• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langulung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langulung"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

(TELA' AH ISLAMISASI ILMU )

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

1111 - - - - .

Ulll

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Disusun oleh:

Maya Yuningsih

105011000149

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

MMMMMMᄋMMMMMMMMMMMセ@

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

- - - -

··---·---

- ---··--·-·-·---·--·-'

aya yang berianda langan di bawah ini,

Na 111 a : ..

mNセサI@

kl ...

N_NjNyNイ|イNy|N\qセNィ@

... .

Ternpat/Tgl. Lahir : ...

B.<.1<,a,.?. \ .; ...

"& ..

J!A.0.1.. ....

ャセNセセN@

nセゥカャ@

: ..

jYNNセNアNャNャNdNc_セyNZQY@

... ..

Jurusan I Prodi : ...

P11 ... .

Judul Skripsi

: ...

セc_NセNセNセNpN@

....

ke.\'i

セ@ ャセセ@

....

Aj・NGATQ」ZijNセNLエ[QN

P@

...

ᄋGᄋセ@

\ 0 M .... .

....

セセAGセNZNセ@

...

Zャャセセセ@

...

セセGゥ|ZAjセPNY@

... .

...

,

... .

Doscn Pemhimbing : I. ..

0.f.'t:<.: ...

t:fJ.: ..

dNjカNPNdNセエANQ@

...

ヲカャyNPPセッN⦅イ」N⦅セL@

.. M.t\ .

2 ... .

engan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri clan aya bertanggungjawab secara akademis alas apa yang saya tulis.

'ernyalaan ini dibuat sebagai salah satu syarat rnencrnpuh Ujian Mu1rnqasah.

ZMZZZLNLセセ|@

ᄋmセセッ[ZNセjmセゥZQィN@

... .

(3)

MENURUTHASANLANGGULUNG

(Tela'ah Islamisasi limn)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

Maya Yuningsih 105011000149

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF HIDAYATULLAH

(4)

Hasan Langgulung (Tela'ah Islamisasi Ilmu)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah · Jakarta pada tanggal 22 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Jakarta, 22 Maret 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Jurusan

Dr,, H. Abdul Fattah Wibisono, M.Ag NIP.: 19580112.198803.1.002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag NIP.: 19670328.200003.1.001

Penguji I

Prof. Dr. Armai Arief, M.A NIP.: 19560119.198603.1.003

Penguji II

Drs. Sapiudin Siddiq, M.Ag NIP.: 19670328.200003.1.001

Mengetahui Dekan,

Tanggal Tanda Tangan

セセMljN⦅⦅セセセMM

セ@

J.3

6,-

2.o{ D
(5)

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Maret2010

Pendidikan Islam sebagai salah satu pembicaraan yang tidak pemah akan tuntas, selalu membuahkan berbagai macam penafsiran dan pemikiran sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam sebagai ha! yang sangat krusial bagi orang-orang muslim di seluruh dunia, selalu membutuhkan modifikasi dan inovasi agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi agama, ihnu pengetahuan dan teknologi.

Oleh sebab itu, dalam skripsi ini penulis membahas mengenai salah satu pemikiran dalam dunia pendidikan Islam yang dapat memberikan suatu kontribusi dan pengembangan bahkan sebagai penyempuma dari pendidikan-pendidikan Islam yang telah ada. Yaitu Pendidikan Islam yang digagas oleh tokoh dari Indonesia yang banyak berpengalaman di luar negeri. Beliau adalah Prof. Dr. Hasan Langgulung, MA. Oleh karena pandangan-pandangan beliau yang sangat luas dalam bidang pendidikan khususnya mengenai kondisi-kondisi yang terjadi dalam masalah-masalah pendidikan di negara-negara Islam.

Salah satu perhatian Hasan yang ditujukan pada dunia pendidikan Islam adalah masalah kurikulum. Menurut Hasan perlunya penyusunan kembali dasar-dasar kurikulum dalam pendidikan Islam (islamisasi ilmu) melalui format yang integralistik dengan berupaya menginternalisasikan nilai-nilai Islam ke dalam pendidikan umum dan sebaliknya. Tidak ada dikotomi dalam pembelajaran, semua ihnu pengetahuan diajarkan secara seimbang karena semuanya itu berasal dari satu sumber yaitu Allah.

(6)

yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, Yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya. Skripsi ini dengan judul "Konsep Kurikulum Peudidikau Islam Menurut Hasan Langgulung (Tela'ah lslamisasi limn)" dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal, namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ;

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusaan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, penulis haturkan terima kasih yang telah banyak membantu dalam bidang administrasi dan supportnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

5. Kakakku (Ahmad Firmansyah) dan adikku tercinta (lka Tasabilah) terimakasih atas motivasi, saran dan kritik selama ini, you are the best.

6. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Umi Habibah, Lia Nurfauziah, Endah Nurfauziah, Myra Mursidah, Hanifah, Siti Khoiriah, Tuti Alawiyah, Yasir Muttaqin, Asep Sugiarto, Ahmad Qasim, Jhonson Harianto (thanks bukunya) serta seluruh anggota PAI angkatan 2005 (khususnya kelas D, Bilingual Class,

Tafsir Hadits) yang tidak disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa sayang penulis terhadap kalian, terima kasih atas bantuan kalian selama ini, canda tawa yang selalu menghiasi hari-hari penulis sehingga rasa lelah dan penat terasa hilang dengan adanya kehadiran kalian.

7. Kepada keluarga besar yang berada di Mayestik khususnya Nenekku tercinta, Tante Ime, Nopiyati, yang telah membantu dan mendukung penulis untuk menyelesaikan studi di kampus tercinta.

Akhimya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis menyatakan sebagai manusia yang tidak sempuma, maka dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempumanya skripsi ini.

Alhamdulillahirrabil 'aalamiiin.

Jakarta,18 Maret 2010

(8)

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ...

v

KATA PENGANTAR... vi

DAFT AR 181... viii

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... .. ... ... ... ... .. . . ... .... .. . . 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Islamisasi Ilmu ... 9

1. Latar Belakang lslamisasi Ilmu ... 9

2. Definisi lslamisasi Ilmu ... 13

3. Langkah-Langkah dalam Upaya Islamisasi Ilmu... 16

B. Kurikulum Pendidikan Islam ... 18

I. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam... 18

2. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan Islam... 22

3. Landasan Pengembangan Kurikulum <lalam Pendidikan Islam... 24

a. Landasan Agama .... .... ... ... .... .... .. ... ... ... ... 24

b. Landasan Falsafah ... 26

(9)

Islam... 31

5. Rancangan Ideal Sebuah Kurikulum ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB IV A. Latar Penelitian (Biografi Tokoh) ... 36

1. Riwayat Hidup dan Riwayat Pendidikan... 36

2. Penghargaan .... ... .. ... ... ... .. .... ... 3 7 3. Karya-Karyanya... 38

B. Jen is Dan Pendekatan Penelitian ... 3 8 C. Metode Penelitian... 40

D. Sumber Data... 41

E. Teknik Pengumpulan Data... 42

F. TeknikPengolahan Data... 42

G. Metode Penulisan ... .... .. ... ... ... ... .. ... 4 3 ISLAMISASI ILMU DALAM KURIKULUM PENIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG A. lslamisasi Ilmu ... 44

1. Islam dan Ilmu Pengetahuan ... 44

2. Islamisasi Ilmu Menurut Hasan Langgulung ... 50

B. Implementasi Islamisasi Ilmu dalam Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung ... 52

1. Merumuskan Konsep Kurikulum dalam Pendidikan Islam 53 2. Menyusun Kembali Komponen Kurikulum dalam Pendidikan Islam... 55

a. Tujuan ... 56

(10)

Islam... 68 4. Merumuskan Jenis dan Jenjang Kurikulum dalam Pendidikan Islam... 70 C. Analisis Terhadap Pemikiran Hasan Langgulung ... 73

BABY PENUTUP

A. Kesimpulan... 76 B. Saran... 77

(11)

60.

Hakikat pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau.

Bila ditinjau dari perspektif Pendidikan Islam, Pendidikan merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan. Kedewasaan dalam bentuk aka!, mental, maupun moral dalam rangka menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan khalik-Nya dan juga sebagai khalifatul fil ardh pada alam semesta ini.

Pendidikan Islam berarti menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ald1lak mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta beke1ja bagi kemanfaatan tanah air. 1

Menurut M. Arifin pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan dan mengembangkan kelangsungan fondasi nilai-nilai Islam

1

(12)

59-cerdas, lebih berkemampuan dan lebih kreatif serta inovatif. Kurikulum mempunyai andil besar dalam melahirkan harapan tersebut.

Di Indonesia dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984 (CBSA), 1994 , 2004 (KBK), sampai yang sekarang yaitu KTSP. Pada hakikatnya seluruh kurikulum tersebut diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini yaitu mencerdaskan generasi penerus dengan akhlak yang baik.

Seiring bergulirnya waktu, suatu fakta menunjukkan bahwa kurikulum dalam pendidikan yang semestinya membantu mencerdaskan dan mencapai tujuan pendidikan, sedikit demi sedikit tekikis oleh perkembangan zaman, menjadi bersifat sekuler-materialistik. Penekanan tujuan pendidikan diprioritaskan hanya pada aspek pengetahuan saja dan cenderung mengabaikan aspek spiritual.5 Senada dengan ungkapan Prof. Dr. Muktar Buchori bahwa:

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai. Pendidikan agama yang berlangsung terjebak hanya pada "pengetahuan agama" yang lebih menekankan aspek kognitif siswa semata yang hanya akan menghasilkan siswa yang mengetahui dan menguasai isi dan ajaran agamanya namun tidak memiliki kemampuan bagaimana mengimplementasikannya dalam realitas sosial.6

Maraknya pemblokadean terhadap pengajaran agama, baik itu dari segi materi ataupun dari moral. Dari segi materi, pengajaran agama selalu dipojokkan dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempelajari pelajaran agama, itu hanya urusan akhirat. Sedangkan dari segi moral bahwa sarana-sarana pengajaran keagamaan selalu disudutkan sehingga guru dan murid menjauh dari agamanya.7

5 Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan lntegratif dan Optinza/isasi

Negara Dala111 Penyelenggaraan Pendidikan 111enuju Generasi sho/eh Muslih, Maka/ah Dalam

Seminar Nasianal Pendidikan, Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I.

6

Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan

Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65.

7

(13)

cerdas, lebih berkemampuan dan lebih kreatif serta inovatif. Kurikulum mempunyai andil besar dalam melahirkan harapan tersebut.

Di Indonesia dalam hampir 30 tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1975, 1984 (CESA), 1994 , 2004 (KBK), sampai yang sekarang yaitu KTSP. Pada hakikatnya seluruh kurikulum tersebut diharapkan dapat menjawab berbagai pennasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini yaitu mencerdaskan generasi penerus dengan akhlak yang baik.

Seiring bergulirnya waktu, suatu fakta menunjukkan bahwa kurikulum dalam pendidikan yang semestinya membantu mencerdaskan dan mencapai tujuan pendidikan, sedikit demi sedikit tekikis oleh perkembangan zaman, menjadi bersifat sekuler-materialistik. Penekanan tujuan pendidikan diprioritaskan hanya pada aspek pengetahuan saja dan cenderung mengabaikan aspek spiritual.5 Senada dengan ungkapan Prof. Dr. Muktar Buchori bahwa:

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini telah kehilangan makna dan nilai. Pendidikan agama yang berlangsung te1jebak hanya pada "pengetahuan agama" yang lebih menekankan aspek kognitif siswa semata yang hanya akan menghasilkan siswa yang mengetalrni dan menguasai isi dan ajaran agamanya namun tidak memiliki kemampuan bagaimana mengimplementasikannya dalam realitas sosial.6

Maraknya pemblokadean terhadap pengajaran agama, baik itu dari segi materi ataupun dari moral. Dari segi materi, pengajaran agama selalu dipojokkan dengan mengatakan bahwa tidak ada gunanya mempelajari pelajaran agama, itu hanya urusan akhirat. Sedangkan dari segi moral bahwa sarana-sarana pengajaran keagamaan selalu disudutkan sehingga guru dan murid menjauh dari agamanya.7

5 Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Pendidikan Integratif dan Optbnalisasi

Negara Dalani Penyelenggaraan Pendidikan nzenuju Generasi sholeh Muslih, Maka/ah Dalam

Seminar Nasional Pendidikan. Syahida INN, UIN Jakarta 2008. h. I.

6

Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Perundang-undangan Pendidikan

Agama Pada Seka/ah, (Jakarta: Pena Citasatria, 2008), Cet I, h 64-65.

7

(14)

pendidikan agama berjalan tanpa dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebaliknya pendidikan umum hadir tanpa sentuhan agama.

Adanya kesenjangan antara tujuan pendidikan dengan hasil yang di· harapkan yakni cenderung hanya sekedar mengetahui konsep, tetapi tidak ada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya serta kehidupan keluarga dan masyarakat yang tidak mendukung.

Melihat gejala sosial seperti yang telah dipaparkan, Salah satu tokoh Pendidikan Islam yaitu Prof. Dr. Hasan Langgulung juga menyatakan bahwa masa-masa kejayaan dan keemasan pendidikan Islam yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tengah berlalu, dan kini berubah menjadi masa keruntuhan dan kebekuan umat.

Islam yang menjadi landasan umat mengalami kebekuan dan kejumudan, sifat-sifat positifnya menjadi negatif dan lebih merupakan slogan daripada · sebagai tindakan. Al-Qur'an tidak lagi merupakan jiwa umat tetapi menjadi kitab yang hanya dibaca, dikubur dan ditulis dengan tinta emas dengan huruf-huruf di atas kertas yang indah. Dalam bidang pemikiran aktivitas hanya berkisar pada silat lidah mengenai soal-soal formal dan masalah-masalah furu' .10

Oleh sebab ilu, Hasan Langgulung memandang perlu menggagas sebuah ide gerakan yang bersifat pendidikan, pembaharuan dan konservatif. Hasan konservatif sebab mengajak kembali kepada sumber-sumber pokok Islam,

yaitu al-Qur'an dan Sunnah. Hasan bersifat pembaharuan sebab mengajak membaharui pemahaman terhadap Islam dan membenarkan aqidah dan memumikannya dari segi paham dan kebatilan yang menghalangi pemahaman. yang benar terhadap Islam.

Dalam konteks pendidikan, jalan yang ditempuh oleh Hasan adalah mengembangkan konsep islamisasi ilmu dalam pendidikan Islam yaitu pada aspek kurikulum. Oleh sebab kurikulum yang berjalan saat ini telah

10

(15)

disekulerkan oleh dunia barat, dengan mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai Islam dan menggantinya dengan budaya dan ajaran Barat.

Pada hakikatnya, ide Islamisasi ilmu pengetahuan muncul dan dihubungkan dengan tokoh seperti Syed Naquib al-Artas, Ismail Raji al-· Faruqi, Oesman Bakar dan lain-lain. Akan tetapi secara subtantif ide tersebut telah muncul pada abad ke-19, yaitu ketika Syah Waliyallah da Sir Sayyid Akhmad Khan yang mendirikan universitas Aligarth. Kedua tokoh ini mempelopori kebangkitan pemikiran dan pengetahuan yang berorientasi kepada Islam dan sekaligus bercorak modern.11

Pada dasarnya, praktik Islamisasi ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak pennulaan Islam hingga zaman kita sekarang. Ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi secara jelas menegaskan semangat Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, yaitu ketika Tuhan menekankan bahwa Dia adalah sumber dan Asal ilnm pengetahuan manusia.12

Dalam konteks islamisasi ilmu, Hasan Langgulung menegaskan bahwa · dalam proses pelaksanaan sebuah kurikulum hendaknya mampu mendorong

bagi terciptanya kondisi pembinaan kepribadian peserta didik yang tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik, tapi juga pada tataran afektif. Karena kurikulum dipandang sebagai tahapan-tahapan yang harus dilalui pendidikan dalam mengembangkan aspek kepribadian peserta didik.

Oleh sebab itu beliau mendefinisikan kurikulum dengan ruang lingkup yang luas, yakni :

Sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkahlaku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.13

Selain mampu mengembangkan potensi peserta didik, menurutnya · kurikulum hendalmya mampu menciptakan sesuatu proses dalam belajar

11

Mohan1mad Muchlis Solichin, lsla1nisasi Iflnu Pengetahuan dan Aplikasinya ... , h.16. 12

Syed Naquib Al-Attas, Fi/safat dan Praktik Pendidikan Islam, Terj. dari The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Atlas oleh Wan Mohd Nor Wan Daud, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. I, h. 340.

13 Hasan Langgulung, Peralihan Paradign1a Dalam Pendidikan Js!a1n dan Sains Sosial,

(16)

mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman. Dalam ha! ini lembaga pendidikan yang diharapkan adalah lembaga pendidikan yang mampu membantu terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi yakni KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.

MENURUT HASAN LANGGULUNG (Tela'ah Islamisasi Ilmu)

B. ldentifikasi Masalah

I. Rendahnya kualifikasi dan kompetensi siswa dalam memahami pelajaran agama karena agama dianggap sebagai simbol dan sekedar ritual keagamaam.

2. Rendahnya proses pelaksanaan pembelajaran pada taraf implementasi, sehingga siswa hanya mengetahui konsep tapi tidak dapat mengamalkannya.

3. Adan ya ketimpangan dalam melaksanakan tujuan pendidikan.

4. Terdapat pemikiran yang khas yaitu islamisasi ilmu oleh Hasan· Langgulung da!am kirikulum Pendidikan Islam.

5. Adanya upaya pengislaman ilmu oleh Hasan Langgulung terhadap kurikulum yang telah terpengaruh oleh budaya Barat.

C. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memperje!as dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini maka penulis memberi batasan kajian dalam sk:ripsi ini. Dalam ha! ini penjelasan difokuskan pada kajian pemikiran pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung tentang islamisasi ilmu dalam kurikulum, yang dibatasi pada pengertian dan implementasi islamisasi ilmu Hasan Langgulung dalam kurikulum Pendidikan Islam.

(17)

dengan pendidikan secara umum, serta implementasi adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam upaya pencapaian islamisasi ilmu tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini ·

yaitu:

Bagaimana konsep islamisasi ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung?

Dimana letak islamisasi ilmu Hasan Langgulung terhadap pemikiran Islam?

Langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh Hasan Langgulung sehingga proses islamisasi ilmu tersebut?

E. Tujuan Penelitian

I. Untuk mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung tentang islamisasi ilmu dalam kurikulum Pendidikan Islam.

2. Untuk dapat mendeskripsikan komponen-komponen kurikulum pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung.

3. Untuk dapat menjelaskan konsep kurikulum pendidikan dari segi filosofis. 4. Untuk dapat menjelaskan implementasi islamisasi ilmu menurut Hasan

Langgulung.

F. Manfaat Penelitian

I. Manfaat bagi mahasiswa; menjadi bahan referensi dan menambah kajian keilmuan dalam meningkatkan wawasan akademis serta menjadi bahan pijakkan untuk melaksanakan penelitian lanjutan.

2. Manfaat bagi institusi; menjadi bahan referensi dalam menentukan. kebijakan terhadap kurikulum.

(18)

A. lslamisasi llmu

1. La tar Belakang lslamisasi llmu

Perkembangan sains dan teknologi Barat atas masyarakat negara-negara di seluruh dunia membawa pengaruh yang sangat besar terhadap gaya, corak dan pandangan kehidupan masyarakat. Seluruh masyarakat seperti tak sadarkan diri mengikuti pola-pola pemikiran dari sains Barat, sehingga cara berpikimya, cara pandangnya, dan persepsinya terhadap sains dan hal-hal terkait yang menjadi implikasinya menjadi terbaratkan.

Selayaknya, perkembangan dan kemajuan yang tengah dirasakan membawa kebahagiaan kepada manusia. Akan tetapi suatu kenyataan yang amat pahit harus ditelan bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sulit dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat dan perasaan tertekan kian meningkat sehingga tidak ada kebahagiaan. 1

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya,

namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut

1

(19)

masyarakal pada umumnya unluk mendapalkan pembenaran-pembenaran secara ilmiah.

Dari penerapan konsep sekulerisasi ini, ada beberapa kelompok masyarakal yang dirugikan, mereka adalah kelompok masyarakal yang memilki ikalan moral dengan ajaran agamanya, lerulama masyarakal Muslim. Kelika mengikuli ams perkembangan sains modern dari Baral, mereka secara sadar maupun lerpaksa harus mengganlikan nilai-nilai religius mereka dengan nilai-nilai sekuler yang sangal konlras.

Pada hakikalnya, agama diyakini memilki peranan unluk mewarnai bangunan ilmu pengelahuan dan unsur-unsur lain yang lerkait. Namun kenyalaannya, masyarakal muslim seolah dipaksa unluk melaksanakan ajaran sekuler (sekulerisme) dalam seluk beluk kehidupan lanlaran · derasnya arus sekularisasi. Secara riil sekarang ini mereka semakin menjauhi nilai-nilai religius Islam.

Syed Naquib al-Attas secara legas menyalakan bahwa lanlangan lerbesar yang secara diam-diam lelah limbul dalam zaman kila adalah lanlangan pengelahuan yang disebarkan ke seluruh dunia oleh peradaban Baral. Sifal pengelahaun Baral lersebut lelah menjadi penuh permasalahan karena lelah kehilangan maksud yang sebenarnya sebagai akibat dari pemahaman yang lidak adil.3

Apa yang dirumuskan dan disebarkan oleh Barat adalah ilmu pengetahuan yang telah dituangi dengan walak dan kepribadian peradaban barat ilu sendiri. Ilmu pengalahuan yang disebarkan itu hanyalah · pengelahuan semu yang dilebur secara halus dengan sejali sehingga orang-orang yang mengambil dengan tidak sadar seakan-akan menerima pengelahuan yang sejali.

Berkembangnya ilmu pengetahuan yang lelah salah dalam memahami ilmu dan keluar dari maksud dan lujuan ilmu itu sendiri meskipun ilmu pengetahuan yang di kembangkan oleh peradaban Baral telah memberikan manfaal dan ke makmuran kepada manusia, namun ilmu pengelahuan itu

3

(20)

juga telah menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi. Ilmu pengetahuan modem yang di kembangkan di atas pandangan hidup, budaya dan paradaban Barat, menurut Al-attas dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:

a. Mengandalkan akal untuk membimbing kehidupan manusia, b. Bersikap dualistik terhadap relaitas dan kebenaran,

c. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan kehidupan sekuler,

d. Membela doktrin humanisme,

e. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi manusia.4

Berkaitan dengan keprihatinan itu, para tokoh Islam menggagas Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk menetralisir pengaruh · sains Barat modem sekaligus menjadikan Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Mereka berupaya membersihkan pemikiran-pemikiran muslim dari pengaruh negatif kaidah-kaidah berpikir ala sains modem,

sehingga pemikiran muslim benar-benar steril dari konsep sekuler.

Munculnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan ini menunjukkan adanya kesadaran di kalangan cendekiawan muslim terhadap ketimpangan-ketimpangan yang merupakan akibat terpisah dan terkotak-kotaknya sains dengan agama, antara lain berupa perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin lama semakin canggih, tetapi ternyata makin meninggalkan nilai etis dan agamis.

Dalam bahasa lain, seakan al-Faruqi mengatakan bahwa masalah · dikotomi pendidikan Islam berangkat dari kegagalan dalam merumuskan tauhid dan bertanhid. Kegagalan ini tentunya melahirkan syirik yang berakibat adanya dikotomi pemikiran Islam, dikotomi pemikiran Islam melahirkan adanya dikotomi keilmuan dan kurikulum. 5

4

Mohammad Muchlis Solihin, ls!an1isasi J/Jnu Pengetahuan dan Aplikasinya dalan1

Pendidikan Js/a1n, Tadris, Volume 3, Non1or 1, 2008, h. 22.

5

(21)

Dikotomi keilmuan dan kurikulum mengakibatkan terjalinnya dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikan. Dikotomi keilmuan dan kurikulum mengakibatkan terjadinya dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikan. Dikotomi proses tujuan pendidikan pada akhirnya menyebabkan dikotomi alumni pendidikan yang berkepribadian ganda yang justru melahirkan dan kemudian memperkokoh sistem kehidupan umat yang rasionalistis, sekularistis, dan matrealistis. Kerangka seperti ini pada intinya muncul oleh karena gagalnya mendefinisikan tauhid dalam

dunia pendidikan.

2. Definisi lslamisasi Ilmu

lslamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu respon terhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan Barat yang be1tumpu pada suatu pandangan dunia yang bersifat · materialistis dan relavistis, menganggap bahwa pendidikan bukan untuk membuat manusia bijak, yakni mengenali dan mengakui posisi masing-masing dalam tertib realitas, tapi memandang realitas sebagai sesuatu yang bermakna secara material bagi manusia. 6

Islamisasi ilmu pengetahuan pertama kali dilontarkan oleh Syed Muhammad Naquib Attas. Definisi lslamisasi ilmu dalam konsepsi al-Attas lahir dari pengetahuan dan pemahamannya terhadap konsep Islamisasi ilmu secara umum sebagaimana yang terjadi dalam sejarah Islam. al-Attas mendefinisikan Islamisasi secara umum yaitu: lslamisasi adalah pembebasan manusia, pertama dari tradisi magis, mitos, animis, dan faham kebangsaan dan kebudayaan pra-Islam, kemudian dari kendali · sekuler atas nalar dan bahasanya.7

Dari pengertian Islamisasi di atas, terdapat dua lapisan sasaran penting dalam proyek lslamisasi, yaitu tingkat individu dan pada tingkat bahasa

6

Abudin Nata (ed), Kapita Se/ekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet I, h 126-127.

7 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalatn

Js/a1n, Bandung: Mizan,

(22)

(linguistik). Pada tingkat individu dan pribadi, Islamisasi berkenaan dengan pengakuan terhadap Nabi sebagai pemimpin dan pribadi teladan bagi umat manusia; pada tingkat kolektif, sosial dan historis, ia berkaitan dengan perjuangan umat ke arah realisasi kesempurnaan moralitas dan · etika yang telah dicapai pada zaman Nabi.8

Sedangkan pada tingkat bahasa, Islamisasi berarti membersihkan dan merehabilitasi kata-kata kunci yang penting bagi pembahasan ilmu dari sisa-sisa efek sekularisasi yang ada. Islamisasi akan mengembalikan bentuk semantik kata-kata kunci tersebut, kepada bentuk asalnya sehingga pemahaman yang didapatkan darinya akan sesuai dengan pandangan hidup serta pengalaman historis dan kultural di mana kata-kata itu terbentuk.

Tokoh lainnya yang menggagas Islamisasi ilmu pengetahuan adalah Ismail Raji al-Faruqi, seorang ilmuwan kelahiran Palestina yang bermukim di Amerika. Ia melontarkan ide Islamisasi ilmu pengetahuan yang diikuti dengan pendirian sebuah lembaga penelitian International· Institute of Islamic Thought yang terkenal dengan singkatan III-T.

Ide ini lahir ketika al-Faruqi melihat kekalahan dan keterbelakangan umat Islam dalam menghadapi dominasi dan kemajuan dunia Barat. Kekalahan-kekalahan ini mengakibatkan kaum muslim dibantai, dirampas kekayaannya, dirampas hak-hak dan kehidupannya. Dalam ha! ini umat Islam disekulerkan, diwesternisasikan, dan dijauhkan dari nilai-nilai agama, sehingga umat Islam pada saat itu menjadi umat yang mempunyai citra buruk.

Sementara dalam kehidupan politik umat Islam terjadi perpecahan dan pertikaian yang sengaja diciptakan oleh negara-negara Barat, sehingga umat Islam terpecah menjadi lebih dari lima puluh negara yang berdiri. sendiri. Untuk lebih menciptakan kestabilan di negara-negara Islam mereka memasukkan orang-orang asing ke negara-negara Islam.9

8 Syed Naquib Al-Attas, Filsafat dan Praktik ... , h. 336. 9

(23)

3. Langkah-Langkah dalam Upaya lslamisasi limn

Menurut Muhaimin, dalam kerangka operasionalnya Islamisasi ilmu pengetahuan memiliki beberapa model antara lain:

a. Purifikasi, yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan yang mempunyai arti penyucian dan pembersihan. Dalam pirifikasi ini mengandung arti . bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan harus dapat menyucikan ilmu pengetahuan agar sesuai dan sejalan dengan ajaran Islam.

b. Modernisasi. Islamisasi ilmu pengetahuan model modernisasi adalah membangun semangat umat Islam untuk selalu modern, maju, progresif, terus menerus mengusahakan perbaikan-perbaikan bagi diri dan masyarakatnya agar terhindar dari keterbelakangan dan ketertingalan di bidang ilmu pengetahuan.

c. Neo-Modernisme. Islamisasi ilmu pengetahuan dengan pola neomodernisme adalah upaya memahami ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits dengan memperhatikan pemkiran intelektual muslim klasik dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang digunakan ilmu pengetahuan kontemporer.

Dalam ha! upaya Islamisasi ilmu, Ismail Raji al-Faruqi menegaskan bahwa kewajiban pemikir muslim adalah melakukan Islamisasi, untuk mendefinisikan dan menerapkan relevansi Islam hingga ke item-itemnya di dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi al-Faruqi menawarkan konsep operasionalnya berupa langkah-langkah konkrit dalam upaya Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Penguasaan disiplin ilmu modern. b. Survey disiplin ilmu.

c. Penguasaan khazanah Islam: sebuah antologi. d. Penguasaan khazanah ilmiah Islam tahap analisa.

e. Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.

(24)

g. Penilaian kritis terhadap khasanah Islam; tingkat perkembangannya dewasa ini.

h. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam.

i. Survei permasalahan yang dihadapi umat manusia. j. Analisa kreatif dan sintesa.

k. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam: . buku-buku daras tingkat universitas.

I. Penyebarluasan ilmu yang telah dilslamiskan.12

Sedangkan al-Atlas menjelaskan secara konkrit bahwa upaya Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan mengisolir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk peradaban Baral yang dimiliki oleh pengetahuan modern saat ini terutama ilmu pengetahuan humaniora. Dengan demikian, ilmu-ilmu alam, fisika dan aplikasinya harus ditundukan dengan ajaran Islam, khususnya dalam fakta-fakta dan formulasi teori-teori lainnya. Fakta dianggap tidak benar jika itu bertentangan dengan pandangan hidup Islam.

Selanjutnya memasukkan unsur-unsur, konsep-konsep Islam dalam setiap bidang dari ilmu pengetahuan modern yang relevan. Konsep-konsep Islam yang harus menggantikan konsep-konsep barat tersebut adalah: manusia, din, ilm dan ma 'rifah, hikmah, al-ad!', amal-adab, dan konsep

kulliyatjam 'iyah (universitas).13

Jika kedua proses Islamisasi tersebut dilakukan, maka manusia akan terbebas dari magic dan budaya yang bertentangan dengan Islam. Islamisasi akan membebaskan manusia dari keraguan, dugaan, dan argumentasi kosong menuju keyakinan akan kebenaran mengenai realitas spiritual dan materi. Islamisasi akan membebaskan ilmu pengetahuan dari ideologi, makna dan pernyataan-pernyataan sekuler.

Secara substansial, Islamisasi ilmu memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk meluruskan pemikiran-pemikiran orang Islam dari

penyelewengan-12 Ismail Raji Al-Faruqi, Is/amisasi I/mu ... , h. 99-115.

13

(25)

terdapat pula dalam bahasa Perancis "courir" artinya "to run" artinya "berlari". Istilah ini digunakan untuk sejumlah "courses" atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah.14 secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Sedangkan secara terminologis, kurikulum memiliki banyak arti, menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution, berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah .. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tetapi seluruh kehidupan di kelas.15

Secara sederhana kurikulum disebut sebagai program pendidikan untuk sampai pada tujuan-tujuan pendidikan. Menu rut J .G Sailor pengertian kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, rumusan basil belajar, penyediaan kesempatan belajar, kewajiban dan pengalaman peserta didik.16

Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.17

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran.

14

Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Jsla1n, Jakarta: Ciputat Pers,

2002, Cet I, h 29.

15 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum,

Jakmta: Bumi Aksara, 1995, Cet II, h. 5-6.

16

Choirul Fuad Yusuf (Ed), Kajian Peraturan dan Pe11rndang-undangan Pendidikan

Agama Pada Seka/ah, Jakarta: Pena Citasatria, 2008, Cet I, h 36.

17

(26)

memikul tanggung jawab dan peranan yang diharapkan dalam masyarakat.19

Dalam kurikulum pendidikan Islam materi pelajaran harus mencerminkan idealitas Qur'an yang tidak memilah-milah jenis disiplin ilmu secara taksonomis dikotomik. Senada dengan ini pandangan al-Farabi, Ibn Sina dan para ahli didik Ikhwanus Shofa menegaskan bahwa kesempurnaan ajaran agama itu tidak akan tercapai kecuali dengan menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan.20

Materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam itu nilainya diukur berdasarkan keserasian antara iman (agama) dan ilmu. pengetahuan (umum). Sebab keduanya terdapat hubungan fungsional yang bersifat saling memperkokoh dan saling mempengaruhi, sehingga orang yang makin bertambah ilmunya maka semakin kuat imannya, dan semakin kuat imannya semakin terdorong pula untuk menambah ilmu.

Pandangan al-Ghazali terhadap kurikulum terkait dengan konsepnya tentang ilmu pengetahuan, menurut beliau dalam menyusun kurikulum pelajaran lebih memberikan perhatian khusus pada ilmu agama dan etika. Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa al-Qur'an merupakan dasar pengajaran bagi seluruh kurikulum sekolah dinegeri Islam sebab al-Qur' an merupakan syiar agama yang menguatkan aqidah dan meresapkan keimanan. Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber inspirasi memberikan gambaran. tentang materi yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses kependidikan.21

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental. Ini menunjukkan

19

Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan Da/am Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Press, 2005, Cet I, h 182.

20 Abudin Nata, Pendidikan Da/am ... , h 183-184. 21

(27)

bahwa proses kependidikan Islam harus mengacu pada konseptualisasi manusia paripuma (baik sebagai khalifah maupun abd).

2. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan Islam

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat, tidak hanya menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi pendidikan juga harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Orientasi kurikulum sebagai bahan ajar (subject matter) merupakan. gambaran dari suatu kurikulum sebagai bahan untuk membentuk kerangka isi materi (contents) untuk disampaikan dan dilatih kepada siswa. Dalam konteks ini, kurikulmn berfungsi sebagai acuan untuk menentukkan bahan ajar yang akan disampaikan dan dilatihkan kepada siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah direncanakan dan ditetapkan.22

Kurikulum juga sebagai seperangkat pengalaman, merupakan gambaran bahwa kurikulum yang disusun dapat memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan pembelajaran atas dasar pengalaman

mereka (learning by experiences). Melalui pengalaman-pengalaman, siswa akan dapat memperoleh banyak bentuk belajar dan dalam ha! ini guru memposisikan diri sebagai fasilitator untuk mengeksplorasi pengalaman-. pengalaman siswa tersebut.23

Dalam konteks ini, kurikulum berfungsi sebagai instrumen untuk memberikan peluang kepada siwa untuk memulai pembelajaran atas dasar pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya untuk kemudian didiskusikan dengan teman-temannya dalam proses pembelajaran.

Kurikulum juga dianggap sebagai sebuah alat reproduksi budaya yang merupakan gambaran bahwa dalam kurikulum hendaknya dapat memuat

22

Zurinal Z, llnzu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pe/aksanaan Pendidikan,

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h 87-88.

23

(28)

Isi al-Qur' an mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu menyentuh seluruh potensi manusia, baik itu motivasi untuk mempergunakan pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi . kepentingan formulasi lanjut pendidikan manusia, motivasi agar manusia mempergunakan akalnya, dan motivasi agar manusia mempergunakan hatinya untuk mampu mentransfer nilai-nilai pendidikan Ilahiah.

Dasar pendidikan Islam kedua adalah Hadits. Eksistensi Hadits merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan Nabi dari pesan-pesan Ilahiah yang tidak terdapat dalam al-Qur' an, maupun yang terdapat dalam al-Qur' an, tapi masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut secara terperinci.26

Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan . universal, sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan (adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di mana proses pendidikan tersebut berlangsung dengan dibalut oleh pilar-pilar akidah Islamiah.

Sementara sumber-sumber lainnya yang sering digolongkan oleh para ahli seperti ijma', qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap baik (ihtihsan), adalah merupakan penjabaran dari kedua sumber diatas. Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus diletakkan pada apa yang telah digariskan oleh sumber-sumber tersebut dalam rangka menciptakan manusia yang bertaqwa sebagai abd' dan tegar sebagai khalifah Allah dimuka bumi.

Pendidikan yang berdasar pada agama Islam haruslah berusaha agar kurikulumnya dapat menolong pelajar-pelajarnya untuk membina iman yang kuat dan sehat kepada Allah, rasul-rasul, malaikat, kitab-kitab, qadha dan qadar, hari akhirat dan apa yang terkandung di

26

(29)

dalamnya termasuk kebangkitan, penghimpunan, perkiraan dan pembalasan.27

Dengan landasan agama in, kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan · melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat.

b. Landasan Falsafah dalam Pengembangan Kurikulum

Filsafat sebagai Iandasan pengembangan kurikulum dan sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam parses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin. dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.28

Kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota masyarakat yang dapat mempertahankan, mengembangkan dan dapat hidup dalam sistem nilai masyarakatnya sendiri, oleh sebab itu dalam proses pengembangan kurikulum harus mencerminkan sistem nilai masyarakat.

Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang . sesuai dengan filsafat negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan,

27 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/sq/ah Pendidikan Islam, Alih Bahasa:

DR. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 524.

28 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembe/ajaran,

(30)

serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara.

c. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum

Imam Ghazzali adalah salah seorang di antara pendidik-pendidik Islam yang sangat memberatkan pengkajian terhadap spikologi pelajar, ciri-ciri psikologinya, dan perlunya menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan perseorangan di kalangan murid-murid.29

Pada dasarnya, terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan mengkaji tentang hakikat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas. perkembangan individu, serta ha! lainnya yang berhubungan dengan

k b . ct• •ct 30

per em angan m 1v1 u.

Sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.31

Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak. dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini

29

Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Fa/safah Pendidikan .. ., h. 513.

30

Latifah, Kurikulum Pendidikan Islam, dalam Jurnal Lektur, Vol. 13, No. 2 Desember 2007, h. 244

31

(31)

maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan. Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Dengan demikian, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan anak dan psikologi belajar anak.

d. Landasan Sosial dalam Pengembangan Kurikulum

Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk te1jun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan. dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Oleh sebab itu, di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.

(32)

masyarakat, tapi juga mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat.33

Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek . merupakan faktor yang benar-benar harus dipe1timbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.

Tugas kurikulum berdasar pada landasan sosial adalah menuntun anak agar turut serta dalam proses pemasyarakatan (socialization),

membantu mereka beradaptasi di tempat mereka hidup, mendapatkan kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya dan cara berfikir dan tingkah laku yang diinginkan, sikap kerjasama dan menghargai tanggungjawab dan kesediaan berkorban demi membela akidah, tanah air.34

Sehubungan dengan landasan sosial dalam pengembangan kurikulum, maka dalam hal ini para pengembang kurikulum hendaknya melaksanakan hal-hal berikut: pertama, mempelajari dan memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang mengikuti tuntutan zaman. Kedua, menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada. Ketiga, menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah. Keempat, menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja. Kelima, menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat.35

33

Wina Sanjaya, Kurikulun1 dan Penibelajaran .. ., h 55. 34

Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan ... , h. 53 l.

35

(33)

e. Landasan Organisatoris

Secara umum tujuan landasan orgnisatoris yakni memberikan gambaran tentang bagaimana suatu kurikulum disusun dan sejauh mana cakupannya.36 Secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi sebagai berkut:

I) Kurikulum memusat pelajaran (subject centered curriculum) yaitu kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran terpisah antara satu dengan yang lain.

2) Kurikulum korelasi/kurikulum meluas (correlated curriculum)·

adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan ciri/karakteristik tiap bidang studi tersebut.

3) Kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dalam bentuk unit atau keselurihan.

4) Kurikulum memusat pada masyarakat (community centered curriculum) yaitu kurikulum yang mengutamakan antara hubungan sekolah dengan masyarakat.

5) Kurikulum inti (core curriculum) yaitu bagian dari seluruh. program penidikan yang dianggap penting, fundamental dan esensial, dan harus diberikan anak didik agar menjadi warga negara yang berguna serta efektif.37

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dibangun atas dasar pemikiran yang Islami, bertolak dari pandangan hidup dan pandangan tentang manusia, serta diarahkan kepada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam. Pemikiran

36

Malik TvfTT. Inovasi Kurikulzun Berbasis Loka/ di Pondok Pesantren. (Jakarta:

Departemen Agama, 2008), h. 34.

37 Iskandar Wiryokusurno dan Usman Mulyadi, Dasar-Dasar Penge111bangan Kuriku/zun,

[image:33.595.90.432.97.536.2]
(34)

tersebut pada akhimya akan melahirkan kurikulum yang khas Islami. Menurut Abdurrahman al-Nahlawi kurikulum pendidikan Islam mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pertama, kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, sistem dan pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan fitrah manusia, agar tetap berada dalam kesuciannya dan tidak menyimpang.

Kedua, Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti · periodesasi perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum khusus berdasarkan perbedaan jenis kelamin (wanita dan pria) mengingat adanya perbedaan peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan sosial. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu diperhatikan kesinambungan dan sating keterkaitan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Prinsip ini berfungsi untuk menjaga agar tidak ada pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak berjalan efektif dan efisien, dan juga untuk menunjang keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.

Ketiga, Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata . masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan pendidikan. Kurikulum hendaknya pula disesuaikan dengan kondisi dan liungkungan, seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan adanya perbedaan pola kehidupan: agraris, industrial, dan komersial.

(35)

hamba-hamba-Nya yang hidup sesuai dengan kehendak dan menurut syariat-Nya.

Ke/ima, metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen kurikulum itu hendaknya fleksibel. Fleksibel berarti tidak kaku, ada ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak. Di dalam kurikulum, fleksibelitas tidak hanya mencakup metode pendidikan, tapi juga mencakup fleksibelitas murid di dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas bagi guru dalam pengembangan program pengajaran. Prinsip fleksibelitas memilki dua sisi, (!) fleksibel bagi guru, kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. (2) fleksibel bagi siswa, · kurikulum harus menyediakan berbagai kumungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

Keenam, Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik, baik fisik, emosioanl, ataupun intelektualnya; serta berbagai yang dihadapi dalam setiap tingkat perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan sosial, dan kesiapan religiusitas.

Ketzljuh, Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami yang mengejawantahkan segala rukun, syi 'ar, dan etika Islam baik dakehidupan individual maupun dalam hubungan sosial peserta didik.38

5. Rancangan Ideal Sebuah Kurikulum

Kurikulum merupakan rancangan pengajaran yang isinya mencakup sejumlah aspek mata pelajm·an yang diusun secara sistematis dan diperuntukan bagi suatu proses kegiatan pembelajaran. pada dasarnya kurikulum merupakan suatu refleksi dari kebudayaan dimana kurikulum itu berada, sehingga ketika sebuah kurikulum digelar maka diharapkan dapat menjawab sebagian besar permasalahan yang dihadapinya.

38

(36)

Sesuai dengan hakikat kurikulum Pendidikan Islam, maka rancangan · kurikulum Pendidikan Islam yang ideal itu adalah mencakup seluruh aspek-aspek yang terdapat dalam kurikulum Pendidikan Islam, yang setiap aspeknya dikaitkan dengan nilai-nilai Islam.39

Di dalam setiap bidang keilmuan dirumuskan upaya pengintegrasian yang menyatu antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Penyatuan itu tidak hanya mencakup dengan memasukkan mata pelajaran agama Ice sekolah-sekolah umum dan mata pelajaran umum ke pesantren dan madrasah. Akan tetapi, yang tidak kalah pentingnya adalah rancangan dari keduajenis ilmu itu agar ada saling keterkaitannya.40

Misalnya dalam pelajaran Sains/IP A membahas tentang pengaruh zat adiktif dan psikotropika, seorang guru tidak hanya fokus membahas dari · satu sudut keilmuan saja, akan tetapi seorang guru dapat mengintegrasikannya dengan pelajaran agama, bahwa zat tersebut merupakan makanan dan minuman yang haram untuk dikonsumsi.

Demikian dengan mata pelajaran yang lainnya, dengan mengintegrasikannya dengan berbagai bidang ilmu siswa akan berfikir secara holistik atau menyeluruh, sehingga dapat menganalisa masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat dengan mudah mencari solusinya. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu:

a. Merancang keterkaitan ilmu-ilmu agama dan umum. Materi pelajaran agama tidak hanya berdiri sendiri, dari materi ilmu-ilmu agama dapat dikaitkan dengan ilmu sosial, humainora, dan ilmu-ilmu kealaman. b. Merancang nilai-nilai Islami pada setiap mata pelajaran. Adanya

keterkaitan ilmu-ilmu tersebut dengan nilai-nilai Islam. Di dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dengan ajaran Islam, dapat dilakukan dengan cara :

I) Dengan mengimplikasikan nilai-nilai Islam ke dalam setiap mata pelajaran.

(37)

A. Latar Penelitian (Biografi Tokoh)

Dalam latar penelitian ini penulis mengangkat dan menjelaskan tokoh · yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hasan Langgulung.

1. Riwayat Hidup Dan Riwayat Pendidikan

Hasan Langgulung di sini adalah putra kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia pada Tanggal 16 Oktober 1934.1 Prof Hasan Langgulung meninggal dunia pada usia 73 tahun, di Kuala Lumpur pada Sabtu Juli 2008 Pukul 19.47 waktu setempat.

Hasan memulai sekolah formal di sekolah dasar di desa kelahirannya (Rappang). Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah Islam di Ujung Pandang pada tahun 1942-1952. setelah menyelesaikan pendidikannya di Ujung Pandang, beliau meneruskan studinya ke sekolah guru Islam Atas, juga di · Ujung Pandang pada tahun 1952-1955 dan B.l. di Ujung Pandang tahun 1957-1062.

Kemudian Hasan melanjutkan studi di Ein Syam University, Cairo tahun 1963-1964 untuk mendapatkan gelar Diploma of Education. Pada tahun yang sama ia juga memperoleh gelar Diploma dalam Bahasa Arab modern dari Institut of Higher Arab Studies, Arab League (Cairo). Ia

1

(38)

kemudian melanjutkan studi pada program Pasca Sarjana di Ein Syam University, Cairo pada tahun 1967 dan memperoleh gelar M.A dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene. Pada tahun 1971, ia memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Psikologi dari University of Georgia, Amerika Serikat.

Hasan Langgulung pernah mengajar di Universiti Kebangsaan Malaysia sebagai profesor senior selama beberapa tahun dan mengajar di Universiti Islam Antar Bangsa Kuala Lumpur, Malaysia. Juga sebagai Profesor senior pada tahun 2002. Beliau mendapatkan penghargaan profesor agung (Royal Profesor) pada tahun 2002 di Kuala Lumpur, oleh masyarakat akademik dunia.2

Hasan langgulung telah menghadiri persidangan dan konferensi-konferensi di dalam dan di luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, · Timur Tengah, Jepang, Australia, Fiji, selain dari negara-negara ASEAN sendiri.3

2. Penghargaan

Nama Hasan Langgulung tercatat dalam buku-buku penghargaan, antara lain:

a. Directry of American Psychological Association.

b. Who Is Waho Jn Malaysia.

c. International Who's Whe Of Intellectuals.

d. Who's Who In The World

e. Directory Of Cross-Cultural Research And Researchers.

f

Directory Of International Biography.

g. Men Of Achievement.

h. The international register profiles

i. Who's who in the commonwealth.

j. The international book of honour.

2

Diambil dari Tentang Penulis, dalam buku Pera/ihan Paradig111a Da/am Pendidikan

Islam dan Sains Sosial, (Jakmta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet I, h 299.

3

(39)

k. Directory of american educational research association.

l. Asia's who's who of men and women of achievement and distinction.

m. Community leaders of the world.

n. Progressive personalities in profile. 4

3. Karya-Karyanya

Selama hidupnya, Hasan telah menulis 32 buku mengenai pendidikan dalam berbagai bahasa antara lain Inggris, Indonesia, dan Melayu. Bahkan beberapa di antaranya diterjemahkan kembali ke dalam bahasa lain seperti Filipina.

Hasan langgulung juga tel ah memberikan buah karya berupa tesis yang berjudul Al-Murahiq Al-Jndonesi : Jttijahatuh Wa Daljat Tawafuq' Jndahu. Tesis M.A. Ein Syam University, Cairo, pada tahun 1967. Disertasinya berjudul A Cross-Cultural Study Of The Child Conception Of

Situational Causality In India, Western Samoa, Mexico And The United

States, Disertasi Ph.D., University Of Georgia, AS, tahun 1971.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata dan digambarkan secara holistik.

Menurut Jane Richi, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan. dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Dari definisi tersebut

4

(40)

tergambar bahwa peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti.5

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu untuk mendeskripsikan pemikiran Hasan Langgulung berdasarkan konteks yang· relevan dengan kondisi sosial dan latar belakang keilmuan secara holistik sehingga diperoleh pemahaman mendalam dan bermakna.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan filosofis dan pendekatan sosiologis.

I. Pendekatan Filosofis

Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam. Konsepsi filosofis bersumberkan kitab suci al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Pendekatan ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana pengembangan berfikir · dapat dikembangkan.6

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu seperti yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung, yang akan mewarnai konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.

Pendekatan filosofis ini berfungsi memberikan arah agar teori yang pendidikan yang telah dikembangkan oleh Hasan Langgulung mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Pandangan filosofis yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam pratek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.

Alasan penulis menggunakan pendekatan ini, bahwa pada hakikatnya tidak semua masalah kependidikan dapat dipecahkan dengan

5

Lexy, J. Moleong, Metodo/ogi Penelilian Kua/itatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet 22, h. 6.

6 Armai Arief, Pengantar I/mu Dan Metodologi Pendidikan Islam.

(41)

menggunakan metode ilmiah semata-mata. Banyak di antara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya.

Oleh karena analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan · dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.

2. Pendekatan Sosiologis

Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur lapisan serta gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini sesuatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,

mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.

Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami pendidikan. Dalam proses pendidikan itu sendiri guru dan murid berada dalam lingkup sosial yang selalu diarahkan pada pembelajaran yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan bermanfaat bagi kehidupan individu tersebut.

Dengan pendekatan sosiologi ini, penulis banyak melihat gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, serta berupaya menemukan pemecahan melalui pemikiran Hasan Langgulung, karena banyak sekali konsep pendidikan beliau yang berkaitan dengan masalah sosial.

C. Metode Penelitian

(42)

Dalam memaparkan analisa isi, penulis menggunakan metode sinkronik yaitu metode pemahaman konsep dari tokoh yang diteliti sambil mencari kesamaan-kesamaan dengan kondisi realitas dan keadaan situasi lingkungan sosial-kultural yang mempengaruhi pemikiran sang tokoh.

Adapun model analisis yang digunakan dalam Penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan analisis data secara deskriptif, yakni metode yang· memberikan gambaran dan paparan konsep dengan berfikir rasional dan reflektif. Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang menjelaskan latar belakang munculnya konsepsi tersebut dan menjelaskan pemikiran Hasan Langgulung secara mendalam.

D. Somber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer berupa buku inti yaitu buku-buku karya Hasan Langgulung diantaranya:

I. Asas-asas Pendidikan Islam

2. Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,

3. Pendidikan Dan Peradaban Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologi,

4. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan dan 5. Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21.

6. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.

Selain itu, penulis juga mengacu pada tulisan-tulisan yang masih relevan mengenai Hasan Langgulung diantaranya:

I. Skripsi yang ditulis Anwar yang berjudul konsep pendidikan anak menurut pemikiran Hasan Langgulung (analisa ilmu Pendidikan Islam).

2. Jurnal yang ditulis Departemen Agama Badan Litbang dan Diklat Balai

Penelitian dan Pengembangan Agama yang berjudul Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam: Pada Era Global dan Modern.

3. Jurnal yang ditulis Latifah yang berjudul Kurikulum Pendidikan Islam.

(43)

yang mendukung dan memperkuat satuan bahasan. Bahan terebut kemudian di tela' ah, di kategorisasikan, di hubungkan antara satu dengan lain ya, di analisis secara deskriptif kemudian di simpulkan.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini adalah study literatur (book survey), yakni mengumpulkan bahan-bahan yang terkait dan. melakukan pengmatan secara longitudinal terhadap masalah-masalah pendidikan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam tekhnik pengumpulan data ini adalah:

I. Mengumpulkan/inventarisasi, mencatat dan mengutip data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dengan mengambil dari beberapa sumber buku yang saling berkaitan.

2. Menyusun data menjadi satuan bahasan.

3. Menganalisis data-data dari sumber tersebut yakni dengan cara mengelompokkan data berdasarkan jenisnya.

F. Teknik pengolahan data

Setelah melalui tahap pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data, sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Dalam menganalisis data, digunakan metode analisis isi (content analyzing) yaitu menarik kesimpulan dalam usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara obyektif dan sistematis. Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam pemikiran kurikulum Hasan Langgulung dan isi yang terkandung dalam pemikiran ini, kemudian dikelompokkan melalui tahap identifikasi, klasifikasi, dan kategorisasi, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi.

(44)

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.7

Adapun langkah-langkah pengolahan data yang digunakan penulis yaitu melalui tahap-tahap sebagai berikut:

I. Pemeriksaan data

Data yang terkumpul diperiksa kembali apakah masih terdapat kekurangan atau ada yang tidak cocok dengan masalah penelit

Gambar

gambaran tentang bagaimana suatu kurikulum disusun dan sejauh

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan Cx-Supervisor , setelah merancang alat mesin stempel dan menguji coba plant dengan menyambungkan plant dengan PLC dan Laptop untuk mendapatkan tampilan HMI sesuai

Dalam hal tersebut menyangkut biaya dan resiko nilai tukar asumsi yang harus di bangun bahwa meminjam dollar dari luar negeri lebih murah dibandingkan meminjam dolla

Secara umum pengaruh subletal pemaparan moluskisida niklosamida selama 12 minggu terhadap kondisi hematologi menunjukkan peningkatan secara nyata pada konsentrasi niklosamida 0,01

relationships among operating personnel, material flow, information flow, and the methods required in achieving enterprise objectives (efficiently,4. economically,

Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa (Studi Eksperimen Kuasi Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas X Sosial SMA Negeri 1

Pada konsentrasi nitrat yang tinggi, isolat HNF5 m em punyai kem am - puan kompetisi yang lebih baik karena memiliki kecepat an reduksi nit rat yang t inggi (0,15 m M/ jam )

 Se dan Vit E melindungi membran sel dari oksidasi oksidatif, membantu reaksi oksigen &amp; hidrogen pada akhir metabolisme, memindahkan ion melalui membran,

Konsep dasar ilmu negara, teori Pembenaran Hukum suatu Negara (penghalalan hukum sutau negara), Teori Pertumbuhan dan Lenyapnya negara, Teori Tujuan dan Fungsi negara, Tipe