok Fading Rayleigh, AWGN dan Receiver OFCDM

Fading

Rayleigh +

(52)

Setelah mengalami efek dari kanal transmisi, sinyal OFCDM kemudian

diterima oleh stasiun penerima untuk diproses kembali hingga menjadi bit-bit

informasi data. Beberapa proses yang terdapat pada receiver OFCDM, diantaranya

pengeluaran guard interval, Fast Fourier Transform (FFT), despreading 2D,

demodulator, dan parallel to serial.

3.4.3.1 Pengeluaran Guard Interval

Pengeluaran guard interval berguna untuk memisahkan sinyal sebenarnya

dengan guard interval yang kemungkinan telah terkena efek intersymbol interference

akibat pengaruh multipath. Hal ini dilakukan karena sinyal yang harus diterima oleh

stasiun penerima adalah sinyal asli yang dikirimkan yaitu simbol tanpa guard

interval. Proses yang terjadi pada model adalah pencuplikan x-baris waktu terakhir

pada setiap matrik sinyal domain waktu sesuai panjang FFT. .

3.4.3.2 Fast Fourier Transform (FFT)

FFT berfungsi untuk mengubah sinyal domain waktu ke domain frekuensi.

Keluaran dari FFT tidak lagi berupa sinyal OFCDM, tetapi merupakan sinyal

frekuensi subcarrier yang tidak lagi tegak lurus.

3.4.3.3 Despreading 2D

Proses despreading 2D dilakukan untuk mendapatkan kembali simbol data

dari hasil proses spreading yang dilakukan pada transmitter. Proses despreading ini

(53)

3.4.3.4 Demodulasi

Proses ini dilakukan untuk memetakan kembali simbol ke dalam bit-bit

informasi yang dimodulasi di pemancar. Simbol dipetakan kembali ke dalam bentuk

bit–bit dengan melakukan pendeteksian magnitudo dari simbol-simbol tersebut.

3.4.3.5 Parallel to Serial

Parallel to serial converter berfungsi untuk mengubah data hasil

demodulasi yang masih berupa jalur paralel dalam domain frekuensi menjadi satu

jalur seri dalam domain frekuensi.

Gambar 3.9 mengilustrasikan proses parallel to serial, tampak bahwa data

yang sebelumnya terbagi dalam N buah subcarrier, akan diatur kembali menjadi

deretan data serial[3].

x[1] x[N+1] . . . x[M-N+1]

x[2] x[N+2] . . . x[M-N+2]

x[3] x[N+3] . . . x[M-N+3]

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

x[N] x[2N] . . . x[M]

[image:53.595.139.496.448.695.2]

x[M-1] x[2] x[3] . . . x[M-1] x[M]

(54)

3.4.4Perhitungan BER

BER dihitung dengan menggunakan metode Monte Carlo yang merupakan

metode simulasi estimasi BER yang relatif sederhana, yaitu dengan membandingkan

antara deretan bit pada pengirim dengan deretan bit yang dideteksi pada sisi

penerima, kemudian jumlah bit yang salah dibagi dengan jumlah bit yang

dibangkitkan. Proses ini pada software MATLAB dapat direpresentasikan sebagai

berikut, jika data yang dibangkitkan adalah:

txdata = 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0

dan jumlah data yang ditransmisikan:

nod = 10

Jika kesalahan terjadi dalam kanal komunikasi dan txdata (1,7) berubah dari bit 0

menjadi bit 1, dan juga txdata (1,9) berubah dari bit 1 menjadi bit 0, maka data yang

diterima menjadi rxdata sebagai berikut:

>> rxdata = txdata;

>> rxdata(1,7) = 1

>> rxdata(1,9) = 0

rxdata =

1 0 1 0 1 1 1 0 0 0

Untuk menghitung jumlah kesalahan, dilakukan proses pengurangan data

yang dikirim dengan data yang diterima. Jika tidak ada kesalahan yang terjadi, maka

(55)

maka panjang nod akan dibuat sebagai vektor bukan nol (nonzero) yang bernilai -1

atau 1 pada posisi error. Pengurangan vektor dinyatakan sebagai subdata sebagai

berikut:

>> subdata = rxdata-txdata

subdata =

0 0 0 0 0 0 1 0 -1 0

Jika elemen pada txdata berubah dari bit 0 menjadi bit 1, maka elemen

vektor subdata pada posisi tersebut menjadi 1. Sebaliknya jika elemen pada txdata

berubah dari bit 1 menjadi bit 0, maka elemen vektor subdata pada posisi tersebut

menjadi -1. Dengan mengambil nilai mutlak dari elemen-elemen subdata, dapat

dibuat vektor yang dinyatakan dengan 1 pada tiap elemen yang mengalami error.

>> abs(subdata)

ans =

0 0 0 0 0 0 1 0 1 0

Kemudian dengan menjumlahkan semua elemen pada vektor abs(subdata),

jumlah kesalahan yang terjadi (noe = number of errors) dapat dihitung. Untuk

penjumlahan elemen, command yang dapat digunakan pada MATLAB adalah

sebagai berikut:

>> noe = sum(abs(subdata))

noe =

(56)

Dengan demikian, laju kesalahan bit (BER) dapat dihitung dengan

membagi jumlah bit yang salah (noe) dengan jumlah bit yang dibangkitkan (nod)

seperti berikut:

>> ber = noe/nod

ber =

0.2000

3.5 Prinsip Kerja Sistem

Prinsip kerja dari sistem yang disimulasikan adalah sebagai berikut :

1. Transmitter membangkitkan data bilangan acak yang terdistribui Uniform.

2. Transmitter selanjutnya mengkonversikan data yang dibangkitkan dari bentuk

serial ke paralel.

3. Transmitter kemudian melakukan proses modulasi QPSK dengan konstelasi IQ.

4. Proses spreading 2D selanjutnya dilakukan terhadap domain waktu dan domain

frekuensi.

5. Transmitter kemudian melakukan proses transformasi x-titik melalui IFFT yang

menghasilkan simbol OFCDM.

6. Transmitter selanjutnya juga melakukan penyisipan guard interval secara

periodik pada setiap simbol OFCDM.

7. Kemudian pada kanal transmisi, dilakukan penambahan gangguan, yaitu berupa

variabel atenuasi dari AWGN dan variabel fading dari Fading Rayleigh. Untuk

menganalisis kinerja C/I terhadap BER pada sistem OFCDM, pada kanal juga

(57)

8. Selanjutnya pada receiver dilakukan proses pengeluaran guard interval dengan

mencuplik x-baris waktu terakhir pada setiap matrik sinyal domain waktu sesuai

panjang FFT.

9. Receiver kemudian melakukan proses FFT.

10. Despreading 2D kemudian dilakukan untuk mendapatkan kembali simbol data

dari hasil proses spreading yang dilakukan pada transmitter.

11. Receiver selanjutnya melakukan proses demodulasi dengan pendeteksian

magnitudo dari simbol-simbol OFCDM.

12. Receiver akhirnya mengkonversikan data yang diterima dari bentuk paralel ke

serial untuk mendapatkan data asli yang dikirimkan oleh transmitter.

Agar lebih jelas, algoritma simulasi dalam bentuk flowchart dapat dilihat di

(58)

BAB IV

SIMULASI DAN ANALISIS KINERJA OFCDM PADA SISTEM

KOMUNIKASI WIRELESS

4.1 Umum

Pada Bab 4 ini akan ditampilkan hasil simulasi OFCDM dan analisa kinerja

sistem (BER) yang dipengaruhi oleh AWGN, Fading Rayleigh, ukuran Variable

Spreading Factor (VSF), jumlah carrier, bit rate, dan C/I.

Adapun parameter-parameter masukan yang digunakan pada simulasi

[image:58.595.155.485.419.658.2]

ditunjukkan pada Tabel 4.1[4].

Tabel 4.1 Parameter Simulasi

Jumlah kanal paralel 128

Ukuran FFT/IFFT 128

Jumlah carrier 128

Jumlah simbol OFCDM untuk satu loop 6

Level modulasi: QPSK 2

Symbol rate 250000 bps

Bit rate per carrier 500000 bps

Ukuran guard interval 32

Ukuran spreading factor (SF) 8

Besar Eb/N0 10 s/d 50 dB

4.2 Kinerja OFCDM Pada Kanal Yang Dipengaruhi AWGN

Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja sistem OFCDM pada

(59)

unjuk kerja sistem OFCDM dengan teknologi OFDM dan BER teori OFDM. Tabel

4.2 menunjukkan hasil simulasi kinerja OFCDM pada kanal yang dipengaruhi

AWGN.

Tabel 4.2 Kinerja OFCDM Pada Kanal AWGN

Eb/N0 BER

10 dB 0,2496690538

20 dB 0,2495507812

30 dB 0,2494368490

40 dB 0,2494118924

50 dB 0,2494322917

Tabel 4.3 menunjukkan hasil simulasi kinerja OFDM pada kanal yang dipengaruhi

[image:59.595.251.387.417.515.2]

AWGN.

Tabel 4.3 Kinerja OFDM Pada Kanal AWGN

Eb/N0 BER

10 dB 0,2509765625

20 dB 0,2501041667

30 dB 0,2499110234

40 dB 0,2496435547

50 dB 0,2496223958

Tabel 4.4 menunjukkan hasil perhitungan BER OFDM secara teori terhadap kanal

AWGN.

Tabel 4.4 BER Teori OFDM Pada Kanal AWGN

Eb/N0 BER

10 dB 0,0000038721

20 dB 0,0000000001

30 dB 0,0000000000

40 dB 0,0000000000

(60)

Pada sistem OFCDM, perbandingan Eb/N0 terhadap BER dapat dilihat pada

saat Eb/N0 10 dB didapat nilai BER sebesar 0,2496690538 dan pada saat Eb/N0 50 dB

didapat nilai BER sebesar 0,2494322917. Dan pada sistem OFDM, nilai BER untuk

Eb/N0 10 dB adalah 0,2509765625 dan nilai BER untuk Eb/N0 50 dB adalah

0,2496223958. Sedangkan BER teori OFDM pada saat Eb/N0 10 dB dan 50 dB

adalah 0,0000038721 dan 0,0000000000. Dari Tabel 4.2, Tabel 4.3 dan Tabel 4.4,

[image:60.595.143.499.335.598.2]

maka didapat grafik perbandingan antara Eb/N0 dan BER yang ditunjukkan pada

Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan BER Terhadap Eb/N0 Pada Kanal AWGN

Dari Gambar 4.1 diperlihatkan bahwa besarnya BER terhadap Eb/N0 relatif

stabil. Hal ini mengindikasikan kinerja sistem yang baik. Dari Gambar 4.1 juga dapat

ditarik kesimpulan bahwa sistem OFCDM lebih handal daripada sistem OFDM

(61)

BER OFCDM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan sistem OFDM. Walaupun

sistem OFCDM memiliki konsep spreading 2D, namun kualitas kinerja sistemnya

dapat menyamai sistem OFDM.

4.3 Kinerja OFCDM Pada Kanal Yang Dipengaruhi Fading Rayleigh

Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja sistem OFCDM pada

kanal yang dipengaruhi Fading Rayleigh. Pada simulasi ini juga dilakukan

perbandingan unjuk kerja sistem OFCDM dengan teknologi OFDM dan BER teori

OFDM. Tabel 4.5 menunjukkan hasil simulasi kinerja OFCDM pada kanal yang

dipengaruhi Fading Rayleigh.

Tabel 4.5 Kinerja OFCDM Pada Kanal Fading Rayleigh

Eb/N0 BER

10 dB 0,27004

20 dB 0,26894

30 dB 0,26708

40 dB 0,26537

50 dB 0,26391

Tabel 4.6 menunjukkan hasil simulasi kinerja OFDM pada kanal yang dipengaruhi

Fading Rayleigh.

Tabel 4.6 Kinerja OFDM Pada Kanal Fading Rayleigh

Eb/N0 BER

10 dB 0,28958

20 dB 0,27898

30 dB 0,27183

40 dB 0,26632

50 dB 0,26339

Tabel 4.7 menunjukkan hasil perhitungan BER OFDM secara teori terhadap kanal

(62)
[image:62.595.250.390.142.238.2]

Tabel 4.7 BER Teori OFDM Pada Kanal Fading Rayleigh

Eb/N0 BER

10 dB 0,02327

20 dB 0,01205

30 dB 0,00813

40 dB 0,00614

50 dB 0,00493

Pada sistem OFCDM, perbandingan Eb/N0 terhadap BER dapat dilihat pada

saat Eb/N0 10 dB didapat nilai BER sebesar 0,27004 dan pada saat Eb/N0 50 dB

didapat nilai BER sebesar 0,26391. Dan pada sistem OFDM, nilai BER untuk Eb/N0

10 dB adalah 0,28958 dan nilai BER untuk Eb/N0 50 dB adalah 0,26339. Sedangkan

BER teori OFDM pada saat Eb/N0 10 dB dan 50 dB adalah 0,02327 dan 0,00493.

Dari Tabel 4.5, Tabel 4.6 dan Tabel 4.7, maka didapat grafik perbandingan antara

Eb/N0 dan BER yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan BER Terhadap Eb/N0 Pada Kanal

[image:62.595.148.491.450.707.2]
(63)

Dari Gambar 4.2 diperlihatkan bahwa besarnya Eb/N0 berbanding terbalik

dengan Bit Error Rate (BER) yang dihasilkan. Semakin besar Eb/N0 yang diberikan

maka semakin kecil nilai BER yang dihasilkan. BER yang semakin kecil

menunjukan kinerja yang semakin baik. Nilai BER sistem OFCDM yang lebih kecil

jika dibandingkan dengan sistem OFDM menunjukkan kehandalan sistem OFCDM

yang lebih baik dalam menghadapi gangguan Fading Rayleigh.

4.4 Pengaruh Ukuran Variable Spreading Factor (VSF) Terhadap Kinerja

OFCDM

Simulasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran VSF yang

digunakan terhadap kinerja OFCDM. Adapun ukuran spre

Gambar

Gambar 2.9 Diagram Receiver OFCDM
Gambar 2.10 Diagram Blok Modulator QPSK
Tabel 2.1 Keluaran Modulator QPSK
Gambar 2.12 Diagram Blok Demodulator QPSK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang di lakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan

Yohannes Yahya

[r]

Ayahku, dia tidak bisa bekerja lagi, sebuah penyakit yang aneh menyerangnya, oleh karena itu, akulah yang harus bekerja sekarang, dan penyakit ayahku itu sangat aneh

ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan satu tahun 2010.. sampai dengan triwulan empat tahun

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat

PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH NASIONAL

Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ekstrakbungacengkeh (Zyzygium aromatica) dan ekstrak daun mint (Mentha piperita