• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Biji Karet (Havea Brasiliensis) Sebagai Bahan Anestesi Pada Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Biji Karet (Havea Brasiliensis) Sebagai Bahan Anestesi Pada Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma Macropomum)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI BIJI KARET (

Havea brasiliensis

) SEBAGAI BAHAN

ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI KERING

IKAN BAWAL AIR TAWAR (

Colossoma macropomum

)

RIO SENA EKA NURSHIDIQ

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Rio Sena Eka Nurshidiq

(4)

ABSTRAK

RIO SENA EKA NURSHIDIQ. Aplikasi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan PIPIH SUPTIJAH.

Bahan anestesi alami untuk ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) pada penelitian ini menggunakan ekstrak kasar biji karet (Havea brasiliensis).

Penelitian ini bertujuan mendapatkan konsentrasi terbaik ekstrak kasar biji karet, informasi tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar dengan pemberian bahan anestesi tersebut dan perlakuan suhu serta tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar dalam simulasi transportasi kering. Konsentrasi terbaik adalah 27,5% dengan waktu pingsan 2,59 menit dan waktu bugar 4,55 menit. Rentang waktu pingsan yaitu 1, 2, dan 3 jam dengan suhu 17 oC. Waktu ke 1 dan 2 jam menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 88,89%. Waktu ke 3 jam menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 55,55%. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi dalam simulasi transportasi kering adalah pada waktu 30 menit yaitu sebesar 93,33%.

Kata kunci: Anestesi, biji karet, ikan bawal air tawar, transportasi kering

ABSTRACT

RIO SENA EKA NURSHIDIQ. Application Seed of Rubber Tree’s (Havea brasiliensis) as Anaesthetic in Dried Transport Simulation for Tambaqui (Colossoma macropomum). Supervised by RUDDY SUWANDI and PIPIH SUPTIJAH.

This research use seed of rubber tree (Havea brasiliensis) as natural anaesthetic material for tambaqui (Colossoma macropomum). The main objective of this research is to obtain the best concentration the seed crude extract as the anaesthetic substance, the survival rate of tambaqui of the being treated with temperature and transport simulation.The best concentration of the crude extract was 27.5% and it was 2.59 minutes for fainting time and 4.55 for recovery time. The fainting span times was 1, 2, and 3 hours with temperature 17 oC. The survival rate of the fainted fish during 1 and 2 hours was 88.89%, and during 180 minutes was 55.55%. The highest survival rate in dry transport simulation was only 93.33% for 30 minutes.

(5)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

APLIKASI BIJI KARET (

Havea brasiliensis

) SEBAGAI BAHAN

ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI KERING

IKAN BAWAL AIR TAWAR (

Colossoma macropomum

)

RIO SENA EKA NURSHIDIQ

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Aplikasi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Kering Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1 Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Dr Dra Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing atas segala arahan, motivasi, dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

2 Dr Eng Uju, SPi MSi selaku dosen penguji, atas segala saran dan arahan yang diberikan kepada penulis.

3 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.

4 Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih atas bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu yang diberikan.

5 Keluarga Bapak Hidayat yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan penelitian kepada penulis.

6 Ibu dan Bapak (Yeyet Yuliawati, SPd MPd dan Sodikin, SPdI), adik-adik serta keluarga besar tercinta atas semangat, do’a dan motivasi yang luar biasa kepada penulis.

7 Nisa Habibah Kuswandi atas segala dukungan, motivasi, semangat, dan do’a yang tulus kepada penulis.

8 Keluarga besar THP 48 atas motivasi, semangat, dan kebersamaannya.

9 Rekan-rekan 5 KM (Arini Sabila Mardhatika, Ayu Astriandari, Konita Rahman, Susi Mary Marini) atas kebersamaan dan dukungannya kepada penulis.

10 Keluarga besar Pendofo 55 (Anwar, Tito Gustien AS, Tomi As’ad Ginanjar, Imam Busyra Abdillah, Parid Ridwan Nugraha, Iman Darmawan) atas kebersamaan dan dukungannya kepada penulis.

11 Keluarga besar Wisma Baitussalam yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta do’a kepada penulis.

Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat.

Bogor, November 2015

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 3

Waktu dan Tempat ... 3

Bahan ... 3

Alat ... 3

Prosedur Penelitian ... 3

Prosedur Analisis ... 6

Rancangan Percobaan ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

Karakteristik Perairan Budidaya Ikan Bawal Air Tawar ... 9

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Pingsan .... 10

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Bugar ... 11

Perlakuan Suhu terhadap Survival Rate dalam Selang Waktu ... 12

Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar ... 14

Simulasi Transportasi Kering ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 19

(9)
(10)

0

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik air ... 9

2 Mekanisme ikan selama proses pemingsanan ... 11

3 Kadar glukosa darah ikan bawal air tawar pada waktu pemingsanan ... 14

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian ... 4

2 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu pingsan ... 10

3 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu bugar ... 12

4 Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dengan suhu 15 ºC dan 17 ºC ... 13

5 Pengaruh waktu penyimpanan terhadap survival rate ikan bawal air tawar . 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel analisis ragam (ANOVA) data penelitian ... 21

2 Tabel uji lanjut Tukey data penelitian ... 21

3 Dokumentasi penelitian ... 22

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan menjadi komoditas pangan yang sangat penting. Kandungan gizi ikan yang tinggi menjadi penunjang ketahanan pangan. Perhatian konsumsi ikan semakin meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi bagi tubuh. Hal tersebut terbukti dari tingkat konsumsi ikan nasional yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, pada tahun 2012 sebesar 33,89 kg/kapita dan tahun 2013 sebesar 35,21 kg/kapita. Peningkatan konsumsi ikan nasional berdampak pula pada peningkatan produksi perikanan Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,23% dibandingkan tahun 2012 atau mencapai 19,5 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 15,5 juta ton (KKP 2014).

Salah satu komoditas perikanan air tawar yang telah dibudidayakan secara intensif adalah ikan bawal (Colossoma macropomum). Data produksi ikan bawal air tawar nasional pada tahun 2011 mencapai 1,2 juta ton. Habitat ikan bawal air tawar adalah Brazil, ikan ini memiliki keunggulan yaitu daging yang gurih serta tidak banyak duri. Pemasaran ikan ini mencakup pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Kendala yang dihadapi dalam pemasaran ikan hidup adalah transportasi serta jarak tempuh yang lama, sehingga diperlukan waktu yang lama untuk dapat mempertahankan ikan dalam keadaan hidup sampai di tempat tujuan. Pasar lokal yang mendominasi permintaan ikan bawal air tawar antara lain Tangerang, Bogor, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Contohnya produksi ikan bawal air tawar dari Waduk Cirata (Cianjur) dan Jatiluhur (Purwakarta) didistribusikan ke TPI Muara Baru dan Muara Angke (KKP 2011).

Cara yang dilakukan untuk menghadapi kendala transportasi ikan hidup adalah teknik anestesi. Anestesi bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan sampai ke tempat tujuan sehingga jarak tempuh transportasi dapat lebih jauh dan meningkatkan kapasitas angkut (Sukarsa 2005). Bahan anestesi terdiri dari dua jenis, yaitu bahan kimia dan alami. Bahan kimia sebagai bahan anestesi seperti MS-222 (tricaine methane sulphonate) dan acepromazine (Tampubolon 2012). Bahan anestesi alami yang telah digunakan pada ikan bawal air tawar contohnya ekstrak hati pisang (Musa spp) memiliki hasil terbaik pada konsentrasi 10% dengan waktu penyimpanan 90 menit dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 86,67% (Abdullah 2012), serta bahan anestesi ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus) memiliki hasil terbaik pada konsentrasi 3% dengan waktu penyimpanan 120 menit dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 100% (Hanum 2014). Bahan alami lain yang dapat digunakan dalam anestesi ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan ekstrak biji karet (Havea brasiliensis) menghasilkan konsentrasi terbaik 10% dengan waktu penyimpanan 7 jam dan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 76,6% (Ongge 2001)

(12)

2

pembuatan sabun, pelunak karet, minyak pengering, dan alkaloid resin. Ampas dari ekstraksi minyak berguna untuk pakan ternak atau pupuk (Handayani et al. 2015). Penelitian ini memanfaatkan biji karet untuk anestesi ikan bawal air tawar, selain memberikan informasi mengenai biji karet sekaligus menambah pengetahuan pemanfaatan biji karet dalam bidang perikanan khususnya pada teknologi penanganan transportasi ikan bawal air tawar. Pemanfaatan biji karet sebagai bahan anestesi ikan nila telah dilakukan oleh Ongge (2001) menghasilkan konsentrasi terbaik yang rendah sehingga ikan nila dapat disimpulkan memiliki daya tahan tubuh yang rendah, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan biji karet sebagai bahan anestesi ikan bawal air tawar untuk mengetahui pengaruh konsentrasi biji karet terhadap daya tahan ikan bawal air tawar.

Perumusan Masalah

Peningkatan konsumsi ikan di masyarakat perlu diiringi dengan peningkatan mutu dan kualitas komoditas perikanan, terutama untuk jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Hal yang mendasari perlunya teknologi transportasi yang dapat mempertahankan mutu dan kualitas komoditas ikan bawal air tawar sampai ke konsumen. Pemberian ekstrak kasar biji karet sebagai bahan anestesi diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah transportasi biota perikanan, sehingga dihasilkan ikan bawal air tawar yang berkualitas baik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kemampuan biji karet (Havea brasiliensis) yang diaplikasikan dalam proses pemingsanan ikan bawal air tawar pada transportasi kering.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aplikasi ekstrak kasar biji karet sebagai bahan anestesi pada ikan bawal air tawar, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dalam simulasi transportasi kering, suhu optimum ikan bawal air tawar dalam transportasi kering, kualitas air yang baik untuk ikan bawal air tawar, pengaruh pemingsanan dengan bahan anestesi ekstrak kasar biji karet pada kadar glukosa darah ikan bawal air tawar, waktu penyimpanan terbaik bagi ikan bawal air tawar dalam transportasi.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Februari hingga Juni 2015. Preparasi biji karet dan simulasi transportasi dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses anestesi dan analisis glukosa darah pada ikan bawal air tawar dilakukan di kolam budidaya daerah Cikupa, RT 03 RW 01, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan bawal air tawar dengan bobot 142-198 g/ekor yang berasal dari kolam budidaya daerah Cikupa, RT 03 RW 01, Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Biji karet berasal dari Desa Cikabayan, Kecamatan Dramaga, es batu, sekam padi, akuades, indikator phenolphthalein (PP), dan NaOH 0,0227 N.

Alat

Alat yang digunakan antara lain pipet volumetri, gelas ukur, akuarium, aerator, DO meter lutro mode DO-5510, pH meter Orion model 410A, glucoDR

AGM-2100, GlucoDR strip code 8, alat suntik, spektrofotometer model SP-300,

timer, blender, wadah plastik, botol sampel, alumunium foil, sudip, alat simulasi transportasi, timbangan, Styrofoam berukuran 33x25x21 cm3, termometer, dan kain saring belacu.

Prosedur Penelitian

(14)

4

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Ekstraksi biji karet dengan akuades

Ekstrak kasar biji karet

Pemingsanan dengan konsentrasi 22,5% ; 25% ; dan 27,5% (b/v)

Konsentrasi terbaik

Pemuasaan 24 jam dan aklimatisasi 10 menit

Ikan bawal air tawar 142 – 198 g/ekor Biji karet

Pemingsanan dengan konsentrasi terbaik

Pengujian survival rate pada air T = 15 oC dan 17 oC dengan

waktu 60, 120 dan 180 menit

Suhu terbaik

Pemingsanan dengan konsentrasi terbaik dan penyimpanan dalam

waktu 60, 120, dan 180 menit dengan suhu terbaik

Analisis karakteristik air Sampel air budidaya

ikan bawal air tawar

1 Analisis glukosa darah 2 Simulasi transportasi 3 Analisis data Preparasi (pemisahan daging

(15)

5

Preparasi dan ekstraksi sampel biji karet (modifikasi Ongge 2001)

Preparasi dilakukan dengan memisahkan daging dari cangkangnya dengan cara memecahkan cangkang biji karet. Biji karet yang digunakan adalah biji karet yang telah matang yang ditandai dengan cangkang yang berwarna coklat tua (Lampiran 3b). Ekstraksi biji karet diawali dengan penghancuran daging biji karet dengan blender dan ditambahkan pelarut akuades (Lampiran 3c). Hasil penghancuran biji karet tersebut kemudian disaring menggunakan kain belacu (Lampiran 3d). Filtrat yang dihasilkan dari proses ekstraksi digunakan sebagai bahan anestesi. Konsentrasi yang digunakan adalah 22,5% ; 25% ; dan 27,5% (b/v) dengan bobot sampel biji karet berturut-turut 900 g, 1000 g dan 1100 g serta masing-masing ditambahkan pelarut akuades bervolume 4 L.

Pemuasaan dan aklimatisasi (Abdullah 2012)

Selama 24 jam sebelum proses pemingsanan ikan bawal (Lampiran 3a) dipuasakan terlebih dahulu, yaitu dengan perlakuan tidak diberi asupan makanan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin kotoran yang ada dalam perut, serta mengurangi aktivitas metabolisme ikan selama transportasi, sehingga pada saat proses pemingsanan ikan bawal air tawar berada dalam kondisi yang sama. Proses aklimatisasi atau adaptasi ikan dalam lingkungan perairan baru sebelum proses pemingsanan dilakukan selama 10 menit dalam akuarium. Air yang digunakan dalam pemuasaan dan aklimatisasi bersuhu ruang.

Pemingsanan ikan bawal air tawar (modifikasi Abdullah 2012)

Ikan bawal air tawar terlebih dahulu dipingsankan dengan tiga konsentrasi ekstrak kasar biji karet, yaitu 22,5% ; 25% ; dan 27,5% (b/v). Ikan bawal air tawar sebanyak 3 ekor dipingsankan dalam wadah dengan 4 L ekstrak biji karet. Tahap ini dilakukan pengamatan waktu pingsan dan waktu bugar (recovery time). Tahap pemingsanan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada masing-masing konsentrasi, pada setiap ulangan untuk masing-masing konsentrasi digunakan 3 ekor ikan bawal air tawar, sehingga total ikan bawal air tawar yang digunakan pada tahap ini adalah 27 ekor.

Penentuan suhu terbaik berdasarkan survival rate (modifikasi Sukmiwati dan Sari 2007)

(16)

6

Simulasi transportasi (modifikasi Sukarsa 2005)

Analisis ini diawali dengan pemingsanan 20 ekor ikan bawal air tawar dengan konsentrasi terbaik, setelah ikan pingsan kemudian dikemas dalam media sekam padi bersuhu optimum untuk ikan bawal air tawar, nilai suhu yang digunakan didapatkan dari analisis penentuan suhu optimum yang telah dilakukan sebelumnya. Pengemasan dilakukan menggunakan 3 kemasan kotak styrofoam

berukuran 33x25x21 cm3. Dasar kotak styrofoam diberi hancuran es kemudian ditaburkan sekam padi lembab bersuhu 17 oC. Di atas lapisan sekam padi dimasukkan secara berderet 5 ekor ikan bawal air tawar yang telah dibungkus kain belacu. Di atas ikan tersebut ditaburkan kembali media sekam padi lembab dingin, kemudian kotak styrofoam ditutup rapat. Setelah itu ikan diberi perlakuan simulasi transportasi dan ditransportasikan selama 0, 30, 60, dan 90 menit (Lampiran 3f). Proses ini dilakukan menggunakan simulator yang dapat menghasilkan getaran. Setelah diberi perlakuan simulasi transportasi selama 0, 30, 60, dan 90 menit kemasan dibongkar, ikan bawal air tawar diangkat serta media sekam padi yang menempel pada ikan dibersihkan dengan air bersih. Ikan bawal air tawar dibugarkan di dalam air bersih bersuhu ruang dengan penambahan aerator. Tahap ini dilakukan dengan 3 kali ulangan pada masing-masing waktu, sehingga total ikan yang digunakan berjumlah 60 ekor. Jumlah ikan yang masih hidup dan mati dicatat untuk dianalisis nilai survival rate. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan

survival rate ikan bawal air tawar adalah sebagai berikut:

SR % = UoUt x 100%

Keterangan:

SR = Tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar (%)

Ut = Jumlah ikan bawal air tawar hidup setelah simulasi transportasi Uo = Jumlah ikan bawal air tawar hidup yang dikemas

Prosedur Analisis

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisis glukosa darah pada proses sebelum dan setelah pemingsanan, analisis kualitas air dengan parameter suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan Total amonia Nitrogen (TAN) pada proses sebelum dan setelah pemingsanan, simulasi transportasi serta perhitungan tingkat kelangsungan hidup (survival rate), dan analisis data.

Analisis glukosa darah (modifikasi Roohi dan Imanpoor 2015)

(17)

7

tersebut. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan kemudian ikan dibugarkan dan dianalisis glukosa darah setelah proses pemingsanan, nilai yang diperoleh kemudian dicatat sebagai nilai glukosa darah setelah proses pemingsanan. Tahap analisis glukosa darah dilakukan dengan 3 kali ulangan, setiap ulangan menggunakan 9 ekor ikan, sehingga total ikan yang digunakan pada tahap ini berjumlah 27 ekor.

Analisis karakteristik air (Boyd 1982)

Karakteristik air dapat mempengaruhi fisiologis ikan salah satunya tingkat stres ikan, karakteristik air yang buruk dapat menyebabkan ikan stres karena sulitnya ikan untuk beradaptasi (Toni et al. 2013). Analisis karakteristik air pada penelitian ini menggunakan air budidaya ikan bawal (Lampiran 3h). Analisis karakteristik air dilakukan dengan 3 kali ulangan. Metode analisis karakteristik air (Boyd 1982) menggunakan parameter suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH) dan Total Amonia Nitrogen (TAN).

Suhu

Suhu perairan yang optimal untuk budidaya berbeda-beda, hal ini bergantung pada jenis ikan dalam budidaya tersebut (Khairuman dan Amri 2009). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer berskala 80 ºC. Sampel air sebelum dan setelah pemingsanan dipindahkan dalam wadah, kemudian termometer dicelupkan ke dalam wadah tersebut.

Oksigen terlarut (DO)

Dissolved oxygen (DO) merupakan salah satu parameter yang paling kritis dalam kualitas air. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan. Alat yang digunakan untuk mengukur DO adalah DO-meter. Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam pengukuran DO antara lain kalibrasi alat, sebanyak 50 mL sampel dimasukkan dalam erlenmeyer, homogenisasi sampel dengan serta pengukuran oksigen terlarut.

Derajat keasaman (pH)

Perairan budidaya sangat perlu memperhatikan nilai pH atau derajat keasaman (dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen), nilai pH menunjukkan perairan tertentu bersifat asam atau basa. Nilai pH dapat menjadikan acuan suatu perairan dapat dijadikan sebagai tempat budidaya (Kordi 2010). Pengukuran pH diukur menggunakan pH-meter. Sebanyak 50 mL larutan sampel dihomogenkan, pegukuran dilakukan dengan pH-meter.

Total Amonia Nirogen (TAN)

(18)

8

TAN (mg/L) = Abs. sampelAbs standar - Abs blanko- Abs. blanko x C x D

Keterangan:

Abs. sampel = Nilai absorbansi larutan sampel Abs. standar = Nilai absorbansi larutan standar Abs. blanko = Nilai absorbansi blanko

C = Konsentrasi larutan standar (1 mg/L) D = Nilai destilasi (0,1)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan terdiri dari faktor utama yaitu tingkat konsentrasi ekstrak kasar biji karet sebanyak 3 taraf (22,5%; 25%; 27,5%). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dengan setiap unit percobaan terdiri atas tiga ekor ikan bawal air tawar. Hasil penelitian pengaruh pemberian ekstrak kasar biji karet terhadap waktu pingsan dan waktu bugar ikan bawal air tawar diuji dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Analisis data (Steel dan Torrie 1993)

Data penelitian dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 22. RAL merupakan salah satu model rancangan dalam percobaan yang dapat digunakan bila unit percobaan homogen. Rancangan ini disebut rancangan acak lengkap karena pengacakan perlakuan dilakukan pada seluruh unit percobaan. Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan konsentrasi ekstrak biji karet ke-i dan ulangan ke-j

μ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan

τi = Pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak biji karet ke-i

εij = Galat pengamatan pada perlakuan konsentrasi ekstrak biji karet ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan analisis ragam (ANOVA). Apabila hasil analisis data menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey (multiple comparisons). Analisis ragam ANOVA dilakukan dengan uji F pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Hipotesis pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet sebagai berikut:

H0 = Perbedaan konsentrasi ekstrak biji karet tidak berpengaruh nyata terhadap waktu pingsan ikan bawal air tawar.

(19)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Perairan Budidaya Ikan Bawal Air Tawar

Karakteristik air merupakan salah satu aspek penting dalam perairan budidaya ikan. Karakteristik air dapat mempengaruhi sifat fisiologis ikan, karakteristik air yang buruk dapat menyebabkan ikan stres karena sulitnya ikan untuk beradaptasi. Lingkungan perairan dan karakteristik air dapat mempengaruhi stres pada ikan (Toni et al. 2013). Tahap analisis karakteristik perairan budidaya dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian dengan standar. Hasil pengamatan karakteristik air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik air

Sumber: aKhairuman dan Amri (2009) bDjarijah (2001)

cGhufran dan Kordi (2010)

Tabel 1 menunjukkan hasil pengamatan karakteristik air dengan 4 parameter yaitu suhu, DO, pH dan TAN. Mood (2004) menyatakan bahwa parameter karakteristik air dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu fisik (salinitas, suhu), kimia (pH, konduktivitas, oksigen terlarut/DO) dan biologi. Masing-masing biota perairan memiliki nilai optimal karakteristik air.

Parameter suhu air budidaya berada pada kisaran standar. Penelitian Khairuman dan Amri (2009) menyatakan bahwa standar suhu optimal untuk perairan budidaya ikan bawal air tawar adalah 25 oC hingga 30 oC. Jika budidaya ikan dilakukan dibawah suhu 25 oC, maka pertumbuhan ikan terhambat yang dipengaruhi oleh fluktuasi suhu, suhu siang hari yang tinggi sedangkan malam hari suhu dingin. Hal ini disebabkan energi ikan digunakan untuk bertahan hidup dengan faktor fluktuasi suhu (Ghufran dan Kordi 2010). Suhu perairan yang tinggi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh ikan, karena tidak dapat mentoleransi kondisi

tersebut sehingga dapat menyebabkan stres dan kematian pada ikan (Leung et al. 2015).

Dissolved oxygen merupakan salah satu parameter yang paling kritis dalam karakteristik air. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan. Nilai DO air budidaya berada pada kisaran standar. Djarijah (2001) menyatakan bahwa standar nilai DO optimal untuk perairan budidaya ikan bawal air tawar adalah ≥ 3. Junianto (2003) menyatakan bahwa stres pada ikan dapat terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan yang mendadak sehingga mengakibatkan kebutuhan konsumsi oksigen meningkat.

(20)

10

tawar. Nilai pH yang rendah dan cenderung menurun pada perairan budidaya juga disebabkan oleh tingginya akumulasi CO2 dalam air. Wurts & Durborow (1992) menyatakan konsentrasi CO2 dapat meningkat akibat hasil respirasi. CO2 yang dilepaskan organisme akuatik selama respirasi akan berinteraksi dengan air sehingga membentuk asam karbonat yang bersifat dapat menurunkan pH, reaksi yang terjadi sebagai berikut:

H2O + CO2 => H2CO3-

Perubahan nilai pH perairan yang meningkat disebabkan oleh keadaan ion hidroksil yang lebih besar dibandingkan ion hidrogen (Irianto 2005).

Amonia merupakan sisa metabolisme ikan, dalam perairan budidaya 20% sampai 40% nitrogen terkandung dalam protein pakan ikan. Sisa nitrogen di dalam kolam di ekskresikan sebagai amonia nitrogen. Sisa metabolisme dilepaskan ke dalam air sebagai amonia nitrogen oleh organisme pengurai. Total Amonia Nitrogen terdiri dari dua unsur yaitu NH3 dan NH4 (Zhou et al. 2015). Ghufran dan Kordi (2010) menyatakan nilai TAN sebesar ≤ 0,10 merupakan standar perairan budidaya ikan bawal. Hasil analisis menunjukkan nilai TAN air budidaya berada pada standar. Zhou et al. (2015) menyatakan bahwa peningkatan suhu berbanding lurus dengan peningkatan nilai TAN yang disebabkan oleh prningkatan amonia dalam perairan budidaya.

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kasar Biji Karet terhadap Waktu Pingsan Pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak kasar biji karet terhadap waktu pingsan ikan bawal air tawar dilakukan untuk melihat waktu pingsan tercepat diantara masing-masing konsentrasi tersebut. Pencatatan waktu pemingsanan ikan bawal dilakukan mulai dari kondisi normal sampai kondisi pingsan. Hasil pengamatan masing-masing konsentrasi ekstrak kasar biji karet terhadap waktu pingsan ikan bawal air tawar disajikan pada Gambar 2.

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05)

Gambar 2 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu pingsan

(21)

11

Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar biji karet, maka semakin cepat pula waktu pingsan ikan bawal air tawar. Hasil analisis keragaman (ANOVA) dan uji Tukey menunjukkan perbedaan konsentrasi ekstrak kasar biji karet memiliki pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap waktu pingsan ikan bawal air tawar (Lampiran 1-2). Sukarsa (2005) menyatakan perbedaan waktu pingsan disebabkan oleh tingginya konsentrasi ekstrak, jika semakin tinggi konsentrasi ekstrak bahan anestesi yang terserap dalam jangka waktu tertentu maka akan mengakibatkan fase pingsan semakin cepat tercapai. Bagheri dan Imanpoor (2011) menambahkan pemingsanan terbaik dan ideal adalah yang mampu memingsanan ikan dengan waktu tidak lebih dari 3 menit, sehingga konsentrasi 27,5% dinyatakan sebagai konsentrasi terbaik.

Suwandi et al. (2012) menyatakan penambahan ekstrak daun jambu biji dapat menurunkan laju metabolisme ikan nila yang ditunjukkan dengan gerak tutup insang, gerak tubuh, gerak sirip ikan yang semakin lambat. Hidrogen Sianida (HCN) yang terdapat dalam biji karet dapat menyebabkan ikan kehilangan kesadaran, HCN yang terikat disebut sebagai linamarin (C10H17O6N). Linamarin merupakan salah satu alkaloid yang bersifat racun, namun linamarin pada tumbuhan karet memiliki fungsi sebagai pelindung dari serangga (Lieberei et al. 1986).

Pengaruh komponen linamarin yang terkandung dalam biji karet berdampak pada kondisi atau tingkah laku ikan yang dapat diamati berdasarakan lamanya waktu pingsan. Mekanisme ikan selama proses pemingsanan dengan 3 konsentrasi yang berbeda disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Mekanisme ikan selama proses pemingsanan

Waktu (menit)

(22)

12

Keterangan:Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05)

Gambar 3 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu bugar Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kasar biji karet, maka semakin lama pula waktu bugar ikan bawal air tawar. Hasil analisis keragaman (ANOVA) dan uji Tukey menunjukkan perbedaan konsentrasi ekstrak kasar biji karet memiliki pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap waktu bugar ikan bawal air tawar (Lampiran 1-2). Semakin rendah konsentrasi ekstrak kasar biji karet, maka semakin cepat ikan bawal air tawar untuk kembali sadar. Sukmiwati dan Sari (2007) menyatakan tingginya konsentrasi bahan anestesi yang diberikan pada ikan proses pemulihannya semakin lama. Hal ini disebabkan oleh kemampuan ikan membersihkan bahan pembius dari tubuhnya. Keadaan pulih sadar ditunjukkan dengan pergerakan ikan yang aktif dan responsif terhadap rangsangan. Sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan mulai stabil seiring dengan berpindahnya bahan pembius dari jaringan tubuh ikan ke lingkungan.

Hasil tersebut menunjukkan konsentrasi 27,5% menghasilkan waktu bugar yaitu 4,55 menit. Bagheri dan Imanpoor (2011) menyatakan waktu bugar ikan harus singkat untuk menjaga kondisi tetap segar. Waktu pembugaran ikan setelah pemingsanan kurang dari 5 menit. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya sadar ikan uji berbeda-beda untuk setiap konsentrasi yang diberikan, tergantung jumlah konsentrasi tersebut. Penerapan teknik anestesi menggunakan bahan antimetabolik yang berupa zat anestetik untuk pembiusan ikan diharapkan dapat memberikan efek pingsan yang lebih lama dengan waktu pembugaran yang singkat sehingga ikan dapat ditransportasikan dengan jangkauan yang lebih jauh (Sukarsa 2005).

Perlakuan Suhu terhadap Survival Rate dalam Selang Waktu

Pengamatan survival rate pada ikan bawal air tawar dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan suhu optimum ikan bawal air tawar pada kondisi pingsan. Hasil pengamatan tingkat kelangsungan hidup (survival rate) ikan bawal air tawar dengan perlakuan suhu yang berbeda disajikan pada Gambar 4.

(23)

13

Gambar 4 Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate)ikan bawal air tawar dengan suhu 15 oC ( ) dan 17 oC ( )

Gambar 4 menunjukkan perlakuan dengan menggunakan suhu 17 oC merupakan suhu terbaik dibandingkan dengan suhu 15 ºC. Perlakuan suhu 17 oC menunjukkan tingkat kelangsungan hidup ikan menurun drastis pada waktu ke- 180 menit yaitu sebesar 55,55%. Berbeda dengan perlakuan suhu 15ºC pada waktu ke- 3 jam tingkat kelangsungan hidup hanya 11,11%. Sukmiwati dan Sari (2007) menyatakan suhu 14% merupakan suhu terbaik untuk pemingsanan dan penyimpanan ikan mas dengan bahan anestesi biji karet.

Ketahanan ikan dalam menghambat linamarin yang terkandung dalam biji karet yang masuk kedalam tubuh ikan berbeda-beda. Pergerakan ikan semakin cepat, operkulum dan mulut bergerak lebih cepat untuk terbuka ke permukaan air karena ikan berusaha untuk memenuhi oksigen dalam tubuh. Terhambatnya proses respirasi mengakibatkan terjadinya kondisi anoksia. Akibatnya oksigen yang dikonsumsi jaringan mengalami penurunan. Perubahan aktivitas ikan tersebut menunjukkan bahwa ekstrak biji karet dengan linamarin sebagai bahan anestesinya mulai bekerja. Difusi bahan anestesi dalam membran tubuh menyebabkan terjadinya penyerapan bahan nasetesi kedalam darah sehingga aktivitas ikan semakin menurun (Sukmiwati dan Sari 2007).

Perbedaan persentase tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi ikan sebelum dipingsankan, konsentrasi bahan anestesi yang digunakan, suhu media penyimpanan (fluktuasi suhu) kondisi kotak penyimpanan dan bahan pengisi yang dapat menahan panas serta lamanya waktu transportasi. Selain itu dipengaruhi juga dari lamanya stres sebelum ikan pingsan yang berakibat kurang baik terhadap ketahanan ikan yang dipingsankan karena ikan banyak mengeluarkan energi menjelang pingsan (Sukmiwati dan Sari 2007).

(24)

14

Glukosa Darah Ikan Bawal Air Tawar

Glukosa darah merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat stres pada ikan. Perlakuan anestesi dapat menyebabkan ikan stres yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (Roohi dan Imanpoor 2015). Pengujian glukosa darah sebelum dan setelah anestesi dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan nilai glukosa darah pada proses anestesi serta untuk melihat pengaruh berbagai waktu pemingsanan dengan pemberian ekstrak kasar bji karet pada tingkat stres ikan yang ditandai dengan peningkatan nilai glukosa darah tersebut. Glukosa darah diambil dengan menggunakan jarum suntik pada pangkal ekor ikan bawal air tawar. Hasil pengamatan kadar glukosa darah sebelum dan setelah anestesi pada ikan bawal air tawar disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kadar glukosa darah ikan bawal air tawar pada waktu pemingsanan

Waktu

Tabel 3 menunjukkan kadar glukosa darah sebelum dan setelah pemingsanan mengalami peningkatan pada masing-masing waktu, peningkatan kadar glukosa darah ini salah satunya dipicu oleh tingkat stres ikan. Roohi dan Imanpoor (2015) melakukan pengujian efektivitas minyak cengkeh dalam berbagai konsentrasi terhadap proses pemingsanan ikan mas menyatakan jenis spesies ikan terdapat perbedaan dalam respon terhadap bahan anestesi. Analisis glukosa darah adalah salah satu yang paling penting untuk mengevaluasi anestesi. Konsentrasi glukosa darah sudah banyak digunakan sebagai parameter indikator stres pada berbagai studi. Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan setelah pemingsanan oleh bahan anestesi minyak cengkeh dengan berbagai konsentrasi menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dalam ikan mas. Kadar glukosa darah meningkat setelah anestesi menunjukkan bahwa perlakuan pemingsanan menyebabkan stres pada ikan mas yang dipingsankan dengan minyak cengkeh.

Stres yang dialami ikan dapat menyebabkan pelepasan hormon epinefrin

(adrenalin) dan hormon norepinefrin (noradrenalin) oleh jaringan kromafin dalam menanggapi rangsangan dari saraf sistem simpatis yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu kadar glukosa dapat memberikan informasi penting indikator stres pada ikan (Gomes et al. 2006).

Simulasi Transportasi Kering

(25)

15

Gambar 5 Pengaruh waktu penyimpanan terhadap survival rate ikan bawal air tawar Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan pada setiap masing-masing perlakuan waktu mengalami penurunan drastis. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama ikan bawal ditransportasikan maka tingkat kelulusan hidup semakin menurun. Transportasi biota perairan hidup dapat menyebabkan stres pada ikan dan menyebabkan sejumlah respon fisiologis seperti pelepasan katekolamin

dan kortikosteroid serta kadar glukosa darah meningkat. Tingkat kortisol umumnya digunakan sebagai indikator dari tingkat stres ikan, ciri paling jelas yang menunjukkan stres ikan adalah produksi lendir yang berlebihan (Barton 2011). Sukmiwati dan Sari (2007) menyatakan pengujian tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tertinggi pada ikan mas dalam transportasi pada suhu 16 ºC dengan bahan anestesi biji karet yaitu sebesar 90%.

Perbedaan persentase tingkat kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi ikan sebelum dipingsankan, konsentrasi bahan anestesi yang digunakan, suhu media penyimpanan (fluktuasi suhu) kondisi kotak penyimpanan dan bahan pengisi yang dapat menahan panas serta lamanya waktu transportasi. Selain itu dipengaruhi juga dari lamanya stres sebelum ikan pingsan yang berakibat kurang baik terhadap ketahanan ikan yang dipingsankan karena ikan banyak mengeluarkan energi menjelang pingsan (Sukmiwati dan Sari 2007).

Tingkat kelulusan hidup ikan bawal pada menit ke- 90 hanya mencapai 26,67%. Karnila dan Edison (2001) menyatakan semakin lama waktu penyimpanan maka semakin menurun tingkat kelangsungan hidup ikan, disebabkan oleh peningkatan suhu kemasan. Suhu yang semakin tinggi menyebabkan ikan sadar dan aktivitas ikan meningkat, sehingga membutuhkan ketersediaan oksigen yang tinggi. Media yang kering menunjukkan ketersediaan oksigen yang terbatas, oleh sebab itu ikan mengalami kekurangan oksigen dan tidak mampu untuk bertahan hidup. Simulasi transportasi menggunakan media styrofoam. Keuntungan dari metode pengepakan meggunakan styrofoam adalah dapat menjaga tingkat kelembaban ikan, penyimpanan ikan menjadi lebih efisien, bahan pengisi yang mencair tidak meninggalkan air yang banyak di dalam styrofoam (Trebar et al. 2015).

(26)

16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Biji karet mampu memberikan efek pingsan pada ikan bawal air tawar, tetapi dengan konsentrasi tinggi. Konsentrasi terbaik ekstrak kasar biji karet untuk pemingsanan ikan bawal air tawar adalah 27,5%. Konsentrasi tersebut menghasilkan waktu pingsan tercepat 2,59 menit dan waktu bugar 4,55 menit. Suhu terbaik 17 oC menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 88,89% pada waktu pemingsanan 2 jam. Simulasi transportasi menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada waktu penyimpanan 30 menit sebesar 93,33%.

Saran

Pengujian keefektifan ekstrak kasar biji karet terhadap biota lain perlu dilakukan, selain itu perlu dilakukan penggunaan media pengisi lain dalam simulasi transportasi selain sekam padi untuk membandingkan perbedaan media pengisi tersebut. Perlu dilakukan perancangan model wadah transportasi yang lebih efisien untuk ikan bawal air tawar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah RR. 2012. Teknik imotilisasi menggunakan ekstrak hati batang pisang (Musa spp) dalam simulasi transportasi kering ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bagheri T, Imanpoor MR. 2011. The efficacy, physiology responses and

hematology of persian sturgeon (Acipenser persicus) to clove oil as an anesthetic agent. Journal Fish Aquatic Science (11): 477-483.

Barton B. 2011. Stress in finfish: past, present and future a historical perspective. Fish stress and health. Journalaquaculture 62 (1): 93-102.

Boyd CE. 1982. Water Quality Mangement for Pond Fish Culture. Alabama (US): Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural Experiment Station Auburn University, Alabama. hal 318.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. hal 8.

Djarijah AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Yogyakarta (ID): Kanisius. hal 89. Ghufran MH, Kordi K. 2010. Budidaya Ikan Bawal Air Tawar di Kolam Terpal.

(27)

17

Gomes LC, Baldisserotto B, Chagas EC, Roubach R, Brinn RP, Coppati CE. 2006. Use of the salt during transportation of air breathing pirarucu juveniles (Arapaima gigas) in plastic bags. Journal Aquaculture. 256: 521-528. Grace PA, Borley N. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta (ID): Erlangga. hal 73. Handayani M, Damayanti F, Rivai RR. 2015. Pengembangan potensi biji karet (Havea brasiliensis) sebagai bahan pangan alternatif di Bengkulu Utara.

Jurnal Biodiversitas Indonesia (1): 343-346.

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univesity Press

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. hal 93. Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap

ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi sistem kering. Jurnal Natur Indonesia III (2): 151-167.

Khairuman, Amri K. 2009. Bisnis dan Budidaya Intensif Bawal Air Tawar. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. hal 27.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Produksi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Analisis Data Pokok Kelautan dan Perikanan 2014. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kordi M. 2010. Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis di

Keramba Jaring Apung. Yogyakarta (ID): Lily Publisher. hal 42.

Leung HM, Leung SKS, Au CK, Cheung KC, Wong YK, Leung AOW, Yung KKL. 2015. Comparative assessment of water quality parameters of mariculture for fish production in Hong Kong waters. Marine Pollution Bulletin 94: 318-322. Lieberei R, Nahrstedt A, Selmar D, Gasparotto L. 1986. Occurrence of lotaustralin in the genus hevea and changes of HCN-potential in developing organs of

Havea brasiliensis. Journal Phytochemistry 1573-1578.

Mood YFO. 2004. An assessment of water quality in integrated poultry-cum-fish reservoir, NIFFRI New Bussa. In: Araoye, P.A. (Ed.), Conference Proceeding of Fisheries Society of Nigeria (FISON), Ilorin, 29th November 3rd December, 2004.

Ongge D. 2001. Studi penggunaan ekstrak biji karet (Havea brasiliensis) sebagai bahan pemingsan dalam transportasi ikan nila gift (Oreochromis sp.) hidup sistem kering [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Roohi Z, Imanpoor MR. 2015. The efficacy of the oils of spearmint and methyl salicylate as new anesthetics and their effect on glucose levels in common carp (Cyprinus carpio L. 1758) juveniles. Aquaculture 437: 327-332.

(28)

18

Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical Approach. hal 748.

Sukarsa D. 2005. Penerapan teknik imotilisasi menggunakan ekstrak alga laut (Caulerpa sertularioides) dalam transportasi ikan kerapu (Epinephelus suillus) hidup tanpa media air. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 8: (1).

Sukmiwati M, Sari NI. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (Havea branciliensis Muel. ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan

kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio, L) selama transportasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 12(1): 23-29.

Suwandi R, Nugraha R, Novila W. 2012. Penurunan metabolisme ikan nila (Oreochromis niloticus) pada proses transportasi menggunakan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava var. pyrifera). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 15(3): 252-260.

Tampubolon RSSM. 2012. Penerapan teknik imotilisasi menggunakan acepromazine dalam transportasi kering ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan pembedaan jenis kelamin [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Toni C, Geferson Becker A, Novaes Simoes L, Garrido Pinheiro C, de Lima Silva L, Heinzmann BM, Otomar Caron B, Baldisserotto B. 2013. Fish anesthesia: effectsof the essential oils of Hesperozygis ringens and Lippia alba on the biochemistry and physiology of silver catfish (Rhamdia quelen). Journal Fish Physiology Biochemistry.

Trebar M, Lotric M, Fonda I. 2015. Use of RFID temperature monitoring to test and improve fish packing methods in styrofoam boxes. Journal of Food Engineering. 159: 66-75.

Wurts WA, Durborow RM. 1992. Interactions of pH, carbon dioxide, alkalinity dan hardness in fish ponds. Southern Regional Aquaculture Center Publication.

(464): 1-4

Zahl IH, Kiessling A, Samuelsen OB, Hansen MK. 2009. Anaesthesia of Atlantic cod (Gadus morhua) Effect of pre-anaesthetic sedation, and importance of body weight, temperature and stress. Aquaculture 295: 52-59.

(29)

19

(30)
(31)

21

Lampiran 1 Tabel analisis ragam (ANOVA) data penelitian

Waktu pingsan ikan bawal air tawar

Sumber keragaman

Waktu bugar ikan bawal air tawar

Sumber keragaman

Lampiran 2 Tabel uji lanjut Tukey data penelitian

Waktu pingsan ikan bawal air tawar

Konsentrasi (%) N

Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.

Waktu bugar ikan bawal air tawar

Konsentrasi (%) N

(32)

22

Lampiran 3 Dokumentasi penelitian

a) Ikan bawal air tawar b) Biji karet

c) Ekstraksi biji karet d) Penyaringan dengan kain belacu

e) Penyimpanan dalam air (T=17°C) f) Simulasi transportasi

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1993 di Cirebon, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Sodikin, SPdI dan Yeyet Yuliawati, SPd MPd. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis dimulai dari TK Darul Falah Garut, dilanjutkan ke SD Negeri Cisero 2 Garut. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cisurupan dan mendapatkan kelulusan pada tahun 2008. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMA Negeri 16 Garut dan lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Strata-1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah menjadi divisi kesehatan di Asrama Tingkat Persiapan Bersama, serta aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (2013/2014) dan merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Garut (Himaga) dari tahun 2012 hingga sekarang. Penulis banyak membuat karya tulis ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa serta menjadi delegasi IPB dalam finalis PIMNAS-27 pada tanggal 25-29 Agustus 2014 di Universitas Diponegoro, Semarang.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Tabel 2 Mekanisme ikan selama proses pemingsanan
Gambar 3 Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet terhadap waktu bugar
Gambar 4 Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate) ikan bawal air tawar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan urusan bidang politik dalam negeri dan administrasi publik pada tahun tahun 2007 s.d 2012 ini telah dilaksanakan kegiatan untuk bantuan hibah kepada

Kemasan Budaya lokal ini diaplikasikan dalam bentuk produk dekoratif yang memanfaatkan limbah (sisa konveksi) menjadi produk baru yang bernilai jual sebagai inovasi ekonomi

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas, dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan masukan bagi semua pihak dalam rangka pengawasan orang

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun 2014 terdapat beberapa upaya KPK dalam penanganan kasus TPK SDA dan kasus Tindak Pidana Korupsi Sumber Daya Alam yang

Delta Merlin Sandang Tekstil I Sragen yaitu Bapak Suparno, menjelaskan bahwa belum ada penelitian mengenai stres kerja dan konflik kerja dengan produktivitas kerja pekerja

Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat kejenuhan ammonium sulphat yang digunakan untuk ekstraksi dari endapan preparat menghasilkan rendemen protease kasar biduri yang

Pada tahapan ini berbagai lembaga pengawasan baik internal maupun eksternal eksekutif akan berperan termasuk BPK RI, lembaga legislatif, pengawasan oleh

Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas imunomodulator fermentasi teh rosela jamur kombucha terhadap proliferasi sel limfosit secara in