• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Metode Akses Token Ring pada Local Area Network

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Metode Akses Token Ring pada Local Area Network"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

MUHAMMAD ANDRI AZHARI LUBIS NIM : 110422041

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

▸ Baca selengkapnya: token digunakan atau diterapkan dalam topologi

(2)
(3)

ABSTRAK

Local Area Network merupakan jaringan milik pribadi yang umumnya terdapat di dalam suatu gedung atau ruangan. LAN biasanya digunakan untuk

pemakaian resource bersama-sama, seperti printer dan penggunaan media penyimpanan secara bersama-sama. Topologi ring merupakan salah satu tipe jaringan yang di pakai pada jaringan LAN yang menggunakan token sebagai sinyal pembawa data yang akan ditransmisikan.

Salah satu permasalahan pada pentransmisian data di dalam topologi ring

yang sering dialami adalah berupa delay. Dimana delay merupakan waktu jeda antara waktu pentransmisian dan penerimaan data di dalam jaringan. Delay yang mempengaruhi di dalam jaringan topologi ring berupa delay propagasi, yaitu merupakan lamanya waktu perjalanan token untuk mengelilingi jaringan, dan

delay latency ring, yang merupakan waktu yang diakibatkan dari proses pentransmisian data di dalam jaringan ring. Throughput merupakan rasio kecepatan rata-rata dari data yang ditransmisikan pada node di dalam jaringan.

Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan analisis delay dan throughput untuk pentransmisian paket data pada jaringan topologi ring. Dan perolehan dari hasil kinerja akan dilakukan secara teoritis.

Dari analisis yang dilakukan untuk jarak 2 km dengan panjang data 1000 bit

diperoleh bahwa delay untuk jumlah 10 stasiun = 22,55 s; untuk 20 stasiun = 25,06 s; untuk 30 stasiun = 27,57 s; untuk 40 stasiun = 30,08 s; untuk 50

stasiun = 32,59 s. Dan untuk throughput dengan jumlah 10 stasiun = 0,025; untuk 20 stasiun = 0,05; untuk 30 stasiun = 0,075; untuk 40 stasiun = 0,1; untuk

50 stasiun = 0,125.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas Berkah dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

yang berjudul:

ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK”

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1)

di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya

Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. M. Zulfin MT sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis

yang selalu bersedia memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan oleh

penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Masykur SJ sebagai Dosen Wali penulis yang membantu penulis

selama menyelesaikan pendidikan di kampus USU.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si sebagai Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Suherman, ST, M.Comp, PhD sebagai Dosen Penguji penulis, yang

memberikan arahan dan nasihat kepada penulis.

6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.

7. Kedua orang tua penulis Muhammad Yusuf Lubis dan Elisa atas semangat

dan doanya kepada penulis dengan segala pengorbanan dan kasih sayang

yang tidak ternilai harganya.

8. Kepada saudara penulis Rudi Saputra lubis dan Robi Habibi Lubis, yang

(5)

9. Seluruh sahabat penulis Florensa Br Ginting, Agus Noble, Bevan, Waldi,

Ibrahim, Imelda, Eva dan teman-teman ekstensi stambuk 2011 lainnya,

atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan selama penulis bergelut di

kampus.

10. Seluruh senior dan junior di Departemen Teknik Elektro, atas dukungan

dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

11. Semua orang yang pernah mengisi setiap detik waktu yang telah dilalui

bersama penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mereka,

pengalaman penulis tidaklah lengkap.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya.

Kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini sangat

penulis harapkan.

Kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih

Medan, Agustus 2014

Penulis

Muhammad Andri Azhari Lubis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

DAFTAR SIMBOL ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Penulisan ... 3

1.5 Metodologi Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

II. JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) ... 6

(7)

2.2.1 IEEE 802.3 Ethernet ... 7

2.3 Arsitektur Open Systems Interconnection ... 9

(8)

2.5.3 Topologi Star ... 18

2.6 Media Access Control ... 20

III. METODE AKSES TOKEN RING ... 21

3.1 CSMA/CD ... 21

3.2 Token Bus ... 22

3.3 Polling ... 23

3.4 Token Ring ... 24

3.4.1 Prinsip Kerja Token Ring ... 25

3.4.2 Standar IEEE 802.5 Token Ring... 29

3.4.3 Parameter Kinerja Token Ring... ... 30

IV. ANALISIS DATA METODE AKSES TOKEN RING ... 33

4.1 Umum ... 33

4.2 Karakteristik Token Ring Terhadap Jarak ... 33

4.3 Karakteristik Token Ring Terhadap Jumlah Stasiun... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... xi

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaringan Topologi Bus ... 16

Gambar 2.2 Jaringan Topologi Ring ... 17

Gambar 2.3 Jaringan Topologi Star ... 18

Gambar 3.1 Metode Akses CSMA/CD... ... 22

Gambar 3.2 Metode Akses Token Bus ... 23

Gambar 3.3 Metode Akses Polling... 24

Gambar 3.4 Metode Akses Token Ring ... 26

Gambar 4.1 Grafik Latency Ring Terhadap Jarak... 34

Gambar 4.2 Grafik Delay Terhadap Jarak... 35

Gambar 4.3 Grafik Throughput Terhadap Jarak... 36

Gambar 4.4 Grafik Latency Ring Terhadap Stasiun... 37

Gambar 4.5 Grafik Delay untuk 1000 bit Terhadap Stasiun... 38

Gambar 4.6 Grafik Delay Untuk 8000 bit Terhadap Stasiun... 39

Gambar 4.7 Grafik Throughput Untuk 2 km Terhadap Stasiun... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Topologi Bus, Ring dan Star... 19

(11)

DAFTAR SINGKATAN

ANSI American National Standards Institute

ETSI European Telecommunication Standards Institute

FCC Federal Communication Commission

IEEE Institute Of Electrical and Electronic Engineers

LAN Local Area Network

MAC Medium Access Control

(12)

DAFTAR SIMBOL

tf Waktu transfer data dari sumber ke tujuan

L Panjang ring

M/N Jumlah Stasiun

λ Total rata-rata traffik/jumlah paket yang datang atau ditransmisikan

τ’

Latency ring

τ Delay propagasi

B Latency stasiun

R Channel bit rate

Panjang paket

Kepadatan traffik yang datang ke ring

m Rata-rata panjang frame dalam satuan waktu

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep jaringan komputer pertama kali bermula pada sekitar tahun 1940-an,

di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

perangkat komputer yang dapat di pakai bersama. Lalu pada tahun 1950-an jenis

komputer mulai berkembang sehingga hadirnya jenis komputer yang di sebut

super komputer di mana sebuah komputer dapat melayani beberapa terminal yang

tersedia dengan konsep distribusi berdasarkan waktu, yang kemudian bentuk

jaringan komputer dapat diaplikasikan untuk pertama kalinya.

Dalam perkembangan jaringan komputer saat ini, topologi yang masih

sering dipakai adalah topologi star di mana topologi ini merupakan topologi

jaringan terpusat, di mana semua user yang berada di dalam jaringan akan

terhubung secara terpusat pada satu perangkat sebagai pengatur dan pengendalian

di dalam jaringan.

Untuk koneksi antar jaringan yang lebih jauh dan bandwidth yang lebih

besar dengan memakai topologi ring, maka digunakan FDDI (Fiber Distributed

Data Interface) yang merupakan protokol interface jaringan yang menggunakan

kabel serat optic yang memiliki kecepatan hingga 100 Mbps sebagai media

komunikasi datanya untuk menghubungkan antara dua atau lebih jaringan pada

(14)

Topologi ring masih mungkin digunakan untuk jaringan lain kedepannya,

terutama dengan menggunakan serat optik menggunakan arsitektur dua fiber, di

mana yang satu sebagai path alternatifnya dalam konfigurasi jaringan.

Permasalahan yang mungkin terjadi pada topologi ring yaitu proses transfer

datanya yang lambat karena harus melalui beberapa terminal terutama pada jarak

yang jauh. Oleh karena itu, dibutuhkan perangkat yang bisa mempercepat proses

transfer datanya seperti repeater sebagai penguatnya.

Dari latar belakang masalah ini maka penulis mengangkat tugas akhir

dengan judul “ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

yaitu;

1. Bagaimana prinsip kerja LAN?

2. Bagaimana prinsip kerja metode akses token ring pada LAN?

3. Apa saja kinerja dari metode akses token ring?

4. Bagaimana kinerja metode akses LAN topologi ring?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengalisis

kinerja dari metode akses token ring pada jaringan LAN yaitu delay dan

(15)

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini, yaitu;

1. Hanya membahas LAN topologi ring.

2. Hanya membahas kinerja metode akses pada topologi ring.

3. Tidak membahas perangkat LAN secara spesifik.

1.5 Metodologi penelitian

Metodologi penulisan yang dilakukan pada penulisan Tugas Akhir ini

adalah:

1. Studi Literatur

Mengambil dan mengumpulkan teori-teori dasar serta teori pendukung

dari berbagai sumber, buku-buku referensi dan website-website dari

internet tentang apa-apa yang menunjang dalam analisa ini.

2. Permodelan metode akses token ring

Berupa model-model metode akses yang ada pada metode akses token

ring.

3. Analisis data

Menghitung delay dari pengiriman data hingga sampai ketujuan

kemudian mendapatkan informasi kembali bahwa data telah terkirim dan

kecepatan pengiriman data pada proses pentransmisian data pada kinerja

metode akses token ring dan menghitung throughput pada proses

(16)

4. Menarik kesimpulan

Membuat kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini secara singkat

maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, batasan

masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi penjelasaan tentang prinsip kerja, arsitektur,

standard-standard LAN, topologi, Media Access Control (MAC) dari jaringan

LAN.

BAB III : METODE AKSES TOKEN RING

Bab ini membahas tentang kinerja dan parameter-parameter dari

metode akses token ring.

BAB IV : ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA

LOCAL AREA NETWORK

Bab ini menganalisis besarnya waktu delay dan throughput dari

(17)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari analisa Tugas Akhir ini dan saran dari

(18)

BAB II

JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN)

2.1 Pendahuluan

Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang berjumlah

banyak yang saling terpisah-pisah, akan tetapi saling berhubungan dalam

melaksanakan tugasnya. Sekumpulan komputer tersebut dapat saling terhubung

dengan menggunakan media transmisi kabel maupun nirkabel (wireless). Jadi,

dapat dikatakan juga beberapa unit komputer didalam jaringan komputer akan

terhubung jika beberapa unit komputer tersebut dalam saling memakai secara

bersama-sama peralatan tertentu seperti printer dan media penyimpanan, dan juga

dapat saling mengakses/bertukar informasi dan berkomunikasi.

Tujuan dari jaringan komputer yaitu untuk mendapat tujuannya, setiap

bagian dari jaringan komputer dapat meminta memberikan layanan. Bagian yang

meminta/menerima layanan disebut client dan yang memberikan/mengirim

layanan tersebut disebut server. Desain ini disebut dengan sistem client-server,

dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan komputer [4].

2.2 Standar Jaringan Local Area Network

Standar jaringan untuk LAN merupakan protokol yang telah disepakati

oleh para industri jaringan dan telah disahkan oleh suatu organisasi standar untuk

(19)

2.2.1 IEEE 802.3 Ethernet

IEEE 802.3 di kenal juga dengan nama ethernet yang merupakan jenis LAN

yang lebih banyak digunakan saat ini dan standar IEEE yang mendefinisikan

lapisan fisik dan juga sublapisannya media access control pada lapisan data-link.

2.2.2 IEEE 802.4 Token Bus

IEEE 802.4 di kenal juga dengan nama token bus yang pada aplikasinya

banyak digunakan pada beberapa industri yang bekerja secara otomatis dalam

pekerjaannya

2.2.3 IEEE 802.5 Token Ring

IEEE 802.5 di kenal juga dengan nama token ring di mana semua stasiun

yang terhubung dalam sebuah jaringan berbentuk cincin akan melakukan

transmisi data dengan menggunakan token sebagai sinyal yang membawa pesan.

2.2.4 IEEE 802.6 Metropolitan Area Network

IEEE 802.6 merupakan standar yang telah diatur oleh ANSI untuk

Metropolitan Area Network (MAN). Ini merupakan perbaikan dari standar yang

telah dibuat oleh ANSI sebelumnya yaitu struktur jaringan FDDI.

2.2.5 IEEE 802.7 Broadband Technical Advisory Group

IEEE 802.7 merupakan kelompok penasihat teknis mengenai teknologi

(20)

2.2.6 IEEE 802.8 Fiber Optic Technical Advisory Group

IEEE 802.8 merupakan kelompok penasihat mengenai teknologi serat optik

untuk sebuah standar LAN yang menggunakan serat optik sebagai medianya

seperti FDDI.

2.2.7 IEEE 802.9 Isochronous LAN

IEEE 802.9 merupakan kelompok kerja dari IEEE 802 untuk

mengembangkan standar untuk suara terintegrasi dan metode akses data. Standar

utamanya dikenal dengan nama IsoEthernet.

2.2.8 IEEE 802.10 Security

IEEE 802.10 merupakan standar fungsi keamanan untuk seluruh standar

IEEE 802 dan juga dapat digunakan untuk jaringan LAN dan MAN.

2.2.9 IEEE 802.11 Wireless LAN

IEEE 802.11 merupakan serangkaian spesifikasi kendali akses medium dan

lapisan fisik untuk mengimplementasikan komunikasi komputer wireless LAN.

Ada beberapa standar IEEE 802.11 yang biasanya dipakai hingga saat ini yaitu;

1. IEEE 802.11a

Standar ini bekerja pada frekuensi 5 GHz mengikuti standar dari UNII

(Unlicensed National Information Infrastructure), dan mampu mentransfer

data hingga 54 Mbps.

2. IEEE 802.11b

Standar ini bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dengan kemampuan mentransfer

(21)

3. IEEE 802.11g

Standar ini menawarkan bandwidth yang lebih tinggi pada rentang frekuensi

2,4 GHz. Perangkat yang mendukung standar 802.11g juga dapat bekerja

dengan 802.11b. Standar ini mampu mentransfer data hingga 54 Mbps.

4. IEEE 802.11n

Standar ini mampu bekerja pada dual frekuensi dimana ada yang

menggunakan 2,4 GHz maupun 5GHz. Ini dibuat untuk mendukung frekuensi

yang digunakan pada standar sebelumnya dimana 2,4 GHz dipakai pada

802.11b/g dan 5 GHz dipakai pada 802.11a. standar ini mampu mentransfer

data dari 54 Mbps hingga 600 Mbps.

2.3 Arsitektur Open Systems Interconnection

Model Open systems Interconnection (OSI) merupakan model arsitektural

jaringan yang dikembangkan oleh badan International Organization for

Standardization (ISO) di eropa tahun 1977 yang menyediakan kerangka logika

terstruktur bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui jaringan.

Model ini disebut juga dengan model 7 lapis OSI.

Model layer OSI di bagi dalam dua grup yaitu upper layer dan lower layer.

Upper layer berfokus pada aplikasi pengguna dan bagaimana file dapat

direpresentasikan pada perangkat komputer dan lower layer merupakan

merupakan intisari komunikasi data melalui jaringan aktual.

Tujuan utama dari penggunaan model OSI yaitu untuk membantu para

desainer jaringan memahami fungsi dari tiap-tiap layer yang berhubungan dengan

(22)

metode transmisi. Model OSI seperti disebutkan juga sebelumnya sebagai model

7 lapis OSI membagi modelnya menjadi 7 layer, dengan karakteristik dan

fungsinya masing-masing. Tiap layer dapat berkomunikasi dengan layer yang ada

diatasnya maupun dengan layer yang berada dibawahnya secara langsung melalui

serentetan protokol dan standar yang telah ditentukan.

OSI layer mempunyai cara kerja yaitu ketika data ditransfer melalui

jaringan, data tersebut sebelumnya harus melewati ke tujuh layer dari satu

terminal, mulai dari layer aplikasi sampai layer fisik, kemudian pada sisi

penerima data tersebut melewati layer fisik sampai layer aplikasi. Pada saat data

melewati satu layer dari sisi pengirim, maka akan ditambahkan satu header,

sedangkan pada sisi penerima header akan di lepas sesuai dengan layer-nya.

Masing-masing layer mempunyai tugasnya sendiri demi kelancaran data yang

akan dikirimkan.

2.3.1 Lapis Fisik (Physical)

Lapisan fisik (Physical Layer) merupakan lapisan yang paling bawah dari

model referensi OSI didalam jaringan komunikasi data. Lapisan fisik ini berfungsi

untuk sinkronisasi bit, mendefinisikan media dalam transmisi jaringan,

pensinyalan, arsitektur jaringan, pengkabelan serta topologi jaringan.

2.3.2 Lapis Data Link

Lapisan data (Data link Layer) merupakan lapisan kedua dari model

referensi OSI. Lapisan data link ini menyediakan link untuk pertukaran data

(23)

dikelompokkan menjadi format yang disebut frame dan juga lapisan yang terdapat

flow control untuk mendeteksi kesalahan.

Tugas dari lapisan data link untuk memastikan bebasnya kesalahan

transmisi selama pentransmisian data dilakukan dan juga memfasilitasi transmisi

row data. Jadi, sebelum data diteruskan kelapisan network maka lapisan data link

akan melaksanakan tugas ini dengan mengirimkan data yang sudah dipecah-pecah

sebelumnya menjadi sebuah data frame yang berukuran lebih besar. Lapisan data

link kemudian akan mentransmisikan frame tersebut secara berurutan dan

memproses pemberitahuan acknowledgement yang dikirim kembali oleh penerima

sebagai tanda bahwa data yang diterima telah sesuai dengan yang dikirimkan.

Data link juga bisa dikatakan sebagai lapisan yang mengubah sambungan fisik

menjadi sambungan data untuk pentransmisian.

2.3.3 Lapis Jaringan (Network)

Lapisan jaringan (Network Layer) merupakan lapisan ketiga dari model

referensi OSI. Lapisan ini berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari satu node

ke node lainnya pada suatu jaringan komunikasi data. Lapisan ini juga berfungsi

untuk menentukan alamat-alamat IP, menetukan jalur dan alamat didalam

jaringan.

2.3.4 Lapis Transpor (Transport)

Lapisan transpor (Transport Layer) merupakan lapisan keempat dari model

referensi OSI. Lapisan ini berfungsi untuk mengubah paket-paket data menjadi

(24)

disusun kembali setelah sampai kepenerima. Lapisan ini juga lapisan yang

membuat tanda bahwa data yang dikirim telah berhasil diterima dengan baik dan

juga mentransmisikan ulang paket-paket data yang mengalami kesalahan selama

pentransmisian data.

2.3.5 Lapis Sesi (Session)

Lapisan sesi (Session layer) merupakan lapisan kelima dari model refrensi

OSI. Lapisan ini berfungsi untuk menjaga, memelihara dan mengatur koneksi

antar dua perangkat yang saling terhubung.

2.3.6 Lapis Presentasi (Presentation)

Lapisan presentasi (Presentation layer) merupakan lapisan keenam dari

model referensi OSI. Lapisan ini berfungsi untuk memformat data untuk

pentransmisian data yang dikirimkan sehingga dapat ditransmisikan dalam

pentransmisian data didalam jaringan komunikasi data.

2.3.7 Lapis Aplikasi (Application)

Lapisan aplikasi (Application Layeri) merupakan lapisan ketujuh atau

lapisan paling atas dari model referensi OSI. Lapisan ini berfungsi sebagai

antarmuka untuk menyediakan jasa aplikasi pengguna. Lapisan ini juga berfungsi

untuk mengatur aplikasi agar dapat mengakses jaringan dan bertanggung jawab

untuk pertukaran informasi antar program yang terjadi antar perangkat

(25)

2.4 Arsitektur TCP / IP

TCP/IP merupakan serangkaian protokol yang mengatur komunikasi data

dalam proses tukar menukar data dari satu perangkat komputer ke perangkat

komputer lainnya di dalam jaringan internetwork yang akan memastikan

pengiriman data sampai ke alamat yang akan dituju.

Arsitektur TCP/IP tidak berbasis kepada model referensi 7 lapis OSI, tetapi

menggunakan model referensi DARPA yang merupakan sebuah referensi protokol

jaringan yang digunakan oleh protokol TCP/IP. Model referensi ini mirip dengan

model referensi OSI, di mana setiap lapisan yang ada dibawah menyediakan

layanan untuk lapisan yang berada diatasnya, dan lapisan yang ada di atas

menggunakan layanan untuk lapisan yang ada di bawahnya.

Protokol TCP/IP mengimplementasikan arsitektur berlapis yang terdiri dari

empat lapis. Ke empat lapis ini dapat dipetakan, meski tidak secara langsung

terhadap model referensi OSI. Empat lapis ini yaitu layer network interface, layer

internetworking, layer host-to-host, dan layer application.

2.4.1 Lapis Network Interface

Lapisan network interface bertanggung jawab dalam meletakkan

frame-frame data di atas media jaringan. Protokol yang berjalan dalam lapisan ini adalah

beberapa dari arsitektur jaringan lokal, seperti ethernet atau token ring, serta

layanan MAN dan WAN, seperti Public Switched Telephone Network (PSTN),

Integrated Service Digital Network (ISDN), serta Asynchronous Transfer Mode

(26)

2.4.2 Lapis Internetworking

Lapisan Internetworking bertanggung jawab dalam melakukan pemetaan

(routing) dan pembuatan paket IP dengan menggunakan teknik encapsulation

yaitu suatu proses yang membuat satu jenis paket data jaringan menjadi jenis data

lainnya. Protokol-protokol yang berjalan pada lapisan ini adalah Internet Protocol

(IP), Address Resolution Protocol (ARP), Internet Control Message Protocol

(ICMP), serta Internet Group Management Protocol (IGMP).

2.4.3 Lapis Host-to-Host

Lapisan host-to-host bertanggung jawab dalam rangka membuat komunikasi

antar dua host, dengan menggunakan cara membuat sebuah sesi

connection-oriented atau menyebarkan sebuah connectionless broadcast. Protokol-protokol

yang berjalan pada lapisan ini adalah protokol Transmission Control Protocol

(TCP) dan User Datagram Protocol (UDP).

2.4.4 Lapis Application

Lapisan application bertanggung jawab dalam rangka menyediakan akses

kepada aplikasi terhadap jaringan TCP/IP. Protokol-protokol yang berjalan pada

lapisan ini adalah protokol Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP),

Domain Name System (DNS), Hypertext Transfer Protocol (HTTP), File Transfer

Protocol (FTP), Telnet, Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), Simple Network

(27)

2.5 Topologi Jaringan Pada Local Area Network

Topologi jaringan pada LAN penggambaran secara fisik pola hubungan

yang ada didalam jaringan yang digunakan oleh server, workstation, hub dan

metode pengkabelannya untuk dapat saling berhubungan di dalam jaringan.

Berikut akan dijelaskan beberapa jenis topologi yang sering digunakan pada

jaringan LAN pada umumnya.

2.5.1 Topologi Bus

Topologi bus merupakan topologi yang menggunakan kabel tunggal dalam

media transmisinya. Jadi, topologi jenis ini akan menghubungkan seluruh

workstation dan server hanya dalam satu kabel tunggal saja. Topologi bus

merupakan topologi yang cukup sederhana dalam pengaplikasiannya dan juga

lebih mudah ditangani, tetapi karena semakin hari lalu lintas data semakin padat

dan juga mempunyai kekurangan apabila didalam suatu jaringan ada satu host

atau node saja yang mengalami kerusakan, maka seluruh jaringan akan rusak

sehingga masalah ini akan membuat jaringan menjadi tidak berfungsi. Oleh

karena beberapa hal tersebut maka topologi bus secara perlahan-lahan mulai

ditinggalkan.

Topologi bus termasuk topologi konfigurasi multititk, dimana transmisi

akan dapat dilakukan jika terdapat lebih dari dua perangkat yang saling terhubung

ke media tersebut. Hal yang berkaitan dengan topologi ini adalah tentang hal

keseimbangan sinyal, jadi apabila dua stasiun melakukan pertukaran data pada

suatu jalur, maka kekuatan sinyal dari pengirim harus disesuaikan sampai pada

(28)

mengalami gangguan maka kekuatan sinyal minimum pada penerima mampu

dipenuhi. Selain itu sinyal harus cukup kuat sehingga mampu mempertahankan

rasio sinyal terhadap derau yang sesuai. Namun, sinyal juga tidak boleh terlalu

kuat sehingga tidak mengakibatkan terjadinya overload pada perulangan pengirim

yang akan membuat sinyal menjadi terganggu. Skema jaringan topologi bus dapat

dilihat pada Gambar 2.1[3].

Gambar 2.1 Jaringan Topologi Bus

2.5.2 Topologi Ring

Topologi ring merupakan jenis topologi yang menghubungkan seluruh

workstation dan server seperti pola lingkaran atau cincin menjadi point-to-point

dalam jaringan yang tertutup. Pada jaringan topologi ring tiap workstation

maupun server akan menerima dan melewatkan informasi yang dikirimkan dari

satu komputer ke komputer lainnya. Jadi, informasi yang melewati station

alamatnya yang diperoleh akan diperiksa terlebih dahulu, dan apabila ada suatu

informasi yang dikirimkan bukan ditujukan untuk komputer yang satu maka

(29)

benar. Topologi ring dalam aplikasinya pada umumnya menggunakan beberapa

repeater. Masing-masing node berfungsi sebagai repeater yang memperkuat

sinyal-sinyal disepanjang jalur mengalirnya sinyal tersebut. Jadi, setiap perangkat

akan bekerja sama untuk menerima sinyal data dari perangkat sebelumnya dan

kemudian akan meneruskannya keperangkat setelahnya, proses menerima dan

meneruskan sinyal ini dibantu oleh token yang berisi informasi yang bersamaan

dengan data yang berasal dari perangkat sumbernya yang mengirimkan data

tersebut[3].

Untuk topologi ring yang beroperasi sebagai jaringan komunikasi, terdapat

tiga fungsi yang diperlukan, yaitu penyelipan data, penerimaan data, dan

pemindahan data. Skema jaringan topologi ring dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(30)

2.5.3 Topologi Star

Topologi star merupakan topologi jaringan terpusat, dimana semua user

akan terhubung secara terpusat didalam jaringan tersebut. Jadi, masing-masing

user akan terhubung kepada pusat yang pada umumnya berupa perangkat seperti

hub, bridge ataupun switch yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan

komunikasi data di dalam jaringan untuk memperoleh dan membagikan informasi.

Topologi star memungkinkan untuk setiap perangkat dapat langsung berhubungan

dan berkomunikasi dengan pusat atau server tanpa harus terlebih dahulu melalui

perangkat yang lainnya. Jadi, apabila ketika user akan mengirimkan informasi ke

user lainnya maka informasi tersebut akan dikirimkan kepada server dan

kemudian server akan membagikan informasi tersebut ke perangkat user yang

ditujukan sebelumnya.

Topologi star tidak sulit untuk dikembangkan, baik dalam penambahan

ataupun pengurangan di dalam sistem jaringannya sehingga pemakaiannya lebih

mudah. Skema jaringan topologi star dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(31)

Beberapa topologi jaringan memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing dalam pengaplikasiannya. Maka, pada saat pemilihan topologi jaringan

harus dipertimbangkan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan,

karena masing-masing jenis topologi mempunyai beberapa aspek yang berbeda

seperti ukurannya, kecepatan yang dihasilkan, biaya yang akan dikeluarkan,

lingkungan yang cocok untuk digunakannya salah satu topologi serta bagaimana

cara penyambungannya. Tabel 2.1 menunjukkan bagaimana perbandingan dari

setiap jenis-jenis topologi yang akan digunakan.

Tabel 2.1 Perbandingan Topologi Bus, Ring dan Star

TOPOLOGI KELEBIHAN KEKURANGAN

BUS

1. Hemat kabel.

2. Layout kabel sederhana. 3. Lebih mudah dikembangkan.

1.Lalu lintas yang padat akan mengurangi kinerja dari jaringan.

2.Diperlukan repeater jika jarak lebih jauh.

3.Jika salah satu perangkat rusak, maka jaringan akan ikut terganggu.

RING

1.Hemat kabel.

2.Tidak terjadinya tabrakan dalam pengiriman data karena hanya satu node yang mengirimkan data pada suatu waktu.

1.Jika pada media terminal mengalami kerusakan maka seluruh jaringan akan terganggu.

2.cara kerja lebih lambat karena harus menunggu giliran token tiba.

STAR

1.Pemakaian lebih mudah. 2.Kontrol jaringan yang terpusat. 3.Mudah dilakukan penambahan

atau pengurangan perangkat. 4.Jika satu perangkat mengalami

kerusakan maka perangkat yang lain dan jaringan tidak

1.Lebih boros kabel.

(32)

2.6 Media Access Control

Media Access Control (MAC) merupakan fungsi dari protokol yang

mengontrol akses ke media transmisi agar kapasitas dapat digunakan secara lebih

efisien dan lebih tepat. Berbagai jenis protokol MAC pada LAN pada umumnya

dipasangkan dengan jenis topologi masing-masing dan media transmisinya yang

sesuai dengan penggunaannya. Protokol-protokolnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jenis Topologi, Media transmisi, dan Protokol

TOPOLOGI FISIK PROTOKOL JENIS MEDIA TRANSMISI

BUS Ethernet, Token

Bus, Local Talk

Twisted Pair Coaxial

Serat Optik

RING Token Ring,

FDDI

Serat Optik

Twisted Pair

STAR Ethernet, Local

Talk

Serat optik

(33)

BAB III

METODE AKSES TOKEN RING

Pada bab ini akan di bahas mengenai metode akses token ring dengan

perhitungan secara teori. Adapun metode akses adalah merupakan cara yang

digunakan untuk menghubungkan antara node yang satu dengan node yang

lainnya dalam jaringan LAN. Metode akses pada umumnya terbagi dalam

beberapa jenis seperti CSMA/CD, token bus, polling dan token ring.

3.1 CSMA/CD

Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD)

merupakan metode media access control (MAC) yang pada umumnya digunakan

pada teknologi jaringan ethernet. Cara kerja yang digunakan CSMA/CD yaitu jika

sebuah node di dalam jaringan akan mengirimkan data ke node yang lain, maka

node pertama-tama akan memastikan bahwa apakah ada proses transmisi di dalam

jaringan yang sedang dipakai oleh node yang lain atau tidak. Apabila ditemukan

adanya node lain yang sedang melakukan transmisi data, maka node yang ingin

mengirimkan data akan menunda sampai node yang menggunakan jaringan selesai

melakukan transmisi data.

Jika terdapat dua node atau lebih yang menggunakan jaringan, maka akan

terjadi tabrakan (collision) pada pengiriman datanya. Dengan demikian, maka

(34)

yang diinginkan telah dapat dan jaringan dapat digunakan dengan efektif. Prinsip

kerja CSMA/CD dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Metode Akses CSMA/CD

3.2 Token Bus

Metode akses Token bus merupakan salah satu metode akses yang ada di

(35)

dalam token bus akan ditentukan hak pengiriman informasi dalam pengiriman

data dengan cara memberitahukan secara khusus hak ini pada simpul yang

bersangkutan, yang ditentukan menurut urutan tertentu dari satu simpul ke simpul

lainnya, dan sebuah token digunakan untuk memberitahukan kepada simpul

tersebut. Setiap simpul akan memegang token tersebut dalam jangka waktu

tertentu, apabila simpul sudah menggunakan token dan tidak mempunyai

informasi untuk dikirimkan, maka simpul tersebut harus mengirimkan token ke

simpul berikutnya.

Adapun prinsip kerja dari metode akses token bus dapat dilihat pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Metode Akses Token Bus

3.3 Polling

Adapun metode akses polling mempunyai cara kerja sebagai berikut yaitu

(36)

memberikan transmisi yaitu mengirimkan data untuk dilanjutkan pengiriman ke

simpul tujuan. Master akan menyimpan data apabila informasi ditujukan kepada

master. Polling akan dilanjutkan ke simpul lain. Metode akses Polling dapat di

lihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Metode Akses Polling

3.4 Token Ring

Token ring merupakan bagian dari topologi ring yang berupa sinyal yang

akan bersikulasi mengelilingi ring dengan bebas pada saat semua stasiun dalam

keadaan idle. Jadi, apabila sebuah stasiun akan mentransmisikan frame, maka

stasiun tersebut harus memesan token dan mentransmisikannya ke ring sebelum

(37)

akan dikirimkan tersebut akan ditempelkan kepada token yang akan membawa

data tersebut ke penerima.

3.4.1 Prinsip Kerja Token Ring

Metode akses dari token ring mempunyai prinsip kerja yaitu token akan

lewat di dalam sebuah jaringan lingkaran seperti cincin. Di dalam jaringan ini,

komputer dan workstation akan saling dihubungkan membentuk seperti sebuah

jalur cincin. Sinyal token ini akan bergerak berputar dalam lingkaran cincin di

dalam jaringan yang semua stasiunnya dalam keadaan idle dan bergerak dari

komputer yang satu kekomputer lainnya. Jika pada salah satu komputer yang

dilewati token ada yang ingin mentransmisikan data, maka token yang sedang

berkeliling tersebut akan diambil atau di pesan oleh komputer yang ingin

mengirimkan data tersebut dan kemudian data tersebut akan ditumpangkan ke

dalam token yang telah di ambil sebelumnya dan kemudian token tersebut akan

dipindahkan kembali atau ditransmisikan kembali ke dalam jaringan untuk

kemudian dikirimkan kepada komputer yang dituju.

Adapun prinsip kerja dari metode akses token ring dapat di lihat pada

(38)

Gambar 3.4 Metode Akses Token Ring

Ada cara untuk mengeluarkan token yaitu ketika stasiun pemancar

menerima pesannya kembali lagi setelah mengelilingi ring sekali. Ada dua cara

yang mungkin di sini, yaitu[2] :

1. Menunggu sampai seluruh pesan telah di terima (dan di hapus), dan

2. Mengeluarkan token baru ketika token sebelumnya telah di terima.

Kedua cara ini memungkinkan hanya satu token saja yang berada di dalam

ring pada satu waktu. Kedua cara ini dapat dikurangi kinerjanya sedikit karena

ditambahkan delay. Pada kasus pertama waktu transmisi frame akan meningkat

(39)

perbaikan atas kasus pertama jika frame yang lebih pendek dari latency cincin,

dalam hal ini waktu pelayanan yang efektif didalam stasiun adalah latency cincin.

Terutama untuk mempertimbangkan rata-rata waktu transfer tf yang

dibutuhkan untuk mentransfer data dari stasiun sumber ke stasiun tujuan yang

berubah-ubah disepanjang jaringan cincin, maka persamaan resultan atas

keterlambatan transfer untuk stasiun N di sepanjang cincin, diberikan oleh

persamaan (3.1) [2].

/

(3.1)

Dimana :

tf = waktu transfer data dari sumber ke tujuan

L = panjang ring

N = jumlah stasiun

= kepadatan traffik yang datang ke ring

λ = total rata-rata traffik / jumlah paket yang datang atau ditransmisikan

m = rata-rata panjang frame dalam satuan waktu

= momen kedua dari distribusi panjang frame

Interface-interface ring memiliki dua mode operasi yaitu mendengar dan

mengirim. Pada mode mendengar, bit input cukup di salin ke output dengan delay

(40)

datanya ke dalam ring. Untuk dapat berpindah dari mode mendengar ke mode

mengirim dalam waktu 1 bit, biasanaya interface memerlukan untuk

membufferkan sebuah atau lebih frame-nya sendiri daripada harus mengambilnya

dari stasiun.

Setelah bit-bit yang telah berpropogasi mengelilingi ring kembali, bit-bit

tersebut dipindahkan dari ring oleh pengirim. Stasiun pengirim dapat

menyimpannya untuk membandingkan dengan data yang asli bagi keperluan

pengawasan realibilitas ring atau membuangnya. Karena secara keseluruhan

frame tidak pernah muncul pada ring pada suatu waktu tertentu, arsitektur ring ini

tidak mempunyai batas untuk ukuran frame. Setelah stasiun selesai melakukan

transmisi bit terakhir dari frame terakhirnya, maka stasiun tersebut harus membuat

token kembali. Jadi pada saat bit terakhir dari frame telah berkeliling dan datang

kembali, maka token tersebut harus dihilangkan dan interface harus kembali ke

mode mendengar dengar segera. Hal ini tentu saja dilakukan untuk menghindari

dibuangnya token berikutnya bila tidak ada stasiun yang membuangnya.

Pada token ring cara penanganan informasi acknowledgment di lakukan

secara langsung. Format frame hanya perlu melibatkan satu bit field

acknowledgment yang pada awal mulanya nol. Pada saat stasiun tujuan telah

menerima frame, maka stasiun tersebut akan menyetel bit. Tentu saja

acknowledgment telah menyatakan bahwa checksum telah di verifikasi, kemudian

maka bit harus mengikuti checksum dan interface ring harus mampu melakukan

verifikasi checksum setelah bit terakhir tiba. Bila frame merupakan broadcast ke

sejumlah stasiun, maka harus di lakukan mekanisme acknowledgment yang lebih

(41)

Bila lalu lintas tidak padat, maka sebagian besar waktu token akan hanya

digunakan untuk berkeliling didalam ring saja. Biasanya stasiun akan mengambil

token, mentransmisikan token, mentransmisikan frame dan kemudian baru akan

mengeluarkan output token yang baru. Akan tetapi lain halnya bila lalu lintas

sedang padat sehingga akan terdapat antrian pada masing-masing stasiun, maka

untuk itu, setelah sebuah stasiun menyelesaikan transmisinya dan meregenerasi

token, maka stasiun berikutnya yang berada di bawah akan melihat dan

memindahkan token tersebut. Tentu saja dalam hal ini, izin untuk mengirimkan

dilakukan secara bergilir dengan mengelilingi ring.

3.4.2 Standar IEEE 802.5 Token Ring

Jaringan topologi ring telah lama di pakai oleh jaringan LAN maupun MAN

untuk melakukan hubungan komunikasi antar jaringan. Topologi ring pada

umumnya bukanlah merupakan medium broadcast, tetapi merupakan kumpulan

link point-to-point individual yang membentuk seperti lingkaran. Link

point-to-point ini menggunakan teknologi yang dapat digunakan pada kabel coaxial,

twisted pair, dan serat optik. Jaringan ring juga memiliki akses saluran yang baik

dan lebih adil, dan untuk itulah dengan alasan-alasan ini, maka IBM memilih

jaringan ring sebagai LAN-nya dan IEEE pun telah memasukkan standar token

ring sebagai 802.5[4].

Yang menjadi masalah dalam rancangan dan analisis jaringan ring adalah

panjang fisik sebuah bit. Jika diasumsikan laju data ring sama dengan R mbps,

(42)

sekitar 200 m/ detik, maka setiap bit akan menempati 200/R meter pada ring. Ini

berarti bahwa ring 1Mbps yang kelilingnya 1000 meter dapat berisi hanya 5 bit

pada suatu saat.

Ring juga merupakan kumpulan dari interface ring yang terhubung dengan

saluran point-to-point. Dan setiap bit yang tiba di interface kemudian akan di salin

ke dalam buffer 1 bit dan kemudian akan di salin kembali ke ring. Ketika di dalam

buffer, bit telah dapat di periksa dan mungkin juga di modifikasi sebelum bit

tersebut di tulis. Langkah dari penyalinan ini akan menimbulkan delay yaitu 1 bit

di setiap interface.

3.4.3 Parameter Kinerja Token Ring

Dalam melakukan kinerjanya, token ring mempunyai parameter-parameter

sebagai berikut:

1. Delay propagasi

Dalam hal ini delay merupakan waktu dari ketika data dikirimkan oleh

stasiun menuju stasiun penerima dan setelah data sampai ketujuan kemudian

stasiun penerima memberikan informasi bahwa data telah di terima.

Sebuah dampak dari rancangan token ring adalah bahwa ring-nya sendiri

harus memiliki delay yang cukup untuk mengisi token lengkap yang bersikulasi

pada saat semua stasiun sedang berada dalam keadaan idle. Delay ini memiliki

dua buah komponen yaitu delay 1 bit yang disebabkan oleh setiap stasiun dan

(43)

Delay propagasi merupakan lamanya waktu perjalanan token untuk

mengelilingi ring di dalam jaringan. Untuk menghitung delay propagasi

digunakan persamaan (3.2);

t =

(3.2)

Dimana;

t = delay propagasi (τ)

X = jarak / panjang

V = cepat rambat gelombang elektromagnetik (2 · 108 m/s)

Untuk menghitung delay total digunakan persamaan (3.3);

Delay total = latency ring + Latency ring delay + Delay propogasi (3.3)

2. Latency Ring

Latency ring adalah pemrosesan antara bit dan paket di sekitar ring dalam

mode sinkron, untuk memperoleh sinkronisasi misalnya dengan menggunakan

manchester encoding. jika semua stasiun berada pada sebuah jaringan, token

beredar di sekitar ring dalam waktu yang sama dengan jumlah delay propagasi

ditambah jumlah latency stasiun.

Untuk menghitung latency ring maka dapat digunakan persamaan (3.4) [1];

(44)

B = latency stasiun

R = channel bit rate

Untuk menghitung latency ring delay-nya digunakan persamaan (3.5) [1]:

a’ = τ ’ ∙ (3.5)

Dimana:

a’ = latency ring delay

τ’

= latency ring

R = channel bit rate

= panjang paket

3. Throughput

Dalam hal ini throughput yaitu kecepatan rata-rata dari data yang telah di

terima oleh suatu node dalam selang waktu pengamatan tertentu ketika terjadi

transmisi data di dalam jaringan.

Untuk menghitung throughput digunakan persamaan (3.6) [1]:

S = ∙ ∙

(3.6)

Dimana;

S = throughput

M = jumlah stasiun

= rata-rata waktu kedatangan (paket/detik)

= panjang paket

(45)

BAB IV

ANALISIS DATA METODE AKSES TOKEN RING

4.1 Umum

Pada bab ini akan dibahas perhitungan delay dan throughput pada jaringan

LAN topologi ring. Adapun hasil – hasil dari perhitungan dilakukan secara teoritis

yang telah dilakukan akan dimasukkan ke dalam bentuk grafik hasil pengukuran.

Parameter – parameter untuk menghitung delay dan throughput akan ditentukan

oleh kita sendiri.

4.2 Karakteristik Token Ring Terhadap Jarak

Sampel perhitungan karakteristik token ring diperoleh dengan asumsi

jumlah stasiun 10 hingga 50 stasiun, panjang paket 1000, 2000, 4000, dan 8000

bit, Bit rate = 4 Mbps, dan jarak 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20 km.

Analisis menggunakan persamaan yang telah diuraikan di Bab III

(46)

1. Grafik untuk pengaruh latency ring terhadap jarak

Gambar 4.1 Grafik Latency ring terhadap jarak

Pada grafik 4.1 terlihat untuk latency pada jarak terpendek 2 km, waktu

pemroresan data untuk jumlah stasiun 10 hingga 50, menghasilkan waktu yang

lebih pendek yaitu: 12,5; 15; 17,5; 20; dan 22,5 s. Sedangkan untuk jarak yang

paling jauh 20 km dengan jumlah stasiun yang sama yaitu 10 hingga 50,

menghasilkan waktu yang lebih lama untuk pemrosesan datanya yaitu: 102,5;

105; 107,5; 110; dan 112,5 s. Ini dikarenakan dengan semakin jauh jarak kerja di

dalam jaringan serta pengaruh jumlah stasiun yang bertambah, maka waktu yang

dihasilkan untuk memproses data juga akan semakin besar ketika data di proses di

(47)

2. Grafik untuk pengaruh delay terhadap jarak

Untuk delay, grafik yang di ambil berdasarkan hasil perhitungan dari panjang

data 1000 bit. Ini dikarenakan untuk panjang data 2000, 4000, dan 8000 bit

menghasilkan perbedaan waktu yang tipis, sehingga data yang di ambil hanya

pada sample 1000 bit saja.

Gambar 4.2 grafik delay terhadap jarak

Pada grafik 4.2 terlihat untuk delay pada jarak 2 km dengan jumlah stasiun

dari 10 hingga 50 stasiun menghasilkan waktu yang lebih pendek yaitu: 22,5;

25,06; 27,57; 30,08; dan 32,59 s. karena jarak yang lebih dekat sehingga waktu

yang dihasilkan lebih pendek. Sedangkan, untuk jarak yang paling jauh 20 km

dengan jumlah stasiun 10 hingga 50 stasiun, waktu yang dihasilkan lebih lama

karena jarak yang semakin jauh berpengaruh dengan besarnya delay yang

didapatkan. Untuk jarak 20 km didapatkan hasil yaitu: 202,91; 205,42; 207,93;

210,44; dan 212,95 s.

Untuk panjang data 2000 bit dengan cara pengambilan sample yang sama,

(48)

Untuk panjang data 4000 bit dengan cara pengambilan sample yang sama,

yaitu: 22,5125; 25,015; 27,5175; 30,02; 32,5225 s panjang ring 2 km dan

202,6025; 205,105; 207,6075; 210,11; 212,6125 s untuk panjang ring 20 km.

Untuk panjang data 8000 bit dengan cara pengambilan sample yang sama,

yaitu: 22,50625; 25,0075; 27,50875; 30,01; 32,51125 s untuk panjang ring 2 km

dan 202,55125; 205,0525; 207,55375; 210,055; 212,55625 s untuk panjang ring

20 km.

3. Grafik untuk pengaruh Throughput terhadap jarak

Untuk throughput, grafik yang di ambil berdasarkan hasil perhitungan dari

panjang data 1000 bit. Ini dikarenakan untuk panjang data 2000, 4000, dan 8000

bit menghasilkan waktu yang sama pada setiap panjang jarak maupun jumlah

stasiunnya, sehingga data yang di ambil hanya pada sample 1000 bit saja.

(49)

Pada grafik 4.3 terlihat bahwa untuk throughput pada jarak 2 km hingga 20

km dengan jumlah stasiun 10 hingga 50 menghasilkan nilai yang sama yaitu:

0,025; 0,05; 0,075; 0,1; dan 0,125 paket. Begitu juga dengan panjang data 2000,

4000, dan 8000 bit memiliki nilai yang sama, di mana untuk 2000 bit, yaitu: 0,05;

0,1; 0,15; 0,2; 0,25 dan untuk 4000 bit yaitu: 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan untuk 8000

bit, yaitu: 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0.

4.3 Karakteristik Token Ring Terhadap Jumlah Stasiun

Berikut adalah analisis karakteristik token ring untuk jumlah stasiun yang

berbeda. Sample jarak diambil dari 2 km hingga 20 km.

1. Grafik untuk pengaruh latency ring terhadap stasiun

Gambar 4.4 Grafik latency ring terhadap stasiun

Pada grafik 4.4 terlihat bahwa untuk jumlah stasiun 10 dengan jarak 2 km

(50)

waktu yang berbeda dan cenderung lebih besar dari waktu jumlah stasiun 10,

dimana pada jumlah stasiun 50 memiliki waktu, yaitu untuk 2 km: 22,5 s, dan

untuk 20 km, yaitu: 112,5 s.

2. Grafik untuk pengaruh delay terhadap stasiun

Untuk delay, grafik yang di ambil berdasarkan hasil perhitungan dari sample

panjang data 1000 bit dan 8000 bit untuk pengaruhnya terhadap jumlah stasiun.

Gambar 4.5 Grafik delay untuk 1000 bit terhadap stasiun

Pada grafik 4.5 terlihat untuk panjang data 1000 bit dengan jumlah stasiun 10

hingga 50 pada jarak 2 km memiliki selisih waktu yang tidak terlalu besar, yaitu

22,55 s; 25,06 s; 27,57 s; 30,08 s; 32,59 s. Tetapi selisih waktu lebih besar

jika dibandingkan dengan jaraknya dari 2 km hingga 20 km, di mana untuk jarak 2

km sudah disebutkan sebelumnya, dan untuk 20 km, yaitu sekitar: 202,91 s;

(51)

Gambar 4.6 Grafik delay untuk 8000 bit terhadap stasiun

Untuk grafik 4.6 terlihat bahwa untuk delay 8000 bit, perbedaan hasil

perhitungan waktunya sangat dekat sekali dengan waktu yang dimiliki oleh hasil

perhitungan dari grafik 4.5. Di mana untuk jumlah stasiun 10 hingga 50 dengan

jarak 2 km, yaitu: 22,50625 s; 25,0075 s; 27,50875 s; 30,01 s; 32,51125 s,

dan pada jarak 20 km, yaitu: 202,55125 s; 205,0525 s; 207,55375 s; 210,055 s;

212,55625 s.

3. Grafik untuk pengaruh throughput terhadap stasiun

Untuk throughput, grafik yang di ambil berdasarkan hasil perhitungan dari

(52)

Gambar 4.7 Grafik throughput untuk 2 km terhadap stasiun

Untuk grafik 4.7 terlihat bahwa untuk jumlah stasiun 10 memiliki selisih

throughput yang tidak terlalu besar untuk masing-masing panjang data 1000,

2000, 4000, dan 8000 bit, yaitu: 0,025; 0,05; 0,1; 0,2. Dan untuk jumlah stasiun

yang paling banyak 50, yaitu: 0,125; 0,25; 0,5; 1,0.

(53)

Untuk grafik 4.8 terlihat bahwa nilai throughput untuk jarak 20 km sama

dengan hasil perhitungan untuk throughput dengan jarak 2 km. Ini disebabkan

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut, yaitu;

1. Untuk delay, besarnya nilai hasil perhitungan dipengaruhi oleh jumlah

jumlah stasiun, jarak, delay propagasi dan latency ring. Di mana untuk jarak

paling dekat 2 km dengan jumlah stasiun 10 hingga 50 stasiun dengan

panjang data paling kecil 1000 bit, delay propagasi 10 s, dan latency ring

untuk masing-masing jumlah stasiun, di mana 10 stasiun memiliki latency

ring 12,5 s, dan 20 stasiun = 15 s, 30 stasiun = 17,5 s, 40 stasiun = 20 s,

50 stasiun = 22,5. memiliki besar delay, yaitu: 22,55 s, 25,06 s, 27,57 s,

30,08 s, dan 32,59 s. Sedangkan, untuk panjang data paling besar 8000 bit,

dengan delay propagasi dan latency ring yang sama memiliki perbedaan

delay yang cukup dekat, yaitu: 25,50625 s, 25,0075 s, 27,50875 s,

30,01 s, dan 32,51125 s.

Dan untuk jarak paling jauh 20 km dengan jumlah stasiun yang sama,

panjang data paling kecil 1000 bit, delay propagasi 100 s, latency ring

untuk masing-masing jumlah stasiun, di mana 10 stasiun = 102,5 s, 20

stasiun = 105 s, 30 stasiun = 107,5 s, 40 stasiun = 110 s, 50 stasiun =

112,5. Memiliki delay, yaitu: 202,91 s, 205,42 s, 207,93 s, 210,44 s, dan

(55)

delay propagasi, dan latency ring yang sama memiliki perbedaan delay,

yaitu: 202,55125 s, 205,0525 s, 207,55375 s, 210,055 s, dan

212,55625 s.

2. Untuk throughput, besarnya nilai dipengaruhi oleh jumlah stasiun, panjang

paket yang ditransmisikan. Di mana untuk jumlah stasiun 10 hingga 50

stasiun dengan jarak 2 km dan panjang data 1000 bit memiliki throughput,

yaitu: 0,025; 0,05; 0,075; 0,1; dan 0,125. Untuk panjang data 2000 bit

memiliki throughput, yaitu: 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25. Untuk panjang

paket 4000 bit memiliki throughput, yaitu: 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5. Untuk

panjang paket 8000 bit memiliki throughput, yaitu: 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan

1,0.

Begitu juga untuk jarak hingga paling jauh 20 km dengan jumlah stasiun

yang sama dan panjang paket yang ditransmisikan memiliki nilai throughput

yang sama, yaitu: untuk panjang data 1000 bit memiliki throughput, yaitu:

0,025; 0,05; 0,075; 0,1; dan 0,125. Untuk panjang data 2000 bit memiliki

throughput, yaitu: 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25. Untuk panjang paket 4000

bit memiliki throughput, yaitu: 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5. Untuk panjang

paket 8000 bit memiliki throughput, yaitu: 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0.

5.2 Saran

Untuk pengembangan tugas akhir ini lebih lanjut, sebaiknya untuk mencari

(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hammond, Joseph L. “Performance Analysis of Local Computer Network”,

Addison-Wesley Publishing Company, 1986.

2. Schwartz, Mischa. “Telecommunication Networks : Protocols, Modeling and

Analysis”, Addison-Wesley Publishing Company, 1987.

3. Stallings, William. “Komunikasi Data dan Komputer : Jaringan Komputer”,

Sixth Edition, Prentice-Hall Inc, New Jersey, 2000.

4. Tanenbaum, Andrew S. “Jaringan Komputer”, Third Edition, Prentice-Hall

(57)

LAMPIRAN

8000 0,00625 0,0075 0,00875 0,01 0,01125

Delay Propagasi (μs) 10 10 10 10 10

2000 22,525 25,03 27,535 30,04 32,545

4000 22,5125 25,015 27,5175 30,02 32,5225

8000 22,50625 25,0075 27,50875 30,01 32,51125

(58)

2. Tabel Untuk Jarak 4 Km

8000 0,01125 0,0125 0,01375 0,015 0,01625

Delay Propagasi (μs) 20 20 20 20 20

2000 42,545 45,05 47,555 50,06 52,565

4000 42,5225 45,025 47,5275 50,03 52,5325

8000 42,51125 45,0125 47,51375 50,015 52,51625

(59)

3. Tabel Untuk Jarak 6 Km

8000 0,01625 0,0175 0,01875 0,02 0,02125

Delay Propagasi (μs) 30 30 30 30 30

2000 62,565 65,07 67,575 70,08 72,585

4000 62,5325 65,035 67,5375 70,04 72,5425

8000 62,51625 65,0175 67,51875 70,02 72,52125

(60)

4. Tabel Untuk Jarak 8 Km

8000 0,02125 0,0225 0,02375 0,025 0,02625

Delay Propagasi (μs) 40 40 40 40 40

4000 82,5425 85,045 87,5475 90,05 90,5525

8000 82,52125 85,0225 87,52375 90,025 90,52625

(61)

5. Tabel Untuk Jarak 10 Km

8000 0,02625 0,0275 0,02875 0,03 0,03125

Delay Propagasi (μs) 50 50 50 50 50

Delay Total (μs) 

 

 

1000 102,71 105,22 107,73 110,24 112,75

2000 102,605 105,11 107,615 110,12 112,625

4000 102,5525 105,055 107,5575 110,06 112,5625

8000 102,52625 105,0275 107,52875 110,03 112,53125

(62)

6. Tabel Untuk Jarak 12 Km

8000 0,03125 0,0325 0,03375 0,035 0,03625

Delay Propagasi (μs) 60 60 60 60 60

Delay Total (μs) 

 

 

1000 122,75 125,26 127,77 130,28 132,79

2000 122,625 125,13 127,635 130,14 132,645

4000 122,5625 125,065 127,5675 130,07 132,5725

8000 122,53125 125,0325 127,53375 130,035 132,53625

(63)

7. Tabel Untuk Jarak 14 Km

8000 0,03625 0,0375 0,03875 0,04 0,04125

Delay Propagasi (μs) 70 70 70 70 70

Delay Total (μs) 

 

 

1000 142,79 145,3 147,81 150,32 157,83

2000 142,645 145,15 147,655 150,16 157,665

4000 142,5725 145,075 147,5775 150,08 157,5825

8000 142,53625 145,0375 147,53875 150,04 157,54125

(64)

8. Tabel Untuk Jarak 16 Km

8000 0,04125 0,0425 0,04375 0,045 0,04625

Delay Propagasi (μs) 80 80 80 80 80

Delay Total (μs) 

 

 

1000 167,83 165,34 167,85 170,36 172,87

2000 167,665 165,17 167,675 170,18 172,685

4000 167,5825 165,085 167,5875 170,09 172,5925

8000 167,54125 165,0425 167,54375 170,045 172,54625

(65)

9. Tabel Untuk Jarak 18 Km

8000 0,04625 0,0475 0,04875 0,05 0,05125

Delay Propagasi (μs) 90 90 90 90 90

2000 182,685 185,19 187,695 190,2 192,705

4000 182,5925 185,095 187,5975 190,1 192,6025

8000 182,54625 185,0475 187,54875 190,05 192,55125

(66)

10.Tabel Untuk Jarak 20 Km

8000 0,05125 0,0525 0,05375 0,055 0,05625

Delay Propagasi (μs) 100 100 100 100 100

Delay Total (μs) 

 

 

1000 202,91 205,42 207,93 210,44 212,95

2000 202,705 205,21 207,715 210,22 212,725

4000 202,6025 205,105 207,6075 210,11 212,6125

8000 202,55125 205,0525 207,55375 210,055 212,55625

Gambar

Gambar 2.1 Jaringan Topologi Bus
Gambar 2.2 Jaringan Topologi Ring
Gambar 2.3 Jaringan Topologi Star
Tabel 2.1 Perbandingan Topologi Bus, Ring dan Star
+7

Referensi

Dokumen terkait

Topologi jaringan ring 1 dan ring 2 beroperasi dari arah west ke east, searah perputaran jarum jam, yang menggunakan sistem proteksi Bidireksional Self Healing Ring (BSHR)

Ami Farina : Analisis Kinerja Koneksi Jaringan Switch Ethernet Pada Local Area Network (LAN), 2010..

Salah satu metode yang dapat diterapkan yaitu Hierarchical Token Bucket (HTB) yang menjamin pengguna jaringan mendapatkan bandwith yang sesuai sehingga kinerja

Pada rumah sinyal PT.Kereta Api Indonesia sangat di butuhkan jaringan LAN (Local Area Network) untuk membantu kinerja pegawai agar lebih cepat dan efisien,

“Analisis Kinerja Koneksi Jaringan Switch Ethernet

Topologi jaringan komputer Tree merupakan gabungan dari beberapa Topologi Star yang dihubungan dengan Topologi Bus, jadi setiap Topologi Star akan terhubung ke Topologi Star

Topologi yang digunakan pada simulasi ini adalah topologi Ring dan topologi Mesh dengan menggunakan masing-masing 4 buah router , 4 buah switch dan 8 buah PC untuk setiap

Tidak seperti pada jaringan LAN dimana koneksi antar device (komputer) ditransmisikan dari satu piranti digital / komputer kepada piranti digital lainnya melalui