• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik dan pengambilan keputusan wanita yang melakukan arbosi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik dan pengambilan keputusan wanita yang melakukan arbosi"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

NURALIA

1981914523

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Allah memberiku masalah untuk dipecahkan

Ketika kumohon pada Allah kesejahteraan,

Allah memberiku aka/ untuk berpikir

Ketika kumohon pada Allah keberanian,

Allah memberiku bahaya untuk kuatasi

Ketika kumohon pada Allah sebuah cinta,

Allah memberiku orang-orang bermasafah untuk kutolong

Ketika kumohon pada Allah bantuan,

Allah memberiku kesempatan

Aku tak pernah menerima apa yang kupinta

Tapi aku menerima segala yang kubutuhkan

(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat- Syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Oleh NURALI1\ 1981914523

Di bawah Bimbingan Pembimbing I

Ors. H. ChoL·:uddin. AS MA

NIP. 150 013 058

Fakultas Psikologi

l'en bi1nbing II

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(4)

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Februari 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Dekan I

Ketua Merangkap Anggota,

Dra. Hj. Netty Hartati, M. Si NIP. 150 215 938

Penguji I

Dra. Afioah Mas'ud, M. Pd NIP. 150 220 775

Pembimbing I

<:::L

.

---:)\ ----

:-=:>

Drs. Choliluddin. AS, MA NIP. 150 013 058

Sidang Skripsi

Jakarta, 11 Februa1 i 2004

Pembantu Dekan/

Sekretaris Merangkap Anggota,

/

Dra. H". Zahr t

h

a ah M. Si

Anggota:

N R. 150 38 773

Penguji II

Drs. C liluddin. AS MA NIP. 150 013 058

I

(5)

Puji Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk sesempurna manusia. Hanya dengan tanganNya manusia dapat berjalan di atas Jorong waktu yang penuh liku. Persembahan sholawat dan salam bagi insan mulia yang menjadi sahabat sejati bagi seluruh umatnya, Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah .... hanya kata itu yang dapat terucap dari bibir seorang hamba pengagumNya, karena hanya berkat curahan kasih sayangNya yang tak terhingga penulis dapat mengejar ketinggalan dan telatnya penulis menjadi wi,sudawan.

Teriring do'a untuk Ayahanda tercinta H. Husin Habib (aim) nun jauh di sana, walau penulis tumbuh dan melangkah tanpanya namun samudra cinta di hatinya yang tiada henti penulis nikmati menumbuhkan keberanian dan kekuatan bagi penulis untuk menjadikan hidup demikian berharga. God forgive him!!

Peluk kasih dan cinta selalu terkirim untuk lbunda tersayang

Rismiyati, ketabahanmu dalam menjalani hidup tanpanya menjadi spirit

tersendiri bagiku untuk terus memandang ke depan. Jangan bosan merindukan penulis yang sering berada jauh darimu. Semoga lulusnya penulis dapat mengurangi satu kekhawatiranmu tanpa menumbuhkan kecemasan yang lain, ! love you, Mom. God love her!!!

(6)

arahan, masukan berharga, terutama kesabaran selama membimbing penulis menyelesaikan skripsi.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati M. Psi, Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen

Pembimbing Akademik angkatan '98, semoga perhatian lbu terhadap kemajuan Psikologi UIN terus bertambah.

2. Seluruh Dasen UIN Jakarta, khususnya para Dosen Fakultas Psikologi yang telah rela membimbing mahasiswa membuka cakrawala dunia. 3. Para staf Bagian Akademik dan Tata Usaha UIN, terutama yang

bersemayam di Fakultas Psikologi, terima kasih telah bersedia dibikin repot oleh para mahasiswa.

4. My lovely family, my big brother and sister, kak Amid (semoga dapat lebih memahami keberadaanmu sebagai kakak tertua), kak lmuk (yang

semakin sibuk dengan dunianya sendiri), uni Ina (untuk kasih sayangnya yang selalu penulis rindukan), dan kak Ujang (jangan berhenti menjaga our mom), juga semua kakak iparku, mbak Nur, mbak Tri, a'Tony, mbak

Siti, semoga our big family tetap berada dalam damai dan cinta even

without our dady. I love u all.

(7)

6. Terkasih yang tak pernah berhenti kubanggakan, my big love

Wien-Rabitha, who showers me with love and happiness every time, with u my

life'// be more wonderful, wo ai ni ... keep in love with me baby ... !

7. The happy family, lbu dengan keramahannya, kak Diana with her sweet smile, l·sti the lady cooky, Ami 'man of the match', dan Chintia I like your beautiful voice, terima kasih telah memperkenankan penulis 'singgah' dihatinya dan menikmati sepanjang waktu bersamanya. Jangan bosan menerima kehadiran penulis walau mungkin terasa menjemukan.

8. My best friends, Aas (for your deep attention, dan untuk kebersamaan kita yang terkadang penuh dengan kesensitifan), Pieh (wish u meet someone u need), Rini (tangisanmu membuat penulis terenyuh sekaligus lucu, be a stronger girl, friend .. !), Mey (don't give up to get everything you want),

k'Nung dan Goyang (all troubles never make u hopeless, keep spirit!).

Thanks to you all for everytime you gave, everymoment you made, and

every/ave I accept, wish our sweet friendship'// never end ..

.i

love u all.

9. My sisters, Yanti dan Mira, thank u for your love and attention.

10. Asep dan Lia yang berjuang bersama penulis, lcun, Wiyah, Nanung,

Bowo, Febri, Anang, Turhadi, Agus-zaman, Agus-KM, Beti dan Eni

(8)

Encot, Omah, Rahma-B, Nurhasanah, and others, hidup Psikologi!!.

12. Neni, teman seperguruan penulis dalam bimbingan skripsi.

13. Popoy' 'Roy' terima kasih atas Cianjur-nya.

14. Tek upik, mbak Nur, dan uni Mas, terima kasih telah bersedia membantu

penulis dengan ceritanya yang luar biasa.

15. Para subjek penelitian yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis. 16. Semua pihak yang menjadi tim sukses penulis, terima kasih atas

segalanya.

Ciputat, 1 O februari 2004

Penulis

(9)

(D) KONFLIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN WANITA YANG MELAKUKAN ABORSI

(E) xiii +112 halaman

(F) Maraknya fenomena pengguguran kandungan atau disebut aborsi yang disebabkan oleh unwanted pregnancy mengakibatkan tidak sedikit nyawa melayang akibat cara pengguguran yang tidak aman yang dilakukan bukan oleh tenaga profesional. Campur tangan para dukun beranak dalam melakukan aborsi diakibatkan tenaga medis tidak diizinkan melakukan praktek aborsi tanpa adanya indikasi medis. Hal ini mengindikasikan ilegalnya tindakan aborsi dalam hukum Indonesia sehubungan dengan resikonya yang berupa hilangnya bukan hanya nyawa janin melainkan juga nyawa ibunya. Bahkan dalam agama (dalam hal ini Islam) melarang dilakukannya aborsi yang dapat dikatakan sebagai 'pembunuhan' meskipun masih merupakan kontroversi di kalangan ulama. Secara moral, mengakhiri kehamilan sama saja dengan mengakhiri sebuah awal dari kehidupan seorang manusia. Sekali lagi dapat dikatakan bahwa tindakan aborsi merupakan tindakan 'pembunuhan' yang umumnya oleh hukum manapun tidak diperbolehkan kecuali dengan alasan-alasan yang dapat diterima secara medis.

Mengingat dilarangnya tindakan aborsi yang banyak mengandung resiko ini tidak menyebabkan pelaku aborsi di Indonesia berkurang tetapi justru bertambah banyak dari tahun ke tahun, bukan tidak mungkin terdapat banyak hal yang melatarbelakanginya. Umumnya wanita yang ingin melakukan aborsi akan terlibat konflik antara keinginannya untuk aborsi dengan hal-hal lain yang dikhawatirkan terjadi akibat aborsi.

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan mengungkap gambaran konflik yang dialami wanita yang ingin melakukan aborsi serta bagaimana proses pengambilan keputusannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian berjumlah tiga orang, yang diambil berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Karakteristik subjek penelitian yaitu wanita beragama Islam yang melakukan aborsi provokatus criminalis.

Berdasarkan hasil analisa data, diketahui bahwa konflik yang dialami wanita pelaku aborsi dapat berupa konflik internal dan eksternal. Konflik

(10)

Decision making ketiga subjek penelitian ini dipengaruhi oleh pertimbangannya dalam mengatasi kondisi yang tidak mengenakkan yang diakibatkan oleh unwanted pregnancy. Resiko yang terkandung dalam tindakan aborsi tidak lagi diperdulikan, bahkan perasaan bersalah dan berdosa dinomorduakan dengan harapan tercapainya tujuan tertentu setelah dilakukan aborsi. Status sebagai individu yang tersisihkan dalam keluarga juga menjadi alasan untuk pasrah menerima keputusan yang dipilih keluarga.

(G) Bahan bacaan: 35 (1976-2003)

(11)

ABSTRAK ...•...•... viii

DAFTAR 181 .•...••...•...••••....•••...•..•....•••...

x

DAFT AR TABEL. ...•...•...•...•.. xiii

DAFT AR GAMBAR •...•...••...•.•... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... ,. ...•..•...•...

1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Perumusan masalah ... 8

C. Pembatasan masalah ... 8

D. Tujuan dan manfaat penelitian ... , ... 9

E. Teknik penulisan ... 10

F. Sistematika penulisan ... 1 O BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

12

A. Konflik ... 12

1. Definisi konflik ... 12

2. Macam konflik ... 13

B. Pengambilan Keputusan ... 17

1. Definisi Pengambilan Keputusan ... 17

2. Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan ... 19

(12)

1. Definisi aborsi. ... 23

2. Macam-macam aborsi. ... 24

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aborsi. ... 36

4. Resiko-resiko aborsi. ... 31

5. Aborsi dalam pandangan Islam ... 33

D. Proposisi teoritis ... 37

BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN .......... 41

A Pendekatan penelitian ... .41

B. Subjek penelitian ... .42

C. Metode pengumpulan data ... 43

D. lnstrumen pengumpulan data ... .43

E. Teknik analisa data ... 44

F. Tahapan penelitian ... .45

BAB IV HASIL PENELITIAN ......... 46

A Gamba ran umum subjek ... 46

B. Riwayat kasus dan analisa kasus ... .47

1. Kasus Nining ... .47

(13)

Tabel 4.2 Perbandingan analisa antar kasus ... 107

[image:13.525.71.438.158.493.2]
(14)
[image:14.521.27.436.160.505.2]

Gambar 2.1 Approach-approach conflict ... 13

Garn bar 2.2 Avoidance-avoidance conflict ... 14

Garn bar 2.3 Approach- avoidance conflict.. ... 33

Garn bar 2.4 Bagan analisa kasus ... .40

Garn bar 4.1 Bagan analisa kasus Nining ... , ... 68

Garn bar 4.2 Bagan analisa kasus Rina ... 88

(15)
(16)

A. Latar belakang masalah

Bersatunya dua insan yang berbeda dalam satu ikatan yang suci akan selalu dilandasi oleh berbagai tujuan. Salah satu tujuan tersebut adalah untuk mendapatk<;n keturunan sebagai penerus kelangsungan eksistensi umat manusia.

Memiliki seorang anak merupakan kebahagiaan yang tak ternilai bagi setiap pasangan, sehingga kelahirannya akan menjadi saat yang paling dinantikan terutama oleh sang ibu. Seberat apapun beban yang llarus ditanggung ketika seorang wanita sedang mengandung, tidak akan menjadi penghalang terlahirnya seorang bocah mungil dari rahimnya. Begitu besarnya arti kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga, sehingga banyak

diantara pasangan yang belum dikaruniai anak bersedia mengadopsi anak orang lain demi memiliki sang buah hati.

(17)

Indonesia. Semakin hari semakin banyak wanita yang dengan tega

menggugurkan janin yang berada dirahimnya sendiri. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia (www.aborsi.net, 2003). Berarti ada 2 juta nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji. Menurut sumber lain, kasus aborsi di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 2,3 juta kasus setiap tahun (www.kompas.com, 2000). Angka kematian bayi akibat aborsi tersebut melebihi angka kematian manusia akibat perang, kecelakaan, maupun penyakit.

Tindakan yang diambil seorang wanita untuk menggugurkan kandungannya dengan sengaja umumnya disebabkan oleh kegagalan

kontrasepsi, kebutuhan hidup yang tak mencukupi, kehamilan remaja, sudah memiliki cukup banyak anak, korban perkosaan, beban ekonomi, alasan medis, dan alasan pribadi.

Menurut hukum yang berlaku di Indonesia, tindakan aborsi sebenarnya merupakan sesuatu yang ilegal. Namun bila ada indikasi medis seperti

(18)

tindakan yang ilegal dan melanggar hukum. Hal itulah yang menyebabkan wanita yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi dengan cara semb1Jnyi-sembunyi dan dengan cara yang tidak aman (unsafe abortion).

Unsafe abortion adalah aborsi yang dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten dengan menggunakan fasilitas yang tidak memadai dan dengan cara-cara yang membahayakan sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.

Cukup banyak pula kasus unsafe abortion yang mengakibatkan kematian wanita yang menggugurkan kandungannya tersebut. Ada yang meninggal karena menggugurkan kandungan dengan cara memasukkan tangkai-tangkai tumbuhan tertentu atau rumput ke dalam lubang kemaluan sehingga terjadi infeksi. Ada yang memijat-mijat perut hingga mengakibatkan rahim robek. Ada pula yang oleh dukun dimasukkan benda tumpul sejenis tongkat pendek ke dalam vaginanya. Bahkan ada juga dukun yang

menggunakan bantuan makhluk halus dengan peralatan berupa kemenyan, dan masih banyak praktek ilegal lainnya yang membahayakan jiwa wanita.

(19)

dan hukum.

Pada dasarnya, hukum manapun tidak membolehkan tindakan aborsi tanpa adanya indikasi medis. Menggugurkan janin yang berada dalam rahim dengan sengaja sama saja dengan membunuh janin tersebut karena ia sudah memiliki kehidupan. Hal itulah yang melandasi dilarangnya aborsi dari sudut pandang etika dan moral.

Dalam Islam sendiri, sebagian ulama sepakat untuk mengharamkan aborsi ketika janin telah berusia lebih dari 120 hari kecuali untuk

menyelamatkan nyawa ibu. Sedangkan sebelum janin berusia 120 hari aborsi masih boleh dilakukan jika ada alasan yang dibenarkan hukum Islam.

Sebagian ulama lainnya mengharamkan aborsi baik sebelum maupun sesudah janin berusia 120 hari.

Di Amerika, terdapat pula perbedaan pandangan antara kelompok yang pro-aborsi dan anti-aborsi dalam menanggapi permasalahan aborsi.

Kelompok pro-aborsi berargumen bahwa:

a) Wanita mempunyai hak penuh atas tubuhnya dan berhak menentukan apa yang akan dilakukan terhadap tubuhnya sendiri, karena wanita

(20)

karir wanita, selain itu pula akan berdampak pada kurangnya perhatian dan tanggung jawab wanita dalam pengasuhan anak tersebut.

c) Doktrin agama yang menganggap aborsi sebagai pembunuhan dengan asumsi bahwa kehidupan sudah dimulai sejak masa konsepsi, tidak sesuai dengan realita sosial dan biologis. Dari segi sosial, kehidupan itu ada sejak manusia dilahirkan, sedangkan secara biologis kehidupan itu dimulai pada saat janin berusia enam bulan.

d) Melakukan aborsi ataupun melahirkan adalah pilihan pribadi, bukan paksaan dari peraturan manapun.

Sedangkan argumen dari kelompok anti-aborsi adalah sebagai berikut: a) Aborsi adalah pembunuhan, sama saja dengan membinasakan

kehidupan manusia, karena janin sudah memiliki kehidupan sejak berusia satu minggu.

b) Aborsi bukan satu-satunya jalan untuk menghindari anak yang tidak diinginkan, melainkan masih ada cara yang lain yaitu dengan

diadopsikan. Pada kenyatannya, jumlah orang yang ingin mengadopsi anak masih lebih banyak dibanding anak yang tersedia untuk diadopsi. c) Kelompok pro-aborsi adalah kelompok yang egois, karena hanya

mementingkan karir wanita dan kesenangan seksual tanpa

(21)

mengatur program kehamilan.

d) Tidak ada pertimbangan moral untuk merampas kehidupan manusia dalam kondisi apapun. Kehidupan manusia merupakan hal yang benar-benar suci, dan semua orang berhak hidup walaupun dalam keadaan yang cacat tubuh atau mental. Begitulah prinsip moral yang berlaku dimanapun.

Pada hakikatnya, setiap wanita tidak ada yang mempunyai keinginan untuk melakukan aborsi. Terlebih wanita yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan terkenal dengan moral dan budi pekerti. Selain itu, bahaya yang timbul dari tindakan aborsi terlampau besar karena menyangkut nyawa si pelaku aborsi. Namun terkadang

keadaan yang tidak menyenangkan mendesaknya untuk lebih memilih aborsi. Disitulah timbul konflik dalam dirinya untuk tetap meneruskan kehamilan dengan menerima kondisi yang mungkin tidak diharapkan atau

mengakhirinya dengan konsekuensi tertentu.

Umumnya banyak konflik yang terjadi ketika seorang wanita

(22)

aborsi tersebut berbenturan dengan ni/ai religius seseorang. Be/um /agi jika bayangan akan resiko yang dapat terjadi setelah aborsi sehubungan dengan faktor kesehatan terus menghantui.

Juga tak dapat dipungkiri, sekejam apapun seorang ibu, atau begitu besarnya rasa tidak suka seorang wanita atas kehamilannya, tetap saja di dalam hatinya terdapat sebuah naluri. Naluri seorang ibu yang secara alami akan menolak dilaksanakannya tindakan 'pembunuhan' bayi yang sedang dikandung.

Sementara konflik lain juga dapat terjadi ketika keinginan untuk me/akukan aborsi itu tidak didukung oleh lingkungan. Terlebih bi/a orang-orang terdekat yang sangat berpengaruh tidak menyetujui bahkan menentang dipilihnya tindakan tersebut. Bagi wanita yang menyadari sepenuhnya akan adanya keterlibatan berbagai pihak dalam setiap tindakan, ada atau tidaknya dukungan dari lingkungan akan sangat mempengaruhi pertimbangannya dalam menentukan tindakan yang harus diambil.

(23)

terdapat kondisi dilematis yang tidak dapat begitu saja diabaikan.

Meskipun pada akhirnya aborsi dipilih sebagai alternatif terbaik, namun proses untuk mengambil keputusan tersebut umumnya dirasakan sangat sulit. Kesulitan tersebut dapat tergambar dalam berbagai bentuk sesuai dengan kondisi awal hingga akhir pelbagai kasus aborsi.

Melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat seperti yang telah dipaparkan di atas, penulis ingin mengadakan penelitian yang

bertemakan fenomena aborsi tersebut dengan judul "konflik dan pengambilan keputusan wanita yang melakukan aborsi".

B. Perumusan Masalah

Dari apa yang dipaparkan diatas, permasalahan yang timbul adalah:

1) Bagaimanakah gambaran konflik yang terjadi pada seorang wanita ketika ingin melakukan aborsi?

2) Bagaimanakah proses pengambilan keputusan seorang wanita sehingga ia memilih melakukan aborsi daripada meneruskan kehamilannya?

C. Pembatasan Masalah

(24)

dua kebutuhan, harapan, ataupun tujuan yang saling bersaing dengan kekuatan yang sama.

2) Decision making adalah suatu proses pemecahan masalah yang mengharuskan seseorang memilih diantara alternatif pilihan masalah. 3) Aborsi adalah pengakhiran masa kehamilan atau hasil konsepsi

(pembuahan) sebelum janin dapat dilahirkan.

4) Aborsi yang dipermasalahkan dalam penelitian ini adalah jenis abortus provocatus criminalis yakni tindakan mengakhiri masa kehamilan dengan menggugurkannya secara sengaja tanpa adanya indikasi med is.

5) Pelaku aborsi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang beragama Islam, dengan pertimbangan bahwa ada larangan menggugurkan janin dalam agama Islam.

D. Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi yang bagaimanakah yang dapat mengakibatkan timbulnya konflik pada wanita yang ingin melakukan aborsi dan pertimbangan-pertimbangan yang

(25)

praktis adalah agar masyarakat khususnya kaum wanita mengetahui berbagai konflik yang dapat terjadi ketika seorang wanita ingin mengambil tindakan aborsi sehingga sedapat mungkin dapat menghindari kondisi yang dapat membawanya pada timbulnya keinginan untuk melakukan aborsi.

Selain itu, penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai kaca perbandingan bagi calon pelaku aborsi agar lebih berpikir positif dalam menerima kehamilannya sehingga mampu mempertimbangkan berbagai hal dengan bijaksana sebelum memutuskan untuk melakukan aborsi.

Sedangkan secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi perkembangan Psikologi yang islami.

E. Teknik penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada APA (American Psychology Association) Citation style Guide.

F. Sistematika penulisan

BAB!

Dalam penelitian ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Dalam bab pertama yang merupakan bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian,

(26)

BAB Ill

BAB IV

BABV

konflik, decision making, aborsi, serta proposisi teoritis.

Bab ini membal1as tentang metodologi penelitian yang meliputi pendekatan penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisa data, dan tahapan penelitian.

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum subyek, riwayat kasus dan analisa kasus, serta perbandingan antar kasus.

(27)
(28)

A. KONFLIK

1. Definisi konflik

Teori mengenai konflik merupakan teori yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, dengan pendefinisian sebagai berikut:

"Lewin defined a conflict situation as one in which the forces acting on the person are opposite in direction and about equal in strength" (Atkinson,

1964:89).

Konflik merupakan keadaan psikologis tentang kebimbangan yang terjadi ketika seseorang pada suatu waktu dipengaruhi oleh dua daya kekuatan yang saling berlawanan dengan kekuatan yang hampir sama (Harre & Lamb, 1996).

Konflik juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana ada daya-daya yang saling bertentangan arah, tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama (Sarwono, 2002).

Konflik dapat timbul dalam situasi di mana terdapat persaingan antara dua atau lebih kebutuhan, harapan, keinginan, dan tujuan yang tidak bersesuaian sehingga menyebabkan individu merasa ditarik ke arah dua kutub yang berbeda sekaligus, dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak mengenakkan

(29)

Selain itu, dapat dikatakan bahwa konflik terjadi akibat adanya vektor-vektor yang saling bertentangan dan tarik-menarik dalam lapangan psikologis seseorang yang kalau tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustrasi dan ketidakseimbangan kejiwaan (Sarwono, 2000).

Dari beberapa teori-teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik merupakan suatu kondisi dimana seseorang dipengaruhi oleh daya-daya yang saling berlawanan arah dengan kekuatan yang kira-kira sama.

2. Macam-macam konflik

Konflik yang terjadi dalam diri individu dapat dibagi menjadi: a) Konflik mendekat-mendekat (Approach-approach conflict).

Konflik ini terjadi ketika individu menghadapi dua obyek atau tujuan yang sama-sama bernilai positif pada waktu yang bersamaan.

Garn bar 2.1: Approach-approach conflict: orang tertarik antara dua hal yang

positif.

(30)

berikutnya, atau dengan cara memuaskan salah satu tujuan saja dan meninggalkan tujuan lainnya.

b) Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-avoidance conflict).

Konflik ini terjadi bila individu dihadapkan pada pilihan dari dua obyek yang sama-sama bernilai negatif namun tidak dapat dihindari kedua-duanya. Jika menghindari salah satu obyek maka harus mendekati obyek lainnya yang juga tidak disukai, demikian pula sebaliknya .

...

[image:30.528.30.463.215.482.2]

I

Gambar 2.2: Avoidance-avoidance conflict: orang terjepit antara dua bahaya

atau dua ancaman. Kalau tidak ada yang menghalangi, ia akan cenderung keluar dari situasi (mengikuti panah titik-titik).

(31)

Bentuk perilaku yang kedua adalah attemp to leave atau meninggalkan wilayah konflik. lndividu yang berada dalam konflik ini mungkin saja mengambil tindakan dengan lari atau menjauhi wilayah terjadinya konflik tersebut.

Banyak juga individu yang berusaha mengurangi ketegangan atau kecemasan yang terjadi akibat konflik ini dengan cara berkhayal yakni mengkhayalkan seandainya tidak terjebak dalam konflik tersebut atau mengkhayalkan hal-hal yang telah lalu yang tidak menyebabkannya berada dalam situasi demikian.

c) Konflik mendekat-menjauh (Approach-avoidance conflict).

[image:31.530.23.443.189.491.2]

Konflik yang terjadi ketika individu berhadapan dengan satu obyek atau tujuan yang bernilai negatif dan positif sekaligus.

Gambar 2.3: Approach-avoidance conflict: orang tertarik kepada suatu hal

yang sekaligus mengandung bahaya atau ancaman.

Konflik ini juga mengakibatkan timbulnya kebimbangan dalam diri individu. Ketika ia berusaha mencapai obyek atau tujuan tersebut, hal negatif yang ada dalam obyek tersebut pun akan mendekatinya. Sementara penyelesaian dengan cara melarikan diri dari konflik juga akan menimbulkan permasalahan baru. d) Jenis konflik lainnya yang juga sering terjadi dalam lapangan kehidupan

(32)

approach-avoidance conflict) yakni konflik yang terjadi ketika individu diharuskan memilih dua obyek yang sama-sama bernilai positif dan negatif sekaligus.

Terdapat pula konflik yang dibedakan berdasarkan sumber terjadinya dan dapat dibagi menjadi dua bagian (Oafidoff, 1991 ), yaitu:

1. Konflik internal (dalam diri sendiri)

Konflik ini terjadi bila tujuan-tujuan yang saling bertentangan berada dalam diri individu sendiri. Konflik yang terjadi dalam diri seorang wanita ketika ingin melakukan tindakan aborsi umumnya berkaitan dengan aspek-aspek berikut:

a. Kognisi

Pengetahuan yang dimiliki seseorang pada dasarnya akan mempengaruhi pertimbangannya dalam melakukan hal apapun, tak terkecuali tindakan aborsi yang seharusnya dapat lebih dipertimbangkan karena menyangkut nyawa manusia. Pengetahuan tersebut meliputi:

1) Resiko aborsi baik ditinjau dari segi kesehatan maupun dampak

psikologisnya. Tindakan aborsi bukan saja akan menimbulkan efek buruk bagi ala! reproduksi wanita melainkan juga keselamatan jiwa sang ibu. Terlebih bila wanita yang melakukan aborsi tersebut mengalami trauma ataupun dampak psikologis lainnya.

2) Hukum aborsi dalam agama maupun pemerintah. Walaupun hukum aborsi dalam Islam masih merupakan isu kontroversi namun dilarangnya

(33)

pemerintah setidak-tidaknya akan mempengaruhi pertimbangan seseorang ketika ingin melakukan aborsi.

b. Afeksi

Bagi seorang ibu, adanya janin dalam rahimnya selayaknya dapat

membawa kebahagiaan karena janin tersebut telah menjadi bagian dari tubuhnya sendiri. Meskipun ia tumbuh dalam kehamilan yang tidak dikehendaki atau

direncanakan namun keinginan sang ibu untuk mengakhirinya akan mendapat penolakan dari naluri ke-ibuan yang secara alami selalu menetap di jiwa setiap ibu.

2. Konflik eksternal (di luar individu)

Yaitu konflik yang terjadi bila terdapat dua atau lebih tujuan yang saling be1ientangan berasal dari luar individu. Konflik ini akan terjadi jika ada

pertentangan dalam keluarga ataupun lingkungan terhadap keinginan seorang wanita untuk melakukan aborsi.

B. DECISION MAKING

1. Definisi PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(34)

"Decision making is a kind of problem solving in which we are presented

with several alternatives, among which we must choose" (Morgan, 1986:

237).

"Tl1e process of choosing among various courses of action of alternatives"

(Baron, 1992: 256).

"The process of gathering information about relevant alternatives and

making an appropriate choice" (Atwater, 1983: 403).

"Tl1e decision process is considered to be one that is extended in time: it

involves a series of information search, judgement and evaluation

processes which are followed by further post-decision processes that serve

to help people to adjust to the implications of their decisions and to

understand their own goals and values" (Ran yard, 1997: 3).

'Selain itu, Marx (1976) juga mengatakan bahwa tanda-tanda umum dari sebuah keputusan adalah:

1) Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual ·· 2) Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif セ@

3) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan

(35)

Qaktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menurut Marx (1976) diantaranya adalah faktor personal, yang meliputi:

1. Kognisi, yang berupa kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki individu.

2. Motif, yakni bagaimana motivasi individu dalam merespons situasi yang sedang dihadapi.

3. Sikap, yang berhubungan dengan perasaan negatif dan positif individu terhadap suatu situasi.

Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam menghadapi konflik adalah (Dafidoff, 1991 ):

1. Kuatnya motivasi. Bila motivasi yang timbul dari sebuah pilihan semakin kuat, maka akan semakin kuat pula dorongan untuk memilih hal tersebut,

dibandingkan dengan pilihan yang timbul dari motivasi yang lemah. 2. Jarak, tempat, dan waktu. lndividu akan cenderung mendekati atau

menghindari salah satu pilihan sesuai dengan jauh-dekatnya jarak, tempat. dan waktu dari pilihan tersebut.

(36)

3. ·strategi pengambilan keputusan

'Terdapat berbagai strategi dalam decision making individu yang selanjutnya oleh Dinklage (1966, dalam Atwater, 1983) dikategorikan dalam: a. Strategi impulsif, yakni mengambil alternatif pertama tanpa berpikir dalam. b. Strategi fatalistik, yakni menyerahkan keputusannya kepada situasi atau

nasib.

c. Strategi compliant, yakni menyuruh orang lain membuat keputusan bagi dirinya.

d. Strategi delaying, yakni menunda-nunda keputusan baik dalam memikirkan ataupun bertindak.

e. Strategi agonizing, yakni selalu bimbang dalam pengambilan keputusan. f. Strategi planning, yakni memakai prosedur yang rasional disertai

pertimbangan atas fakta-fakta.

g. Strategi intuitif, yakni memakai rasa keseimbangan sebagai dasar keputusan. h. Strategi paralysis, yakni mau melakukan apa yang sudah menjadi keputusan

namun tidak mampu mencapai keputusan.

Sedangkan menurut Gelatt, Varenhorst, & Carey (1972, dalam Atwater, 1983) berdasarkan unsur resiko dan keadaan ketidakpastian yang sering ada dalam situasi decision making, maka strategi decision making dapat juga diklasifikasikan menjadi:

(37)

b. Escape strategy, yaitu memilih alternatif yang paling dapat terhindar dari hasil yang buruk.

c. Safe strategy, yaitu memilih alternatif yang paling dapat mendatangkan keberhasilan.

d. Combination strategy, yaitu memilih alternatif yang menggabungkan antara kemungkinan atau peluang paling tinggi dengan hasil yang paling diinginkan.

Untuk mendapatkan keputusan yang baik yakni dengan memperoleh hasil yang paling diinginkan, maka sangat penting bagi tiap individu untuk

menggunakan strategi decision making yang paling sesuai dengan individu tersebut dan situasi yang dihadapi.

Berbedanya strategi yang digunakan tiap individu dalam decision making tidak terlepas dari pengaruh emosi dan kepribadian individu dalam

mempertimbangkan resiko yang dapat muncul dari pengambilan keputusan. Oleh karena itu, individu tidak selalu menggunakan strategi decision making yang sama dalam berbagai situasi melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu, situasi, dan lingkungan yang dihadapi.

4. Tahap-tahap pengambilan keputusan

Janis dan Mann (1977, dalamAtwater, 1983) membagi tahap-tahap decision making ke dalam lima tahap, yaitu:

(38)

Tahap ini berisi pertanyaan kunci sebagai berikut: "apakah resiko yang akan timbul jika tidak berbuat apapun?"

2. Surveying the alternatives, yakni mengumpulkan informasi tentang semua alternatif, dengan pertanyaan kunci: "apakah seluruh alternatif yang ada telah dipertimbangkan?"

3. Weighing alternatives, yakni mengeva/uasi konsekuensi dari se/uruh alternatif terutama mengenai untung dan ruginya. Pertanyaan kuncinya adalah:

"alternatif mana yang paling baik?"

4. Making a commitment, yakni membuat komitmen dalam implementasi alternatif. Pertanyaan kuncinya: "kapankah alternatif terbaik dapat

diimplementasikan dan membiarkan orang lain mengetahui keputusan yang diambi/?"

5. Adhering despite negative feedback, yakni bersikap kritis dan bersedia mengubah strategi bi/a salah dalam mengambil keputusan. Pertanyaan kuncinya: "apakah resikonya akan menjadi berat jika tidak melakukan perubahan?"

Se/2njutnya, Janis dan Mann (1979) mengatakan bahwa terdapat tujuh kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas dan efektivitas prosedur decision making, yaitu:

(39)

mengevaluasi alternatif tersebut.

5. Memperhitungkan setiap informasi baru dari berbagai sumber walaupun tidak mendukung alternatif yang disukai.

6. Menguji kembali konsekuensi dari setiap alternatif yang ada termasuk alternatif yang tidak diterima sebelum menetapkan pilihan.

7. Membuat langkah-langkah yang terperinci dari setiap tindakan yang dipilih dan merencanakan tindakan antisipatif jika terdapat resiko dari tindakan yang telah ditetapkan.'

C. ABORSI

1. Definisi aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah "abortus" berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. lni adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (www.aborsi.net, 2003).

Kata aborsi atau dalam bahasa lnggris disebut abortion berasal dari bahasa Latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran (Yanggo, Anshary,

(40)

Sardikin Ginaputra (zuhdi, 1989, seperti dikutip oleh Yanggo, Anshary, 1996) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa aborsi merupakan pengakhiran masa kehamilan atau hasil konsepsi (pembuahan) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

Aborsi mengandung pengertian peristiwa berakhirnya kehamilan di mana janin belum viable (dapat hidup di luar rahim), yakni untuk usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Al Fauzi,

www.kompas.com).

Dari berbagai definisi aborsi tersebut dapat disimpulkan bahwa aborsi merupakan tindakan mengakhiri masa kehamilan dengan sengaja sebelum masa kehamilan tersebut berakhir secara alamiah.

2. Macam-macam aborsi

Aboi·si dapat dibagi menjadi dua macam (Yanggo & Anshary, 1996) yaitu: 1. Abortus spontan atau spontaneous abortus yaitu pengguguran yang tidak

disengaja dan terjadi tanpa tindakan apapun, yang dapat disebabkan oleh pendarahan (blooding), kecelakaan, dan sebagainya.

(41)

a. Abortus Artificialis Therapicus yaitu pengguguran yang dilakukan oleh dokter berdasarkan indikasi medis, sebagai bentuk penyelamatan atas jiwa ibu yang terancam bila kehamilannya dipertahankan.

b. Abortus Provocatus Criminalis yaitu pengguguran yang dilakukan dengan sengaja tanpa dasar indikasi medis. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan

untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi (www.aborsi.net, 2003), yaitu:

1. Aborsi spontan atau alamiah, yang berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

2. Aborsi buatan atau sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).

3. Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang

(42)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aborsi

Luasnya tindakan aborsi, tidak terlepas dari adanya kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy). Pada umumnya, ada lima alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya, yaitu:

1. Alasan kesehatan, yakni ketika seorang ibu tidak cukup sehat untuk hamil. Biasanya faktor kesehatan dalam kasus ini berhubungan dengan adanya penyakit tertentu yang bila kehamilannya tetap dipertahankan akan beresiko fatal terhadap keselamatan bayi dalam kandungan maupun nyawa sang ibu. Jika kondisi demikian terjadi pada seorang wanita yang sedang hamil, para ahli medis akan menyarankan untuk aborsi demi meyelamatkan jiwa sang ibu. 2. Alasan 'psikososial, yakni ketika seorang ibu sudah enggan atau tidak mau

mempunyai anak lagi. Pengalaman buruk seorang ibu ketika mempunyai seorang anak dapat dikategorikan kedalam salah satu penyebab tidak dikehendakinya kehamilan berikutnya. Minimnya pengalaman seorang ibu dalam mengasuh anak akan membuatnya merasa kerepotan atau kesusahan sehingga l1al itu menjadi pengalaman yang tidak mengenakkan baginya. Ada juga seorang wanita yang ketika hamil merasa belum siap untuk mempunyai seorang anak lagi dikarenakan anaknya masih sangat kecil, atau memang kondisi psikologisnya yang belum dipersiapkan untuk hamil lagi.

3. Kehamilan di luar nikah. Wanita yang hamil akibat hubungan yang tidak sah umumnya akan menganggap kehamilan itu sebagai aib yang harus

(43)

jawab atas bayi yang dikandungnya maka biasanya jalan yang ditempuh adalah dengan aborsi agar tidak terlahir anaknya tanpa ayah.

4. Masalah sosial ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga. Bagi wanita yang berada dalam tingkatan ekonomi rendal1, mempunyai seorang anak lagi merupakan sebuah masalah yang besar. Jangankan untuk mendapatkan biaya tambahan bagi sang jabang bayi, untuk menghidupi anak-anak yang ada saja ia sudah merasa kewalahan. Hal itu biasanya menjadi pendorong digugurkannya anak yang masih dalam kandun,:;iannya.

5. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga). Perkosaan yang membuahkan kehamilan umumnya berdampak pad a bencinya wanita yang sedang mengandung tersebut pada janin dalam rahimnya. Bagaimana tidak, jika yang berada dalam perutnya adalah benih dari orang yang tidak pernah diinginkannya, orang yang memaksanya, merenggut kehormatannya dengan paksa. Mempertahankan kehamilan itu merupakan malapetaka baginya, maka aborsi menurutnya adalah cara terbaik untuk melenyapkan benih tersebut.

6. Kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak

(44)

Selain disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan, terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan seorang wanita melakukan tindakan aborsi (Yanggo & Anshary, 1996), diantaranya adalah:

1. Dorongan individual, yang meliputi kekhawatiran terhadap kemiskinan, tidak ingin mempunyai keluarga yang besar, demi memelihara kecantikan,

mempertahankan status wanita karir, dan sebagainya.

2. Dorongan kecantikan,.yang biasanya berupa kekhawatiran akan cacatnya janin yang akan dilahirkan akibat pengaruh radiasi, obat-obatan, dan

sebagainya.

3. Dorongan moral. Umumnya terjadi pada wanita yang tidak sanggup menerima sangsi sosial dari masyarakat lantaran kehamilan diluar nikah.

Wanita manapun yang meminta aborsi pada hakikatnya berada dalam keadaan terjepit atau terpaksa. Tidak ada satupun wanita yang menginginkan aborsi. Diantara faktor-faktor yang membuat wanita tidak ingin diaborsi adalah: a) Takut sakit. Praktek aborsi umumnya lebih banyak dilakukan oleh dukun

beranak karena para ahli medis memang sudah terikat kode etik untuk tidak sembarangan melakukan tindakan aborsi kecuali dengan alasan medis. Sebagaimana layaknya para dukun, peralatan yang digunakan untuk

mengeluarkan janin dalam rahim seorang wanita merupakan peralatan yang masih sangat tradisional, seperti sebatang lidi, sebatang pohon, atau apapun yang sekiranya dapat mengorek rahim. Peralatan tersebut pastilah

(45)

parah dibandingkan dengan melahirkan. Karena itu, biasanya wanita yang ingin aborsi takut merasakan sakit tersebut.

b) Takut risikonya (mungkin: kematian). Tidak sedikit wanita yang aborsi

berakhir dengan pendaral1an yang tiada henti bahkan sampai mengakibatkan kematian. Bagaimana tidak, dipaksanya rahim untuk menge/uarkan benih yang ada didalamnya dengan cara yang tidak normal tentunya membuat rahim tersebut bekerja dengan tidak wajar pula, sehingga bukan hanya janin yang keluar me/ainkan juga darah akibat rusaknya rahim. Terjadinya

pendarahan jika tidak segera dihentikan dapat berakibat pada kematian si pelaku aborsi tersebut.

c) Biayanya mahal. Praktek aborsi yang dianggap ilegal dalam negara

Indonesia umumnya memakan biaya yang tidak sedikit apa/agi bila dilakukan oleh ahli medis yang bersedia me/anggar kode etik profesinya. Belum lagi bi/a nantinya terjadi pendarahan atau apapun yang menyebabkan campur tangan Rumah Sakit untuk menyelesaikannya. Akan butuh biaya lebih banyak untuk membunui1 janin yang tak berdosa tersebut.

d) Perasaan berdosa. Sebagai muslim, menggugurkan kandungan yang dapat diibaratkan dengan pembunuhan akan menimbulkan perasaan berdosa bagi pelakunya. Pertimbangan akan mendapat dosa ini/ah yang terasa paling berat bagi pelaku aborsi.

(46)

sampai kapanpun. Ketika wanita yang sedang hamil ingin melakukan tindakan aborsi, secara alamiahpun naluri tersebut akan berusaha

menolaknya. Sedalam apapun rasa bencinya terhadap janin dalam rahimnya, pasti ada sedikit rasa sayang pada janin yang tak bersalah itu.

Namun di lain pihak, ketakutan akan adanya dampak negatif yang kemungkinan akan menimpa wanita jika tidak diaborsi menyebabkannya tetap mengambil tindakan aborsi. Dampak-dampak tersebut antara lain:

a. Dampak ekonomi, contohnya:

a) Bagi kehamilan akibat kegagalan kontrasepsi, akan berdampak pada jumlah anak yang semakin banyak sementara penghasilan suami terbatas

sehingga mengakibatkan terlantarnya anak-anak tersebut.

b) Bagi pegawai ataupun sejenisnya {pramugari, polwan, dan sebagainya) mempunyai anak sebelum melewati tahap yang ditentukan akan beresiko terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK)

c) Bagi wanita yang hamil saat masih sekolah atau kuliah, belum adanya pekerjaan atau penghasilan yang cukup untuk membiayai calon jabang bayi dapat menjadi beban baginya bila harus mempertahankan

kehamilan.

b. Dampak sosial jika iidak aborsi (khusus untuk kehamilan pra-nikah), dapat mengakibatkan putus sekolah atau kuliah, malu pada keluarga atau tetangga, mengalami kebingungan dalam mengasuh bayi, terputusnya atau

(47)

4. Resiko-resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kondisi kesehatan dan keselamatan fisik seorang wanita, terlebih terhadap kondisi psikologisnya. Ada dua macam resiko yang umumnya harus ditanggung wanita yang melakukan aborsi, yaitu:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gaga!

c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan d. Rahim yang sobek (Uterine Pedoration)

e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

1. Kanker hati (Liver Cancer)

j. Kelainan pada placenta atau ari-ari (Placenta Previa) yang akan

(48)

k. Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

I. lnfeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) m. lnfeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko terhadap kondisi psikologis

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap kondisi psikologis wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai "Post-Abortion Syndrome" (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS, yang umumnya berupa:

a. Kehilangan harga diri

b. Beberapa wanita mengalami depresi kronis hingga beberapa bulan c. Berteriak-teriak histeris

d. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi e. Mengalami trauma

f. Pada beberapa wanita timbul perasaan benci pada semua pria g. lngin melakukan bunuh diri

h. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang.

1. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual

(49)

pandangan Islam yang berdasarkan pada firman Allah dan hadis Nabi yang menerangkan bahwa manusia adalah makhluk mulia yang lahir dalam keadaan suci dan bersih, maka tindakan aborsi merupakan tindakan yang melanggar moral keislaman dan merusak kemuliaan derajat manusia (Yanggo & Anshary,

1996).

Kehidupan janin merupakan kehidupan yang wajib dihormati dan dijaga. Hal itu terbukti dengan adanya kebolehan berbuka puasa bagi wanita hamil yang khawatir akan keselamatan janin dalam kandungannya, juga diwajibkannya penundaan pelaksanaan hukum qishas terhadap wanita yang sedang hamil demi menjaga janinnya. Selain itu, ada pula hukuman bagi orang yang memukul perut wanita hamil yang tidak lama setelah dilahirkan anaknya mati akibat pukulan tersebut. Semua hal itu menunjukkan bahwa Islam memberikan perhatian dan

penghormatan yang besar terhadap kehidupan janin, sehingga dilarangnya tindakan yang melampaui batas (seperti aborsi) meskipun terhadap kehamilan akibat hubungan yang tidak sah (Qardhawi, 1995).

(50)

1. Tahap a/-nuthfah, yaitu ketika terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma sebelum empat puluh hari usia kehamilan.

2. Tahap al-alaqah, yaitu ketika sel telur yang telah dibuahi tersebut menempel atau melekat pada dinding rahim selama empat pulul1 hingga delapan puluh hari usia kehamilan.

3. Tahap al-mudhghat, yaitu ketika janin mulai menjadi tulang dan daging selama usia kehamilan mencapai 120 hari.

4. Tahap pemberian nyawa (nafkh a/-ruh), yaitu ketika janin semakin sempurna dengan ditiupkannya ruh ke dalam janin tersebut setelah 120 hari usia

kehamilan.

Para ulama sepakat untuk mengharamkan aborsi yang dilakukan pada saat janin sudah diberi nyawa atau setelah 120 hari usia kehamilan, kecuali alas dasar indikasi medis.

Sedangkan aborsi yang dilakukan sebelum 120 hari usia kehamilan, sebagian ulama membolehkan walaupun dengan syarat-syarat tertentu dan sebagian lagi tetap melarangnya. Perbedaan pendapat tersebut dapat digolongkan menjadi:

1. Golongan yang mengharamkan aborsi secara mutlak walaupun sebelum 40 hari usia kehamilan. Dengan alasan bahwa bila air mani telah tersimpan di dalam rahim berarti sudah ada proses kehidupan.

(51)

c. Makruh pada tahap a/-nuthfah atau sebelum 40 hari dan haram pada tahap al-alaqat dan al-mudhghat.

d. Boleh aborsi hanya sebelum 40 hari usia kehamilan, sedangkan setelah usia tersebut dilarang.

e. Boleh aborsi pada tahap a/-nuthfah dan al-a/aqah atau sebelum 80 hari. tetapi haram pada tahap a/-mudhghat.

3. Golongan yang membolehkan aborsi sebelum kehamilan berusia 120 hari jika ada alasan yang dibenarkan hukum Islam. Alasan tersebut diantaranya

kondisi kesehatan ibu sangat buruk, kehamilan dan persalinan beresiko tinggi, kehamilan yang terjadi saat ibu sedang menyusui bayi yang mengakibatkan berakhirnya masa menyusui sementara si ayah tidak mempunyai sumber pendapatan untuk memperoleh susu pengganti ASI bagi bayi tersebut, dan lainnya. Namun jika tidak ada alasan yang dibenarkan secara syar'I maka hukumnya menjadi makruh.

4. Golongan yang membolehkan aborsi sebelum kehamilan berusia 120 hari walaupun tanpa alasan apapun.

Pada dasarnya, tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang

(52)

(pro-kontra-net), yaitu:

a) Manusia, berapapun kecilnya, merupakan makhluk mulia ciptaan Allah. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah beriirman: "Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia."(QS 17:70).

b) Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar.

c) Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk

menggugurkan kandungannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar." (QS 17:31)

(53)

d) Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan perintah Allah dan merupakan tindakan kriminal.

e) Sejak janin berada dalam kandungan, Allah sudah mengenalnya.

f) Tidak ada kehamilan yang merupakan "kecelakaan" atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.

g) Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, karena Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan.

D. PROPOSISI TEORITIS

Tidak selamanya seorang wanita dapat mensyukuri anugerah Tuhan yang berwujud janin dalam kandungannya, walaupun umumnya banyak wanita yang khawatir bahkan takut bila ternyata dirinya tidak tergolong wanita yang subur kandungannya terlebih bila sampai tidak mempunyai anak. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus aborsi yang melanda setiap negara manapun di dunia bahkan

hingga ke penduduk yang primitif atau modern sekalipun.

(54)

Kehamilan yang tidak diinginkan atau dalam istilah sehari-hari disebut 'kebobolan' merupakan alasan kuat bagi seorang wanita untuk melakukan aborsi. Keinginan untuk meggugurkan janin yang sedang dikandungnya pada hakikatnya bukanlah semata-mata keinginan yang membabi-buta atau tanpa alasan, namun terdapat bermacam faktor yang mendorongnya melakukan tindakan tersebut. Oleh karena itu tidak heran jika dalam banyak kasus, motif yang mendasari seseorang untuk melakukan aborsi itu berbeda-beda.

Ada pula pelaku aborsi yang sebenarnya tidak berkeinginan untuk melakukannya. Tindakan tersebut dipilih lantaran keinginan pihak lain diluar dirinya yang mempunyai pengaruh untuk memaksanya melakukan aborsi.

Ketika tindakan aborsi akan diambil oleh seorang wanita biasanya akan terjadi konflik internal yang berupa pertentangan antara keinginan dengan naluri ke-ibuan, pertimbangan faktor resiko aborsi bagi kesehatan, terlebih bila

berbenturan dengan ajaran agama.

Terdapat pula ketidaksesuaian keinginan antara individu dengan

lingkungan disekitarnya walaupun tidak mesti terjadi pada setiap kasus. Hal itu disebabkan karena tidak semua orang lebih mementingkan tanggung jawab pada Tuhan daripada meraih apa yang diinginkan.

(55)

strategy dengan memilih aborsi karena akan mendatangkan hasil yang diinginkan, dan sebagainya.

Bukan hanya strategi, tahap-tahap dalam mengambil keputusan pun

seharusnya dilalui dengan sistematis oleh setiap pelaku aborsi. Tahapan-tahapan tersebut meliputi pertimbangan akan adanya alternatif selain aborsi dan resiko dari aborsi maupun alternatif lain tersebut, proses pemilihan aborsi atau alternatif lain dan kapan dapat diimplementasikan, serta dapat menerima umpan balik sehabis memutuskan pilihan tersebut.

(56)

BAGAN DINAMIKA KONFLIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

WANITA PELAKU ABORSI

KEHAMlLAN _1 UNWANTED PREGNANCY "I INGIN ABORSI

I

.

I

• Kesehatan • Diri sendiri

• Psikososial • Orang lain

'.

• Sosial-ekonomi

• Perkosaan I I I KONFLIK

• Pra-nikal1

I

I

11

App-app

l

• Kegagalan KB Internal Ekstemal

I

Avo-avo

H

App-avo

H

Mult app-avo

I

• Resiko aborsi

•Agama DECISION

'.

• Nahrri keibuan MAKING

-I

I

STRATEGI

I I

TAHAP

I

セ@

Appraising the Challenge

Wish I

Strategy

Surveying the

I Alternatives

Escape I

Strategy

Weighing Alternatives I

Safe I

Strategy Making a Commitment

I I

Combination Adhering Despite

Strategy Negative Feedback

(57)
(58)

A. PENDEKA TAN PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari gambaran tentang konflik yang dialami wanita yang ingin melakukan aborsi serta

bagaimana proses pengambilan keputusannya, maka pendekatan pene/itian yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan bentuk studi kasus yang bersifat deskriptif.

Pendekatan kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan sang pelaku ataupun melalui sudut pandang subjek penelitian (Arikunto, 1995).

Sedangkan digunakannya bentuk studi kasus dalam penelitian ini mengacu pada penjelasan Yin (2000) yang menjelaskan bahwa studi kasus lebih tepat digunakan bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk

mengontrol peristiwa-peristiwa atau fenomena kontemporer dalam kehidupan nyata yang akan diselidiki, dengan pertanyaan penelitian yang berbunyi "how" atau "why".

8. SUBJEK PENELITIAN

(59)

1. Wanita yang melakukan aborsi provokatus criminalis 2. Beragama Islam

Sedangkan jumlah subjek dalam penelitian kualitatif menurut Strauss tidak ada ketentuan bakunya (Arikunto, 1995). Terlebih apabila data yang diperoleh telah cukup memadai dan mendalam maka subjek boleh diambil dalam jumlah kecil (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini subjek yang akan diambil berjumlah tiga orang sesuai dengan karakteristik di alas.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Sebagaimana lazimnya penelitian-penelitian kualitatif lainnya,

penelitian inipun menggunakan metode wawancara dan observasi sebagai metode pengumpulan data.

Wawancara yang digunakan sebagai metode utama dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview) yang bersifat semi· structured dengan menggunakan pedoman wawancara umum. Sedangkan observasi digunakan sebagai metode penunjang dalam pengumpulan data penelitian ini.

D. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Setelah ditentukannya metode pe11gumpulan data dalam penelitian ini, selanjutnya ditentukan pula instrumen pengumpulan data yang sesuai

(60)

dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, catatan wawancara, lembar observasi, tape-recorder, dan buku catatan.

1) Pedoman wawancara.

Pedoman wawancara digunakan untuk memfokuskan data-data yang akan diambil agar sesuai dengan tujuan penelitian, juga sebagai ala! bantu untuk mengkategorisasikan jawaban dalam analisis data.

2) Lembar observasi, yang digunakan sebagai pedoman untuk

melakukan pengamatan terhadap gambaran fisik subjek, keadaan tempat wawancara, sikap dan perilaku subjek selama wawancara, gangguan dan catatan khusus selama proses wawancara berlangsung.

3) Catalan wawancara, untuk mencatat identitas pribadi subjek dan ringkasan wawancara.

4) Tape-recorder, sebagai ala! untuk merekam perkataan subjek.

5) Buku catatan, digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak jelas atau terlewati atau tidak terekam selama proses wawancara.

E. TEKNIK ANALISA DATA

Penelitian ini menggunakan bentuk analisa data pattern- macthing atau pencocokan pola, yaitu membandingkan sebuah pola yang didapat secara empiris dengan pola alternatif yang diramalkan untuk mencari validitas internal (Yin, 2000).

(61)

1. membaca data berulang-ulang untuk menemukan makna dari jawaban subjek.

2. melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok permasalahan. 3. mengelompokan data dengan memberikan kode-kode.

4. melakukan interpretasi dengan analisa pencocokan pola, lalu hasil analisa dibandingkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Selain itu, menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (Syofia, 2003} ada tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dalam proses analisis data, yaitu :

a. reduksi data, yaitu suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian data, yaitu sekumpulan info yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Langkah-langkah analisa datanya adalah :

a) Data-data yang telah terkumpul dipindahkan ke dalam transkip verbatim. b) Dibuat ringkasan dari setiap kasus dan dikumpulkan aspek-aspek penting

(62)

c) Data yang dikumpulkan kemudian dikelompok-kelompokan dan diberi kode (reduksi data) serta penjelasan singkat untuk mempermudah proses interpretasi sesuai dengan outline analisa data.

d) Analisa terhadap masing-masing kasus.

e) Hasil analisa dirangkum dan disimpulkan dari hal yang umum ke hal yang khusus.

F. TAHAPAN PENELITIAN

1. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dipersiapkan instrumen yang akan digunakan daJam penelitian ini, yaitu pedoman wawancara, lembar observasi, catatan wawancara, dan tape recorder. 2. Setelah instrumen dipersiapkan, kemudian peneliti mencari informasi

tentang keberadaan subjek yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini.

3. Jika keberadaan subjek telah diketahui peneliti, maka peneliti

menemui subjek tersebut untuk meminta kesediaanya menjadi subjek penelitian ini.

(63)
(64)

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang hasil pengolahan seluruh data yang telah didapat dari lapangan penelitian. Hasil penelitian ini dapat

dijabarkan'dalam bentuk gambaran umum subjek penelitian, riwayat kasus dan analisa kasus, serta analisa perbandingan antar kasus.

A. Gambaran Umum Subjek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, yang diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Latar belakang pendidikan ketiga subjek tersebut menunjukkan tingkat yang berbeda-beda. Diantara mereka ada yang menyelesaikan pendidikannya hingga tamat pada jenjang menengah tingkat atas, ada pula yang hanya sampai lulus Sekolah

Dasar, bahkan salah satunya tidak sampai selesai Sekolah Dasar.

Usia mereka ketika melakukan aborsi berada pada kisaran 18 hingga 28 tahun, usia dimana mulai dimasukinya masa dewasa dini. Pada usia ini, mereka dituntut untuk mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi sehingga mereka dinilai telah cukup mampu untuk dapat mengambil

keputusan.

(65)
[image:65.537.21.441.170.510.2]

Hal ini dimaksudkan agar kerahasiaan subjek dalam penelitian ini tetap terjaga.

Gambaran mengenai ketiga subjek tersebut dapat dilihat lebih jelas dalam label berikut:

Tabel 4.1 Gambaran umum Subjek

No Nam a Usia ketika Latar belakang aborsi oendidikan 1. Ninina 18 tahun SD kelas Ill

2. Rina 20tahun SD

3. Santi 27 tahun SPG

B. Riwayat Kasus dan Analisa Kasus

1. Kasus Nining

Nining yang dilahirkan pada tahun 1959 merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Sejak kematian Ayahnya ketika usianya baru mencapai satu tahun, ia dan kakak-kakaknya tidak di asuh lagi oleh ibu kandung mereka melainkan dititipkan pada saudara-saudaranya. Sementara ibu kandung Nining telah menikah kembali, Nining tinggal bersama bibinya yang rumahnya terletak jauh dari tempat tinggal kakak-kakaknya yang lain.

Nining hidup di tengah keluarga yang kondisi perekonomiannya biasa-biasa saja atau dapat dikatakan berkecukupan. Bibinya yang hidup bersama suami dan dua orang anak tidak menggunakan cara yang keras dalam

(66)

yang berlaku dalam keluarga tersebut tidak dilaksanakan dengan cara yang kaku. Pola asuh yang liberal itulah yang didapatkan Nining dalam keluarga bibinya tersebut.

Sedangkan pendidikan agama yang diterima Nining dalam keluarga itu juga sewajarnya saja. Tidak ada disiplin khusus yangs berakhir dengan hukuman bila tidak menjalankan ibadah-ibadah keagamaan. Semuanya berjalan secara apa adanya.

Nining yang hidup dalam asuhan bibinya, disekolahkan ke Sekolah rakyat (sekarang SD) tetapi hanya sampai kelas tiga. Hal itu disebabkan kondisi perekonomian yang hanya cukup untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Selain bersekolah, sebagaimana layaknya anak-anak seusianya di lingkungan tersebut, ia pun setiap sore belajar mengaji di musholla dekat rumahnya. Hal itu juga hanya berjalan hingga setahun selepasnya berhenti sekolah. Sehingga selain di rumah, ia juga mendapatkan pendidikan agama dari guru ngaji tersebut walaupun tetap dalam kadar yang biasa-biasa saja atau dalam arti tidak begitu mendalam.

(67)

Saal itu pula, !bu kandung Nining yang telah menitipkannya pada keluarga tersebut sejak ia berusia satu tahun kembali datang dan sering mengajaknya pergi berjalan-jalan. Lalu tak lama kemudian lbunya juga mengajaknya pergi menemui kakak perempuannya yang belum sempat dikena/nya.

Nining dan /bunya kemudian menetap dirumah kakak kandung Nining. Di rumah itu, selain tinggal kakak Nining dan suaminya beserta tiga anaknya, juga ada /ima orang pemuda yang sebaya Nining. Pemuda-pemuda tersebut adalah adik kandung, keponakan dan saudara-saudara dari kakak ipar Nining.

Nining yang pada waktu itu berusia tujuh be/as tahun menumpang hidup dalam keluarga yang bermata pencaharian dari usaha berdagang dan menjahit itu. Walaupun banyak yang menetap disana, namun tidak ada kesulitan dalam perekonomian ke/uarga tersebut. Kakak ipar Nining tetap mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Mereka hidup layak dan tidak kekurangan.

(68)

menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan agama, kakak iparnya tak segan-segan memarahi anak-anaknya maupun siapapun yang berbuat salah.

Pada kira-kira setengah tahun berada dirumah kakaknya, dua orang pemuda yang berada dirumah itu menyukainya dan berusaha menjalin

hubungan khusus dengan Nining. Pemuda tersebut adalah Ari (adik kandung kakak iparnya) dan Supri (keponakan kakak iparnya). Nining yang pada waktu itu juga menyukai Ari akhirnya memutuskan untuk memilih Ari. Lalu mulailah mereka berpacaran.

Hubungan khusus diantara mereka berlangsung secara wajar tanpa melanggar batas-batas susi/a. Walaupun tinggal dalam satu rumah yang sama, mereka tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.

Namun ternyata kakak kandung, kakak ipar, maupun ibunya tidak menyetujui hubungan tersebut lantaran Ari dan Nining adalah saudara ipar. Waiau demikian, tidak ada tindakan keras yang dilakukan kakak iparnya untuk melarang hubungan itu.

Mereka berdua sama sekali tidak memperdulikan ha/ tersebut. Bahkan ketika /bu Nining membicarakan ketidaksetujuannya pada mereka berdua, Ari tetap tidak perduli.

(69)

Lalu ketika sudah hampir satu tahun Nining menjalin hubungan

dengan Ari, terjadi suatu masalah yang mengharuskan Ari pergi ke luar kota untuk sementara waktu. Namun mereka tidak memutuskan hubungan begitu saja, karena mereka masih sama-sama mencintai.

Ketiadaan Ari dirumah itu dimanfaatkan Supri untuk mendekati Nining kembali. Walaupun pada awalnya Nining masih menolak, namun setelah berkali-kali didekati akhirnya Nining menerimanya juga.

"ya namanya juga perempuan ... dirayu /aki-laki ya manut aja ... " Mulanya, proses pacaran antara Nining dan Supri berlangsung biasa-biasa saja. Tidak ada konflik ataupun hal-hal yang melanggar norma dalam hubungan tersebut. Walaupun tetap saja tidak ada dukungan dari kakak dan kakak iparnya, sementara ibu kandungnya sudah tidak mengetahui perihal keadaan Nining karena tidak berada di rumah itu lagi.

Ketika Ari kembali dari luar kota, ia merasa cemburu alas hubungan antara Nining dan Supri namun ia tidak dapat berbuat apa-apa. Kedatangan Ari membawa pengaruh buruk bagi Supri. la mengalami ketakutan akan berpalingnya Nining pada Ari kembali. Berkali-kali Nining meyakinkan Supri bahwa hubungannya dengan Ari sudah berakhir, namun Supri masih saja tidak percaya pada kata-kata Nining.

(70)

tidak percaya akan cinta Nining padanya, ia meminta Nining untuk membuktikan kesungguhannya dengan melakukan hubungan badan.

Mendengar permintaan tersebut Nining langsung menolaknya dengan terus meyakinkan bahwa dirinya hanya mencintai Supri.

Tanpa menanggapi penolakan Nining, pria yang telah diliputi perasaan takut kehilangan wanita yang dicintainya itu terus memaksa Nining agar bersedia memenuhi permintaannya. Dengan berat hati akhirnya Nining hanya bisa pasrah menyerahkan dirinya untuk 'ditiduri' oleh Supri.

"aku ya sebenemya engga mau, tapi dia maksa terus mau nidurin aku ... aku kaya lagi mimpi pas dia gituin aku ... kaya orang engga sadar, padahal aku sadar kok .. ya orang bangun tidur"

Setelah tiga bulan kejadian itu berlalu, Nining menyadari bahwa dirinya belum mendapatkan menstruasi. Perasaan was-was akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya pun menghantuinya. Sambil menangis ia lalu menceritakan semua hal yang telah dialamimya tersebut pada teman dekatnya. Temannya pun beranggapan bahwa Nining telah hamil dan ia menyarankan agar Nining memberitahu tentang kehamilannya itu pada kakaknya.

(71)

akan dosa yang harus ditanggungnya karena telah berzina. Perasaan malu pada keluarga atas kehamilannya pun meliputinya.

"waktu itu aku ngerasa takut, malu, ama keluarga ... malu sama Allah soalnya udah berbuat enggak senono/J ... takutnya dosa, nyese/, nyesel karena udah berbuat begitu, habisnya kalo enggak gitu takutnya dia enggak percaya, soalnya dia enggak percayaan banget''

Setelah beberapa hari kemudian, Nining menceritakan tentang kehamilannya pada Supri. Namun dengan santainya, Supri menanggapi hal tersebut dengan ajakan untuk menikah.

"aku cerita sama dia, eh dianya santai aja, kaya enggak pernah berbuat. Terus katanya 'ya udah kalo udah /Jamil ya udah nika/J aja ' gitu katanya"

Sementara itu, menurut pengakuan Nining, ada kemungkinan temannya menceritakan semuanya pada kakak kandung Nining tanpa sepengetahuannya. Hal itu terbukti dengan berubahnya sikap kakak dan kakak iparnya. Mereka berdua menjadi sering marah-marah padanya tanpa sebab dan lebih banyak diam, tidak seperti biasanya.

Beberapa hari kemudian, kakak kandungnya menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya dengan alasan malu bila orang lain tahu Nining hamil di luar nikah. Menurut Nining, perintah untuk menggugurkan kandungan itu adalah atas ide kakak iparnya tetapi yang menyampaikan

Gambar

Tabel 4.1 Gambaran um um subjek ..................................................... .47
Gambar 2.1 Approach-approach conflict ............................................... 13
Gambar 2.2: Avoidance-avoidance conflict: orang terjepit antara dua bahaya
Gambar 2.3: Approach-avoidance conflict: orang tertarik kepada suatu hal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dari hasil uji Mann-Whitney diatas dapat disimpulkan bahwa antara kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-3, ke-5, dan ke-7 memperlihatkan perbedaan yang

Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

Gerak tari yang digunakan dalam seni begalan tidak ada patokan tertentu, karena seni begalan pada dasarnya terma- suk seni tradisional kerakyatan, sehingga gerak yang

Penambahan luas ini sebagai bagian dari komitmen pemerintah kabupaten terutama DKP yang terus melakukan pembangunan dan optimalisasi TPST untuk dapat memenuhi Sidoarjo Zero

Penggunaan silase daun Mengkudu ( M. citrifolia ) dalam formula pakan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, rasio efisiensi

(2) Setiap orang, lembaga dan/atau badan dilarang mempromosikan, mengiklankan, menjual dan/atau membeli produk rokok pada fasilitas pelayanan kesehatan

Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa (1) Pendapatan yang direncanakan merupakan

menggunakan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data digunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan