• Tidak ada hasil yang ditemukan

Production System Design of Banana (Musa paradisiaca) Based Energy Bar Agroindustry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Production System Design of Banana (Musa paradisiaca) Based Energy Bar Agroindustry"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM PRODUKSI AGROINDUSTRI

ENERGY BAR

BERBASIS PISANG (

Musa paradisiaca

)

YUSUF ANDRIANA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rancang Bangun Sistem Produksi Agroindustri Energy Bar Berbasis Pisang (Musa paradisiaca) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Yusuf Andriana

(4)
(5)

RINGKASAN

YUSUF ANDRIANA. Rancang Bangun Sistem Produksi Agroindustri Energy Bar Berbasis Pisang (Musa paradisiaca). Dibimbing oleh MACHFUD, INDAH YULIASIH, dan AKMADI ABBAS.

Permintaan pasar produk energy bar(EB) berbasis buah-buahan dan serealia di berbagai negara terus mengalami peningkatan. Di sisi lain, produksi pisang nasional yang cukup tinggi dengan pemanfaatan pisang sebagai bahan baku usaha kecil dan menengah masih rendah, menjadikan agroindustri EB berbasis pisang prospektif untuk dikembangkan. EB merupakan produk pangan yang mengandung protein, lemak, dan karbohidrat dengan konsentrasi tinggi. Produk ini dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan antara lain: militer, penerbangan, pariwisata, pencarian dan penyelamatan, eksplorasi penelitian, makanan pelengkap, dan produk pangan darurat. Pendirian agroindustri EB berbasis pisang memerlukan sebuah kajian yang mendalam agar industri yang dirancang mampu menghasilkan keuntungan. Oleh karena dilakukan kajian terhadap model sistem produksi yang cocok digunakan dalam pendirian agroindustri EB berbasis pisang. Model sistem produksi yang dirancang, diharapkan dapat membantu pihak-pihak terkait dalam memperoleh informasi dan pengambilan keputusan terkait sistem produksi yang akan digunakan.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan rekayasa sistem. Masing-masing komponen sistem dirancang dan kemudian dituangkan dalam bentuk model aplikasi komputer berbasis web

meliputi: (1) teknologi proses, (2) neraca massa dan energi, (3) pemilihan lokasi industri, (4) perancangan tata letak fasilitas, dan (5) analisis kelayakan finansial. Analisis sistem dilakukan menggunakan universal modeling language (UML) sedangan pengembangan model dilakukan menggunakan bahasa pemrograman

hypertext preprocessor (PHP) dan hypertext markup language (HTML).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model mampu menggambarkan teknologi proses produksi, neraca massa dan energi, pemilihan lokasi, tata letak

fasilitas, dan kelayakan finansial pada agroindustri EB berbasis pisang. Model sistem

produksi yang dirancang mampu membantu pihak terkait dalam pengambilan keputusan terkait perancangan sistem produksi, model juga dapat diterapkan pada

agroindustri EB berbasis pisang, dan secara finansial kayak dijalankan. Pada aspek

finansial, model sistem produksi EB yang dirancang lebih sensitif terhadap penurunan

harga jual produk dibandingkan kenaikan harga bahan baku.

(6)

SUMMARY

YUSUF ANDRIANA. Production System Design of Banana (Musa paradisiaca)

Based Energy Bar Agroindustry. Supervised by MACHFUD, INDAH

YULIASIH, and AKMADI ABBAS.

Market demand for fruit and cereals based energy bar is increasing in various countries. On the other hand, high production of banana as raw material

in Indonesia makes energy bar prospective to develop in industrial scale.Energy

bar is a product that contains high concentration of protein, fats and

carbohydrates. It can be used for various purposes such as in: military, aviation, tourism, search and rescue, exploratory research, complementary foods, and emergency food product. Establishment of a banana based energy bar agroindustry requires an in-depth study. Therefore, study on the production system model is needed to know which model is suitable to be implemented in real world. The model is expected to be able to help the stakeholder to get information and make decision about production system in banana based energy bar agroindustry.

This research was conducted using system engineering approach. Each

component of the system was designed and then developed in the form of

web-based computer application model. The designed system components were: (1) process technology, (2) mass and energy balance, (3) industrial location

selection, (4) facility layout, and (5) financial feasibility analysis. The UML

(universal modeling language) was used to analyze the system. Hypertext

preprocessor (PHP) and hypertext markup language (HTML) were used to

develop web-based computer application model.

The results showed that the model was able to describe the production process, location selection, facility layout planning, and financial feasibility analysis of banana based energy bar industrial planning project. The production system model could help decision maker to make decision related to the production system of banana based energy bar agroindustry. Based on the validity of the model, it was concluded that the model could be implemented in real world and was financially feasible. The model was more sensitive toward decreasing product selling price than increasing raw material price.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

RANCANG BANGUN SISTEM PRODUKSI AGROINDUSTRI

ENERGY BAR

BERBASIS PISANG (

Musa paradisiaca

)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(10)
(11)

NIM : F351100141

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof

Ketua

Dr Indah Yuliasih Anggota

adi Abbas, MEngSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Prof Dr Ir Machfud, MS

(12)

Judul Tesis : Rancang Bangun Sistem Produksi Agroindustri Energy Bar

Berbasis Pisang(Musa paradisiaca) Nama : Yusuf Andriana

NIM : F351100141

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Machfud, MS Ketua

Dr Indah Yuliasih, STP, MSi Anggota

Dr Ir Akmadi Abbas, MEngSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(13)
(14)

PRAKATA

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan tesis yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Produksi Agroindustri

Energy Bar Berbasis Pisang (Musa paradisiaca)”.

Penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan masukan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Prof Dr Ir Machfud, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, saran dan kritik dalam penelitian dan penulisan tesis.

2. Dr Indah Yuliasih, STP, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan kritik dalam penelitian dan penulisan tesis.

3. Dr Ir Akmadi Abbas, MEngSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan kritik dalam penelitian dan penulisan tesis.

4. Dr Ir Meika Syahbana Rusli, MSc selaku penguji luar komisi atas masukan dan saran dalam perbaikan tesis.

5. Kementrian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia yang telah memberikan pendanaan selama studi di IPB melalui Program Beasiswa Pasca Sarjana Kementrian Riset dan Teknologi Tahun Anggaran 2010.

Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Oktober 2013

(15)
(16)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN xx

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Pengembangan Produk Berbasis Buah Pisang 5

Energy Bar Sebagai Produk Pangan Berkalori Tinggi 5

Sistem Produksi 6

Rancang Bangun Sistem Produksi 6

Teknologi Proses Agroindustri 7

Perancangan Tata Letak Fasilitas 8

Sistem Penunjang Keputusan 8

Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian 9

3 METODE 11

Kerangka Pemikiran 11

Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 11

Waktu dan Tempat Penelitian 12

Tata Laksana Penelitian 12

4 ANALISIS DAN PEMODELAN SISTEM 23

Analisis Sistem 23

Identifikasi Sistem 24

Pemodelan Sistem 26

Verifikasi dan Validasi Model 35

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 37

Produk Energy Bar 37

Densitas Energi Pada Produk Energy Bar BerbasisPisang 40

Sub Model Penentuan Komposisi Bahan Baku 42

Teknologi Proses Produksi 45

Sub Model Neraca Massa dan Neraca Energi 46

Mesin dan Peralatan 55

Pengolahan Limbah 58

Sub Model Pemilihan Lokasi Industri 61

(17)

Sumber Daya Manusia 74

Sub Model Analisis Kelayakan Finansial 77

6 SIMPULAN DAN SARAN 85

Simpulan 85

Saran 85

DAFTAR PUSTAKA 87

LAMPIRAN 95

(18)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan perspektif dalam rancang bangun sistem produksi 7 2 Teknik pengumpulan dan pengolahan data penelitian 12

3 Skala pada matriks perbandingan berpasangan 16

4 Matrik perbandingan berpasangan pada untuk memprioritaskan kriteria pemilihan lokasi agroindustri 16 5 Nilai indeks acak (RI), matrik berorde 1 – 13 17 6 Analisis kebutuhan pelaku sistem produksi agroindustri EB berbasis

pisang 24

7 Spesifikasi produk EB hasil penelitian terdahulu dibandingkan

beberapa standar 38

8 Kategori produk pangan berdasarkan densitas energi 40 9 Perhitungan jumlah kalori pada produk EB berbasis pisang 41 10 Komposisi bahan baku produk EB berbasis pisang 41 11 Perbandingan jumlah kalori Probarz dengan beberapa produk

komersial sejenis 42

12 Prosentase komponen nutrisi makro pada bahan baku EB berbasis

pisang 42

13 Karakteristik mutu pisang dan tepung pisang pada produksi EB

berbasis pisang 43

14 Karakterisasi produk EB berbasispisang hasil implementasi model 44 15 Perhitungan kebutuhan energi pada tahap persiapan bahan baku 52 16 Perhitungan kebutuhan energi pada tahap produksi EB berbasis

pisang 53

17 Mesin dan peralatan dalam proses produksi EB berbasis pisang 55 18 Karakteristik limbah pisang sebagai bahan baku kompos 58

19 Standar mutu kompos menurut SNI 60

20 Kebutuhan bahan pada produksi kompos limbah pisang 61 21 Kebutuhan mesin dan perlatan produksi kompos limbah pisang 61 22 Produksi pisang menurut provinsi tahun 2009-2011 62 23 Produksi pisang menurut kabupaten di Provinsi Jawa Barat 63 24 Perkiraan kebutuhan ruang non produksi pada agroindustri EB

berbasis pisang 68

25 Perkiraan kebutuhan luas ruang produksi pada agroindustri EB

berbasis pisang 69

26 Spesifikasi jabatan berdasarkan latar belakang pendidikan 77 27 Biaya investasi pada perancangan sistem produksi EB berbasis pisang 79 28 Kriteria kelayakan investasi pada beberapa skenario jumlah produksi 82 29 Analisis sensitivitas kelayakan investasi pada perubahan beberapa

variabel input 83

30 Kalor spesifik beberapa produk pangan 106

(19)

DAFTAR GAMBAR

1 Pohon industri pada pengembangan produk berbasis buah pisang 5 2 Penyerdahanaan model pada sistem transformasi 6

3 Struktur sistem penunjang keputusan 9

4 Kerangka pemikiran konseptual penelitian 11

5 Tata laksana penelitian 13

6 Perancangan tata letak fasilitas dengan metode systematic layout

planning 15

7 Hierarki pengambilan keputusan lokasi agroindustri EB berbasis

pisang dengan teknik AHP 15

8 Diagram sebab akibat pada rancang bangun sistem produksi

agroindustri EB berbasispisang 25

9 Diagram kotak gelap pada model sistem produksi agroindustri EB

berbasis pisang 26

10 Konfigurasi model sistem produksi yang dalam bentuk SPK 26 11 Diagram usecase pada model sistem produksi agroindustri EB

berbasis pisang 27

12 Diagram aktivitas pada SPK Sispro Agroban 1.0 29 13 Diagram alir deskripsi sub model penentuan komposisi bahan baku

pada agroindustri EB berbasispisang 30

14 Diagram status pada penentuan densitas energi produk EB berbasis

pisang 31

15 Diagram status pada sub model pemilihan lokasi agroindustri EB

berbasis pisang 31

16 Diagram alir deskripsi model pemilihan lokasi agroindustri EB

berbasis pisang 32

17 Diagram alir deskripsi sub model kelayakan finansial pada sistem

produksi agroindustri EB berbasispisang 33

18 Diagram status pada sub model kelayakan finansial agroindustri EB

berbasis pisang 34

19 Diagram kelas pada model sistem produksi agroindustri EB berbasis

pisang 35

20 (a) Sediaan produk EB berbasis pisang sebelum dikemas, (b) sediaan

produk EB berbasis pisang setelah dikemas 39

21 Produk EB berbasis pisang dalam kemasan primer dan sekunder 39 22 Tampilan antar muka pada modul produk SPK Sispro Agroban 1.0 40 23 Tampilan antar muka pada modul bahan baku EB berbasis pisang 45 24 Tampilan antar muka penentuan densitas energi pada komposisi

bahan baku EB berbasis pisang 45

25 Diagram alir produksi tepung pisang 46

26 Diagram alir produksi EB berbasis pisang 47

27 Diagram alir neraca massa pada tahap persiapan bahan baku 48 28 Diagram alir neraca massa pada tahap produksi EB berbasis pisang 49 29 Akumulasi waktu proses produksi (ڧ) dan waktu proses produksi

(ڦ) pada tahap persiapan bahan baku 50

(20)

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)

31 Tampilan antar muka pada modul neraca massa SPK Sispro Agroban

1.0 54

32 Tampilan antar muka pada modul neraca energi SPK Sispro Agroban

1.0 54

33 Rangkaian mesin dan peralatan produksi EB berbasis pisang 56 34 Tampilan antar muka modul mesin dan peralatan SPK Sispro

Agroban 1.0 57

35 Tampilan antar muka pada modul teknologi proses SPK Sispro

Agroban 1.0 57

36 Diagram alir tahapan pengomposan 59

37 Aliran bahan pada produksi kompos limbah pisang 60 38 Alternatif lokasi pendirian agroindustri produk pangan berkalori

tinggi berbasis pisang 63

39 Hierarki keputusan pada pemilihan lokasi agroindustri EB berbasis

pisang 64

40 Hasil pembobotan pada pemilihan lokasi agroindustri EB berbasis

pisang 64

41 Tampilan antar muka pengisian bobot pada modul pemilihan lokasi

agroindustri EB berbasis pisang 65

42 Tampilan antar muka hasil prioritas pemilihan lokasi pada

agroindustri EB berbasis pisang 65

43 Bagan proses operasi pada persiapan bahan baku tepung pisang 67 44 Bagan proses operasi pada produksi EB pisang 67 45 Diagram keterkaitan aktivitas pada perencanaan tata letak

agroindustri EB berbasis pisang 70

46 Nilai TCR pada masing-masing pusat aktivitas 71

47 Penempatan pusat aktivitas berdasarkan TCR 72

48 Ilustrasi penempatan pusat aktivitas berdasarkan template kebutuhan

luas ruang 72

49 Tata letak pabrik pada agroindustri EB berbasis pisang 73 50 Tampilan antar muka tata letak pabrik pada agroindustri EB berbasis

pisang 74

51 Struktur organisasi agroindustri EB berbasis pisang 75 52 Tampilan antar muka modul biaya investasi pada SPK Sispro

Agroban 1.0 80

53 Tampilan antar muka pada modul input biaya operasional SPK Sispro

Agroban 1.0 80

54 Tampilan antar muka hasil perhitungan kelayakan finansial pendirian

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1

Penelitian terdahulu dan posisi penelitian 97

2 Neraca massa pada tahap produksi tepung pisang 101 3 Neraca massa pada tahap proses produksi EB berbasis pisang 102 4 Perhitungan neraca energi pada produksi EB berbasis pisang 103 5 Kuisioner AHP pada sub model pemilihan lokasi industri 108

6 Interview guidance pada pada tahap validasi menggunakan teknik

face validity 119

7 Spesifikasi mesin dan peralatan pada agroindustri EB berbasis pisang 120 8 Asumsi-asumsi yang digunakan pada analisis kelayakan finansial

pendirian agroindustri EB berbasis pisang 122

9 Sumber pendanaan investasi pendirian agroindustri EB berbasis pisang menggunakan sistem produksi yang dirancang 123 10 Biaya investasi pada agroindustri EB berbasis pisang 124 11 Depresiasi pada investasi agroindustri EB berbasis pisang 126 12 Perhitungan modal kerja pada produksi EB berbasis pisang 128 13 Biaya operasional pada pendirian agroindustri EB berbasis pisang 129 14 Perhitungan biaya pemeliharaan dan overhead pendirian agroindustri

EB berbasis pisang 131

15 Perhitungan pembayaran kredit investasi pada perencanaan sistem

produksi agroindustri EB berbasis pisang 132

16 Perhitungan pembayaran kredit modal kerja pada pendirian

agroindustri EB berbasis pisang 135

17 Proyeksi biaya produksi pada pendirian agroindustri EB berbasis

pisang 137

18 Proyeksi pendapatan dan pendapatan bersih pada perencanaan sistem

produksi agroindustri EB berbasis pisang 138

19 Financial return pada perencanaan sistem produksi agroindustri EB

berbasis pisang 139

20 Analisis sensitivitas pada perancangan sistem produksi agroindustri

(22)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Energy bar (EB) merupakan produk pangan yang mengandung protein,

lemak dan karbohidrat dengan konsentrasi tinggi. Produk ini biasa dikonsumsi oleh atlet dan orang yang mempunyai aktivitas fisik tinggi untuk menjaga kebutuhan kalorinya (Norajit et al., 2011). Konsentrasi nutrisi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) pada produk EB dapat dilihat dari nilai densitas energinya. Densitas energi adalah jumlah energi (kkal) per jumlah produk pangan (gram) (Vernarelli et al., 2013). Densitas energi untuk produk kategori ini berkisar antara 4.66–5.00 kkal/g (IOM, 2002). Produk pangan dengan densitas energi yang tinggi dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan antara lain: militer, penerbangan, pariwisata, pencarian dan penyelamatan, eksplorasi penelitian (Zhang et al., 2003), makanan pelengkap (Nguyen et al., 2007), dan produk pangan darurat (IOM, 2002).

Penjualan produk EB di berbagai negara mengalami peningkatan. Penjualan produk EB di Amerika Serikat meningkat dari USD 200 juta pada tahun 1997 menjadi USD 1.7 miliar pada tahun 2010 (Rigik, 2011). Begitupula di Inggris, penjualan produk EB meningkat dari USD 29.5 juta pada tahun 2007 menjadi USD 71.5 juta pada tahun 2011 dan diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan menjadi USD 133.2 pada tahun 2016 (AAFC, 2012), sedangkan di Kanada penjualan produk EB pada tahun 2009 mencapai USD 85.43 juta dan diproyeksikan meningkat menjadi USD 93 juta pada tahun 2014 (AAFC, 2010). ACNielsen (2004) memproyeksikan penjualan produk EB bebasis serealia dan buah-buahan di wilayah Asia Pasifik termasuk Indonesia akan mengalami peningkatan 14% per tahun dari total penjualan sebesar USD 243 juta.

Industri EB berbasis buah-buahan lokal berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Salah satu buah lokal yang dapat digunakan sebagai bahan baku EB

adalah pisang. Selain produksi pisang yang melimpah (5.7 juta ton atau sekitar 40% produksi buah nasional) (BPS, 2012), pemanfataan pisang sebagai bahan baku industri belum optimal. Balitbang Deptan (2005) memperkirakan bahwa daya serap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pengolahan pisang (industri keripik, ledre, sale getuk, jus, jam, dll) dalam memanfaatkan pisang sebagai bahan baku di Indonesia hanya mencapai 30 ribu ton per tahun. Besarnya peluang pasar dan ketersediaan bahan baku pisang menjadikan produk EB pisang menjadi salah satu produk prospektif untuk dikembangkan menjadi skala industri. Oleh karena dibutuhkan kajian terhadap model sistem produksi yang cocok digunakan dalam pendirian industri EB pisang.

Sistem produksi adalah kesatuan sumber daya produksi serta prosedur yang diatur sedemikian rupa untuk melakukan fungsi produksi pada suatu perusahaan (Groover, 2001). Bellgran dan Kristina (2010) menyebutkan bahwa sistem produksi dapat mendukung daya saing perusahaan, karena dengan sistem produksi yang baik peningkatan output, efisiensi dan kualitas produk sebuah industri dapat tercapai.

(23)

berbagai pendekatan yang telah dilakukan dalam rancang bangun sistem produksi antara lain; (1) pendekatan kerangka kerja (framework) dan strategi (contoh: strategi pabrikasi (Hill, 2000)), (2) pendekatan filosofi dengan serangkaian teknik dan metode (contoh: just in time (Hirano, 2000); total productivity maintenance

(Nakajima, 1988); computer integrated manufacturing (Waldner, 1992)), (3) desain dengan filosofi (toyota production system (Shingo, 1989)), (4) system

engineering/design framework (Bellgran dan Kristina (2010)).

Penelitian dalam konteks rancang bangun sistem produksi untuk produk agroindustri belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian di Indonesia terkait rancang bangun sistem produksi yang pernah dilakukan antara lain; Suprihatini (2004) melakukan rancang bangun sistem produksi dengan mendeskripsikan keinginan pasar produk terhadap teh dan penguasaan teknologi, kemudian memberikan masukan untuk perbaikan proses produksi teh sesuai keinginan pasar, Nur (1994) mengusulkan model pengadaan bahan baku pada sistem produksi agroindustri nenas, dan Kusumaningsih (1989) mengusulkan model sistem produksi dalam perencanaan produksi minyak atsiri. Perancangan sistem produksi pada penelitian tersebut terkait dengan sistem produksi yang telah ada (existing

system) dan tidak dilakukan dalam level mendetail.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan rekayasa sistem (Parnell et al., 2011). Masing-masing komponen sistem dirancang dan kemudian dituangkan dalam bentuk model aplikasi komputer berbasis web meliputi: (1) teknologi proses, (2) neraca massa dan energi, (3) pemilihan lokasi industri, (4) perancangan tata letak fasilitas, dan (5) analisis kelayakan finansial. Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu pihak-pihak terkait dalam memperoleh informasi dan membantu dalam pengambilan keputusan terkait sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang.

Perumusan Masalah

Pendirian agroindustri EB bebasis pisang membutuhkan kajian mengenai sistem produksi yang akan digunakan. Sistem produksi yang dipilih berpengaruh terhadap tingkat pengembalian investasi sebuah industri, karena hanya dengan sistem produksi yang baik, output, efisiensi dan kualitas produk dapat ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan model sistem produksi agroindustri EB

berbasis pisang untuk menjembatani pihak yang berkepentingan dalam pendirian agroindustri ini. Pertanyaan penelitan yang dingin dijawab dari penelian ini yaitu:

1. Rancangan sistem produksi seperti apakah yang dapat digunakan pada agroindustri EB berbasis pisang?

2. Bagaimanakah tingkat pengembalian investasi agroindustri EB pisang menggunakan sistem produksi yang dirancang?

(24)

3 dan kemudian diwujudkan dalam bentuk sistem penunjang keputusan berbasis

web menggunakan bahasa pemrograman hypertext preprocessor (PHP) dan desain antar muka menggunakan hypertext markup language (HTML).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya model sistem produksi agroindustri energy bar (EB) berbasis pisang dalam bentuk sistem penunjang keputusan berbasis web dengan komponen sistem produksi yang dikaji yaitu: teknologi proses, neraca massa dan energi, pemilihan lokasi industri, tata letak fasilitas, dan analisis kelayakan finansial.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini antara lain; (1) memberikan informasi dan sumbangan pemikiran pada bidang aplikasi ilmu sistem produksi pada agroindustri EB berbasis pisang, (2) sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam rangka merancang sistem produksi untuk agroindustri EB berbasis pisang, dan (3) dapat dipakai sebagai sumber acuan untuk mengkaji dan meneliti perancangan sistem produksi produk

EB berbasis pisang khususnya teknologi proses, neraca massa dan energi, penentuan lokasi industri, tata letak fasilitas, dan kelayakan finansialnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(25)
(26)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Produk Berbasis Buah Pisang

Pisang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk baik produk pangan maupun non pangan. Pengembangan berbagai macam produk berbasis pisang dapat dilihat pada Gambar 1. Dilihat dari transformasi bahan bakunya, Austin (1992) mengategorikan agroindustri menjadi empat level. Agroindustri EB

berbasis pisang termasuk pada kategori agroindustri level 3 jika dilihat dari konversi bahan baku pisang menjadi tepung pisang dan kemudian menjadi produk

EB. Semakin tinggi level produk pada suatu agroindustri semakin tinggi pula nilai tambah yang diperoleh dari agroindustri tersebut. Karakteristik agroindustri pada level yang tinggi mendekati karakteristik industri manufaktur.

Gambar 1 Pohon industri pada pengembangan produk berbasis buah pisang (dimodifikasi dari Balitbang Deptan (2005))

Energy Bar Sebagai Produk Pangan Berkalori Tinggi

Energy bar (EB) merupakan produk pangan yang mengandung protein,

lemak dan karbohidrat dengan konsentrasi tinggi. Produk ini biasa dikonsumsi oleh atlet dan orang yang mempunyai aktivitas fisik tinggi untuk menjaga kebutuhan kalorinya (Norajit et al., 2011). Densitas energi untuk produk kategori ini berkisar antara 4.66–5.00 kkal/g (IOM, 2002). Produk pangan dengan densitas energi yang tinggi dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan antara lain: militer, penerbangan, pariwisata, pencarian dan penyelamatan (search and

rescue), eksplorasi penelitian (Zhang et al., 2003), makanan pelengkap

(complementary food) (Nguyen et al., 2007), dan produk pangan darurat

(27)

Pengembangan produk pangan berkalori tinggi telah banyak dikembangkan untuk berbagai kepentingan. Berbagai macam formulasi yang dikembangkan, antara lain: produk pangan berkalori tinggi berbentuk cookies (Sitanggang, 2008), produk pangan semi basah (Sitanggang, 2009), makanan kaleng (Valentina, 2009),

snack bar berbahan baku serealia (Stephanie, 2010), EB berbahan baku pisang

(Ferawati, 2009; Luthfiyanti, et al., 2011; Christian, 2011), dan Laily (2010) mengembangkan pangan darurat berbentuk biskuit dengan penambahan imunostimulan. Namun penelitian ke arah industrinya belum banyak dilakukan.

Sistem Produksi

Sistem produksi adalah suatu kesatuan sumberdaya manusia, mesin dan peralatan, serta prosedur yang diatur sedemikian rupa untuk melakukan fungsi produksi dari sebuah perusahaan (Cochran et al., 2000; Groover, 2001). Berdasarkan teori sistem, setiap sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan sub sistem yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks (Zust dan Schregenberger, 2003). Setiap sub sistem saling bergantung satu dengan yang lain, bekerja karena penyebab yang sama, dan perlu dirancang bersama-sama untuk mencapai efisiensi maksimum (Houshmand dan Jamshidnezhad, 2002). Sebuah sistem produksi dapat digambarkan sebagai satu himpunan sub sistem produksi pada sepanjang aliran nilai (value stream) perusahaan, membentuk keseluruhan aliran produksi dari bahan baku sampai dengan produk sampai ke tangan pelanggan (Erlach, 2005).

Sistem produksi juga dapat dipandang sebagai sebuah sistem transformasi, dimana elemen sistem transformasi adalah proses, operan dan operator (Hubka dan Eder 1988). Struktur dan hubungan sub sistem produksi dipandang sebagai sebuah sistem transformasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Proses Transformasi

Sistem SDM Sistem

Teknis

Sistem Informasi

Sistem manajemen

dan tujuan M,E,I

Operan pada kondisi yang dinginkan Operan pada

kondisi awal

Sistem pelaksana

Lingkungan aktif

Lingkungan pasif

Sistem transformasi

M=Material E=Energi I=Informasi

Gambar 2 Penyerdahanaan model pada sistem transformasi (diadaptasi dari Hubka dan Eder (1988))

Rancang Bangun Sistem Produksi

(28)

7 perencanaan (planning) cenderung berfokus pada proses (Dandy dan Warner, 1989).

Desain sistem produksi melibatkan perumusan masalah, tujuan dan menguraikan alternatif tindakan (pemecahan masalah), evaluasi, memilih alternatif keputusan dan rancangan terperinci sistem produksi yang diusulkan

(decision-making). Hasil dari sebuah desain sistem produksi adalah deskripsi

(spesifikasi) dari sistem produksi (Bellgran, 2000). Terdapat beberapa perspektif dalam melakukan rancang bangun sistem produksi. Ruffini (1999) mengelompokkan perspektif dalam rancang bangun sistem produksi dalam dua perspektif, yaitu perspektif industri dan perspektif akademik yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbedaan perspektif dalam rancang bangun sistem produksi Perspektif

Industri

Perspektif Akademik Parsial Teori Holistik Teori

Trial dan eror

Alokasi seumberdaya

Kerangka kerja (framework) dan strategi (contoh: strategi pabrikasi (Hill, 2000))

Tata letak Pendekatan filosofi dengan serangkaian teknik dan metode (contoh: Just In Time

(Hirano, 1989); Total Productivity

Maintenance (Nakajima, 1988);

Computer Integrated Manufacturing

(Waldner, 1992))

Aliran bahan Desain dengan filosofi (contoh: Toyota

Production System (Shingo, 1989))

Kapasitas

buffer

System engineering/design framework

(contoh: Bellgran dan Kristina (2010), Cochran et al. (2000))

Sumber: Ruffini (1999)

Teknologi Proses Agroindustri

(29)

Ranah rekayasa proses mencakup bahasan antara lain: sintesis, optimasi proses, dan rancang bangun proses (Rudd et al., 1973).

Teknologi proses untuk agroindustri merupakan teknologi pengubahan kimiawi/biokimiawi dan/atau fisik hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Produk akhir dapat berupa produk yang siap dikonsumsi maupun produk yang merupakan bahan baku industri lain (Mangunwidjaja dan Suryani, 1999).

Pada konsteks rancang bangun sistem produksi agroindustri, teknologi proses sangat penting untuk ditetapkan, terkait dengan tingkat teknologi yang akan digunakan dalam sistem produksi. Teknologi proses yang digunakan juga terkait dengan pemilihan mesin dan peralatan, aliran bahan, dan tata letak fasilitas yang akan digunakan dalam sistem produksi serta terkait dengan kelayakan industri yang akan dibangun.

Perancangan Tata Letak Fasilitas

Perancangan tata letak fasilitas merupakan suatu proses perancangan

(design) dan pengaturan fasilitas fisik (mesin/peralatan, lahan, bangunan/ruang,

utilitas, untuk mengoptimalkan keterkaitan antar pekerja, aliran bahan, informasi, dan metode yang dibutuhkan, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis, dan aman (Apple, 1983). Dalam kaitannya dengan sistem produksi tata letak fasilitas merupakan sub sistem dari sistem produksi.

Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan dalam perancangan perancangan tata letak fasilitas industri antara lain sistematic layout planning

(SLP) (Murther, 1973), sedangkan instrumen yang sering digunaan dalam perancangan tata letak fasilitas adalah algoritme genetik, automatic layout design

program (ALDEP), computerized relationship layout planning (CORELAP),

compurized relative allocation of facilities technique (CRAFT).

Sistem Penunjang Keputusan

Pada konteks fungsi perencanaan dalam manajemen industri, rancang bangun sistem produksi melibatkan serangkaian pengambilan keputusan terkait, produk, proses, tata letak, lokasi, tata letak, sistem kerja, dan rantai pasok/logistik yang akan digunakan dalam industri. Untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam perancangan sistem produksi, salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh perancang sistem adalah sistem penunjang keputusan (SPK).

Tujuan SPK adalah membantu manajer dalam proses pengambilan keputusan (Eriyatno 1998) atau dapat dikatakan bahwa SPK merupakan suatu sarana. Oleh karena itu, aspek individu pengambil keputusan dan konteks masalah yang dihadapi akan turut mewarnai keputusan yang akan diambil (Suryadi dan Ramdani 1998).

Komponen SPK terdiri dari: 1) manajemen basis data, mencakup data yang relevan untuk situasi yang dihadapi dan dikelola oleh data base management

system (DBMS). Pada komponen ini data dapat ditambah, dihapus, diganti atau

(30)

9 analitis sistem, dan manajemen software yang sesuai, dan 3) sub-sistem komunikasi atau sub-sistem dialog, merupakan sub-sistem yang disiapkan untuk berkomunikasi berfungsi sebagai user interface sehingga tugas utama manajemen dialog adalah menerima masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki oleh pengguna. Sistem ini menerima masukan dari ketiga sub-sistem lainnya dalam bentuk baku serta menyerahkan keluaran sub-sistem yang dikehendaki dalam bentuk yang baku pula. Manajemen terpusat atau manajemen pengendali merupakan sub-sistem opsional yang dapat menunjang setiap sub-sistem lain atau bertindak sebagai suatu komponen independen (Turban dan Aronson, 1993). Model konseptual SPK memberikan pemahaman dasar tentang struktur umum dan komponen-komponen dari SPK seperti disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur sistem penunjang keputusan (Eriyatno, 1998)

Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian

Posisi penelitian ditetapkan berdasarkan beberapa kajian terhadap referensi jurnal maupun penelitian terdahulu. Kajian mengenai rancang bangun sistem produksi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang antara lain dari jenis produk yang dikembangkan dalam sistem produksi, pendekatan rancang bangun yang dilakukan, level perancangan sistem produksi, teknik yang digunakan dalam rancang bangun sistem produksi, dan kajian pada komponen sistem produksi. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan sistem pada level teknis dengan mewujudkannya dalam bentuk model aplikasi komputer berbasis web. Penelitian ini mengkaji komponen sistem produksi yaitu: teknologi proses, neraca massa dan energi, pemilihan lokasi industi, tata letak pabrik, dan analisis finansialnya.

(31)
(32)

3

METODE

Kerangka Pemikiran

Landasan pikir utama penelitian ini adalah pembuatan model sistem produksi agroindustri EB berbasispisang yang terdiri sub sistem teknologi proses, neraca massa dan energi, pemilihan lokasi industri, perancangan tata letak fasilitas, dan analisis kelayakan finansial yang dituangkan dalam sistem penunjang keputusan berbasis web. Kerangka pemikiran konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

mulai mulai

Menentukan spesifikasi produk

energy bar pisang Menentukan spesifikasi produk

energy bar pisang

Analisis sistem Analisis sistem

Merancang komponen sistem Merancang komponen sistem

Pemodelan sistem Pemodelan sistem

Model sistem produksi (SPK Sispro Agroban 1.0)

Model sistem produksi (SPK Sispro Agroban 1.0)

Implementasi model Implementasi model

selesai selesai Lutfiyanti et al. (2011)

Lutfiyanti et al. (2011)

Metode perancangan komponen sistem produksi Metode perancangan komponen sistem produksi

[image:32.595.112.534.204.674.2]

Parnel et.al. (2011) Parnel et.al. (2011)

Gambar 4 Kerangka pemikiran konseptual penelitian

Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

(33)

kualitatif. Teknik pengumpulan dan pengolahan data secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Teknik pengumpulan dan pengolahan data penelitian Langkah Penelitian Metode Pengambilan

Data

Tipe Data Teknik Pengolahan Data

Menentukan spesifikasi produk

EB berbasis pisang

Studi literatur Sekunder Analisis deskriptif

Menentukan teknologi proses

Studi literatur, penelusuran internet,

benchmarking terhadap

teknologi proses yang telah ada pilot plant B2PTTG LIPI

Sekunder Pengembangan

teknologi proses, hukum kekekalan massa dan energi

Merancang tata letak fasilitas

Studi literatur, penelusuran internet

Sekunder Sistematic Layout

Planning (Donk dan

Galman, 2004) Pemilihan lokasi

industri

Survei pakar Primer Analytical Hierarchy

Process (Saaty, 1994)

Analisis finansial Studi literatur, penelusuran internet

Sekunder Perhitungan finansial (Soeharto, 2002) (NPV, IRR, B/C, PBP, BEP) Pemodelan sistem Studi literatur,

penelusuran internet, survei pakar

Primer Sekunder

Metode pemodelan sistem (Parnell et al.

(2011)) Verifikasi dan validasi model Pemeriksaan terhadap algoritma program, survei pakar Primer Sekunder Analisis deskriptif, expert’s judgment

(face validity)

(Becker, 2012)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2012 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Teknik Sistem dan Industri, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data terkait produksi EB berbasis pisang dilakukan di Unit Pilot Plant Pengolahan Buah dan Sayuran, Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG), LIPI, Subang, Jawa Barat.

Tata Laksana Penelitian

Tahapan penelitian diawali dengan penentuan spesifikasi produk EB

berdasarkan penelitan Luthfiyanti et al. (2011). Analisis sistem dilakukan menggunakan universal modeling language (UML) untuk menggambarkan fenomena yang terjadi didalam sistem (Boch et al., 2009) dengan bantuan

(34)

13 menjadi komponen sistem dan dilakukan perancangan komponen sistem produksi meliputi teknologi proses, neraca massa dan energi, perancangan tata letak fasilitas, pemilihan lokasi industri, dan analisis kelayakan finansial pada sistem produksi yang akan dibangun. Tahap selanjutnya adalah memodelkan komponen sistem produksi yang dirancang dalam bentuk aplikasi komputer berbasis web. Tahapan pelaksanaan penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 5.

mulai mulai

Menentukan spesifikasi produk

energy bar pisang, receipe, dan kondisi proses produksi Menentukan spesifikasi produk

energy bar pisang, receipe, dan kondisi proses produksi

Produksi food bar pisang skala laboratorium (Lutfiyanti et al.,2011)

Produksi food bar pisang skala laboratorium (Lutfiyanti et al.,2011)

Analisis Sistem Analisis Sistem

Konseptual model (prelimenary design)

- mengidentifikasi tujuan sistem - mengidentifikasi variabel input -mengidentifikasi ukuran output -mengidentifikasi komponen sistem -menentukan asumsi

Konseptual model (prelimenary design)

- mengidentifikasi tujuan sistem - mengidentifikasi variabel input -mengidentifikasi ukuran output -mengidentifikasi komponen sistem -menentukan asumsi

- Class diagram - Use Sase Diagram - Activity Diagram - Statechart Diagram

- Class diagram - Use Sase Diagram - Activity Diagram - Statechart Diagram

Pemodelan sistem (Parnel et al.,2011)

Membangun model Power Designer 18 Membangun model

Power Designer 18

Pemodelan data (Phiysical data modelling) Pemodelan data (Phiysical data modelling)

Perancangan User interface

-HTLM, CSS, PHP my admin XAMPP 1.7.7

-Photoshop CS 4 -mySQL

Perancangan User interface

-HTLM, CSS, PHP my admin XAMPP 1.7.7

-Photoshop CS 4 -mySQL

Model Sistem Produksi (SPK Sispro Agroban 1.0)

Model Sistem Produksi (SPK Sispro Agroban 1.0)

Verifikasi & Validasi OK? Verifikasi & Validasi OK?

-Menyamakan perhitungan model dengan perhitungan manual

- Expert’s Judgment

-Menyamakan perhitungan model dengan perhitungan manual

- Expert’s Judgment

Implementasi model Implementasi model Selesai Selesai Re vi si m ode l Yes No

Merancang teknologi proses (process flow diagram, mesin dan peralatan, neraca massa dan energi)

Merancang teknologi proses (process flow diagram, mesin dan peralatan, neraca massa dan energi)

Merancang Tata Letak Fasilitas SLP (Donk dan Galman, 2004)

Merancang Tata Letak Fasilitas SLP (Donk dan Galman, 2004)

Pemilihan lokasi industri AHP (Saaty, 1994) Pemilihan lokasi industri

AHP (Saaty, 1994)

Analisis Finansial (Soeharto, 2002)

IRR, NPV, PBP, B/C, BEP

Analisis Finansial (Soeharto, 2002)

IRR, NPV, PBP, B/C, BEP

Perancangan komponen sistem Perancangan komponen sistem

Gambar 5 Tata laksana penelitian

1. Penentuan spesifikasi produk EB berbasispisang

Produk EB berbasis pisang yang akan dirancang sistem produksinya mengacu pada penelitian Luthfiyanti et al. (2011) dengan karakteristik produk sesuai dengan standar IOM (2002). Spesifikasi produk inilah yang mendasari perancangan sistem produksi tahap selanjutnya. Komponen sistem yang menjadi topik kajian terdiri dari teknologi proses, neraca massa dan energi, pemilihan lokasi industri, tata letak fasiliftas, dan analisis kelayakan finansial.

2. Perancangan Komponen Sistem Produksi

a) Perancangan Teknologi Proses

(35)

menggunakan prinsip-prinsip pengembangan proses yang diusulkan oleh Seider et al. (1998) meliputi: (1) merumuskan masalah perancangan proses (termasuk mengembangkan alternatif proses yang akan digunakan), (2) studi literatur (termasuk benchmarking terhadap teknologi yang telah ada), (3) Menentukan teknologi proses yang akan digunakan termasuk pemilihan ukuran mesin dan peralatan, estimasi biaya, analisis keuntungan yang secara detail akan dibahas pada sub bahasan analisis finansial, dan (4) Rancangan akhir teknologi proses, menggabarkan keseluruhan rangkaian teknologi proses yang akan digunakan.

b) Perancangan Tata Letak Fasilitas

Perancangan tata letak fasilitas pada model sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang dilakukan dengan menggunakan metode

systematic layout planning (Murther, 1973). Tahapan perancangan tata

letak fasilitas dilihat pada Gambar 6.

Tahapan perencanaan tata letak dengan metode SLP dimulai dengan analisis P, Q, R, S, T (tahap 1) untuk semua aktivitas produksi. Data yang dibutuhkan sebagai masukan dalam perancangan tata letak adalah produk (P), kualitas (Q), aliran bahan (R), sumber daya pendukung (S), dan waktu (T). Pada analisis aliran bahan (tahap 2), aliran bahan dari keseluruhan tahapan produksi diintegrasikan dengan

berbagai kegiatan produksi. Tahap “keterkaitan aktivitas” (tahap 3)

merupakan analisis kualitatif terhadap hubungan keterkaitan antar pusat-pusat aktivitas. Tahap “diagram keterkaitan aktivitas” (tahap 4) menempatkan setiap pusat aktivitas secara spasial (keruangan). Pusat-pusat aktivitas dengan tingkat keterkaitan tinggi ditempatkan berdekatan.

Kebutuhan luas ruang dan luas ruang yang tersedia (tahap 5 dan 6) menggambarkan alokasi luas ruangan yang dibutuhkan dengan batasan adalah luas ruangan yang tersedia. Tahap ini merupakan tahapan paling kritis dalam perancangan tata letak fasilitas agoindustri EB pisang

menyangkut perluasan pabrik dimasa depan. Tahap “keterkaitan antar

ruang (space relationship diagram) menambahkan luas setiap pusat aktivitas pada tahapan keterkaitan aktivitas (tahap 7). Pada tahap ini kendala dan batasan dalam perencanaan tata letak diperhatikan sebelum melakukan penyusunan pusat aktivitas dengan diagram blok (tahap 8 dan 9). Tahap 10 adalah mengembangkan alternatif rancangan tata letak dan tahap 11 adalah mengevaluasi dan memilih alternatif tata letak yang dikembangkan.

c) Pemilihan Lokasi Industri

Pemilihan lokasi agroindustri EB berbasis pisang menggunakan teknik pengambilan keputusan kriteria majemuk menggunakan analytical

hierarchy process (AHP) (Saaty, 1994). Kriteria pemilihan lokasi

(36)

15

1. Data masukan (P,Q,R,S,T) 1. Data masukan (P,Q,R,S,T)

2. Aliran Bahan

2. Aliran Bahan 3. Keterkaitan Aktivitas3. Keterkaitan Aktivitas

4. Diagram Keterkaitan Aktivitas 4. Diagram Keterkaitan

Aktivitas

5. Kebutuhan Luas Ruang 5. Kebutuhan Luas

Ruang 6. Luas Tersedia6. Luas Tersedia

7. Diagram Keterkaitan Antar Ruang 7. Diagram Keterkaitan

Antar Ruang

8. Pertimbangan Modifikasi 8. Pertimbangan

Modifikasi 9. Pembatas Praktek9. Pembatas Praktek

10. Pengembangan Alternatif Rancangan

10. Pengembangan Alternatif Rancangan

11. Evaluasi 11. Evaluasi

Pemilihan lokasi agroindustri energy bar pisang Pemilihan lokasi agroindustri energy

bar pisang

Kriteria 1

Kriteria 1 Kriteria 2Kriteria 2 Kriteria 3Kriteria 3 Kriteria 4Kriteria 4 ….. Kriteria nKriteria n

Alternatif lokasi 1

Alternatif lokasi 1 Alternatif lokasi 2Alternatif lokasi 2 Alternatif lokasi 3Alternatif lokasi 3 ….. Alternatif lokasi 1Alternatif lokasi 1

Tujuan

Kriteria

Alternatif

Kriteria lain terkait pemilihan lokasi industri dan alternatif lokasi yang diusulkan disusun dalam sebuah hierarki keputusan seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Gambar 6 Perancangan tata letak fasilitas dengan metode systematic

layout planning (SLP) (Murther, 1973).

Gambar 7 Hierarki pengambilan keputusan lokasi agroindustri EB

berbasis pisang dengan teknik AHP

(37)

elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hierarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria 1, misalnya, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misalnya kriteria 2, kriteria 3, dan Kriteria n. Skala penilaian terhadap tingkat kepentingan antar elemen dapat dilihat pada Tabel 3. Susunan elemen-elemen yang dibandingkan menggunakan perbandingan berpasangan dapat ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 3 Skala pada matriks perbandingan berpasangan

Intensitas

Pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen sama kuat pada sifatnya

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan sedikit lebih menyokong satu elemen atas elemen lainnya.

5

Elemen yang satu sangat penting dibandingkan elemen lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya.

7

Elemen yang satu jelas lebih pentingnya dibandingkan elemen lainnya.

Satu elemen dengan kuat disokong dan didominasinya telah terlihat dalam praktek.

9

Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen lainnya.

Bukti yang menyokong elemen yang satu memiliki tingkat penegasan tertinggi yang menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan.

Kebalikan Jika elemen i mendapat nilai a dibandingkan elemen j, maka elemen j mempunyai nilai 1/a bila dibandingkan elemen i.

Sumber: (Saaty, 1994)

Tabel 4 Matrik perbandingan berpasangan pada untuk memprioritaskan kriteria pemilihan lokasi agroindustri

` Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Kriteria 1 1 2 5

Kriteria 2 1/2 1 ¼

Kriteria 3 1/5 4 1

(38)

17 rumus yang digunakan adalah (Marimin, 2004; Ma’arif dan Tanjung, 2003):

 Untuk memperoleh eigen vector (VE) pada setiap baris dilakukan perkalian baris dengan rumus :

V i √∏n nj aij ij ,2,…,n………. (1)

 Setelah diperoleh eigen vector, langkah selanjutnya adalah menentukan

priority vector (VP) dengan rumus :

eVPi n V V i

i ………(2)

 Untuk menghitung konsistensi rasio, langkah pertama yang dilakukan adalah

menghitung Nilai igen Maksimum (λmax) dengan rumus :

V i V iVPi ………... …(4)

dengan VA = VB merupakan Vektor antara untuk menghitung Nilai Eigen

Maksimum ( ).

Nilai Eigen Maksimum ( ) :

λmax ∑ V

n i

n ……….……(5)

 Perhitungan consistency index (CI) dengan rumus :

λmaxn n……… (6)

 Perhitungan consistency ratio (CR) dengan menggunakan rumus :

………..(7)

RI adalah Indek Acak (Random Index), yang dikeluarkan oleh Oarkridge

Laboratory dimana besarnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai indeks acak (RI), matrik berorde 1 – 13

N RI N RI N RI

1 0.00 6 1,24 11 1.51

2 0.00 7 1,32 12 1.48

3 0.58 8 1,41 13 1.56

4 0.90 9 1,41

5 1.12 10 2,49

(39)

 Perhitungan Matrik Pendapat Gabungan digunakan rumus :

X

m√∏nj xi ……….(8)

dimana:

VBi = nilai eigen baris ke i VPi = vektor prioritas baris i VAi = vektor prioritas baris ke i

λmax Nilai eigen maksimum

CI = consistency indeks

CR = consistency ratio

XG = rata-rata geometrik Xi = pendapat responden ke i

Aij = elemen untuk baris ke i lalu ke j n = jumlah elemen

ij ,2,3,…..n

m = Jumlah responden

Hasil pendapat gabungan tersebut kemudian dihitung dengan prosedur yang sama seperti perhitungan vektor prioritas gabungan. Komponen hierarki yang memiliki nilai eigen prioritas gabungan tertinggi pada setiap level, merupakan komponen prioritas pertama. Alternatif strategi prioritasi adalah alternatif strategi yang memiliki eigen vektor prioritas tertinggi. Penyelesaian perhitungan dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel 2003 dan Program expert choice (ECE, 2000).

d) Analisis Finansial

Tahapan analisis kelayakan finansial pada sistem produksi yang dirancang sama dengan tahapan analisis kelayakan finansial indusri pada umumnya. Adapun langkah-langkah analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah (Soeharto, 2002; Brown, 1999)): (1) menentukan parameter dasar sebagai landasan membuat perkiraan biaya biaya investasi, (2) memperkirakan biaya investasi, (3) proyeksi pendapatan unit usaha hasil proyek, (4) menentukan arus kas selama umur proyek sebagai model analisis, (5) menyusun kriteria penilaian, (6) melakukan penilaian kelayakan proyek, (7) melakukan analisis sensitivitas, (8) membandingkan hasil analisis dengan kriteria investasi, dan (9) mengidentifikasi kondisi yang membuat usaha yang dianalisis berada di bawah kriteria investasi yang dapat diterima. Beberapa kriteria analisis finansial dan metode perhitungannya, diuraikan sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV)

(40)

19 diperoleh dengan menggunakan persamaaan berikut (Wetson dan Copeland, 1992) :

tt

n

t

………....(9)

dimana :

CFt = arus kas neto periode t

i = tingkat diskonto (discount rate)

n = umur proyek

I0 = investasi awal

Kriteria kelayakan berdasarkan nilai NPV adalah sebagai berikut : NPV = positif, maka usulan proyek dapat diterima, semakin tinggi nilai NPV akan semakin baik

NPV = negatif, usulan proyek ditolak NPV = 0 berarti netral

2. Net benefit-Cost Ratio

Metode net benefit-cost ratio (BCR) membandingkan antara penerimaan atau arus kas proyek yang telah didiskonto menjadi nilai sekarang dengan pengeluaran proyek yang juga telah didiskonto menjadi nilai sekarang, sehingga rumus perbandingan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Soeharto, 2002):

t

t n t

t

t n t

………..( 0)

dimana:

Bt = manfaat (benefit) periode t

Ct = biaya (cost) periode t

i = tingkat diskonto (discount rate)

n = umur proyek

= nilai sekarang benefit

= nilai sekarang biaya

Kriteria kelayakan berdasarkan nilai BCR adalah sebagai berikut : BCR > 1 usulan proyek diterima

BCR < 1 usulan proyek ditolak BCR = 0 netral

3. Internal Rate of Return (IRR)

(41)

dengan menentukan terlebih dahulu besar pengembalian diskonto (i), kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV) dari kas keluar dan masuk. Untuk IRR ditentukan nilai NPV= 0, kemudian dicari berapa besar tingkat pengembalian diskonto (i) agar hal tersebut dapat terjadi, rumus perhitungan IRR adalah sebagi berikut :

∑ ( )t

( i)t ∑

( o)t

( i)t

n

t 0 n

t 0

……… ………….( )

dimana :

(C)t = arus kas masuk pada tahun t

(Co)t = arus kas keluar pada tahun t

i = tingkat pengembalian

n = tahun proyek

Kriteria kelayakan berdasarkan nilai IRR adalah sebagai berikut :

IRR > tingkat pengembalian (i) yang dinginkan (required rate of

return atau biasanya dengan minimum attractive rate of

return perbankan), proyek diterima

IRR < tingkat pengembalian (i) yang dinginkan (required rate of

return atau biasanya dengan minimum attractive rate of

return perbankan), proyek ditolak

4. Payback Period (PP)

Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan suatu

proyek untuk menutup pengeluaran investasi, yang merupakan alat evaluasi formal yang pertama digunakan dalam penganggaran modal (Brigham dan Gapenski, 1997; Gitman, 2000). Dengan menghitung arus kas neto kumulatif pada setiap tahun proyek dapat diketahui pada tahun ke berapa arus kas kumulatif tersebut mulai positif.

………..…( 2)

dimana:

t = periode tahun terjadinya arus kas kumulatif negatf terakhir CCFt =arus kas kumulatif pada tahun ke t

CCFt-1 =arus kas pada tahun ke (t-1)

5. Break Even Point (BEP)

BEP merupakan suatu keadaan dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Rumus perhitungan BEP adalah sebagai berikut:

E

(42)

21 dimana:

BEP = break-even point FC = biaya tetap VC = biaya variabel

P = harga

6. Return of Investment (ROI)

Pengembalian atas investasi return of investment (ROI) adalah perbandingan dari pemasukan (income) pertahun terhadap dana investasi. Dengan demikian memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi. Rumusnya adalah sebagai berikut:

O Pemasukan nvestasi x 00 ………

Berdasarkan analisis di atas terlihat bahwa semakin besar ROI, semakin disukai oleh calon investor, seperti halnya dengan periode pengembalian, pemakai kriteria ini harus menentukan terlebih dahulu berapa besar angka ROI sebagai patokan, bila ROI yang ditawarkan kurang dari angka tersebut, usulan investasi disetujui.

3. Pemodelan Sistem

Pemodelan sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan pemodelan sistem yang dikembangkan oleh Parnell et al. (2012) yaitu: (a) membuat model konseptual, (b) mengkonstruksi model, (c) implementasi model, dan (d) melakukan revisi model

a) Membuat model konseptual

Model konseptual adalah representasi teoritis sistem berdasarkan observasi ilmiah. Dalam hal ini dilakukan identifikasi tujuan sistem, input, output, komponen, asumsi, kontrol pada model yang dikembangkan. Penggambaran input-output pada model sistem produksi dapat dilakukan menggunakan diagram input-output, sedangkan kebutuhan sistem dapat dianalisis berdasarkan kebutuhan aktor yang terlibat.

b) Mengkonstruksi model

Konstruksi model yang dibuat dilakukan dengan pendekatan object

oriented modeling, dengan melakukan analisis terhadap usecase, activity

chart diagram, state chart diagram, dan class diagram. Kemudian

dikembangan pemodelan data yang dibutuhkan dalam sistem dengan membangun conceptual data model (CDM) yang dikembangkan menjadi

physical data model (PDM) menggunakan bantuan software Sybase Power

Designer 16.0. Konstruksi user interface (antar muka) antara user dengan

sistem yang dibangun dilakukan dengan menggunakan menggunakan bahasa PHP dengan bantuan perangkat lunak XAMPP 1.7.7 dengan database

(43)

c) Implentasi model

Sebelum sistem diimplementasikan dilakukan verifikasi dan validasi terhadap sistem yang dibangun. Verifikasi model sistem produksi dilakukan dengan cara memeriksa logika operasional model (SPK Sispro Agroban 1.0) dan mencocokkan output model dengan hasil perhitungan manual. Tahapan ini dilakukan untuk memeriksa kesesuaian hasil dengan luaran yang diinginkan. Redecka dan Zilik (2004) menyatakan bahwa model dikatakan terverifikasi ketika output pada model telah sesuai dengan rancangan model yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan validasi model dilakukan untuk mengetahui apakah model konseptual secara tepat merepresentasikan sistem aktual yang ada. Validasi model sistem produksi dilakukan dengan face

validity, yaitu teknik validasi yang dilakukan dengan menanyakan kepada

pakar (orang yang berkompeten) mengenai kesesuaian model terhadap gambaran sistem produksi pada keadaan nyata dilapangan (Becker, 2012). d) Revisi Model

(44)

4

ANALISIS DAN PEMODELAN SISTEM

Analisis Sistem

Analisis Situasional

Permintaan produk EB di berbagai negara mengalami peningkatan, demikian pula yang terjadi kawasan Asia Pasifik (termasuk Indonesia) akan mengalami peningkatan sebesar 14% per tahun dari total penjualan USD 243 juta. Di sisi lain, produksi pisang nasional yang mencapai 5.7 juta ton (40% total produk buah nasional) (BPS, 2012) dengan daya serap UMKM pengolah pisang hanya berkisar 30 ribu ton per tahun (Balitbang Deptan, 2005) menjadikan komoditas ini sangat prospektif untuk dikembangkan menjadi EB berbasis pisang.

Rancang bangun sistem produksi diperlukan untuk menunjang daya saing agroindustri, karena dengan sistem produksi yang baik agroindustri mampu meningkatkan output, efisiensi, dan kualitas produk. Model rancangan sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang diperlukan untuk menjembatani para pihak yang berkepentingan terhadap pendirian agroindustri EB berbasis pisang. Dengan rancangan sistem produksi, para pihak yang berkepentingan dapat mengetahui informasi, melakukan simulasi dan membantu mengambil keputusan terhadap rancangan sistem produksi yang akan digunakan dalam agroindustri EB

berbasis pisang.

Analisis Kebutuhan Sistem

Kebutuhan sistem merepresentasikan kebutuhan para pihak yang berkepentingan dalam sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang. Pihak yang berkepentingan pada sistem produksi yang dimaksud adalah individu atau organisasi yang berkepentingan terhadap sebuah sistem atau output dari sistem. Masing-masing aktor yang terlibat mempunyai kepentingan tersendiri pada sebuah sistem. Pada model sistem produksi agroindustri yang dirancang ini, kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan diakomodir dalam model sistem produksi yang akan dibangun. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap sistem produksi agroindustri EB berbasispisang dapat dilihat pada Tabel 6.

(45)

Tabel 6 Analisis kebutuhan stakeholder pada sistem produksi agroindustri EB

berbasis pisang

No Stakeholder Kebutuhan

1 Investor  Mendapatkan informasi tentang sistem produksi

EB berbasis pisang

 Mendapatkan informasi mengenai tingkat pengembalian investasi untuk agroindustri EB

berbasis pisang

 Investasi yang menguntungkan

2 Perbankan  Kelancaran pengembalian kredit untuk agroindustri EB berbasis pisang

 Pemantauan tingkat pengembalian kredit pada agroindustri EB berbasis pisang

 Meningkatkan jumlah nasabah 3 Pemerintah  Pertumbuhan investasi di daerah

 Mendapat informasi agroindutri prospektif untuk dikembangkan di daerah terebut

 Meningkatkan pendapatan daerah

4 Konsumen  Mendapatkan informasi produk EB berbasis pisang

 Menginginkan produk EB berbasis pisang yang berkualitas

 Kemudahan mendapatkan produk 5 Pelaku industri EB

berbasis pisang

 Informasi jalanya produksi pada agroindustri EB

berbasis pisang

 Kelancaran produksi EB berbasis pisang

 Memenuhi permintaan

 Keuntungan

 Mengetahui keuntungan dan tingkat pengembalian investasi

6 Pemasok  Kemudahan menjual pisang nangka dengan harga jual yang menguntungkan

 Mendapatkan informasi mengenai kapasitas pasokan pada agroindustri EB berbasis pisang 7 Lembaga

Litbang/Perguruan Tinggi

 Teknologi EB berbasis pisang yang dikembangkan diadopsi oleh pelaku industri

 Mendapatkan informasi referensi rancangan sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang

Identifikasi Sistem

(46)

25 input, output, kontrol dan batasan sistem yang dibuat. Diagram lingkar sebab akibat pada perancangan model sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang dapat dilihat pada Gambar 8.

Kas keluar

Jumlah tenaga kerja langsung

Pendapatan Jumlah limbah padat

Laba bersih

Jumlah bahan baku

Biaya Variabel

Pajak

Biaya operasional

Jumlah produksi

energy bar pisang

Biaya pengolahan limbah Harga jual produk Penjualan produk

energy bar pisang

Produksi kompos

Harga bahan baku

Kredit investasi Aktivitas nir

produktif

Kas masuk

Kredit modal kerja

Pengembalian investasi Pembayaran kredit

Tingkat output

Tingkat kontinuitas produksi industri energy

bar pisang

+ + + + + + + + + + + + + + + _ + + + + + + + _ + +

Gambar 8 Diagram sebab akibat pada rancang bangun sistem produksi agroindustri EB berbasispisang

Gambar tersebut menjelaskan hubungan sebab akibat pada sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang. Untuk meningkatkan tingkat kontinuitas produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pendapatan dengan menekan biaya operasional pabrik dan meningkatkan penjualan.

Sedangkan diagram kotak gelap menjelaskan input, output, dan kontrol pada model sistem produksi yang dirancang. Input pada sistem produksi agroindustri EB berbasis pisang terbagi menjadi dua kelompok yaitu input terkendali dan input tidak terkendali. Demikian pula dengan output, output dalam hal ini dikelompokkan dalam output terkendali dan output tak terkendali. Manajemen pengendalian juga digunakan dalam sistem produksi agroindustri EB

(47)

Sistem Produksi Agroindustri Energy Bar Berbasis Pisang

Input terkendali:

a. Jumlah produksi energy bars pisang b. Jumlah bahan baku pisang nangka dan bahan pembantu (ingredient) c. Tingkat teknologi

d Jumlah tenaga kerja

e. DER (debt equity ratio), rasio modal pinjaman dan modal sendiri

Input tidak terkendali:

a. Harga pisang nangka b. Harga bahan pembantu c. Tingkat suku bunga kredit investasi dan kredit modal kerja

Output dikehendaki:

a. Investasi yang untung dan layak b. Kontuinuitas produksi c. Menghasilkan produk dengan spesifikas yang dinginkan (jaminan kualias)

d.Kuantitas produk sesuai dengan perencanaan

Output tidak dikehendaki: a. Investasi gagal (tidak layak) b. Pencemaran lingkungan akibat limbah

d. Kuantitas produk tidak sesuai perencanaan

Input Lingkungan a. Kebijakan pemerintah

b. Isu lingkungan

c. Isu kesehatan produk pangan (terkait produk pangan berkalori tinggi)

Manajemen produksi

Gambar 9 Diagram kotak gelap pada model sistem produksi agroindustri EB

berbasis pisang

Pemodelan Sistem

Model Konseptual (Prelimery Design)

Model konseptual merupakan representasi teoritis dari sistem produksi berdasarkan studi literatur dan observasi lapang (Parnel et. al., 2012). Model konseptual untuk sistem produksi agroindustri EB berbasispisang yang diusulkan disajikan dalam konf

Gambar

Gambar 4  Kerangka pemikiran konseptual penelitian
Gambar 10  Konfigurasi model sistem produksi yang dalam bentuk SPK
Gambar 11  Diagram usecase pada model sistem produksi agroindustri EB
Gambar 12  Diagram aktivitas pada SPK Sispro Agroban 1.0
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud produk strategis (unggulan) di sini tidak hanya produksi yang ada di masyarakat seperti laku di pasaran, tetapi juga unggul dalam hal bahan baku dan teknis

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaik an Tugas Akhir yang berjudul “ Rancang Bangun Sistem Informasi

RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERPUSTAKAAN LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGAMALAN ISLAM (LPPI) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO BERBASIS WEB dan ANDROID..

Proses pembelian bahan baku pada kondisi eksisting digambarkan menggunakan Business Process Management Notation. Aktivitas dimulai dengan Bagian Produksi sebagai