• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek ekstrak kayu manis (cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain sprague dawley yang diinduksi aloksan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek ekstrak kayu manis (cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain sprague dawley yang diinduksi aloksan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomun cassia)

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH, BERAT

BADAN, BERAT ORGAN PANKREAS, GINJAL DAN

JANTUNG TIKUS DIABETES MELLITUS strain

Sprague dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Norma Maulidatul Fitria

NIM: 1111103000095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, laporan penelitian ini tidak akan pernah terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjuddin, SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku pembimbing 1 yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian hingga penyusunan laporan penelitian ini serta memberikan ketenangan selama proses penelitian.

4. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktu di sela kesibukan beliau hanya untuk memberikan pengarahan kepada penulis dalam penelitian hingga penyusunan laporan penelitian ini.

(6)

6. Ibu Suryani, Ibu Ayi, Ibu Lilis, Pak Haris dan laboran-laboran lain yang telah membantu penulis dalam proses penelitian.

7. Kedua orang tua, Drs. H.M. Nurul Erfan dan Hj. Maslakah yang selalu mencurahkan seluruh kasih sayang, pengorbanan, dukungan, semangat dan doa-doa yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang luar biasa hingga penulis tetap bertahan dalam kemandirian hidup di rantauan.

8. Adik-adik tercinta, Muhammad Jamaluddin dan Muhammad Fadlan atas segala bentuk semangat dan dukungan serta doa yang telah diberikan. 9. Rifki Dzaki Fanani, S.M atas dukungan, semangat dan doa yang

dipanjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

10.Teman-teman satu kelompok penelitian, Elza Amelia Firdaus, Hermansyah, Anisatul Muqorrobin, Laras Respati Ardanareswari dan Candra Achmad Hanif Rosyidi atas kerjasama, dukungan dan semangat selama proses penelitian. Semoga kerjasama kita dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

11.Andhiny Rezkia Enhas dan Kiki Rosmayanti atas kebersamaan dan dukungan belajar selama ini.

12.Faizatul Islamiyah, Dina Adlina Amu dan Ani Kurniawati atas kebersamaan dan bantuan penyelesaian laporan penelitian ini terutama sudah sudi mengajarkan tentang SPSS.

13.Teman-teman PSPD 2011 atas kebersamaan selama menempuh studi pre klinik. Semoga kebersamaan kita tetap berlanjut sampai tua.

14.Teman-teman CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 atas kebersamaan selama ini senantiasa mendukung setiap langkah. Semoga kekeluargaan kita tak lekang oleh waktu dan pengabdian kita nanti senantiasa mendapat rahmat dan ridha dari Allah SWT.

15.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Terima kasih telah membantu proses penyelesaian laporan penelitian ini

(7)

Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkan laporan ini sebagai amal jariyah kelak di Akhirat. Amin

Ciputat, 12 September 2014

(8)

ABSTRAK

Norma Maulidatul Fitria. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak

Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat

Badan, Berat Organ Pankreas, Ginjal dan Jantung Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada organ. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari pada tikus strain Sprague dawley yang diinduksi aloksan. Sebanyak 45 tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yakni kelompok N (normal), DM (Diabetes mellitus) dan D + CC (DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia. Setelah 14 hari pemberian terapi, glukosa darah dan berat badan dievaluasi dan dilakukan proses terminasi untuk pengambilan organ. Hasil penelitian ini adalah 12,25% menurunkan kadar glukosa darah pada kelompok terapi (p<0,05), 11,1% meningkatkan berat badan pada kelompok terapi namun tidak signifikan secara statistik (p>0,05) serta signifikan menurunkan berat organ pankreas, ginjal dan jantung pada kelompok terapi (p<0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300 mg/kgbb dapat menurunkan kadar glukosa darah dan berat organ serta menaikkan berat badan tikus.

Kata kunci : Diabetes mellitus, Cinnamomum cassia, glukosa darah, berat badan, berat pankreas, berat ginjal, berat jantung

ABSTRACT

Norma Maulidatul Fitria. Medical Education Study Program. Effect of Cinnamomum cassia Extract on Blood Glucose, Body Weight, Weight of weight, weight of pancreas, kidney and heart with a dose 300 mg/kg body weight within 14 days in Sprague dawley rat strain Alloxan-Induced. Forty-five rats were divided into 3 groups, N group (normal), DM group (Diabetes mellitus) and D + CC group (DM with Cinnamomum cassia therapy). After 14 days of therapy, blood glucose and body weight were evaluated and then rats was sacrificed to take organs. Results: 12.25% decrease in blood glucose in therapy group (p <0.05), 11.1% increase body weight in therapy group but was not significant (p> 0.05) and organ weight of the pancreas, kidney and heart was significant in therapy group (p <0.05). Conclusion: the extract of Cinnamomum cassia with a dose of 300 mg/kg body weight can decrease blood glucose levels, weight of organs and weight gain but not significant.

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

2.3 DEFINISI OPERASIONAL ... 21

BAB III ... 22

METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Disain Penelitian ... 22

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3.4 Kriteria Inklusi ... 23

3.5 Kriteria Eksklusi……….. ... 23

3.6 Cara Kerja Penelitian ... 23

3.7 Alur Penelitian ... 27

(10)

BAB IV ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Glukosa Darah ... 29

4.2 Berat Badan ... 31

4.3 Berat Organ ... 33

4.4 Hambatan Penelitian ... 38

BAB V ... 39

SIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

BAB VI ... 40

KERJASAMA RISET ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rerata glukosa darah pada hari ke-1, ke-7 hingga ke-14 pada semua kelompok penelitian... 30 Grafik 4.2 Rerata Berat Badan Hari ke-1, Ke-7 sampai hari ke-14 pada semua kelompok penelitian... 32 Grafik 4.3 Rerata rasio berat organ pankreas hari ke-14 semua kelompok

penelitian……….

Grafik 4.4 Rerata rasio berat organ ginjal hari ke-14 semua kelompok

penelitian……….

33

35 Grafik 4.5 Rerata rasio berat organ jantung hari ke-14 semua kelompok

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pulau Langerhans... 8

Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Sel dan Glukosa Darah... 9

Gambar 2.3 Alur Diagnosis DM... 14

Gambar 2.4 Struktur Kimia Aloksan... 16

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji... 43

Lampiran 2 Surat Keterangan Sehat Tikus... 44

Lampiran 3 Dokumentasi Proses Penelitian... 45

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah sebuah gangguan metabolik dari berbagai macam etiologi yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. (WHO: 1999).1 DM dapat menyebabkan kerusakan jangka lama, disfungsi dan kerusakan pada berbagai macam organ.1 Terdapat 171 juta penduduk di dunia yang menderita DM pada tahun 2000 dan saat ini diperkirakan akan meningkat hingga 366 juta pada tahun 2030.2

Indonesia merupakan negara ke empat terluas dengan populasi sekitar 200 juta setelah Cina, India dan Uni Soviet. Banyaknya populasi tersebut berhubungan dengan kenaikan secara cepat angka kejadian DM di Indonesia.3 Perubahan pola penyakit DM berkaitan erat dengan gaya hidup yang berubah yaitu perubahan pola makan dan kurangnya aktifitas fisik. 5

(16)

DM masih merupakan masalah kesehatan yang global, mengingat DM tersebar luas pada laki-laki dan perempuan pada semua usia. Sehingga pemerintah harus memperhatikan penatalaksanaan DM. Gejala akut DM disebabkan oleh kurang adekuatnya kerja insulin. Karena insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah, maka salah satu gejala akut dari DM adalah peningkatan kadar glukosa darah atau biasa disebut dengan istilah hiperglikemia.5,6 Pada kondisi hiperglikemia dapat terjadi penurunan berat badan dengan nafsu makan yang normal atau meningkat.7

Jika DM tidak dikelola dengan baik, maka DM dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.5 Jaringan yang rentan terhadap komplikasi kronik DM adalah pembuluh darah, ginjal, mata, dan saraf yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.15 DM juga dapat mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskuler tanpa adanya perubahan tekanan darah dan penyakit jantung koroner, kondisi tersebut disebut dengan kardiomiopati.27

(17)

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui efek ekstrak kayu manis terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, jantung dan ginjal pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgbb.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

2.1 Apakah pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia) dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari dapat mempengaruhi kadar glukosa darah tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang diinduksi aloksan? berat organ pankreas, jantung dan ginjal tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang diinduksi aloksan?

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang diinduksi aloksan.

3.2 Tujuan Khusus

(18)

3.2.2 Menentukan perbedaan berat badan tikus antara kelompok normal, DM dan kelompok terapi dengan ekstrak Cinnamomun cassia selama 14 hari

3.2.3 Mengetahui rasio berat organ pancreas, ginjal dan jantung tikus antara kelompok normal, DM dan kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomun cassia selama 14 hari.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi peneliti mengenai metode penelitian eksperimental dan menegetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang diinduksi aloksan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.2 Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

4.3 Bagi Masyarakat

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1. 1 Diabetes Melitus

2.1. 1.1 Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelalaian sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.9

(20)

Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi absolut

 Autoimun

 Idiopatik

Tipe 2  Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain  Defek genetik fungsi sel beta

 Defek genetik kerja insulin

 Penyakit eksokrin pankreas

 Endokrinopati

 Karena obat atau zat kimia

 Infeksi

 Sebab imunologi yang jarang

 Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM Diabetes melitus gestasional

Sumber : PERKENI, 2011

DM tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin, namun kedua tipe ini dapat muncul di berbagai usia. Insidensi DM tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi menjadi dua subtipe: (a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta, dan (b) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.10

DM tipe 2 dahulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Insidensi DM tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.10

(21)

keluarga dan riwayat DM gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenik. Kebanyakan perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk DM selama usia kehamilan 24 hingga 28 minggu.10

DM tipe khusus lain adalah kelainan genetik dalam sel beta pankreas seperti yang dikenali pada MODY (MODY 1, MODY 2, MODY 3 dan MODY 4), kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindroma resistensi insulin berat dan akantosis negrikans, penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik, penyakit endokrin seperti sindroma chusing dan akromegali, obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta dan infeksi.10

2.1. 2.1 Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah suatu kelenjar retroperitoneal yang terdiri dari kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu caput (kepala), corpus (badan) dan caudal (ekor). Sebagian besar bagian kelenjar pankreas terdiri dari sel-sel yang menghasilkan kelenjar eksokrin yang berkumpul dalam lobulus-lobulus (acini). Produk dari sel-sel eksokrin pankreas adalah cairan alkalin yang kaya akan enzim pencernaan untuk proses pencernaan.13 Di dalam sel-sel eksokrin di seluruh pankreas tersebar pulau-pulau sel endokrin yang disebut dengan pulau (islet) Langerhans. Sel endokrin pankreas

terbanyak adalah sel (beta), yaitu sel tempat sintesis dan sekresi

insulin, dan sel α (alfa) yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta), yang lebih jarang, adalah tempat sintesis somatostatin. Sel pulau langerhans yang paling jarang adalah sel PP (polipeptida pankreas) yang berperan dalam mengurangi nafsu makan.6

(22)

bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Insulin bekerja pada perpindahan glukosa pada sirkulasi darah ke dalam sel target terutama sel-sel jaringan otot dan adiposa melalui membran sel. Fungsi lain insulin adalah merangsang sel-sel otot dan hepatosit untuk mengubah glukosa menjadi glikogen, membantu asam amino untuk masuk ke dalam sel dan membantu sintesis protein dan lemak.14

Gambar 2.1 Pulau Langerhans

Sumber : Tortora, 2009

Pengangkutan glukosa antara darah dan sel dilaksanakan oleh suatu pembawa/pengangkut membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter (GLUT). Terdapat enam bentuk pengangkut glukosa yang telah diketahui dan dinamai sesuai urutan penemuannya yakni GLUT-1, GLUT-2, dan seterusnya. Pengangkutan glukosa yang bertanggungjawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel adalah GLUT-4 yang merupakan satu-satunya jenis pengangkut glukosa yang berespon terhadap insulin. 6

Pembuluh darah kapiler

Asinus eksokrin

Sel alfa (sekresi glukagon)

Sel beta (sekresi insulin)

Sel delta (sekresi somatostatin)

(23)

Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Sel dan Glukosa Darah

Sumber : Gardner, 2007

2.1. 3.1 Patofisiologi dan Komplikasi DM

(24)

Pada defisiensi insulin, penyerapan glukosa ke dalam sel otot dan sel adiposit sangat berkurang atau bahkan tidak terjadi sehingga tidak terjadi penyimpanan glikogen di dalam hati dan otot sehingga memicu adanya glikogenolisis yang menyebabkan peningkatan glukosa darah puasa dan glikosuria yang parah. Glikosuria menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi gejala poliuria. Pengeluaran air melalui urin disertai hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas sehingga cenderung mengurangi kadar air intrasel dan merangsang osmoreseptor di pusat haus (polidipsia). Pada defisiensi insulin juga menyebabkan keseimbangan bergeser dari anabolisme menjadi katabolisme protein dan lemak yang cenderung menyebabkan penurunan berat badan dan menimbulkan peningkatan nafsu makan (polifagia).15

Jika DM tidak dikelola dengan baik, maka DM dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronik baik komplikasi mikroangiopati maupun makroangiopati. Adanya pertumbuhan sel dan kematian sel yang abnormal merupakan dasar terjadinya komplikasi DM.5 Jaringan yang rentan terhadap komplikasi jangka panjang DM adalah pembuluh darah, ginjal, mata, dan saraf yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.15 Disfungsi utama terjadi pada sel endotel dan otot polos pembuluh darah dan sel mesengial ginjal, semuanya dapat menyebabkan perubahan pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup sebuah sel, yang kemudian dapat menyebabkan komplikasi vaaskuler diabetes.5

(25)

pertumbuhan endotel vaskular yang memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah baru pada retina.5

Pada nefropati diabetik, terjadi peningkatan tekanan glomerular disertai meningkatnya matriks ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya ekspansi mesangial dan hipertrofi glomerular.5

Sedangkan pada kardiomiopati diabetik, terjadi disfungsi ventrikular dan disfungsi diastolik akibat adanya hipertensi dan infark miokardium. Carugo et al melaporkan bahwa pada kardiomiopati diabetik terjadi penebalan dinding dan index massa ventrikel kiri.27

2.1. 4.1 Diagnosis DM

Diagnosis DM dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan glukosa darah. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.9

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM , yaitu:9

- Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. - Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata

kabur dan disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita

(26)

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥β00 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir

Atau

2. Gejala klasik DM +

Kadar glukosa plasma puasa ≥1β6 mg/dL (7,0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam

Atau

3. Kadar gula plasma β jam pada TTGO ≥β00 mg/dL (11,1 mmol/L)

TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan

ke dalam air.

*Pemeriksaan HbA1c (≥6,5%) oleh American Diabetes Association (ADA) 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terhidrasi dengan baik

Sumber: PERKENI, 2011

(27)

Tabel 2.3 Patokan penyaring kadar glukosa darah sewaktu dan darah berusia >45 tahun tanpa faktor resiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.

Sumber : PERKENI, 2011

(28)

Gambar 2.3 Alur diagnosis DM

Sumber: PERKENI; 2011

2.1. 5.1 Pengelolaan DM

Pengelolaan DM didasarkan pada rencana diet, latihan fisik dan pengaturan aktifitas fisik, agen-agen hipoglikemik oral, terapi insulin, pengawasan glukosa di rumah dan pengetahun tentang DM serta perawatan diri.10

(29)

pengelolaan DM tipe 1 meliputi pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga dan edukasi yang didukung oleh pemantauan diri (home monitoring). Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup penderita DM tipe 1.15

DM tipe 2, pengelolaan bertujuan untuk menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Beberapa tujuan tersebut merupakan tujuan jangka pendek. Sedangkan tujuan jangka panjang pengelolaan DM adalah mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Serta tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbidotas dan mortalitas DM. Pasien dengan gejala DM tipe 2 dini dapat mempertahankan glukosa darah normal dengan menjalankan rencana diet dan latihan fisik saja. Tetapi, sebagai penyakit progresif, obat-obat oral yang mempunyai efek hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah pensensitif insulin dan sulfonilurea. Dua tipe pensensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion. Bila kadar glukosa tidak dapat dikontrol secara optimal dengan pemberian obat-obat pensensitif maka digunakan sulfonilurea untuk merangsang fungsi sel beta dan meningkatkan sekresi insulin.9

2.1. 2 Aloksan

(30)

yang digunakan biasanya 65 mg/kgbb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2 – 3 kalinya.16

Gambar 2.4 Struktur Kimia Aloksan Sumber : Nugroho, 2008

Aloksan digunakan untuk menginduksi percobaan diabetes

dengan merusak secara selektif pulau sel pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Pembentukan oksigen reaktif merupakan faktor utama pada kerusakan sel tersebut. Pembentukan oksigen reaktif diawali

dengan proses reduksi aloksan dalam sel pankreas. Aloksan

mempunyai aktifitas yang tinggi terhadap senyawa seluler yang mengandung gugus Sh, glutation tereduksi (GSH), sistein dan senyawa sulfhidril terikat protein (misalnya SH-containing enzyme). Hasil dari proses reduksi aloksan adalah asam dialurat, yang kemudian mengalami reoksidasi mengalami reoksidasi menjadi aloksan, menentukan siklus redoks untuk membangkitkan radikal superoksida. Salah satu dari target dari oksigen reaktif adalah DNA pulau Langehans pankreas. Kerusakan DNA tersebut menstimulasi poly ADP-ribosylation, proses yang terlibat pada perbaikan DNA.16,17

Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan

konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel pankreas. Efek

(31)

ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya secara berlebihan dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium akibat

aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel pankreas, lebih lanjut

membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah masuknya ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat cepat dan secara signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut diatas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses metabolisme energi.16

2.1. 3 Kayu Manis (Cinnamomum cassia)

(32)

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum cassia

Gambar 2.5 Kulit Kayu Manis Cinnamomum Cassia

Sumber: EOL Interns LifeDesk http://www.eol.org

Berdasarkan analisa gas kromatografi, didapatkan total 72 kandungan dalam minyak daun, kulit dan kulit akar kayu manis. Cinnamomum cassia mengandung minyak volatile (1%-4%) seperti cinnamaldehyde (60%-80%), eugenol (mencapai 10%) dan asam trans-cinnamic (5%-10%). Selain itu, Cinnamomum cassia juga mengandung Fenol (4%-10%) seperti tannin yang padat, cathecin dan proanthocyanidin.19

(33)

(MHCP) yang merupakan insulin mimetik yang efektif.19 Selain MHCP, terdapat juga zat aktif Cinnamaldehyde yang menghambat kerja enzim Aldose reductase, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi DM.22

(34)
(35)

2.3 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi

Operasional

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Disain yang digunakan pada penelitian ini adalah disain eksperimental.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Maret 2014 dan penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, laboratorium Biologi, laboratorium Farmakologi, laboratorium Histologi dan laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan strain Sprague dawley berumur 2 – 3 bulan, dengan berat badan rata-rata 200 – 240 gram dan telah dinyatakan sehat (lampiran 2). Hewan percobaan diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada penelitian ini, hewan percobaan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok N adalah kelompok kontrol negatif atau kelompok tanpa perlakuan Kelompok DM adalah kelompok kontrol positif atau kelompok tikus DM setelah diinduksi aloksan 150 mg/kgbb. Kelompok D + CC adalah kelompok DM yang diberikan terapi ekstrak Cinnamomun cassia dengan dosis 300 mg/kgbb.

(37)

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Federer, maka jumlah hewan percobaan minimal yang digunakan setiap kelompok percobaaan adalah sebanyak 9 tikus. Tetapi pada penelitian digunakan 15 tikus pada setiap kelompok percobaan untuk menghindari kejadian tak terduga. Jadi jumlah tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 45 tikus jantan strain Sprague dawley.

3.4 Kriteria Inklusi

- Kelompok N : Tikus jantan strain Sprague dawley dengan kadar glukosa darah sewaktu <200 mg/dL.

- Kelompok D dan D + CC : Tikus jantan strain Sprague dawley dengan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL.

3.5 Kriteria Eksklusi

- Tikus yang mati dalam proses penelitian.

- Tikus yang resisten terhadap pemberian aloksan.

3.6 Cara Kerja Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah glukometer, strip glukosa, silet, vortex, kulkas (-80°C), timbangan, (n - 1) (t - 1)  15, dengan t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel

(n – 1) (3 – 1)  15

(n – 1) (2)  15

n – 1  15/2

n  15/2 + 2/2

(38)

minor set, dan efendorf, sonde, kandang tikus, botol minum, tempat makan tikus dan neraca analitik.

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah kulit kayu manis (Cinnamomun cassia) yang didapatkan dari pusat konservasi Kebun Raya Bogor sebanyak 2 kg. Kulit kayu manis yang didapat diekstraksi di Institut Pertanian Bogor dan didapatkan hasil 1.100 gr ekstrak kayu manis.

Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk proses induksi adalah alloxan monohydrate 5%, ethanol 70%, dextrose 40%, dan destilation water. Untuk terminasi adalah natrium hidroklorida 0,9% dan ether.

3.6.3 Adaptasi Hewan Percobaan

Hewan percobaan dalam penelitian ini diadaptasikan di laboratorium Animal House Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari ke 0 sampai hari ke 21. Hewan percobaan diadaptasikan terhadap lingkungan yang baru baik tempat tinggal, maupun makanan dan minuman (ad libitum). Tujuan proses ini untuk mengkondisikan seluruh hewan percobaan dalam kondisi yang sama sebelum diberikan perlakuan.

3.6.4 Induksi Tikus dengan Aloksan

(39)

3.6.5 Pemberian Ekstrak Kayu Manis Terhadap Tikus

Tikus yang dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak kayu manis selama 14 hari (mulai hari ke 28 sampai hari ke-42) dengan dosis 300 mg/kgbb/hari, pemberian secara oral dengan menggunakan alat sonde, satu kali dalam sehari.

3.6.6 Pengukuran Sampel

3.6.6.1 Glukosa Darah

Pengambilan glukosa darah dilakukan tiga kali, yaitu pertama saat sebelum pemberian ekstrak, tujuh hari setelah pemberian ekstrak dan terakhir saat pemberian ekstrak selesai (setelah 14 hari). Pengambilan darah dilakukan dengan memotong sedikit ujung ekor tikus. Sebelum dipotong ekornya, tikus dibius sampai tidak sadarkan diri menggunakan larutan ether secara inhalasi yang memiliki efek anastesi, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit saat dipotong ujung ekornya. Setelah darah keluar teteskan pada strip glukosa darah dan diukur dengan glukometer. Pengukuran yang dilakukan adalah untuk mengukur kadar glukosa darah tikus.

3.6.6.2 Berat Badan

Untuk mendapatkan hasil perbandingan berat badan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak, maka setelah tikus dinyatakan DM, berat badan awal diukur. Selanjutnya pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap hari selama 14 hari sejak diberikan ekstrak kayu manis.

3.6.6.3 Berat Organ Pankreas, Ginjal dan Jantung

(40)
(41)

3.7 Alur Penelitian

Masa Adaptasi Hewan Percobaan

0 21

Pemberian makan dan minum sesuai kebutuham (ad libitum)

Masa Perlakuan Hewan Percobaan

Hari ke- 21

Pemberian ekstrak Cinnamomum cassia 300 mg/kgbb pada kelompok D + CC dan pengukuran berat badan 1 kali sehari

Pemeriksaan glukosa darah , berat badan dan proses sacrifice

untuk pengambilan organ pankreas, ginjal dan jantung

Penimbangan berat organ pankreas, ginjal dan jantung Hewan percobaan (45 ekor) tiba

(42)

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Glukosa Darah

Data glukosa darah yang diambil dari rerata pengukuran glukosa darah menggunakan glukometer pada hari ke-14 setelah pemberian ekstrak pada masing-masing kelompok. Adapun kelompok N adalah kelompok hewan percobaan tanpa perlakuan, kelompok D adalah kelompok hewan percobaan yang DM tanpa diberikan terapi dan kelompok D + CC adalah kelompok hewan percobaan yang DM dengan diberikan terapi Cinnamomun cassia dengan dosis 300 mg/kg berat badan selama 14 hari. Data glukosa darah yang didapatkan saat penelitian seperti yang tercantum dalam tabel :

Tabel 4.1 Rerata glukosa darah hari ke-1, ke-7 dan ke-14 pada semua

Keterangan: N: Kelompok normal (n= 4); D: Kelompok DM tanpa terapi (n= 4); D + CC: Kelompok DM dengan diberikan terapi ekstrak Cinnamomun cassia (n= 4).

*p< 0,05

Untuk melihat analisa statistik data, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji One-Way Annova dengan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan analisa stastistik menggunakan uji One-Way Annova pada tabel 4.2 diperoleh

p-value 0,001 sehingga menunjukkan arti pada α 5%

(44)

Grafik 4.1 Rerata glukosa darah pada hari ke-1, ke-7 hingga ke-14 pada semua kelompok penelitian

Pada grafik 4.1 menggambarkan pada hari ke-14 kadar glukosa darah kelompok DM dengan terapi Cinnamomun cassia lebih rendah dibandingkan dengan kelompok DM tanpa terapi.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saima et al (2011) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 200 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb selama 6 minggu. Dengan menggunakan dosis 200 mg/kgbb dapat menurunkan kadar glukosa darah namun dengan dosis tersebut terjadi penurunan kadar glukosa secara signifikan baru terjadi pada minggu ke-4 (p<0,05) dan sangat signifikan pada minggu ke-6 (p<0,01). Begitu pula pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis 400 mg/kgbb, namun terjadi perbedaan signifikansi pada minggu ke-6 (p<0,05).23 Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari dapat menurunkan glukosa darah tikus secara signifikan.

(45)

yang mengandung flavonoid (antioksidan) atau methylhydroxychalcone polimer (MHCP), suatu insulin mimetik yang meningkatkan metabolisme glukosa dan merangsang sel supaya sensitif terhadap insulin.MHCP juga dapat mencegah terjadinya resitensi insulin akibat ekpresi berlebihan dari peroxisome proliferator-activated receptors γ dan α (PPAR /α), meningkatkan metabolisme glukosa dan penggunaan glukosa oleh water soluble polyphenol polymer dengan memperlambat pengosongan lambung sehingga menyebabkan penurunan kadar glukosa darah post prandial.12

4.2 Berat Badan

Data berat badan diambil dari rerata berat badan tikus hari ke-14 pada semua kelompok.

Tabel 4.2 Rerata Berat Badan Semua Kelompok Penelitian pada Hari ke-1, ke-7 sampai hari ke-14 CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia (n=4)

*p<0,05

(46)

Grafik 4.2 Rerata Berat Badan Hari ke-14 pada semua kelompok penelitian

Grafik 4.2 menggambarkan adanya kenaikan berat badan tikus pada kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia pada hari ke-14 dibandingkan dengan kelompok DM. Meskipun kenaikan berat badan tikus kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia belum mencapai kenaikan berat badan tikus kelompok normal. Sehingga dapat dilihat bahwa kelompok penelitian yang mengalami peningkatan berat badan paling besar adalah kelompok DM denga terapi ekstrak Cinnamomum cassia. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari dapat menaikkan berat badan tikus.

Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh El-Desoky et al yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Cinnamomum verum dengan dosis 200 mg/kgbb/hari pada tikus dapat terjadi kenaikan berat badan tikus secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan efek dari ekstrak Cinnamomum verum dalam merangsang produksi insulin dan meningkatkan ambilan glukosa oleh sel adiposit.24

(47)

4.3 Berat Organ

4.3. 1 Pankreas

Data rasio berat organ pankreas diambil setelah dilakukan terminasi yaitu pada hari ke-14 pemberian ekstrak Cinnamomum cassia.

Grafik 4.3 Rerata rasio berat organ pankreas pada hari ke-14 pada semua kelompok penelitian

Pada grafik 4.3 menunjukkan rasio berat organ pankreas pada kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia lebih kecil dibandingkan dengan kelompok DM.

Tabel 4.3 Hasil uji Kruskal Wallis Rasio Berat Organ Pankreas Semua Kelompok

(48)

mempunyai rerata rasio berat badan lebih besar yaitu 3,6575 gram dibandingkan dengan kelompok normal yaitu sebesar 1,9950 gram dan kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia sebesar 2,5050 gram. Berdasarkan uji analisis statistik menggunakan Kruskal Wallis diperoleh hasil p<0,05 yang menunjukkan perbedaan yang bermakna antara rasio berat organ pankreas terhadap berat badan antarkelompok penelitian. Dilakukan analisis statistik menggunakan Kruskal Wallis karena data tidak homogen baik sebelum atau sesudah data dilakukan transformasi. Pada penelitian ini, kelompok DM mempunyai rasio berat organ lebih besar dibandingkan dengan kelompok normal dan DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Priyanga et al (2012), menunjukkan pemberian ekstrak Cinnamomum zeylanicum dengan dosis 600 - 1200 mg/kgbb selama 1 bulan tidak menunjukkan adanya nekrosis, inflamasi sel pankreas dan hiperplasia dan/atau atrofi pulau Langerhans dengan studi histopatologi.29 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Zafar et al (2010) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang berarti antara berat pankreas pada tikus DM dan tikus non DM yang diinduksi dengan Streptozotocin (STZ).20

4.3. 2 Ginjal

(49)

Grafik 4.4 Rerata rasio berat ginjal hari ke-14 semua kelompok penelitian

Pada grafik 4.4 menunjukkkan kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia mempunyai rasio berat ginjal yang lebih kecil dibandingan dengan kelompok DM meskipun tidak mencapai kelompok normal

Tabel 4.4 Hasil uji One-Way Annova Rasio Berat Organ Ginjal Semua Kelompok

Kelompok Penelitian Mean ± St.Dev Rearata berat organ

ginjal N 2,8075 ± 0,25118*

DM 5,3000 ± 0,63650* D + CC 3,9050 ± 1,00696*

Keterangan: N: Kelompok normal (n=4); DM: Kelompok DM (n=4); D + CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia (n=4)

*p<0,05

Tabel 4.4 menunjukkan rerata rasio berat organ ginjal terhadap proporsi berat badan tikus. Kelompok DM mempunyai peningkatan rasio berat organ ginjal paling besar yaitu sebesar 5,3000 gram dibandingkan dengan dua kelompok penelitian yang lain yaitu

(50)

kelompok normal sebesar 2,8075 gram dan kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia yaitu sebesar 3,9050 gram. Dan berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji One-Way Annova karena data normal dan homogen didapatkan hasil p<0,05 yaitu sebesar p=0,002 yang menunjukkan arti terdapat perbedaan bermakna antarkelompok penelitian.

Pada tikus DM yang diberikan aloksan, pada pemeriksaan histopatologi memperlihatkan perubahan pada organ ginjalnya yaitu adanya perluasan glomerular, dilatasi tubulus dan nekrosis pada interstisial pada penelitian selama 14 hari. Manifestasi akut perubahan fungsi ginjal terjadi pada 4 hari setelah induksi aloksan dan nefropati diabetik dilaporkan terjadi 14 hari setalah induksi aloksan.26

Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu penelitian Zafar et al (2010) yang menunjukkan peningkatan rasio berat organ ginjal secara signifikan antara tikus DM dengan tikus non DM. Beberapa studi menjelaskan bahwa terjadinya hipertrofi ginjal akibat adanya produksi faktor pertumbuhan. Kejadian DM dependen insulin berkaitan erat dengan ekspresi berlebihan Transforming growth factor (TGF)- 1 pada ginjal terutama pada sel proximal convoluted tubules (PCT) dan sel mesengial glomerular sehingga terjadi hipertofi pada ginjal.20

4.3. 3 Jantung

(51)

Grafik 4.5 Rerata rasio berat ginjal hari ke-14 semua kelompok penelitian

Pada grafik 4.5 menunjukkan rasio berat organ jantung pada kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia lebih kecil dibandingkan dengan kelompok penelitian lain.

Tabel 4.5 Hasil Uji Kruskal Wallis Rerata Rasio Berat Organ Jantung pada Semua Kelompok

Keterangan: N: Kelompok normal (n=4); DM: Kelompok DM (n=4); D + CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia (n=4)

*p<0,05

Tabel 4.5 memperlihatkan rerata rasio berat jantung terhadap proporsi berat badan tikus. Pada kelompok normal terjadi peningkatan rasio berat organ jantung lebih besar yaitu sebesar 2,4175 gram, sedangkan kelompok DM sebesar 1,2150 gram dan kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia

(52)

mempunyai rasio berat jantung paling kecil yaitu 0,1650 gram. Namun, berdasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan uji Kruskal wallis didapatkan p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna rasio berat organ jantung antar kelompok penelitian.

Pada beberapa hewan percoobaan diabetes, terjadi perubahan pada fungsi dan struktur otot jantung.27 Menurut penelitian Vogel et al (1988), kelinci yang diinduksi aloksan mempunya rata-rata berat ventrikel kiri lebih besar dari pada kelinci yang normal.28

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pemberian ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari menurunkan secara bermakna peningkatan rasio berat pankreas, ginjal dan jantung tikus DM yang diinduksi aloksan.

4.4 Hambatan Penelitian

(53)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini didapatkan simpulan sebagai berikut:

5.1. 1 Ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300 mg/kgbb yang diberikan selama 14 hari memiliki efek terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan. Rerata penurunan glukosa darah pada tikus DM yang diberikan terapi ekstrak Cinnamomum cassia adalah 12,25%.

5.1. 2 Ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb yang diberikan selama 14 hari memiliki efek meningkatkan berat badan tikus DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia meskipun perbedaan antar semua kelompok penelitian tidak signifikan

5.1. 3 Ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb yang diberikan selama 14 hari memiliki efek menurunkan berat organ pankreas, ginjal dan jantung dibandingkan kelompok DM secara signifikan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini, maka pada penelitian selanjutnya disarankan sebagai berikut:

5.2. 1 Menggunakan beragam dosis untuk pemberian ekstrak Cinnamomum cassia dengan waktu penelitian yang lebih lama 5.2. 2 Melakukan pemeriksaan histopatologi untuk melihat kerusakan

mikroskopik pada organ

(54)

KERJASAMA RISET

(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and Its Complication. Geneva: Department of Noncommunicable Disease Surveillance. 1999

2. World Health Organization and International Diabetes Federation. Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediet Hyperglicemia. Geneva: WHO Press. 2006

3. Cockram, CS. The Epidemiology of Diabetes Mellitus in the Asia-Pasific Region. Hong Kong. Department of Medicine and Therapeutic, The Chinese University of Hong Kong. 2000

4. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kementerian Kesehatan RI. 2013 5. Sudoyo Aru W., Setiyohadi B., K Marcellus Simadibarata., Setiati S. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing. 2009 (1865-1899).

6. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi ke-6 Alih Bahasa oleh dr. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. 2012

7. Gardner, David G and Dolores Shoback. Langee Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology Eighth Edition. San Francisco: McGraw-Hill’s Medical. 2007

8. Malvi, Reetesh. Et al. A Review on Antidiabetic Medicinal Plants and Marketes Herbal Formulation. India: International Journal of Pharmaceutical & Biological Archive. 2011

9. Perkumpulan Endokrinologi Indoesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. 2011 (3-4)

(56)

11. Al-Jamal, Abdulrahim, Imad Naji Rasheed. Effects of Cinnamon (Cassia Zelynicum) on Diabetic Rats. Jordan: African Journal of Food Science. 2010

12. Kamble, Shobha and S. Rambhimaiah. Antidiabetic Activuty of aqueous Extract of Cinnamomum cassia in Alloxan-Induced Diabetic Rats. India: Biomedical and Pharmacology Journal. 2013

13. Molina, Patricia E. Lange Endocrine Physiology 2nd Edition. San Francisco: McGraw-Hill’s Medical. 2007

14. Graaff, Van De. Human Anatomy Sixth Edition. New York: McGraw-Hill Comp. 2001 (470)

15. UKK Endokrinologi Anak dan Remaja., Ikatan Dokter Indonesia., World Diabetes Foundation. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. Jakarta: IDAI. 2009 (8-9)

16. Nugroho, Agung Endro. Review Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi dan Mekanisme Aksi Diabetogenik. Yogyakarta: Biodiversitas. 2011

17. Rohilla Ankur., Ali Shahjad. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and Effects. India: International Jurnal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. 2012 (2229-3701)

18. Ravindran, P.N., Babu K. Nirmal., Shylaja M. Cinnamon and Cassia The Genus Cinnamomum. Washington, D.C: CRC Press LLC. 2004

19. Dugoua, Jean-Jacques., Seely D., Perri D., Cooley K., Forelli T., Mills E., et al. From Type 2 Diabetes to Antioxidant Activity: a Systematic Review of the Safety and Efficacy of Common and Cassia Cinnamon Bark. Canada: NRC Research Press. 2007. 85. 837-847

20. Zafar, Muhammad., Naqvi Syed Naeem-ul-Hasan. Effect of STZ-Induced Diabetes on The Relative Weight of Kidney, Liver and Pancreas in Albino Rats: A Comparative Study. Pakistan: Int. J. Morphol. 2010. 28(1), 135-142

(57)

22. Lee, Hoi-Seon. Inhibitory Activity of Cinnamomum cassia Bark-Derived Component against Rat Lens Aldose Reductase. South Korea: J Pharm Pharmaceut Sci. 2002

23. Mahmood, Saima., Talat Aisha., Karim Sabiha., Khurshid Rukhshan., dan Zia Azam. Effect of Cinnamon Extract on Blood Glucose Level and Lipid Profile in Alloxan Induced Diabetic Rats. Pakistan: Pak J Physiol. 2011. 7(1)

24. El-Desoky Gaber E., Aboul-Soud Mourad A. M., Al-Numair Khalid S. Antidiabetic and Hypolipidemic effect of Ceylon cinnamon (Cinnamomum verum) in Alloxan-diabetic. Saudi Arabia: Journal of Medicinal Plants Research. 2012. 6(9), 1685-1691

25. Kumar Viney., Citran Ramzi S., Robbins Stanley L. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2 Alih Bahasa oleh dr. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. 2007. 718-730

26. Bhatti Rajbir., Sharma S., Singh J., Ishar M. P. S. Effect of Aegle marmelos (L.) Correa on Alloxan Induced Early Stage Diabetic Nephropathy in Rats. India: Indian Journal of Experimental Biology. 2013. 51, 464-469

27. Boudina Sihem., Abel Dale. Diabetic Cardiomyopathy Revisited. Dallas: AHA, Inc. 2007. 115, 3213-3223

28. Vogel W. Mark., Apstein Carl S. Effect of Alloxan-Induced Diabetes on Ischemia-Reperfusion Injury in Rabbits Hearts. Dallas: AHA, Inc. 1998. 62, 975-982

(58)

LAMPIRAN

(59)

Lampiran 2

(60)

Lampiran 3

Dokumentasi Proses Penelitian

Tikus saat proses adaptasi

Alloxan monohydrate

(61)

(lanjutan)

Injeksi aloksan intraperitoneal

Pembuatan larutan dextrose 40%

(62)

(lanjutan)

Pemeriksaan glukosa darah

Pengukuran glukosa darah menggunakan

glukometer

(63)

(lanjutan)

Proses sacrificed

Pengambilan organ pankreas, ginjal dan jantung

(64)

Lampiran 5

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Norma Maulidatul Fitria

JenisKelamin : Perempuan

Tempat, TanggalLahir : Nganjuk, 28 Maret 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Sekaran Kelutan Ngronggot

Nganjuk Jawa Timur

e-Mail : normaerfany@gmail.com

RiwayatPendidikan

 1996-1999 : RA Masyariqul Anwar Kelutan

 1999-2005 : MI Masyariqul Anwar Kelutan

 2005-2008 : MTs Masyariqul Anwar Kelutan

 2008-2011 : MAN Tambakberas Jombang

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM .................................................................
Grafik 4.1 Rerata glukosa darah pada hari ke-1, ke-7 hingga ke-14 pada
Gambar 2.5 Kulit Kayu Manis Cinnamomum Cassia....................................
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan penyimakan penggunaan ragam kalimat berita, tanya, dan perintah pada judul cerita anak merupakan bahasa tulis sehingga teknik yang digunakan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh simpulan bahwa penelitian yang berjudul “Analisis Kesantunan Imperatif dalam Alquran Surat At Taubah”

[r]

Skripsi dengan judul “Tari Topeng Barong di Sanggar Seni Sekar Pandan Kompleks Keraton Kacirebonan Kota Cirebon”dilatarbelakangi bahwa dalam penyajiannya terdiri dari

Ketiga sektor ekonomi tersebut antara lain sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan

Hasil ini menunjukkan dari 15 siswa yang ada hanya terdapat 2 siswa (13,3%) yang mempunyai minat belajar tinggi. Rendahnya minat belajar siswa ini menjadi salah satu penyebab

During this visit to Mexico, President Yudhoycno and President Calderon held productive talks and affirmed their commitment to strengthen, expand and elevate

(A) Tidak ada warga Kampung Bambu yang mengalami tindakan kejahatan pada hari Minggu yang lalu.. (B) Tidak ada warga Kampung Bambu yang mengalami pencurian pada hari Minggu yang