• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI siswa SD Negeri Ciherang 01: penelitian tindakan kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI siswa SD Negeri Ciherang 01: penelitian tindakan kelas"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

oleh :

AMINAH

NIM : 1810011000008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PAI

SISWA SD NEGERI CIHERANG 01 ( Penelitian Tindakan Kelas )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

oleh : AMINAH

NIM : 1810011000008 Di bawah Bimbingan

(Tanenji, MA)

NIP: 19720712 199803 1004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Nama : Aminah

NIM : 1810011000008

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01” adalah benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama : Tanenji, MA.

NIP : 19720712 199803 1004

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Juli 2014 Yang Menyatakan

Materi 6000

Aminah

(4)

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI

Skripsi berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01”, disusun

oleh Aminah, NIM : 1810011000008, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Juli 2014 Yang Mengesahkan Dosen Pembimbing

(Tanenji, MA)

(5)

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01”, disusun oleh Aminah, NIM : 1810011000008, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal Juli 2014.

Jakarta, Juli 2014 Disetujui, oleh: Dosen Pembimbing

(Tanenji, MA)

(6)
(7)

i

AMINAH, 1810011000008; Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01 (Penelitian Tindakan Kelas). PTK. Jakarta: Pendidikan Agana Islam (PAI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode kontekstual di SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau action research. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau

observasi, catatan lapangan, wawancara dan pelaksanaan tes hasil belajar di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Penelitian dilakukan di SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, pada siswa kelas V (lima) yang berjumlah 36 siswa, Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dengan menerapkan strategi pengajaran kontekstual yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (41,66%), siklus I (66,66%), siklus II (86,11%) dan siklus III (97,22%) dengan nilai rata-rata pada pra siklus adalah 6,19, sikus I adalah 6,69 pada siklus II adalah 7,31 sedangkan pada siklus III adalah 9,72. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan strategi pengajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SD Negeri Ciherang 01 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat

menyusun proposal penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01 (Penelitian Tindakan Kelas)”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda yang tercinta Nabi Muhammad SAW.

Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang Penulis alami dalam menyusun Penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun Penelitian ini baik bantuan dalam bentuk moril ataupun materil. Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridloan Allah SWT. Khususnya kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ibu Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Tanenji, MA., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan PTK ini.

5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Bapak Mirta, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Ciherang 01, yang telah

memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Guru dan karyawan SDN Ciherang 01. Terima kasih atas doanya.

(9)

10. Teristimewa untuk Suami dan Ananda tercinta. Semoga menjadi Suami dan anak-anak yang sholih dan sholihah yang bisa mendo’akan kepada kedua orang tuanya.

11. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Akhirnya Penulis berharap semoga PTK ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun PTK ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bogor, Juli 2014

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN PENGUJI ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan dan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL, INTERVENSI TINDAKAN ... A. Pengajaran Kontekstual ... 8

1. Pengertian Pengajaran Kontekstual ... 8

2. Komponen-Komponen Pengajaran Kontekstual ... 9

3. Karakteristik Pengajaran Kontekstual ... 12

4. Strategi Pengajaran Kontekstual ... 13

B. Motivasi Belajar PAI ... 14

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 14

2. Macam-macam Motivasi Belajar ... 16

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ... 19

4. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar... 20

(11)

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

1. Tempat Penelitian ... 24

2. Waktu Penelitian ... 24

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian ... 24

2. Rancangan Siklus Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 27

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 28

G. Data dan Sumber Data ... 28

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

I. Teknik Pengumpulan Data ... 29

J. Analisis Data dan Interpretasi Data... 30

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 31

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Data Sekolah ... 35

1. Sejarah Singkat SDN Ciherang 01 ... 35

2. Kepala Sekolah yang Pernah Memimpin ... 36

3. Profil Sekolah ... 36

4. Visi dan Misi ... 37

5. Letak Geografis ... 37

6. Daftar Tenaga Pengajar SDN Ciherang 01 ... 38

7. Daftar Keadaan Siswa SDN Ciherang 01 ... 39

8. Sarana dan Prasarana SDN Ciherang 01 ... 39

9. Kegiatan Ekstra Kurikuler SDN Ciherang 01 ... 40

B. Analisis Data ... 40

(12)

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 40

1. Prasiklus... 40

2. Siklus I ... 44

3. Siklus II (Perbaikan) ... 47

4. Siklus III (Peningkatan) ... 52

D. Pembahasan ... 57

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 57

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ... 59

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran ... 59

BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... 60

B. Saran-saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

DAFTAR LAMPIRAN ...

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2. Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 11

Tabel 1.3. Data dan Sumber Data... 29

Tabel 1.4 Daftar Kepala Sekolah ... 36

Tabel 2.4 Daftar Tenaga Pengajar SDN Ciherang 01 ... 38

Tabel 3.4 Daftar Keadaan Siswa SDN Ciherang 01 ... 39

Tabel 4.4. Daftar Sarana dan Prasarana SDN Ciherang 01 ... 39

Tabel 5.4. Daftar Kegiatan Ekstra Kurikuler SDN Ciherang 01 ... 40

Tabel 6.4 Hasil Tes Siswa Pada Prasiklus ... 41

Tabel 7.4 Rekapitulasi Hasil Tes Prasiklus ... 42

Tabel 8.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus I ... 44

Tabel 9.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I ... 46

Tabel 10.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus II ... 48

Tabel 11.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II ... 49

Tabel 12.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus III ... 53

Tabel 13.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III ... 54

Tabel 14.4 Hasil Belajar Siswa ... 57

(15)

Grafik 2.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus 1 ... 46

Grafik 3.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus 2 (Perbaikan) ... 51

Grafik 4.4 Hasil Tes Siswa Pada Siklus 3 (Peningkatan) ... 56

Grafik 5.4 Peningkatan Hasil Tes Siswa Dari Prasiklus ke Siklus III ... 58

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... Lampiran 2.` Hasil Validasi Instrumen ... Lampiran 3. RPP Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III... Lampiran 4. Photo Kegiatan Belajar Siswa ... Lampiran 5. Profil Sekolah ... Lampiran 6. Surat Izin/Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis (Undang-Undang No.20 tahun 2003)”.1

Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di

sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam.” Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru ketika mengajar PAI berpeluang besar gagalnya proses internalisasi nilai-nilai agama Islam pada diri siswa, hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar materi PAI.

“Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi kesekolah tanpa motivasi untuk belajar. Untuk bermain-main berlama-lama di sekolah adalah bukan waktunya yang tepat. Anak didik dating kesekolah bukan untuk itu semua, tetapi untuk belajar demi masa depannya kelak di kemudian hari”.2

1

H. E. Mulyana. Dibalik Kurikulum 2013. (Jakarta: Rosda Karya, 2013). hlm: 20

2

(18)

2

Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat dalam kegiatan belajar mengajar.

“Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha atau kegiatan

seseorang. Motivasi berkaitan dengan tujuan atau maksud. Motivasi

mempengeruhi adanya suatu kegiatan dalam suatu pembelajaran”.3

Maka motivasi sangatlah besar peranannya terhadap prestasi belajar, karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi siswa yang memiliki intelegansi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat . karenanya, bila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukannlah semata-mata karena kesalahan siswa tetapi mungkin saja guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siwa.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Begitu juga selama ini banyak berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah, bahwa PAI di sekolah lebih bersifat verbalistik dan formalis atau merupakan tempelan saja. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi

3

Zikri Neni Iska, Psikologi (Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan), (Jakarta : Kizi

(19)

konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.

Seperti halnya metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktekkan dalam perilaku keseharian), akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI.

Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan teknik-teknik mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita tampaknya lebih banyak menghambat untuk memotivasi potensi otak. Sebagai contoh, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat siswa tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain.

(20)

4

Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak-anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui-nya.

Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada materi PAI yaitu dengan penerapan teknik Learning Community. Teknik Learning Community adalah salah satu dari tujuh komponen yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual. Teknik

Learning Community merupakan suatu teknik belajar dengan bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibanding dengan belajar sendiri.

Maka dengan penggunaan teknik Learning Community ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan motivasi serta prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa salah satu cara menggerakkan motivasi belajar adalah dengan pelaksanaan kelompok belajar. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, “pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang tepat untuk membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar”.4

4

(21)

Oleh karena itu, sudah saatnya paradigma pendidikan yang selama ini ada untuk diubah sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat dijadikan jalan keluar agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI yaitu adanya internalisasi pada diri siswa tentang nilai-nilai ajaran Islam yang diajarkan secara mudah serta adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh, menjadikan belajar lebih bermakna dan mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.

Dengan pendekatan CTL proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya.

Mata pelajaran pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran pokok dari sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik serta memiliki akhlak mulia dalam kehidupannya sehari-hari. Sejauh ini para guru berpandangan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang harus dihafal, sehingga pelajaran pendidikan agama Islam cukup disampaikan dengan ceramah sehingga pembelajaran di kelas selalu berpusat pada guru.

(22)

6

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Penerapan Metode Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri

Ciherang 01”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Sebagaimana yang terurai pada latar belakang, bahwa dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang teridentifikasi dan dapat dijadikan masalah, antara lain :

1. Guru kurang menguasai metode pengajaran dalam proses belajar mengajar.

2. Belum adanya usaha guru untuk menggunakan metode pengajaran dalam proses pembelajaran.

3. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Kurangnya motivasi siswa dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana terurai di atas, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian ini dibatasi hanya siswa-siswi SD Negeri Ciherang 01 kelas V

yang menjadi responden (yang diteliti).

b. Motivasi belajar, yaitu nilai Pendidikan Agama Islam yang diperoleh siswa.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?”

E. Tujuan Penelitian

(23)

dengan menggunakan metode kontekstual di SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian, maka peneliti mengharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara praktis hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan masukan bagi para guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pengajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Secara teoritas hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya kajian Pendidikan Agama Islam mengenai profesionalisme keguruan.

(24)

8

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL, INTERVENSI TINDAKAN

A. Pengajaran Kontekstual

1. Pengertian Pengajaran Kontekstual

Strategi pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan kepermasalahan lainnya.5

Pengajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.6

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana menjelaskan “pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistic yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata. 7

5

Agus Supriyono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010), hlm. 79.

6

Ibid, hlm. 80.

7

(25)

2. Komponen-Komponen Pengajaran Kontekstual

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Belajar berdasarkan konstruktivisme adalah mengkonstruksi pengetahuan. Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi (pengintegrasian pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru) maupun dialektika berfikir thesa-antithesa-sinthesa.

Proses kontruksi pengetahuan melibatkan pengembangan logika deduktif-induktif-hipotesis-verifikasi. Belajar konteks ini berangkat dari kenyataan bahwa pengetahuan itu terstruktur. Pengetahuan merupakan jalinan secara integratif dan fungsional dari konsep-konsep pendukungnya. Pemahaman arti dan makna struktur merupakan tesis penting dari pembelajaran berbasis kontruktivisme.8

b. Menemukan (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pengajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang Diajarkan.9 Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama yang berbasisi kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik, bagi peserta didik bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.10

8

Ibid, hlm. 85.

9

Trianto, Mendesain Model Pembelajarn Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hlm. 114.

10

(26)

10

c. Masyarakat Belajar ( learning Community)

Pengajaran kontekstual menekankan arti penting pengajaran sebagai proses sosial. Melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih bermakna. Hasil belajar diperoleh dari berkolaborasi dan kooperasi. Dalam praktiknya “masyarakat belajar” terwujud dalam kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, medatangkan ahli dalam kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja sama dengan masyarakat.11

d. Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan modeling adalah proses pengajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoprasionalkan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan kalimat asing.

Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan peserta didik yang dianggap memiliki kemampuan misalkan peserta didik yang pernah menjadi juara dalam membawa puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya.12

e. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah bagian penting dalam pengajaran kontekstual. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifiksi kembali, dan mengevaluasi hal yang telah dipelajari.13

f. Penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment)

Penilaian autentik adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan

11

Supriyono, Op. Cit, hlm. 87

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 267

13

(27)

siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.14

Dalam pembelajaran kontekstual hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi peserta didik antara lain kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis, hasil karya, presentasi atau penampilan peserta didik, demontrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis.15

Berikut ini adalah table komponen pembelajaran kontekstual yang dijelaskan oleh Martinis Yamin16 :

Tabel 1.2

Komponen Pengajaran Kontekstual

No Komponen

1

Kontruktivisme (landasan berfikir filosofi kontekstual pengetahuan itu dibangun oleh diri sendiri, dimulai pengetahuan yang sedikit yang diperluaskan berdasarkan pengalaman dan interaksi social serta lingkungan)

2

Questioning (guru bertanya menggali informasi tentang apa yang sudah diketahui dan mengarah pada aspek yang belum diketahui. Bertanya merupakan analisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan.

3

Inquiry (pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan merupakan hasil mengingat

seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri dengan cara (1) merumuskan masalah (2) mengumpulkan data melalui observasi (3) menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya, (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

4

Learning Community (belajar merupakan sharing dengan teman atau bekerjasama dengan orang lain, saling member informasi)

5 Modeling (guru menciptakan peserta didik untuk meniru dengan mendemonstrasi dan mencontoh suatu pengetahuan

(28)

12

No Komponen

dan keterampilan sehingga peserta didik dapat melakukannya)

6

Reflection (gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima, peserta didik dapat merasakan ide baru tersebut dalam pikirannya)

7

Authentic Assessement (guru mempergunakan assessement sebagai gambaran perkembangan belajar peserta didik melalui proses)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakekat pengajaran kontekstual itu dibangun melalui pengalaman diri, interaksi soaial, dan dengan lingkungan nyata. Peserta didik dibimbing untuk mempergunakan penalaran dan pemahaman yang mendalam melalui berpikir kritis dan kreatif. Dengan beberapa prinsip yang diurai di atas, maka pengajaran kontekstual merupakan strategi yang aktivitas pengajarannya berpusat pada peserta didik dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi , kerjasama, saling membantu sesame peserta didik, menggali, menemukan, mencontoh suatu pengetahuan dan keterampilan, menemukan ide-ide, dan perkembangan belajar yang dinilai melalui proses.

3. Karakteristik Pengajaran Kontekstual

Menurut Wina Sanjaya dalam proses pengajaran Kontekstual terdapat lima karakteristik penting yaitu :

a. Activiting knowledge artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.

b. Understanding knowledge artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk pahami dan diyakini.

c. Acquiring knowledge memperoleh pengetahuan baru dengan cara deduktif artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara sederhana kemudian memperhatikan detailnya.

d. Applying knowledge artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik.

e. Reflecting knowledge artinya melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.17

17

(29)

Sedangkan menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana bahwa pengajaran kontekstual mempunyai sepuluh karakteristik, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kerjasama antar peserta didik dan guru (cooperative) b. Saling membantu antar peserta didik dan guru (assist) c. Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning)

d. Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual e. Menggunakan multimedia dan sumber belajar f. Cara belajar siswa aktif (student active learning) g. Sharing bersama teman (take and give)

h. Siswa kritis dan guru kreatif

i. Didinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa

j. Lapran siswa bukan hanya buku raport, tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan sebagainya.18

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pengajaran kontekstual adalah mempelajari pengetahuan yang sudah dipelajari, memahami dan meyakini pengetahuan yang sudah diperoleh, mempelajari yang sederhana dan memperhatikan secara detail, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

4. Strategi Pengajaran Kontekstual

Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan berupaya melakukan ekspolasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptkan hal baru dari apa yang dipelajarinya. c. Applying, belajar menekankan pada proses mendemontrasikan

pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya. d. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif

melalui belajar berkelompok.

e. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.19

18

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Op. Cit, hlm. 69

19

(30)

14

Penjelasan tersebut di atas menyimpulkan bahwa gambaran strategi pengajaran kontekstual adalah memaknai pengajaran bagi peserta didik dalam kehidupan nyata dengan berusaha untuk menemukan dan menciptakan hal-hal yang baru, serta dapat mendemontrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya, supaya terwujud kemampuan pengetahuan yang dimiliki meski dalam kondisi apapun.

B. Motivasi Belajar PAI

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata yang ingin dicapai..20 Adapun pengertian motivasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah “dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar atau tidak sadar untuk melakuakan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.21

Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah : M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.22 Menurut WS Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif,motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapaitujuan sangat dirasakan atau dihayati.23 Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukansesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu.24

Sedangkan Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M,

20

Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 129

21

(31)

motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.25

Motivasi belajar sangat penting untuk dimiliki oleh peserta didik yang hendak belajar baik di sekolah ataupun di lembaga mana saja, karena

“motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek

kognitif, afektif maupun psikomotor”. 26

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting,yaitu :

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.27

Dengan demikian yang di maksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar untuk menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang

25

Sardiman A.M, Op.Cit, hlm. 73

26

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Loc. Cit, hlm. 26

27

(32)

16

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang di kehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Allah SWT berfirman dalam al-Quran al-Karim untuk memberikan motivasi belajar kepada hamba-Nya, tersebut dalam surat al-Mujadalah : 11



Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaadalah: 11)

Ayat tersebut memberikan motivasi kepada manusia bahwa Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan jika ilmu tersebut dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat, tetapi jika pengetahuan yang dimiliki tersebut hanya digunakan untuk mencelakakan atau membahayakan orang lain maka hal tersebut tidak dibenarkan.

Begitupun Rasulullah s.a.w bersabda dalam sebuah haditsnya sebagai bentuk motivasi belajar kepada ummatnya. Sabda Rasulullah s.a.w.:

ع

Artinya: “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Siapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, akan dimudahkan Allah jalan untuknya ke sorga”.(HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad dan Baihaqi)

2. Macam-macam Motivasi Belajar

(33)

Diantaranya menurut woodwort dan marquis sebagaimana di kutif oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga golongan yaitu :

a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan

dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam diri tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan-kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.

b. Motif-motif yang timbul sekoyong-konyong ( emergency motives )

inilah yang timbul bukan karna kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari bahaya, motif berusha mengatasi suatu rintangan.

c. Motif obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditunjukan kesuatu

Obyek atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini timbul karena adanya dorongan didalam diri kita.28

Anden N. Frandsen yang dikutif oleh Sardiman,A.M, mengemukakan jenis motivasi di lihat dari dasar pembentukannya, yaitu motif bawaan, (motive psychological driver) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.29 Selanjutnya sartain menbagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut :

a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat psikologis atau jasmaniah seperti lapar,haus dan sebagainya.

b. Social motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya.30

Adapun bentuk motivasi belajar disekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar.31 Dalam buku ini motivasi intrinsic adalah motivasi yang timbul dari

28

(34)

18

dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.32

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intristik adalah: a) Adanya kebutuhan

b) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri c) Adanya cita-cita atau aspirasi

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang dating dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.33 Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya,pujian dan hadiah, praturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh kongkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.

Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah.Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat

32

Sabri, Loc.Cit, hlm. 85

33

(35)

mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis motivasi secara umum terbagi ke dalam dua bagian: Pertama, motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri dari lubuk hati yang paling dalam. Kedua, motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasehat dari gurunya, hadiah, kompetesi sehat antar peserta didik, hukuman dan sebagainya.

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.34

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana menjelaskan tentang fungsi motivasi. Berikut ini adalah beberapa fungsi dari motivasi:

34

(36)

20

a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.

b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

d. Motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran lebih bermakna. 35

Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

4. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar

Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain belum termotivasi untuk belajar. Seorang guru melihat perilaku siswa seprti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.

Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara menggerakkan motivasi belajar diantaranya adalah :

a. Memberi angka, Pujian, Hadiah. b. Kerja kelompok.

c. Persaingan.

d. Tujuan dan level of aspiration.

e. Sarkasme (mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang).

f. Penilaian

g. Karyawisata dan eskursi

35

(37)

h. Film pendidikan i. Belajar melalui radio.36

Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberpa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya :

a. Memberi angka

h. Hasrat untuk belajar i. Minat

j. Tujuan yang diakui.37

Hasan Langgulung dalam Ramayulis berpendapat bahwa “motivasi

merupakan suatu keadaan psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Dialah kekuatan yang menggerakkan dan mendorong aktivitas seseorang. Motivasi itulah yang membimbing seseorang ke arah tujuan-tujuannya. Demikian lah tujuan-tujuan dan aktivitas seseorang

itu berkaitan dengan motivasinya”.38

Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi kehidupan siswa.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Ilmiati Endah, Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Meningkatkan Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di SMP Islam Ngoro Jombang. Skripsi, Jurusan Pendidikan AgamaIslam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

36

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), , hlm. 166-168

37

Sardiman A.M, Op.Cit., h. 92-95

38

(38)

22

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan pendekatan

contextual teaching and learning (CTL) dalam Pembelajaran PAI di SMP Islam Ngoro Jombang.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, interview, dokumentasi. Untuk menganalisis dilakukan dengan analisis selama pengumpulan data yakni secara induktif dengan menggunakan data deskriptif melalui penalaran logika sistematis terhadap data (keabsahan data) dan analisis data setelah data terkumpul dengan menggunakan teknik triangulasi (membandingkan/memeriksa, mengecek keabsahan data) dengan hasil wawancara dan hasil isi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (1) Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran PAI di SMP Islam sudah berjalan baik, hal tersebut dapat dilihat dari penerapan masing-masing komponen atau aspek pembelajaran kontekstual yang ada, yaitu; konstruktifisme, inquiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian autentik. (2) Usaha-usaha Guru PAI dalam meningkatkan kwalitas Proses pembelajaran PAI yaitu; Penerapan variasi metode, memperhatikan tingkat kemampuan siswa dan memanfaatkan sumber belajar.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah merupakan titik tolak dari sebuah penelitin yang kebenarannya diakui oleh peneliti itu sendiri dan merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis sebagai argumentasi logis, rasional dan kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori. Kerangka berpikir pun tidak disusun berdasarkan pada common sense atau akal sehat si peneliti, namun berdasarkan pada hasil kajian yang handal.39 Secara sederhana peneliti merumuskan kerangka berpikir bahwa “Semakin baik pembelajaran kontekstual, maka semakin tinggi pula peningkatan motivasi belajar PAI di kelas V SD Negeri Ciherang 01”.

39

Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Pedoman Penulisan Skripsi.

(39)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.40

Hipotesis tindakan adalah “hasil kajian pustaka atau proses rasional dari penelitian yang telah mempunyai kebenaran secara teoretik. Dengan demikian hipotesis dapat dianggap sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian dan masih perlu diuji kebenarannya dengan menggunakan data empiris”. 41

Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.42

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan pembelajaran kontekstual maka prestasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri Ciherang 01 pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam dapat ditingkatkan dalam motivasi Pendidikan Agama Islam.

Secara sederhana peneliti merumuskan hipotesis bahwa: “Jika pembelajaran kontekstual diterapkan, maka akan semakin meningkat motivasi belajar PAI di kelas V SD Negeri Ciherang 01”, atau “Semakin baik pembelajaran kontekstual, maka semakin tinggi pula peningkatan motivasi belajar PAI di kelas V SD Negeri Ciherang 01.

40

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 96.

41

Tim Penyusun Revisi Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Op. Cit. hlm.48

42

(40)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

L. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

M. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian untuk membantu seseorang untuk mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam rangka kerangka etika yang disepakati bersama.

Penelitian tindakan ini menggunakan siklus-siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hubungan antara keempat tahapan tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan (berulang).

2. Rancangan Siklus Penelitian

(41)

Bagan 1.3

Siklus Pelaksanaan PTK

Penjelasan gambar di atas adalah:

a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya strategi konstekstual. c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI

SIKLUS 1

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI

SIKLUS 2

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI

(42)

26

d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. Hal yang diobservasi adalah dari cara guru menyampaikan materi pembelajaran, tahapan guru menyampaikan pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran di kelas dengan menggunakan strategi kontekstual

N. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014.

O. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

(43)

P. Tahapan Intervensi Tindakan

1. Pra Tidakan

Peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu terhadap kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dari pengamatan awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan, kegiatan belajar mengajar PAI mengalami kendala-kendala dalam penyajian materi ajar PAI dengan baik, antara lain :

a. Di sekolah belum tersedianya alat-alat praktik PAI.

b. Banyak siswa yang melakukan aktivitas lain diluar kegiatan belajar mengajar seperti bermain, ngobrol, mengganggu temannya.

c. Banyak siswa yang kurang antusias terhadap kegiatan belajar mengajar PAI.

d. Guru aktif dalam memberikan dan menyampaikan materi sementara siswa hanya duduk, diam, dengar dan sekali-kali mencatat yang disampaikan guru.

2. Tindakan Riil di Kelas a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan bersama kolaborator dengan posisi peneliti sebagai pemimpin perencanaan. Perencanaan yang dibuat oleh peneliti mengenai keseluruhan aspek permasalahan meliputi : penentuan waktu penelitian, penentuan strategi yang digunakan, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan strategi pembelajaran kontekstual, membuat instrumen berupa tes akhir.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Kegiatan belajar mengajar diawali dengan pembelajaran pretes. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apresiasi dan

mendeskripsikan materi yang akan diajarkan.

(44)

28

4) Selanjutnya guru memberikan postes. c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mengevaluasi keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1) Memberikan tes soal kepada siswa pada akhir materi.

2) Wawancara dengan beberapa siswa untuk mengetahui tanggapannya tentang proses pembelajaran.

d. Tahap Refleksi

1) Mengolah dan menganalisis data pada siklus I, baik berupa hasil tes maupun hasil observasi.

2) Menganalisis temuan-temuan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus.

Q. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar PAI siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran menggunakan strategi kontekstual. Keputusan diambil berdasarkan hasil siswa pada siklus I, jika hasil siswa memenuhi ketuntasan belajar siswa 75% dari nilai KKM 68 dianggap berhasil, namun jika tidak mencapai ketuntasan belajar yang diinginkan dianggap belum berhasil dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya.

R. Data dan Sumber Data

(45)

Tabel 1.3

Data dan Sumber Data

Data Sumber Data Instrumen

Kognitif (Penguasaan Konsep) Siswa Pretes dan Postes

Aktivitas dan sikap siswa terhadap proses pembelajaran

Siswa Lembar Observasi

Respon siswa terhadap proses pembelajaran

Siswa Wawancara

Aktivitas guru terhadap proses pembelajaran

Observasi Lembar Observasi dan Catatan Lapangan

S. Instrumen Pengumpulan Data

1. Lembar Soal Hasil Belajar

Instrumen ini berupa tes hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Instrumen ini digunakan untuk pengumpulan data.

2. Observasi

Observasi. Observasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan disertai penelitian secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Teknik ini dimaksudkan untuk mendekati kenyataan praktis yang berlangsung di lokasi penelitian, karena itu teknik ini akan diarahkan untuk melihat gambaran umum lokasi penelitian. Selain itu akan diteliti pula berbagai masalah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

3. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat dinamika interview guide (panduan wawancara).43

43

(46)

30

T. Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar Soal Hasil Belajar

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognisi siswa pada aspek hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Peneliti sengaja menguji kemampuan siswa di sekolah dasar yaitu pada tingkatan oprasional kongkrit. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa essay dan pilihan ganda.

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mlengkapi data yang masih belum terjaring melalui penggunaan teknik wawancara. Observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran PAI berlangsung.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari responden tentang peningkatan motivasi siswa dalam memakai strategi pembelajaran kontekstual dalam pelajaran PAI di SD Negeri Ciherang 01 Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, meliputi perasaan sikap, perhatian, dorongan atau usaha dalam belajar PAI.

U. Analisis Data dan Interpretasi Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

(47)

adalah data verbal dari peneliti sendiri, yang berupa gambaran terperinci dari proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan data penunjang meliputi data dari hasil observasi.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai pretest dan posttest.

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Keterangan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar.

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P = ∑ siswa yang tuntas belajar x 100%siswa

V. Pengembangan Perencanaan Tindakan

(48)

32

1. Perencanaan Tindakan Siklus 1

a. Perencanaan

1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI.

2) Membuat rencana pembelajaran pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI dan lembar observasi.

3) Membuat instrument yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, alat bantu dan media yang diperlukan.

4) Membuat alat evaluasi sejenis tes untuk mengetahui siswa dalam menyelesaikan masalah yang dilaksanakan dalam disetiap akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI yang telah direncanakan.

Adapun langkah-langkah pada tindakan ini adalah sebagai berikut: a. Persiapan.

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP) atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kontekstual.

b. Pembentukan Kelompok. c. Memberi kesimpulan.

(49)

c. Observasi

Pada tahapan ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat catatan-catatan tentang situasi yang terjadi didalam kelas selama tindakan berlangsung.

d. Refleksi

Dari hasil observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan barang pertimbangan untuk membuat perencanaan pada siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah baik akan dipertahankan.

2. Perencanaan Tindakan Siklus 2

a. Perencanaan

1) Malanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus I, membenahi kelemahan pada siklus I.

2) Mempebaiki dan membenahi kelemahan siklus I.

3) Merencanakan kembali skenario pembelajaran merujuk hasil refleksi dari siklus I.

4) Melaksanakan tindakan perbaikan. b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah yang dilakukan relatif sama dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada metode mengajar yang diterapkan.

c. Observasi

(50)

34

d. Refleksi

Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan peneliti dapat membuat kesimpulan atas pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI yang dilakukan selama 2 siklus.

3. Perencanaan Tindakan Siklus 3

a. Perencanaan

1) Malanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus II, membenahi kelemahan pada siklus II.

2) Mempebaiki dan membenahi kelemahan siklus II.

3) Merencanakan kembali skenario pembelajaran merujuk hasil refleksi dari siklus II.

4) Melaksanakan tindakan perbaikan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Langkah yang dilakukan relatif sama dengan pelaksanaan pada siklus II dengan mengadakan perbaikan pada metode mengajar yang diterapkan.

c. Observasi

Pada prinsipnya observasi yang dilaksanakan pada siklus III hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus II.

d. Refleksi

Gambar

Grafik 1.4. Hasil Tes Siswa Pada Prasiklus ....................................................
Tabel 1.2 Komponen Pengajaran Kontekstual
gambar berikut:
Tabel 1.3 Data dan Sumber Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam posisi ini berpotensi melakukan gerak yang tidak direncanakan secara khusus, tetapi dari posisi ini segala bentuk serangan atau pertahanan dapat dengan cepat

[r]

Pertama, perencanaan dalam program pembelajaran ta ḥfīẓ Al-Qur'an di SMA IT As-Syifa yaitu disesuaikan dengan kebutuhan siswa, maksudnya bahwa perencanaan ini diberikan

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun

[r]

Teori mengatakan bahwa tingkat pengangguran juga dipengaruhi oleh inflasi, kebijakan fiskal (pengeluaran.. pemerintah dan pajak) serta kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan

Pada Gambar 5 terlihat bahwa kelembaban relatif udara lingkungan indirect evaporative cooler berkisar antara 42-55% dengan berbagai variasi kecepatan udara

Apakah terjadi pelanggaran prinsip pencegahan infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di RSUD Dr M Ashari Pemalang.. Apa saja pelanggaran yang dilakukan berkaitan