• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Rene Descartes Dalam Novel Dunia Sophie (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes Dalam Novel Dunia Sophie Karya Jostein Gaarder)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran Rene Descartes Dalam Novel Dunia Sophie (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes Dalam Novel Dunia Sophie Karya Jostein Gaarder)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas

Disusun oleh

ISABELLA REMINISERE SIMORANGKIR NIM: 41808145

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(3)
(4)

iv

Descartes’s Thought in the novel Sophie's World by Jostein Gaarder)

By

Isabella Reminisere Simorangkir

NIM. 41808145

This thesis under the guidance

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This study aims to determine the meaning of the text Rene Descartes’s

Thought in the novel Sophie's World. To achieve that goal then raised the question of

how the dimensions text of Rene Descartes’s Thought, how dimensions of social

cognition of Rene Descartes’s Thought and how the social context of Rene

Descartes’s Thougt in the novel Sophie's World.

This study used a qualitative approach to critical discourse analysis of

research methods, data collection techniques used were the documentation, in-depth

interviews, library research and online data retrieval. The informant was chosen by

two people, with the assumption that informants know a lot of information about the

text to be studied. While the results of in-depth interviews conducted categorization

posed questions and answers, which are then critically analyzed according to the

method of critical discourse analysis.

The results show that the dimension text that any choice of words, language

and phrases used by Jostein Gaarder and Rene Descartes had a deep sense of

meaning, clear and detailed in explaining things. Dimensions of social cognition

Jostein Jostein Gaarder shows that he want to given a philosophy’s lessons with a

lightweight language. Rene Descartes as the intelligentsia, a rationalist, the

Renaissance movement who want to contribute to the movement of people’s thinking

that at the time stipulated in regulations made by Church. Dimensions of social

context, the discourse that developed in society at that time was the result of

reflection Rene Descartes in the search for truth which must be obtained through

individual and not the subject of the rules is considered a fundamental truth. Likewise

with Jostein Gaarder which at the current state of discussion of philosophy is

considered a complex and difficult to understand.

(5)

iii

Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder)

Oleh

Isabella Reminisere Simorangkir NIM. 41808145

Skripsi ini di bawah bimbingan

Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari teks Pemikiran Rene Descartes dalam novel Dunia Sophie. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana dimensi teks dari Pemikiran Rene Descartes, bagaimana dimensi kognisi sosial teks Pemikiran Rene Descartes dan bagaimana konteks sosial teks Pemikiran Rene Descartes dalam novel Dunia Sophie.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian analisis wacana kritis, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan penelusuran data online. Informan dipilih sebanyak dua orang, dengan asumsi para informan mengetahui banyak informasi tentang teks yang akan diteliti. Sedangkan hasil wawancara mendalam dilakukan kategorisasi pertanyaan dan jawaban yang diajukan, yang kemudian dianalisis secara kritis sesuai dengan metode analisis wacana kritis.

Hasil penelitian bahwa dimensi teks menunjukan bahwa setiap pemilihan kata, bahasa maupun kalimat yang dipakai Rene Descartes maupun Jostein Gaarder memiliki arti makna yang dalam, tegas dan detil dalam menjelaskan sesuatu. Dimensi kognisi sosial Jostein Gaarder menunjukan bahwa Jostein ingin memberikan pelajaran filsafat dengan bahasa yang ringan. Rene Descartes sebagai kaum intelektual, seorang yang rasionalis, kaum pergerakan Renaissance yang ingin menyumbangkan pemikirannya terhadap gerak masyarakat yang pada saat itu diatur pada peraturan yang dibuat oleh Gereja. Dimensi konteks sosial, bahwa wacana yang berkembang dalam masyarakat pada waktu itu merupakan hasil perenungan Rene Descartes dalam pencarian kebenaran yang pasti yang didapatkan melalui subjek individu dan bukan dari aturan-aturan yang dianggap kebenarannya tidak mendasar. Begitu juga dengan Jostein Gaarder dimana pada keadaan sekarang filsafat dianggap bahasan yang rumit dan susah dimengerti.

(6)

v

Syalom dan Salam Sejahtera,

Puji Tuhan saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa dengan segala

kebijaksanaan-Nya, Allah telah menitipkan jiwa dan raga untuk kita berkarya, ruh

dan hati nurani untuk kita kembali menemukan-Nya. Karena atas rahmat dan

karunia-Nya pula penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya ilimiah ini, yang berjudul

Pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie” (Analisis Wacana Kritis

Teun A. van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia

Sophie Karya Jostein Gaarder).

Puji Syukur serta salam turut penulis sampaikan kepada Yesus Kristus, anak

Allah, pembawa ajaran langit yang sempurna, sang pencerah, pembawa rahmat bagi

alam semesta serta juru selamat umat manusia. Karena atas berkat-Nya lah penulis

mampu menyelesaikan segala tanggung jawab khususnya karya ilmiah saya.

(7)

vi

dukungan materi dan doa yang tulus, serta nasehat yang bermanfaat bagi penulis.

Papa yang selalu mengajarkan penulis mengenai arti tanggung jawab, kesungguhan,

kemandirian, ketekunan dan kerja keras. Mama yang selalu mengingatkan peneliti

akan mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, agar selalu berdoa dan

beribadah, agar diberi keberkahan, kemudahan dan keselamatan dalam menjalani

kehidupan dunia dan bekal kehidupan akhirat, amin.

Kepada kakak terkasih

Fransisca Maria Shade Simorangkir

, kedua abang

penulis

Tulus Anugrah Simorangkir

dan

Steven Arga Mulia Simorangkir

penulis

ucapkan terimakasih atas kasih sayang, perhatian, doa, nasehat dan bantuan yang

diberikan kepada penulis selama penulis hidup dan khususnya dalam menyelesaikan

karya ilmiah ini.

Pada penelitian ini pula perkenankan penulis menghaturkan rasa hormat,

penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1.

Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A

, selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan penandatanganan surat

izin dan surat-surat administrasi lainnya yang diajukan penulis.

(8)

vii

3.

Ibu Melly Maulin, S.Sos, M.Si

, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak

memberikan ilmunya kepada penulis melalui proses perkuliahan.

4.

Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

selaku dosen pembimbing penulis yang

pada penulisan karya ilmiah ini, telah banyak memberikan masukan, arahan

dan saran kepada penulis melalui proses pembimbingan, serta memberikan

semangat agar penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik.

5.

Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si

, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak memberikan

nasihat, masukan, semangat kepada penulis selama proses perkuliahan.

6.

Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si

, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang banyak

memberikan ilmunya kepada penulis melalui proses perkuliahan.

(9)

viii

semangat dan masukan kepada penulis.

8.

Jajaran staf sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi

. Ibu Astri

Ikawati AMd.Kom dan Ibu Intan Fajarini S.Ikom (mantan staf sekretariat).

Terima kasih atas kemudahan proses administrasi.

9.

Sekertaris Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas

Komputer Indonesia. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md Terima kasih penulis

ucapkan kemudahan proses administrasi.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh keluarga besar

Simorangkir yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

You are my best family.

Terimakasih kepada sabahabat-sahabat penulis yang berada di Bandung,

khusunya di lingkungan perkuliahan. Kepada Hadis Syah Pradana, Natasya Tuahuns,

Citra Rahmawati, Lola, Adhe, Sarah penulis ucapkan terimakasih karena telah

mendukung, saling berbagi, menasehati, membantu dan setia menemani penulis.

(10)

ix

penulis untuk menemani dalam mengerjakan karya ilmiah ini hingga larut malam.

Penulis ucapkan banyak terimakasih atas rasa kekeluargaan yang diberikan kepada

penulis selama ini. Kepada seluruh keluarga ‘Tuisda-31’ terutama kepada Rigoberto

Silveira penulis ucapkan terimakasih atas perhatian, dukungan, semangat yang

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kepada teman-teman kelas IK-4 dan Humas-1 dan seluruh teman-teman para

pejuang 08 Universitas Komputer Indonesia yang saling menyemangati baik

langsung maupun via

twitter

penulis ucapkan terimakasih kawan! Kepada adik

angkatan 09 Universitas Komputer Indonesia “Icut, Vya, Ajeng, Ria, Dienda, Airin

dan Citra Abadi” yang belakangan ini menemani penulis baik dalam memberikan

semangat maupun dorongan kepada penulis selama menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kepada Felix Taripar Samuel Tarigan sekaligus informan penulis, penulis

ucapkan banyak terimakasih karena telah memberikan banyak masukan, pengetahuan

khususnya mengenai filsafat kepada penulis. Juga kepada bapak Ivan Darmawan

dosen tergaul yang pernah penulis temui yang telah memberi dukungan dan masukan

dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

(11)

x

membutuhkan baik langsung maupun tidak langsung. Telah memberikan perhatian,

dukungan, masukan dan kasih sayang yang sangat berarti kepada penulis sehingga

penulis bisa melewatkan segala masalah yang pernah dihadapi penulis selama

beberapa tahun kebelakang dan telah memberikan banyak pelajaran mengenai usaha,

kerja keras, keikhlasan, kesabaran dalam setiap yang dijalani oleh penulis.

You are

my best and only one for me!

.

Mungkin penulis tidak dapat membalas kebaikan mereka semua secara

langsung, tapi penulis percaya bahwa “tak ada sesuatu yang percuma di dunia ini”,

tak sepersekian detik pun Allah lalai melewatkan dan menyiakan segala kebaikan

manusia. Amin.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih terdapat

beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan karya ilmiah ini maka

saya selaku penulis sangat mengharapkan dan menghargai sekali berbagai

sumbangsih saran, teguran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca

karya ilmiah ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya.

Salam Sejahtera

Bandung, Juli 2012

(12)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelititan ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 13

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 13

(13)

xii

2.1.1.2.3 Media... 18

2.1.1.2.4 Efek ... 18

2.1.1.3 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.1.4 Lingkup Komunikasi ... 20

2.1.2 Tinjauan Tentang Wacana ... 24

2.1.2.1 Pengertian Wacana ... 24

2.1.2.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana ... 25

2.1.2.3 Wujud dan Jenis Wacana ... 26

2.1.3 Tinjauan Tentang Novel ... 26

2.1.3.1 Unsur-Unsur Novel ... 28

2.1.4 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30

2.2 Kerangka Pemikiran ... 34

2.2.1 Wacana dan Ideologi ... 34

2.2.2 Analisis Wacana ... 37

2.2.3 Analisis Wacana Kritis ... 38

2.2.3.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis... 38

2.2.3.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis ... 40

2.2.4 Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk ... 43

2.2.5 Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk ... 44

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 50

3.1.1 Novel Dunia Sophie ... 50

3.1.1.1 Sipnosis Novel ... 51

3.1.2 Profil Rene Descartes ... 53

3.1.3 Sejarah Kehidupan Rene Descartes ... 54

(14)

xiii

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 71

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 71

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 72

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 73

3.2.5.1 Triangulasi Data ... 73

3.2.5.2 Menggunakan Bahan Referensi ... 75

3.2.5.3 Member Check ... 75

3.2.5.4 Uraian Rinci ... 76

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 77

3.3.1 Waktu Penelitian ... 77

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Informan Penelitian... 79

4.1.1 Felix Taripar Samuel Tarigan ... 79

4.1.2 Ivan Darmawan S.IP., M.Si ... 81

4.2 Isi Novel Dunia Sophie pada sub-Bab Descartes ... 82

4.3 Hasil Penelitian ... 95

4.3.1 Hasil Analisis Dimensi Teks ... 95

4.3.1.1 Analisis Tematik ... 95

4.3.1.2 Analisis Skematik ... 97

4.3.1.3 Analisis Semantik ... 98

4.3.1.4 Analisis Sintaksis ... 103

(15)

xiv

4.4 Pembahasan ... 128

4.4.1 Dimensi Teks ... 128

4.4.2 Dimensi Kognisi Sosial ... 133

4.4.3 Dimensi Konteks Sosial ... 163

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 187

5.5.1 Dimensi Teks ... 187

5.5.2 Dimensi Kognisi Sosial ... 190

5.5.2 Dimensi Konteks Sosial ... 192

5.2 Saran ... 194

5.2.1 Saran Akademis... 194

5.2.2 Saran Pembaca Novel Dunia Sophie ... 194

5.2.3 Saran Untuk Pengarang Novel ... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 197

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 199

(16)

xv

Tabel 2.1 Struktur Teks Kerangka Analisis van Dijk ……… 46

Tabel 2.2 Elemen Wacana Struktur Wacana van Dijk ………… 47

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 71

(17)

xvi

Gambar 2.1 Kerangka Analisis Model Teun A. Van Dijk ... 45

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Analisis Wacana Kritis Teun

A. Van Dijk Mengenai Pemikiran Rene Descartes

Dalam Novel Dunia Sophie Karya Jostein Gaarder ... 49

(18)

xvii

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 199

Lampiran 2 Hasil Wawancara ... 202

Lampiran 3 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 222

Lampiran 4 Surai Izin Penelitian ... 223

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana ... 224

Lampiran 6 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ... 225

Lampiran 7 Berita Acara Bimbingan... 226

(19)

1

1.1 Latar Belakang

Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa

teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

tertentu ataupun berupa kisah kehidupan seseorang yang bertujuan untuk

memberikan informasi kepada khalayak (pembaca). Pencarian informasi melalui

novel diperlukan tidak hanya mampu membaca isi novel tersebut, tetapi

dibutuhkan pemahaman yang cukup sehingga apa yang dibaca mampu dimengerti

dan dimaknai kembali oleh pembaca.

Novel merupakan sebagai salah satu jenis media yang memiliki informasi

yang dianggap penting bagi masing-masing individu yang membutuhkannya.

Peneliti melakukan penelitian terhadap salah satu novel terkemuka yang memiliki

penghargaan sebagai “best seller-international” dengan judul Dunia Sophie. Novel Dunia Sophie adalah hasil karya Jostein Gaarder yang lahir pada tahun

1952 di Oslo, Norwegia. Novel Dunia Sophie merupakan novel filsafat yang

berisi tentang sekumpulan pemikiran-pemikiran dari berbagai filosof dunia.

Novel Dunia Sophie merupakan suatu bentuk media komunikasi dimana

penyampaian pesan-pesan filsafatnya dikemas dengan bahasa yang ringan dan

menarik sehingga membantu para pembaca yang ingin mempelajari filsafat

(20)

hendak disampaikan oleh novel Dunia Sophie kepada pembaca serta dapat

dipahami dengan baik.

Memahami filsafat tidak hanya cukup dengan mengkonsumsi suatu teks

yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan sederhana saja, mengingat filsafat

merupakan suatu bahasan yang tidak ringan untuk dapat diterima masyarakat pada

umumnya. Dengan adanya novel Dunia Sophie akan mengajak kita menelusuri

filsafat dengan mengenal beberapa tokok filsafat terkemuka didunia.

Novel Dunia Sophie untuk dapat memahaminya tidak hanya diperlukan

suatu pengertian dan pemahaman yang cukup akan bahasa yang disediakan

didalam teks, tetapi juga pembaca harus mampu mencari makna dibalik teks

tersebut sehingga memunculkan persepsi baik persepsi yang sesuai dengan apa

yang dikatakan para filosof melalui teks tersebut maupun persepsi yang menolak

pemikiran para filosof tersebut.

Novel Dunia Sophie menceritakan tentang pemikiran beberapa filosof,

salah satu tokoh filsafat yang diceritakan didalam novel Dunia Sophie ialah

“Bapak Filsafat Modern” yang dikenal dengan Rene Descartes. Rene Descartes

adalah seorang yang dianggap sebagai pendiri filsafat modern, yang memiliki

kapasitas filosofis yang tinggi dan sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi

baru. Rene Descartes hadir untuk menanamkan dasar filsafat yang baru yaitu akal

budi (kesadaran). Titik tolak filsafatnya adalah dengan menggunakan metodenya

(21)

Salah satu pemikiran dari Rene Descartes yang terkenal dan juga terdapat

didalam novel Dunia Sophie adalah “cogito ergo sum” yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada”. Rene Descartes beranggapan bahwa sesuatu yang

ditangkap dengan akal manusia lebih nyata daripada apa yang ditangkap dengan

panca indera.

Rene Descartes meragukan segala hal yang ditangkap oleh panca

inderanya karena tidak ada kebenaran yang pasti yang dihasilkan oleh panca

indera. Rene Descartes juga meragukan segala pengetahuan yang ada sebelumya

baik dari filosof sebelumnya maupun pengetahuan yang sudah ada turun temurun

dari abad ke abad.

Rene Descartes kemudian menyusun filsafatnya sendiri dengan

mengelilingi kota Eropa. Tahap – tahap pemikiran Rene Descartes untuk mencari

kebenaran sejati dimulai dengan langkah-langkah metodis, yang berawal dengan

menyangsikan sejumlah besar pendapat-pendapat yang menurutnya keliru yang

disebut dengan kebenaran lama yang telah disepakati oleh masyarakat. Rene

Descartes meragukan kebenaran-kebenaran lama yang seharusnya masih

membuka jalan lebar untuk dikoreksi, disanggah dan kemudian sampai pada

sebuah kebenaran baru.

Mengenai landasan filosofisnya (kesadaran), ia menguji pemikirannya

lewat sebuah cara yakni bagaimana seseorang mengetahui bahwa dia tidak sedang

tertidur dan bermimpi. Karena menurut Rene Descartes tidak ada perbedaan yang

(22)

akan memaparakan beberapa pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia

Sophie yang dianggap menarik oleh peneliti.

Konsep berpikir yang digunakan Rene Descartes adalah konsep berpikir

yang memiliki pengertian sangat luas. Sesuatu yang berpikir, menurutnya adalah

sesuatu yang meragukan, memahami, mengerti, menegaskan, menolak,

berkehendak, membayangkan dan merasakan karena perasaan yang muncul dalam

mimpi merupakan sebuah bentuk berpikir. Karena berpikir adalah esensi dari

pikiran, pikiran pasti selalu berpikir bahkan ketika sedang tidur.

Manusia tidak hanya berusaha memasukkan apa yang ada diluar diri

mereka kedalam pemikiran mereka, tetapi juga manusia tahu dan mampu berpikir

tentang diri mereka. Inilah proses dimana membawa manusia sampai pada tahap

kesadaran, sebab didalam kedua proses tersebut manusia tahu bahwa mereka

mengerti akan diri mereka, sehingga manusia sadar akan dirinya ketika mereka

berpikir.

Menurut Rene Descartes hanya akal yang dapat memberikan kepastian.

Akal adalah sumber pengetahuan yang pasti dan bukan pengetahuan yang didapat

oleh indera-indera manusia. Rene Descartes berusaha membuktikan

kebenaran-kebenaran filsafat dengan cara seperti menggunakan sebuah dalil matematika dan

dengan menggunakan instrumen-instrumen yang persis sama dengan yang

digunakan ketika bekerja dengan angka-angka yaitu menggunakan akal.

Keraguan Rene Descartes akan hal yang ditangkap oleh panca indera

(23)

menjadi kritik Rene Descartes terhadap cara berpikir yang lama pada jamannya.

Yakni jika setiap manusia hendak menemukan kebenaran sejati, maka harus

mampu memperbaiki hidupnya dengan memperbaiki cara pandangnya, serta

memperbaiki metode pencarian pengetahuannya untuk mencapai sebuah

kebenaran baru dan sejati.

Hasil dari pemikiran Rene Descartes mengenai “cogito ergo sum” yang artinya “aku berpikir, karena itu aku ada” tidak mudah untuk memahami maksud

dari pemikiran tersebut yang hanya berupa teks semata. Peneliti mencoba

menggali lebih dalam untuk dapat menemukan makna dan menghasilkan makna

baru terhadap beberapa pemikirannya. Hasil pemikiran Rene Descartes tersebut

juga mempengaruhi beberapa tokoh filosof lainnya, seperti Baruch Spinoza yang

menganggap Rene Descartes memiliki pengaruh besar terhadapnya. Spinoza ingin

membuktikan bahwa kehidupan manusia tergantung kepada hukum alam yang

universal yang membebaskan diri dari perasaan dan nasfu manusiawi.

Pemikiran Rene Descartes didalam novel Dunia Sophie merupakan

penyampaian suatu ide, gagasan yang prosesnya sama dengan penyampaian suatu

pesan pada media-media tertentu untuk dapat memberikan suatu gambaran,

konsep serta pandangan hidup yang dibentuk dalam suatu konteks tertentu

sehingga mampu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.

Sebuah pemikiran didalam kehidupan nyata harus diinterpretasikan lebih

dalam, begitu juga dengan pemikiran Rene Descartes sepeti yang ada didalam

(24)

tidak menutup kemungkinan pembaca harus mengkaji ulang secara mendalam

pemikiran-pemikiran filosof khususnya pemikiran Rene Descartes. Pemikiran

Rene Descartes merupakan pemikiran yang disusun melalui pengetahuan murni

dengan tidak meneruskan pengetahuan yang ada dari pemikiran filosof

sebelumnya.

Pengetahuan juga merupakan suatu ideologi tertentu yang dipercayai oleh

kalangan tertentu. Dengan adanya Rene Descartes bahwa pemikiran rasionalisme

yang ia tanamkan telah berhasil masuk kedalam dunia filsafat modern dan lambat

laun akan banyak memaknakannya sebagai ideologi. Ideologi tidak hanya

dikaitkan dengan permasalahan politik, tetapi pengetahuan juga akan

diiterpretasikan sebagai ideologi.

Sebuah teks, kata aart van Zoest, tak pernah lepas dari ideologi dan

memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi (van

Zoest, 1991:70). Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari yang terlihat

atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran

(Sukarna, 1981:1).

Peneliti memaparkan beberapa pemikiran Rene Descartes yang didapat

dari novel Dunia Sophie dimana pemikiran tersebut tidak cukup dengan dipahami

sepintas untuk mendapatkan makna dibalik teks tersebut denga lebih mendalam.

Sehingga peneliti bermaksud untuk menganalisis pemikiran Rene Descartes

(25)

berupa teks, peneliti harus mampu memahami apa yang disampaikan melalui teks

untuk dapat dimaknakan kembali oleh peneliti.

Penelitian analisis wacana mengenai pemikiran Rene Descartes pada novel

Dunia Sophie, peneliti menggunakan teori wacana yang dikemukakan oleh Teun

A. Van Dijk yang telah dibahas oleh peneliti diatas yang akan meneliti tiga

dimensi yang telah digambarkan oleh van Dijk, yaitu : dimensi teks, kognisi sosial

dan konteks sosial.

Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunya tiga dimensi atau

bangunan : teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah

menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam suatu kesatuan analisis.

(Eriyanto, 2001:224).

Untuk dapat menganalisis wacana berupa teks yang berada dalam lingkup

filsafat sebelumnya peneliti harus mampu menelaah sebuah pemikiran filsafat

yang mempertanyakan realitas manusia yang sangat mendasar dari seorang filosof

tidaklah mudah karena mendekati persoalan-persoalan yang prinsipil, teoritik dan

bahkan sangat abstrak. Sehingga untuk dapat memahami suatu pemikiran filosof

dengan baik, terkadang harus bekerja keras sehingga dapat mengerti dan

mengartikan alur pemikiran tersebut.

Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan

pada analisis teks semata, karena teks hanya berupa hasil dari suatu praktik

produksi yang harus juga diamati. Pada penelitian atas wacana juga dilihat

(26)

mengapa teks bisa seperti itu. Pada proses produksi, van Dijk menggunakan

pendekatan yang khas yang melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi

sosial. Istilah kognisi sosial diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial,

terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.

Pendekatan kognisi sosial juga membantu memetakan bagaimana produksi teks

yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari dan dijelaskan.

Proses memahami sebuah pemikiran adalah suatu proses yang harus

dilalui sehingga menghasilkan konsepsi baru. Dengan menghasilkan makna baru

dari apa yang dipahami dari pemikiran para filosof mengenai dunia, manusia,

kehidupan alam dan sebagainya sedikit banyak sering terjadi benturan persepsi

sehingga muncul pemaknaan baru diluar pemikiran filosof yang dipahami.

Dengan melalui tahap pemaknaan dan pemahaman serta hasil persepsi peneliti,

peneliti akan membongkar teks pemikiran Rene Descartes yang ada didalam

(27)

1.2 Rumusan Masalah

Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada latar

belakang masalah penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu rumusan

masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie Karya

Joestein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A. van Dijk?”.

Mengacu pada judul penelitian dan rumusan masalah yang telah diangkat

oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti

kemudian dapat mengambil tiga pertanyaan (pertanyaan mikro) yang dikenal

sebagai identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dimensi teks pemikiran Rene Descartes dalam Novel Dunia

Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana Kritis Teun A.

van Dijk?

2. Bagaiamana dimensi kognisi sosial pemikiran Rene Descartes dalam

Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana

Kritis Teun A. van Dijk?

3. Bagaiamana dimensi konteks sosial pemikiran Rene Descartes dalam

Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis Wacana

Kritis Teun A. van Dijk?

(28)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis wacana

dengan menggunakan metode analisis wacana kritis, sedangkan teori

wacana yang dipakai adalah teori wacana dari Teun A. Van Dijk yang

digunakan untuk menganalisis wacana yang terdapat pada teks pemikiran

Rene Descartes dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Seperti apa yang telah dipaparkan pada rumusan masalah mengenai

identifikasi masalah penelitian, maka tujuan penelitian dapat peneliti

paparkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dimensi teks pemikiran Rene Descartes dalam

Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis

Wacana Kritis Teun A. van Dijk.

2. Untuk mengetahui dimensi kognisi sosial pemikiran Rene Descartes

dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis

Wacana Kritis Teun A. van Dijk.

3. Untuk mengetahui dimensi konteks sosial pemikiran Rene Descartes

dalam Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder ditinjau dari Analisis

(29)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kegunaan,

bagi universitas diharapkan dapat menjadi tambahan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan karya ilmiah penelitian skripsi. Dalam bidang kajian

ilmu komunikasi mengenai penggunaan analisis wacana kritis dalam

menganalisis suatu teks, membedah berbagai unsur-unsur seputar wacana

yang terdapat dalam suatu teks, dan semoga dapat memperkaya keilmuan

analisis wacana dalam kajian ilmu komunikasi, termasuk jika penelitian ini

nantinya dapat dijadikan sebagai bahan rujukan referensi bagi

penelitian-penelitian berikutnya dengan tema yang sama, yaitu seputar analisis

wacana.

1.4.2 Kegunaan Praktis

A. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan

tambahan wawasan pengetahuan ilmu komunikasi tentang analisis

wacana, bahwa memahami suatu teks tidak hanya suatu bentuk

tulisan yang tak bernyawa dan tanpa maksud apa-apa, oleh karena

setiap teks itu memiliki wacana tersembunyi.

B. Bagi Pengembangan Akademik

Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi bidang

kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai tambahan koleksi

(30)

bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian ilmu

komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan

pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema

sejenis tentang analisis wacana.

C. Bagi Masyarakat

Bagi Masyarakat diharapkan penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Agar masyarakat

memiliki tambahan pemahaman tentang filsafat, bagaimana cara

memahami pemikiran-pemikiran oleh filsuf-filsuf mengenai dunia

luar, realitas sosial maupun memahami tentang diri sendiri. Karena

sungguh tidak mudah untuk dapat memahami dunia filsafat,

memahami pemikiran-pemikiran para filsuf yang muncul mulai

dari jaman modern maupun sebelumnya. Filsafat juga berguna

untuk mengatasi permasalahan-permasalah dalam kehidupan

sehari-hari. Mengungkap hal-hal yang tidak mampu terpecahkan

sebelumnya oleh pemikiran manusia pada umumnya. Semoga

dengan karya ilmiah saya ini, dapat menambah wawasan baru bagi

(31)

13

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1Tinjauan Tentang Komunikasi

Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi

dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu sendiripun sedang

melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan perasaannya. Baik secara

sadar maupun tidak manusia pasti selalu berkomunikasi. Manusia

membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap sesama manusia

maupun lingkungan sekitar.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial terapan dan bukan termasuk

ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat

berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan

ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia,

sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh

lingkungan maupun perkembangan jaman.

2.1.1.1Pengertian Komunikasi

Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh

beberapa ahli komunikasi. Salah satunya dari Wiryanto dalam bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa “Komunikasi mengandung

(32)

Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifat yang diambil dari communis, yang bermakna umum bersama-sama”. (Wiryanto, 2004:5)

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia

berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat

mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut,

“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)

menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk

mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah

ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang

komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi

dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses

komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses

komunikasi.

Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito dalam Effendy

sebagai:

(33)

namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya.” (Effendy, 2005 : 5)

Menurut Roger dan D Lawrence dalam Cangra, mengatakan bahwa

komunikasi adalah: “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada

gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004

:19)

Sementara Raymond S Ross dalam Rakhmat, melihat komunikasi

yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang:

A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”

(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan

atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti

(34)

2.1.1.2Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat

disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya

terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang Lingkup

Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)

Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.1.2.1 Komunikator dan Komunikan

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur

terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga disebut

sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”

mengatakan bahwa:

(35)

dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga” (Cangara, 2004:23).

Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam

bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

Cangara menjelaskan, ”Penerima bisa terdiri dari satu orang atau

lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara”. Selain itu, ”dalam

proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah

akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”.

Cangara pun menekankan:

“Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam

berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik

penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai

keberhasilan komunikasi” (Cangara, 2004:25).

2.1.1.2.2 Pesan

Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message, content, atau information, salah unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena

salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau

mengkomunikasikan pesan itu sendiri. Cangara menjelaskan bahwa:

(36)

2.1.1.2.3 Media

Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang digunakan

untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima” (Cangara,

2004:23).

Media yang digunakan dalam proses komunikasi

bermacam-macam, tergantung dari konteks komunikasi yang berlaku dalam proses

komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi misalnya, dalam hal ini

media yang digunakan yaitu pancaindera.

Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat,

telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi”

(Cangara, 2004:24).

Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi

massa media, yaitu:

“Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surata kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio casette, dan semacamnya” (Cangara, 2004:24).

2.1.1.2.4 Efek

Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari

proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari

(37)

masih dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, pengaruh atau efek

adalah:

”Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan

oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku

seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).

Oleh sebab itu, Cangara mengatakan, ”Pengaruh bisa juga

diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan

tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan” (Cangara, 2004:25).

2.1.1.3Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara

umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami

maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat

mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi,

yaitu:

a. perubahan sikap (attitude change) b. perubahan pendapat (opinion change) c. perubaha perilaku (behavior change)

(38)

Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia

menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita

sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga

memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi

oleh objek, peristiwa dan manusia.

b. Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi dalam diri manusia yang paling kuat adalah

berhubungan dengan orang lain.

c. Untuk Meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar

mengubah sikap dan perilaku kita.

d. Untuk Bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain

dan menghibur diri kita dengan mendengarkan pelawak (Devito,

1997:31).

2.1.1.4Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan

Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang

mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia

(39)

yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan

komunikasi berdasarkan konteksnya.

A. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan

manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis

kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini

menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikasi

meliputi jenis-jenis sebagai berikut:

1) komunikasi sosial (sosial communication)

2) komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or management communication)

3) komunikasi bisnis (business communication) 4) komunikasi politik (political communication)

5) komunikasi internasional (international communication) 6) komunikasi antar budaya (intercultural communication) 7) komunikasi pembangunan (development communication) 8) komunikasi tradisional (traditional communication)

B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. komunikasi verbal (verbal communicaton) a. komunikasi lisan

b. komunikasi tulisan

2. komunikasi nirverbal (nonverbal communication) a. kial (gestural)

(40)

3. tatap muka (face to face) 4. bermedia (mediated)

C. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah

komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang

yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi

seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

komunikasi kelompok kecil (small group communication) komunikasi kelompok besar (big group communication) c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

komunikasi media massa cetak (printed mass media)

komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)

D. Fungsi Komunikasi

Fungsi Komunikasi antara lain:

a. Menginformasikan (to Inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint)

(41)

E. Teknik Komunikasi

Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang

dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informastif (informative communication) b. Persuasif (persuasive)

c. Pervasif (pervasive) d. Koersif (coercive) e. Instruktif (instructive)

f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2003:55) F. Metode Komunikasi

Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang

pasti, mapan, dan logis.

Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi

kegiatan-kegiatan yang teroganisaasi sebagai berikut:

1. Jurnalisme

a. Jurnalisme cetak

b. Jurnalisme elektronik

2. Hubungan Masyarakat

a. Periklanan

b. Propaganda

c. Perang urat syaraf

(42)

2.1.2 Tinjauan Tentang Wacana

Sudah lama bahasa menjadi unsur kajian ilmu pengetahuan, bahkan sejak

zaman Yunani Kuno, walaupun bukan untuk kepentingan kebahasaan dan

komunikasi. Pada saat itu alas an mengapa bahasa perlu untuk dikaji karena

bahasa dianggap sebagai sebuah alat yang tepat untuk mengungkapkan

konsep-konsep berpikir dan hasil pemikiran filosofis.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga

dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan

sosialisasi atau berinteraksi sosial dengan bahasa manusia dapat

menyampaikan berbagai berita, pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat,

perasaan, keinginan, dan lain-lain kepada orang lain. (Kurniawan dalam

Darma, 2009:1). Bahasa meliputi tataran fonologi, morfologi, sintaksis,

semantik, dan wacana. Berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran

bahasa terbesar, tertinggi dan terlengkap.

2.1.2.1 Pengertian Wacana

Pembahasan wacana adalah rangkaian kesatuan situasi atau

dengan kata lain, makna suatu bahasa berada dalam konteks dan situasi.

Wacana dikatakan terlengkap karena wacana mencakup tataran

dibawahnya, yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan ditunjang

oleh unsur lainnya, yaitu situasi pemakaian dalam masyarakat.

Alex Sobur dalam Darma mengatakan, “wacana adalah rangkaian

(43)

yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam kesatuan yang koheren,

dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.”

Melalui pesan wacana, pesan-pesan komunikasi seperti kata-kata,

tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril.

Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya,

konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas yang

melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat

berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, kepentingan-kepentingan, dan lain-lain.

2.1.2.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana

Berdasrkan pengertian wacana, kita dapat mengidentifikasi cirri

dan sifat sebuah wacana, antara lain sebagai berikut:

1. Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau

rangkaian tindak tutur.

2. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek).

3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua

situasi pendukungnya.

4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu.realitas, media

komunikas, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam kenyataan

wujud dari bentuk wacana itu

(44)

2.1.2.3 Wujud dan Jenis Wacana

Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba atau nyata. Jenis

adalah cirri khusus. Jadi wujud wacana mempunyai rupa atau bentuk

wacana yang nyata dan dapat kita lihatstrukturnya secara nyata.

Sedangkan jenis wacana mempunyai arti bahwa wacana itu memiliki

sifat-sifat atau cirri-ciri khas yang dapat dibedakan dari bentuk bahasa

lain.

Pada dasarnya, wujud dan jenis wacana dapat ditinjau dari sudut

realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Dalam

kenyataannya wujud wacana itu dapat dilihat dalam beragam buah karya

si pembuat wacana, yaitu: teks (wacana dalam wujud tulisan/grafis)

antara lain dalam bentuk berita, feature, artikel, opini, cerpen, novel, dsb. Talk (wacana dalam wujud ucapan) antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb. Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.

2.1.3 Tinjauan Tentang Novel

Novel adalah cerita berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan

(45)

konflik yang pada akhirnya melahirkan perubahan nasib para pelakunya

dengan uraian-uraian yang sederhana.1

Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,

biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut dengan novelis. Kata novel

berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang berati ‘sebuah kisah, sepotong berita’.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia.

Bentuk sastra ini paling banyak beredar karena daya tarik komunikasinya yang

luas pada masyarakat. Sebagai bacaan novel dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu karya serius dan karya hiburan.

Beberapa sastrawan memberikan batasan atau devinisi novel. Batasan

atau definisi yang diberikan berbeda-beda sesuai sudut pandang yang

digunakan. Definisi-definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :

1. Novel adalah bentuk sastra yang paling populer di dunia. Bentuk

sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar karena

daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob Sumardjo)

2. Novel adalah bentuk karya sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai

budaya, sosial, moral dan pendidikan (Nurhadi, Dawud, Yuni Pratiwi,

Abdul Roni).

3. Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu :

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling

1

(46)

berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah

karya sastra (Rostamaji dan Agus Prianto)

4. Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai

unsur-unsur intrinsi (Paulus Tukam)

2.1.3.1 Unsur-Unsur Novel

Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung didalamnya, yaitu :

1. Unsur Intrinsik, terdiri dari :

a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari

jalan cerita novel.

b. Setting

Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan

cerita. Seting meliputi waktu, tempat dan sosial budaya.

c. Sudut Pandang

Menurut Harry Show (1972:293) sudut pandang dibagi menjadi 3

yaitu :

1. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti

orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan

mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-kata sendiri.

2. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan lebih

banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita

(47)

3. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama

sekali berdiri diluar cerita, serba melihat, serba mendengar dan

serba tahu. Pengarang melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan

mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

d. Alur atau Plot

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur

dibedakan menjadi 2 bagian yaitu alur maju (progesif). Alur maju

yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan

kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back

progresif) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang

berlangsung (Paulus Tukan)

e. Penokohan

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa

diketahui karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat

tinggal. (Rustamaji dan Agus Priantoro)

f. Gaya Bahasa

Merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel (Rustamaji dan

Agus Priantoro)

2. Unsur Ekstinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang

dan lain-lain diluar unsur instrinsik. Unsur-unsur yang ada diluar tubuh

(48)

keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra (Rustamaji dan Agus

Priantoro)

2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap hasil penelitian

terdahulu, ditemukan beberapa penelitian teks dengan menggunakan analisis

wacana kritis yang menggunakan model teori dari Teun A. van Dijk, seperti

yang ditulis oleh :

1. Skripsi Teguh Firmansyah, 2011. Fokus penelitian pada analisis teks

pidato dengan judul “Konstruksi Realitas Teks Pidato Indonesia

Menggugat”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi realitas dari

teks Indonesia Menggugat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana dimensi teks dari teks

Indonesia Menggugat, bagaimana dimensi kognisi sosial teks

Indonesia Menggugat dan bagaimana konteks sosial teks Indonesia

Menggugat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

penelitian analisis wacana kritis, teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah dokumentasi, wawancara mendalam, studi

kepustakaan dan penelusuran data online. Informan dipilih sebanyak tiga orang, dengan asumsi para informan mengetahui banyak informasi

tentang teks yang akan diteliti. Sedangkan hasil wawancara mendalam

(49)

kemudian dianalisis secara kritis sesuai dengan metode analisis wacana

kritis.

Hasil penelitian bahwa dimensi teks menunjukan bahwa Bung

Karno seorang orator ulung serta pemakai bahasa yang baik. Setiap

pemilihan kata, bahasa maupun kalimat yang dipakai Bung Karno

memiliki arti makna yang dalam, tegas dan detil dalam menjelaskan

sesuatu. Dimensi kognisi sosial Bung Karno menunjukan Bung Karno

sebagai kaum intelektual, kaum pergerakan, seorang jawa,seorang

yang sangat mencintai ranah air dan rakyatnya, dan seorang yang baik

dalam beragama. Dimensi konteks sosial, bahwa wacana yang

berkembang dalam masyarakat pada waktu itu merupakan hasil

propaganda yang dilakukan pemerintah Belanda dan agitasi yang

selama ini dilakukan Bung Karno. Meskipun beraneka ragam wacana

yang berkembang pada masyarakat, masyarakat pribumi tetap

mendukung Bung Karno sebagai pemimpin mereka.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa faham

Imperialisme dan Kapitalisme, faham penyebab terjadinya penjajahan

yang ada di muka bumi, bahwa sejarah perjalanan dunia memang

mengatakan demikian. Teks Indonesia Mengggugat suatu bentuk

konsistensi Bung Karno melawan kedua faham itu. Sedangkan saran

yang dapat peneliti berikan, agar terus dilakukan penelusuran sejarah

dalam konteks apapun untuk mencari tahu jatidiri bangsa, jujur dalam

(50)

semakin yakin melangkah dalam melakukan pembangunan,

mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

2. Thesis Umarella, 2002. Fokus penelitian meengenai anailisis teks berita

sebagai wacana yang dikonstruksikan oleh harian Rakyat Merdeka, sebagai media oposisi terhadap pemerintah mengenai pemberitaan

polemik politik pasca memorandum I, II dan kontroversi Seputar Sidang

Istimewa MPR tahun 2001, terhadap presiden Gus Dur. Penelitian ini

menjadikan harian Kompas sebagai media pembanding. Hasil peneIitiannya menunjukkan baliwa harian Rakyat Merdeka dalam pemberitaannya cenderung menampilkan propaganda anti Gus Dur,

dengan pemberitaan yang sangat sensasional dan provokatif.

Empat penelitian di atas merupakan penelitian terhadap teks berita

media versus kekuasaan, dengan berbagai kepentingan yang ada di

sekelilingnya. Namun demikian meskipun penelitian yang akan

dilakukan ini menggunakan perspektif penelitian yang sama dengan

keempat penelitian tersebut, peneliti memiliki objek dan subjek

penelitian yang berbeda. Fenomena komunikasi dalam hal ini kampanye

dan kisruh politik Pilkada Maluku Utara dalam liputan media menurut

saya tidak kalah menariknya dari keempat fenomena yang dikaji oleh

peneliti terdahulu. Pilkada merupakan budaya baru dalam kehidupan

demokrasi Indonesia, di mana proses pilkada cenderung menjadi

(51)

Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada media yang terlepas dari

kepentingan menyangkut ideologi, ekonomi, politik dan tidak ada media

yang benar-benar independen semuanya mengusung kepentingan,

dengan demikian perlu penelitian yang kritis terhadap pemberitaan teks

media.

3. Thesis Thadi, 2007. Fokus penelitian pada analisis wacana pemberitaan

kampanye Agusrin M. Najamuddin dalam pemilihan gubernur Bengkulu

pada harian Rakyat Bengkulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa harian Rakyat Bengkulu sebagai media cetak lokal terbesar yang ada di Provinsi Bengkulu, sering memberitakan aktivitas Agusrin M.

Najamuddin sebagai salah satu calon gubernur Provinsi Bengkulu dalam

kegiatan kampanye pilkada. Dalam rentang waktu yang telah ditetapkan

oleh KPUD Provinsi Bengkulu sebagai penyelenggara prosesi pilkada,

intensitas pemberitaan harian Rakyat Bengkulu menunjukan grafik yang meningkat. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh banyaknya agenda

kegiatan kampanye pilkada yang berlangsung di kabupaten/kota yang

ada di Provinsi Bengkulu, kegiatan tersebut memiliki nilai berita yang

tinggi. Harian Rakyat Bengkulu memiliki kecenderungan dan cara tersendiri dalam memberitakan Agusrin M. Najamuddin sebagai salah

satu calon gubernur Provinsi Bengkulu, sehingga harian ini terkesan

sebagai “panggung kampanye” bagi Agusrin M. Najamuddin. Dengan

begitu, dapat ditarik kesimpulan bahwa harian ini memiliki kesamaan

(52)

berbeda dengan harian pembanding Semarak Bengkulu yang terkesan memasang jarak dengan kandidat tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Wacana dan Ideologi

‘Bahasa adalah ideologi’, demikian secara tegas Kress dan Hodge memberi

judul bukunya. Di satu titik ‘ideologi’ didefinisikan sebagai body ide yang sistematis, diatur dari titik pandang tertentu ; dimanapun ideologi dikatakan

sebagai ’sekumpulan ide-ide yang di dalamnya termasuk penataan pengalaman,

membuat pemahaman tentang dunia. Hal yang mudah untuk melihat bagaimana

konsepsi ideologi ini, samar-samar didefinisikan, sesuai dengan penekanan para

pengarang itu tentang proses klasifikasi. Hanya kelompok yang berbeda dalam

masyarakat – kelompok sosial, ras, etnik, demikian seterusnya – memiliki sistem

klasifikasi yang berbeda, dengan demikian mereka memiliki ideologi yang

berbeda, yaitu cara yang berbeda ’dalam membuat pemahaman tentang dunia’.

(Thompson, 2003: 196).

Austin (dalam Thompson, 2003 : 203) mengatakan, analisa ideologi secara

fundamental concern dengan bahasa, karena bahasa merupakan medium dasar makna (pemaknaan) yang cenderung mempertahankan relasi dominasi.

Membicarakan sebuah bahasa berarti sebuah cara untuk bertindak.

Tentang hubungan antara pembuat teks dan pembaca teks. Menurut Hall

(dalam Eriyanto, 2001: 94), ada tiga bentuk pembacaan/hubungan antara penulis

(53)

pembacaan dominan (dominant-hegemonic position). Posisi ini terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang bisa diterima umum, sehingga pembaca

akan menafsirkan dan membaca pesan/tanda itu dengan pesan yang sudah

diterima umum tersebut.

Kedua, pembacaan yang dinegosiasikan (negotiated code/position). Dalam posisi kedua ini, tidak ada pembacaan dominan. Yang terjadi adalah kode apa

yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus-menerus di antara kedua belah

pihak. Penulis di sini juga menggunakan kode atau kepercayaan politik yang

dipunyai oleh khalayak, tetapi ketika diterima oleh khalayak tidak dibaca dalam

pengertian umum, tetapi pembaca akan menggunakan kepercayaan dan keyakinan

tersebut dan dikompromikan dengan kode yang disediakan oleh penulis.

Ketiga, pembacaan oposisi (oppasitional code/position). Posisi pembaca yang ketiga ini merupakan kebalikan dari posisi yang pertama. Dalam posisi

pembacaan pertama, khalayak disediakan penafsiran yang umum, dan tinggal

pakai secara umum dan secara hipotesis sama dengan apa yang ingin disampaikan

oleh penulis. Sementara itu, dalam posisi ketiga ini, pembaca akan menandakan

secara berbeda atau membaca secara berseberangan dengan apa yang ingin

disampaikan oleh khalayak tersebut. Pembacaan oposisi ini muncul kalau penulis

tidak menggunakan kerangka acuan budaya atau kepercayaan politik khalayak

pembacanya, sehingga pembaca akan menggunakan kerangka budaya atau politik

(54)

Sebagaimana dikatakan oleh Fiske, berita dan proses komunikasi secara

keseluruhan pada dasarnya adalah praktik dari proses sosial dan hampir selalu

ideologis: interpelasi adalah bagian penting dari praktik ideologi tersebut.

Gramsci (Eriyanto, 2401 : 104) mengatakan, hegemoni bekerja melalui

konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain.

Salah satu kegiatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau

wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar, sementara wacana lain

dianggap salah. Ada suatu nilai atau konsensus yang dianggap memang benar,

sehingga ketika ada cara pandang atau wacana lain dianggap sebagai tidak benar.

Media di sini secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai atau

wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak

khalayak sehingga menjadi konsensus bersama.

Gramsci melanjutkan, salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar

awam (common sense). Jika ide atau gagasan dari kelompok dominan/berkuasa diterima sebagai sesuatu yang common sense (jadi tidak didasarkan pada kelas sosial), kemudian ideologi itu diterima, maka hegemoni telah terjadi.

Dalam konsepsi Marx (Eriyanto, 2001 : 93), ideologi adalah sebentuk

kesadaran palsu. Kesadaran seseorang, siapa mereka, dan bagairnana mereka

menghubungkan dirinya dengan masyarakat dibentuk dan diproduksi oleh

masyarakat, tidak oleh biologi yang alamiah. Kesadaran kita tentang realitas sosial

(55)

Teori ideologi menekankan bahwa semua teks dan semua makna

mempunyai dimensi sosial politik dan tidak dapat dimengerti kalau tidak

menyertakan dimensi konteks sosial. Kerja ideologi, sebagaimana dinyatakan

John Fiske (Eriyanto, 2001 : 108), selalu mendukung status quo, melalui mana kelompok yang mempunyai kekuasaan lebih besar menyebarkan gagasan dan

pesannya. Sistem ekonomi diorganisir sesuai dengan kepentingan mereka, dan

sistem ideologi diambil dari kerja itu untuk menyebarkan gagasan mereka. Bagi

Fiske, semua teori ideologi sepakat bahwa ideologi bekerja untuk dominasi kelas,

perbedaannya hanya pada cara bagaimana dominasi itu bekerja, dan tingkat

efektivitasnya.

2.2.2 Analisis Wacana

Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik murni

yang tidak bisa mengungkap hakikat bahasa secara sempurna. Dalam hal ini para

pakar analisis wacana mencoba untuk memberikan alternatif dalam memahami

bahasa tersebut. Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu, dalam arti

tidak terpisah-pisah seperti dalam linguistic, semua unsur bahasa terikat pada

konteks pemakaian. Oleh karena itu, analisis wacana sangat penting untuk

memahami hakikat bahasa dan perilaku berbahasa termasuk belajar bahasa.

Menurut Stubbs dalam Darma (2009:15), “wacana adalah suatu disiplin

ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam

komunikasi”. Bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meniliti dan

(56)

misalnyapemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Analisis wacana

menekankan kajiannya pada penggunaan bahasa dalam konteks sosial,

khususnya dalam penggunaan bahasa antarpenutur. Jadi, jalasnya analisis

wacana bertujuan untuk mencari keteraturan, yaitu hal-hal yang berkaitan

dengan keberterimaan penggunaan bahasa di masyarakat secara realita dan

cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa seperti dalam tata bahasa.

Sedangkan Kartomiharjo dalam Darma (2009:15), mengungkapkan

bahawa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan

untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis

wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama

atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara

dalam wacana lisan, oleh penulis dalam wacana tulis.

2.2.3 Analisis Wacana Kritis

2.2.3.1Pengertian Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis dalam pandangan kritis, bahwa pandangan

kritis ingin mengoreksi pandangan konstruksivisme yang kurang sensitif

pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis

maupun institusional. Pandangan konstruktivisme masih belum

menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap

wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek

tertentu berikut perilaku – perilakunya. Hal inilah yang melahirkan

(57)

Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran

struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis

konstruktifisme. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada

konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi

makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa

menafsirkan secara bebas sesuai dengan fikirannya, karena sangat

berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam

masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang

terletak diluar diri si pembicara.

Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1 Struktur Teks Pada Dimensi Teks Kerangka Analisis van Dijk
Tabel 2.2 Elemen Wacana Pada Struktur Wacana van Dijk
Gambar 2.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

฀ Keterkaitan kekerasan negara dalam wacana Metro Realitas edisi 07/07/2014, nampak pada ranah kekerasan struktural Johan Galtung, yang memandang campur tangan dari pihak

Dengan melihat wacana kepemimpinan yang ada di dalam novel Sepatu Dahlan, maka dapat diklasifiksikan pada gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Dahlan Iskan adalah gaya

Penelitian terdahulu di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang sedang disusun oleh peneliti, yakni menganalisis wacana antikorupsi yang terdapat dalam lirik-lirik lagu

Van Djik dengan tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dimensi teks, menemukan dan menganalisis makna dalam teks melalui dimensi kognisi social dan menganalisis

Iqbal Fathur Rizki, 2019; Pesan Dakwah dalam Serial Kartun Upin dan Ipin Episode Mengaji surat Al-Falaq (Analisis Wacana : Teun Van Dijk) Kartun bernuansa Islami ‘Upin dan Ipin’

Penggunaan struktur teks tematik dan struktur teks skematik oleh wartawan dalam wacana berita politik Pilkada Kota Padang putaran kedua periode 2014-2019 pada media

1) Struktur makro dalam analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk menampilkan tema pokok yang disampaikan oleh Karno sebagai penulis. Tema-tema tersebut