PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK
HAURBENTES JASINGA BOGOR
MUNDI LAKSONO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor yang dilakukan dengan mencari data informasi melalui wawancara dan pengidentifikasian tumbuhan obat di KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir.Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
ABSTRAK
MUNDI LAKSONO. Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M ZUHUD dan AGUS HIKMAT
Kawasan KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes adalah hutan yang difungsikan sebagai hutan penelitian. Di lahan penelitian Litbang Kehutanan terdapat berbagai macam tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat sekitar kawasan Hutan Penelitian KHDTK Haurbentes. Penelitian ini dilaksanakan di 2 kampung yaitu Kampung Haurbentes dan Cikeusal Desa Wirajaya. Penelitian ini dilakukan bulan Februari sampai Maret 2014.
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat didominasi oleh tingkat umur 50-60 tahun, berlatar pendidikan tingkat pendidikan SD, dan masyarakat yang paling banyak menggunakan tumbuhan obat bermata pencaharian tidak tetap. Spesies tumbuhan yang teridentifikasi sebanyak 21 spesies dari 16 famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat alternatif. Jenis penyakit diderita oleh masyarakat terdapat 15 kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kata kunci : jenis penyakit, KHDTK Haurbentes, masyarakat, tumbuhan obat
ABSTRACT
MUNDILAKSONO. Utilization of medicinal plants upon people of around the KHDTK Haurbentes Jasinga, Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M ZUHUD and AGUS HIKMAT.
Area KHDTK ( Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus ) Haurbentes is the forest that function as forest research. In land research forestry there are various kinds of herbs often used by community as a drug to cure diseases. With respect to such matters, then this research was conducted. The aim of this research is to identify plant species drug used of the surrounding community research KHDTK Haurbentes forest area. This research carried out in 2 town about are in Haurbentes town and Cikeusal Wirajaya village. Research is done in February to March 2014.
Based on research, characteristic of community dominated by the use of medicinal herbs age 50-60 years, education has elementary education, and society most much use of medicinal herbs freelance. Plant species identified as much as 21 species of the family 16 that can be used by local community as an alternative medicine. This type of the disease ever suffered by the people around KHDTK Haurbentes there are 15 groups of diseases/use of medicinal plants which are exploited by the community.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK
HAURBENTES JASINGA BOGOR
MUNDI LAKSONO
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor
Nama : Mundi Laksono NIM : E34080106
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS Pembimbing I
Dr Ir Agus Hikmat, M Sc F Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS selaku dosen pembimbing I dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat-nasihatnya. Keluarga tercinta, Bapak (H. Marimin Al Sukidjo), yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat hidup, Ibu (Sumarsih), serta kakak-kakak saya (Mbak Mindi Astuti dan Mbak Mintarsih), Bude Sum, keluarga bapak Edih Jayawiguna dan keluarga besar Sanroesdi atas do’a, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan baik dana maupun tenaga. Seluruh staf Tata Usaha KSHE yang telah membantu memperlancar proses administrasi penelitian dan penyusunan skripsi. Kawan-kawan terdekat (Komo (Rendra DS), Ojan, Uul, Pardi, Epul, Conny, Mimi, Abah (Meidilaga S.Hut), Jey, Ibad, Fait, Agus, Azis, Irham, Pion, Ulqi, Uta MSP 48, Sigit MSP 48, Rizal) atas semua dukungan, keceriaan, motivasi dan nasehatnya. Sahabat EDELWEIS 45 serta abang-abang kelas yang memberikan motivasi dan dukungan selama menyusun skripsi. Kawan-kawan workshop IF ’90 yang selalu menyuruh untuk cepat membereskan skripsi (Satriyo, Haris, Hikmat, Chandra, dan Bagja). Serta seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu
Bogor, Desember 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
METODE 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Objek, Alat dan Bahan 3
Metode Pengumpulan Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6 Karakteristik Responden 6
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat 8
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus 9 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional 9
Cara Penggunaan Tumbuhan Obat 10
Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat 12
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 4
2 Karakteristik Umur Responden 7
3 Karakteristik Pendidikan Responden 7
4 Karakteristik Pekerjaan Responden 8
DAFTAR GAMBAR
1 Peta KHDTK Haurbentes2 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut famili
3 Keanekaragaman Tumbuhan Obat Menurut Tipe Pertumbuhan/Perawakannya
4 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional 5 Cara Pengolahan Tumbuhan Obat
6 Cara Pemakaian Tumbuhan Obat
7 Jenis Penyakit/Cara Penggunaan Tumbuhan Obat
8 (a) Gandarusa (Justicia dahona), (b) Ki urat (Plantago mayor)
11 11 Jambu Biji (Psidium guajava) 12 Ciplukan (Physalis angulata) 13 Sirih Merah (Piper crocatum)
14 Bayam Merah (Althenanthera amoena) 15 Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides) 16 Sirih (Piper betle)
17 Bandotan (Ageratum conyzoides) 18 Jawer kotok (Coleus atropurrieus) 19 Daun katuk (Sauropus adrogynus) 20 Cabai (Capsicum frutescens)
1 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat sekitar
KHDTK Haurbentes 23
2 Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
KHDTK Haurbentes 24
3 Cara meramu tumbuhan obat dan khasiatnya 25
4 Jenis Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat kampung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam hayati yang menyediakan hasil hutan berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu, hutan juga memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salah satu manfaat yang sampai saat ini masih dirasakan oleh manusia terutama masyarakat yang tinggal di sekitar hutan adalah sebagai sumber penghasil obat-obatan herbalis.
Salah satu pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional adalah pemanfaatan terhadap spesies tumbuhan yang terdapat di dalam hutan. Bentuk pemanfaatan tersebut diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan seseorang yang kemudian diturunkan pada generasi berikutnya, sehingga pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan kebiasaan tersebut hanya menjadi pengetahuan masyarakat setempat (Ajijah dan Iskandar 1995).
Menurut Winarto (2007), definisi umum tumbuhan obat yang dapat diterima semua pihak adalah tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan digunakan sebagai obat.
Aspek kesehatan memiliki peran penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, karena hal tersebut menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan hidup di suatu masyarakat. Namun tidak semua masyarakat Indonesia mendapatkan akses yang baik untuk mendapatkan pelayanan kesehatan formal, dan obat-obatan.
Dalam penanganan penyakit yang diderita oleh masyarakat hampir semuanya memerlukan obat-obatan. Tetapi masyarakat lebih memilih menggunakan tumbuhan obat dibandingkan dengan obat-obatan modern, karena khasiat dari tumbuhan obat lebih berkhasiat dibandingkan dengan obat-obatan modern. Hal itu membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan tumbuhan yang memiliki khasiat obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita dan menjaga kesehatannya.
Tumbuhan yang memiliki khasiat obat sering dikatakan obat tradisional, karena pada zaman dahulu tidak ada obat-obatan yang terbuat dari bahan-bahan kimia dan ekstrak dari tumbuhan obat, sehingga masyakat terdahulu lebih banyak menggunakan tumbuhan obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Obat tradisional berperan sejak dahulu berdasarkan pengalaman orang tua, terlebih jika sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama daerah desa yang terpencil, atau masih banyaknya masyarakat yang mencari pertolongan pengobatan kepada tenaga-tenaga penyembuh tradisional seperti tabib atau dukun, bahkan banyak pula anggota masyarakat yang mencari tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga saja (Zein 2005).
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat sekitar kawasan Hutan Penelitian KHDTK Haurbentes, dan mengetahui cara meramu tumbuhan obat menjadi serta khasiatnya dalam menyembuhkan suatu penyakit.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk tulisan ilmiah yang dapat menjadi bahan masukan berupa pengetahuan bagi semua masyarakat tentang spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan pengolahannya.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2014. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan karena seringnya masyarakat berinteraksi dengan KHDTK Haurbentes serta data mengenai pemanfaatan dan pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat lokal di kampung sekitar KHDTK Haurbentes masih sedikitLokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Peta KHDTK Haurbentes
3 Objek, Alat dan Bahan
Objek yang diamati dalam penelitian ini meliputi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagi obat tradisional oleh masyarakat setempat. Pada penelitian digunakan alat yang menunjang dalam penelitian ini yaitu alat tulis yang digunakan untuk mengisi kuisioner dan data lainnya, kamera untuk dokumentasi selama pengambilan data, kuisioner untuk kegiatan wawancara terhadap responden, tally sheet untuk pengambilan data tumbuhan yang dimanfaatkan, komputer digunakan untuk pengolahan data, buku panduan tumbuhan obat untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan.
Metode Pengumpulan Data
Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan secara snowball. Responden kunci merupakan masyarakat yang sering memanfaatkan tumbuhan sebagai obat di daerah tersebut. Untuk mengetahui responden selanjutnya yang menggunakan tumbuhan obat diketahui dari responden sebelumnya. Menurut Singarimbun (1989) teknik snowball dilakukan dengan cara meminta kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Data karakteristik yang diambil untuk menunjang penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencaharian atau pekerjaan. Seluruh data karakteristik disajikan dalam bentuk tabel, keempat data karakteristik tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Jenis Data dan Pengumpulan Informasi
Data dan jenis informasi yang dikumpulkan dalam penelitian yang diakukan ini yaitu mengenai data spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tumbuhan pangan dan obat yang terdapat di kawasan KHDTK Haurbentes. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
4
Tabel 1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
No. Jenis Data Aspek Kajian Sumber Data Metode
1. Kondisi umum lokasi
penelitian
1. Letak, luas dan status kawasan
Studi literatur dalam sebuah penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang sudah dikerjakan orang lain dan bagaimana orang mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai sumber seperti dokumen, laporan penelitian, buku dan lain-lain yang kemudian diverifikasi di lapangan.
Observasi Lapang
5 mencari tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat secara disengaja sebagai sampel dan membuat dokumentasi.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk pengumpulan data awal, kemudian dikaji sehingga relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data dan informasi tersebut dikumpulkan dari penelitian terdahulu, buku, dokumen, dan sumber lainnya. Data yang diambil melalui studi pustaka adalah data kondisi umum yang meliputi: letak dan luas, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna.
Wawancara
Wawancara ditujukan kepada masyarakat sekitar kawasan KHDTK Haurbentes. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai spesies tumbuhan obat dan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes. Penetapan responden pertama secara purposive sampling (informasi kunci) dengan masing-masing 30 orang responden dari masyarakat kampung sekitar KHDTK Haurbentes yang memanfaatkan tumbuhan obat.
Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara menampilkan dan mengabadikan bentuk visual melalui objek gambar atau foto.
Survei Lapang
Survei lapangan dilakukan untuk mengambil data dasar maupun data pendukung di lokasi penelitian terkait penelitian yang akan dilakukan. Survei lapangan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi banyak atau sedikitnya masyarakat yang menggunakan tumbuhan pangan dan obat di sekitar KHDTK Haurbentes
2. Menentukan desa-desa yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Kriteria dalam penentuan desa antara lain: masyarakat yang terdapat di desa tersebut merupakan masyarakat lokal yang sudah turun temurun tinggal di Kampung Haurbentes dan Kampung Cileuksa, serta mengetahui spesies tumbuhan obat dan mengetahui cara penggunannya atau kelompok masyarakat yang membudidayakan tumbuhan pangan dan obat.
Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokan menjadi data spesies tumbuhan obat dan data pemanfaatan tumbuhan obat. Data pemanfaatan tumbuhan obat meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatakan atau digunakan obat, kelompok penyakit/kegunaan tumbuhan obat dan cara pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal di desa sekitar KHDTK Haurbentes. Penghitungan bagian tumbuhan yang digunakan dengan menggunakan rumus:
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi PenelitianKawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah hutan yang difungsikan sebagai hutan penelitian. Luas hutan penelitian yaitu 105,5 ha. Dari total luasan tersebut areal yang sudah dimanfaatkan oleh Litbang Kehutanan seluas ± 60 ha. Berlokasi di kecamatan Jasinga Bogor, sedangkan menurut administrasi kehutanan masuk kedalam Resort Polisi Hutan (RPH) Jasinga, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Jasinga, dan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bogor. Jarak dari Bogor-Jasinga ± 60 Km arah Rangkasbitung yang merupakan jalan provinsi dengan kondisi aspal dan dilanjutkan dengan jalan desa dengan kondisi berbatu-batu. Bila menggunakan kendaraan roda dua, dari bogor ke KHDTK Haurbentes memerlukan waktu ± 1 jam. Lokasi KHDTK Haurbentes secara geografis terletak pada 6º32º-6º33º LS dan 106º26º BT. Saat ini merupakan bagian dari TNGHS yang di batasi oleh Desa Curug Kecamatan Jasinga. KHDTK Haurbentes dikelilingi oleh 4 kampung yaitu kampung Haurbentes, Cileuksa, Cikeusal, dan Cibentang.
Sejak tahun 1940 sampai dengan tahun 1998 di Hutan Penelitian Haurbentes telah ditanam sebanyak 66 spesies tumbuh-tumbuhan, yang terdiri dari 22 spesies rotan, dan 44 spesies pohon. Dari 44 spesies pohon yang ditanam sebanyak 33 spesies adalah spesies Dipterrocarpus dua spesies, Dryobalanops dua spesies, Shorea 21 spesies, Hopea enam spesies dan Vatica satu spesies.
Sedangkan untuk fauna dapat ditemukan 6 spesies mamalia 5 suku yaitu lutung hitam (Trachpiteus villosus), surili (Presbytis comata), owa jawa (Hylobates moloch), bajing kelapa (Callosiurus notatus), musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), babi hutan (Sus scrofa), dan pelanduk kecil (Tragulus javanicus).
Adapun reptil dan amphibi yang ditemukan di KHDTK Haurbentes antara lain katak pohon hijau (Rhacoporus reindwartii), katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax), Bancet (Occidozyga leavis), katak mulut sempit (Microhyla achatina), katak kongkang kolam (Rana chalconata), katak sawah (Fejervarya cancrivora), katak sawah (Fejervarya limnocharis), kodok puru hutan (Bufo biporcatus), kodok buduk (Bufo melanostictus). Pada spesies reptil yang ditemukan diantaranya adalah ular viper pohon (Trimeresurus albolabris), ular lidah api (Dendrelaphis pictus), kadal kebun (Eutropis multifasciata). Spesies reptil yang ditemukan di kawasan KHDTK Haurbentes, areal KHDTK Haurbentes dapat digolongkan sebagai areal dataran rendah karena pada areal ini masih dapat hidup spesies ular Trimeresurus albolabris.
Karakteristik Responden
Umur/usia
7 Tabel 2 Karakteristik umur responden
Jenis Kelamin Umur Responden
Total 30-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun >60 Tahun
Pria 4 3 7 5 19
Wanita 3 3 3 2 11
Total 7 6 10 7 30
Paling banyak yang menggunakan tumbuhan obat adalah responden yang berusia 51-60 tahun (10 rsponden). Hal ini disebabkan penggunaan tumbuhan obat lebih banyak pada usia tersebut karena mereka mengerti serta memahami dalam penggunaan tumbuhan obat.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat di sekitar KHDTK Haurbentes, yaitu mulai dari SD, SMP dan SMA. Perincian tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat pada 2 kampung di sekitar KHDTK Haurbentes disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik pendidikan responden Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir
Total
SD SMP SMA
Pria 10 3 6 19
Wanita 5 1 5 11
Total 15 4 11 30
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan banyaknya masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat berlatar belakang pendidikan SD baik pria maupun wanita karena menurut masyarakat, penyembuhan penyakit dengan menggunakan tumbuhan obat lebih efektif daripada penyembuhan penyakit secara medis. Selain itu tidak memerlukan biaya yang mahal dalam memperoleh tumbuhan obat serta pengolahannya.
Pekerjaan/Mata Pencaharian
8
Tabel 4 Karakteristik pekerjaan/mata pencaharian responden
Jenis Kelamin Pekerjaan
Total Tidak tentu Petani Pedagang Swasta
Pria 5 8 3 3 19
Wanita 6 0 1 4 11
Total 11 8 4 7 30
Tabel 4 menunjukan bahwa masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes paling banyak bermata pencaharian sebagai petani dan berjenis kelamin pria .
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh responden diketahui 21 spesies tumbuhan dari 15 famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes di kampung Haurbentes dan Cikeusal desa Wirajaya sebagai obat alternatif atau obat tradisional. Informasi tentang pemanfaatan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes dapat dilihat pada Lampiran 2.
Lampiran 2 menunjukan bahwa spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat oleh masyarakat KHDTK Haurbentes terdapat 21 spesies tumbuhan dari 15 famili dan lokasi pengambilan tumbuhan obat bervariasi yaitu pengambilan di sawah, kebun, pekarangan, dan hutan.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes paling banyak diperoleh dari pekarangan rumah berjumlah 15 spesies tumbuhan, 6 spesies pengambilan di hutan, 5 spesies di sawah, dan 4 spesies di kebun.
Keanekaragaman tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat KHDTK Haurbentes menurut famili seperti disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut famili
Diagram di atas menunjukan bahwa terdapat 15 famili tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional jumlah spesies terbanyak hanya memiliki 2 spesies yaitu 6 famili diantaranya Amarantaceae, Asteraceae, Piperaceae, Solanaceae, Apiaceae, dan Zingiberaceae sedangkan sisanya hanya 1 spesies yaitu 9 famili diantaranya Acantaceae, Basellaceae, Caricaceae, Euphorbiaceae, Labiatae, Myrtaceae, Oleaceae, Plantaginaceae, dan
9 Pholypodiaceae. Dari 6 famili yang memiliki 2 spesies tumbuhan, banyak digunakan karena spesies tersebut mudah sangat ditemukan sesuai tempat tumbuhnya, selain itu khasiat dari spesies tumbuhan tersebut sebagai obat sudah banyak diketahui oleh masyarakat.
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitusnya
Berdasarkan habitus spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat KHDTK Haurbentes, bila dilihat dari tipe pertumbuhannya dapat digolongkan dalam empat tipe yaitu Perdu, Herba, Epifit dan Pohon. Seperti yang dijelaskan oleh Tjitrosoepomo 1988 dalam Damayanti 1999.
Spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe pertumbuhannya disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut tipe pertumbuhan/perawakan
Gambar 3 menjelaskan bahwa tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes berjumlah 21 spesies menurut perawakan diantaranya adalah dari golongan herba sebanyak 11 spesies, golongan perdu sebanyak 7 spesies, golongan pohon sebanyak 2 spesies, dan epifit sebanyak 1 spesies. Tumbuhan herba umumnya memiliki bagian-bagian tumbuhan yang lunak mengandung banyak getah, sehingga kelompok ini banyak dijadikan bahan baku obat-obatan tradisional oleh masyarakat setempat. Pada tumbuhan herba hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan sebagai obat atau sebagai kebutuhan lainnya seperti pangan.
Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian di KHDTK Haurbentes dijumpai 6 bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional. Pada umumnya bersumber
10
dari bagian daun, bunga, rimpang, akar, buah, bahkan seluruh bagian. Bagian tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat di KHDTK adalah bagian daun diperoleh dari 17 spesies. Hampir semua spesies tumbuhan berkhasiat obat yang diketahui masyarakat, bagian daunnya dapat diolah menjadi bahan obat tradisional yang mereka ramu, karena jenis daun sangat mudah untuk diperoleh. Selain dapat dijadikan sebagai ramuan obat, menurut masyarakat bagian daun dapat dijadikan sebagai pelengkap untuk pangan, karena bagian daun dapat dijadikan sebagai lalapan atau hidangan lainnya. Bagian daun yang dijadikan sebagai hidangan memiliki khasiat untuk menambah protein dan dapat menyembuhkan penyakit yang diderita secara berangsur, karena pengkonsumsian bagian daun yang dapat dimakan dikonsumsi secara terus-menerus/berangsur seperti pada Gambar 4.
Gambar 4 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional
Cara Penggunaan Tumbuhan Obat
Cara Pengolahan
Cara pengolahan dalam penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat KHDTK Haurbentes dilakukan dengan 4 cara yaitu direbus, ditumbuk, diparut, dan dimasak. Pengolahan yang dilakukan paling banyak, dilakukan dengan cara direbus dan ditumbuk, karena umumnya masyarakat meramu tumbuhan obat tersebut dalam bentuk jamu, sedangkan pengolahan yang paling sedikit dilakukan dengan cara dimasak dan diparut. Karena menurut masyarakat pengolahan yang dilakukan dengan cara direbus dan ditumbuk lebih ampuh dalam menyembuhkan penyakit yang dialaminya. Pengolahan tumbuhan obat dapat dilihat pada Gambar 5.
Daun; 56,67%
Bunga; 10%
Seluruh bagian; 16,67%; Rimpang; 6,67%
11
Gambar 5 Cara pengolahan tumbuhan Cara Pemakaian
Dalam penggunaan tumbuhan banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat, ada 5 cara dalam penggunaan yang dilakukan oleh masyarakat KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, yaitu diminum, ditempel, dibalur, dimakan, dan dikumur. Penggunaan dengan cara diminum paling banyak digunakan oleh masyarakat, karena menurut masyarakat selain mudah dalam pengolahannya, reaksi dari tumbuhan obat tersebut pun lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan cara lain. Cara pemakaian tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Cara pemakaian tumbuhan obat
12
Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat
Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, terutama di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal terdapat 15 kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat, diantaranya yaitu sakit kepala dan demam, penyakit otot dan persendian, penawar racun, penyakit saluran pembuangan, penyakit saluran pernafasan/THT, penyakit diabetes, gangguan peredaran darah, penyakit mulut, penyakit khusus wanita, pengobatan luka, penyakit kulit, perawatan kehamilan dan persalinan, tonikum, penyakit gigi, serta penyakit malaria. Jumlah jenis yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal adalah untuk mengobati kelompok penyakit otot dan persendian, yaitu sebanyak 5 responden. Masyarakat di kampung sekitar KHDTK Haurbentes pada umumnya bekerja sebagai petani atau bukan petani yang selalu mengangkat beban berat seperti mengangkut kayu bakar, sehingga keluhan penyakit yang sering mereka derita atau dirasakan seperti pegal-pegal dan reumatik. Data selengkapnya mengenai khasiat tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunaan menurut responden pada kampung Haurbentes dan kampung Cikeusal di KHDTK Haurbentes tersaji pada Gambar 7.
Gambar 7 Diagram jenis penggunaan tumbuhan obat
Dari semua penyakit yang diderita oleh masyarakat KHDTK Haurbentes terutama di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal diuraikan menurut tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat penawarnya.
Spesies Tumbuhan Obat untuk Mengobati Sakit Kepala dan Demam
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit kepala dan demam sebanyak 3 spesies yang digunakan oleh masyarakat kampung sekitar KHDTK Haurbentes, yaitu daun katuk (Sauropus adrogynus), gandarusa (Justicia dahona), ki urat (Plantago mayor). Zat yang terkandung dalam tumbuhan ki urat dan gandarusa antara lain kalium, alkaloid, dan indikan (Wakidi 2003). Tumbuhan ki urat dan gandarusa ditampilkan pada Gambar 8.
13
Gambar 8 tumbuhan obat (a) Ki urat (Plantago mayor), (b) Gandarusa (Justicia dahona)
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Otot dan Persendian
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit otot dan persendian sebanyak 8 spesies tumbuhan obat, diantaranya yaitu baluntas (Pluchea indica), cabai (Capsicum frutescens), gandarusa (Justicia dahona), melati (Jasminum sambac), meniran (Phyllantus ninuri), sirih merah (Piper crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Salah satu gambar tumbuhan obat pada Gambar 9.
Gambar 9 Meniran (Phyllantus ninuri)
Kandungan zat yang terdapat dalam tumbuhan meniran diantaranya filantin, kalium, dan hipofilantin (Wakidi 2003). Zat-zat tersebut yang dapat mengobati suatu penyakit.
Spesies Tumbuhan Obat Sebagai Penawar Racun
14
Gambar 10 Jahe (Zingiber officinale)
Spesies Tumbuhan Obat Untuk Penyakit Saluran Pembuangan
Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit pada saluran pembuangan sebanyak 6 jenis tumbuhan obat. 6 jenis tumbuhan obat tersebut yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus), binahong (Anredera cordifolia), jambu biji (Psidium guajava), ki urat (Plantago mayor), meniran (Phylanthus ninuri), sisik naga (Drymoglossum piloselloide). Bagian tumbuhan yang digunakan bisa berupa daun, akar, dan seluruh bagian tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang mengobati penyakit saluran pembuangan seperti pada Gambar 11.
Gambar 11 Jambu Biji (Psidium guajava)
Kandungan zat yang terkandung dalam daun jambu biji antara lain polifenol, karoten, flavonoid, dan tannin (Hapsari 2011).
15
.
Gambar 12 Ciplukan (Physalis angulata)
Daun dan akar ciplukan mengandung saponin dan flavonoid, disamping itu daunnya juga mengandung polifenol (Riset dan Teknologi Indonesia 2002). Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Diabetes
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit diabetes hanya 1 spesies saja yaitu sirih merah (Piper crocatum). Bagian yang digunakan hanya daunnya saja. Dalam penggunaanya daun sirih merah direbus kemudian diambil airnya untuk diminum. Pemakaian dianjurkan 1 hari 1 gelas untuk diminum. Sirih merah ditampilkan pada Gambar 13.
Gambar 13 Sirih Merah (Piper Crocatum)
Zat yang terkandung dalam sirih merah antara lain alkali, flavonoid, polivenol, tanin, minyak astiri, dan saponin (Oktaviani 2012).
Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Gangguan Peredaran Darah
16
Gambar 14 Bayam Merah (Althenanthera amoena)
Dalam bayam merah terdapat kandungan protein, mineral kalsium, zat besi dan vitamin ( A, B, dan C) (Fajria 2011).
Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Mulut
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit mulut terdapat 4 spesies tumbuhan yaitu cabai (Capsicum frutescens), sirih (Piper betle), sirih merah (Piper crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan terdiri dari daun, buah, dan seluruh bagian, sisik naga ditampilkan pada Gambar 15.
Gambar 15 Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides)
Kandungan senyawa yang terkandung dalam sisik naga antara lain saponin, polifenol, minyak astiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula (Khastini dan Setiyowati 2013)
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Khusus Wanita
17 digunakan dalah bagian daun dan seluruh bagian. Dalam pengolahannya bagian tumbuhan yang digunakan di rebus dan diambil airnya atau digerus kemudian di tempel pada bagian yang terkena penyakit. Sirih ditampilkan pada Gambar 16.
Gambar 16 Sirih (Piper betle)
Zat yang terkandung dalam sirih merah antara lain alkali, flavonoid, polivenol, tanin, minyak astiri, dan saponin (Oktaviani 2012).
Spesies Tumbuhan untuk Pengobatan Luka
Jumlah spesies tumbuhan yang berfungsi dalam pengobatan luka terdapat 5 spesies tumbuhan yaitu bandotan (Ageratum conyzoides), binahong (Anredera Cordifolia), ciplukan (Physalis angulata), daun katuk (Sauropus adrogynus), jawer kotok (Coleus atropurrieus). Bagian tumbuhan yang digunakan pada tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam pengobatan luka digunakan daunnya saja, dengan cara digerus atau ditumbuk yang kemudian di tempelkan pada luka. Salah satu tumbuhan yang berguna dalam pengobatan luka disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Bandotan (Ageratum conyzoides)
Kandungan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan bandotan antara lain asam amino, organacid, minyak terbang coumarin, ageratochromene, friedelin, betasitosterol, stigmasterol, dan pottassium chlorida (Setyowati 2010).
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Kulit
18
yang digunakan adalah daunnya saja. Dalam penggunaannya masyarakat biasanya menggunakan dengan cara digerus kemudian dibalurkan kebagian tubuh yang gatal atau bisa juga di gunakan ketika mandi.
Kandungan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan jawer kontok antara lain alkaloid, etil salisitas, metil eugenol, eugenol, timol, karvakrol, dan mineral. Oleh karenanya, jawer kotok menjadi tanaman obat yang cukup penting karena jawer kotok ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit saluran pembuangan, penyakit demam, hingga penyakit datang bulan. (Anonim 2012), salah jawer kotok disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18 Jawer kotok (Coleus atropurrieus) Spesies Tumbuhan untuk Perawatan Kehamilan dan Persalinan
Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk perawatan kehamilan dan persalinan terdapat 1 spesies tumbuhan yaitu daun katuk (Sauropus adrogynus). Daun katuk memiliki kandungan kimia yaitu zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, serta vitamin A, B1, dan C (Anonim, 2006). Selain itu, Soedibyo (1998) menambahkan bahwa dalam daun katuk juga mengandung senyawa steroid dan polifenol. Bagian tumbuhan yang digunakan hanya daunnya saja. Biasanya masyarakat menggunakannya dengan cara disayur atau direbus yang kemudian daunnya dimakan langsung. Khasiat dari tumbuhan ini untuk melancarkan ASI (Air Susu Ibu) ketika seorang ibu sedang menyusui.
Gambar 19 Daun katuk (Sauropus adrogynus) Spesies Tumbuhan yang Berfungsi Sebagai Tonikum
19 kuda (Centella asiatica). Bagian tumbuhan yang digunakan adalah buah dan daun. Dalam penggunaannya biasanya masyarakat memasaknya untuk bagian buah seperti cabai. Sedangkan untuk bagian daun masyarakat biasanya masyarakat merebus atau dimakan langsung. Senyawa yang terkandung dalam cabai antara lain fenol, flavonoid, vitamin (C dan E), beta karoten, dan pigmen karotenid (Yunita 2012). Tumbuhan cabai tersaji pada Gambar 20.
Gambar 20 Cabai (Capsicum frutescens) Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Gigi
Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit gigi hanya terdapat 1 spesies, yaitu ciplukan (Physalis angulata). Bagian yang digunakan adalah seluruh bagiannya. Dalam pengolahannya dilakukan dengan cara di rebus seluruh bagiannya, kemudian airnya digunakan untuk kumur-kumur dan diminum.
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Malaria
20
Gambar 21 Baluntas (Pluchea indica)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes diketahui memanfaatkan tumbuhan obat sebanyak 21 spesies, diantaranya adalah baluntas, jahe, kunyit, pepaya, daun katuk, sisik naga, ki urat, tapal kuda/antanan, meniran, sirih, sirih merah, jambu biji, ciplukan, bayam duri, bayam merah, bandotan, cabai, melati, gandarusa, binahong, dan jawer kotok.
Masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk mengobati 15 jenis penyakit diantaranya adalah sakit kepala dan demam, penyakit otot dan persendian, penawar racun, penyakit saluran pembuangan, penyakit saluran pernafasan/THT, penyakit diabetes, gangguan pendarahan, penyakit mulut, penyakit khusus wanita, pengobatan luka, penyakit kulit, perawatan kehamilan dan persalinan, tonikum, penyakit gigi, dan penyakit malaria.
Saran
1. Perlu adanya pengembangan pengetahuan tentang tumbuhan obat tradisional yang lebih luas pada masyarakat di sekitar kawasan KHDTK Haurbentes, terutama di kampung-kampung yang berada di sekitar KHDTK Haurbentes Jasinga, Bogor. Agar pengetahuan tersebut tidak punah atau hilang melalui penyuluhan yang didasari dengan hasil penelitian ini.
2. Memberikan penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat agar dapat berguna bagi masyarakat baik untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit secara mandiri, serta dapat mendukung ekonomi keluarga.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ajijah N., M. Iskandar. 1995. Menggali budaya orang tua tempo doeloe memanfaatkan tumbuhan obat di pedesaan di Jawa Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II. Puslitbang Biologi-LIPI, Fakultas Biologi UGM dan Ikatan Pustakawan Indonesia, Yogyakarta I: 61
– 70.
Anonim. 2005a. Beluntas. http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/lipi-pdii/beluntas.htm. [11 September 2014]
Anonim. 2005b. Beluntas. http:// www.asiamaya.com/ jamu/ isi/ beluntas_plucheaindicaless.htm. [11 September 2014].
Anonim. 2006. Katuk. http://www.ningharmanto.com/in-to/katu.htm. [11 September 2014].
Anonim. 2012. Obat Herbal dan Jamu Tradisional untuk Segala Macam Penyakit. http://semuaberkhasiat.blogspot.com/2012_10_01_archive.html. [12 September 2014]
Damayanti EK. 1999. Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Penting pada Berbagai Etnis di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Fajria MA. 2011. Pengukuran zat besi dalam bayam merah dan suplemen penambah darah serta pengaruhnya terhadap peningkatan hemoglobin dan zat besi dalam darah [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia. Hapsari R. 2011. Studi Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia
Dalam Fraksi Asam dari Daun Jambu Biji Lokal Daging Buah Merah (Psidium guajava L.) [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia. Hernani, Hayani E. 2001. Identification of chemical components on red ginger
(Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International Seminar on natural product chemistry and utilization of nature resources UI-Unesco, Jakarta. Hlm: 501.
Khastini RO, Setiyowati V. 2013. Uji aktivitas ekstrak air daun fertil dan steril sisik naga terhadap enteropatogenik E. Coli. Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNTIRTA. Banten. Hlm: 237.
Kenali Riset dan Teknologi Indonesia. 2002. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1-5 Seri RISTEK (CD-ROM Melestarikan Warisan Budaya Bangsa Seri ke-1). Jakarta: Kementrian Riset dan Teknologi.
Oktaviani D. 2012. Uji banding efektifitas ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dengan zinc pyrithione 1% terhadap pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada penderita berketombe [Skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Pusprohut (Pusat Produktivitas Hutan). 2012. Laporan Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITBANG) Kehutanan. Hlm: 19-24.
Setyowati FM. 2010. Etnoformotologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan. Puslitbang Biologi-LIPI, Bidang Botani, Bogor XX: 108.
22
Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan Kegunaan. Balai Pustaka, Jakarta.
Wakidi. 2003. Prospek Tumbuhan Obat Tradisional Untuk Menghancurkan batu Ginjal (Urolitikum). Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran. USU.
Winarto WP. 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Jilid 1. Jakarta: Karyasari Herba Media.
Yunita. 2012. Uji antioksidan ekstrak dan fraksi ekstrak daun cabe rawit (Capsicum frutescens L.) dan identifikasi golongan senyawa dari fraksi teraktif [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia.
23 Lampiran 1 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat.
Desa
Total
Jenis Penyakit/Penggunaan Haurbentes Cikeusal
Sakit Kepala Dan Demam 1 1 2
Penyakit Otot Dan Persendian 3 2 5
Penawar Racun 1 0 1
Penyakit Saluran Pembuangan 1 1 2
Penyakit Saluran Pernafasan/THT 1 0 1
Penyakit Diabetes 1 0 1
Gangguan Peredaran Darah 2 1 3
Penyakit Mulut 2 2 4
Penyakit Khusus Wanita 1 1 2
Pengobatan Luka 1 2 3
Penyakit Kulit 1 1 2
Perawatan Kehamilan Dan Persalinan 0 1 1
Tonikum 0 1 1
Penyakit Gigi 0 1 1
Penyakit Malaria 0 1 1
24 Lampiran 2 Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes
No
Spesies tumbuhan
/nama lokal Nama Ilmiah Famili
Bagian yang
digunakan Lokasi ditemukan
1 Baluntas Pluchea indica Asteraceae Daun dan akar Pekarangan
2 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Rimpang Kebun, pekarangan
3 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang Kebun, pekarangan
4 Pepaya Carica papaya Caricaceae Daun dan buah Kebun, ladang
5 Daun Katuk Sauropus adrogynus Euphorbiaceae Daun Kebun,pekarangan
6 Sisik Naga Drymoglossum piloselloides Polypodiaceae Daun Pekarangan, hutan
7 Ki Urat Plantago mayor Plantaginaceae Daun Hutan, sawah
8
Tapal
Kuda/Antanan Centella asiatica Apiaceae Seluruh bagian Pekarangan
9 Meniran Phyllanthus ninuri Euphorbiaceae Daun Hutan, Pekarangan, Ladang
10 Sirih Piper betle Piperaceae Daun Pekarangan
11 Sirih Merah Piper crocatum Piperaceae Daun Pekarangan
12 Jambu Biji Psidium guajava Myrtaceae Daun Kebun, pekarangan
13 Ciplukan Physalis angulata Solanaceae Seluruh bagian Sawah, kebun, hutan
14 Bayam Duri Amaranthus spinosus Amaranthaceae Daun Kebun, ladang
15 Bayam Merah Althenanthera amoena Amaranthaceae Daun Kebun, sawah
16 Bandotan Ageratum conyzoides Asteraceae Daun Hutan, sawah
17 Cabai Capsicum frutescens Solanaceae Buah Kebun, pekarangan
18 Melati Jasminum sambac Oleaceae Bunga Pekarangan
19 Gandarusa Justicia dahona Acanthaceae Daun Pekarangan, hutan
20 Binahong Anredera cordifolia Basellaceae Daun Pekarangan, hutan
Lampiran 3 Cara meramu tumbuhan obat dan khasiatnya
No Nama spesies Komposisi Cara penggunaan Khasiat
1 Cabai 5 buah cabai dicuci bersih, kemudian
diblender bersama 3 buah wortel dan 1 buah tomat, tambahkan air secukupnya
Diminum 1 kali sehari sebelum makan
Anti diabetes dan penghilang rasa sakit
2 Jahe 1 rimpang jahe, gula merah secukupnya
direbus bersamaan dengan 3 gelas air sampai mendidih
jari, biji kedawung (disangrai), air 3 gelas
Diminum 2 kali sehari sebanyak 1 gelas selama 4 hari
Mengobati mencret
4 Ki urat Daun ki urat secukupnya, air secukupnya,
kemudian digerus atau ditumbuk
Dibalurkan pada bagian yang sakit
Mengobati reumatik
5 Kunyit Rimpang kunyit 1 ruas jari, daun asam 10
helai, air sedikit kemudian di tumbuk kasar bersamaan
Tempelkan pada bagian yang luka dan diganti setiap 3 jam
Mengobati luka dan kurap
6 Melati Daun melati 9 helai, 1 genggam bunga
melati kemudian ditumbuk kasar
Dikompreskan pada bagian dahi Mengobati sakit kepala
7 Meniran 5 meniran (bentuk perdu/seluruh bagian)
direbus dalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas air. Tunggu sampai dingin, kemudian disaring
Diminum langsung habis Anti radang dan anti demam
8 Pepaya Daun pepaya muda dan segar 1 helai, asam
secukupnya, air 2 gelas, direbus sampai mendidih
Diminum 2 kali sehari, setiap kali minum 1 gelas
Mengobati demam dan mulas
9 Baluntas ± 20 helai daun direbus dengan 2 gelas air,
kemudian di ambil air rebusannya
Diminum setengah gelas, 1 hari 2 kali
Mengobati penyakit malaria
10 Daun katuk Daun katuk secukupnya dimasak (jangan
terlalu matang)
Dimakan setiap hari ketika sedang menyusui
Sebagai perawatan kehamilan dan persalinan
Lampiran 3 Cara meramu tumbuhan obat dan khasiatnya
No Nama
spesies
Komposisi Cara penggunaan Khasiat
11 Sisik naga ± 2 genggam tangan dewasa sisik naga
di rebus, kemudian saring airnya
Diminum 1 hari 3 kali sebanyak setengah gelas
Mengobati penyakit mulut
12 Tapal
kuda/antanan
± 1 genggam tangan dewasa antanan, kemudian cuci bersih
Dimakan setiap hari, dapat dijadikan sebagai lalapan
Mengobatai darah tinggi
13 Sirih ±10 helai daun sirih direbus dengan 3
gelas air, kemudian ambil airnya
Diminum 1 hari 2 kali Mengobati penyakit wanita
14 Sirih merah ± 20 lembar daun sirih merah direbus,
kemudian diambil airnya
Diminum 2 kali sehari Mengobati penyakit diabetes
15 Ciplukan 3 tangkai ciplukan (seluruh bagian)
dipotong-potong, kemudian direbus dengan 5 gelas air, lalu diambil airnya
Diminum 3 kali sehari Mengobati penyakit saluran
pernafasan/THT
16 Bayam duri 2 ikat bayam duri dimasak daunnya
bersama 3 siung bawang merah
Dimakan daun beserta air rebusannya setiap hari
Mengobati penyakit saluran pembuangan
17 Bayam
merah
2 ikat bayam duri dimasak daunnya bersama 3 siung bawang merah
Dimakan daun beserta air rebusannya setiap hari
Mengobati gangguan peredaran darah
18 Bandotan ± 15 helai daun (tergantung ukuran
luka) digerus/ditumbuk, tambahkan kapur sirih
Tempelkan pada bagian tubuh yang terluka
Pengobatan luka
19 Gandarusa ± 15 helai daun gandarusa di tumbuk
kasar
Tempelkan pada bagian dahi untuk mengompres
Mengobati sakit kepala dan demam
20 Binahong ± 15 helai daun (tergantung ukuran
luka) digerus/ditumbuk, tambahkan kapur sirih
Tempelkan pada bagian tubuh yang terluka
Pengobatan luka
21 Jawer kotok 2 genggam (tangan orang dewasa)
daun ditumbuk halus
Balurkan pada bagian tubuh yang terkena penyakit
Mengobati penyakit kulit
27
Lampiran 4 Jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat
kampung Haurbentes dan kampung Cikeusal
Jenis tumbuhan yang digunakan
No Kampung Haurbentes Kampung Cikeusal
1 Baluntas Jahe
2 Jahe Kunyit
3 Kunyit Pepaya
4 Pepaya Gandarusa
5 Daun Katuk Jawer Kotok
6 Sisik Naga Ciplukan
7 Ki Urat Daun Katuk
8 Tapal Bayam Duri
9 Antanan Bayam Merah
10 Sirih Bandotan
11 Sirih Merah Sirih
12 Jambu Biji Cabai
28
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 9 Maret 1990 dari pasangan Bapak H. Marimin Al Sukidjo dan Ibu Sumarsih. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK Semboja Sari Kotamadya Bogor (1995-1996), SD Negeri Empang 2 Bogor (1996-2002). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan formal di SMP PGRI 5 Bogor (2002-2005) dan SMA PGRI 1 Bogor (2005-2008). Pada tahun 2008, Penulis lulus seleksi masuk ke perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota biro kekeluargaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) IPB, serta menjadi anggota FOKA (Fotografi Konservasi) HIMAKOVA (2009-2010). Selain itu, mahasiswa juga aktif di berbagai kepanitiaan baik yang bersifat internal kampus maupun eksternal kampus.