• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Produksi Program Acara Wisata Religi Di Televisi Republik Indonesia (Tvri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Produksi Program Acara Wisata Religi Di Televisi Republik Indonesia (Tvri)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

SITI RAHMAH

NIM: 109051000075

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN).

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Maret 2014

(5)

i NIM 109051000075

Analisis Produksi Program Wisata Religi di Televisi Republik Indonesia (TVRI)

Televisi sebagai media massa elektronik berfungsi memberikan informasi, pendidikan, maupun hiburan bagi masyarakat. TVRI sebagai televisi pemerintah memiliki beragam program acara yang sarat informasi. Dari sekian banyak program yang ditayangkan di TVRI, acara keagamaan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Salah satunya adalah program Wisata Religi, program ini memiliki fungsi memberikan informasi pengetahuan tentang tempat-tempat sejarah Islam. Program ini dikemas dengan format feature.

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pertanyaannya adalah, Bagaimana proses produksi program Wisata Religi di TVRI?, Dan adakah kendalaselama proses produksi Wisata Religi?

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan teknik berupa wawancara, analisis data, mendalam yang dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat langsung dengan penelitian yang dimaksud. Selain itu, penulis juga melakukan observasi langsung untuk mendapatkan data yang akurat seputar produksi Wisata Religi ini, serta dokumentasi yang terkait.

(6)

ii

Puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Produksi Program Wisata Religi di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, Keluarga, Sahabat, semoga Allah Swt meridhoi mereka, dan para pengikutnya yang tetap istiqomah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja keras dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Suparto PHd, M.Ed, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, MSi, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Sunandar, MA, Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Ibu Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(7)

iii

kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDK), yakni

bagian akademik, tata usaha, serta karyawan perpustakaan FDK dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memudahkan

penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Pihak-pihak stasiun TVRI, khususnya Bapak Badriansyah, Bapak Angga serta seluruh staf yang terlibat dalam program Wisata Religi terima kasih banyak untuk kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis.

8. Keluarga besarku tercinta Ayahanda Abdul Aziz, dan Ibunda Maseroh yang selalu memberikan doa dan motivasi moril maupun materil dengan penuh

keikhlasan dan kesabaran bagi penulis.

9. Kakak-kakak dan keponakanku tercinta, Mama Nurazizah, Bunda Khusnul,

(8)

iv

10.Keluarga kecilku, suami tercinta Fajar Satria dan calon malaikat kecil yang masih berada di dalam rahimku yang selalu memberikan semangat, dukungan

dan motivasi.

11.Keluarga besar bapak mertua dan ibu mertua, Abi Muhammad Subur, Umi

Isah, Kak Ani, Abang Pay, Imam, Aidil Fikri, Rasyid, yang selalu memberikan semangat bagi penulis.

12.Sahabat-sahabat tercinta yang selalu dan saling mendukung dari TK sampai saat ini Erviana, Nurfitria, Anisa Asriani dan teman-teman KPI 2009 yang tidak mungkin terlupakan Wahyu Ridha, Dessy Eka Driani, Inna Usholihah, Resyana Wilda, Zaini Rahman, Reza Wahyu, Hasbul, Tri Wibowo, Manggala, Fadli Arif, dan teman-teman seperjuangan ketika propesa Putri, Siti Muslipah, Awalina. Serta yang tidak penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

13.Teman-teman seperjuangan KPI-C 2009 yang banyak memberikan dukungan dan motivasi satu sama lain yang selalu menjaga silahturahmi dan kekeluargaannya.

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca akan saya terima dengan senang hati. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Kerangka Konsep ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Program Televisi ... 13

1. Pengertian Televisi ... 13

2. Sejarah dan Perkembangan Televisi ... 15

3. Pengertian Program ... 17

4. Format Acara Televisi ... 19

B.Tahapan Produksi Program Televisi ... 22

1. Pra Produksi ( Perencanaan dan Persiapan) ... 23

2. Produksi ( Pelaksanaan ) ... 25

3. Pasca Produksi ( Penyelesaian dan Penayangan ) ... 28

4. Evaluasi Program Televisi ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM TVRI DAN PROGRAM WISATA RELIGI A. Sejarah dan Perkembangan TVRI ... 33

(10)

vi

E. Stasiun-stasiun TVRI ... 41

F. Visi dan Misi ... 41

G. Logo-logo TVRI ... 42

H. Perkembangan Siaran Keagamaan TVRI ... 44

I. Program-program TVRI ... 45

J. Struktur Organisasi TVRI ... 46

K. Program Acara Wisata Religi ... 52

BAB IV ANALISIS PROGRAM WISATA RELIGI A. Analisis Program Acara Wisata Religi di TVRI ... 55

1. Analisis Pra Produksi Program Wisata Religi ... 57

2. Analisis Pelaksanaan Produksi Program Wisata Religi .. 63

3. Analisis Pasca Produksi Program Wisata Religi ... 68

4. Analisis Evaluasi Produksi Wisata Religi ... 71

B. Proses Produksi Program Wisata Religi Pada Tayangan “Sejarah Berdirinya Masjid Atta’awun dan Asal Muasal Kampung Arab di Cisarua Puncak-Bogor”. ... 72

1. Pra Produksi ... 72

2. Produksi ... 73

3. Pasca Produksi... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran-Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Televisi adalah media komunkasi yang bersifat dengar, lihat (audiovisual kekuatan utama dari media televisi adalah suara dan gambar, televisi lebih menarik dari radio. Dampak pemberitaan dari media televisi adalah suara dan gambar, sehingga memberi pengaruh yang lebih kuat kepada pemirsa. Kelebihan media televisi dibandingkan dengan media massa lainnya, sifatnya yang audiovisual. Dapat didengar sekaligus dapat dilihat secara langsung, untuk mendapatkan sajian informasi atau berita yang lebih realistis, sesuai dengan keadaan sebenarnya yang diharapkan masyarakat.

Beberapa stasiun televisi memiliki program-program yang menarik, diantaranya program acara berita yang selalu memberikan informasi terbaru dan hiburan seperti sinetron, musik, dan reality show. Selain itu, program acara yang menyemarakan dunia pertelevisian sekarang ini yairu program acara yang bernuansa Islami (dakwah).

Pada umumnya dakwah disebarkan dengan metode ceramah yang berdiri di atas mimbar dari masjid ke masjid. Namun dengan teknologi yang semakin berkembang dakwah memanfaatkan salah satu teknologi komunikasi, yaitu televisi.

(12)

tahun belakangan ini industri pertelevisian di Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat. Bermula dari hanya satu stasiun televisi milik pemerintah, kini telah menjadi belasan televisi swasta yang berada di Jakarta dan daerah.

Untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat, maka setiap stasiun televisi di Indonesia berlomba-lomba untuk membuat program yang menarik minat masyarkat dan dikemas semenarik mungkin sehingga hal ini menjadi salah satu persaingan industri televisi pada saat ini dan setiap stasiun televisi lebih banyak menayangkan program acara yang bersifat menghibur dibandingkan dengan program acara yang bersifat mendidik. Dan diformat sedemikian rupa tentunya disesuaikan dengan karakter, visi, dan misi dari stasiun televisi itu sendiri.

Televisi juga dapat digunakan sebagai media dakwah, sebab dakwah melalui televisi sangat diharapkan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi diharapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang semaki canggih, memerlukan adaptasi terhadap kemajuan teknologi yang ada. Maksudnya yaitu, dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan media yang dihadapi.

(13)

Pada umumnya dakwah disebarkan dengan metode ceramah yang berdiri di atas mimbar dari masjid ke masjid. Namun dengan teknologi yang semakin berkembang dakwah memanfaatkan salah satu teknologi komunikasi, yaitu televisi.

Namun dakwah melalui media komunikasi massa haruslah tetap berada dalam komunikasi massa Islam, yaitu menggunakan Al.Qur’an dan hadist nabi sebagai landasan teori dan filosofinya, dengan sendirinya komunikasi Islam terikat pesan khusus, yakni Dakwah karena Al-Qur’an adalah rahmat bagi seisi alam semesta dan juga merupakan petunjuk bagi manusia beriman yang berbuat baik. Sehingga hasil dari tujuan dakwah yang dicapai tidak keluar dari konteks agama Islam.1 Menurut Rusjdi Hamka Rafiq, sistem komunikasi massa Islam yaitu: menyebarkan (menyampaikan) informasi kepada pendengar, pemirsa atau pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT.2

Dakwah melalui media massa perlu persiapan dan perencanaan yang matang karena dakwah suatu upaya untuk mengkonstruki masyarakat menuju masyarakat Islami. Munculnya media televisi sebagai wujud dari kemajuan tekhnologi menyadarkan kaum muslimin betapa pentingnya peranan televisi dalam usaha dakwah. Maka dalam menyusun materi dakwah yang menyangkut seluruh aspek kegiatan dakwah. Hal ini penting dilaksanakan mengingat “televisi merupakan rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara tepat, berurutan, dan diiringi unsur radio”.3

1

Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001) Cet. Ke-1, h. 66

2

Rusdji Hamka Rafiq, Islam dan Era Informasi, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1989) Cet. Ke-1, h. 5

3

(14)

Dari banyaknya stasiun televisi pada saat ini, terdapat salah satu stasiun televisi yang menghadirkan program keagamaan salah satunya yaitu program Wisata Religi di TVRI. Program ini termasuk program dakwah Islamiyah yang dikemas secara ringan dan menarik acara ini dikhusukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dan dimana tempat sejarah-sejarah Islam yang berada diseluruh nusantara.

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Karena banyaknya efek yang ditimbulkan baik positif maupun negatif dari suatu tayangan televisi, pembatasan masalah ini dilakukan guna menghindari perluasan pembahasan yang tidak penting selain itu menjadi terarah dan agar berhubungan antara masalah yang diteliti dengan pembahasan dalam Analisis Program Wisata Religi di TVRI peneliti membatasinya pada program yang ditayangkan dalam Produksi “Asal Muasal Masjid Atta’awun dan Kampung Arab di Cisarua Puncak Bogor”, pada tanggal 12 juni 2013.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaiman proses pra produksi program acara Wisata Religi di TVRI? b. Bagaimana proses produksi program acara Wisata Religi di TVRI? c. Bagaiaman proses pasca produksi program acara Wisata Religi di

(15)

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengetahui secara garis besar bagaimana massa khususnya televisi dalam mengemas suatu acara serta memberikan referensi pada masyarakat

dalam memilih program acara yang mendidik. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi program acara Wisata Religi di TVRI.

b. Untuk mengetahui berbagai sarana dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan produksi memadai dan sesuai dengan apa yang

dibutuhkan pada Program Wisata Religi di TVRI

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pra

produksi, produksi, dan pasca produksi dalam Wisata Religi di TVRI. 2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ditinjau dari segi akademis dan praktis adalah sebagai berikut:

a. Secara Akademis

Harapan dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan

tambahan referensi bagi studi-studi selanjutnya mengenai program acara di televisi dan menambah khazanah keilmuan bagi pengembang

(16)

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah wawasan berbagai kalangan seperti teoritis, praktis, dan aktivis penyiaran televisi dan pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi dijadikan sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai agama secara efektif dan efesien, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah yang melakukan representasi objek tentang semua informasi yang terdapat dalam masalah yang diteliti. Metode ini tidak sebatas pada pengumpulan data , tetapi meliputi juga analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut. Secara prakteknya dengan menggambarkan suatu kondisi dalam proses Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi pada Program Wisata Religi di TVRI.

2. Subjek dan Objek Penelitian

(17)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengumpulkan data di TVRI yang berhubungan dengan program acara “Wisata Religi di TVRI”.

a. Data primer

Data primer digunakan sebagai acuan utama untuk pembahasan penelitian ini dengan melakukan:

1) Observasi

Observasi adalah kegiatan mengamati langsung suatu objek, Tekhnik observasi dalam penelitian ini dengan melakukan kunjungan ke TVRI dan pengamatan secara langsung secara sistematis apa yang dilihatnya.

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.4 Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam, yaitu wawancara terperinci yang dilakukan dengan menggunakan petunjuk umum berupa dafttar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya untuk ditanyakan kepada narasumber. Penulis mengadakan wawancara langsung kepada Badriansyah selaku eksekutif produser dan Ludwie Anggara selaku pengarah acara program acara Wisata Religi di TVRI dan pihak-pihak yang terlibat dalam produksi Wisata Religi.

4

(18)

b. Data Sekunder

Data sekunder penulis diperoleh dari sejumlah referensi yang ada atau menggunakan studi pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan tertulis berupa arsip dan buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Lokasi dan Waktu

Penulisan ini dilaksanakan pada salah satu stasiun televisi negeri milik Pemerintah atau Negara yaitu TVRI yang beralamat Jl. Gerbang Pemuda Senayan Jakarta – 10270, telp: (021) 5732160, 5704720/40, fax: (021) 5731973 dan penulis mengikuti langsung kelapangan dalam proses produksi di Masjid At-Taawun Cisarua, Puncak Bogor pada tanggal 12 Juni.

4. Teknik Pengolahan Data

(19)

5. Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberikan gambaran atau meluksikan mengenai proses program Wisata Religi periode Juni 2013 yang ditayangkan di TVRI, khususnya dalam tayangan “Sejarah Masjid Atta’awun dan Kampung Arab di Cisarua Bogor”.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam penelitian ini.

Penelitian ini ditulis berdasarkan penulisan skripsi yang mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku di UIN Jakarta.5

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan kajian pustaka diperpustakaan utama UIN. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan penulis sampai saat ini, beberapa judul skripsi terdahulu mempunyai judul atau objek dan subjek penelitian yang berbeda ataupun hampir sama dengan penulis.

1. Anlisis Produksi Program Tabir Sunnah, oleh Ais Ramdhan Rasyid, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

5

(20)

Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2011 NIM 107051003124. Yang membedakan dengan penelitian penulis yaitu, subjeknya dan formatnya. Format dalam program tersebut juga berbeda dengan format acara yang penulis teliti.

2. Analisis Produksi Program Stand Up Comedy di Metro TV, oleh Izzatun Nisa, Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2012 NIM 208051000003. Yang membedakan dengan penelitian penulis yaitu, subjeknya penelitian ini

berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Subjek penelitiannya yaitu Program Stand Up Comedy di MetroTV, sedangkan penulis menggunakan subjek penelitian Program Wisata Religi di TVRI. penelitian ini sama-sama membahas pra-produksi, produksi, pasca produksi.

3. Analisis Program Islam Itu Indah di Trans TV, oleh Rasyid Hartadi Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2012, NIM 108051000014. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah subjek dan objeknya. Subjek penelitiannya program Islam Itu Indah, sedangkan objek

penelitiannya faktor utama dalam menentukan hasil penelitian. Jika penelitian ini meneliti secara luas mengenai suatu program, maka penulis

(21)

F. Kerangka Konsep

Gambar 1.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu penulis menyusun dengan membagi lima bab:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Pembahasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas pengertian televisi, sejarah dan perkembangannya, pengertian program, pengertian program televisi, format program televisi, tahapan produksi program televisi

TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH

produksi

Pra produksi Siaran langsung

(22)

(pra produksi televisi, produksi program televisi, pasca produksi televisi, dan evaluasi program).

BAB III GAMBARAN UMUM TVRI DAN PROGRAM WISATA

RELIGI

Membahas sekilas tentang TVRI, deskripsi program Wisata Religi di TVRI (latar belakang ditayangkannya program Wisata Religi di TVRI, sasaran program Wisata Religi, tujuan ditayangkannya program Wisata Religi di TVRI.

BAB IV ANALISIS PROGRAM WISATA RELIGI DI TVRI

Membahas Pra Produksi Wisata Religi di TVRI, pelaksanaan produksi program Wisata Religi di TVRI, pasca produksi program Wisata Religi,garis-garis besar isi program Wisata Religi di TVRI, jenis program Wisata Religi di TVRI, analisis program Wisata Religi, dan evaluasi program Wisata Religi, (Karakter, Sarana dan Pra Sarana, Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung) dalam Produksi Wisata Religi di TVRI

BAB V PENUTUP

(23)

13 A. Ruang Lingkup Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari bahasa Yunani “tele” yang berarti jarak jauh dan “Vision” yang berarti penglihatan.1 Adapun pengertian televisi ini,

dari segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan dari segi penglihatan oleh gambar. Maka dari sinilah televisi dapat dikatakan media massa yang bersifat audiovisual. Televisi dalam ensiklopedi nasional mempunyai pengertian, televisi adalah pengubah gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Namun pada umumnya memiliki bagian penting yakni permukaan peka cahaya, peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris. Berkas dibangkitkan oleh penambah electron kemudian dipindahkan keseluruh permukaan bermuatan listrik.2

Kamus Besar Indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai: televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan

1

Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rainbow, 1989), cet. Ke-2, h. 221.

2

(24)

alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukan, berita, dan sebagainya.3

Maurince Gorhan yang dikutip Ton Kertapati mendefinisikan, televisi adalah penyampaian gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya secara simultan di tempat tertentu yang jauh.4 P.C.S Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Video (1993), mendefinisikan pengertian televisi. Televisi pada hakekaktnya merupakan sesuatu system komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio.5

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimulkan bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan. Stasiun televisi merupakan suatu tempat terpusatnya kegiatan dari suatu organisasi penyiaran.6 Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan.

3

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 191.

4

Ton Kertapati, Dasar-Dasar Publisitis dalam Perkembangan di Indonesia menjadi Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke-3, h. 59.

5

P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Video,(Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet. Ke-1, h.1.

6

(25)

2. Sejarah dan Perkembangan Televisi

Televisi tergolong penemuan teknologi yang muncul belakangan dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti telepon, telegraf, fotografi, rekaman suara, radio, surat kabar, majalah, dan buku. Sebagaimana media massa lainnya, penemuan televisi melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir pada abad 19 oleh James Clarck Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890.7

Perkembangan televisi diawali pada tahun 1884 ketika Paul Nipkow dari Jerman menemukan suatu alat yang dapat mengubah gambar secara optikal menjadi garis-garis pararel dengan berbagai intensitas, karena pada awalnya televisi adalah proses merekam dan mengirimkan gambar-gambar seperti melalui sel-sel selinium. Alat tersebut kemudian diberi nama Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe yang melahirkan Electrische Telescop atau televisi elektris.8

Televisi mulai diperkenalkan kepada publik pada acara pameran dunia tahun 1939, yakni ketika berlangsungnya World’s Fair di New York, Amerika Serikat. Munculnya siaran televisi pertama di dunia terjadi pada tahun 1946, yakni ketika Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang rapatnya diadakan di gedung Perguruan Tinggi Hunter, New York, Amerika Serikat. Perkembangan televisi tidak hanya di Amerika saja, tetapi juga di Inggris (1924). Jhon Logle Baird mendemonstrasikan televisi

7

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h.126.

8

(26)

pada tahun 1929 melalui BBC, yang merupakan salah satu organisasi terbesar di dunia, mencoba mengadakan siaran. Televisi juga berkembang di Asia, yakni Indonesia (1962), Jepang (1953), Philipina (1953), Muangthai (1955), Singapura (1963), dan Malaysia (1996).

Televisi yang muncul setelah media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang menajubkan dalam sisi pergaulan hidup manusia pada saat sekarang ini baik terhadap pola perilaku, pola pikir, budaya, dan sebagainya. Dewasa ini hampir setiap negara memiliki stasiun pemancar televisi sendiri. Bahkan pemirsa dirumah menikmati siaran dari berbagai penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.

Siaran televisi pertama kali di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1962, ketika Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan pesta olahraga Asian Games di Jakarta.

Saat itu, masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, tetapi siaran pertama televisi di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Sementara puncak ketenaran (booming) televisi di Indonesia sendiri dimulai tahun 1992 ketika RCTI mulai mengudara dengan bantuan decoder atau alat pemancar. Saat ini, di Indonesia sudah mengudara satu televisi pemerintah, yakni TVRI, dan beberapa televisi swasta, antara lain SCTV, MNC, ANTV, Indosiar, MetroTV, Trans TV, Trans 7, TVOne, Global TV, serta stasiun-stasiun televisi lokal seperti O Channel, Jak TV, CTV Banten, dan lain-lain.9

9

(27)

Bagi masyarakat Indonesia, televisi bukan merupakan barang baru lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan perbaikan dan kecanggihan teknologinya yang terus meningkat. Seperti pada mulanya televisi yang pada awalnya hitam putih menjadi berwarna, yang dengan kecanggihan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman. Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari ditengah masyarakat Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam, dari yang bersifat hiburan, pendidikan, dan lain sebagainya.

3. Pengertian Program

Program berasal dari bahasa Inggris yaitu programme yang berarti acara atau rencana.10 Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Secara etimologi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan Kebudayaan (1998), program adalah acara (seperti sebuah siaran, pengelolaan dan sebagainya).11

Secara terminology, Undang-Undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata siaran untuk lebih mengadu kepada pengertian acara. Program adalah segala yang

10

Morrisan M. A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1, h.199.

11

(28)

ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Sedangkan menurut Omar Abidin Gilang program merupakan serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan dalam berbagai bentuk penikmat oleh stasiun penyiaran.12

Program merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan financial suatu penyiaran televisi. Program dalam stasiun penyiaran televisi adalah penentu audien dimana dengan sebuah program menarik, maka akan menarik banyak audien atau penonton untuk menyaksikan program tersebut. Dengan kata lain bahwa pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh programnya. Program dapat disamakan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain dalam hal ini pemasang iklan. Berbagai program siaran ditelevisi diproduksi hanya untuk mendapatkan iklan sebanyak mungkin hal ini berkaitan dengan keberhasilan financial program tersebut.

Disini seorang programmer atau penata program, harus sangat memahami bahwa program acara harus menjual programnya sebanyak mungkin. Programmer tahu persis siapa yang akan menontonnya maka programnya akan dipilih sesuai apa yang diinginkan penonton. Setiap stasiun televisi memiliki ciri tersendiri dalam program masing-masing. Setiap stasiun memiliki kebijakan sendiri-sendiri terhadap sasaran penontonnya. Seperti teori Herbert Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa penggunaan media televisi memainkan peran aktif

12

(29)

untuk memilih dan mengunakan media televisi tersebut. Dengan kata lain, penggunaan media televisi adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Hubungannya disini bagaimana peran seorang programmer berperan sangat penting dalam membuat program yang baik untuk ditayangkan. Karena pengguna media televisi sangat berperan penting untuk program acaranya.

Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada empat parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi yaitu:

a. Landasan filosofi yang mendasari tujuan semua program.

b. Startegi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program. c. Sasaran program.

d. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program.

4. Format Acara Televisi

Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreativitas penulis naskah, melainkan sangat bergantung pula pada profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast (penyiaran) dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat. Acara yang bagus bisa ambruk karena kurang promosi dan kualitas gambar on-air (ketika ditayangkan) mengalamigangguan frekuensi, seperti suaranya bergema atau tampilannya tidak jernih. Program acara televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi.13

13

(30)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), format adalah bentuk dan ukuran (buku, surat kabar, dan sebagainya).14 Format juga bisa diartikan sebagai suatu bentuk atau rupa yang mempunyai kaidah tertentu atau norma tertentu yang lazim digunakan oleh umum (Badan Penyiaran).15 Sementara itu, acara didefinisikan dengan kegiatan yang dipertunjukan, disiarkan, atau diperlombakan; program (televisi, radio, dan sebagainya. Jadi, format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi, yang terbagi dalam berbagai kriteria utama serta disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Sedangkan menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, Talk Show, dan sebagainya. Tetapi siaran berita merupakan program yang mengidentifikasi suatu stasiun televisi kepada pemirsanya.16

Format bagi suatu program maupun isi penyiaran masing-masing negara adalah berbeda antara negara satu dengan lainnya. Itu semua sangat bergantung terhadap sistem pers yang berlaku dinegara bersangkutan. Stasiun televisi dalam membuat suatu program acara terdiri dari beberapa artis pendukung dan kerabat kerja. Ide/gagasan merupakan suatu rancangan yang tersusun dalam pikiran. Ide merupakan asal mula lahirnya sebuah langkah untuk pembentukan suatu program acara. Ide adalah

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988), h.224.

15

Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 224.

16

(31)

sebuah inti pesan yang akan disampaikan pada khalayak, dituangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan format yang akan dibuat, kemudian diproduksi hingga menjadi suatu paket program siaran. Paket program siaran itulah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan disebarluaskan ke seluruh pelosok jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar hingga akhirnya paket program acara tersebut dapat kita tonton ditelevisi yang ada dirumah kita.17

Format feature terbagi dalam 10 jenis features televisi diantaranya feature perjalanan seperti yang digunakan pada program Wisata Religi ini. Feature perjalanan yang mengajak pemirsa televisi untuk mengenali lebih jelas tentang suatu kegiatan perjalanan wisata yang dinilai memiliki daya tarik karena objeknya yang populer, budayanya yang eksotik, masyarakatnya yang bersahabat dan biaya yang terjangkau. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan jurnalis atau seseorang beserta kelompoknya ke objek wisata, yang detail memerinci seluruh persiapan yang dibutuhkan dengan konsekuensi yang diperoleh dalam sejumlah biaya.18 Tayangan ini mengajak pemirsa berkreasi mengunjungi berbagai tempat wisata yang populer ataupun belum dikenal tetapi sangat indah (beautiful place), sehingga pemirsa tanpa harus keluar rumah serasa bertamasya, menambah cakrawala pengetahuannya,

17

P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet. ke-1, h. 1.

18

(32)

kepedulian terhadap lingkungan semakin tajam, dan kecintaan terhadap alam semakin kuat.

B. Tahapan Produksi Program Televisi

Proses produksi program:

Gambar 2.

Produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah atau membuat suatu acara atau program. Selanjutnya, istilah siaran atau penyiaran secara makro mengacu pada media elektronik baik radio maupun televisi. Dalam pembahasan ini produksi elektronik televisi, dan dalam memproduksi suatu program atau acara ada tujuannya yang ditujukan untuk masyarakat luas antara lain:

1. Media televisi mampu mengarahkan masyarakat untuk secara intens terlibat dalam suatu isu tertentu.

2. Media televisi mampu memperluas horizon wawasan masyarakat, ia berperan seperti halnya jembatan yang menghubungkan antara masyarakat tradisional dan modern.

Semua ini sama halnya yang dimaksud seperti teori Herbert Blumer dan elihu Katz yang mengatakan bahwa penggunaan media televisi memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media televisi

(33)

tersebut. Yang bagaimana pihak televisi dapat menayangkan program-program yang bisa menambah peran aktif dan wawasan pengguna media televisi.

Tahap pelaksanaan produksi saat suatu produksi televisi yang melibatkan banyak peralatan dan biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannnya dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut dengan standart operation procedure (SOP) seperti berikut:

1. Pra Produksi ( Perencanaan dan Persiapan)

Sebelum memproduksi sebuah mata acara yang dilaksanakan di luar studio (Outdoor) atau di dalam studio (Indoor), tim produksi haruslah memiliki tempat atau kantor yang biasa disebut base camp . semua treatment atau skenario dan usulan hingga proses produksi dilakukan dalam rapat dikantor yang terdapat dilingkungan setiap stasiun televisi.

(34)

Persiapan pra produksi yakni mempersiapkan tim di luar tim inti yang akan menunjang produksi, diantaranya mempersiapkan desain produksi. Pengertian desain produksi adalah sebuah rancangan produksi yang dipersiapkan untuk memproduksi sebuah mata acara. Desain produksi siaran televisi setidaknya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Jenis mata acara apa yang akan diproduksi

b. Naskah yang digunakan c. Format video

d. Bagaimana memulai acara e. Seluk beluk anggaran atau dana f. Memersiapkan crew

g. Menyusun tim produksi

Tahapan pra produksi meliputi tiga bagian seperti berikut: a. Penemu Ide

Tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

b. Perencanaan

(35)

c. Persiapan

Tahap ini meliputi pemberasan semua kontrak, perizinan, dan surat menyurat. Latihan para artisdan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang telah ditetapkan.

Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering menabaikan hal-hal yang sifatnya pemikiran diatas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu berakibat kegagalan.19

2. Produksi (Pelaksanaan)

Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai, sutradara berkerjasama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan menjadi gambar. Dalam hal ini produksi pada televisi merupakan suatu proses kreatif yang melibatkan penggunaan peralatan-peralatan yang rumit namun sudah dikendalikan oleh ahlinya sesuai bidangnya masing-masing, crew mempunyai kepekaan dan kemampuan teknis untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada penonton. Perekaman gambar atau shooting dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya pada pra produksi dengan menggunakan naskah sebagai panduan.

19

(36)

Dalam setiap produksi dibutuhkan komponen atau peralatan yang harus sudah tersedia sebelum produksi berlangsung. Penanganan dan penggunaan peralatan produksi memerlukan pengetahuan, pengalaman. Beberapa peralatan penting tersebut antara lain, kamera, lighting, audio, Video Tape Recorder (VTR), Visual effect, Production Control Room.

Ada dua model produksi, diantaranya:

a. Produksi Lapangan, yaitu proses produksi yang dilakukan diluar studio, diantaranya adalah:

1) ENG (Electronic News Gathering) yaitu produksi berita elektronik.

2) Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan peralatan yang mudah dibawa (portable) misalnya: kamera dengan VCR portable dan satu microphone, dengan crew seorang juru kamera disertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap sebagai reporter.

3) EEP (Electronic Field Production), yaitu produksi lapangan elektronik. Sama dengan ENG, hanya saja jenis program yang diproduksi adalah documenter dan sinetron.

(37)

b. Produksi Studio seperti:

1) LIVE, program ini disiarkan secara langsung, tahap produksi merupakan tahap akhir dalam suatu proses, kebanyakan program-program berita, olahraga, upacara kenegaraan yang disiarkan secara langsung/LIVE dilakukan karena mengandung unsur-unsur akualitas. Dengan demikian tidak dilakukan rekaman. Live memerlukan persiapan yang matang dan lebih sulit dari pada rekaman.

2) VIDEO TAPING, merupakan sistem siaran yang menayangkan paket acara yang telah diproduksi sebelumnya misalnya film atau sinetron dan juga iklan, sistem ini menggunakan komputer yang berfungsi sebagai traffic. Program ini direkam dengan video atau video cassette.

3) LIVE ON TAPE, produksi yang berlangsung terus tanpa berhenti sampai akhir program, editing hanya dalam hal-hal khusus (insert editing).

(38)

dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing.20

3. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penayangan)

Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan/shooting/ taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Pasca produksi memiliki tiga langkah utama yaitu editing offline, editing online, and mixing, disini akan dijelaskan mengenai ketiga langkah tersebut yaitu:

a. Editing Offline

Setelah shooting selesai, seorang editor mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shot dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya lebih murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam synosis dan treatment. Sesudah hasil editing offlinedirasa sudah baik barulah editing script. Naskah editingini sudah dilengkapi dengan susunan untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Didalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor untuk dibuat online. Kaset VHS hasil shooting dipergunakan sebagai pedoman oleh editor.

20

(39)

b. Editing Online

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian

pula sound asli dimasukan dengan level yang sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut denga mixing.

c. Mixing

Narasi yang sudah direkam dan juga ilustrasi musik yang juga

sudah direkam, dimasukan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing keseimbangan antara sound effect suara asli, suara narasi dan suara musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling

mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam post production sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Dalam preview tidak ada lagi yang harus diperbaiki. Apabila semua sudah siap maka

program ini sudah siap untuk ditayangkan.

Penayangan program televisi dibatasi oleh frame waktu. Oleh karena itu dalam hal ini juga perlu diperhatikan, apabila program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong ditempat yang tidak mengganggu kontinuitas program.21

21

(40)

4. Evaluasi Program Televisi

Evaluasi disini mempunyai dua maksud yaitu:

a. Evaluasi program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh program ini bisa dianggap baik menurut sasaran.

b. Evaluasi intruksional, disini tidak dibicarakan mengenai kemampuan dan kelemahan program, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan

audiens dalam memahami program yang diselenggarakan.

Produksi siaran yang sudah ditayangkan harus dievaluasi apakah

tayangan tersebut diminati oleh penonton. Apakah penempatan waktu penyiaran sesuai untuk ditonton orang banyak. Apakah kualitas

penggarapan memenuhi standar penyiaran yang berlaku. Apakah penulis cerita, pemain, dan sutradara dapat mengikat penonton. Apakah biaya

produksinya dapat menjadi ukuran bagi pembiayaan dalam produksi-produksi sejenis mendatang.

Secara rinci tahapan evaluasi dapat dilihat sebagai berikut:

a. Setiap judul produksi di copy, diusahakan hasil copy sama dengan master copy yang ditayangkan.

b. Hasil copy itulah yang dijadikan bahan evaluasi. Evaluasi dilakukan dua kali, yaitu:

1) Evaluasi produksi sebelum disiarkan (penekanan pada isi, kualitas,

(41)

2) Evaluasi ini dilakukan sesudah acara disiarkan, pada evaluasi tahap kedua ini dilibatkan orang ketiga seperti human resource development (HRD) atau sumber daya manusia, bagian sales/marketing, temasuk juga pendapat-pendapat dari luar termuat dimedia massa dan umumnya penonton.

c. Pendapat-pendapat dan berbagai pandangan itu hendaknya ditampung penata program dan bagian produksi untuk dijadikan bahan pertimbangan perbaikan produksi mendatang.

d. Pendapat dan pandangan itu dicatat, tetapi tidak perlu dibuat laporan kerja dengan susunan kalimat berkepanjangan.

e. Pendapat dan pandangan tersebut mungkin sangat pedas. Adapun sifatnya pendapat dan pandangan tersebut harus dijadikan masukan bagi kerja berikutnya. Apapun isi pendapat yang muncul, pasti ada baiknya, membiasakan memperhatikan pendapat orang lain, selain merupakankepedulian untuk memiliki produk yang sudah dikerjakan.22

Mengenai penelitian terhadap respons dari khalayak maka pokok-pokok yang dinilai (evaluasikan) adalah:

a. Bagaimana sifat respons itu = lunak, menyenangkan atau berupa kritikan.

b. Apakah respons tersebut menguntungkan atau tidak, disampaikansecara resmi atau tidak.

c. Apakah respon itu menunjukan bahwa publik atau khalayak, menaruh perhatian atas masalah yang dikemukakan dalam pesan.

22

(42)

d. Apakah respons memberi kesimpulan bahwa dipahami oleh komunikasi.

e. Adapun evaluasi mengenai berhasil tidaknya suatu pesan yang telah dilancarkan oleh suatu organisasi instansi adalah dengan mengadakan Reader Interest Study and Readubility Test. Kemungkinan lain untuk mengukur ekeftifitas suatu pesan adalah dengan radio dan televisi Audience Research serta Programme Analysis Test.23

23

(43)

33

1. Gambaran Umum TVRI

A. Sejarah dan Perkembangan TVRI

Kehendak rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk mengadakan medium televisi merupakan loncatan besar bangsa Indonesia dalam usaha mewujudkan cita-cita nasional. Keputusan yang memiliki wawasan jauh kedepan ini, bermula dengan lahirnya ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, yang menyebutkan pada Bab I, Pasal 18, bahwa pembangunan siaran televisi untuk keperluan pendidikan, yang dalam tahap pertama dibatasi pada tempat-tempat yang ada pada universitas di Indonesia. Keputusan ini segera disusul dengan diterbitkannya SK Menpen No. 20/SK/M/61 tertanggal 25 Juli 1961 tentang Pembentukan Panitia Persiapan Televisi disingkat P2TV. Kepmenpen ini berlaku surut mulai 1 Juli 1961.1

Gagasan konkrit televisi di Indonesia dilahirkan setelah Pemerintah memutuskan pada tahun 1962 untuk memasukan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asean Games IV, di bawah koordinasi urusan proyek Asean Games pada 25 Juli 1961. Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan jadwal sebagai berikut:

1

(44)

1. Membangun studio di eks Akademi Penerangan (AKPEN) di Senayan (TVRI sekarang).

2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower (menara) setinggi 80 Meter.

3. Mempersiapkan software (program) dan tenaga manusia (SDM).

TVRI sendiri mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt pada 17 Agustus. Sementara TVRI mulai mengudara pertama kalinya dengan acara siaran

langsung upacara pembukaan Asean Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno pada 24 Agustus 1962. Pada 20 Oktober 1963, dikeluarkan

Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan pimpinan umum Presiden RI.

Pada 17 Agustus 1962, kerabat kerja pertama TVRI, di bawah produser pelaksana Soeparto, dan produser merangkap Director (pengarah acara) Victor Que (keduanya memperoleh pendidikan singkat di TV luar negeri, Jepang dan London). Siaran percobaan dilangsungkan dari halaman

Istana Merdeka, dengan acara tunggal peringatan HUT XVII Proklamasi RI. Nama-nama kerabat kerja yang terlibatantara lain: Rais Baheramsyah, Anwar

Nurin, Rustamaji, dan Arijono (sebagai Field director/FD), Alex Leo Zulkarnain, Kadiono, Sastroharjo (reporter), Bugel Supardi (Switcher), B.

(45)

Sumampow (kamerawan elektronik), Atmoko (pengarah acara studio), J.

Soemarsono, Saroso, Manalu, Saari, Witomo dan Soetipjo.

Keberhasilan kerja keras para teknisi Indonesia dan Jepang ini juga menandai berakhirnya tugas P2TV sebagai langkah awal yang mengantar TVRI melaksanakan siaran. Keesokan harinya, pada 24 Agustus 1962, tugas-tugas P2TV telah beralih ke Biro Radio dan Televisi Organizing Committee Asian Games IV.2

Pembangunan stasiun penyiaran TVRI sendiri dimulai pada 1964; dengan perlahan-lahan merintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah, yang dimulai dari TVRI stasiun Yogyakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang, Manado, Denpasar dan Balikpapan (bantuan pertamina). Sedangkan pembangunan stasiun produksi keliling dimulai pada 1977. Secara bertahap, di beberapa ibukota provinsi dibentuklah stasiun-stasiun Produksi keliling atau SPK. Yang berfungsi sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah. SPK itu terdiri dari perwakilan wilayah Jayapura, Ambon, Kupang, Malang (tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI stasiun Surabaya), Semarang, Bandung. Banjarmasin, Pontianak, Banda Aceh, Jambi, Padang, dan Lampung.

Perkembangan status TVRI terjadi pada Era Orde Baru, tahun 1974. TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan, yang diberi status “Direktorat”, yang langsung

bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film Departemen

2

(46)

Penerangan Republik Indonesia. Perkembangan TVRI di Era Reformasi, Juni 2000, dimulai dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI. Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah no. 9 tahun 2002, sehingga status TVRI pun diubah.

(47)

B. TVRI pada Era Orde Baru

Tahun (1974), TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung-jawab pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film, Departemen Penerangan Republik Indonesia.

Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah menyampaikan informasi tentang kebijakan Pemerintah kepada rakyat dan pada waktu yang bersamaan menciptakan ''two-way traffic'' (lalu lintas dua jalur) dari rakyat untuk pemerintah selama tidak mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah.

Pada garis besarnya tujuan kebijakan Pemerintah dan program-programnya adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang modern dengan masyarakat yang aman, adil, tertib dan sejahtera, yang bertujuan agar tiap warga Indonesia mengenyam kesejahteraan lahiriah dan mental spiritual. Semua kebijaksanaan Pemerintah beserta programnya harus dapat diterjemahkan melalui siaran-siaran dari studio-studio TVRI yang berkedudukan di ibukota maupun daerah dengan cepat, tepat dan baik.

Semua pelaksanaan TVRI baik di ibu kota maupun di Daerah harus meletakkan tekanan kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI menjadi suatu ''well-integrated mass media'' (media massa yang terintegrasikan dengan baik) Pemerintah.3

Tahun (1975), dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai

3Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia(TVRI),” artikel diakses pada

(48)

Yayasan Televisi Republik Indonesia juga sebagai Direktorat Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/birokrasi.

C. TVRI pada Era Reformasi

Bulan Juni Tahun 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI.

Bulan Oktober tahun 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2001 tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri Negara BUMN untuk urusan organisasi dan Kementerian Keuangan Indonesia, Departemen Keuangan Republik Indonesia untuk urusan keuangan.

Tanggal 17 April tahun 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2002, status TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara Indonesia/Kementerian Negara BUMN.

Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara. Semangat yang mendasari lahirnya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi untuk kepentingan publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial.

(49)

sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi tertua di Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 27 stasiun Daerah dan 1 Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

TVRI bersiaran dengan menggunakan dua sistem yaitu VHF dan UHF, setelah selesainya dibangun stasiun pemancar Gunung Tela Bogor pada 18 Mei 2002 dengan kekuatan 80 Kw. Kota-kota yang telah menggunakan UHF yaitu Jakarta, Bandung dan Medan, selain beberapa kota kecil seperti di Kalimantan dan Jawa Timur.

TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam, mulai pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB dengan substansi acara bersifat informatif, edukatif dan entertain.

D. TVRI Masa Sekarang

(50)

Melalui Persero ini Pemerintah mengharapkan Direksi TVRI dapat melakukan pembenahan-pembenahan baik di bidang Manajemen, Struktur Organisasi, SDM dan Keuangan. Sehubungan dengan itu Direksi TVRI tengah melakukan konsolidasi, melalui restrukturisasi, pembenahan di bidang Marketing dan Programing, mengingat sikap mental karyawan dan hampir semua acara TVRI masih mengacu pada status Perjan yang kurang memiliki nilai jual.

Khusus mengenai karyawan, Direksi TVRI melalui restrukturisasi akan diketahui jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan, berdasarkan kemampuan masing-masing individu karyawan untuk mengisi fungsi-fungsi yang ada dalam struktur organisasi sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing, dengan kualifikasi yang jelas.Melalui restrukturisasi tersebut akan diketahui apakah untuk mengisi fungsi tersebut di atas dapat diketahui, dan apakah perlu dicari tenaga profesional dari luar atau dapat memanfaatkan sumberdaya TVRI yang tersedia.

Dalam bentuk Persero selama masa transisi ini, TVRI benar-benar diuji untuk belajar mandiri dengan menggali dana dari berbagai sumber antara lain dalam bentuk kerjasama dengan pihak luar baik swasta maupun sesama BUMN serta meningkatkan profesionalisme karyawan.Dengan adanya masa transisi selama 3 tahun ini, diharapkan TVRI akan dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh undang-undang penyiaran yaitu sebagai TV publik dengan sasaran khalayak yang jelas.4

4 Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses

(51)

Bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal 20 Mei 2003 yang lalu, TVRI mengoperasikan kembali seluruh pemancar stasiun relay TVRI sebanyak 376 buah, yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai stasiun televisi pertama di negeri ini, TVRI telah melalui perjalanan panjang dan mempunyai peran strategis dalam perjuangan dan perjalanan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-44. Pada 24 Agustus 2006, TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik.

E. Stasiun-stasiun TVRI

Stasiun Pusat TVRI berada di Jakarta, dan TVRI memiliki stasiun relay pada sejumlah kota di Indonesia. Selain TVRI Stasiun Pusat Jakarta, juga terdapat TVRI Stasiun Daerah pada beberapa ibukota provinsi di Indonesia. TVRI Stasiun Daerah selain merelay TVRI Jakarta, juga memiliki acara yang bersifat lokal (termasuk Berita Daerah) pada jam-jam tertentu. TVRI Stasiun Daerah pada umumnya juga direlay oleh stasiun relay di wilayah provinsi tersebut.

F. Visi dan Misi

1. Visi

Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional.

2. Misi

(52)

b. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama.

c. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan.

d. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara di dunia Internasional. 5

G. Logo-logo TVRI

1.

Logo pertama TVRI (24 Agustus 1962-24 Agustus 1974).

2.

Logo kedua TVRI (24 Agustus 1974-24 Agustus 1982).

3.

Logo ketiga TVRI (24 Agustus 1982-23 Agustus 1999).

4.

Logo keempat TVRI (24 Agustus 1999-31 Juli 2001).

5

(53)

5.

Logo kelima TVRI (1 Agustus 2001-1 Agustus 2003).

6.

Logo keenam TVRI (1 Agustus 2003-30 Maret 2007).

7.

Logo ketujuh TVRI (sejak 1 April 2007) sampai sekarang.

Pergantian logo-logo TVRI di atas sudah terjadi sejak tahun 1962. Pergantian logo-logo tersebut dilatarbelakangi dengan bergantinya kepemimpinan di TVRI, dimana ketika kepimpinan di TVRI berubah maka semua peraturan dan hal-hal yang berkaitan dengan TVRI berubah termasuk perubahan logo untuk pembaharuan TVRI sendiri sesuai dengan kebijakan redaksi pada saat itu.6

Pada logo yang terdapat pada TVRI pada saat ini yaitu tertanggal 16 April 2007- sekarang, arti simbolis dari bentuk logo tersebut menggambarkan “layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan, dan dinamis. Yang

mengandung 5 (lima) layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu: 1. Memberikan layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat

dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

6Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada

(54)

2. Membawa perubahan kearah yang lebih sempurna.

3. Merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia.

4. Merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di Bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri dari atas ribuan pulau.

5. Menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat.7

H. Perkembangan Siaran Keagamaan TVRI

Dalam menayangkan acara-acaranya yang bersifat informatif, secara kuantitas persentase yang dikomunikasikan TVRI realtif dominan. Karena TVRI secara struktural merupakan badan yang dikelola Departemen Penerangan RI. Oleh karena sistemnya demikian, maka para komunikator TVRI dalam melaksanakan misinya menurut teori komunikasi menggunakan model agenda setting.

Acara-acara Religi di TVRI 1. Tele Dakwah

2. Hikmah Pagi 3. Wisata Religi

4. Mimbar Rohani Agama Kristen 5. Mimbar Rohani Agama Katolik 6. Mimbar Rohani Agama Buddha

7Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada

(55)

7. Mimbar Rohani Agama Hindu 8. Lintas Agama

9. Percik Perenungan 10.Gereja Tiberias Indonesia

11.Salat Jumat dari Masjid Istiqlal Jakarta

I. Program-program TVRI

TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik manganut konsep pendidikan menyeluruh atau umum (general education) agar pemirsa bisa menikmati berbagai program baik pendidikan, berita, maupun hiburan. Sebagai salah satu stasiun yang ada di Indonesia dan bisa dikatakan sebagai milik negara yang diatur oleh pemerintah, TVRI mempunyai beberapa program siaran yang tidak kalah bagusnya dari televisis swasta.

Strategi TVRI sendiri adalah mencari dan memberikan sesuatu yang berbeda untuk pemirsa dengan memberikan program yang memberikan informasi tentang keindonesiaan dan kedaerahan yang berorientasi untuk keutuhan bangsa dan Negara. Program-program yang disiarkan di TVRI umumnya bersifat informasi, hiburan, dan pendidikan, antara lain: program berita, drama, musik, kuis, pendidikan, agama Islam, dan olahraga. Presentase dari program yang disiarkan sendiri, yakni 40% untuk program berita dan 60% untuk program hiburan.8

TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam, mulai pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB, dengan substansi acara bersifat

8

Wikipedia Bahasa Indonesia, “Televisi Republik Indonesia (TVRI),” artikel diakses pada

(56)

informatif, edukatif, dan entertain. Target market melebar menjadi anak-anak,

anak muda, dan keluarga.

Motto TVRI pada awalnya adalah ''Menjalin Persatuan dan Kesatuan'', dan pada tahun 2001, mottonya berubah menjadi ''Makin Dekat di Hati''

J. Struktur Organisasi TVRI

Struktur organisasi TVRI pusat sebagai berikut:

Gambar 3.

1. Direktur utama; berfungsi sebagai memimpin, mengatur, dan mengkoordinasikan tugas anggota direksi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk melaksanakan fungsi yang dimaksud, direktur utama dibantu oleh satuan pengawas, sekretariat perusahaan, dan tenaga ahli.

(57)

2. Direktorat Berita; dipimpin oleh yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan dan menyelenggarakan kegiatan dibidang berita. Direktorat berita terdiri dari bidang pemberitaan, bidang produksi, sekretariat, dan kelompok fungsional.

Dibawah ini merupakan fungsi dari direktur berita antara lain:

a. Menetapkan kebijakan dibidang produksi dan penyiaran acara pemberitaan.

b. Menetapkan kebijakan dibidang produksi dan dokumentasi acara pemberitaan.

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi penyelenggaraan produksi dan siaran berita dilingkungan TVRI.

3. Direktorat Program; dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang siaran, bidang produksi, bidang pemasaran dan penjualan, sekretariat, dan kelompok fungsional.

4. Direktorat Teknik; dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang teknik. Direktorat teknik terdiri dari: bidang teknik transmisi dan prasarana, bidang teknik produksi dan penyiaran, bidang kerjasama teknik dan teknologi informasi, sekretariat, dan kelompok fungsional. Untuk menyelenggarakan tugas, direktorat teknik berfungsi sebagai:

(58)

b. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan operasional dan penggunaan peralatan teknik.

c. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pemeliharaan peralatan teknik.

d. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi pengembangan peralatan teknik.

e. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi SDM teknik.

f. Merencanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kerjasama teknik dengan berbagai pihak.

5. Direktorat Keuangan; dipimpin oleh direktur yang menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan keuangan. Direktorat keuangan terdiri dari: bidang anggaran, bidang keuangan, dan investasi, bidang akuntasi dan perpajakan, sekretariat, dan kelompok fungsional.

Untuk menyelenggrakan tugas tersebut direktorat keuangan mempunyai tugas sebagai:

a. Merencanakan anggaran TVRI meliputi anggaran program, non program, permodalan, dan investasi.

b. Merencanakn dan mengusulkan sumber dana untuk pengelolaan kegiatan operasional perusahaan.

c. Merencanakan jasa konsultasi dibidang keuangan.

(59)

e. Melaksanakan analisis anggaran, keuangan, dan laporan keuangan. f. Mengendalikan dan mengevaluasi anggaran dan keuangan.

6. Direktoran umum; dipimpin oleh direktur yang bertugas menetapkan kebijakan, melaksanakan pembinaan, dan menyelenggarakan kegiatan dibidang umum dan sumber daya manusia. Direktorat umum terdiri dari: bidang anggaran, bidang keuangan, dan investasi, bidang akuntasi dan perpajakan, sekretariat, dan kelompok fungsional. Direktorat umum mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Penetapan kebijaksanaan proses pengadaan barang, pengadaan jasa, dan pendistribusian.

b. Penetapan kebijasanaan perkembangan, pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana umum serta pengadaan asset.

c. Penetapan, pengelolaan SDM.

d. Pembinaan kegiatan bidang umum dan personalia seluruh satuan kerja dilingkungan TVRI.

7. Satuan Pengawas Intern; kepala satuan pengawasan intern bertugas melaksanakan pemeriksaan intern keuangan, dan pelaksanaannya pada TVRI, serta memberikan saran-saran perbaikan. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud kepala satuan pengawas intern mempunyai fungsi yaitu:

Gambar

gambaran, dan
gambaran atau meluksikan mengenai proses program Wisata Religi
     Gambar 1.
gambar-gambar seperti melalui sel-sel selinium. Alat tersebut kemudian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengolahan data terdapat 86.700 rumah yang tidak memenuhi persyaratan rumah sehat, dimana rata- rata kondisi ventilasi rumahnya sangat buruk, banyak

Para Pengurus orang-orang yang sibuk, perlu dimunculkan kesadaran bahwa Himpenindo diperlukan oleh para peneliti. Kegiatan-kegiatan Himpenindo TIDAK terinformasikan ke para anggota

Amodiaquine and Artemether- Lumefantrine Select Distinct Alleles of the Plasmodium falciparum mdr1 Gene in Tanzanian Children Treated for Uncomplicated

Pengamatan dilakukan pada 4, 6 dan 8 Minggu Setelah Aplikasi (MSA), pengamatan bobot kering gulma berguna untuk melihat pengaruh dari berbagai dosis herbisida

Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan nilai likuiditas yang kecil mengindikasikan berada pada keadaan yang kurang sehat dan sumber dana yang utama adalah

Perubahan suku bunga yang sangat di kwatirkan oleh deposan oleh karena itu pembiayaan non investasi ini menjaga agar tidak menyebabkan perubahaan suku bunga yang

dapat dikemukakan bahwa hipotesis yang penulis rumuskan pada Bab I yaitu terdapat kontribusi yang signifikan antara keseimbangan statis dan power lengan terhadap