• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Sawah (Oryza sativa) Asal IRRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Sawah (Oryza sativa) Asal IRRI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL GALUR-GALUR PADI SAWAH

(

Oryza sativa

) ASAL IRRI

ANDI NURZAMZAM ARMAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Sawah (Oryza sativa) Asal IRRI adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ANDI NURZAMZAM ARMAN. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Sawah (Oryza sativa) Asal IRRI. Dibimbing oleh BAMBANG SAPTA PURWOKO.

Salah satu usaha untuk menunjang peningkatan produksi padi di Indonesia adalah penggunaan genotipe unggul padi yang diintroduksi dari IRRI yang memiliki daya hasil tinggi, umur lebih genjah dan tahan terhadap hama dan penyakit. Galur-galur tersebut perlu diuji di lapangan. Percobaan ini dilakukan untuk menguji daya hasil galur-galur padi sawah asal IRRI untuk mendapatkan galur yang berdaya hasil tinggi. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Bogor pada bulan November 2013-April 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak, satu faktor dan tiga ulangan. Faktor tersebut adalah galur yang terdiri atas galur-galur padi sawah introduksi dari IRRI : IR83821-16-2-3-2, IR83821-99-2-2-2, IR84046-10-1-3-2, IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR83840-90-3-2-1, IR85640-114-2-1-3, IR84778-53-1-2-2-1, IR85627-46-1-2-3, IR80376-12-1-2-3-3, IR78119-24-1-2-2-2, IR10L-130, IR10L-133, IR10L-152, IR10L-135, IR10L-155, and IR10L-139, serta tiga varietas unggul nasional (Inpari 13, Inpari 18 dan Ciherang) sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur yang memiliki produktivitas paling tinggi adalah galur IR83821-99-2-2-2 (3.13 ton ha-1), sedangkan galur yang memiliki produktivitas paling rendah adalah galur IR10L-135 (0.84 ton ha-1). Galur IR83821-99-2-2-2 yang memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan varietas Inpari 13, dan Inpari 18 dan sama dengan varietas Ciherang.

(5)

ABSTRACT

ANDI NURZAMZAM ARMAN. Yield Trial of Lowland Rice Lines (Oryza sativa) introduced from IRRI. Supervised by BAMBANG SAPTA PURWOKO

To support the increase of rice productivity in Indonesia can be done by using improved rice genotypes obtained from IRRI. The genotypes should have high yield, short growth duration, and resistant to pests and diseases. These lines need to be evaluated in the field. The experiment was conducted to evaluate the yield of some lowland rice lines introduced from IRRI at Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Experimental Field, Bogor in November 2013 - April 2014. Experiment used Randomized Complete Blocked Design with single factor and three replications. The factor was lines consisting of lowland rice lines introduced from IRRI, i.e. IR83821-16-2-3-2, IR83821-99-2-2-2, IR84046-10-1-3-2, IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR83840-90-3-2-1, IR85640-114-2-1-3, IR84778-53-1-2-2-1, IR85627-46-1-2-3, IR80376-12-1-2-3-3, IR78119-24-1-2-2-2, 130, 133, 152, 135, IR10L-155, and IR10L-139 as well as three national varieties (Inpari 13, Inpari 18 and Ciherang) as checks. The result showed that lines which had the highest productivity was IR83821-99-2-2-2 (3.13 tonnes ha-1), while the line which had the lowest productivity is IR10L-135 (0.84 tonnes ha-1). IR83821-99-2-2-2 line showed higher productivity than the check varieties Inpari 13 and Inpari 18 and was similar to Ciherang.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

UJI DAYA HASIL GALUR-GALUR PADI SAWAH

(

Oryza sativa

) ASAL IRRI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Sawah (Oryza sativa) Asal IRRI Nama : Andi Nurzamzam Arman

NIM : A24100196

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 – April 2014 ini ialah uji daya hasil, dengan judul Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Sawah (Oryza sativa) Asal IRRI.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Iswari Sarasawati Dewi, MS dari Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik, tenaga lapangan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Bogor yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa, dukungan yang tulus baik moril maupun materil.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Tanaman Padi 2

Pemuliaan Tanaman Padi 3

Uji Daya Hasil 4

METODE 4

Bahan 4

Alat 5

Prosedur Percobaan 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Analisis Ragam 7

Kerebahan dan Hawar Daun Bakteri (HDB) 8

Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi 10

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 20

(14)

DAFTAR TABEL

1. Analisis ragam pengaruh genotipe terhadap karakter agronomi

galur-galur padi sawah asal IRRI 8

2. Hasil skoring rata-rata tingkat kerusakan dan tingkat ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) serta tingkat kerusakan

akibat rebah 9

3. Hasil uji lanjut DMRT pada tinggi tanaman (cm) pada fase vegetatif

dan fase generatif a 10

4. Hasil uji lanjut DMRT pada jumlah anakan total dan anakan produktif a 11 5. Hasil uji lanjut DMRT untuk rata-rata umur berbunga dan rata-rata

umur panen a 13

6. Rata-rata panjang malai, jumlah gabah total, jumlah gabah bernas dan

jumlah gabah hampa per malai a 14

7. Rata-rata persentase gabah bernas (%), persentase gabah hampa (%), bobot 1 000 butir (g) gabah bernas dan produktivitas gabah kering

giling (ton ha-1) a 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase kerebahan 20 2. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman vegetatif 20 3. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman generatif 20 4. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan vegetatif 20 5. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan produktif 20 6. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap umur berbunga 21 7. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap umur panen 21 8. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap lama pengisian biji 21 9. Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap panjang malai 21 10.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah gabah bernas 21 11.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah gabah hampa 22 12.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah bernas 22 13.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah hampa 22 14.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah gabah total 22 15.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap bobot 1000 butir 22 16.Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap produktivitas 23

17.Deskripsi varietas Inpari 13 23

18.Deskripsi varietas Inpari 18 24

19.Deskripsi varietas Ciherang 24

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beras merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan angka konsumsi beras di Indonesia. Berdasarkan data Food Agriculture Organization of the United Nation Statistic (2014), konsumsi rata-rata beras di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 133 kg kapita-1 tahun-1. Hingga saat ini, masalah ketersediaan dan kebutuhan beras telah menjadi isu yang sangat penting dalam mencapai ketahanan pangan di Indonesia.

Peningkatan kebutuhan beras di Indonesia tidak ditunjang oleh peningkatan luas tanam untuk penanaman padi sawah. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian RI (2013a), terjadi penurunan luas tanam padi yakni 12 400 990 ha pada tahun 2007 menjadi 12 106 410 ha pada tahun 2011. Data dari Kementerian Pertanian Indonesia (2013a), menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas dan produksi padi tiap tahunnya. Produktivitas padi di Indonesia meningkat dari 48.94 ku ha-1 pada tahun 2008 menjadi 51.19 ku ha-1 pada tahun 2012, begitu pula produksi padi yang meningkat dari 60.32 juta ton pada tahun 2008 menjadi 68.95 juta ton pada tahun 2012. Peningkatan produksi padi tiap tahunnya belum dapat mencukupi kebutuhan beras dalam negeri. Volume impor beras meningkat dari 687 582 ton pada tahun 2010 menjadi 2 744 002 ton pada tahun 2011 (Pusdatin 2012).

Salah satu solusi yang dapat mendukung usaha peningkatan produksi padi adalah melalui penggunaan varietas unggul hasil pemuliaan tanaman yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman (Siwi dan Kartowinoto 1993). Berbagai tipe varietas unggul telah berkembang di Indonesia, salah satunya adalah varietas padi unggul modern yang diintroduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) sejak tahun 1960-an, yang memiliki daya hasil tinggi, umur lebih genjah dan tahan terhadap hama dan penyakit tanaman (Susanto et al. 2003). Introduksi galur-galur unggul dari IRRI diharapkan dapat menunjang usaha peningkatan produksi padi di Indonesia, sehingga perlu diadakan uji daya hasil terhadap galur-galur hasil introduksi IRRI. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, galur-galur yang memiliki daya hasil tinggi dapat diuji lebih lanjut. Apabila dalam uji multi lokasi galur berdaya hasil tinggi dan stabil di berbagai lokasi, galur tersebut dapat diusulkan menjadi varietas unggul baru.

Tujuan Penelitian

(16)

2

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat minimal satu galur yang memiliki hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang termasuk golongan famili Gramineae, ditandai dengan batang tersusun dari beberapa ruas. Tanaman ini bersifat merumpun yang secara morfologis dibedakan menjadi tiga tipe yaitu indica, japonica, dan javanica. Berdasarkan taksonominya, tanaman padi yang umumnya dibudidayakan, dibedakan menjadi dua spesies yakni Oryza glaberrima dan Oryza sativa (Katayama 1993). Oryza sativa L. terdiri atas dua sub spesies, yaitu japonica dan indica. Oryza sativa sub spesies japonica memiliki ciri biji yang berbentuk bulat, lebar dan tebal, berdaun warna hijau tua dan sempit serta ada yang memiliki bulu panjang dan ada yang tidak berbulu sedangkan Oryza sativa sub spesies indica memiliki daun sempit dan biji tipis dan ramping, umumnya tidak berbulu. Kebanyakan varietas tipe japonica memiliki bobot 20-23.5 g (1 000 butir)-1 sedangkan varietas tipe indica memiliki bobot yang lebih bervariasi dari di bawah 20 g hingga 30-40 g (1 000 butir)-1 (Hoshikawa 1993).

Organ vegetatif tanaman padi terdiri atas akar, batang dan daun. Akar tanaman padi berakar serabut yang terdiri atas akar seminal dan akar serabut sekunder yang tumbuh dari pangkal batang muda. Akar serabut sekunder ini berperan menggantikan akar seminal. Batang tanaman padi terdiri atas ruas berongga dan buku yang menopang daun serta tunas yang dapat tumbuh menjadi anakan (Datta 1993). Ruas batang memiliki panjang yang bervariasi, pada umumnya meningkat dari ruas yang lebih rendah ke atas. Ruas yang lebih tinggi lebih panjang dibandingkan ruas di bawahnya. Pelepah daun muncul dari buku bagian bawah ruas, yang membalut ruas paling atas disebut daun bendera yang umumnya berbeda berdasarkan bentuk, ukuran dan sudut. Cabang terpendek yang muncul dari buku daun pelepah paling ujung disebut dengan ligulae (lidah daun) sedangkan bagian terpanjang dan terbesar disebut daun kelopak. Jumlah daun tiap varietas juga berbeda (Siregar 1981; Chang dan Bardenas 1965). Organ pembungaaan tanaman padi terdiri atas malai yang terbentuk dari pucuk dan spikelet atau satuan unit dari malai yang terdiri atas dua lemma steril, rachilla, dan bunga padi. Bunga tanaman padi terdiri atas enam stamen dan satu putik (Datta 1993).

(17)

3 Kultivar yang memiliki daya hasil tinggi memiliki 14 – 18 daun, yang mana jumlah daun meningkat sebelum inisiasi malai dipengaruhi oleh suhu dan panjang hari (Vergara 1981). Setelah mencapai anakan maksimum, tidak ada lagi anakan efektif yang diproduksi, adapun anakan yang terlambat pada umumnya akan mati akibat pengaruh kompetisi (Moldenhauer dan Slaton 2001). Fase reproduktif dimulai dari munculnya primordia bunga sampai pembungaan yang ditandai dengan pemanjangan beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Fase reproduktif berlangsung selama 35 hari, kemudian dilanjutkan dengan fase pemasakan selama 30 hari. Fase pemasakan terdiri atas masak susu, masak tepung, menguning, dan masak panen. Fase pemasakan ditandai dengan bertambahnya ukuran biji, bobot dan perubahan warna (Makarim dan Suhartatik 2009).

Pemuliaan Tanaman Padi

Pemuliaan merupakan kegiatan untuk menciptakan keragaman genetik yang kemudian diseleksi sesuai dengan tujuannya. Keragaman genetik tersebut dimaksudkan untuk merakit varietas padi yang memiliki sifat-sifat unggul sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil padi. Sifat-sifat unggul yang perlu dimiliki oleh varietas-varietas yang dikembangkan adalah memiliki potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul yang telah dikomersialkan, beranak banyak dan produktif, tahan rebah, berbunga serentak, malai lebat, gabah besar dan bernas, kehampaan rendah, dormansi sedang, kerontokan sedang, daun bendera tegak dan lambat menua, tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, berumur genjah (100-125 hari), dan mutu beras baik serta rasa nasi enak (Harahap dan Silitonga 1993).

(18)

4

persilangan, seleksi galur, pengujian daya hasil, perbanyakan benih hingga pelepasan varietas unggul adalah 7 – 10 tahun (Dewi dan Purwoko 2011).

Uji Daya Hasil

Galur-galur tanaman dari hasil penelitian perlu dievaluasi terkait potensi hasil yang menunjukkan keunggulan terhadap varietas yang dijadikan sebagai kontrol. Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membentuk varietas unggul tipe baru (VUTB) adalah pemilihan plasma nutfah, persilangan, pemilihan, pengujian daya hasil, pembenihan dan pelepasan varietas. Pengujian daya hasil meliputi tiga tahap yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjutan (UDHL), dan uji multilokasi. Uji daya hasil pendahuluan dilakukan terhadap galur-galur yang terpilih, setelah memperoleh informasi galur yang memiliki daya hasil tinggi dilanjutkan dengan uji daya hasil lanjutan atau uji multi lokasi. Uji daya hasil lanjutan dilakukan minimal dua musim di beberapa lokasi untuk meminimalkan tersingkirnya galur-galur unggul akibat interaksi genotipe dengan lingkungannya (Nasir 2001). Uji daya hasil dan multilokasi dilakukan sekitar dua tahun untuk memperoleh informasi galur yang diusulkan sebagai varietas baru. (Sudarna 2010).

Berdasarkan Peraturan Kementerian Pertanian No.37 tahun 2006 (Kementan 2006) tentang pengujian bahwa varietas hasil introduksi yang diusulkan untuk dilepaskan harus melalui uji adaptasi bagi tanaman semusim. Uji adaptasi merupakan kegiatan uji lapangan terhadap tanaman di beberapa agroekologi untuk mengetahui keunggulan dan interaksi varietas terhadap lingkungan, dengan menggunakan varietas pembanding yang merupakan varietas unggul untuk mengetahui keunggulan galur harapan atau calon varietas yang diuji. Menurut Sudarna (2010), galur yang memiliki daya hasil tinggi dari hasil pengujian tersebut dapat diusulkan sebagai varietas unggul baru dengan daya adaptasi luas sedangkan galur-galur yang hanya berdaya hasil tinggi di lokasi tertentu diusulkan sebagai varietas unggul baru spesifik lokasi. Galur yang akan dilepas sebagai varietas baru perlu memiliki silsilah yang jelas, unik, seragam, stabil dan berdaya hasil lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding.

METODE

Bahan

(19)

5

Alat

Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang pada umumnya digunakan dalam budidaya tanaman padi sawah, alat tulis, timbangan, alat pengukur kadar air, meteran dan wadah pembungkus hasil pengamatan.

Prosedur Percobaan

Metode penelitian yang akan digunakan berupa percobaan lapangan untuk menguji daya hasil dari galur-galur padi sawah IRRI. Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan ini menggunakan 17 galur padi sawah introduksi IRRI serta tiga pembanding dengan jumlah pengulangan tiap perlakuan sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 60 satuan percobaan.

Model rancangan penelitian yang digunakan adalah model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) : Yij = µ + αi + βj + ε ij, dimana :

Yiij = nilai pengamatan galur ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai rataan umum

αi = pengaruh galur ke-i

βj = pengaruh ulangan ke-j

ε ij = pengaruh galat percobaan dari galur ke-i dan ulangan ke-j

Penyemaian ini dilaksanakan di kebun percobaan Muara, Ciomas, Bogor. Luas lahan yang digunakan adalah 4% dari luasan lahan penanaman yakni sekitar 19.2 m2. Tanah yang digunakan untuk penyemaian diolah terlebih dahulu, dibersihkan dari gulma yang tumbuh, kemudian benih disemai pada bedengan persemaian dan disiram setiap hari. Benih yang digunakan dalam penyemaian adalah sebanyak 50 g untuk masing-masing 17 galur dan 3 varietas pembanding.

(20)

6

Karakter yang akan diamati pada percobaan adalah :

1. Tinggi tanaman fase vegetatif (45 HST), yang diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang.

2. Tinggi tanaman fase generatif diukur pada saat menjelang panen (satu minggu sebelum panen) diukur dari permukaan tanah sampai malai terpanjang pada tiap tanaman contoh.

3. Jumlah anakan total (anakan/rumpun), diamati pada 45 HST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah anakan total tiap tanaman.

4. Jumlah anakan produktif (anakan/rumpun), pengamatan dengan menghitung jumlah anakan yang bermalai pada saat tanaman menjelang panen.

5. Umur berbunga, umur berbunga dihitung dari saat benih disebar sampai terbentuknya 50 % malai (bunga) dalam satu rumpun.

6. Panjang malai (cm), diukur dari leher sampai ujung malai.

7. Umur panen, umur panen dihitung dari saat benih disebar sampai malai 80 % telah menguning.

8. Jumlah gabah bernas dan hampa per malai (butir), dilakukan dengan menghitung jumlah gabah bernas dan gabah hampa (tidak berisi atau berisi sebagian) secara terpisah dari lima malai dalam satu rumpun. 9. Jumlah gabah total per malai (butir), dilakukan dengan menghitung

jumlah total gabah (gabah bernas + gabah hampa) dari lima malai dari satu rumpun.

10. Bobot 1 000 butir (g) dengan kadar air ±14 %, diperoleh dengan menimbang 1 000 butir gabah bernas dari masing-masing petak percobaan.

11. Bobot gabah per petak bersih (g) dihitung dari bobot gabah kering bernas yang berasal dari satu petak tanpa tanaman contoh dan tanaman pinggir dengan kadar air ±14 %.

12. Produktivitas tiap galur dan pembanding, diperoleh dengan menghitung produktivitas berdasarkan petak bersih dengan mengkonversikan ke luasan 1 ha:

Hasil (ton ha-1) = 10 000 x hasil gabah per petak (kg) x 1 ton luas petak bersih 1 000 kg

Analisis Data

(21)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Tanah kebun percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Muara, Bogor termasuk dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan. Curah hujan selama percobaan tertinggi pada bulan Januari 2014 sebesar 985 mm dan terendah pada bulan Maret 2014 sebesar 391 mm, suhu rata-rata berkisar antara 24.6-25.6 0C, kelembaban udara berkisar antara 86-89.5 % dari bulan Desember 2013 sampai Maret 2014, angin terbesar pada bulan Desember 2013 dan bulan Maret 2014 dengan kecepatan 15 knot. Pertumbuhan tanaman pada awal fase vegetatif cukup baik. Serangan keong telah diantisipasi sebelumnya dengan memberikan moluskisida setelah pengolahan tanah. Penanganan keong secara kultur teknis juga dilakukan dengan mengatur air pada awal fase vegetatif. Walau demikian, serangan keong tetap ada sehingga beberapa tanaman perlu disulam. Penyulaman tanaman dibatasi sampai tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST), untuk menghindari pertumbuhan tanaman yang tidak seragam akibat pengaruh bibit tanaman yang terlalu tua. Gulma banyak tumbuh pada saat tanaman berumur 2 MST sehingga diatasi secara mekanis menggunakan alat pembersih gulma. Gulma yang ditemukan pada petak percobaan antara lain Cyperus iria L., Digitaria ciliaris (Retz.) Koel, Echinochloa crus-galli (L.) P.Beauv, dan Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven.

Kisaran kelembaban yang tinggi menyebabkan serangan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris pv. oryzae). Hama walang sangit menyerang tanaman setelah berbunga dengan cara menghisap cairan dalam bulir sehingga pertumbuhan bulir tidak sempurna dan akhirnya tidak terisi penuh atau hampa. Penyakit hawar daun bakteri terutama menyerang daun-daun yang tua. Bakteri menginfeksi melalui pori-pori air yang terdapat pada daun, melalui luka-luka pada daun akibat gesekan atau serangga. Gelaja penyakit ini terlihat dari ujung daun serta bagian pinggir daun yang berwarna hijau pucat hingga hijau keabu-abuan, kemudian berwarna kuning oranye sampai abu-abu (mati) (Kementerian Pertanian 2013b). Serangan hama burung (Ploceus sp) juga terjadi pada saat bulir masak susu hingga tanaman dipanen. Pengendalian hama burung dilakukan dengan mengusir burung menggunakan alat sederhana yang terbuat dari kayu dan kantong plastik.

Kecepatan angin terbanyak dan terbesar yang cukup tinggi pada bulan Maret turut menyebabkan sebagian besar galur mengalami kerebahan pada umur 100 hari setelah tanam (HST) dan 103 HST. Hanya galur IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 dan varietas pembanding Ciherang yang tidak rebah.

Analisis Ragam

(22)

8

diamati. Koefisien keragaman (KK) dari karakter yang diamati berkisar antara 0.4 % - 27.7 %. Karakter yang memiliki KK tertinggi adalah produktivitas gabah kering giling (27.7 %) sedangkan karakter yang memiliki KK terendah adalah umur panen (0.4 %) (Tabel 1). Nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam percobaan (Gomez dan Gomez 1995).

Tabel 1 Analisis ragam pengaruh genotipe terhadap karakter agronomi galur-galur padi sawah asal IRRI

Karakter F Hitung Koefisien Keragaman (%)

1. Tinggi tanaman fase vegetatif ** 4.5

** berpengaruh sangat nyata pada taraf kesalahan 1 % ; * berpengaruh nyata pada taraf kesalahan 5 % ; + data ditransformasikan ke sebelum dianalisis

Kerebahan dan Hawar Daun Bakteri (HDB)

Kerebahan merupakan salah satu kendala dalam budidaya padi, karena menyebabkan kerusakan pada tanaman sehingga kemampuan tanaman untuk berfotosintesis berkurang (Lang et al. 2012). Kerebahan yang parah menyebabkan batang rusak, dan fotosintesis terganggu sehingga pengisian bulir menjadi hampa dan menurunkan kuantitas serta kualitas hasil (Kashiwagi et al. 2005). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kerebahan adalah pengaruh lingkungan. Angin dan curah hujan yang tinggi dapat mematahkan ruas bawah pada tanaman padi (Matsuda 1983).

(23)

9

IR83821-16-2-3-2, IR84046-10-1-3-2, IR84778-53-1-2-2-1, IR80376-12-1-2-3-3, IR78119-24-1-2-2-2, IR10L-152, dan IR10L-139.

Tabel 2 Hasil skoring rata-rata tingkat kerusakan dan tingkat ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) serta tingkat kerusakan akibat rebah

Nama Galur tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%

Penyakit hawar daun bakteri menyerang tanaman padi pada fase awal menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. Serangan pada tanaman dewasa menyebabkan tepi daun berwarna keabu-abuan dan akhirnya mengering sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman akibat fotosintesis tidak berlangsung dengan baik. Serangan yang terjadi saat tanaman berbunga dapat mengurangi hasil sampai 50 – 70 % akibat pengisian gabah terhambat (BB Padi 2010a). Hasil pengamatan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa galur yang memiliki skor kerusakan terendah pada skala satu adalah galur IR84046-10-1-3-2, IR83840-90-3-2-1, dan IR85640-114-2-1-3 yang termasuk galur tahan terhadap penyaki hawar daun bakteri. Galur yang rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri pada skala tingkat kerusakan 7

(24)

10

Komponen Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman 17 galur dan 3 varietas pembanding yang diuji pada fase vegetatif berkisar antara 75 cm – 90 cm. Galur IR85640-114-2-1-3 memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas pembanding, IR83821-16-2-3-2, IR83821-99-2-2-2, IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2, IR85627-46-1-2-3, IR78119-24-1-2-2-2, 130, 133, 152, 135, 155, dan IR10L-139, tetapi tidak berbeda nyata dengan lima galur lainnya. Galur IR78119-24-1-2-2-2 dan IR85627-46-1-2-3 memiliki tinggi tanaman rata-rata terpendek yang berbeda nyata dibandingkan IR84046-10-1-3-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR83840-90-3-2-1, IR85640-114-2-1-3, IR84778-53-1-2-2-1, IR80376-12-1-2-3-3 dan varietas Inpari 18, tetapi tidak berbeda nyata dengan sembilan varietas lain dan dua varietas pembanding yakni Inpari 13 dan Ciherang.

Tabel 3 Hasil uji lanjut DMRT pada tinggi tanaman (cm) pada fase vegetatif dan fase generatif a

Galur/varietas Tinggi vegetatif (cm) Tinggi generatif (cm)

IR83821-16-2-3-2 80.7 cdef 96.2 gef

IR83821-99-2-2-2 78.3 def 92.9 gh

IR84046-10-1-3-2 86.1 abc 111.1 a

IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 80.5 cdef 85.0 i

IR82806-98-3-2-2-2-1 84.2 abcd 98.6 edf

IR83840-90-3-2-1 89.2 ab 103.7 bc

IR85640-114-2-1-3 90.5 a 98.4 def

IR84778-53-1-2-2-1 84.4 abcd 104.2 b

IR85627-46-1-2-3 75.5 f 99.6 bcde

IR80376-12-1-2-3-3 84.4 abcd 99.1 cdef

IR78119-24-1-2-2-2 75.4 f 101.2 bcde

IR10L-130 76.9 ef 89.9 h

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%

(25)

11 pembanding yakni Inpari 13 dan Ciherang, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18 (Tabel 3).

Deptan (2003) mengelompokkan tinggi tanaman generatif yakni pendek (< 110 cm), sedang (110 – 130 cm), dan tinggi (> 130 cm). Galur IR84046-10-1-3-2 termasuk dalam kelompok tanaman sedang, sedangkan galur-galur lainnya dan pembanding termasuk dalam kelompok tanaman pendek. Tinggi tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kerebahan tanaman. Menurut Salassi et al. (2013), kerebahan yang terjadi sebelum tanaman dipanen memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil gabah kering giling. Menurut Yoshida (1981) tanaman yang lebih tinggi lebih rentan terhadap kerebahan. Menurut Siregar (1981) jika tanaman rebah hingga 100 % serta rata dengan permukaan tanah akan menyebabkan penurunan hasil dan mutu menjadi sangat rendah, evaluasi awal rebah dapat menyebabkan penurunan hasil semakin besar.

Jumlah Anakan Vegetatif dan Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan vegetatif pada galur-galur yang diamati pada umur 45 hari setelah tanam (HST) berkisar antara 17 – 22 anakan. Galur IR83821-16-2-3-2, IR83821-99-2-2-2, IR85627-46-1-2-3 dan IR78119-24-1-2-2-2 memiliki jumlah anakan vegetatif yang berbeda nyata lebih banyak dibanding varietas Inpari 18, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 13 dan Ciherang.

Tabel 4 Hasil uji lanjut DMRT pada jumlah anakan total dan anakan produktif a

Galur/varietas Jumlah anakan

IR83821-99-2-2-2 22.0 abc 17.4 abc

IR84046-10-1-3-2 17.4 g 16.5 abcde

IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 18.8 defg 15.1 abcde

IR82806-98-3-2-2-2-1 17.8 fg 16.3 abcde

IR83840-90-3-2-1 19.9 abcdefg 16.4 abcde

IR85640-114-2-1-3 19.8 bcdefg 18.9 ab

IR84778-53-1-2-2-1 18.0 fg 14.1 cde

IR85627-46-1-2-3 22.5 a 15.6 abcde

IR80376-12-1-2-3-3 19.7 cdefg 12.1 e

IR78119-24-1-2-2-2 22.4 ab 16.8 abcd

IR10L-130 19.5 cdefg 16.4 abcde

IR10L-133 18.5 efg 15.4 abcde

(26)

12

Galur IR84046-10-1-3-2 memiliki jumlah anakan vegetatif berbeda nyata lebih sedikit dengan varietas Inpari 13 dan Ciherang, namun tidak berbeda nyata dengan galur IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR83840-90-3-2-1, IR85640-114-2-1-3, IR84778-53-1-2-IR83840-90-3-2-1, IR80376-12-1-2-3-3, IR10L-130, IR10L-133, IR10L-135, IR10L-139 dan varietas Inpari 18.

Jumlah anakan produktif lebih berpengaruh terhadap hasil dibandingkan total jumlah anakan (Hasanuzzaman et al. 2010). Jumlah anakan produktif galur-galur yang diuji memiliki nilai tengah yang hampir sama dengan varietas pembanding dan rata-rata jumlah anakan produktif berkurang dari rata-rata jumlah anakan vegetatif. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT (Tabel 4), galur yang memiliki jumlah anakan produktif paling banyak adalah IR83821-16-2-3-2 yakni dengan nilai tengah anakan produktif sebanyak 19.6 anakan yang lebih besar dibandingkan varietas pembanding Inpari 13, Inpari 18 dan Ciherang. Rataan jumlah anakan produktif terendah dimiliki oleh galur IR80376-12-1-2-3-3 dan IR10L-135 tidak berbeda nyata dengan ketiga varietas pembanding.

Umur Berbunga dan Umur Panen

Hasil pengamatan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa galur yang memiliki umur berbunga paling cepat adalah galur IR10L-155 dan varietas Inpari 18 dengan nilai tengah sebesar 79.0 hari, sedangkan galur yang paling lama berbunga dimiliki oleh IR85627-46-1-2-3 dan IR78119-24-1-2-2-2 dengan nilai tengah sebesar 96.0 hari. Masa pembungaan adalah peralihan antara fase vegetatif dan fase generatif. Diferensiasi malai hingga 50 % tanaman berbunga atau muncul malai dalam satu petak percobaan berlangsung selama 19 – 25 hari (Datta 1993). Galur IR10L-155 memiliki umur berbunga tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18, tetapi berbeda nyata lebih rendah dibanding 15 galur lain dan dua varietas pembanding yakni varietas Inpari 13 dan Ciherang. Galur IR85627-46-1-2-3 dan IR78119-24-1-2-2-2 memiliki umur berbunga berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan 15 galur lain dan ketiga varietas pembanding.

(27)

13 Tabel 5 Hasil uji lanjut DMRT untuk rata-rata umur berbunga dan rata-rata umur

panen a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5% ; b HSS : hari setelah semai

Panjang Malai, Jumlah Gabah Bernas, Jumlah Gabah Hampa, dan Jumlah Gabah Total

Panjang malai dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni pendek (≤ 20 cm), sedang (20-30 cm), dan panjang (>30 cm). Berdasarkan pengelompokan tersebut, seluruh galur dan varietas pembanding termasuk dalam kelompok panjang malai yang sedang. Galur yang memiliki malai terpanjang adalah galur IR80376-12-1-2-3-3 dengan nilai tengah 27.6 cm, sedangkan galur yang memiliki malai terpendek adalah galur IR10L-155 dan varietas pembanding Inpari 18 dengan nilai tengah 21.4 cm. Galur IR84046-10-1-3-2 dan IR80376-12-1-2-3-3 berbeda nyata lebih panjang dibanding galur IR83821-16-2-3-2, IR83821-99-2-2-2, IR81493-B-B-B-6-B-2-1-IR83821-99-2-2-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR78119-24-1-2-2-IR83821-99-2-2-2, IR10L-130, IR10L-152, IR10L-155, varietas pembanding Inpari 18 dan Ciherang, tetapi tidak berbeda nyata dengan tujuh galur lain dan varietas Inpari 13.

(28)

14

Tabel 6 menunjukkan rata-rata jumlah gabah hampa berkisar 33 – 89 butir. Galur yang memiliki rata-rata jumlah gabah hampa terbanyak adalah galur IR10L-135, sedangkan rata-rata jumlah gabah hampa terendah dimiliki oleh varietas Ciherang. Galur IR10L-135 berbeda nyata lebih tinggi dibanding IR83821-16-2-3-2, IR83821-99-2-2-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR83840-90-3-2-1, IR85640-114-2-1-3, IR80376-12-1-2-3-3, IR10L-133, IR10L-155, IR10L-139, varietas Inpari 18 dan Ciherang, tetapi tidak berbeda nyata dengan tujuh galur lain dan varietas Inpari 13. Gabah menjadi hampa dapat disebabkan oleh suhu rendah dan kelembaban tinggi pada masa pembungaan yang mengakibatkan bulir tidak membuka, atau bunga tanaman padi sedang membuka saat terjadi hujan deras sehingga tanaman padi tidak dapat melakukan pembuahan dengan maksimal (Kementan 2013c).

Tabel 6 Rata-rata panjang malai, jumlah gabah total, jumlah gabah bernas dan jumlah gabah hampa per malai a

Galur/varietas Panjang

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%

(29)

15 dengan lima galur lain dan varietas Inpari 18. Varietas Inpari 13 berbeda nyata dengan galur IR83821-99-2-2-2, IR82806-98-3-2-2-2-1, IR83840-90-3-2-1, IR10L-133, IR10L-155, IR10L-139 dan Inpari 18, tetapi tidak berbeda nyata dengan sepuluh galur lain dan varietas Ciherang.

Persentase Gabah Bernas, Persen Gabah Hampa, Bobot 1 000 Butir dan Produktivitas

Persentase gabah bernas dan gabah hampa dari galur-galur dan varietas pembanding yang telah diamati, menunjukkan bahwa galur IR80376-12-1-2-3-3 memiliki nilai tengah persentase gabah bernas tertinggi (70.3 %) dan gabah persentase gabah hampa terendah (29.7 %).Persentase galur IR80376-12-1-2-3-3 tidak berbeda nyata lebih unggul dibandingkan kedua varietas pembanding yakni Inpari 13 dan Inpari 18, namun tidak lebih unggul dibandingkan varietas pembanding Ciherang dengan nilai tengah persentase gabah bernas sebesar 79.2 % dan nilai tengah persentase gabah hampa sebesar 20.6 %.

Tabel 7 Rata-rata persentase gabah bernas (%), persentase gabah hampa (%), bobot 1 000 butir (g) gabah bernas dan produktivitas gabah kering giling (ton ha-1) a IR81493-B-B-B-6-B-2-1-2 54.3 bcde 45.7 abcd 26.3 bcd 2.11 bcde IR82806-98-3-2-2-2-1 63.6 abcde 36.4 abcde 24.0 cdef 1.48 def IR83840-90-3-2-1 54.0 bcde 46.0 abcd 24.9 cdef 1.45 def IR85640-114-2-1-3 65.5 abcde 34.5 abcde 26.1 cde 1.88 bcde IR84778-53-1-2-2-1 48.8 e 51.2 ab 22.9 ef 1.69 cdef

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%

(30)

16

karena dapat merusak batang, menarik akar keluar, menghambat transportasi air, mineral dan fotosintat sehingga menurunkan kualitas dan hasil panen (Kashiwagi et al. 2005).

Bobot 1 000 butir merupakan salah satu komponen hasil. Menurut Yoshida (1981) ukuran butir gabah dikontrol oleh ukuran gabah. Bobot 1 000 butir paling tinggi dimiliki oleh varietas Inpari 18 dengan nilai tengah sebesar 29.6 g dibandingkan galur-galur lainnya dan kedua varietas pembanding yakni Inpari 13 dan Ciherang. Bobot 1 000 butir varietas Inpari 18 tidak berbeda nyata dengan galur IR10L-139 dan Inpari 13, namun berbeda nyata dengan 16 galur lain dan varietas Ciherang. Galur yang memiliki bobot 1 000 butir paling rendah adalah galur IR10L-152 dengan nilai tengah sebesar 21.9 g, berbeda nyata dengan ketiga varietas pembanding. Menurut Feng et al. (2007), jumlah anakan pada padi berkaitan erat dengan jumlah malai yang dihasilkan, namun salah satu indikasi negatif yang dihasilkan dari jumlah anakan yang berlebihan dapat mengurangi bobot bulir setiap malai karena akan saling berkompetisi mendapatkan energi sinar matahari dan unsur hara.

Produktivitas gabah kering giling tertinggi ditunjukkan oleh galur IR83821-99-2-2-2 dengan nilai tengah sebesar 3.13 ton ha-1 berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Inpari 13 (2.18 ton ha-1), Inpari 18 (1.31 ton ha-1), tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Ciherang (2.67 ton ha-1). Galur yang memiliki produktivitas gabah kering giling terendah ialah galur IR10L-135 dengan nilai tengah sebesar 0.84 ton ha-1, berbeda nyata dengan varietas Inpari 13 dan Ciherang namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18. Rendahnya produktivitas galur dan varietas yang diuji dibandingkan potensi rata-rata produktivitas varietas pembanding (Lampiran 17,18,19) disebabkan oleh serangan penyakit hawar daun bakteri seperti galur IR10L-135 yang rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri dan persentase gabah hampa tertinggi dibandingkan galur lainnya dan varietas pembanding mencapai 51.5 %. Hal yang sama terjadi pada varietas Inpari 18 yang rentan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri sehingga menurunkan hasil produksi gabah. Kerebahan juga menyebabkan pengisian gabah terganggu pada beberapa galur dan mengurangi potensi hasil galur yang telah siap panen namun rebah sebelum dipanen yang disertai curah hujan tinggi dan kelembaban tinggi (Lampiran 20) selama kerebahan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas hasil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(31)

17

Saran

Galur yang memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas pembanding perlu diuji lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

[BB Padi] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010a. Beberapa varietas toleran penyakit kresek (hawar daun bakteri) [Internet]. [diunduh 2013 Mei 28]. Tersedia pada: http://203.176.181.70/bppi/lengkap/ bpp10030.pdf

[BB Padi] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010b. Pedoman Umum IP Padi 400. Subang (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

[BB2TP] Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Penentuan Umur Panen dan Sistem Panen. Bogor (ID) : Agroinovasia

Brown J, Caligari P. 2008. An Introduction to Plant Breeding. Oxford (GB): Blackwell Publishing

Chang Te-tzu, Bardenas EA. 1965. The morphology and varietal characteristics of the rice plant. Bul. Tech (4). Manila (PH): The International Rice Research Institute

[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Panduan sistem karakterisasi dan evaluasi tanaman padi [Internet]. [diunduh 2013 Mei 28]. Tersedia pada: http://indoplasma.or.id/publikasi/pdf/guidebook_pd.pdf

Datta SKD. 1993. Principles and Practice of Rice Production. Los Banos (PH) : International Rice Research Insititute

Dewi IS, Purwoko BS. 2011. Kultur antera untuk mendukung program pemuliaan tanaman padi. Bul Agron. 29 (2): 59-63.

Feng W, Cheng F, Zhang G. 2007. Difference in grain yield and quality among tillers in rice genotypes differing in tillering capacity. Rice Science. 14(2): 135-140

[FAOSTAT] Food Agriculture Organization of the United Nations Statistic. 2014. Food supply – crops primary equivalent. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 4]. Tersedia pada: http://faostat3.fao.org/faostat-gateway/go/to/download/FB/CC/ E

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID) : UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research

Hasanuzzaman M, Ahamed KU, Nahar K, dan Akhter NA. 2010. Plant growth pattern, tiller dynamic and dry matter accumulation of wetland rice (Oryza sativa L.) as influenced by application of different manures. Nature and Scie. 8(4): 1-10

(32)

18

Hoshikawa,K. 1993. Rice seed, germination and seedlings. Di dalam: Matsuo T, Hoshikawa K.1993 Science of the Rice Plant Volume One Morphology. Tokyo (JP): Food and Agriculture Policy Research Center. hlm 91-132.

[IRRI] International Rice Research Institute. 1996. Standard Evaluation System for Rice. Ed ke-4. Los Banos (PH): International Rice Research Insititute Kashiwagi T, Sasaki H, Ishimaru K. 2005. Factors responsible for decreasing

studiness of the lower part in lodging of rice (Oryza sativa L.). Plant Prod.Sci 8(2): 166-172

Katayama,TC. 1993. Morphology and taxonomical character of cultivars and breeding strains. Di dalam: Matsuo T, Hoshikawa K.1993 Science of the Rice Plant Volume One Morphology. Tokyo (JP): Food and Agriculture Policy Research Center. hlm 35-66.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 37/Permentan/OT.140/8/2006 [Internet]. [diunduh 2013 Okt 25]. Tersedia pada: http://ditjenbun.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Permentan_37 _thn _2006_ttg_Penarikan_Varietas.pdf

[Kementan] Kementerian Pertanian Indonesia. 2013a. Luas tanam komoditas padi sawah, Tahun 2007-2011 [Internet]. [diunduh 2013 Feb 21]. Tersedia pada: http://tanamanpangan.deptan.go.id/index.php/statistik/ komoditas

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013b. Hawar daun bakteri/kresek [Internet]. [diunduh 2013 Okt 25]. Tersedia pada : http://cybex.deptan.go.id/lokalita/ penyakit-kresekhawar-daun-bacterial-leaf-blight

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013c. Penyebab padi hampa [Internet]. [diunduh 2014 Jun 28]. Tersedia pada : http://cybex.deptan.go.id/lokalita/ penyebab-padi-hampa

Lang YZ, Yang XD, Wang ME, Zhu QS. 2012. Effect of lodging at different filling stages on rice yield and grain quality. Di dalam: Book of Abstract Rice Science. China (CN): Elsevier B.V . hlm. 315-319. [No abstr tidak diketahui] Matsuda Toshiaki. 1983. Lodging and its morphological implications. Di dalam:

Matsuo T, Hoshikawa K, editor. Science of Rice Plant Volume 2 Morphology. 1993. Tokyo (JP) : Food and Agriculture Policy Research Center. hlm 591-599. Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi [Internet]. [diunduh 2013 Feb 8]:295-330. Tersedia pada: http://www.litbang. deptan.go.id/ special/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf

Moldenhauer K, Slaton N. 2001. Rice growth and development. Di dalam: Slaton NA. Rice Production Handbook. Arkansas (US): University of Arkansas Cooperative Extension Service Print Media Center, Little Rock. hlm 7-14 Nasir M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Proyek Penelitian

dan Pengabdian pada Masyarakat

[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012. Statistik makro sektor pertanian 2012 [Internet]. [diunduh 2014 Juni 18]: 1-102. Tersedia pada: http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Statistik_Makro_2 012.pdf

Salassi ME, Deliberto MA, Linscombe SD, Wilson CE, Walker TW, McCauley GN dan Blouin C. 2013. Impact of harvest lodging on rough rice milling yield and market price. J. Agronomy 105 (6); 1855-1864

(33)

19 Siwi BH, Kartowinoto S. 1993. Plasma nutfah padi. Di dalam: Ismanuji M, Partohardjono S, Syam M, Widjono A, editor. Padi Buku 2. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hlm 321-333.

Sudarna. 2010. Teknik pengujian daya hasil lanjutan beberapa galur harapan padi sawah tipe baru. Bul Teknik Pertanian. 15(2): 48-51.

Susanto U, Daradjat AA, Suprihatno B. 2003. Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. J Litbang Pertanian. 22(3): 125- 131.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID): Penebar Swadaya

Vergara BS.1980. Rice plant growth and development. Di dalam: Luh BS. 1980. Rice Production. New York (NY): Van Nostrand Reinhold.

(34)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase kerebahan

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 101864.93 Koefisien Keragaman = 68.53 R2 = 0.72

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman vegetatif

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 1517.87

Koefisien Keragaman = 4.50 R2 = 0.66

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap tinggi tanaman generatif

Sumber Keragaman Derajat Bebas

Total terkoreksi 59 2809.88 Koefisien Keragaman = 2.79 R2 = 0.90

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan vegetatif

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 58 228.54

Koefisien Keragaman = 7.04 R2 = 0.68

Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah anakan produktif

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 562.46

(35)

21

Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap umur berbunga

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 1721.40

Koefisien Keragaman = 0.89 R2 = 0.99

Lampiran 7 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap umur panen

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 2001.40

Koefisien Keragaman = 0.45 R2 = 0.99

Lampiran 8 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap lama pengisian biji

Sumber Keragaman Derajat

Lampiran 9 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap panjang malai

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 206.37

Koefisien Keragaman = 4.19 R2 = 0.799

Lampiran 10 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah gabah bernas

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 28125.28

(36)

22

Lampiran 11 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah gabah hampa

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 25497.13 Koefisien Keragaman = 24.18 R2 = 0.69

Lampiran 12 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah bernas

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 6476.13

Koefisien Keragaman = 14.49 R2 = 0.55

Lampiran 13 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap persentase gabah hampa

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 6555.25

Koefisien Keragaman = 22.27 R2 = 0.55

Lampiran 14 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap jumlah gabah total

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 43227.56 Koefisien Keragaman = 9.09 R2 = 0.836

Lampiran 15 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap bobot 1000 butir

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 368.22

(37)

23

Lampiran 16 Sidik ragam pengaruh genotipe terhadap produktivitas

Sumber Keragaman Derajat

Total terkoreksi 59 27.03

Koefisien Keragaman = 27.71 R2 = 0.65

Lampiran 17 Deskripsi varietas Inpari 13

Nomor seleksi : OM1490

Asal Persilangan : OM606/IR18348-36-3-3

Golongan : Cere

Umur tanaman : 103 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 101 cm Anakan produktif : 17 malai

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau Warna daun telinga : Putih Warna lidah daun : Hijau terhadap ras 133, 073, dan 173

Anjuran tanam : Cocok ditanam di ekosistemn sawah tadah hujan dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl

Pemulia : Nafisah, Cucu Gunarsih, Bambang Suprihatno, Aan A. Daradjat, Trias Sitaresmi, M. Yasmin Samaullah

(38)

24

Lampiran 18 Deskripsi varietas Inpari 18

Nomor seleksi : OM1490

Asal Persilangan : BP364B-33-3-PN-5-1/ Bio530B-45-9-3-1

Golongan : Indica Warna daun telinga : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Agak terkulai Bentuk gabah : Panjang/ramping

Warna gabah : Kuning

Kerebahan : Tahan rebah

Kerontokan : Sedang

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 1,dan 2, agak tahan terhadap

wereng batang coklat biotipe 3. Tahan terhadap hama daun bakteri patotipe III, agak tahan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri patotipe IV dan rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VII. Anjuran tanam : Cocok ditanam di irigasi dan tadah hujan dengan

ketinggian 0 – 600 m dpl

Pemulia : Buang Abdullah, Sularjo, Bambang Kustianto, dan Heni Safitri

Dilepas tahun : 2011 Lampiran 19 Deskripsi varietas Ciherang

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal Persilangan : IR18349-53-3-1-3/3*IR19661-131-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

(39)

25

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna daun telinga : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang/ramping Warna gabah : Kuning bersih

Ketahanan Hama dan Penyakit : Tahan terhadap hama Wereng Batang Coklat Biotipe 2,dan agak tahan terhadap

wereng batang coklat biotipe 3. Tahan terhadap hama daun bakteri patotipe III, dan IV

Anjuran tanam : Cocok ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl

Pemulia : Tarjat T.Z.A. Simanullang, E.Sumadi dan Aan A Daradjat

Dilepas tahun : 2000

Lampiran 20 Data iklim Dramaga, Bogor

Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Lintang : 060 31’ LS

(40)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Arman Mattotorang dan Andi Ermawati. Penulis dilahirkan di Bulukumba, Kabutapen Bulukumba, Sulawesi Selatan pada tanggal 8 September 1992. Penulis menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN 322 Ela-ela. Penulis menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 2007 di SMP Negeri 1 Bulukumba dan pendidikan lanjutan menengah umm diselesaikan pada tahun 2010 di SMA Negeri 1 Bulukumba.

Gambar

Tabel 1 Analisis ragam pengaruh genotipe terhadap karakter agronomi galur-galur
Tabel 2 Hasil skoring rata-rata tingkat kerusakan dan tingkat ketahanan terhadap       penyakit hawar daun bakteri (HDB) serta tingkat kerusakan akibat rebah
Tabel 3 Hasil uji lanjut DMRT pada tinggi tanaman (cm) pada fase vegetatif dan
Tabel 4 Hasil uji lanjut DMRT pada jumlah anakan total dan anakan produktif a
+4

Referensi

Dokumen terkait

Luar kawasan taman nasional merupakan kawasan zona penyangga (buffer zone) yang dikelola Perum Perhutani yang difungsikan sebagai kawasan hutan produksi,

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: variabel jumlah kepemilikan ternak, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama dan

Sebaliknya, jika pengguna sistem informasi merasa bahwa sistem informasi kurang berguna maka akan menimbulkan sikap penolakan (enggan) dan sikap tidak puas juga akan

Pada tanggal 13 Desember tahun 1957, Indonesia menyatakan secara sepihak Wilayah Perairan Nusantara yang disebut dengan Deklarasi Djuanda. Pada saat yang hampir

Dalam penelitian ini, ternyata dukungan informasi yang diberikan oleh perusahaan tidak bisa disikapi secara sama karena terdapat sejumlah karyawan yang menilai

Dari hasil pengujian penggunaan bahan bakar campuran zat camphor atau kapur barus untuk Torsi dan daya pada putaran maksimum yaitu 5500 rpm yang dihasilkan

Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petani salak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Tinjoman Lama Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru.. Untuk