• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplementasi Niasin Yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo Dan Kajian In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suplementasi Niasin Yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo Dan Kajian In Vitro"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

SUPLEMENTASI NIASIN YANG BERBEDA STRUKTUR KIMIA

TERHADAP PRODUKTIVITAS SAPI PERAH LAKTASI:

META-ANALISIS

IN VIVO

DAN

KAJIAN

IN VITRO

ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo dan dan Kajian In Vitro adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Rossy Endah Ayu Anggreini

(3)

RINGKASAN

ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI. Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo

dan Kajian In Vitro. Dibimbing oleh ERIKA B. LACONI dan ANURAGA JAYANEGARA.

Suplementasi niasin dapat menghambat keseimbangan energi negatif pada sapi perah, karena niasin dapat meningkatkan sintesis protein mikroba, koenzim pembentuk adenosine tri phosphate (ATP) dan anti-lipolysis yang dapat menghambat ketosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil optimum suplementasi niasin, mengkaji efektivitas niasin terhadap keseimbangan energi, menganalisis pengaruh niasin terproteksi terhadap peforma, produktivitas sapi perah laktasi (metode meta-analisis).

Pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap yang pertama adalah studi meta-analisis dan tahap kedua adalah penelitian in vitro. Meta-analisis menggunakan 51 artikel dengan 30 perlakuan yang berkaitan dengan suplementasi niasin yang terindeks scopus. Penelitian meta-analisis menggunakan data yang berhubungan dengan tingkat konsumsi pakan, kecernaan nutrien dan profil darah yang dilakukan secara in vivo. Data meta-analisis yang diperoleh dianalisis menggunakan SAS 9.1 dan menghasilkan level optimum suplementasi niasin sebesar 400 ppm.

Penelitian in vitro menggunakan cairan rumen fistula sapi perah Fresian Holstein (FH) yang didapatkan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Ransum penelitian yang digunakan 60% hijauan (rumput gajah) dan 40% konsentrat yang disuplementasi dengan niasin sebanyak 400 ppm. Niasin yang digunakan ada dua, yaitu niasin tidak terproteksi yang berbentuk (nicotinic acid) NA, (nicotinamide) NM, niasin terproteksi lipid dan niasin yang terproteksi buffer agent. Semua sampel niaisn yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari salah satu produsen niasin. Data in vitro dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh percobaan terhadap peubah yang diamati, dan uji ortogonal kontras untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

Hasil meta-analisis menunjukkan pengaruh suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia dapat meningkatkan kecernaan acid detergent fiber (ADF) dan kecernaan neutral detergent fiber (NDF), menurunkan produksi beta-hidroxybutiric acid (BHBA) dan meningkatkan produksi susu. Hasil penelitian in vitro suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi tidak dapat mempengaruhi kecernaan bahan kering (KCBK),kecernaan bahan organik (KCBO), konsentrasi amonia, konsentrasi volatile fatty acid (VFA) (asetat, propionat, butirat). Penelitian in vitro memiliki kecenderungan dapat meningkatkan konsentrasi propionat dan meningkatkan secara signifikan konsentrasi N-valerat.

(4)

meningkatkan konsentrasi N-valerat karena kualitas ransum yang tidak sesuai standar.Pemberian suplementasi niasin efektif apabila kualitas ransum memenuhi standar kebutuhan sapi perah laktasi.

(5)

SUMMARY

ROSSY ENDAH AYU ANGGREINI. Influence of Different Supplemental Niacin Forms on Productivity of Lactating Dairy Cows: In VivoMeta-Analysis Study and In Vitro. Supervised by ERIKA B. LACONI dan ANURAGA JAYANEGARA.

Niacin supplementation can inhibit the negative energy balance in dairy cows because niacin can increase microbial protein synthesis, forming an essential component of adenosine tri phosphate (ATP) and anti-lipolysis which can prevent ketosis. The present study was aimed to determine the optimum supplementation niacin, examines the effectiveness of niacin for energy balance, analyzing the effect of niacin protected against performance, productivity of lactating dairy cows (methods of meta-analysis).

In this study consisted of two phases, the first phase is a study of meta-analysis and the second phase is the in vitro study. Meta-meta-analysis using 51 articles with 30 treatment associated with supplementation of niacin which detected with scopus index. A meta-analysis using data related to the level of feed intake, nutrient digestibility and blood profiles were performed in vivo. Meta-analysis of data obtained were analyzed using SAS 9.1 and supplementation niacin in in vitro optimum at 400 ppm (resulted by meta-analysis).

The in vitro study used rumen fluid from a fistulated Holstein Fresian cow obtained from Indonesian Animal Research Center, Ciawi, Bogor. The basal ration was consisted of 60% forage (grass) and 40% concentrate supplemented with niacin 400 ppm in the different chemical form of nicotinic acid (NA), niacinamide (NM), niacin protected with lipid and niacin protected with buffer agent. All samples niacin used in this study was obtained from one of the manufacturers of niacin. In vitro data analyzed using analysis of variance (ANOVA) and orthogonal contrast test to see the differences among treatments.

The results of the meta-analysis showed the effect of niacin supplementation in different chemical structure can improve the digestibility of acid detergent fiber (ADF) and neutral detergent fiber digestibility (NDF), decrease the production of beta-hidroxybutyric acid (BHBA) and increase milk production. The results of in vitro study of niacin supplementation protected and not protected can not affect dry matter digestibility (DMD), organic matter digestibility (OMD), ammonia concentration, concentration of volatile fatty acids (VFA) (acetate, propionate, butyrate). In vitro study has a tendency may increase propionate concentrations and significantly increase the concentration of N-valerate.

The conclusion of the study meta-analysis is the level of niacin supplementation protected and not protected at the optimum level in 400 ppm day-1 which can reduce BHBA, increases milk production. This causes the negative energy balance in lactating dairy cows can prevented. In others hand, in vitro studies of niacin supplementation had no effect on digestibility, ammonia concentration, the concentration of VFA (acetic, propionic, butyric), but can improve the concentration of N-valerate because quality of ration not correspond standar. Niacin supplementation effective if given appropriate quality standard ration.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SUPLEMENTASI NIASIN YANG BERBEDA STRUKTUR KIMIA

TERHADAP PRODUKTIVITAS SAPI PERAH LAKTASI:

META-ANALISIS

IN VIVO

DAN

KAJIAN

IN VITRO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(8)

2

(9)

Judul Tesis : Suplementasi Niasin Yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Produktivitas Sapi Perah Laktasi: Meta-Analisis In Vivo DanKajian

In Vitro

Nama : Rossy Endah Ayu Anggreini NIM : D251124041

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Erika B. Laconi, MS Ketua

DrAnuraga Jayanegara, SPt MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

4

PRAKATA

Alhamdulillahirabbilallamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi yang berjudul suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia terhadap produktivitas sapi perah laktasi: meta-analisis in vivo

dan kajian meta analisis in vitro. Judul penelitian ini sudah diseminarkan pada acara International Workshop on Tropical Bio-resources for Sustainable Development di Bogor dan Asian-Australsian Animal Production di Jogja. Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Kebutuhan susu masyarakat Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, namun produksi susu dalam negeri masih belum memenuhi sehingga impor susu dari luar negeri masih tinggi. Hal ini disebabkan kompleksnya permasalahan sapi perah di Indonesia, yaitu jumlah populasi sapi perah yang sedikit dan masalah penyakit ketosis pada sapi perah.Ketosis disebabkan tingginya beta-hidroxybutyric acid (BHBA) yang merupakan hasil samping mobilisasi lemak tubuh pada sapi perah. Mobilisasi lemak tubuh disebabkan karena kurangnya energi yang tersedia dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi susu.

Niasin merupakan vitamin B3 yang mempunyai fungsi sebagai prekursor nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan nicotinamide adenine dinucleotide (NADP) yang dapat membentuk adenosin tri phosphate (ATP) pada level optimimal 400 ppm hari-1, sehingga energi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu cukup tersedia. Penelitian di luar negeri tentang niasin sudah banyak dilakukan, namun belum ada penelitian yang dapat menyimpulkan level dan jenis niasin yang optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil optimum suplementasi niasin, mengkaji efektivitas niasin terhadap keseimbangan energi, menganalisis pengaruh niasin terproteksi terhadap peforma, produktivitas sapi perah laktasi (metode meta-analisis).

Penulisan tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar magister sains pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penulisan tesis ini, sehingga diharapkan penjelasan dan informasi dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia peternakan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih terhadap semua pihak yang turut membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, semoga Allah Yang Maha pengasih membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Desember 2015

(11)

DAFTAR ISI

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien

8

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Komposisi Plasma Darah

9

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Terhadap Produksi dan Komposisi Susu

10

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Fermentasi Rumen

11

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi Terhadap KCBK dan KCBO

12

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi Terhadap Konsentrasi Amonia

12

(12)

6

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrien ransum penelitian berdasarkan bahan kering 4 2 Table 2 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur

kimia terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien

8

3 Table 3 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia terhadap komposisi plasma darah

9

4 Table 4 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk terhadap produksi dan komposisi susu

10

5 Tabel 5 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia terhadap fermentasi rumen

11

6 Tabel 6 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap KCBK dan KCBO

12

7 Tabel 7 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap konsentrasi amonia

13

8 Tabel 8 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap proporsi VFA

13

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara metabolisme lemak di jaringan tubuh, hati dan kelenjar susu

1

2 Proses pembentukan NA dan NM 2

3 Struktur kimia niasin NA dan NM 2

4 Gas chromatografi (GC-14B, Simadzu DC 8A) 5

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Jurnal Meta-Analisis 17

2 Suplementasi niasin berbeda struktur kimia 18

3 Lampiran 3 Sidik Ragam Konsentrasi Amonia 20

4 Lampiran 4 Sidik Ragam Konsentrasi Asetat 21

5 Lampiran 5 Sidik Ragam Konsentrasi Propionat 21 6 Lampiran 6 Sidik Ragam Konsentrasi Isobutirat 21

7 Lampiran 7 Sidik Ragam Konsentrasi Butirat 22

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tahun 2012 konsumsi susu masyarakat Indonesia 11,09 liter kapita-1 tahun-1, namun pasokan susu dalam negeri hanya memenuhi 20 persen dari kebutuhan total (Ditjenak 2012). Kebutuhan susu di Indonesia sebaiknya diikuti dengan produktivitas susu yang memadai, namun sampai saat ini program pemerintah tersebut belum terpenuhi secara optimal. Pengembangan sapi perah di Indonesia banyak mengalami masalah, terutama adanya keseimbangan energi negatif yang biasa terjadi pada dua minggu pasca melahirkan (awal laktasi). Hal ini disebabkan karena produksi susu yang terlalu tinggi namun tidak diiringi dengan produksi energi yang cukup. Sapi perah yang kekurangan energi akan memobilisasi lemak dalam tubuhnya untuk digunakan sebagai energi, hal ini menyebabkan tingkat beta-hidroxybutyricacid(BHBA) tinggisehingga dapat mengakibatkan ketosis (Gambar 1).

Gambar 1 Hubungan antara metabolisme lemak di jaringan tubuh, hati dan kelenjar susu (Drackley 1999)

Niasin diproduksi oleh mikroorganisme rumen dalam jumlah mikro, tetapi belum dapat mencukupi kebutuhan ternak, sehingga suplementasi niasin sangat diperlukan. Kebutuhan niasin pada sapi perah yang digunakan untuk jaringan tubuh sekitar 256 mg hari-1 dan kebutuhan untuk produksi susu sekitar 33 mg hari -1

(16)

2

merupakan anti lipolisis, yaitu menghambat mobilisasi lemak dalam tubuh, sehingga BHBA tidak terbentuk dan ketosis tidak terjadi.

Gambar 2 Proses pembentukan NA dan NM (Kirkland 2009)

Niasin pada pakan yang masuk ke dalam rumen dapat didegradasi oleh mikroorganisme, hal ini menyebabkan jumlah niasin yang diserap tubuh sedikit. Oleh karena itu strategi memproteksi niasin dari degradasi rumen diharapkan dapat mem-by pass niasin agar diserap di dalam usus dan menuju target organ untuk melakukan perannya. Pada umumnya terdapat beberapa bentuk proteksi niasin, yaitu dengan ikatan kovalen menjadi kompleks karbohidrat yang disebut

niacytin; proteksi niasin yang diikat dengan peptida, disebut niacinogens, proteksi niasin dengan lipid dan proteksi niasin dengan buffer agent.

Niasin merupakan vitamin B3 yang terdiri dari dua bentuk, yaitu asam nikotinat atau nicotinic acid (NA) dan nicotinamide atau niacinamide (NAM) (Gambar 2).Niasin merupakan bagian yang sangat penting untuk pembentukan koenzim NAD dan NADP.

Gambar 3 Struktur kimia niasin NA dan NM (Gropper et al. 2009)

(17)

vivodigunakan niasin 400 ppm atau 6 gr hari-1, hal ini sesuai dengan hasil meta-analisis. Sedangkan jenis suplementasi niasin yang digunakan adalah niasin terproteksi lipid dan buffer agent, niasin tidak terproteksi dalam bentuk NA dan NM yang didapatkan dari salah satu produsen penghasil niasin.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil optimum suplementasi niasin, mengkaji efektivitas niasin terhadap keseimbangan energi, menganalisis pengaruh niasin terproteksi terhadap peforma, produktivitas sapi perah laktasi (metode meta-analisis).

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi peternak sapi perah terhadap pentingnya suplementasi niasin, memberikan informasi dosis optimal dan jenis niasin yang tepat untuk mencegah keseimbangan energi negatif pada sapi perah laktasi dan meningkatkan produksi susu nasional sehingga impor susu dapat berkurang

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap pertamain vivoadalah meta-analisis, dilakukan untuk mengetahui dosis suplementasi niaisn yang tepat untuk penelitian in vitro. Setelah itu dilanjutkan penelitian in vitro yang dilakukan di laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Pakan,Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap yang pertama adalah penelitian meta-analisis menggunakan 51 artikel dengan 30 perlakuan yang berkaitan dengan suplementasi niasin terindeks scopus. Meta-analisis menggunakan jurnal terkait dengan suplementasi niasin pada sapi perah laktasi yang dilakukan secara in vivo.Penelitian meta-analisis menggunakan data yang berhubungan dengan tingkat konsumsi pakan, kecernaan nutrien dan profil darah.Salah satu hasil meta-analisis adalah mendapatkan dosis suplementasi yang optimal untuk penelitian in vitro, yaitu sebesar 400 ppm atau 6 gr hari-1.

(18)

4

Ternak Ciawi, Bogor. Ransum penelitian yang digunakan 60% hijauan (rumput gajah) dan 40% konsentrat yang disuplementasi dengan niasin yang berbentuk (nicotinic acid) NA, (nicotinamide) NM, niasin terproteksi lipid dan niasin yang terproteksi buffer agentyang didapatkan dari salah satu produsen penghasil niasin.

Tabel 1.Tabel komposisi 60% hijauan+40% berdasarkan bahan kering

Keterangan:

1) Analisa proksimat Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati & Bioteknologi Bogor (2014) 2) Perhitungan TDN dengan rumus Hartadi (1980): TDN= 92.464-(3.338 x SK) – (6.945 x LK) –

(0.762 x Beta-N) + (1.115 x PK) + (0.031 x SK2) – (0.133 x LK2) + (0.036 x SK x Beta-N) + (0.207 x LK x Beta-N) + (0.1 x LK xPK) – (0.022 x LK x PK)

Metode

Studi Meta-analisis In vivo

Kajian meta-analisis in vivo menggunakan publikasi artikel yang terkait dengan suplementasi niasin pada sapi perah laktasi.Semua data mengenai konsumsi pakan, kecernaan nutrien, produksi susu, komposisi susu, fermentasi rumen dan profil darah dari artikel diseleksi menurut jenis pakan sapi perah, struktur kimia niasin dan level niasin. Setelah itu data dikumpulkan dalam suatu database.Peubah yang berbeda unit dikonversi menjadi unit yang seragam dengan menggunakan informasi yang terdapat pada masing-masing artikel. Data yang terkumpul dianalisis secara statistik menggunakan mixed model methodology, dengan suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia sebagai fixed effect

danparameter lain sebagai random effect menggunakan software SAS versi 9.1 (SAS Institute Inc 2008).

Studi In vitro

(19)

gram). Semua bahan tersebut dilarutkan kecuali CaCl2, setelah semua bahan larut ditambahkan CaCl2 dan dialiri gas CO2 secara perlahan-lahan.

Tabung fermentor yang telah diisi dengan 500 mg sampel ransum, yang telah ditambahkan suplementasi niasin (0 ppm, 400 ppm NA, 400 ppm NM, 400 ppm niasin terproteksi lipid, 400 ppm niasin terproteksibuffer agent). Sampel perlakuan ditambahkan 10 ml cairan rumen dan 40 ml larutan McDougal. Tabung fermentor dikocok dengan cara mengaliri gas CO2 selama 30 detik (pH 6.5-6.9) dan ditutup dengan karet berventilasi. Tabung dimasukkan ke dalam shaker water bath dengan suhu 39⁰C (Tilley dan Terry 1963) dilakuan fermentasi selama 4 jam untuk sampel volatile fatty acid (VFA), ammonia (NH3), fermentasi 48 jam untuk pengukuran kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO). Setelah itu tutup karet berventilasi dibuka dan ditetesi 2 tetes HgCl2 untuk menghentikan fermentasi.

Analisis VFA Parsial (Gas Kromatografi)

Pengukuran volatile fatty acid (VFA) parsial dideteksi dengan menggunakan gas kromatografi (GC-14B, Simadzu DC 8A) yang mempunyai suhu kolom 150⁰C, dengan panjang kolom 1 m dan diameter 3 mm, sedangkan suhu injector-detektor 240⁰C. Gas yang digunakan untuk mendorong sampel adalah gas nitrogen dengan tekanan 12 kg/cm2.

Gambar 4 Gas kromatografi (GC-14B, Simadzu DC 8A)

Sampel yang disuntikkan sebanyak 0,5 ml dengan menggunakan syringe kedalam injector. Data ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Garis kurva yang terbentuk diukur minimal 1,565 menit untuk C2 (asetat); 2,24 menit untuk C3 (propionat); 2,832 untuk IC4 butirat); 3,24 menit untuk nC4 (butirat); IC5 (iso-valerat); 5,855 untuk NC5 (valerat). Rumus yang digunakan dalam perhitungan VFA parsial adalah:

(20)

6

Analisis Konsentrasi Amonia Berdasarkan Metode Difusi Mikro Conway (Conway 1957)

Analisis amonia menggunakan metode difusi mikro Conway. Bibir pada bagian tutup dan bawah cawan Conway diolesi dengan vaselin, supernatan sebanyak 1,0 ml ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway. Larutan Na2CO3 jenuh sebanyak 1,0 ml ditempatkan pada ujung cawan Conway yang bersebelahan dengan supernatan. Larutan asam borat berindikator merah metil dan hijau kresol bromo sebanyak 1,0 ml dipipet dan dimasukkan ke dalam bagian cawan kecil yang terletak di tengah cawan Conway. Cawan Conway lalu ditutup rapat hingga kedap udara. Larutan Na2CO3 dicampur dengan supernatan hingga merata dengan cara menggoyang–goyangkan dan memiringkan cawan tersebut.

Gambar 5 Cawan Conway

Setelah 24 jam dalam suhu kamar, cawan Conway dibuka, asam borat berindikator dititrasi dengan larutan H2SO4 0,005 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah jambu. Konsentrasi amonia dihitung berdasarkan rumus berikut : (volume H2SO4 x 0,005 N H2SO4 x 1000/1)/(Berat pakan x % BK pakan).

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (Tilley dan Terry 1963)

Sebanyak 2.8 gram pepsin dilarutkan dalam 850 ml aquadest, kemudian ditambahkan 17.8 ml HCl pekat dan campuran dimasukkan ke dalam labu takar. Air ditambahkan hingga permukaan mencapai tanda tera 1000 ml. Setelah itu, sampel dalam tabung fermentor yang sudah diinkubasi selama 48 jam dan ditetesi HgCl2, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.

(21)

blanko))/BK sampel] x 100%. Rumus yang sama digunakan untuk menghitung KCBO, dengan cara mengganti BK dengan BO.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan Percobaan yang digunakan untuk perlakuan in vitro adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari lima perlakuan dengan tiga kelompok. Parameter yang diukur adalah konsentrasi VFA total, konsentrasi NH3 pada akhir inkubasi in vitro (4 jam), KCBK, KCBO ransum perlakuan. Beberapa perlakuan meliputi: kontrol (K): Ransum sapi perah tanpa suplementasi niasin,

Nicotinic acid (NA) 400: K + 400 ppm NA, Nicotinamide (NM) 400 : K + 400

Yijk = Efek pemberian niasin ke-i dan kelompok ke-j μ = Rataan umum

τi = Efek pemberian perbedaan struktur kimia suplementasi niasin ke-i βj = Efek kelompok ke-j

εijk = Galat pemberian bentuk niasin ke-i dan kelompok ke-j

Data pada pengamatan VFA, Ammonia, KCBK dan KCBO dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh percobaan terhadap peubah yang diamati, dan uji ortogonal kontras untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie 1991).

Studi meta-analisis mengunakan pendekatan meta-analisis menurut Sauvant et al. (2008) dengan menggunakan prosedur mixed model SAS versi 9.1 (SAS Institute Inc 2008). Prosedur mixed model digunakan untuk menggabungkan metode fixed effect dan random effect. Suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia digunakan sebagai fixed effect dan perbedaan antar studi atau eksperimen dijadikan sebagai random effect. Peubah yang diamati pada beberapa artikel adalah konsumsi pakan, kecernaan nutrien, fermentasi rumen, profil plasma darah dan produksi susu. Model matematika yang digunakan dalam metode meta-analisis ini adalah:

τj = Pengaruh tetap tingkat penelitian ke-j

(22)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien

Tidak ada perbedaan suplementasi niasin bentuk NA dan NM terhadap kontrol pada konsumsi bahan kering (BK), KCBK, KCBO dan kecernaan protein kasar (PK) (Tabel 2).

Suplementasi niasin NM dapat meningkatkan kecernaan NDF dan kecernaan ADF dibanding kontrol (P<0.05), sedangkan suplementasi niasin bentuk NA tidak berpengaruh.Menurut Niehoff et al (2009) suplementasi NM secara signifikan dapat meningkatkan KCBK dan KCBO karena NM memiliki daya larut di saluran pencernaan yang lebih stabil dibandingkan NA.Kelarutan NM yang stabil dapat dimanfaatkan mikroba rumen untuk sintesis protein mikroba yang digunakan sebagai sumber energi untuk mendegradasi dinding sel pakan. Dinding sel pakan yang mudah dicerna oleh mikroba rumen merupakan sumber nutrien untuk sapi perah yang dimanfaatkan untuk aktivitas dan produksi susu.

Hal ini sesuai dengan Horner et al (1988) menyatakan bahwa pemberian suplementasi niasin NM diduga dapat meningkatkan populasi bakteri pencerna serat yang dapat mendegradasi dinding sel pakan hijauan.Hal ini disebabkan suplementasi niasin dapat menstimulasi aktivitas mikroba rumen, sehingga pencernaan dinding sel tanaman dapat meningkat

Table 2 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien

ResponseParameter Unit N Kontrol NA NM P-value

Konsumsi BK kg/d 82 21.0 20.9 21.8 0.389

KCBK % 22 64.71 64.5 64.06 0.918

KCBO % 13 67.1 66.2 65.7 0.447

Kecernaan PK % 15 57.9 58.09 60.0 0.728

Kecernaan NDF % 30 46.6a 46.8a 54.3b 0.018

Kecernaan ADF % 30 44.3a 44.8ab 54.8b 0.007 Keterangan: BK= bahan kering, KCBK= kecernaan bahan kering, KCBO= kecernaan bahan

(23)

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Komposisi Plasma Darah

Sehubungan dengan profil plasma darah, suplementasi NA atau NM secara signifikan menurunkan konsentrasi beta-hidroxybutiric acid (BHBA) (P <0.05), tetapi tidak mempengaruhi konsentrasi non-esterified fatty acids (NEFA), glukosa, trigliserida, urea dan insulin dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3).

Table 3 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia terhadap komposisi plasma darah

Keterangan: NEFA= non-esterified fatty acids, BHBA= beta-hidroxybutiric acid, n= jumlah data, na= data not avalaible, NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide, superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Konsentrasi BHBA dalam plasma darah merupakan indikator kecukupan energi, ketika konsentrasi BHBA dalam plasma darah tinggi menunjukkan bahwasapi perah mengalami keseimbangan energi negatif. Keseimbangan energi negatif terjadi karena produksi energi sapi perah lebih rendah dari kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan ambing, produksi susu dan sintesis jaringan ambing (Sahinduran et al. 2010).

Keseimbangan energi negatif pada awal laktasi terjadi sekitar dua minggu setelah postpartum. Pasokan energi yang tidak cukup menyebabkan mobilisasi lemak tubuh yang diubah menjadi FFA (free fatty acid) yang kemudian dimanfaatkan oleh seluruh tubuh. Mobilisasi lemak tubuh menghasilkan produk sampingan aseton, acetoacetat dan BHBA yang tinggi dalam plasma darah, sehingga ketosis terjadi. Suplementasi niasin pada tingkat tertentu dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan lemak, karbohidrat dan protein dalam pakan untuk menghasilkan energi secara efisien, sehingga mengurangi produksi BHBA (Hutjens et al. 2010).

Selain itu, niasin juga dapat mengikat G-protein yang merupakan reseptor GPR109A, yang dapat menghambat aktivitas adenyl cyclase dan dapat menurunkan intracellular cyclic AMP (cAMP) sehingga dapat menghambat lipolisis (Wise et al. 2003).Pada penelitian ini pemberian suplementasi niasin NA menghasilkan konsentrasi BHBA yang lebih rendah dibandingkan dengan suplementasi niasin NM dan kontrol.Hal ini disebabkan bentuk niasin NM memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap GPR109A dibandingkan NA (Gille

(24)

10

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Terhadap Produksi dan Komposisi Susu

Suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia tidak mengubah komposisi susu (protein, lemak, total solid, solid non fat dan lactose). Suplementasi niasin bentuk NM dapat menurunkan produksi susu dibandingkan dengan kontrol (P<0.05), tetapi tidak berpengaruh terhadap 4% fat-corrected milk

(FCM) (Tabel 4).

Table 4 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk terhadap produksi dan komposisi susu

Keterangan: FCM= fat-corrected milk, n= number of data, na= data not avalaible, NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide, superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Suplementasi niasin dapat meningkatkan produksi susu dan komposisi susu karena niasin dapat meningkatkan populasi mikroba rumen untuk mendegradasi pakan dengan baik. Tetapi pada penelitian ini, suplementasi niasin hanya berpengaruh terhadap peningkatan produksi susu. Berbeda dengan penelitian ini menurut Riddell et al. (1981) komposisi susu dapat meningkat karena populasi mikroba tinggi dari biasanya, sehingga degradasi selulosa dalam rumen lebih tinggi daripada tanpa suplementasi niasin.

Perbedaan respon dari suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia disebabkan perbedaan waktu suplementasi niasin (minggu laktasi), rancangan penelitian yang digunakan, efek daristres panas yang mempengaruhi penelitian sapi perah, jenis lemak yang terkandung dalam pakan, sumber dan jumlah protein bahan pakan, jumlah protein kasar yang terdegradasi dan yang tidak terdegradasi dalam pakan, jumlah karbohidrat dalam bahan pakan (Zimbelman et al.2013). Menurut Jaster et al. (1983) bahwa produksi susu dapat meningkat dengan pemberian suplementasi niasin, terutama pada awal laktasi (10 sampai 15 minggu). Pada penelitian meta-analisis ini, periode laktasi pada masing-masing penelitian tidak dibedakan, hal ini dapat menyebabkan suplementasi niasin bentuk NA dan NM tidak berpengaruh pada 4% FCM.

(25)

cepat dan lebih tinggi dibandingkan dengan suplementasi niasin NM.Niasin dalam bentuk NM mempunyai kemampuan yang lebih rendah dalam pembentukkan energi dibandingkan dengan NA.Hal ini menyebabkan energi yang diproduksi oleh NM lebih sedikit jika dibandingkan NA, sehingga energi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu lebih rendah jika dibandingkan dengan suplementasi NA.

Studi Meta-analisis: Pengaruh Suplementasi Niasin yang Berbeda Struktur Kimia Terhadap Fermentasi Rumen

Suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia pada meta-analisis ini tidak berpengaruh terhadap pH, VFA total, C2, C3, C2/C3 dan konsentrasi amonia (Tabel 5).

Tabel 5 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia terhadap fermentasi rumen

Keterangan: VFA= volatile fatty acid, C2= asetat, C3= propionat, C2/C3= rasio asetat dan propionat, NH3= konsentrasi amonia, n=jumlah data, na= data not avalaible= NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide

Suplementasi niasin biasanya dapat meningkatkan populasi bakteri, terutama bakteri amilolitik sehingga produksi propionat meningkat. Menurut Campbell et al. (1994) konsentrasirata-rata VFA parsial setelah suplementasi niasin adalah 62.2 mM asetat, 19.8 mM propionat, 14,2 mM butirat, 1,8 mM isovalerat dan 1,9 mM valerat, sedangkan kisaran total VFA antara 152,5 mM-182,2 mM. Hasil meta-analisis produksi VFA total dan parsial lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian tersebut.

Perbedaan pengaruh suplementasi niasin terhadap konsentrasi VFA total dan parsial disebabkan perbedaan pengaruh total produksi VFA dapat disebabkan oleh perbedaan VFA waktu pengukuran (sebelum atau sesudah makan) di setiap studi, rasio antara hijauan dan konsentrat pakan yang diberikan. Pengukuran total VFA setelah makan menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada pengukuran setelah menyusui. Produksi asetat dipengaruhi oleh pemberian hijauan yang tinggi, propionat dipengaruhi oleh pemberian tinggi konsentrat, sedangkan butirat dipengaruhi oleh ration pemberian pakan hijauan dan konsentrat.

(26)

12

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi Terhadap KCBK dan KCBO

Suplementasi niasin terpoteksi dan tidak terproteksi tidak memiliki pengaruh terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) (Tabel 6).

Tabel 6 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap KCBK dan KCBO

Keterangan: NM= Nicotinamide, NA= Nicotinic Acid, KCBK= kecernaan bahan kering, KCBO= kecernaan bahan organik

Penambahan niasin terproteksi dan tidak terproteksi secara in vitro tidak mempengaruhi kecernaan KCBK dan KCBO pakan di rumen, padahal dalam meta analisis pemberian suplementasi niasin yang berbeda struktur kimia mempunyai pengaruh terhadap kecernaan acid detergent fiber(ADF) dan neutral detergent fiber (NDF) pakan. Hal ini dapat disebabkan kurangnya suplementasi niasin, sehingga kemampuan niasin untuk mendegradasi pakan tidak optimal.

Menurut Brent et al. (1984) suplementasi niasin pada sapi perah yang baru melahirkan sebaiknya diberikan 200 ppm ekor-1hari-1 dan untuk mencegah ketosis suplementasi niasin dapat diberikan lebih dari 400 ppm ekor-1hari-1. Pada in vitro

ini suplementasi tepat diberikan 400 ppm ekor-1 hari-1, hal ini tidak dapat meningkatkan populasi bakteri, sehingga tidak ada pengaruh terhadap kecernaan KCBK dan KCBO. Menurut penelitian Brent et al. (1984) suplementasi niasin baik diberikan pada kisaran 0.75 g ekor-1hari-1 sampai 3.75 g ekor-1hari-1, apabila diberikan melebihi 7.5 g ekor-1hari-1 akan menimbulkan efek negatif pada sapi perah. Pada penelitian meta-analisis suplementasi niasin rata-rata diberikan 5 g ekor-1hari-1, suplementasi ini melebihi kisaran normal tetapi tidak melebihi batas suplementasi niasin yang dapat menimbulkan keracunan.

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi dan Tidak Terproteksi Terhadap Konsentrasi Amonia

Konsentrasi amonia optimum untuk menunjang sintesis protein mikroba 6-21 mM (McDonald et al. 2002).Pada penelitian ini konsentrasi amonia berada pada kisaran rata-rata, namun tidak ada pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi (P>0.05) (Tabel 7).

Hal ini dapat disebabkan suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi tidak dapat meningkatkan populasi bakteri proteolitik, sehingga produksi amonia pada penelitian ini tidak meningkat.Selain itu kualitas ransum

Parameter Kontrol

Niasin Terproteksi Niasin TidakTerproteksi P-Value Agent

buffer Lipid NM NA

---%---

(27)

yang diberikan pada penelitian ini memiliki nilai protein kasar (PK) yang rendah, sehingga suplementasi niasin tidak berpengaruh secara maksimal. Menurut NRC (2001) sapi perah yang memproduksi susu 20 kg hari-1 harus diberikan PK ransum mencapai 15.5%-17.8% untuk mencapai target produksi, namun pada penelitian ini PK ransum yang diberikan hanya 9.20%. Kualitas ransum yang rendah tidak akan menghasilkan hasil yang optimal, sehingga pemberian ransum pada sapi perah harus diperhatikan agar suplementasi niasin dapat memperoleh hasil yang optimal.

Tabel 7 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap konsentrasi amonia

Keterangan: NA= nicotinic acid, NM= nicotinamide

Pengaruh Suplementasi Niasin Terproteksi Dan Tidak Terproteksi Terhadap Proporsi VFA

Suplementasi niasin pada pakan tidak memiliki pengaruh terhadap produksi VFA parsial asetat, isobutirat, butirat, isovalerat, dan total VFA (P>0.05),tetapi memiliki pengaruh nyata terhadap produksi VFA parsial N-valerat (P<0.05) dan memiliki sedikit pengaruh terhadap produksi VFA parsial propionat (Tabel 8).

Tabel 8 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap proporsi VFA

Keterangan: Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0.01), superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi cenderung dapat meningkatkan produksi propionat karena meningkatnya populasi protozoa Parameter Kontrol

Niasin Terproteksi Niasin Tidak Terproteksi P-Value Agent

buffer Lipid NM NA

---mM---

Ammonia 8.25±2.63 6.57±3.07 7.82±2.05 8.65±3.25 6.06±0.63 0.23

VFA Kontrol

Niasin Terproteksi Niasin Tidak Terproteksi

Rataan P-Value

Agent buffer Lipid NM NA

---%---

Asetat 60.90±1.77 60.30±1.50 56.83±1.67 57.44±3.53 56.73±3.61 56.33±9.36 0.49

Propionat 23.66±1.68 23.98±1.26 23.53±1.33 23.87±2.47 22.86±2.93 22.65±3.76 0.15

Isobutirat 3.93±0.16 4.03±0.25 4.46±0.26 4.85±1.26 3.90±0.35 4.06±0.86 0.39

Butirat 8.89±0.42 9.19±0.03 10.51±0.92 9.92±1.96 9.18±0.56 9.10±1.45 0.81

Isovalerat 1.84±0.10 1.88±0.12 3.33±0.27 1.52±1.57 2.35±0.25 2.07±0.88 0.62

N-valerat 0.13a±0.10 0.18b±0.20 1.23a±0.61 1.95a±0.69 0.13b±0.06 0.71±0.86 0.04

(28)

14

pencerna pati Entodina (family Ophryoscolecidae). Protozoa mempunyai kemampuan mencerna pati dengan baik.Tingginya degradasi pati yang dihasilkan protozoa menstimulasi meningkatnya populasi bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik memiliki fungsi pencerna pati, hal ini menyebabkan produksi propionat tinggi. Produksi propionat distimulasi oleh tingginya pati yang terkandung dalam bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan McDonald et al. (2002) bahwa suplementasi niasin dapat meningkatkan produksi propionat.

Pada penelitian ini produksi N-valerat sangat signifikan meningkat, hal ini disebabkan kebutuhan protein untuk sintesis protein mikroba tinggi.Hal ini sesuai dengan penelitian Puastuti (2009) yang menyatakan bahwa rantai cabang N-valerat digunakan sebagai donor kerangka karbon dalam pembentukkan asam amino. N-valerat dibentuk dari asam amino bercabang branched chain amino acid

(valin, leusin dan isoleusin) yang mengalami dekarboksilasi dan deaminasi menghasilkan branched chain fatty acid. Asam amino bercabang yang membentuk asam lemak bercabang berasal dari protein pakan (Andries et al.

1987).

Bakteri yang banyak menggunakan rantai cabang dari N-valerat adalah bakteri selulolitik (Fibrobacter succinogenes, Ruminoccocus albus, Ruminoccocus flavefacius) dan amilolitik (Succinimonas amylolytica ruminicola, Butyrivibrio fibrosolvens, Selenomonas ruminantium dan Succinimonas amylolytica), hal ini yang menyebabkan kecernaan dinding sel meningkat (Baldwin dan Allison 1983).

SIMPULAN

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Andries JL, FX Buysse, DL De Brabander, BG Cottyn. 1987. Isoacids in ruminant nutrition: Their role in ruminal and intermediary metabolism and possible influenced on performance. A Review. Anim. Feed Sci. Tech. 18: 169 – 180.

Baldwin RL. dan MJ Allison. 1983. Rumen metabolism. J. Anim. Sci. 57: 2209 – 2215.

Brent BE., EE Bartley. 1984. Thiamin and niacin in the rumen. J. Anim. Sci 59: 813-822.

Conway EJ. 1957. Microdiffusion of analysis of association official analitycal Chemist. Georgia: Georgia Press.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. bersama membangun persusuan Indonesia.[Internet]. [diunduh 2014 Okt 8]. Tersedia pada: http://ditjennak.pertanian.go.id/berita-337-bersama-membangunpersusuan- nasional.html.

Drackley JK. Biology of Dairy Cows During the Transition Period: the Final Frontier?.1999. J Dairy Sci 82: 2259–2273

Gille A., ET Bodor., K Ahmed., S Offermanns. 2008. Nicotinic acid: pharmacological effects and mechanisms of action. Annu. Rev. Pharm. Tox.

48:79-106.

Gropper SS., L Smith, SL Groff. 2009. Advanced nutrition and human metabolism. Wadsworth, Amerika Serikat.

Horner JL., LM Windle., CE Coppock., JM Labore., JK Lanham., DH Nave. 1998. Effects of whole cottonseed, niacin, and niacinamide on in vitro rumen fermentation and on lactating holstein cows. J Dairy Sci. 71:3334—3344 Hutjens MF. 2010. Feed additives for dairy cattle. University of Illinois,

Urbana.Retrieved from: www.extension. org/pages/11774.

Hartadi H., Reksohdiprodjo S., Lebdosukojo., Tillman AD. 1980. Tabel komposisi pakan untuk indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Jaster EH., GF Hartnell., MF Hutjens. 1983. Feeding supplemental niacin for milk production in six dairy herds. J Dairy Sci 66:1046—1051.

Jaster EH., NE Ward. 1990. Supplemental nicotinic acid or nicotinamide for lactating dairy cows. J Dairy Sci. 73: 2880-2887.

Kirkland, JB. 2009. Niacin Status Impacts Chromatin Structure1–3. J Nutr. 139: 2397–2401.

McDonald P., Edwards RA., Greenhalgh JFD., Morgan CA. 2002. Animal nutrition 6th Ed. Harlow (GB): Pearson Education.

National Research Council. 2001. Nutrient requirements of dairy cattle.7th. Washington, D.C. National Academy Press.

Niehoff ID., L Huther., P Lebzien. 2009. Review Artikel: Niacin for dairy cattle.

Brit J of Nutrit. 101: 5–19

(30)

16

Sahinduran S., K Sezer., T Buyukoglu., MK Albay., MC Karakurum. 2010. Evaluation of some haematological and biochemical parameters before and after treatment in cows with ketosis and comparison of different treatment methods. J. Anim. Vet. Adv. 9: 266-271.

SAS Instititute Inc. 2008.SAS / STAT Software, version 9.2.SAS Institute Inc., Cary, USA.

Sauvant D., Schmidely P., JJ Daudin., NR St-Piere. 2008. Meta-analysis of experemental dat in animal nutrition. J. of Anim. Cons. 1203-1214.

Steel RG., JH Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Penerjemah: M. Syah. Edisi Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tilley JMA., Terry RA. 1963. A two-stage technique for in vitro digestion forage crops. J. Br. Grassland Soc. 18:104-111.

Wise A., SM Foord., NJ Fraser., AA Barnes., N Elshourbagy., M Eilert., DM Ignar., PR Murdock., K Steplewski., A Green., AJ Brown., SJ Dowell., PG Szekeres., DG Hassall., FH Marshall., S Wilson., NB Pike. 2003. Molecular identification of high and low affinity receptors for nicotinic acid. J. Biol. Chem. 278:9869–9874.

Zimbelman RB., RJ Collier., TR Bilby. 2013. Effects of utilizing rumen protected niacin on core body temperature as well as milk production and composition in lactating dairy cows during heat stress. J. Anim. Feed. Sci.

(31)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Jurnal Meta-Analisis

Al-Abbasy, E. G. H. 2013.Effect of adding two levels of niacin in milk production and controlling indicators of ketosis in friesian cows postpartum. J. Dairy Sci. 3(1): 1-4.

Belibasakisay, N. G. and D. Tsirgogianni. 1996. Effects of niacin on milk yield, milk composition, and blood components of dairy cows in hot weather. J. Anim. Feed Sci. Tech. 64: 53-59.

Brent BE, EE Bartley. 1984. Thiamin and niacin in the rumen. J. Anim. Sci (59) 813-822.

Christensen RA, TR Overton, JH Clar, JK Drackley, DR Nelson, SA Blum. 1996. Effects of dietary fat with or without nicotinic acid on nutrient flow to the duodenum of dairy cows. J Dairy Sci.79:141&1424.

Dufva GS, EE Bartley, AD Dayton, DO Riddell. 1983. Effect of niacin supplementation on milk production and ketosis of dairy cattle. J Dairy Sci.

66:2329-2336.

Erickson PS, AHNM Trusk, Michael RM. 1990. Effects of niacin source on epinephrine stimulation of plasma nonesterified fatty acid and glucose concentrations, on diet digestibility and on rumen protozoal numbers in lactating dairy cows.J. Nutr. 120:1648-1653.

Erickson PS, MR Murphy, JH Clark. 1992. Supplementation of dairy cow diets with calcium salts of long-chain fatty acids and nicotinic acid in early lactation. J Dairy Sci 75:1078-1089.

Ghorbani B, N Vahdani, S Zarehdaran. 2008. Niacin on milk production and blood parameters in early lactation of dairy cows. Pak. J. Biol. Sci. 11 (12): 1582-1587.

Horner JL, LM Windle, CE Coppock, JM Labore, JK Lanham, DH Nave. 1986. Effects of whole cottonseed, niacin, and niacinamide on in vitro rumen fermentation and on lactating holstein cows. J Dairy Sci. 71:3334—3344. Horner JL, CE Coppock, GT Schelling, JM Labore, DH Nave. 1988. Influence of

Niacin and Whole Cottonseed on Intake, Milk Yield and Composition, and Systemic Responses of Dairy Cows. J. Dairy Sci 69:3087-3093.

Jaster EH, GF Hartnell, MF Hutjens. 1983. Feeding supplemental niacin for milk production in six dairy herds. J Dairy Sci. 66:1046—1051.

Jaster EH, DF Bell, TA McPherron. 1983. Nicotinic acid and serum metabolite concentrations of lactating dairy cows fed supplemental niacin. J Dairy Sci.66:1039-1045.

Jaster EH, NE Ward. 1990. Supplemental nicotinic acid or nicotinamide for lactating dairy cows. J Dairy Sci. 73: 2880-2887.

Karkoodi, K and K. Tamizrad. 2009.Effect of niacin supplementation on performance and blood parameters of Holstein cows. S. Afr. J. Anim. Sci. 239 (4)

(32)

18

Lanham JK, CE Coppock, KN Brooks, DL Wilks, JL Horner. 1992. Effects of whole cottonseed or niacin or both on casein synthesis by lactating holstein cows. J Dairy Sci. 75: 184-192.

Minor DJ, SL Trower, BD Strang, RD Shaver, RR Grummer. 1997. Effects of nonfiber carbohydrate and niacin on periparturient metabolic status and lactation of dairy cows. J Dairy Sci. 81:189–200.

Morey SD, LK Mamedova, DE Anderson, CK Armendariz, EC Titgemeyer, BJ Bradford. Effects of encapsulated niacin on metabolism and productionof periparturient dairy cows.J Anim Sci.94 :5090–5104.

Muller, L. D., A. J. Heinrichs, J. B. Cooper, and Y. H. Atkin. 1986. Supplemental Niacin for Lactating Cows During Summer Feeding. J Dairy Sei 69:1416-1420.

Ottou, J. F., M. Doreau, and Y. Chilliard. 1995. Duodenal Infusion of Rapeseed all In Midlactation Cows. 6. Interaction with Niacin on Dairy Performance and Nutritional Balance. J Dairy Sci 78:1345-1352.

Rebecca J, Madison-Anderson, David J. Schingoethe, Micheal JB, Robert JB, Matthew RL 1997. Response of lactating cows to supplemental unsaturated fat and niacin. J Dairy Sci 80: 1329–1338.

Riddell DO, EE. Bartley, AD Dayton. 1981. Effect of nicotinic acid on microbial protein synthesis in vitro and on dairy cattle growth and milk production. J. Dairy Sci. 64: 782-791.

Skaar TC, RR Grummer, MR Dentine, RH Stauffacher. 1989. Seasonal effects of prepartum and postpartum fat and niacin feeding on lactation performance and lipid metabolism. J Dairy Sci. 72: 2028-2038.

Wrinkle SR, PH Robinson, JE Garrett. 2012. Niacin delivery to the intestinal absorptive site impacts heat stress and productivity responses of high producing dairy cows during hot conditions. J. Anim. Feed Sci. and Tech.

175: 33– 47.

Yuan KRD, Shaver SJ Bertics, M Espineira, RR Grummer. 2012. Effect of rumen-protected niacin on lipid metabolism, oxidative stress, and performance of transition dairy cows. J. Dairy Sci.95 :2673–2679.

Zimmermanf CA, AH Rakes, TE Daniel, A Hopkins. 1992. Influence of Dietary Protein and Supplemental Niacin on Lactational Performance of Cows Fed Normal and Low Fiber Diets. J. Anim. Sci. 75: 1965-1978.

Zimbelman RB, LH Baumgard, RJ Collier. 2010. Effects of encapsulated niacin on evaporative heat loss and body temperature in moderately heat-stressed lactating Holstein cows. J. Dairy Sci. 93: 2387–2394.

Zimbelman RB, RJ Collier and TR Bilby. 2013. Effects of utilizing rumen protected niacin on core body temperature as well as milk production and composition in lactating dairy cows during heat stress. Anim. Feed. Sci.

(33)
(34)

20

Lampiran 3. Sidik Ragam Konsentrasi Amonia

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 14.79 7.39 1.52 3.86 8.022

Kelompok 2 14.32 7.16 1.48 3.86 8.022

Galat 10 48.53 4.85

Total 14 77.64

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data , F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

No Referensi Studi n Ration Pakan Suplementasi

niasin (g/d) 35 Ottou (1995) 35 4 Silase jagung: hay: konsentrat: soybean

meal

(35)

Lampiran 4. Sidik Ragam Konsentrasi Asetat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 416.25 208.12 0.01 3.86 6.99

Kelompok 2 133.70 66.85 0.01 3.86 6.99

Galat 10 190521.81 19052.18

Total 14 191071.76

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Lampiran 5. Sidik Ragam Konsentrasi Propionat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 55.786 27.89 0.01 3.86 6.99

Kelompok 2 92.70 46.35 0.01 3.86 6.99

Galat 10 31089.76 3108.98

Total 14 31238.24

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Lampiran 6. Sidik Ragam Konsentrasi Isobutirat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 2.66 1.33 0.02 3.86 6.99

Kelompok 2 169.80 84.90 0.02 3.86 6.99

Galat 10 831.21 83.12

Total 14 1003.67

(36)

22

Lampiran 7. Sidik Ragam Konsentrasi Butirat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 4.02 2.01 0.004 3.86 6.99

Kelompok 2 835.55 417.77 1.01 3.86 6.99

Galat 10 4150.80 415.08

Total 14 4990.37

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Lampiran 8. Sidik Ragam Konsentrasi Isovalerat

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Lampiran 9. Sidik Ragam Konsentrasi N-valerat

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 7.99 3.99 2.12 3.86 6.99

Kelompok 2 5.94 2.97 1.58 3.86 6.99

Galat 10 18.82 1.88

Total 14 32.75

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 2.75 1.38 0.07 3.86 6.99

Kelompok 2 42.86 21.43 1.02 3.86 6.99

Galat 10 211.05 21.11

(37)

Lampiran 10. Sidik Ragam Kecernaan Bahan Kering (KCBK)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 66.80 33.40 0.0014 3.86 6.99

Kelompok 2 3.12 1.56 0.0001 3.86 6.99

Galat 10 238202.65 2382.27

Total 14 238272.57

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, F0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Lampiran 11. Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik (KCBO)

Keterangan: db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Tengah, Fhit = nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data, 0.05 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 5% (α = 0.05), F0.01 = hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan sebesar 1% (α = 0.01)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Perlakuan 2 61.14 30.57 0.0013 3.86 6.99

Kelompok 2 4.40 2.20 0.0001 3.86 6.99

Galat 10 234743.44 23474.34

(38)

24

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2 Proses pembentukan NA dan NM (Kirkland 2009)
Table 2 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia
Table 3 Pengaruh suplementasi niasin yang berbeda bentuk struktur kimia
Tabel 8 Pengaruh suplementasi niasin terproteksi dan tidak terproteksi terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat pengaruh antara durasi bermain advergame terhadap levels of comprehension (tingkat pemahaman) dari brand message

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan bertingkat melalui pendekatan teori semiotika Roland Barthes, yaitu melalui pemaknaan konotasi, denotasi

[r]

Objek-objek yang bekerja sama membentuk suatu sistem harus saling berkomunikasi untuk menjalankan sistem tersebut. Dalam sebuah program, objek-objek berkomunikasi satu sama lain

FUNGSI : MENGAMBIL KARAKTER PADA DATA BERTIPE TEKS YANG BERADA DI POSISI TENGAH DIMULAI DARI POSISI TERTENTU SEBELAH KIRI TEKS SEBANYAK X KARAKTER. DATA HASIL PENULISAN

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan

Untuk itu diharapkan sosialisasi terhadap seluruh Lembaga Amil Zakat agar dapat melaporkan penghimpunan dana secara berkala dan tepat waktu kepada Baznas supaya data

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi berjudul: ”Pengaruh Konservatisme terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dengan Moderasi Good