• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (

Oryza sativa

L.)

TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA

UJI MULTILOKASI

ISKANDAR ZULKARNAEN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ISKANDAR ZULKARNAEN. Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi. Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR.

Percobaan ini dilakukan untuk mengevaluasi keragaan produksi dan berbagai karakter agronomi sepuluh galur padi tipe baru yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Dramaga, Bogor pada bulan April−Agustus 2014. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, satu faktor dan tiga ulangan. Faktor tersebut adalah galur yang merupakan hasil seleksi pada uji daya hasil lanjut yang telah dilakukan sebelumnya (IPB160-F-36-2-1, IPB160-F-36-5-1, IPB160-F-36-25-1, IPB160-F-46-6-1, IPB160-F-54-2-1, IPB160-F-54-3-1, IPB160-F-54-21-1, IPB162-F-10-2-1, IPB162-F-17-1-1, IPB168-F-8-1-1), dan dua varietas unggul nasional (Ciherang dan Mekongga) sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur IPB160-F-36-2-1 memiliki produktivitas 7.95 ton ha-1 yang lebih tinggi dari varietas Ciherang (6.62 ton ha-1) dan varietas Mekongga (6.86 ton ha-1). Terdapat galur-galur dengan tingkat produktivitas setara dengan varietas pembanding dengan komponen hasil yang baik sehingga cukup berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, galur-galur tersebut antara lain IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1) dan IPB160-F-54-21-1 (7.51 ton ha-1)

Kata kunci: galur, multilokasi, padi, produksi tinggi, tipe baru

ABSTRACT

ISKANDAR ZULKARNAEN. Trial 10 New Plant Type Rice (Oryza sativa L.) Promising Lines of IPB in Dramaga, Bogor for Multilocation Test. Supervised by HAJRIAL ASWIDINNOOR.

The experiment was conduted to evaluate production variability and agronomic traits of ten new plant type rice held at Sawah Baru Experimental Field, Dramaga, Bogor in April−August 2014. Experiment using Randomized Completely Block Design, single factor and three replications. The factor was lines which selected from advanced yield trial that have been conducted before (IPB160-F-36-2-1, IPB160-F-36-5-1, IPB160-F-36-25-1, IPB160-F-46-6-1, IPB160-F-54-2-1, IPB160-F-54-3-1, IPB160-F-54-21-1, IPB162-F-10-2-1, IPB162-F-17-1-1, IPB168-F-8-1-1), and two national varieties (Ciherang and Mekongga) as a check. The result showed that line IPB160-F-36-2-1 which productivity is 7.95 ton ha-1 have significantly higher productivity than Ciherang (6.62 ton ha-1) and Mekongga (6.86 ton ha-1). There are lines that have equal productivity from check with good yield components which potential for further development, that lines are IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1) and IPB160-F-54-21-1 (7.5IPB160-F-54-21-1 ton ha-1)

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGUJIAN 10 GALUR HARAPAN PADI (

Oryza sativa

L.)

TIPE BARU IPB DI DRAMAGA, BOGOR DALAM RANGKA

UJI MULTILOKASI

ISKANDAR ZULKARNAEN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi

Nama : Iskandar Zulkarnaen NIM : A24100023

Disetujui oleh

Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul “Pengujian 10 Galur Harapan Padi (Oryza sativa L. ) Tipe Baru IPB di Dramaga, Bogor dalam Rangka Uji Multilokasi” ini dilaksanakan untuk mengevaluasi keragaan produksi dan berbagai karakter agronomi dari galur harapan padi tipe baru (PTB) yang diharapkan dapat dilepas menjadi varietas.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing skripsi serta Bapak Prof Dr Ir Surjono Hadi Sutjahjo, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adang beserta petani sawah baru yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga besar AGH, kedua orang tua serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkannya.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pemuliaan Tanaman Padi 2

Padi Tipe Baru 3

Uji Multilokasi 3

METODE 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat Penelitian 4

Pelaksanaan Penelitian 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Produktivitas Gabah Kering Giling 7

Karakter Agronomi 10

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Produktivitas gabah kering giling (kadar air 14%) 8 2 Nilai rataan panjang batang, tinggi tanaman dan jumlah anakan

produktif1 10

3 Nilai rataan umur berbunga, umur panen dan masa pengisian gabah1 11 4 Nilai rataan panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,

persentase gabah hampa dan bobot 1 000 butir1 12

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi tanaman pada 8 Juli 2014 (7 MST) 7

2 Keragaan galur IPB160-F-36-2-1 (11 MST) 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Layout petak penelitian dan pemberian kode pada galur 16 2 Rata-rata curah hujan dan suhu di Dramaga, Bogor bulan April-

Agustus 2014 (BMKG Dramaga, Bogor) 17

3 Rekapitulasi analisis uji f dan koefisien keragaman pada berbagai karakter agronomi dan produktivitas galur-galur dan varietas

pembandingyang diuji 17

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang per tahun meningkat 1.49% (BPS 2013) menyebabkan konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian semakin banyak terjadi di Indonesia. Meningkatnya jumlah penduduk tentu juga akan meningkatkan kebutuhan pangan, terutama beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas padi sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Peningkatan produktivitas padi pada lima tahun terakhir masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahkan produktivitas menurun dari tahun 2010 ke tahun 2011. Produksi beras nasional pada tahun 2013 adalah 71.28 juta ton dengan produktivitas rata-rata 5.15 ton/ha (BPS 2013).

Peningkatan produktivitas padi yang semakin melandai disebabkan potensi produksi varietas unggul baru (VUB) yang saat ini banyak dikembangkan sudah mencapai potensi hasil maksimum sehingga pemberian teknologi budi daya apapun akan sulit untuk meningkatkan produktivitas. Perlu dikembangkan varietas lain yang memiliki potensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan varietas unggul baru yang saat ini ditanam petani. Padi tipe baru (PTB) merupakan varietas padi yang paling ideal untuk menggantikan padi-padi varietas unggul baru. Padi tipe baru baru dikembangkan di Indonesia pada tahun 1995. Padi tipe baru memiliki jumlah anakan sedang tetapi semua produktif, jumlah gabah per malai 200−250 butir, batang yang kokoh dengan tinggi 80−90 cm, daun berwarna hijau tua yang tebal dan tegak, sistem perakaran yang kuat, berumur 110-130 hari. Potensi hasil padi tipe baru 30 – 50% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Peng et al. 2008). Tingginya produksi padi tipe baru disebabkan oleh karatkter padi tipe baru yang hampir seluruh anakannya produktif dengan malai yang panjang dan lebat serta persentase jumlah gabah isi yang tinggi.

Tetua dari galur-galur yang diuji memiliki daun bendera yang tegak, dan jumlah gabah per malai yang banyak sehingga diharapkan dapat terhindar dari hama burung serta memiliki produktivitas yang tinggi. Generasi yang diuji adalah generasi ke-9 karena pada generasi ke-9 dirasa konstitusi genetik sudah cukup stabil. Pengujian galur generasi lanjut ini dilakukan untuk melihat tingkat produksi dan kemampuan adaptasi galur.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi keragaan produksi dan berbagai karakter agronomi dari galur harapan padi tipe baru (PTB) di Dramaga, Bogor.

Hipotesis

1. Terdapat minimal satu galur padi dengan daya hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding.

2. Terdapat minimal satu galur padi dengan karakter agronomi yang baik.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemuliaan Tanaman Padi

Terdapat dua langkah yang dapat dilakukan dalam meningkatkan hasil produksi padi dengan memodifikasi lingkungan tumbuh tanaman dan memodifikasi susunan genetik suatu varietas padi. Dengan memodifikasi lingkungan tumbuh, tanaman padi dapat berproduksi secara optimal, tetapi bila lingkungan tumbuh sudah benar-benar optimum dan tanaman padi tersebut tidak akan mencapai potensi hasil yang lebih tinggi lagi. Salah satu cara untuk meningkatkan potensi hasil dari suatu varietas padi adalah dengan memodifikasi susunan genetik suatu varietas padi dengan pemuliaan tanaman padi.

Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan merubah susunan genetik suatu tanaman baik melalui persilangan secara konvensional atau merubah susunan genetik secara molekuler sehingga tanaman hasil pemuliaan memiliki karakter yang lebih baik dengan karakter tanaman yang sudah ada sebelumnya. Dalam pemuliaan tanaman terdapat berbagai metode untuk membentuk keragaman genetik antara lain dengan hibridisasi, eksplorasi, introduksi, mutasi, manipulasi kromosom, hibridisasi somatik ataupun dengan transfer gen. Usaha dalam pemuliaan padi selain bertujuan untuk meningkatkan produksi juga agar sesuai dengan kondisi agroekosistem, sosial, budaya dan minat masyarakat (Susanto et al. 2003)

(15)

3

generasi (F2) dan dilakukan pencatatan silsilah pada tiap generasinya (Syukur et al. 2012).

Padi Tipe Baru

Pengembangan padi tipe baru pertama kali dilakukan oleh International Rice Research Institute (IRRI) pada tahun 1970an. Pengembangan padi tipe baru dilakukan untuk meningkatkan potensi hasil melebihi potensi hasil varietas hasil inbreeding dari sub spesies indica yang hanya mencapai 10 ton ha-1. Pengembangan padi tipe baru di IRRI terinspirasi dari penelitian Colin Malcolm Donald pada tahun 1968 mengenai pemuliaan tanaman dengan pendekatan ideotipe. Tujuan pengembangan padi tipe baru yaitu memiliki produksi 30 − 50% lebih tinggi padi yang pada saat itu digunakan. Pemualiaan padi tipe baru umumnya dilakukan dengan memodifikasi tanaman dari segi morfologi. Hal ini dilakukan karena pemuliaan dengan memodifikasi dari segi morfologi lebih mudah dilakukan dibandingkan dari segi fisiologi. (Yang et al. 2007)

Peningkatan potensi hasil produksi padi di Indonesia saat ini difokuskan pada pemuliaan varietas padi tipe baru. Beralihnya pengembangan varietas padi tipe baru dari yang sebelumnya varietas unggul baru ini disebabkan varietas unggul baru potensi hasilnya sudah tidak bisa meningkat lagi karena potensi hasilnya sudah mencapai titik maksimum, sehingga saat ini banyak pemulia yang mengembangkan padi tipe baru. Padi tipe baru memiliki morfologi yang tidak jauh berbeda dengan varietas unggul yang sebelumnya dikembangkan, karakter yang paling membedakan adalah pada varietas padi tipe baru memiliki anakan yang sedikit yang hampir seluruhnya produktif tetapi memiliki malai yang panjang dan lebat sehingga potensi hasil padi tipe baru ini pun lebih tinggi dibanding varietas unggul baru yang sebelumnya dikembangkan (Peng et al. 2008).

Pengembangan padi tipe baru di Indonesia dimulai pada tahun 1995 oleh Balai Penelitan Padi namun baru diintensifkan pada tahun 2000. Padi tipe baru merupakan hasil persilangan dari sub spesies japonica dan indica sehingga diharapkan dari keragaman genetik yang cukup luas dapat dihasilkan varietas padi tipe baru yang memiliki potensi hasil yang lebih tinggi lagi (Susanto et al. 2003).

Uji Multilokasi

(16)

4

Uji multilokasi bertujuan melihat daya adaptasi dan keragaan tanaman pada berbagai ekologi dan iklim tertentu. Uji multilokasi umumnya dilakukan bila komoditas yang diuji merupakan komoditas yang ditanam secara merata di seluruh wilayah suatu negara. Jumlah galur dan jumlah luasan pada uji multilokasi relatif lebih sedikit dibandingkan dengan uji daya hasil pendahuluan dan uji daya hasil lanjutan karena galur yang diuji merupakan hasil seleksi dari uji daya hasil sebelumnya. Uji multilokasi khususnya pada padi, minimal dilakukan pada delapan lokasi dan dua musim. Uji multilokasi ini juga dilakukan untuk menekan hilangnya galur unggul selama seleksi akibat adanya interaksi genotipe dan lingkungannya (Nasir 2001).

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Dramaga, Bogor dengan ketinggian tempat ±200 mdpl pada bulan April sampai dengan Agustus 2014. Komponen produksi diamati di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah 10 galur padi tipe baru generasi ke-9 yaitu IPB160-F-36-2-1, IPB160-F-36-5-1, IPB160-F-36-25-1, IPB160-F-46-6-1, IPB160-F-54-2-1, IPB160-F-54-3-1, IPB160-F-54-21-1, IPB162-F-10-2-1, IPB162-F-17-1-1, IPB168-F-8-1-1, dua varietas unggul nasional Ciherang dan Mekongga sebagai pembanding, pupuk Urea, dan pupuk Phonska (15:15:15). Alat yang digunakan berupa alat pertanian umum untuk budi daya padi sawah, meteran, timbangan, alat pengukur kadar air, karung serta alat tulis.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan 10 galur padi tipe baru dan dua varietas pembanding sebagai perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Petak percobaan yang digunakan berukuran 4 × 5 m2 sehingga luas total petak percobaan yang digunakan ±720 m2. Layout petakan dan pemberian kode untuk masing-masing galur tertera pada Lampiran 1.

Pratanam

(17)

5

(bakal akar). Benih disemai pada petakan berukuran 5 × 10 m2 untuk semua galur dan varietas pembanding. Pemupukan Urea dilakukan dengan dosis 10 g m-2 pada 7 HSS.

Penanaman

Pindah tanam (transplanting) dilakukan pada 18 hari setelah semai (HSS). Setiap galur dan varietas pembanding ditanam pada petakan sawah berukuran 4 × 5 m2. Masing-masing galur dan varietas pembanding diulang sebanyak tiga kali ulangan. Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam 20 × 20 cm menggunakan dua bibit per lubang tanam.

Pemeliharaan

Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, pemupukan pertama dilakukan pada 3 hari setelah tanam (HST). Pemupukan pertama menggunakan dosis 40 kg ha-1 Urea dan 200 kg ha-1 Phonska. Pemupukan kedua dilakukan pada 21 HST dengan dosis 100 kg ha-1 Urea dan 100 kg ha-1 Phonska, sedangkan pemupukan ketiga dilakukan pada 40 HST dengan pemberian pupuk urea dengan dosis 60 kg ha-1. Pengendalian gulma dan hama penyakit tidak dilakukan karena populasinya sedikit sehingga tidak mempengaruhi produksi padi, sedangkan pengendalian hama burung dilakukan dengan kaleng yang digantung berjejer menggunakan tali. Pengaturan irigasi dilakukan menyesuaikan dengan tingkat populasi hama keong.

Pemanenan

Sebelum panen lahan dikeringkan terlebih dahulu. Pemanenan dilakukan ketika 80% rumpun telah menguning dengan memilih rumpun sehat dan normal yang dipotong di bagian pangkal menggunakan ani-ani. Panen dilakukan bertahap dengan melihat jumlah rumpun yang sudah menguning pada petakan.

Pengamatan

Pengambilan tanaman contoh, pengamatan karakter panjang batang dilakukan pada satu hari sebelum panen untuk masing-masing petakan dengan 3 tanaman contoh untuk setiap petakan dan pada masing-masing tanaman diambil 3 malai, adapun peubah yang diamati adalah sebagai berikut:

A.Produktivitas

1. Bobot gabah per petak, ditimbang berdasarkan total bobot gabah kering panen pada satu satuan percobaan

2. Bobot gabah kering giling per hektar, dihitung dengan mengkonversi bobot gabah per petak lalu pendugaan bobot pada kadar air 14%

(18)

6

3. Jumlah anakan produktif, dihitung berdasarkan pada anakan yang mengeluarkan malai

II. Karakter generatif

1. Umur berbunga, ditentukan mulai dari penyemaian benih sampai 80% tanaman sudah keluar malai

2. Umur panen, ditentukan pada saat 80% malai tanaman sudah menguning 3. Masa pengisian gabah, dihitung berdasarkan jumlah hari dari tanaman

berbunga sampai dengan panen

4. Jumlah gabah isi per malai, dihitung berdasarkan jumlah gabah bernas yang terdapat pada satu malai

5. Jumlah gabah hampa per malai, dihitung berdasarkan jumlah gabah hampa yang terdapat pada satu malai

6. Persentase gabah hampa, dihitung berdasarkan jumlah gabah hampa dibagi dengan jumlah total gabah lalu dikalikan 100% pada satu malai 7. Panjang malai, diukur dari leher/pangkal malai sampai dengan ujung

malai

8. Bobot 1 000 butir, ditentukan dari penimbangan sampel gabah 1 000 butir

Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji F dan untuk karakter yang berpengaruh nyata atau sangat nyata selanjutnya dilakukan uji t-Dunnet dengan menggunakan varietas Ciherang dan Mekongga sebagai pembanding

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

(19)

7

menyerang tanaman di fase vegetatif adalah keong sawah (Pila ampullacea) namun populasinya hanya sedikit sehingga dengan mudah dikendalikan dengan mengatur ketinggian genangan pada petakan. Selain keong sawah, organisme pengganggu tanaman yang ditemui adalah ulat penggerek batang dan hawar daun (Xanthomonas campestris), namun karena intesitas serangannya juga tidak mengganggu sehingga kedua organisme pengganggu tanaman tersebut tidak dikendalikan. Pada fase generatif hama yang menyerang tanaman adalah burung pipit, populasi burung ini cukup banyak sehingga untuk mencegah kehilangan hasil akibat gangguan hama hama burung ini dikendalikan dengan membentangkan tali dimana pada bagian tengah tali digantung kaleng bekas untuk mengusir burung.

Gambar 1. Kondisi tanaman pada 8 Juli 2014 (7 MST)

Produktivitas Gabah Kering Giling

Produktivitas atau potensi hasil suatu varietas padi dapat dilihat dari produksi gabah kering giling yang dihasilkan oleh varietas tersebut. Produksi gabah kering giling didapatkan dengan mengkonversi bobot gabah per petak untuk mendapatkan gabah kering panen per hektar, selanjutnya gabah kering panen per hektar dikonversi kembali dengan kondisi kadar air 14% untuk mendapatkan gabah kering giling per hektar. Produksi gabah giling galur yang diuji dan varietas pembanding ditunjukkan pada Tabel 1. Rataan produktivitas gabah kering giling galur yang diuji dan varietas pembanding berkisar antara 5.86 – 7.95 ton ha-1 (Tabel 1). Produktivitas gabah kering giling varietas pembanding Ciherang dan Mekongga berturut-turut adalah 6.62 ton ha-1 dan 6.86 ton ha-1. Produktivitas kedua varietas pembanding tersebut lebih tinggi dari rataan produksi pada deskripsi varietas (Lampiran 4) yaitu sebesar 6 ton ha-1 (BBP PADI 2009) sehingga varietas Ciherang dan Mekongga pada penelitian ini layak digunakan sebagai varietas pembanding.

(20)

8

Tabel 1. Produktivitas gabah kering giling (kadar air 14%)

No. Kode Galur Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rataan

KK: 6.39%; angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%

lainnya. Galur IPB160-F-36-2-1 dengan 7.95 ton ha-1 (Gambar 2) merupakan satu-satunya galur yang memiliki produktivitas lebih tinggi dari varietas pembanding, baik varietas Ciherang ataupun Mekongga sedangkan galur lain sebanding dengan kedua varietas pembanding berdasarkan uji t-Dunnet yang telah dilakukan. Meskipun sebanding secara statistik, bila melihat angka produktivitas gabah kering giling pada Tabel 1 terdapat galur dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah, lebih tinggi dan di antara kedua varietas pembanding yang digunakan. Adapun galur dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah antara lain, IPB168-F-8-1-1 dengan daya hasil 5.86 ton ha-1, IPB162-F-17-1-1 dengan daya hasil 6.38 ton ha-1 dan galur IPB162-F-10-2-1 dengan daya hasil 6.51 ton ha-1. Galur IPB160-F-46-6-1 berada di antara tingkat produktivitas kedua varietas pembanding dengan produktivitas sebesar 6.79 ton ha-1, sedangkan selain galur di atas memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dari kedua varietas pembanding yang secara berurutan dari produktivitas yang paling rendah ke tinggi yaitu IPB160-F-36-5-1 (7.08 ton ha-1), IPB160-F-54-3-1 (7.09 ton ha-1), IPB160-F-36-25-1 (7.16 ton ha-1), IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1), IPB160-F-54-21-1 (7.51 ton ha-1) serta IPB160-F-36-2-1 (7.95 ton ha-1). Dapat dilihat pula bahwa potensi hasil tertinggi dimiliki oleh galur IPB160-F-36-2-1 dengan produktivitas gabah kering giling mencapai 8.75 ton ha-1 pada ulangan pertama, sedangkan produktivitas gabah kering giling terendah dimiliki galur IPB168-F-8-1-1pada ulangan ketiga dengan 5.18 ton ha-1(Tabel 1).

(21)

9

pengambilan tanaman contoh untuk galur IPB160-F-36-2-1 kurang representatif sehingga tidak dapat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

Gambar 2. Keragaan galur IPB160-F-36-2-1 (11 MST)

Pertambahan tingkat produktivitas sedikit saja sesungguhnya dapat meningkatkan produksi bila ditanam pada areal yang luas sehingga perlu peninjauan kembali galur dengan karakter agronomi baik yang masih mungkin untuk dikembangkan lagi. Galur IPB160-F-54-2-1 (7.37 ton ha-1) dan IPB160-F-54-21-1 (7.51 ton ha-1) memiliki tingkat produktivitas yang sebanding dengan kedua varietas pembanding, namun kedua galur ini memiliki karakter agronomi yang baik yang dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi sehingga perlu dilihat tingkat produksi dan keragaannya di tempat atau pada musim yang berbeda.

(22)

10

Karakter Agronomi

Produktivitas dari suatu varietas padi ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah komponen hasil, baik dari karakter vegetatif ataupun dari karakter generatifnya. Produktivitas adalah karakter kompleks yang dikendalikan oleh banyak gen serta sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Selain itu, produktivitas juga berhubungan dengan karakter lain seperti umur panen dan komponen hasil (Yoshida 1981).

Tabel 2. Nilai rataan panjang batang, tinggi tanaman dan jumlah anakan

Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%; PB: panjang batang, TT: tinggi tanaman, JAP: jumlah anakan produktif

(23)

11

setelah panen, gabah dari galur IPB160-F-36-2-1 ini cukup sulit untuk dirontokkan sehingga terkadang masih ada sedikit gabah yang tersisa pada malai. Penentuan umur panen yang tepat merupakan hal yang perlu diperhatikan sebab dapat memengaruhi kualitas beras yang nantinya dihasilkan. Umur panen optimal padi dapat dicapai bila hampir seluruh butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah yang berkualitas sangat baik dengan kandungan butir hijau dan butir mengapur yang rendah serta rendemen giling tinggi (Nugraha 2012).

Tabel 3. Nilai rataan umur berbunga, umur panen dan masa pengisian gabah 1

No. Kode Galur UB (HSS) UP (HSS) MPG (hari)

Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%; UB: umur berbunga, UP: umur panen, MPG: masa pengisian gabah

(24)

12

Bharadwaj et al. (2012) menyatakan bahwa dengan meningkatkan jumlah anakan produktif juga akan meningkatkan jumlah gabah total serta jumlah gabah isi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Pada karakter bobot 1 000 butir galur IPB160-F-54-21-1 ini termasuk sedang, begitu juga untuk karakter panjang batang dan tinggi tanaman. Galur IPB160-F-54-21-1 termasuk tanaman yang memiliki umur yang genjah apabila dibandingkan dengan varietas Ciherang dan Mekongga, dapat dilihat pada Tabel 3 galur ini memiliki umur berbunga sekitar 79 HSS sedangkan umur panennya sekitar 108 HSS sedangkan untuk Ciherang memiliki umur panen sekitar 110 HSS dan Mekongga 111 HSS.

Tabel 4. Nilai rataan panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, persentase gabah hampa dan bobot 1 000 butir1

No. Kode Galur PM

Angka-angka yang diikuti huruf a berbeda nyata dengan varietas Ciherang; Angka-angka yang diikuti huruf b berbeda nyata dengan varietas Mekongga pada uji t-Dunnet taraf 5%; PM: panjang malai, JGI: jumlah gabah isi, JGH: jumlah gabah hampa, B1000: bobot 1 000 butir

(25)

13

Terdapat galur yang memiliki karakter unggul yang spesifik seperti pada galur IPB160-F-36-5-1 yang memiliki persentase gabah hampa yang paing rendah. Galur IPB160-F-36-5-1 selanjutnya dapat digunakan sebagai tetua dengan sifat unggul memiliki persentase gabah isi yang tinggi. Galur ini juga memiliki jumlah anakan produktif terbanyak setelah varietas Mekongga dengan rataan 15.33 (Tabel 2) serta umur panen yang singkat. Karakter agronomi dari galur ini cukup mendukung untuk berproduksi tinggi tetapi galur ini hanya memiliki tingkat produktivitas 7.08 ton ha-1. Galur ini memiliki potensi untuk dikembangkan khususnya dengan melihat tingkat produksi dan karakter agronomi galur ini bila ditanam di wilayah lain karena didapati beberapa varietas padi yang telah dilepas dapat berproduksi tinggi spesifik untuk lokasi tertentu. Adapun galur lain yaitu galur IPB162-F-17-1-1 dan IPB168-F-8-1-1 memiliki karakter unggul pada karakter bobot 1 000 butir. Bobot 1 000 butir galur IPB162-F-17-1-1 dan IPB168-F-8-1-1 secara berurutan adalah 28.84 g dan 28.03 g yang secara statistik lebih tinggi dari varietas Ciherang (26.15 g) dan Mekongga (25.88 g). Sayangnya kedua galur ini memiliki umur panen yang lebih panjang dari galur lain serta jumlah anakan yang cukup sedikit. Galur IPB162-F-17-1-1 juga memiliki persentase gabah hampa yang cukup tinggi sebesar 21.41 %, sedangkan untuk galur IPB168-F-8-1-1 memiliki jumlah gabah isi yang paling rendah dibanding galur lain yang diuji yaitu hanya sekitar 105 butir gabah.

(26)

14

sebesar 27.15 g. Galur IPB160-F-54-3-1 memiliki karkter antara lain tanaman yang cukup tinggi (123.11 cm), jumlah gabah isi sedang (147 butir), bobot 1 000 butir sedang (26.16 g), jumlah anakan produktif paling rendah (12.27), namun umur panen yang paling singkat (107 HSS). Galur IPB160-F-54-3-1 memiliki produktivitas gabah kering giling 7.09 ton ha-1. Produktivitas galur ini sebenarnya dapat lebih tinggi bila memiliki jumlah anakan yang lebih banyak. Keragaan beberapa galur yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 5.

Berdasarkan uji F yang telah dilakukan pada taraf 5% (Lampiran 3), galur berperan dalam mempengaruhi keragaan hampir seluruh karakter yang diamati yaitu produktivitas, panjang batang, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, masa pengisian gabah, jumlah gabah isi serta panjang malai, hanya pada bobot 1 000 butir yang pengaruhnya tidak nyata. Koefisien keragamannya pun nilainya di bawah 10% hampir pada semua karakter kecuali pada karakter jumlah gabah isi (22.99%).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Galur IPB160-F-36-2-1 merupakan galur dengan produktivitas tertinggi yaitu rataan dari ketiga ulangan menghasilkan gabah kering giling 7.95 ton ha-1 yang juga lebih tinggi dari kedua varietas pembanding Ciherang (6.62 ton ha-1) dan Mekongga (6.86 ton ha-1).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebelum dilakukan pengusulan pelepasan varietas dari galur yang potensial pada penelitian ini seperti ketahanan terhadap hama dan penyakit utama dan uji organoleptik serta mutu beras yang dihasilkan oleh galur yang potensial tersebut. Selain itu juga perlu dilihat produktivitas galur-galur diatas pada beberapa lokasi lain dan di musim yang berbeda untuk melihat stabilitas keragaan dan tingkat adaptasinya.

DAFTAR PUSTAKA

(27)

15

Bharadwaj C, Satyavathi CT, Rao SK, Mishra R, Jha S, Mishra DK. 2012. Heterosis for Yield and Yield Components in Selected New Plant Type Crosses of Rice (Oryza sativa L.). Trop Agric. 89:55-64

[BBP PADI] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Subang (ID). Departeman Pertanian

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 14]. Tersedia pada:http://bps.go.id/tab_sub/ view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12& notab=2

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Luas Panen – Produksi Tanaman Padi Provinsi Indonesia. [Internet]. [diunduh 2013 Jul 14]. Tersedia pada: http://bps.go.id/ tnmn_pgn.php?kat=3&id_ subyek=53&notab=0

De Datta SK. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Los Banos (PH). John Wiley and Sons, Inc. p 31

Li F, Liu W, Tang J, Chen J, Tong H, Hu B, Li C, Fang J, Chen M, Chu C. 2010. Rice Dense and Erect Panicle 2 is Essential for Determining Panicle Outgrowth and Elongation. Cell Research. 20:838-849

Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. 325 hlm

Nugraha S. 2012. Inovasi Teknologi Pascapanen untuk Mengurangi Susut Hasil dan Mempertahankan Mutu Gabah/Beras di Tingkat Petani. Buletin Teknologi Pascapanen Petanian. 8(1):48-61

Peng S, Khush GS, Virk P, Tang Q, Zou Y. 2008. Progess in Ideotype Breeding to Increase Rice Yield Potential. Field Crop Research. 108:32-38

Sanghera GS, Sharma D. 2013. Breaking Yield Ceiling in Rice through Ideotype Breeding and Phsyological Inverventions. Jour Pl Sci Res. 29(2):191-209 Sudarna. 2010. Teknik pengujian daya hasil lanjutan beberapa galur harapan padi

sawah tipe baru. Bul. Teknik Pertanian. 15(2): 48-51.

Susanto U, Daradjat AA, Suprihatno B. 2003. Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. J Litbang Pertanian. 22(3):1-7.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Depok (ID): Penebar Swadaya. p 236-237

Worede F, Sreewongchai T, Phumichai C, Sripichitt P. 2013. Multivariate Analysis of Genetic Adversity among some Rice Genotypes Using Morpho-agronomic Traits. J. Plant Sci. 10:1-11

Yang W, Peng S, Laza RC, Visperas RM, Dionisio-sese ML. 2007. Grain Yield and Yield Attributes of New Plant Type and Hybrid Rice. Crop Science. 47:1393-1400

(28)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Layout petak penelitian dan pemberian kode pada galur

Galur/varietas Kode

IPB160-F-36-2-1 1 IPB160-F-36-5-1 2 IPB160-F-36-25-1 3 IPB160-F-46-6-1 4 IPB160-F-54-2-1 5 IPB160-F-54-3-1 6 IPB160-F-54-21-1 7 IPB162-F-10-2-1 8 IPB162-F-17-1-1 9 IPB168-F-8-1-1 10

Ciherang 11

Mekongga 12

(29)

17

Lampiran 2 Rata-rata curah hujan dan suhu di Dramaga, Bogor bulan April- Agustus 2014 (BMKG Dramaga, Bogor)

Bulan Curah Hujan (mm) Suhu (°C)

April 511 26.2

Mei 277 26.2

Juni 85 26.5

Juli 349 25.8

Agustus 538 25.7

Rataan 352 26.1

Lampiran 3 Rekapitulasi analisis uji F dan koefisien keragaman pada berbagai karakter agronomi dan produktivitas galur-galur dan varietas pembanding yang diuji

Karakter Uji F1 Koefisien Keragaman

Produktivitas ** 6.39 %

Panjang batang ** 5.15 %

Jumlah anakan produktif ** 9.26 %

Umur berbunga ** 0.99 %

Umur panen ** 1.01 %

Masa pengisian gabah ** 2.55 %

Jumlah gabah isi * 22.99 %

Jumlah gabah hampa ** 4.87 %#

Panjang malai ** 2.89 %

Bobot 1 000 butir tn 3.59 %

1

(30)

18

Lampiran 4 Deskripsi verietas pembanding Ciherang dan Mekongga

Ciherang

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Golongan : Cere

Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 107-115 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks Glikemik : 54 Bobot 1 000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6,0 t/ha Potensi hasil : 8,5 t/ha Ketahanan terhadap

Hama Penyakit : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3

Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran

rendah sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat

(31)

19

Mekongga

Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3 Asal persilangan : A2790/2*IR64

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau

Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai

ketinggian 500 m dpl Instansi pengusul : Balitpa dan BPTP Sultra

(32)

20

Lampiran 5 Keragaan beberapa galur padi di lahan Dramaga, Bogor

Kondisi tanaman pada 9 MST Kondisi tanaman pada 11 MST

IPB160-F-36-5-1 (10 MST) IPB160-F-36-25-1 (10 MST)

(33)

21

IPB160-F-54-3-1 (10 MST) IPB162-F-10-2-1 (10 MST)

IPB162-F-17-1-1 (10 MST) IPB168-F-8-1-1 (10 MST)

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bekasi pada tanggal 4 Maret 1993 dengan orang tua yang bernama Istoyo Agus Patono (Ayah) dan Nurtohidah (Ibu). Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SDN Margahayu X pada tahun 2004, SMPN 4 Tambun Selatan pada tahun 2007 dan SMAN 4 Tangerang Selatan pada tahun 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) di departemen Agronomi dan Hortikultura melalui jalur undangan (USMI).

Gambar

Gambar 1. Kondisi tanaman pada 8 Juli 2014 (7 MST)
Tabel 1. Produktivitas gabah kering giling (kadar air 14%)
Gambar 2. Keragaan galur IPB160-F-36-2-1 (11 MST)
Tabel 2. Nilai rataan panjang batang, tinggi tanaman dan jumlah anakan
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Konduktivitas rendah Karbon nanoporous Bahan baku Karbonisasi pirolisis suhu rendah Karbonisasi hidrotermal suhu rendah KOH  + Steam = siklus KOH Prekursor :

Sedangkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dijelaskan bahwa standar

Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petani salak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Tinjoman Lama Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru.. Untuk

Setelah mengetahui data hasil penelitian dan menganalisis data mengenai Daya Tahan Kardiovaskuler Atlet Walisongo Sport Club (WSC) UIN Walisongo Semarang peneliti

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: variabel jumlah kepemilikan ternak, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama dan

Reduktor adalah 6at (an' mereduksi 6al lain dalam suatu reaksi redoks+ dan 6at itu sendiri men'alami oksidasi. ksidator adalah 6at (an' men'oksidasi 6at lain dalam suatu

Luar kawasan taman nasional merupakan kawasan zona penyangga (buffer zone) yang dikelola Perum Perhutani yang difungsikan sebagai kawasan hutan produksi,