• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre Pada Padat Tebar Berbeda Dan Pergantian Air 30%.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre Pada Padat Tebar Berbeda Dan Pergantian Air 30%."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA

Ctenopoma acutirostre

PADA PADAT TEBAR BERBEDA DAN

PERGANTIAN AIR 30%

ALDI HUDA VERDIAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre Pada Padat Tebar Berbeda Dan Pergantian Air 30%” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Aldi Huda Verdian

(4)

ABSTRAK

ALDI HUDA VERDIAN. Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre Pada Padat Tebar Berbeda Dan Pergantian Air 30%. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan IIS DIATIN.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tebar optimal pada pendederan ikan ctenopoma berukuran 2 cm dan pergantian air sebanyak 30% setiap hari. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan 4 macam padat tebar ikan, yaitu 2, 4, 6 dan 8 ekor/liter, yang dipelihara dengan pergantian air sebanyak 30%. Ikan dipelihara selama 40 hari menggunakan 12 akuarium yang diisi dengan air tawar sebanyak 10,5 liter. Panjang rata-rata benih ikan yang digunakan 2,18±0,18 cm. Selama pemeliharan ikan diberi pakan berupa cacing sutera pada pagi, siang dan malam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan tidak mempengaruhi kelangsungan hidup dan koefisien keragaman, namun peningkatan padat tebar menurunkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Berdasarkan nilai ekonomi, produktivitas pendederan tertinggi dicapai pada padat tebar 6 ekor/liter.

Kata kunci: Ctenopoma, Padat tebar, Pergantian air, Produksi

ABSTRACT

ALDI HUDA VERDIAN. Production of Ctenopoma Ctenopoma accutirostre

Juvenile On Different Stocking Density and 30% Water Exchange. Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and IIS DIATIN.

This study aimed to determine the optimal stocking density on fish nursery ctenopoma at size of 2 cm and 30% water changes every day. The treatment in the study was 4 levels of fish stocking densities, ie 2, 4, 6 and 8 fish/liter and quality of the culture media was maintained by replacing the water as much as 30%. Fish reared in 12 aquariums filled with 10.5 liters of fresh water respectivelly and as long 40 days period. The average length of fish seed used was 2.18±0.18 cm. During the rearing, the fish fed with tubificid worm in the morning, noon and night. The results showed that the difference of the treatment did not affect the survival and the coefficient of variance, however increasing the stocking density flollowed by lowering the growth rate, and the feed efficiency. Considering economic value, the highest rearing productivity was achieved by stocking density of 6 fish/liter.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PRODUKSI PENDEDERAN IKAN CTENOPOMA

Ctenopoma acutirostre

PADA PADAT TEBAR BERBEDA DAN

PERGANTIAN AIR 30%

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(6)
(7)

Judul : Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre

Pada Padat Tebar Berbeda Dan Pergantian Air 30%. Nama : Aldi Huda Verdian

NIM : C14134004

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Ir Dadang Shafruddin, MS Pembimbing I

Ir Iis Diatin, MM Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Tiada kata terindah untuk membuka pengantar ini selain mengucapkan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT sehingga skripsi penelitian dengan judul “Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma Ctenopoma acutirostre Pada Padat Tebar Berbeda Dan Pergantian Air 30%” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Maret 2015 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakuktur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kedua orang tua penulis, ayahanda Ir Muverdi CH dan ibunda Ir Nurbani Kalsum MSi, kakak dan adik tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi, kasih sayang serta doa. Kemudian ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Ir Dadang Shafruddin, MS dan Ibu Ir Iis Diatin, MM yang sudah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Kepada dosen penguji Bapak Dr Ir Dedi Jusadi, MSc dan Bapak Dr Alimuddin, SPi MSc selaku pembimbing akademik serta komisi pendidikan departemen. Kepada rekan-rekan seperjuangan Alih Jenis 2013 serta BDP 48 & 49, dan sahabat-sahabat (Awan, Fadli, Luthfi, Eki, dan Patria).

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODOLOGI ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Persiapan Wadah ... 2

Penebaran Benih ... 3

Pemberian Pakan ... 3

Pengelolaan Kualitas Air ... 3

Parameter Penelitian ... 3

Kelangsungan Hidup ... 3

Laju Pertumbuhan spesifik ... 4

Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 4

Koefisien Keragaman ... 4

Efisiensi Pakan ... 4

Keuntungan Usaha ... 4

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

HASIL ... 5

Kelangsungan Hidup ... 5

Bobot Ikan ... 6

Laju Pertumbuhan Spesifik ... 6

Panjang Ikan ... 7

Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 7

Koefisien Keragaman ... 8

Efisiensi Pakan ... 8

Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 9

Keuntungan Usaha ... 10

PEMBAHASAN ... 11

KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

Kesimpulan ... 14

Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ...16

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kualitas air media pemeliharaan ikan ctenopoma ... 9

2 Hasil perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma ... 11

DAFTAR GAMBAR 1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30% ... 6

2 Bobot rata-rata ikan pada kepadatan yang berbeda dengan pergantian air 30% . 6 3 Laju pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30% ... 7

4 Panjang rata-rata ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30% 7 5 Nilai pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30% ... 8

6 Nilai koefisien keragaman ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30% ... 8

7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30% ... 9

8 Perubahan kualitas air (a) oksigen terlarut, (b) pH, (c) amonia, (d) nitrit, pemeliharan ikan ctenopoma dengan pergantian air 30% ... 10

DAFTAR LAMPIRAN 1 Gambar ikan ctenopoma ... 16

2 Analisis statistik parameter uji yang diamati ... 16

3 Hasil pengukuran kualitas air pendederan ikan ctenopoma ... 20

4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma ... 21

5 Rincian perhitungan biaya investasi ... 24

6 Rincian perhitungan biaya tetap ... 25

7 Rincian perhitungan biaya variabel ... 25

8 Rincian perhitungan biaya penerimaan persiklus ... 26

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Budidaya ikan hias di Indonesia mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan karena menjanjikan secara ekonomi. Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi tahun 2012 sebesar 1,4 triliun rupiah dengan capaian produksi 938 juta ekor, sementara pada tahun 2013 sebesar 1,7 triliun rupiah dengan capaian 1,04 miliar ekor (KKP 2014a). Target produksi ikan hias tahun 2015-2019 sebesar 2,5 miliyar ekor dengan total nilai 358,824 triliun (KKP 2014b). Ikan hias merupakan komoditas nonkonsumsi dimana jumlah permintaan dan produksi selalu mengikuti situasi pasar. Ekspor dan perdagangan ikan hias Indonesia didominasi oleh ikan hias air tawar yang merupakan hasil kegiatan budidaya. Salah satu spesies ikan yang saat ini sedang diminati adalah ctenopoma (Ctenopoma acutirostre) atau lebih dikenal dengan nama dagang di pasar internasional Leopard bushfish,gambar ikan dapat dilihat pada (Lampiran 1). Ikan ini berasal dari pedalaman sungai Kongo di Afrika Tengah, merupakan anggota dari keluarga Anabantidae atau yang dikenal sebagai ikan labirin (Berra 2001). Keindahan ikan ctenopoma terletak pada bagian tubuhnya yang bercorak seperti macan tutul dan berwarna hitam kecoklatan, ukuran ikan ini dapat mencapai panjang tubuh hingga 8 inci (Alderton 2008).

Kegiatan budidaya ikan ctenopoma di Indonesia, khususnya di daerah Bogor sudah mampu melakukan kegiatan mulai dari pembesaran induk hingga pendederan sampai ukuran pasar. Produksi ikan ctenopoma Kabupaten Bogor tahun 2012 sebesar 12.486.000 ekor dan tahun 2013 naik menjadi 14.586.000 ekor pertahun (BPS 2014). Ukuran ikan di pasar yang paling kecil adalah ukuran 1,8 cm. Pembudidaya ikan hias ctenopoma di Jabotabek (Jakarta Bogor Tangerang Bekasi), umumnya menerapkan teknologi ekstensif dengan padat tebar yang rendah yaitu berkisar 2-3 ekor/L dengan metode pemeliharaan kualitas air berupa pergantian air sebanyak 25-30% setiap harinya. Metode pergantian air dipilih oleh pembudidaya karena mudah dan tidak membutuhkan peralatan khusus, meskipun menyebabkan pemborosan penggunaan air. Hal tersebut menunjukan bahwa pembudidaya sudah mampu dalam melakukan produksi ikan secara kontinu.

(12)

2

menjelaskan pemberian pakan yang cukup, kualitas lingkungan yang optimum, dan peningkatan padat penebaran tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan.

Peningkatan padat penebaran akan menyebabkan penurunan kualitas air akibat meningkatnya jumlah hasil sisa metabolisme ikan pada badan air, selain itu kompetisi atau keterbatasan ruang gerak akan menyebabkan ikan mengalami stres dan menyebabkan penurunan produktivitas kegiatan pendederan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan produktivitas pendedederan ikan ctenopoma dapat dilakukan melalui peningkatan padat tebar ikan yang disertai dengan peningkatan volume penggantian air media budidaya.

Kegiatan pendederan ikan dengan padat tebar optimum dapat meningkatkan hasil produksi karena mengefisienkan sarana dan sumber daya air tawar, sehingga menghasilkan produksi yang maksimal (Budiardi et al. 2007). Melalui upaya yang dilakukan, diharapkan pemeliharaan ikan ctenopoma dalam akuarium terkontrol dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi dengan peningkatan padat tebar.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menentukan padat tebar optimal pada pendederan ikan ctenopoma ukuran 2 cm dengan pergantian air sebanyak 30% setiap hari.

METODOLOGI

Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan pada pendederan ikan ctenopoma, yang berukuran 2,18±0,18 cm, dengan pergantian air sebanyak 30% setiap hari. Perlakuan berupa padat tebar ikan yang berbeda, yaitu 2, 4, 6 dan 8 ekor/L. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan padat tebar yang mendapat ulangan 3 kali. Parameter penelitian terdiri atas kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman, efisiensi pakan, dan analisa usaha.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan ctenopoma berupa 12 akuarium. Dimensi akuarium yang digunakan adalah 30 x 25 x 25 cm dan volume air yang digunakan untuk pemeliharaan sebanyak 10,5 L. Tahapan persiapan penelitian meliputi pembersihan wadah, penempatan wadah, dan pengisian wadah.

Sebelum digunakan, wadah pemeliharaan terlebih dahulu didesinfeksi menggunakan kalium permanganate (KMnO4) selanjutnya dibilas dengan air

(13)

3 Penebaran Benih

Ikan yang digunakan berupa benih ctenopoma berukuran 2,18±0,18 cm yang didapatkan dari pembudidaya di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor. Tahap pra-perlakuan sebelum penelitian, ikan diadaptasikan terlebih dahulu selama satu minggu pada bak fiber bervolume 2 m3. Tahap selanjutnya, sebelum dilakukan

pemeliharaan pada wadah penelitian dilakukan pengukuran panjang dan penimbangan bobot ikan awal sebanyak 15 ekor setiap akuarium. Alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong digital dengan ketelitian 0,01 mm dan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Pengambilan sampling panjang dan bobot kembali dilakukan setiap 10 sekali selama 40 hari jangka waktu pemeliharaan. Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan berupa cacing sutera yang diperoleh dari pedagang cacing sutera di daerah Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelum diberikan, cacing terlebih dahulu dibersihkan menggunakan aliran air tawar. Pemberian pakan dilakukan menggunakan metode at satiation dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00, dan 20.00 WIB.

Pengelolaan Kualitas Air

Selama pemeliharaan dilakukan pembersihan kotoran di dasar akuarium pemeliharaan menggunakan selang berdiameter ¾ inch. Selain itu dilakukan pula pergantian air sebanyak 30% dari total volume air pada masing-masing akuarium perlakuan. Pembersihan sisa feses dan pergantian air dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu pada sore hari (16.00 WIB). Selama pemeliharaan ikan, aerasi di dalam akuarium dinyalakan terus menerus. Pengecekan parameter suhu, pH dan DO (oksigen terlarut) menggunakan alat termometer, pH meter dan DO meter. Selanjutnya pengecekan TAN (total amonia nitrogen), nitrit dan alkalinitas mengacu pada (APHA 1975) yang dilakukan 10 hari sekali selama 40 hari jangka waktu pemeliharaan.

Parameter Penelitian

Selama penelitian dilakukan pengukuran panjang dan bobot ikan, jumlah pakan, dan kualitas air yang dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengukuran panjang dan bobot dilakukan terhadap contoh sebanyak 15 ekor/akuarium. Data parameter tersebut kemudian digunakan untuk menghitung kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman, dan konversi pakan.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus dari (Zonneveld et al. 1991) yaitu:

KH = (No) xNt

Keterangan: KH = Kelangsungan hidup (%)

N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

(14)

4

Laju Pertumbuhan spesifik

Laju pertumbuhan spesifik adalah laju pertumbuhan harian ikan, yang dihitung menggunakan rumus (Huissman 1987):

SGR = [√t WoWt− ] x

Keterangan : SGR = Pertumbuhan spesifik (%)

Wt = Bobot akhir pemeliharaan (g/ekor) Wo = Bobot awal pemeliharaan (g/ekor) t = Periode pemeliharaan (hari) Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan, dengan rumus dari (Effendie 1979):

Lm = Lt − Lo

Keterangan : Lm = Pertumbuhan panjang mutlak benih (cm)

Lt = Panjang rata-rata benih pada waktu ke-t pemeliharaan

(cm)

Lo = Panjang rata-rata benih pada awal pemeliharaan (cm)

Koefisien Keragaman

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan yang dinyatakan dalam koefisien keragaman, yang dihitung menggunakan rumus (Steel dan Torrie 1981):

KK = (SY) x

Keterangan: KK= Koefisien keragaman (%) S = Simpangan baku

Y = Rata-rata contoh Efisiensi Pakan

Pada penelitian ini perhitungan efiseinsi pakan bertujuan untuk menunjukan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan menggunakan rumus dari (Zonneveld et al. 1991):

�P = [ Wt + Wd − WoF ] �

Keterangan: EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa total ikan pada akhir pemeliharaan (g)

Wd = Biomassa total ikan mati selama pemeliharaan (g)

Wo = Biomassa total ikan pada awal pemeliharaan (g)

F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (g) Keuntungan Usaha

(15)

5 Keuntungan = Total Penerimaan (TR) – Biaya Total (TC)

Analisa rasio R/C yaitu perhitungan yang digunakan untuk menganalisa kelayakan dari suatu usaha dalam 1 tahun. Suatu usaha dikatakan layak apabila hasil rasio R/C > 1. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan dari rasio R/C, maka semakin layak dan tinggi pula keuntungannya.

R/C =Total Penerimaan TRBiaya Total TC

Break event point (BEP) digunakan untuk mengetahui batasan nilai produksi untuk mencapai titik impas, yaitu tidak untung atau tidak rugi dalam suatu usaha. Jika nilai BEP lebih rendah dari harga yang berlaku, suatu usaha dapat diindikasikan tidak layak.

BEP Rp = Biaya Tetap FC

Py V R V

BEP Unit = Biaya Tetap FC

Harga Jual − Py V R V

Payback periode (PP) bertujuan untuk mengetahui tingkat kembalinya modal investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha.

PP = Biaya InvestasiKeuntungan

Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan tujuan. Data parameter kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan bobot mutlak, koefisien keragaman bobot, dan konversi pakan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan bobot mutlak, koefisien keragaman bobot, dan konversi pakan. Apabila berpengaruh nyata, maka untuk melihat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan uji Tukey pada selang kepercayaan 95%. Analisis deskripsi kuantitatif digunakan untuk menjelaskan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan ctenopoma selama penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data menggunakan bantuan perangkat lunak Ms.Excel 2013 dan SPSS 22.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Kelangsungan Hidup (KH)

(16)

6

Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30%

Bobot Ikan

Bobot ikan meningkat sejalan dengan masa pemeliharaan dengan kecepatan pertambahan yang berbeda. Perbedaan yang lebih nyata terlihat pada akhir penelitian (Gambar 2)

Gambar 2 Bobot rata-rata ikan pada kepadatan yang berbeda dengan pergantian air 30%

Laju Pertumbuhan Spesifik

Nilai laju pertumbuhan spesifik (LPS) pada akhir penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan (p<0,05). Nilai LPS tertinggi terdapat pada padat penebaran 2 ekor/liter (A) dengan nilai 2,95 ± 0,74a, namun tidak berbeda secara signifikan dengan padat penebaran 4 ekor/liter (B) (1,88 ± 0,40ab) dan 6 ekor/liter (C) (2,56 ± 0,47ab) (p>0,05). Sedangkan nilai LPS terendah ditemukan pada padat penebaran 8 ekor/liter (D) dengan nilai sebesar 1,45 ± 0,48b, namun tidak berbeda signifikan dengan padat penebaran 4 ekor/liter (B) dan 6

2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter

(17)

7

Gambar 3 Laju pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30%

Panjang Ikan

Panjang ikan meningkat sejalan dengan masa pemeliharaan dengan kecepatan pertambahan yang berbeda. Perbedaan yang lebih nyata terlihat pada akhir penelitian (Gambar 4)

Gambar 4 Panjang rata-rata ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30%

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Nilai pertumbuhan panjang mutlak (PPM) pada akhir penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan (p<0,05). Nilai PPM yang tinggi didapat pada padat penebaran 2 ekor/liter dan 6 ekor/liter yang berbeda dengan padat penebaran 4 dan 8 ekor/liter (Gambar 5).

a ab ab b

2 ekor/liter 4 ekor/ liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter

(18)

8

Gambar 5 Nilai pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30%

Koefisien Keragaman

Nilai koefisien keragaman (KK) pada akhir penelitian berkisar 6,10 ± 0,63 hingga 8,17 ± 0,19. Nilai ini tidak berbeda nyata (p>0,05)

Gambar 6 Nilai koefisien keragaman ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30%

Efisiensi Pakan

Nilai efisiensi pakan (EP) pada akhir penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan (p<0.05). Nilai EP tertinggi ditemukan pada padat penebaran 2 ekor/liter (A) dengan nilai 37,98 ± 0,07a, namun tidak berbeda secara signifikan dengan padat penebaran 4 ekor/liter (B) (25,80 ± 0,05ab) dan 6 ekor/liter (C) (25,80 ± 1,73ab) (p>0,05). Sedangkan nilai EP terendah ditemukan

pada padat penebaran 8 ekor/liter (D) dengan nilai sebesar 13,99 ± 0,02ab, namun tidak berbeda signifikan dengan padat penebaran 4 ekor/liter (B) dan 6 ekor/liter (C) (p>0,05).

2 ekor/liter 4 ekor/ liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter

P

2 ekor/liter 4 ekor/ liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter

KK

(%

)

(19)

9

Gambar 7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan pergantian air 30%

Hasil Pengukuran Kualitas Air

Tabel 1 menunjukkan nilai parameter kualitas air yang dihitung selama 40 hari masa pemeliharaan ikan ctenopoma, pengamatan kualitas air terdiri dari parameter suhu, pH, oksigen terlarut (DO), alkalinitas, amonia dan nitrit.

Tabel 1 Kualitas air media pemeliharaan ikan ctenopoma

Parameter Perlakuan Nilai Optimal

2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter

Suhu (oC) 25,7-27,57 25,63-26,67 25,7-26,9 25,7-26,5 23-28 (Alderton 2008)*

0,05554 <0,1 (Boyd 1998)

*) Kualitas air khusus ikan ctenopoma

Kualitas air pendederan ikan ctenopoma selama 40 hari masa pemeliharaan masih berada dalam kisaran standar baku. Nilai tersebut dikarenakan pergantian air yang dilakukan sebanyak 30% masih mampu mengendalikan sifat toksik dari limbah buangan metabolisme.

a ab b b

2 ekor/liter 4 ekor/ liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter

EP

(%

)

(20)

10

(a) (b)

(b) (d)

Gambar 8 Perubahan kualitas air (a) oksigen terlarut, (b) pH, (c) amonia, (d) nitrit, pemeliharan ikan ctenopoma dengan pergantian air 30%

Parameter kualitas air pada media megalami perubahan selama masa pemeliharaan. Penurunan kualitas air ini terjadi pada nilai kandungan oksigen terlarut dan nilai pH, sedangkan nilai amonia menunjukan fluktuasi sampai akhir masa pemeliharaan.

Keuntungan Usaha

Harga jual ikan ditentukan oleh ukuran panjang ikan di akhir masa pemeliharaan. Persentase ukuran ikan dapat dilihat pada (Lampiran 4 poin 12). Beberapa kategori penjualan ikan ctenopoma diantaranya benih sebelum ditebar berukuran 2 cm sebesar Rp 900. Harga benih ikan Ctenopoma ukuran 2,5 cm di tingkat suplier yaitu sebesar Rp 1.200, benih berukuran 2,75 cm sebesar Rp 1.500 dan benih ukuran 3 cm sebesar Rp 1.800.

Perhitungan analisis yaitu usaha dengan asumsi jumlah akuarium 100 unit volume akuarium 54 liter, Produksi 1 tahun sebanyak 8 kali siklus, Berat rata rata, FCR, SR, padat tebar ikan sesuai dengan hasil perlakuan penelitian (Lampiran 4).

(21)

11 Tabel 2 Hasil perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma

2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Biaya Tetap (Rp) 45.006.936 45.006.936 45.006.936 45.006.936 Biaya Variabel (Rp) 86.280.000 168.008.000 255.992.000 344.760.000 Penerimaan (Rp) 138.362.256 230.590.956 396.881.208 455.278.579 Keuntungan (Rp) 7.075.320 17.576.019 95.882.272 65.511.643

R/C rasio 1,054 1,083 1,319 1,168

Payback Period (Tahun) 5,35 2,16 0,40 0,58

HPP (Rp) 1.623 1.375 1.240 1.292

BEP (Rp) 119.565.890 165.830.974 126.783.361 185.404.972

BEP (Unit) 25.013 25.014 25.013 25.014

Berdasarkan Tabel 2 diatas dengan asumsi sebanyak 8 kali siklus produksi dalam periode 1 tahun dapat diketahui bahwa keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan 6 ekor/liter sebesar Rp 95.882.272 dengan rasio R/C 1,319 dan Harga Pokok Produksi (HPP) Rp 1.240 serta Payback Period selama 0,40 tahun.

PEMBAHASAN

Penelitian ini pada hakekatnya bertujuan mendapatkan produktivitas wadah tertinggi melalui penentuan padat penebaran yang optimal pada pemeliharaan ikan ctenopoma ukuran 2,18 ± 0,18 cm dengan pergantian air sebanyak 30% per hari dari total volume air selama masa pemeliharaan 40 hari. Produksi pemeliharaan dievaluasi melalui parameter utama kelangsungan hidup dan pertumbuhan selama masa pendederan.

Kelangsungan hidup (KH) merupakan parameter utama dalam menilai keberhasilan suatu metode produksi budidaya. Nilai KH mempengaruhi keuntungan yang dapat dicapai, disebabkan ikan hias dijual dalam satuan ekor dan dalam keadaan hidup. Berdasarkan hasil akhir penelitian nilai KH antar perlakuan tidak berbeda. Hasil ini disebabkan ikan masih mampu mentolerir kondisi lingkungan pemeliharaan yang ada. Nilai parameter kualitas air selama pemeliharaan dapat dipertahankan dalam keadaan relatif baik, melalui pergantian air sebanyak 30% dan penggunaan aerasi, yang mampu meminimalisir dampak toksik dari limbah metabolisme, terlihat dari nilai amonia pada wadah pemeliharaan masih berada pada kisaran normal (Tabel 1). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Darmawangsa (2008) mengenai ikan gurame dan Wahyu (2012) mengenai ikan maanvis yang masih masuk kedalam keluarga Anabantidae, bahwa peningkatan padat tebar tidak selalu menurunkan nilai KH.

(22)

12

dibandingkan dengan perlakuan 6 ekor/liter yang lebih padat. Nilai pertumbuhan yang lebih rendah pada kepadatan yang lebih tinggi disebabkan oleh terganggunya proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan tersebut, akibatnya pemanfaatan makanan, dan pertumbuhan ikan akan mengalami penurunan (Wedemeyer 1996). Pertumbuhan yang rendah terjadi akibat adanya interaksi agonistik antara individu ikan. Interaksi agonistik merupakan interaksi antara individu mencakup berkelahi, menghindar dan mempertahankan serta menyerang lawan (Diatin et al. 2015).

Dugaan penyebab stres pada penelitian ini adalah adanya variasi kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap wadah pemeliharaan. Individu yang mudah beradaptasi lebih mampu bersaing dalam mendapatkan makanan sehingga menyebabkan ikan yang lain kurang mendapatkan pakan sehingga menyebabkan turunnya nilai pertumbuhan pada perlakuan kepadatan tinggi. Dugaan adanya variasi individu memperkuat hasil yang ditemukan pada penelitian ini. Menurut Wedemeyer (1996) masalah kesehatan dan kondisi stres yang kronis merupakan hasil dari adanya dominasi sosial yang terjadi pada hubungan interaksi diantara ikan, terjadi pada budidaya intensif, kondisi tersebut menunjukan ikan-ikan yang cenderung lemah memiliki akses yang sangat sedikit untuk mengambil makanan dan cenderung tumbuh lebih lambat, hal ini dikarenakan kalori energi yang dihasilkan sedikit sebagai akibat dari kondisi stres yang kronis.

Penelitian yang lain, Lazuardi (2015) memelihara ctenopoma pada pergantian air yang lebih rendah sebanyak 15%. Hasilnya menunjukkan peningkatan padat penebaran dari 2 ekor/liter ke 8 ekor/liter diikuti dengan penurunan laju pertumbuhan spesifik, sedangkan pada penelitian ini hingga padat penebaran 6 ekor/liter pertumbuhan relatif sama dengan 2 ekor/liter. Dengan demikian perbaikan kualitas air melalui peningkatan pergantian air dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pergantian air sebanyak 15%.

Koefisien keragaman (KK) menentukan keseragaman ikan yang dihasilkan dalam metode pemeliharaan, keseragaman diperlukan karena pada umumnya para

(23)

13 untuk bergerak dalam persaingan mendapatkan makanan dan ruang untuk hidup dibandingkan untuk pertumbuhan (Shafrudin et al. 2006), hal inilah yang menyebabkan ikan dengan kepadatan tinggi memiliki pertumbuhan yang lebih rendah. Peningkatan bobot rata-rata selama masa pemeliharaan menunjukkan bahwa energi yang diperoleh dari pakan yang dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi untuk pemeliharaan. Kelebihan energi yang diperoleh, dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Lovel 1992).

Pengelolaan kualitas air dengan pergantian air sebanyak 30% dan pemberian aerasi mampu mengatasi dampak toksik dari sisa hasil buangan metabolisme ikan, penanganan tersebut masih cukup efektif dibuktikan dari hasil pengukuran kualitas air setiap sampling dimana ikan masih dapat tumbuh dengan cukup baik (Tabel 1). Secara umum terjadi fluktuasi, perubahan kualitas air masih dalam batas toleransi untuk kehidupan ikan ctenopoma. Peningkatan kepadatan secara umum pada penelitian ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air selama pemeliharaan. Bertambahnya waktu pemeliharaan ikan, pada kepadatan tinggi menyebabkan kandungan oksigen terlarut menurun dan buangan metabolisme semakin meningkat. Suhu selama pemeliharaan menunjukkan pola yang semakin naik seiring semakin lamanya masa pemeliharaan. Parameter suhu selama pemeliharaan pada semua wadah berada dalam kisaran optimal, dengan nilai 25,63-26,90 oC, pH pada awal pemeliharaan menunjukkan nilai basa >7 namun semakin bertambahnya waktu pemeliharaan nilai pH terus menurun hingga titik 6,10 namun ikan masih dapat hidup dengan baik, nilai DO selama pemeliharaan menunjukkan kadar yang baik namun tidak optimal, nilai tertinggi DO ditemukan pada masa awal pemeliharaan namun seiring penambahan waktu pemeliharaan, nilai DO semakin berkurang hingga pada titik 3,1 ppm. Alkalinitas pada masa pemeliharaan menunjukkan fluktuasi yang tinggi, pada awal pemeliharaan alkalinitas yang ditunjukkan tinggi, dan terus menurun hingga pemeliharaan hari ke-40, nilai alkalinitas tertinggi yang terukur sebesar 41,3 mg/L CaCO3 dan terendah 12 mg/L CaCO3. Nilai nitrit yang ditunjukkan selama masa

pemeliharaan juga mengalami fluktuasi, kenaikan signifikan terjadi pada masa pemeliharaan hari ke-30, nilai nitrit tertinggi yaitu 1,437 mg/L NO2 sedangkan

nilai terendah yaitu 0,094 mg/L NO2, dan nilai amonia selama masa pemeliharaan

menunjukkan nilai yang sangat rendah dan optimum bagi ikan yang dipelihara. Boyd (1998) menjelaskan bahwa rendahnya nilai amonia terjadi akibat proses nitrifikasi yaitu perombakan amonia menjadi nitrat. Menurut Boyd (1990), menurunnya kandungan oksigen dan meningkatnya kandungan amonia dalam air disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah dan ukuran ikan yang dipelihara. Semakin tinggi padat penebaran maka kebutuhan oksigen yang dibutuhkan semakin meningkat karena jumlah ikan semakin banyak.

(24)

14

ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter. Pemeliharaan 1 siklus dilakukan selama 40 hari sehingga produksi 1 tahun dapat dilakukan sebanyak 8 kali siklus, sedangkan untuk berat rata-rata, efisiensi pakan, kelangsungan hidup dapat dilihat pada (Lampiran 4). Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa padat penebaran 6 ekor/liter paling menguntungkan dari hasil produksi, memberikan keuntungan terbesar sebanyak Rp 95.882.272, rasio R/C 1,319, Break event point (BEP) sebesar Rp 126.783.361, BEP unit sebesar 25.013 dan Payback Period (PP) selama 0,40 tahun. Kelangsungan hidup, keseragaman ukuran dan pertumbuhan yang baik, hal ini yang menyebabkan keuntungan terbesar pada produksi pendederan ikan ctenopoma pada padat penebaran 6 ekor/liter.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Padat penebaran yang terbaik pada pemeliharaan ikan ctenopoma dengan pergantian air sebanyak 30% ditemukan pada kepadatan 6 ekor/liter. Kesimpulan ini diambil berdasarkan nilai kelangsungan hidup, pertumbuhan dan hasil perhitungan analisis usaha.

SARAN

Penelitian selanjutnya diharapkan mengevaluasi tingkat ketahanan ikan ctenopoma terhadap stres lingkungan berkaitan dengan padat penebaran ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Alderton D. 2008. Encyclopedia of Aquarium & Pond Fish. Dorling Kindersley. New York. 114 hal.

[APHA] American Public Health Association. 1975. Ed ke-14. Washington DC (US): hlm 457-473.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2014. Katalog BPS: 1102001.3201: hlm 234.

Berra TM. 2001. Freshwater Fish Distribution. Academic Press. San Diego. 483 hal.

Boyd CE. 1990. Water Quality In Pond For Aquaculture. Binningham Publishing Co.

Boyd CE. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. New York. Springer Sience.

Budiardi T, Gemawaty N, Wahjuningrum D. 2007. Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Ukuran L pada Padat Tebar 20, 40, dan 60 ekor/liter dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 6(2): 211-215. Cholik F, Rachmansyah, Tonnek S. 1990. Pengaruh Padat Tebar Terhadap

Produksi Nila Merah (Oreochromis niloticus) dalam Keramba Jaring Apung di Laut.Jurnal Penelitian Budidaya Pantai, 6(2); 87-96.

(25)

15 (Osphronemus gouramy) LAC Ukuran 2 cm. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Diatin I, Harris E, Suprayudi MA, Budiardi T. 2015. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Koridoras (Corydoras aeneus Gill 1858) pada Budi daya Kepadatan Tinggi. Jurnal Ikhtiologi Indonesia 14(2): 123-134.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 112 hal. Hepher B and Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special

Reference to Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. 261 pp.

Hickling CF. 1971. Fish Culture. London : Faber and Faber 348 hal.

Huissman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Netherland (NL): Wageningen University.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014a. KKP Mendorong Diversifikasi Ekspor Ikan Hias ke Timur Tengah. Artikel 802. Available at http://www.p2hp.kkp.go.id [6 Agustus 2015].

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014b. Pengembangan Perikanan Budidaya yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan Tahun 2015-2019. Available at http://www.djpb.kkp.go.id [11 Agustus 2015].

Lazuardi LH. 2015. Produksi Pendederan Ikan Ctenopoma (Ctenopoma acutirostre) dengan Padat Tebar Berbeda dan Pergantian Air 15%. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. siap terbit.

Lovel T. 1992. Nutrition and Feeding of Fish. Van Nostrand Reinhold, 259 pp. Mattjik AA, Sumeratajaya M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press. hlm 68.

Randle AM, Chapman LJ. 2004. Habitat Use by The African Anabantid Fish

Ctenopoma muriei: Implications for Costs of Air Breathing. Ecology of Freshwater Fish : 13: 37-45.

Shafrudin D, Yanuarti, Setiawati M. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen Melalui Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Akuakultur Indonesia 5(2): 137-147.

Steel GD and Torrie JH. 1981. Prinsip Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 747 halaman.

Wahyu. 2012. Peningkatan Produksi Ikan Maanvis (Petrophylum scalare) dalam Budidaya Sistem Resirkulasi Melalui Peningkatan Padat Tebar. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture System. USA:

Chapman and Hall.

(26)

16

Lampiran 1 Gambar ikan ctenopoma

Ikan ctenopoma merupakan ikan hias berasal dari pedalaman sungai Kongo di Afrika Tengah, merupakan anggota dari keluarga Anabantidae atau yang dikenal sebagai ikan labirin (Berra 2001). Keindahan ikan ctenopoma terletak pada bagian tubuhnya yang bercorak seperti macan tutul dan berwarna hitam kecoklatan, ukuran ikan ini dapat mencapai panjang tubuh hingga 8 inci (Alderton 2008). Ikan ctenopoma hidup di perairan dengan kisaran suhu 23-28oC, pH 5,6 dan alkalinitas 50 ppm (Alderton 2008) dan dapat hidup pada DO 0,37-1,36 ppm pada perairan terbuka (Randle & Chapman 2004). Ikan ctenopoma (Ctenopoma acutirostre)lebih dikenal dengan nama dagang di pasar internasional

Leopard bushfish.

Wilayah produksi budidaya ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia, dengan sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (KKP 2014b). Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan (DPP 2015), Kabupaten Bogor memiliki 33 kelompok pembudidaya ikan (Pokdakkan) ikan hias dan tanaman air. Kelompok pembudidaya ikan ctenopoma tersebar di berbagai kecamatan seperti cibinong, kemang, ciseeng, tajur halang dan parung (BPS 2014). Pembudidaya ikan hias ctenopoma saat ini sudah mampu melakukan kegiatan pemeliharaan induk, pembenihan hingga pendederan. Harga jual yang tinggi menjadi alternatif baru para pembudidaya untuk melakukan produksi ikan ini. Produksi ikan ctenopoma Kabupaten Bogor tahun 2012 sebesar 12.486.000 ekor dan tahun 2013 naik menjadi 14.586.000 ekor pertahun (BPS 2014).

(27)

17 Lampiran 2 Analisis statistik parameter uji yang diamati

1. Analisis statistik kelangsungan hidup (%) ikan ctenopoma Ctenopoma acutirostre dengan padat tebar 2 ekor/liter, 4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter.

ANOVA

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 88,346 3 29,449 0,889 0,487

Sisa 264,992 8 33,124

Total 353,338 11

*) Perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan ctenopoma (P<0,05)

Uji Tukey

Perlakuan N 1

8 ekor/liter 3 87,3 4 ekor/liter 3 89,683 2 ekor/liter 3 93,65 6 ekor/liter 3 93,65

P 0,559

2. Analisis statistik laju pertumbuhan spesifik (%) ikan ctenopoma Ctenopoma acutirostre dengan padat tebar 2 ekor/liter, 4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter.

ANOVA

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 4,047 3 1,349 4,651 0,037

Sisa 2,321 8 0,29

Total 6,367 11

*) Perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma (P<0,05)

Uji Tukey

Perlakuan N 1 2

8 ekor/liter 3 1,45

4 ekor/liter 3 1,8767 1,8767 6 ekor/liter 3 2,56 2,56

2 ekor/liter 3 2,9433

(28)

18

3. Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak (%) ikan ctenopoma Ctenopoma acutirostre dengan padat tebar 2 ekor/liter, 4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter.

ANOVA

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,252 3 0,084 8,541 0,007

Sisa 0,079 8 0,01

Total 0,33 11

*) Perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma (P<0,05)

Uji Tukey

Perlakuan N 1 2

8 ekor/liter 3 0,5367

4 ekor/liter 3 0,68 0,68

6 ekor/liter 3 0,86

2 ekor/liter 3 0,8967

P 0,352 0,105

4. Analisis statistik koefisien keragaman (%) ikan ctenopoma Ctenopoma acutirostre dengan padat tebar 2 ekor/liter, 4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter.

ANOVA

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 7,719 3 2,573 1,627 0,258

Sisa 12,651 8 1,581

Total 20,369 11

*) Perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman ikan ctenopoma (P<0,05)

Uji Tukey

Perlakuan N 1

2 ekor/liter 3 6,1 6 ekor/liter 3 6,87 8 ekor/liter 3 7,75 4 ekor/liter 3 8,1767

(29)

19 5. Analisis statistik efisiensi pakan (%) ikan ctenopoma Ctenopoma acutirostre

dengan padat tebar 2 ekor/liter, 4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter.

ANOVA

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 864,016 3 288,005 12,437 0,002

Sisa 158,257 8 23,157

Total 1049,273 11

*) Perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan ikan ctenopoma (P<0,05)

Uji Tukey

Perlakuan N 1 2

8 ekor/liter 3 13,9933 6 ekor/liter 3 25,29

4 ekor/liter 3 25,8 25,8

2 ekor/liter 3 37,98

(30)

20

Lampiran 3 Hasil pengukuran kualitas air pendederan ikan ctenopoma

(31)

21 Lampiran 4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan ctenopoma

Analisis usaha pendederan ikan ctenopoma dihitung berdasarkan unit usaha yang ditingkatkan dengan asumsi sebagai berikut:

1. 1 siklus pendederan dari SM (2cm) ke L (3,5cm) yaitu selama 40 hari

2. 1 siklus pemeliharaan mulai dari persiapan wadah hingga panen selama 5 minggu, sehingga dalam 1 tahun bisa memproduksi sebanyak 8 siklus.

3. Jumlah akuarium sebanyak 100 unit, volume 54 liter dengan pergantian air sebanyak 30% (16,2 liter).

4. Biaya listrik penggunaan pompa air meliputi penggunaan pompa air sumur dangkal dengan daya 375 watt (85 L/ menit) dan pompa air tandon dengan daya 230 watt (133 L/menit). (Biaya listrik per kwh = Rp 1.352)

Biaya listrik pompa air sumur :

100 akuarium = 16,2 L x 100 = 1620

Biaya listrik pompa air tandon : 100 akuarium = 16,2 L x 100 = 1620 5. Biaya listrik penggunaan HiBlow dengan daya 100 watt (24 jam) dan lampu

penerangan 12 watt sebanyak 3 buah (12 jam). Biaya listrik HiBlow :

selama 12 jam dan kapasitas tangki BBM 15 liter mampu hidup selama 6 jam. 7. Biaya tenaga kerja di sesuaikan dengan UMR Kota Bogor sebesar Rp 2.658.155,- bekerja selama 8 jam/hari atau 176 jam/bulan 1 jam kerja = Rp 15.103 ( 1 pekerja mengerjakan 50 akuarium)

Pergantian air :

Ganti air 3 menit / akuarium 3 x 100 = 300 menit atau 6 jam 1 pekerja = 3 jam

Pengisian air :

100 akuarium selama 12,18 menit 1 pekerja = 6,09 menit atau 0,10 jam Pemberian pakan :

(32)

22

Biaya plastik :

1 pack berisi 20 lembar seharga Rp 16.000

1 packing berisi 2 lembar plastik, berisi sebanyak 200 ikan/kantong

Biaya karet :

1 pack karet berisi 328 buah, seharga Rp 6.000

1 packing membutuhkan 7 buah karet.

9. Panjang rata-rata ikan akhir pemeliharaan pada perlakuan padat tebar 2 ekor/liter,4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter yaitu 3,04 cm, 2,81 cm, 3,00 cm dan 2,83 cm

10. Konversi pakan pemeliharaan pada perlakuan padat tebar 2 ekor/liter,4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter yaitu 2,71, 3,99, 3,97 dan 7,32

11. SR ikan ctenopoma pada perlakuan padat tebar 2 ekor/liter,4 ekor/liter, 6 ekor/liter dan 8 ekor/liter yaitu 93,65%, 89,68%, 93,65% dan 87,30%.

12. Persentase Grade pada masing-masing perlakuan Perlakuan

Perhitungan Analisis sebagai berikut (perlakuan padat tebar 6 ekor/liter)

 Biaya Operasional

Biaya operasional adalah jumlah biaya antara biaya tetap dan biaya variabel yang biasanya dikeluarkan dalam satu tahun produksi.

Biaya Operasional = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 45.006.936 + Rp 255.992.000 = Rp 300.998.936,-

 Penerimaan per Tahun

Asumsi yang dihasilkan dalam satu siklus 242.741 ekor dalam 1 tahun dengan harga jual Rp 1.200 untuk (2,5 cm), Rp 1.500 untuk (2,75 cm) dan Rp 1.800 untuk (3 cm). Dalam satu tahun satu kali siklus produksi SR yang didapat yaitu 93,65% . dalam satu kali panen 16,27% untuk ukuran (2 cm), 26,51% untuk ukuran (2,75 cm) dan 57,23% untuk ukuran (3 cm).

Penerimaan per Tahun= Harga jual x jumlah produksi 1 tahun

= (36.411x1.200)+(60.685x1.500)+(145.644x1.800) = Rp 396.881.208,- per tahun

 Keuntungan

Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Keuntungan diperoleh jika selisih antara pendapatan dengan biaya total produksi bernilai positif.

Keuntungan = Penerimaan – Biaya total

(33)

23

 Perimbangan Penerimaan rasio R/C

Analisis rasio R/C merupakan parameter analisis yang digunakan untuk melihat pendapatan relatif suatu usaha dalam 1 tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai rasio R/C lebih dari 1. Semakin tinggi nilai rasio R/C, tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi.

�/� =Total biaya produksiTotal penerimaan

R/C =Rp. 6.Rp. . .. 6

= 1,319

Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan sebesar Rp 1,319 atau memperoleh keuntungan sebesar Rp 0,319.

Payback Period (PP)

Payback period masa kembalinya modal yang merupakan perbandingan antara biaya investasi dengan keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya.

PP = y x 1 tahun

PP = R . .

R . . x 1 tahun

= 0,40

Artinya, nilai investasi yang ditanamkan dalam usaha pendederan ikan Ctenopoma tersebut akan kembali setelah 0,40 tahun.

 Harga Pokok Produksi (HPP)

HPP adalah dimana jumlah harga penjualan produksi berada pada titik

Dengan harga Rp 1.240 ekor ini maka penjualan tidak mengalami keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian.

Break event point (BEP)

BEP harga merupakan suatu nilai hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan.

(34)

24

Lampiran 5 Rincian perhitungan biaya investasi

No Komponen Satuan

Jumlah Harga Satuan

(Rp)

UT (Tahun)

Nilai Sisa (Rp)

Harga Total (Rp) Penyusutan Per Tahun (Rp) 2

e/L 4 e/L

6 e/L

8

e/L 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L

1 Akuarium Unit 100 100 100 100 95000 10 20000 9500000 9500000 9500000 9500000 7500 7500 7500 7500 2 Rak Akuarium Set 12 12 12 12 1200000 5 50000 14400000 14400000 14400000 14400000 230000 230000 230000 230000 3 Blower Unit 1 1 1 1 1530000 5 300000 1530000 1530000 1530000 1530000 246000 246000 246000 246000 4 Pompa Air

Sumur Unit 1 1 1 1 1900000 5 250000 1900000 1900000 1900000 1900000 330000 330000 330000 330000 5 Pompa Air

Tandon Unit 1 1 1 1 830000 5 200000 830000 830000 830000 830000 126000 126000 126000 126000 6 Genset Unit 1 1 1 1 3500000 5 800000 3500000 3500000 3500000 3500000 540000 540000 540000 540000 7 Bak Fiber Unit 1 1 1 1 4500000 5 700000 4500000 4500000 4500000 4500000 760000 760000 760000 760000 8 Tabung

Oksigen Unit 1 1 1 1 850000 5 300000 850000 850000 850000 850000 110000 110000 110000 110000 9 Selang Pompa

Air Unit 1 1 1 1 120000 5 0 120000 120000 120000 120000 24000 24000 24000 24000 10 Instalasi

Aerasi Unit 1 1 1 1 600000 5 0 600000 600000 600000 600000 120000 120000 120000 120000 11 Selang Sifon Meter 3 3 3 3 15000 5 0 45000 45000 45000 45000 3000 3000 3000 3000 12 Lampu Unit 3 3 3 3 35000 3 0 105000 105000 105000 105000 11667 11667 11667 11667

(35)

25

Lampiran 6 Rincian perhitungan biaya tetap

No Komponen Jumlah Satuan Harga

Satuan

Harga Total Tiap Perlakuan (Tahun) 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L 1 Penyusutan Investasi 0 0 0 0 0 0 2508167 2508167 2508167 2508167 2 Sewa Bangunan 1 1 1 1 bulan 1000000 12000000 12000000 12000000 12000000 3 Tenaga Kerja* 2 2 2 2 orang 2537304 30447648 30447648 30447648 30447648 4 Listrik Pompa Sumur* 4,73 4,73 4,73 4,73 kwh 1352 51122 51122 51122 51122 5 Listrik Pompa Tandon* 1,84 1,84 1,84 1,84 kwh 1352 19901 19901 19901 19901 6 Listik Lampu* 17,28 17,28 17,28 17,28 kwh 1352 186900 186900 186900 186900 7 Listrik HiBlow* 96 96 96 96 kwh 1352 1038336 1038336 1038336 1038336

45006936 45006936 45006936 45006936

Keterangan : *) Perhitungan biaya menggunakan rumus yang terdapat pada asumsi perhitungan ekonomi (lampiran 4)

Lampiran 7 Rincian perhitungan biaya variabel

No Komponen Jumlah Satuan Harga

Satuan

Harga Total Tiap Perlakuan (1 Siklus) Harga Total Pertahun (8 siklus) 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L 2 e/L 4 e/L 6 e/L 8 e/L 1 Benih 10800 21600 32400 43200 Ekor 900 9720000 19440000 29160000 38880000 77760000 155520000 233280000 311040000 2 Cacing 51 98 214 352 Takar 8000 408000 784000 1712000 2816000 3264000 6272000 13696000 22528000 3 BBM Genset* 30 30 30 30 Liter 7300 219000 219000 219000 219000 1752000 1752000 1752000 1752000 4 Transportasi 1 1 1 1 Trip 250000 250000 250000 250000 250000 2000000 2000000 2000000 2000000 5 Plastik

Packing* 6 10 16 19 Pack 16000 96000 160000 256000 304000 768000 1280000 2048000 2432000 6 Karet* 2 3 4 5 Pack 6000 12000 18000 72000 30000 96000 144000 576000 240000 7 Baskom 2 4 6 8 Unit 25000 50000 100000 300000 800000 400000 800000 2400000 6400000 8 Seser 2 2 2 2 Unit 15000 30000 30000 30000 30000 240000 240000 240000 240000

86280000 168008000 255992000 346632000

(36)

26

Lampiran 8 Rincian perhitungan biaya penerimaan persiklus

2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Jumlah ikan awal (ekor) 10.800 21.600 32.400 43.200

KH (%) 93,65 89,68 93,65 87,3

Jumlah ikan akhir (ekor) 10.114 19.371 30.343 37.714 Harga jual/ekor (Rp)

2 cm 900 900 900 900

2,5 cm 1.200 1.200 1.200 1.200

2,75 cm 1.500 1.500 1.500 1.500

3 cm 1.800 1.800 1.800 1.800

Jumlah (ekor/grade)

2 cm 0 0 0 0

2,5 cm 0 6.586 4.551 10.183

2,75 cm 3.034 6.974 7.586 16.217

3 cm 7.080 5.811 18.206 11.314

Penerimaan (Rp)

2 cm 0 0 0 0

2,5 cm 0 7.903.319 5.461.668 12.219.206 2,75 cm 4.551.390 10.460.275 11.378.475 24.325.272 3 cm 12.743.892 10.460.275 32.770.008 20.365.344

Total Penerimaan (Rp) 17.295.282 28.823.869 49.610.151 56.909.822

Lampiran 9 Rincian perhitungan biaya penerimaan pertahun

2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 8 ekor/liter Jumlah ikan awal (ekor) 86.400 172.800 259.200 345.600

KH (%) 93,65 89,68 93,65 87,3

Jumlah ikan akhir (ekor) 80.914 154.967 242.741 301.709 Harga jual/ekor (Rp)

2 cm 900 900 900 900

2,5 cm 1.200 1.200 1.200 1.200

2,75 cm 1.500 1.500 1.500 1.500

3 cm 1.800 1.800 1.800 1.800

Jumlah (ekor/grade)

2 cm 0 0 0 0

2,5 cm 0 52.689 36.411 81.461

2,75 cm 24.274 55.788 60.685 129.735 3 cm 56.640 46.490 145.644 90.513 Penerimaan (Rp)

2 cm 0 0 0 0

2,5 cm 0 63.226.552 43.693.344 97.753.651 2,75 cm 36.411.120 83.682.202 91.027.800 194.602.176 3 cm 101.951.136 83.682.202 262.160.064 162.922.752

Total Penerimaan (Rp) 138.362.256 230.590.956 396.881.208 455.278.579

(37)

27 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 21 Oktober 1992 dari ayah Ir Muverdi Ch dan Ibu Ir Nurbani Kalsum MSi, penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara (Liana Verdini dan Hafiz Kurnia Verdian). Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMA Al-Kautsar lulus pada tahun 2010 dan Politeknik Negeri Lampung lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Alih Jenis dan diterima pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan ctenopoma pada padat tebar yang  berbeda dengan
Gambar 3 Laju pertumbuhan spesifik ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda
Gambar  5  Nilai pertumbuhan panjang mutlak ikan ctenopoma pada padat tebar yang
Gambar 7 Efisiensi pakan ikan ctenopoma pada padat tebar yang berbeda dengan
+3

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan siswa tentang teknik- teknik dasar sepakbola dan model latihan yang di gunakan guna menunjang tingkat ketepatan menendang bola ke arah gawang masih kurang efektif

MONITORING KESESUAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN DENGAN KERANGKA ACUAN DAN RENCANA YANG DISETUJUI KERANGKA ACUAN RENCANA YANG DISUSUN SASARAN DAN TARGET Penyakit Tidak

laundry ,kerugian konsumen akibat kelalaian pelaku usaha jasa laundry .Bentuk tanggung jawab pelaku usaha pada konsumen adalah dengan memberikan kompensasi atau ganti rugi

Skripsi ini merupakan karya yang penulis tuntaskan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Admnistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan

Daya mekanik yang dapat dihitung menggunakan rumus diatas hanya untuk kompresor dengan efisiensi 100 % yang beroperasi pada siklus kompresi ideal dan tidak mewakili daya

Dengan mempelajari Buku Ajar ini diharapkan pembaca pada umumnya, dan mahasiswa calon guru pendidikan matematika khususnya, dapat mengeksplorasi geometri

Oleh karena itu, alumni prodi D3 Humas UNJ sesuai dengan syarat-atau kriteria professional, yakni memiliki kemampuan teknis dan operasional yang ditetapkan dalam

Indotrans Peneliti memilih informan ini karena informan tersebut berhubungan secara langsung terhadap proses pengisian BBM (Solar) yang terjadi di lapangan. Informan