KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR
DALAM MEREDAM KEBISINGAN LALU LINTAS
HANDY ADRIAN HADJERI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kemampuan Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor dalam Meredan Kebisingan Lalu Lintas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
HANDY ADRIAN HADJERI. Kemampuan Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor dalam Meredam Kebisingan Lalu Lintas. Dibimbing oleh RACHMAD HERMAWAN dan ENDES N DAHLAN.
Aktivitas lalu lintas dapat menyebabkan kebisingan, yang pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia. Salah satu upaya untuk meredam kebisingan dengan membangun jalur hijau jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan jalur hijau jalan dalam mereduksi kebisingan. Penelitian ini dilaksanakan di sekitar jalur hijau jalan di Jl. Padjajaran, Jl. A. Yani, Jl. Ir. H. Djuanda dan sisi Kebun Raya Bogor, pada Bulan Juli-Agustus 2014. Data utama yang dikumpulkan adalah tingkat kebisingan di sekitar jalur hijau jalan, komposisi dan struktur vegetasi serta indeks luas daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur hijau Jl. A. Yani dengan indeks luas daun 2.9788 mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mereduksi kebisingan yaitu sebesar 7.31 dB, sedangkan kemampuan reduksi paling rendah terjadi di jalur hijau Jl. Pajajaran (Telkom) dengan indeks luas daun 1.322 yaitu sebesar 3.03 dB. Kata kunci: indeks luas daun, jalur hijau jalan, reduksi kebisingan
ABSTRACT
HANDY ADRIAN HADJERI. Capability of Roadside Vegetation in Bogor City in Reducing Traffic Noise. Supervised by RACHMAD HERMAWAN and ENDES N DAHLAN.
Traffic activity can cause some noise, which at certain levels can interfere with human health. One attempt to reduce noise by building green belt road. in urban areas. The purpose of this study was to determine the ability of the roadside vegetation in reducing noise. This observation was carried out around the roadside vegetation on Jl. Padjadjaran, Jl. A. Yani, Jl. Juanda and the Bogor Botanical Garden, conducted July 2014 until August 2014. The data which been collected was the noise level around the green belt road, the composition and structure of vegetation and leaf area index. Roadside vegetation in Jl. A. Yani with 2.9788 leaf area index of 2.9788 has a high reduce noise that is equal to 7.31 dB, while the lowest reduction occurred ability on the roadside vegetation Jl. Padjadjaran (Telkom) with leaf area index of 1.322 that is equal to 3.03 dB.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN DI KOTA BOGOR
DALAM MEREDAM KEBISINGAN LALU LINTAS
HANDY ADRIAN HADJERI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan Judul “Kemampuan Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor dalam Meredam Kebisingan Lalu Lintas” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan M.ScF dan Bapak Dr Ir Endes N Dahlan M.S selaku pembimbing yang telah memberikan banyak masukan, motivasi, dan bimbingan untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Terimakasih juga kepada Kepala Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Dosen pengajar, Laboran, Petugas Teknis dan lainnya atas ilmu pembelajaran selama berkuliah. Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan pada teman-teman yang membantu dalan pegambilan data hingga terbentuknya skripsi ini, Yuni Ambar Yekti, Sinta Ayunda Putri, Yohanna, Novita Puji Leksono, Dita Haristyaningrum, Luna Raftika K, Safrina Ayu T, Muhammad Nugraha, Dewa Bagus Widy Kurniawan, Fandi Arfan, Ikhwan Agustian, Reza Abilah, serta keluarga “Anggrek Hitam” 46 atas doa dan batuannya.
Semoga Skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Jenis Data 3
Teknik Pengumpulan Data 3
Analisis dan Pengolahan Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5
Tingkat Kebisingan 5
Perbedaan Struktur dan Bentuk Vegetasi dalam Meredam Kebisingan 7 Leaf Area Index (LAI) dan Tingkat Kebisingan 8 Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Tingkat Kebisingan 10
Pengaruh Faktor Lingkungan dan Kebisingan 11
Disain Jalur Hijau Kota Bogor dalam Meredam Kebisingan 11
SIMPULAN DAN SARAN 13
Simpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
DAFTAR TABEL
1 Alat dan Bahan 3
2 Data Kebisingan 6
3 Faktor Lingkungan 7
4 Rataan Struktur Vegetasi 7
5 LAI di masing-masing Jalur Hijau 9
6 Tabel Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Tingka Kebisingan 10
7 Faktor Lingkungan 11
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Lokasi Penilitian Bogor 2
2. Sketsa Inventarisasi Pohon dan Posisi Sound Level Meter 3
3. Foto tajuk Jl. A. Yani 9
4. Foto tajuk Jl. Ir. H. Djuanda 9
5. Foto tajuk Kebun Raya Bogor 10
6. Foto tajuk Jl. Padjajaran Arah Tajur 10
7. Foto tajuk Jl. Raya Padjajaran Depan Telkom 10
8. Disain jalur hijau Kota Bogor dalam meredan kebisingan. 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Foto Penelitian 15
2 Nilai Kebisingan dan Reduksi Kebisingan 15
3 Tally Sheet Pengukuran Pohon 20
4 Kerapatan Jenis Tanaman 22
5 Rataan, tinggi, diameter jenis tanaman 23
q
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi kota-kota satelit membuat jumlah penduduk yang menempati kota tersebut semakin meningkat. Salah satu kota satelit dengan jumlah penduduk yang tinggi adalah Kota Bogor. Menurut BPS Kota Bogor (2013) Jumlah penduduk Kota Bogor Sebanyak 1.004.831 dengan pertumbuhan rata-rata meningkat sebanyak 37.433 jiwa atau dengan persentase 3.87%. Jumlah penduduk yang tinggi ini membuat sarana dan prasarana transportasi dan pembangunan jalan yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya semakin meningkat.
Menurut Polresta Kota Bogor (2013), jumlah plat nomor kendaraan yang dikeluarkan oleh SAMSAT Polres Kota Bogor sebanyak 68.511 pada tahun 2010, jumlah ini meningkat pada tahun 2011 yaitu sebanyak 74.459, dan meningkat lagi pada tahun 2012 dengan jumlah 75.633. Jumlah kendaraan paling banyak untuk kendaraan roda dua yaitu motor dengan jumlah 55.444 kendaraan sedangkan kendaraan roda empat atau lebih berjumlah 20.189 kendaraan.
Peningkatan jumlah aktivitas kendaraan bermotor menyebabkan meningkatnya pencemaran lingkungan. Salah satu masalah yang sering terjadi di jalan raya adalah kebisingan atau polusi suara dari suara kendaraan bermotor. Selain itu, penggunaan knalpot tidak standar juga menambah tingkat kebisingan. Kemacetan kendaraan juga membuat bertambahnya tingkat kebisingan dari suara klakson yang sudah dibuat bervariasi dan suara mesin yang menderu saat terjadi kemacetan. Meningkatnya sumber kebisingan ini juga dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang berada di sekitar jalan bahkan pengguna jalan itu sendiri. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi mulai dari perasaan tertekan, gangguan pendengaran, bahkan untuk tingkat kebisingan yang lebih parah dapat menyebabkan kematian (Doelle 1986).
2
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kebisingan di beberapa jalan utama di Kota Bogor.
2. Mengetahui kemampuan jalur hijau jalan dalam mereduksi kebisingan yang bersumber dari kendaraan bermotor.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk pengembangan disain jalur hijau jalan yang berfungsi sebagai peredam kebisingan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Jalur Hijau Jalan di Kota Bogor yaitu Jl. Padjajaran, Jl. Ir. H. Djuanda serta bagian Kebun Raya Bogor dan Jalan A. Yani dengan letak seperti pada Gambar 1. Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Juli 2014 hingga Agustus 2014.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian Bogor
Alat dan Bahan
3 Tabel 1 Alat dan bahan
Alat Fungsi
Termometer dan Hygrometer Mengukur suhu dan kelembaban udara Alat tulis Mencatat data selama pengukuran Sound Level Meter Mengukur tingkat kebisingan Meteran Jahit Mengukur diameter batang pohon
Meteran Mengukur Plot
Kamera SLR, Lensa Fish Eye, Tripod Membantu Menentukan LAI dan
Dokumentasi
Pengukur Waktu Untuk Menghitung waktu dalam pengukuran kebisingan
Hemisphericalview canopy analyzer Mengetahui proyeksi tajuk dan mengetahui
LAI (Leaf Area Indeks)
Tally Sheet Mencatat data yang dibutuhkan selama
pengukuran
Jenis Data
Data yang dikumpulkan data primer berupa kebisingan, suhu, kelembaban, jenis pohon, luasan tajuk, diameter pohon, tinggi total dan tinggi bebas cabang, jarak tanam. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka yaitu berupa laporan penelitian, skripsi, tesis maupun jurnal penelitian.
Teknik Pengumpulan Data Inventarisasi pohon
Kegiatan pertama adalah penentuan titik lokasi pengukuran kebisingan. Pada titik tersebut dibuat plot sebesar 10 m x 10 m sebanyak dua plot dengan sketsa yang dapat dilihat seperti ada Gambar 2. Data yang dikumpulkan berupa pencatatan data pohon seperti tinggi total, tinggi bebas cabang, diameter, titik pohon, jarak tanam dan azimuth yang terdapat di lokasi dari contoh yang akan diteliti.
Gambar 2 Sketsa Inventarisasi Pohon dan Posisi Sound Level Meter Pengukuran tingkat kebisingan.
4
dengan sumber kebisingan dan dibelakang tegakan ditaruh dengan jarak 10 m dari titik depan tegakan. Pengukuran tingkat kebisingan dihitung mulai dari jam 08.00 hingga pukul 17.00 dengan dilakukan sebanyak tiga kali pegulangan pada hari yang sama. Pengukuran kebisingan yang dicatat dengan jeda waktu 10 menit setiap jam.
Penghitungan jumlah kendaraan bermotor
Penghitungan jumlah kendaraan dilakukan pada 10 menit pertama pengukuran kebisingan pada setiap jam, dilakukan tiga kali pengulangan pada penghitungan jumlah kendaraan bermotor sesuai dengan pengulangan tingkat kebisingan. Kendaraan yang lewat dihitung seluruhnya selama 10 menit dengan dibedakan menjadi dua tipe yaitu kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat atau lebih.
Pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan arah angin
Pengukuran ini dilakukan pada saat bersamaan dengan pengambilan data kebisingan di setiap lokasi plot peneltian. Pengukuran suhu menggunakan termometer dan kelembaban menggunakan hygrometer. Arah angin menggunakan pita kecil yang diikatkan di tongkat untuk mengetahui arah angin yang berhembus saat data diambil.
Diagram profil tajuk
Diagram profil tajuk digunakan untuk mengetahui tutupan tajuk pada permukaan tanah. Pembuatan digram profil dilakukan dengan pembuatan plot inventarisasi pohon seperti terlihat pada Gambar 2. Semua pohon yang didapat pada plot pengamatan di ukur jarak dari titik X dan Y nya untuk mengetahui posisi dari pohon tersebut. Pada setiap pohon tersebut diukur jarak datar dari tutupan tajuk terpanjang yang diukur menggunakan meteran dan kompas. Setiap titik terpanjang diambil juga titik baliknya yang merupakan garis lurus. Setelah data tersebut diambil digambar ke dalam militer blok. Dalam pembuatan diagram profil tajuk juga menggunakan data tinggi total, tinggi bebas cabang, dan diameter pohon tersebut.
Analisis dan Pengolahan Data
Data Leaf Area Index (LAI) menggunakan program Hemiview 2.1 Canopy Analisis Software. Gambar dari tutupan tajuk yang diambil menggunakan lensa fish-eye dianalisis menggunakan program tersebut untuk mendapatkan nilai LAI. Tingkat kebisingan yang didapat dihitung menggunakan rumus yang diambil dari Widagdo (1998):
5 lalu di jelaskan secara deskriptip kuantitatif dengan didukung dari data penelitian yang didapat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis wilayah Kota Bogor berada antara 106° 43’30”BT 106° 51’ 00” BT dan 30’30”LS - 6° 41’00”LS. Kota Bogor memiliki luasan sebesar 11.850 ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor memiliki ketinggian minimum 180 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut. Suhu rata-rata tiap bulan 32.1°C dengan suhu minimum 22.4°C dan suhu maksimum 33.7°C, Kota Bogor memiliki kelembapan udara yang sangat tinggi yaitu 92% dan curah hujan rata-rata tiap bulan 304-535.3 mm dengan curah hujan terbesar pada November dan Januari (BPS Kota Bogor 2013).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 tahun 1950 Kota Bogor terbagi dalam 22 kelurahan, 5 kecamatan dan 1 perwakilan kecamatan. Terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1992, perwakilan kecamatan Tanah Sareal ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan, kini terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Lokasi Kota Bogor yang dekat dengan ibukota negara dan kedudukannya diantara jalur tujuan Puncak-Cianjur merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik.
Ruang terbuka hijau Kota Bogor terdapat 13 jenis yang diantaranya adalah Taman Kota, Taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, hutan kota, Kebun raya, pemakaman umum, lapangan olah raga, lahan pertanian perkotaan, jalur di bawah tegangan tinggi. Beberapa jalur hijau jalan yang ada di Kota Bogor terdapat pada Jl. Padjajaran, Jl. Ir. H. Djuanda, Jl. A. Yani, dan beberapa jalan lainnya dengan luas jalur hijau jalan sebesar 138.29 ha.
Tingkat Kebisingan
Kebisingan merupakan bentuk suara yang tidak diinginkan karenadapat menimbulkan kerugian terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya (Suratmo 1995). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dan tidak tepat waktu dan tempatnya (Warningsih 2006). Kebisingan dapat berasal dari berbagai hal salah satunya adalah lalu lintas. Sumber kebisingan lalu lintas menurut Hakim (2006) berasal dari suara putaran ban mobil, suara bising dari badan mobil, suara dari knalpot dan klakson, suara mesin, suara putara garden dan suara mesin pendingin. Sumber kebisingan lalu lintas tersebut dapat lebih tinggi apabila bagian dari kendaraan tersebut dimodifikasi tidak sesuai dengan dari pabrik kendaraan tersebut.
6
beberapa bentuk yang sedikit berbeda. Sumber kebisingan dari lokasi penelitian ditimbulkan dari lalu lintas kendaraan bermotor yang pada tiap lokasi memiliki tingkal kepadatan lalu lintas yang hampir sama. Cara pengukuran kebisingan pada tiap titik contoh diambil di dua titik yaitu depan tegakan dan belakang tegakan yang diambil secara bersamaan. Jarak yang diambil dibelakang tegakan kurang lebih 10 m. Penentuan jarak yang diambil 10 m karena pada beberapa jalur hijau jalan terdapat keterbatasan luas dengan adanya tembok dari bangunan yang ada dibelakangnya. Pengukuran kebisingan diulang sebanyak tiga kali pengulangan pada minggu berikutnya yang pada setiap harinya dilakukan sebanyak tiga kali pengambilan data pada jam 08.00, 12.00, dan 16.00 dengan interval waktu setiap 10 menit. Dokumentasi saat pengambilan data dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan pada tiap lokasi hampir memiliki tingkat kebisingan yang sama. Perbedaan yang terjadi terlihat pada titik B yang berada dibelakang tegakan. Tiap lokasi memiliki reduksi kebisingan yang berbeda hal ini dikarenakan tiap lokasi memiliki kerapatan tanaman, tinggi tanaman, dan faktor lainnya. Menurut Sagitawaty (2011) kebisingan yang dapat diredam sangat dipengaruhi oleh kepadatan tanaman, tinggi tanaman, lebar tanaman, jarak tanam, intensitas bunyi, frekuensi, dan arah datangnya kebisingan. Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilihat pada Tabel 2. Data lengkap kebisingan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 2 Data kebisingan
No. Lokasi Contoh r(m) Rataan Tingkat Kebisingan Titik A (dB) Titik B (dB)
Keterangan: r: Jarak dari sumber kebisingan ketitik A, Titik A: Depan tegakan, Titik B: Belakang tegakan
Pada lokasi Kebun Raya memiliki kemampuan dalam mereduksi kebisingan yang paling besar dibandingan dengan lokasi yang lain. Hal ini dipengaruhi dengan ada nya tembok yang menghalangi, sehingga kebisingan selain tertahan dengan barrier tanaman juga tertahan dengan adanya tembok. Pada lokasi seperti Jl. A. Yani, Jl. Ir. H. Djuanda dan Jl. Padjajaran arah Tajur kemampuannya dalam mereduksi kebisingan hampir setara. Pada lokasi Jl. A. Yani tegakan cukup rapat dan bergerombol dengan adanya berbagai macam strata terdapat banyak rumput dan semak, serta jarak tanaman yang cukup rapat. Pada lokasi Jl. Ir. H. Djuanda dan Jl. Padjajaran arah Tajur jarak tanam tiap pohon cukup dekat dan tajur pohon yang cukup rapat adanya sedikit tanaman bawah juga cukup mempengaruhi dalam mereduksi kebisingan. Pada Jl. Padjajaran depan Telkom vegatasi pohon sedikit dan hanya ada rumput taman yang tidak mempengaruhi dalam mereduksi kebisingan, sehingga kebisingan yang direduksi sedikit.
7 Lingkungan Hidup No.48/MENLH/1996 tentang baku mutu kebisingan, dapat dilihat pada, Tabel 3.
Tabel 3 Faktor lingkungan
Peruntukan kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Permukiman 2. Perkantoran dan Perdagangan 3. Ruang Terbuka Hijau
4. Pemerintah dan Fasilitas Umum
55 65 50 60 a. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 2. Sekolah atau Sejenisnya 3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya
55 55 55 Sumber: KEPMENLH No. 48/MENLH/1996
Perbedaan Struktur dan Bentuk Vegetasi dalam Meredam Kebisingan Jalur hijau jalan sangat mempengaruhi dalam peredaman kebisingan. Nilai yang mempengaruhi dalam meredam kebisingan antara lain spesies tanaman, Leaf Area Index (LAI), diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, kerapatan, dan jarak tanaman dan beberapa faktor lain seperti suhu udara, kelembapan udara, angin dapat mempengaruhi meredam kebisingan (Irwan 1994).
Pada Tabel 4 diketahui bahwa yang memiliki nilai reduksi kebisingan tertinggi adalah Kebun Raya, tetapi struktur vegetasi lainnya tidak sebaik pada jl. A. Yani. Hal ini didapatkan dari jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan. Reduksi kebisingan yang didapat sudah tereduksi dari jarak yang ada. Menurut Ratnasih (2012) penurunan kebisingan terjadi semakin jauh dari jarak sumber kebisingan tapi ini tidak seefektif menggunakan tanaman. Data lengkap struktur vegetasi dapat dilihat pada Lampiran 3 dan data rataan kerapatan pada Bebas Cabang (m), R: Jarak Tanam (m), K: Kerapatan
8
pagar dari Kebun Raya Bogor. Nilai penurunan kebisingan dihalangi tembok pembatas. Oleh karena terdapat tembok dan bukan struktur vegetasi maka jalur hijau jalan ini tidak akan dibahas lebih lanjut..
Jalur hijau Jl. A. Yani memiliki reduksi kebisingan terbesar kedua setelah Kebun Raya Bogor. Dari data rataan tersebut kerapatan tanaman di Jl. A. Yani merupakan yang tertinggi dengan tinggi total dan tinggi bebas cabang tidak begitu besar. Pada Jl. Ir. H. Djuanda kebisingan yang diredam cukup besar hal ini dipengaruhi dari tinggi bebas cabang pada lokasi tersebut yang rendah dan adanya semak pada bagian bawah jalur hijau. Jl. Padjajaran depan Telkom dan arah tajur memiliki nilai reduksi kebisingan yang paling kecil dengan plot lainnya. Hal ini juga terlihat dari rataan pengukuran lainnya yang tidak begitu baik seperti Tinggi total yang tinggi dan bebas cabang yang cukup besar dibandingan plot lainnya. Kondisi kelima plot tersebut dapat dilihat pada diagram profil tajuk pada Lampiran 6.
Hasil yang didapat tersebut nilai yang paling mempengaruhi pada reduksi kebisingan tinggi bebas cabang pada tiap plot kerapatan tanaman. Keberadaan semak pada lokasi juga sangat mempengaruhi dalam mereduksi kebisingan sesuai dengan pernyataan Ratnasih (2012) keberadaan semak merupakan struktur vegetasi yang sangat penting dalam membantu vegetasi lainnya dalam meredam kebisingan. Faktor lainnya seperti diameter tinggi total jarak tanam dan kerapatan juga membantu meredam kebisingan karena suara dapat tertahan pada dahan daun dan ranting seperti pada pernyataan Sagitawaty (2001), peredaman kebisingan melibatkan struktur seperti batang, daun, cabang, ranti untuk penyerapan bunyi.
Leaf Area Index (LAI) dan Tingkat Kebisingan
9 Tabel 5 LAI di masing-masing jalur hijau jalan
No. Lokasi Nrv LAI Kriteria
1. Jl. A. Yani 7.31 2.978 Sangat Rindang 2. Jl. Ir. H. Djuanda 7.15 2.346 Rindang
3. Kebun Raya Bogor 8.43 1.576 Tidang Rindang 4. Jl. Padjajaran Arah Tajur 3.03 1.948 Rindang
5. Jl. Padjajaran Depan Telkom 6.80 1.322 Tidak Rindang
Kriteria keridangan berdasarkan Ratnasih (2012) dibagi menjadi tiga yaitu, tidak rindang dengan nilai LAI 0.1- <1.7, rindang dengan nilai LAI 1.7- <2.3, dan sangat rindang dengan nilai LAI <2.3. Dari hasil yang didapatkan menggunakan Hermiview 2.1 Canopy Analysis Software jalur hijau Jl. A. Yani memiliki tingkat kerindangan yang sangat rindang. Jalur hijau jalan yang memiliki tingkat kerindangan paling rendah adalah jalur hijau Kebun Raya Bogor bagian Jl. Ir. H. Djuanda dan Jl. Padjajaran Depan Telkom.
Pada jalur hijau Jl. A. Yani kerapatan cukup tinggi, tumbuhan di jalur hijau Jl. A. Yani terdiri dari berbagai strata sehingga cukup rindang. Pada jalur hijau Jl. A. Yani juga sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Bogor sehingga kondisi disana sangat hijau dengan dirawatnya pohon disana. Pada jalur hijau Jl. Ir. H. Djuanda yang berada tepat disamping jalan dan Sekolah Regina Pacis banyak terdapat pohon kenari, pohon kenari di Jl. Ir. H. Djuanda memiliki kerapatan tajuk dan daun yang cukup rapat sehingga hasil dari pengukuran LAI didapat cukup tinggi. Serupa dengan Jl. Ir. H. Djuanda pada Jl. Padjajaran arah tajur yang didominasi pohon Mahoni memiliki nilai LAI yang cukup tinggi juga. Jarak tanam dari mahoni yang cukup berdekatan, tinggi pohon yang tidak terlalu tinggi, tajuk dan daun pada tiap pohon disana juga rapat. Berbeda dengan kondisi Kebun Raya Bogor bagian Jl. Ir. H. Djuanda disana terdapat pohon yang besar dan tinggi dan cukup tua dengan tajuk yang cukup besar tetapi dengan sedikit daun dengan jenis ficus, selain pohon yang tinggi terdapat tanaman jenis Palem yang tidak memiliki kerapatan tajuk yang baik, sehingga nilai LAI yang didapat kecil. Nilai LAI yang didapat di Jl. Padjajaran depan Telkom hanya didapati dua pohon yang lain masih berbentuk pancang, semak, dan palem sehingga banyak ruang yang terbuka. Hasil foto menggunakan lensa fish eye pada tiap lokasi seperti pada Gambar 3,4,5,6 dan 7. .
10
Gambar 5 Foto tajuk Kebun Raya Bogor Gambar 6 Foto tajuk Jl. Padjajaran Arah Tajur
Gambar 7 Foto tajuk Jl. Raya Padjajaran Depan Telkom
Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Tingkat Kebisingan
Kebisingan yang terjadi dijalan raya diakibatkan dengan banyak kendaraan yang melintas. Kendaraan yang dimodifikasi sehingga tidak lagi sesuai dengan yang sudah dibuat pabrik pembuat kendaraan tersebut merupakan salah satu penyebabnya. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa kendaraan yang melintas terbanyak adalah melintasi Jl. Padjajaran yang mengarah ke Tajur dengan jumlah kendaraan 676. Tingkat kebsingan yang terjadi pada titik A atau titik depan tegakan di Jl. Padjajaran mencapai 77.28 dengan jenis kendaraan yang terbanyak melintas adalah kendaraan roda 2.
Tabel 6 Tabel Perbandingan jumlah kendaraan dan tingkat kebisingan No. Lokasi Tingkat Kebisingan (dB) Nrv
Jumlah Kendaraan Titik A
(dB) Titik B (dB) Roda 2 Roda 4
1 Jl. A. Yani 77.32 70.31 7.31 426 175
2 Jl. Ir. H. Djuanda 78.72 71.57 7.15 438 159
3 Kebun Raya 75.34 66.91 8.43 457 166
4 Jl. Padjajaran Telkom 78.00 74.97 3.03 477 199 5 Jl. Padjajaran Tajur 77.28 70.48 6.80 457 209 Keterangan: Nrv:Nilai Reduksi Kebisingan, Titik A: Depan tegakan, Titik B: Belakang tegakan
11 kebisingan dari kendaraan motor adalah, suara mesin, suara knalpot, klakson, suara roda dengan jalan raya. Berdasarkan dengan yang terjadi di Kota Bogor lebih diakibatkan dengan suara knalpot yang tidak sesuai dengan standar kendaraan tersebut. Hal ini sering terjadi dengan kendaraan roda dua, dengan kebisingan dari knalpot dapat mencapai lebih dari 80 dB. Angkutan umum yang sudah terlalu tua pun menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kebisingan. Dapat dilihat seperti pada tabel 4 bagian Jl. Padjajaran Telkom terdapat 668 kendaraan yang melintas dengan tingkat kebisingan pada bagian depan vegetasi 78 dB. Besarnya kebisingan tersebut dikarenakan dengan banyak bus yang melintas dengan suara knalpot yang berisik dan bunyi mesin yang cukup keras, sehingga perlu dilakukan pengecekan pada setiap kendaraan bermotor sehingga tingkat kebisingan dari kendaraan dapat diminalisasikan selain menggunakan jalur hijau jalan sebagai barrier.
Pengaruh Faktor Lingkungan dan Kebisingan
Pada saat pengambilan data kebisingan dilakukan juga pengambilan data lingkungan seperti kelmbaban dan arah angin di lokasi penelitian. Data kembaban diambil menggunakan alat bernama 4in1 yang dapat mengambil suhu dan nilai kelembaban langsung tanpa perlu mengukur suhu basan dan kering. Kebisingan yang merupakan bunyi yang tidak diinginkan memiliki definisi gelombang yang arah datangnya sejajar dengan arah getarnya dengan merambat mealui perantara yang membentuk rapatan dan renggangan bergantian secara periodik (Rohmah 2012). Berdasarkan hasil pengambilan data faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7. 4 Jl. Padjajaran Telkom 32.10 65.23 Mengarah Plot 5 Jl. Padjajaran Tajur 28.93 75.03 Mengarah Plot
Suhu udara sangat mempengaruhi cepat rambat suara karena suhu udara yang tinggi mempengaruhi pemuaian suara dan mempengaruhi rambatannya (Doelle 1985). Menurut hasil yang didapatkan suhu dan kelembapan tidak begitu signifikan dalam mempengaruhi kebisingan. Hal yang lebih mempengaruhi dalam kebisingan adalah arah angin. Suara yang dihasilkan mengikuti udara yang ada sehingga pada lokasi kebun raya kebisingan yang dihasilkan dapat rendah.
12
lintas. Sehingga sangat bagus untuk dikembangkan lagi jalur hijau jalan yang terdapat di Kota Bogor. Menurut Umiati (2011) pepohonan yang memiliki kerimbunan daun 75% yang merata dari permukaan tanah hingga ketinggian 5 meter dapat menurukan kebisingan sebesar 25%. Disain yang sesuai untuk jalur hijau jalan Kota Bogor dalam meredam kebisingan adalah jalur hijau jalan yang ditanami dengan pohon yang memiliki kerapatan tajuk yang cukup tinggi selain itu tetapi memiliki tinggi bebas cabang yang rendah.
Jalur hijau jalan memiliki ruang yang terbatas dalam pengembangan disainnya. Penanaman tanaman lebih disarankan dengan jarak tanam yang yang lebih rendah sehingga lebih rapat dan menjadi barrier yang baik dalam meredam kebisingan. Penanaman yang rapat ini juga dapat menjadi pagar hidup yang dapat menjadi filter penyaring suara yang lalu lalang di sekitar lokasi tersebut (Werdiningsih, 2007). Selain itu dengan ditanami rumput dan semak juga dapat membantu dalam meredam kebisingan karena dapat menutupi bagian yang bebas tidak terdapat cabang (Ratnasih 2012).
Disain yang sesuai untuk jalur hijau jalan Kota Bogor adalah pada jaran 0-2 (m) ditanami dengan tanaman yang memiliki tinggi bebas cabang yang rendah, dengan ditanami tanaman yang menutupi permukaan tanah seperti rumput dan semak. Pada jarak 2-4 (m) merupakan trotoar untuk pejalan kaki. Pada jarak 4-10 (m) apabila merupakan lahan kosong dapat ditanami serupa dengan bagian depan dengan tanaman yang memiliki tinggi bebas cabang yang rendah dan juga semak atau rumput sebagai penutup bagian tanah. Dapat juga ditanami dengan tanaman yang memiliki tinggi bebas cabang yang tinggi. Apabila lahan setelah trotoar adalah milih pribadi dapat disarankan dengan ditanami dengan pagar tanaman atau menggunakan tembok, sehingga dapat meredam kebisingan lalu lintas dengan cukup baik.
13
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Kesimpulan dari hasil penilitian adalah:
1. Kebisingan lalu lintas yang terjadi di beberapa jalan besar di Kota Bogor cukup tinggi dengan hasil pengukuran berkisar pada 77.33 dB pada bagian depan tegakan dan 70.85 pada bagian belakang tegakan.
2. Jalur hijau Jl. A. Yani dengan indeks luas daun 2.9788 mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mereduksi kebisingan yaitu sebesar 7.31 dB, sedangkan kemampuan reduksi paling rendah terjadi di jalur hijau Jl. Pajajaran (Telkom) dengan indeks luas daun 1.322 yaitu sebesar 3.03 dB.
Saran
Penelitian lebih lanjut tentang jenis tanaman yang dapat meredam kebisingan. Perlu dilakukan penambahan dengan memperhatikan jenis yang memiliki kerapatan daun, tajuk yang tinggi serta tinggi bebas cabang yang rendah. Herba dan semak ditanaman untuk menutupi bagian bebas cabang agar dapat lebih efektif mereduksi kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA
Arlan M. 2011. Pengaruh Volume Kendaraan Terhadap Kebisingan dan Pemetaan Kebisingan menggunakan Perangkat Lunak Arcview di kelurahan Pondok Cina Depok, Akibat Kegiatan Transportasi di Jalan Margonda Raya. [Skripsi]. Depok [ID]: Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
[BPS] Badan Pusat Statistik za q Bogor. 2013. Kota Bogor Dalam Angka 2013. BPS Kota Bogor. Bogor.
Carpenter PI, Walker TD, Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. W.H Freeman and Co. San Fransisco.
Doelle LL. 1986. Akustik Lingkungan. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik
Lansekap Jalan. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2004. Prediksi Kebisingan Akibat Lalu Lintas.
Hakim R. 2006. Rancangan Visual Lansekap Jalan; panduan estetika dinding penghalang kebisingan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Indah ASK, Wardiyati T, Setyobudi L. 2014. Analisa Lanskap Jalur Hijau dan Upaya Penerapan Smart Green Land Pada Ruang Terbuka Hijau. Jurnal Produksi Tanaman. 2: 198:207.
14
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan. Kpemen-LH-48-1996.pdf
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Pedoman Umum Penanaman Jalur Hijau Jalan. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup, Bidang Pengendalian Dampak Sumber Non Instansi.
Rohmah IN. 2012. Pengaruhan Pemaparan Suara Anjing Tanah (Orong-Orong) Termanipulasi Pada Peak Frequency (2.9±0.1)103Hz Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang Kedelai. [Skripsi]. Yogyakarta [ID]: Program Studi Fisika, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.
Leblanc SG, Chen JM, Fernandes R, Deering DW, dan Conley A. 2005. Methodology comparison for canopy structure parameters extraction from digital hemispherical photography in boreal forest. Agricultural and Forest Meteorology. 129: 187-207.
Ratnasih A. 2012. Kemampuan Hutan Kota dalam Mereduksi Kebisingan Lalu Lintas di Bumi Serpong Damai City Kota Tanggerang Selatan. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rich PM. 1990. Characterizing plant canopies with hemispherical photographs. Remote Sensing Reviews. 5: 13-29.
Rich PM, Chen J, Sulatycki SJ, Vashisht R, and Wachspress WS. 1995. Calculation of leaf area index and other canopy indices from gap fraction: a manual for the LAICALC software. Kansas Applied Remote Sensing Program Open File Report.pdf.
Sagitawaty LA. 2001. Peranan: Vegetasi dalam Mereduksi Kebisingan Jalan Raya. [Skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suratmo FG. 1995. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Umiati S. 2011. Pengaruh Tata Hijau Terhadap Tingkat Kebisingan Pada Perumahan Jalan Ratulangi Makasar. Makasar (ID). Teknik Sipil, Universitas Hasanudin.
Warningsih T. 2006. Pemetaan Kebisingan dan Penilaian Masyarakat terhadap Kebisingan Bandar Udara (Studi Kasus Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Werdiningsih H. 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif Pagar Rumah. Enclosure Vol 6 No. 1.
15 Lampiran 1 Foto peneltian
Sound Level Meter Pengambilan data titik A
Pengukuran data pohon Sound Level Meter dan Tally Sheet
Lampiran 2 Nilai kebisingan dan reduksi kebisingan Pengulangan 1 Pukul. 08.00-09.00
No. Sampel Titik I II Tingkat Kebisingan (dB) III IV V VI Jumlah (dB) Rataan (dB) Lokasi 1 Jalan A. Yani
1 Titik 1 69.6 75.4 80.4 78.3 79.1 83.4 466.2 77.70 2 Titik 2 65.6 70.3 77.5 72.1 73.2 77.4 436.1 72.68
Nrv 4 5.1 2.9 6.2 5.9 6 30.1 5.01
Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 76.9 79.9 72.8 74.3 81.3 84.6 469.8 78.30 2 Titik 2 72 73.8 67.3 69.8 72.9 73.4 429.2 71.54 Nrv 4.9 6.1 5.5 4.5 8.4 11.2 40.6 6.77 Lokasi 3 Kebun Raya Bogor
1 Titik 1 76.8 79.8 80.3 77.8 72.3 75.8 462.8 77.14 2 Titik 2 63.7 71.8 68.7 67.1 70.3 69.8 411.4 68.57 Nrv 13.1 8 11.6 10.7 2 6 51.4 8.57 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
1 Titik 1 77.6 80.3 77.3 78.1 74.5 76.4 464.2 77.37 2 Titik 2 71.9 74.5 73.4 76.3 73.2 74.7 444 74
Nrv 5.7 5.8 3.9 1.8 1.3 1.7 20.2 3.37 Lokasi 5 Jalan Padjajaran
1 Titik 1 79.8 83.4 77.8 75.6 78.7 73.8 469.1 78.18 2 Titik 2 76.7 72.3 70.6 68.7 71.9 66.5 426.7 71.2
16
Lampiran 2 Nilai kebisingan dan reduksi kebisingan (lanjutan) Pengulangan 2 Pukul. 08.00-09.00 Lokasi 2 Jalan Ir. H Djuanda
1 Titik 1 77.6 79.1 80.6 74.5 76.7 78.6 467.1 77.85 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
1 Titik 1 79.3 76.3 84.3 75.6 79.4 80.3 475.2 79.20 Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 79.1 80.3 82.7 78.8 76.7 77.9 475.5 79.25 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
17 Lampiran 2 Nilai kebisingan dan reduksi kebisingan (lanjutan)
Pengulangan 1 Pukul. 12.00-13.00 Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 77.1 80.6 79.8 80.8 77.2 81.1 476.6 79.43 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
1 Titik 1 76 81.7 81.4 74.8 74.2 73.2 461.3 76.88 Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 81.4 74.7 80.1 79.7 78.7 79.1 473.7 78.95 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
18
Lampiran 2 Nilai kebisingan dan reduksi kebisingan (lanjutan) Pengulangan 3 Pukul. 12.00-13.00 Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 77.5 83.7 82.9 78.8 76.7 79.1 478.7 79.78 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
1 Titik 1 79.1 75.3 74.7 73.2 79.4 83.2 464.9 77.48 Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 78.7 78.5 80 78.3 79 77.3 471.8 78.63 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
19 Lampiran 2 Nilai kebisingan dan reduksi kebisingan (lanjutan)
Pengulangan 2 Pukul. 16.00-17.00 Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 77.6 73 73.5 71.7 78.5 77.7 452 75.33 Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
1 Titik 1 80.3 85.4 79.1 74.3 79.3 75.4 473.8 78.97
Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 Titik 1 78.4 79.8 75.6 78.5 76.1 73.8 462.2 77.04
Lokasi 4 Jalan Padjajaran Arah Tajur
Lampiran 3 Tally Sheet pengukuran pohon
Lokasi : Jalan A. Yani Jumlah Strata : Banyak
Bentuk HK : Jalur Azimuth : 220
Plot No. Tanaman Jenis ∑ (cm) Kel D (cm) D (m) Tt (m) Tbc (m) X (m) Y (m) R (m) (°;m) Α Back θ
(m) (°;m) Back (m)
1
1 Mahoni 1 350 111.46 1.12 7.4 2.6 1 1 1 125; 5 3 25; 4.5 1.5
2 Kenari 1 121 38.54 0.39 6 2 9 4 9 80; 1.5 0.5 10; 1 0.5
3 Nangka 1 56 18 0.18 6 1.8 0 4 0 30; 0,5 0.2 320; 0.1 0.3
4 Melinjo 1 44 14 0.14 9.7 2.5 4 8 4 30; 0.5 0.2 320; 0.1 0.3
5 Melinjo 1 35 11 0.12 9.3 2.5 4 8 4 70; 0.1 0.1 110; 0,2 0,1
6 Melinjo 1 43 14 0.14 9.5 2.5 4 8 4 120; 0.1 0.3 260; 0.5 0.3
7 Sengon 1 32 10 0.1 13 6 4 10 4 0; 0.5 0,2 120; 1 0.4
8 Kenari 1 22 7 0.07 7.2 2.4 10 10 10 350; 0.8 0,2 50; 0.4 0.2
9 Kenari 1 28 9 0.09 5 5 9 8 9 190; 0.2 0.4 240; 0.5 0.3
10 Mahoni 1 30 10 0.09 1 0.5 8 5 8 230; 0.1 0.1 0; 0.1 0.1
2
1 Beringin 1 122 39 0.39 8 7.5 3 1 3 70; 4 1 0; 1 1
2 Beringin 1 1400 446 4.46 10.6 4.5 6 1 6 120; 6 4 220; 3 4
3 Pete 1 102 32.48 0.32 10 2 5.7 8 5.7 260; 4 2 320; 4 1
4 Mangga 1 94 29.94 0.30 8 3.5 7.7 6 7.7 260; 4 2 320; 2 3
5 Nangka 1 34 11 0.11 7.7 3.4 1 6 1 55; 0.3 0.2 135; 0.4 0.2
6 Nangka 1 28 9 0.09 7.3 2.6 1.5 5.5 1.5 225; 1 0.5 165; 0.8 0.2
7 Kenari 1 21 7 0.07 5.8 2.3 1 9 1 120; 0.6 0.2 8.5; 0.4 0.1
8 Kenari 1 20 6 0.06 5.5 2.1 3 7 3 350; 0.4 0.2 240; 0.1 0.2
9 Kenari 1 26 8 0.08 8.1 1.8 4.5 10 4.5 5; 0.2 0.4 235; 0.3 0.1 10 Nangka 1 34 11 0.11 7.6 2.4 4.5 5 4.5 10; 0.3 0.1 200; 0.4 0.1
11 Kenari 1 15 5 0.05 4 2.5 7 8 7 80; 0.1 0.1 115; 0.2 0.1
1
2
Lampiran 3 Tally sheet pengukuran pohon (lanjutan)
Lokasi : Jalan Ir. H. Djuanda Jumlah Strata : Dua
Bentuk HK : Jalur Azimuth : 220
Plot No. Tanaman Jenis ∑ (cm) Kel D (cm) D (m) Tt (m) Tbc (m) X (m) Y (m) R (m) (°;m) Α Back Θ
(m) (°;m) Back (m)
1
1 Kenari 1 88 28.03 0.28 5 2 1 1 1 100; 3 3 200; 2.5 2
2 Kenari 1 65 20.70 0.21 4.5 1 4 1 4 180; 3.5 3 280; 2 2
3 Tanjung 1 77 24.52 0.25 3 1.7 9.5 1 9.5 100; 3 2.5 200; 1.5 1
4 Kenari 1 34 11 0.11 5 1.5 10 1 10 120; 0.3 0.2 8.5; 0.1 0.2
2 1 2 Mahoni Kenari 1 1 101 56 32.17 17.83 0.32 0.18 6 4 1.6 2.5 10 6 1 1 10 6 340; 1.5 280; 2 1 2 180; 1.5 20; 0.5 0.8 1
Lokasi : Jalan Ir. H. Djuanda (Kebun Raya) Jumlah Strata : Satu
Bentuk HK : Jalur Azimuth : 140
Plot No. Tanaman Jenis ∑ (cm) Kel D (cm) D (m) Tt (m) Tbc (m) X (m) Y (m) R (m) (°; m) Α Back Θ
(m) (°; m) Back (m) 1 1 2 Ficus Ficus 1 1 138 100 43.95 31.85 0.44 0.32 13 8 8 2 8 1 1 1 8 1 110; 7 20; 7 3 4 245; 4 240; 6 3 2
2 1 2 Kenari Kenari 1 1 201 483 153.82 64.01 0.64 0.15 13.3 14 3.4 3 10 4 1 1 10 4 70; 10 100; 6 10 6 180; 4 0; 6 4 7
3
Lampiran 3 Tally sheet pengukuran pohon (lanjutan)
Lokasi : Padjajaran Jumlah Strata : Banyak
Bentuk HK : Jalur Azimuth : 310
Plot No. Tanaman Jenis ∑ (cm) Kel D (cm) D (m) Tt (m) Tbc (m) X (m) Y (m) R (m) (°; m) α Back Θ
(m) (°; m) Back (m)
1
1 Angsana 1 134 42.7 0.42 8.6 3.4 2 1.5 2 260; 5 2 10; 1 7
2 Angsana 1 222 70.07 0.71 12 2.1 5 1.1 5 40; 5 5 0; 7 10
3 Mahoni 1 24 7.64 0.07 3.9 3 10 2 10 30; 0.2 0.1 325; 0.1 0.1 4 Mahoni 1 18 5.73 0.05 3.9 3.8 10 2 10 85; 0.1 0.1 210; 0.2 0.1
2 1 Palem 1 93 29.62 0.29 4 3.5 3 10 3
2 Mahoni 1 39 12.42 0.12 5.2 2 3 2 3 0; 0.3 0.1 140; 0.4 0.1
3 Mahoni 1 60 19.11 0.19 7.6 2 7 2 7 110; 3 2 200; 1 3
4 Palem 1 102 32.48 0.32 3.3 2.5 8 10 8
5 Semak 10 10 10
Lokasi : Padjajaran Tajur Jumlah Strata : Dua
Bentuk HK : Jalur Azimuth : 240
Plot No. Tanaman Jenis ∑ (cm) Kel D (cm) D (m) Tt (m) Tbc (m) X (m) Y (m) R (m) (°; m) α Back Θ (m) (°; m) Back (m)
1 1 2 Mahoni Mahoni 1 1 73 94 23.25 29.94 0.23 0.30 8.5 8.5 1.5 3 5 4 1 1 5 4 300; 6 300; 5 4 3 200; 2 200; 2 3 3
3 Mahoni 1 96 30.57 0.31 8.5 7 10 1 10 300; 6 4 30; 2 4
2 1 Mahoni 1 99 33.32 0.33 8.7 6 1 1 1 320; 5 3 50; 4 2
2 Mahoni 1 93 34.21 0.34 9 7 10 1 10 120; 6 4 320; 5 4
1
q
Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 1 2 Kenari Tanjung Canarium indicumMimusops elengi 3 1 300 100 75.00 25.00
Total 4 400 100.00
2 1 2 Kenari Mahoni Canarium indicumSwietenia macrophylla 1 1 100 100 50.00 50.00
Total 2 200 100.00
Lokasi 3 Kebun Raya Jalan Ir. H. Djuanda
22
Lampiran 5 Rataan tinggi, diameter jenis tanaman
Plot No Jenis Nama Ilmiah Tt Tbc Rataan D
Lokasi 1 Jalan A. Yani
1
1 Mahoni Swietenia macrophylla 4.20 1.55 0.61
2 Kenari Canarium indicum 6.07 3.14 0.18
3 Nangka Artocarpus heterophyllus 6.00 1.80 0.18
4 Melinjo Gnetum gnemon 9.50 2.50 0.13
4 Nangka Artocarpus heterophyllus 7.53 2.80 0.11
5 Kenari Canarium indicum 5.47 2.17 0.06
Rata-rata 8.06 3.29 0.53
Lokasi 2 Jalan Ir. H. Djuanda
1 1 2 Kenari Tanjung Canarium indicumMimusops elengi 4.83 3.00 1.50 1.70 0.30 0.25
Rata-rata 3.91 1.60 0.27
2 1 2 Kenari Mahoni Canarium indicumSwietenia macrophylla 6.00 4.00 2.50 1.60 0.32 0.18
Rata-rata 5.00 2.05 0.25
Lokasi 3 Kebun Raya Jalan Ir. H. Djuanda
1 1 Ficus Ficus sp. 10.50 5.00 0.38
2 Mahoni Swietenia macrophylla 6.40 2.00 0.15
23
Lampiran 6 Diagram profil jalur hijau Lokasi : Jalan A. Yani
Tampak atas
Tampak belakang
24
Lampiran 6 Diagram profil jalur hijau(lanjutan) Lokasi : Jalan Padjajaran Depan Telkom
Tampak atas
Lampiran 6 Diagram profil jalur hijau(lanjutan) Lokasi : Jalan Ir. H. Djuanda
Tampak atas
Tampak belakang
28
Lampiran 6 Diagram profil jalur hijau(lanjutan) Lokasi : Kebun Raya Bogor
Tampak atas
27
Lampiran 6 Diagram profil jalur hijau(lanjutan) Lokasi : Padjajaran Tajur
Tampak atas
Tampak belakang
30 3
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 04 April 1991 dari Ayah Harnandy dan Ibu Nini Adriani. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Kota Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus Ujian Talenta Mandiri Institut Pertanian Bogor (IPB) dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Penulis mengikuti praktik lapang antara lain Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Kamojang dan Cagar Alam Sancang Barat 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi 2012, dan pada Februari 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur.