PROSES PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE) KAUM GAY
(Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan)
SKRIPSI
Oleh:
ROTUA E. PASARIBU
100904003
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PROSES PENGUNGKAPAN DIRI(SELF DISCLOSURE) KAUM GAY
(Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri(Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi Oleh:
ROTUA E. PASARIBU
100904003
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : ROTUA E. PASARIBU
NIM : 100904003
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PROSES PENGUNGKAPAN DIRI KAUM GAY
(Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri/Self Disclosure
Kaum Gay di Kota Medan)
Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Yovita Sabarina Sitepu, Sos, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NIP: 1980011072006042002 NIP: 1962082819870122001
Dekan Fisip USU
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
HALAMAN PERNYATAAN ORISIONALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan
hukum yang berlaku.
Nama : ROTUA E. PASARIBU
NIM : 100904003
Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan penyertaan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “PROSES PENGUNGKAPAN DIRI ATAU SELF DISCLOSURE (Studi Kasus
Tentang Pengungkapan Diri Atau Self Disclosure Kaum Gay Di Kota Medan)”. Penulisan
skripsi ini salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).
Terimakasih saya ucapkan terutama kepada kedua orangtua saya, Bapak M.Pasaribu
dan Ibunda S. Marbun atas dukungan, cinta, kasih sayang serta motivasi yang ttelah
diberikan kepada saya selama pengerjaan skripsi ini sehingga menjadi sumber kekuatan saya
dalam menyelesaikan skripsi. Abang, kakak, dan adik yang turut memberikan dukungan dan
materil. Bang Kosmen, Kak Arni, kak Ronnia, Bang Marada, Bang Hisar, Kak Indah, Kak
Dina, Kak Lia serta Adikku Wanda.
Selama pengerjaan skripsi ini peneliti juga telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sektretaris Departemen Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos. M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, kritik,
saran serta kesabaran sehingga skripsi inidapat diselesaiakan. Merupakan suatu
5. Bapak Drs. Amir Purba, M.Si, Ph.D selaku Dosen Wali saya yang telah memberikan
dukungan, bimbingan dan pengarahan selama saya menjalani perkuliahan di
Universitas Sumatera Utara
6. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi yang telah benyak memberikan
ilmu dan berbagi pengalaman selama masa perkuliahan yang mana sangat berguna
untuk bekal masa depan
7. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang telah
membantu saya dalam proses adaministrasi
8. Para informan penelitian ini yang telah bersedia memberikan informasi yang
dibutuhkan peneliti, sehingga akhirnya penelitian ini dapat berjalan lancar
9. Teman-teman saya, Hana Onika, Kristina dan Bang Eed yang telah memberikan
semangat, motivasi dan dukungan yang sangat membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Juga teman-teman Ilmu Komunikasi, khususnya stambuk 2010 yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatu.
10.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Semoga Tuhan memberkati kita semua dalam setiap langkah kita.oleh karena itu,
demi kesempurnaan tulisan ini dengan segala kerendahan hati, peneliti juga berharap
skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikir untuk setiap pembacanya. Semoga
skripsi ini bermanfaat dan akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Medan, Mei 2015 Peneliti,
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ROTUA E. PASARIBU NIM : 100904003
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengertian, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exsclusive Royalty-Free Right) atas
karya ilmiah saya yang berjudul:
PROSES PENGUNGKAPAN DIRI/SELF DISCLOSURE (Studi Kasus Tentang
Pengungkapan Diri/Self Disclosure Kaum Gay di Kota Medan) beserta perangkat yang ada
(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti non eksklusif ini Universitas Sumatera Utara
berhak menyimpan, mengalih meddia/format-kan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Juni 2015
Yang Menyatakan
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Proses Pengungkapan Diri Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengungkapan diri kaum gay dengan keluarga, teman dan lingkungan, hambatan-hambatan apa saja yang ditemui saat berkomunikasi dengan keluarga dan temanya, serta untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal sesama kaum gay. Teori yang dianggap relevan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikai Antar Pribadi, Teori Penetrasi, Komunikasi Vebal dan Komunikasi Non Verbal. Metode yang di gunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana peneliti memahami suatu objek sebagai sebuah kasus dan mempelajarinya secara integratif dan komprehensif agar di peroleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut serta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat diselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Informasi dan data dapat diperoleh peneliti melalui observasi dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap tiga orang informan yang sesuai untuk penelitian ini. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa proses pengungkapan diri gay atau proses komunikasi gay dengan keluarganya sangat berbeda dengan lingkungan khususnya di kaum gay. Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa hambatan terbesar kaum gay ditemui saat berkomunikasi dengan teman dan keluarganya berasal dari diri mereka sendiri. Adanya perasaaan takut, dikucilkan dan dijauhi.
ABSTRACT
This study titled Gay Self Disclosure Process (Case Study About Disclosure Self (Self Disclosure) Gay in Medan). This study aims to determine how the process of self-disclosure gays with family, friends and the environment, any obstacles encountered when communicating with his family and friends, and to investigate the verbal and non-verbal communication among gays. The theory is considered relevant by the researchers for this study are: Communication, komunikai Inter-Personal, Penetration Theory, Communication Verbal and Non Verbal Communication. The method used in this study is a case study, in which researchers understand an object as a case and study integrative and comprehensive manner in order to obtained a thorough understanding of the individual and his problems with the aim of the problem can be solved and obtain a good self development , Information and data can be obtained by researchers through observation and in-depth interviews (in-depth interviews) to three informants appropriate for this study. Through this study it was found that the process of self-disclosure gay or gay to his family communication process is very different from the environment, especially in the gay. Based on this study also found that the greatest obstacle gays encountered when communicating with friends and family came from themselves. Their feelings of fear, ostracized and shunned.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...vii
ABSTRAK...viii
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian...12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian...37
3.2 Objek Penelitian...38
3.3 Subjek Penelitian...38
3.4 Kerangka Analisi...39
3.5 Teknik Pengumpulan Data...39
3.6 Teknik Analisis Data...41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...44
4.1.1 Proses Penelitian...44
4.1.2 Profil Informan...48
4.1.3 Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Gay...63
4.1.4 Hambatan Gay Dalam Pengungkapan Diri (Self Disclosure)..76
4.1.5 Komunikasi Verbal dan Komunikasi Non Verbal...82
5.2 Saran...100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 ` Profil Informan……… 61
4.2 Pengungkapan Diri Kaum Gay……… 74
4.3 Hambatan Gay Dalam Pengungkapan Diri…. 81
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.2.1 Konsep Johari Window... 26
DAFTAR LAMPIRAN
- Panduan Wawancara - Biodata Peneliti
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Proses Pengungkapan Diri Kaum Gay (Studi Kasus Tentang Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengungkapan diri kaum gay dengan keluarga, teman dan lingkungan, hambatan-hambatan apa saja yang ditemui saat berkomunikasi dengan keluarga dan temanya, serta untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal sesama kaum gay. Teori yang dianggap relevan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikai Antar Pribadi, Teori Penetrasi, Komunikasi Vebal dan Komunikasi Non Verbal. Metode yang di gunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana peneliti memahami suatu objek sebagai sebuah kasus dan mempelajarinya secara integratif dan komprehensif agar di peroleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut serta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat diselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Informasi dan data dapat diperoleh peneliti melalui observasi dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap tiga orang informan yang sesuai untuk penelitian ini. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa proses pengungkapan diri gay atau proses komunikasi gay dengan keluarganya sangat berbeda dengan lingkungan khususnya di kaum gay. Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa hambatan terbesar kaum gay ditemui saat berkomunikasi dengan teman dan keluarganya berasal dari diri mereka sendiri. Adanya perasaaan takut, dikucilkan dan dijauhi.
ABSTRACT
This study titled Gay Self Disclosure Process (Case Study About Disclosure Self (Self Disclosure) Gay in Medan). This study aims to determine how the process of self-disclosure gays with family, friends and the environment, any obstacles encountered when communicating with his family and friends, and to investigate the verbal and non-verbal communication among gays. The theory is considered relevant by the researchers for this study are: Communication, komunikai Inter-Personal, Penetration Theory, Communication Verbal and Non Verbal Communication. The method used in this study is a case study, in which researchers understand an object as a case and study integrative and comprehensive manner in order to obtained a thorough understanding of the individual and his problems with the aim of the problem can be solved and obtain a good self development , Information and data can be obtained by researchers through observation and in-depth interviews (in-depth interviews) to three informants appropriate for this study. Through this study it was found that the process of self-disclosure gay or gay to his family communication process is very different from the environment, especially in the gay. Based on this study also found that the greatest obstacle gays encountered when communicating with friends and family came from themselves. Their feelings of fear, ostracized and shunned.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Lelaki Terindah (LT) merupakan suatu karya sastra berupa novel yang menceritakan
atau mengambarkan kehidupan masyarakat yang mulai mengabaikan norma kehidupan saling
mencintai sesama jenis antara laki-laki dengan laki-laki yaitu bernama Rafky. Kehidupan
seks yang berbeda dari orang-orang sekitar membuat-Nya aneh dipandang oleh orang-orang
di sekitar-nya. KisahcintaRafky bermula ketika bertemu dengan Valent dalam pesawat
menuju Bangkok, hingga pada akhirnya mereka akrab dan Rafky memutuskan untuk
tinggal di apartemen yang ditawarkan oleh Valent untuk tinggal bersama saat di Bangkok.
Kebersamaan merekatimbul perasaan sayang dari keduanya. Rafky menyangka rasa
sayang yang ada dalam dirinya hanya sebatas kasih sayang pada seorang teman. Pada
kenyataannya Rafky menganggap Valent lebih dari seorang teman. Hubungan Rafky dan
Valent akhirnya terbongkar oleh orang terdekatnya ketika mereka berdua telah kembali ke
Jakarta. Hubungan mereka ditentang oleh orang terdekatnya, karena menganggap hubungan
terlarang dan percintaan yang mereka jalin telah melanggar norma kehidupan. Akibat adanya
perselisihan tersebut, muncul persoalan-persoalan atau konflik batin maupun fisik. Sebab
akibat adanya konflik tersebut sangat berkaitan dengan psikologi kepribadian.
Permasalahan yang paling menonjol adalah hubungan cinta sesama jenis akan
ditentang beberapa pihak. Dalam hubungan sesama jenis kebanyakan masyarakat berpikiran
aneh dan menyebutkan hubungan tersebut tidak normal, seperti yang dilakukan oleh Rafky
dengan Valent yang menjalin hubungan cinta kasih sesama jenis, layaknya hubungan dengan
lain jenis. Hubungan cinta yang mereka jalin, banyak orang yang menentangnya, di
anaknya yang menjalin hubungan sesama jenis. Rhea pada saat itu masih berstatus pacar
Rafky memutuskan hubungan. Ibunya Janita tidak menyetujui hubungan putranya (Valent)
dengan Rafky. Ia berusaha memisahkan hubungan putranya dengan Rafky.
Dari cerita novel diatas dapat disimpulkan bahwa homoseksual adalah identitas yang
masih ditolak didalam masyarakat Indonesia baik secara sosial masyarakat maupun secara
hukum. Masyarakat Indonesia tidak mengakui terhadap kaum homoseksual karena
masyarakat Indonesia masih terjerat dalam lingkar konservatisme yang dipengaruhi oleh
norma-norma agama, budaya, sosial, politik dan hukum. Berbeda dengan negara-negara barat
khususnya Eropa mereka sudah menegakkan demokarasi atas hak asasi manusia secara utuh.
Sifat konservatisme masyarakat yang telah jelaskan diatas terhadap homoseksual
yang sering memunculkan tindakan-tindakan diskriminasi dan kriminalisasi terhadap
kelompok homosekesual misalnya diusir dari keluarga, dijauhi dari teman-teman bahkan
dipecat dari pekerjaan. Hal demikian terjadi karena masyarakat masih menganggap bahwa
homoseksual adalah penyakit dan penyimpangan. Padahal sejak 17 Mei 1992 World Health
Organization (WHO) sudah mengeluarkan homoseksual dari daftar klasifikasi penyakit.
Sebelumnya, pada tahun 1981WHOjuga sudah mengeluarkan homoseksual dari daftar
penyakit jiwa. Selanjutnya, Indonesia sendiri pada tahun 1993 dalam Pedoman Penggolongan
Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ) III pada tahun1993 Depkes RI sudah mengeluarkan
homoseksual dan biseksual dari daftar penyakit. Homoseksual dan biseksual dianggap
sebagai suatu keragaman seksualitas masing-masing (Sitohang, 2011:25).
Aplikasi yang digunakan para kaum gay untuk saling berinteraksi, mencari pasangan
(http://id.techinasia.com/daftar-aplikasi-gay-android-ios-indonesia):
1. Grindr adalah sebuah aplikasi mobile yang khusus diciptakan untuk
berfungsi sebagai sarana komunikasi antar gay. Dengan berbasis teknologi
GPS (global positioning sistem)yang mampu mendeteksi keberadaan
pengguna lain dalam jarak tiga kilometer.
2. BadooSitus jejaring sosial awalnya berfokus pada perkencanan heteroseksual,
namun diperjalananya banyak komunitas gay memasang aplikasi ini.Situs ini
dibangun oleh enterpreneur Andrey Andreev pada tahun 2006. Kini Badoo
mengklaim memiliki jumlah pengguna terdaftar sebanyak 150 juta orang.
aplikasi ini banyak diunduh oleh orang Amerika Latin, Itali, dan Perancis dan
Asia termasuk Indonesia dapat diunduh melalui
3. Jack’d adalah sebuah aplikasi jejaring sosial yang bisa digunakan melalui
telpon gengam, dengan berbasis GPS (global positioning system). Bagi yang
mengunduhnya dapat mengidentifikasi siapa saja yang telah mengunduh
program Jack’d. Selain itu bisa juga digunakan untuk chating, melakukan
pertemuan. Dan tentunya akan terlihat data lengkap penguna, dari mulai wajah
hingga ciri-ciri fisik lainya. Serta adanya notifikasi yang akan mempermudah
melihat siapa saja yang ingin bertemandapat diunduh melalui, Android dan
4. Aplikasi
heteroseksual namun diperjalanannya banyak gay yang mengunduh aplikasi
ini menjadi salah satu aplikasi jejaring sosial di telpon pintarnya.Hingga
jadilah Tagged salah satu aplikasi jejaring favorit gay diseluruh duniabisa
5. gay untuk gay, biseksual , juga untuk mereka
yang masih ragu akan orientasi seksualnya bisa diunduh melalui
6. Gaydar merupakan aplikasi yang memungkinkan sebuah pencarian yang tidak
terpatok pada lokasi tertentu atau memberi sebuah kemampuan berbasis
lokasi. Aplikasi ini juga memungkinkan untuk mengupload foto dan video
dengan kualitas HD(High Definition) yang dapat bagikan pada gay lain yang
sedang memeriksa profil.
7. Bender merupakan aplikasi baru yang memberi beberapa fitur inovatif. Salah
satunya adalah fitur travel dimana dapat mencari pasangan ketika akan pergi
ke suatu tempat dan tracks untuk melihat siapa saja yang memeriksa profil
serta mengetahui apa yang dipikirkan orang tersebut terhadap profil yang di
miliki. Fitur travel mungkin akan sangat berguna jika berencana pergi ke
tempat yang asing dan ingin mencari pasangan ketika sedang berada di sana.
8. PlanetRomeo Aplikasi ini khusus untuk para kalangan gay di dunia.
PlanetRomeo menyediakan sebuah informasi lengkap mengenai sebuah profil
mulai dari status kencan, jumlah gay yang telah dikencani, dan preferensi apa
yang disukai di ranjang.
9. Moovz merupakan aplikasi kencan untuk pria gay yang cukup terkenal. Para
gay dapat bertemu dengan orang baru berdasarkan lokasi dan preferensi yang
sebelumnya telah ditetapkan.
Kaum gay dalam kehidupannya banyak mengalami permasalahan yang sangat
kompleks. Banyak kaum gay yang dipaksa menikah dengan perempuan, dikucilkan dari
keluarga, dipaksa “bertobat” dengan memasukan kedalam pesantren, bahkan pada beberapa
Berangkat dari permasalahan diatas, sehingga banyak gay yang mencari sesama kaum gay
dan membentuk komunitas, karena mereka merasa bahwa komunitas adalah salah satu wadah
yang bisa menerima mereka. Biasanya kaum gay untuk mendapatkan komunitas ataupun
pasangan lebih banyak dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan jejaring sosial,
misalnya Facebook, Twitter, Blackberry Massengger(Butar-Butar, 2013).
Kaum gay juga termasuk kedalam kaum deviant atau kelompok yang menyimpang.
Perilaku yang menyimpang membuat sebagian besar komunitas bahkan individu gay sulit
untuk berinteraksi. Bahkan untuk melakukan interaksi dengan sesama komunitasnya sendiri
mengalami sedikit kesulitan. Banyak diantara kaum gay tidak terbuka menyatakan diri
mereka adalah seorang gay, dengan alasan jati diri yang terbuka akan merubah pandangan
orang dan merubah posisi serta kehidupan bermasyarakat.
Terlepas dari perilaku yang menyimpang dan kebiasaan yang aneh dilakukan oleh
homoseksual, istilah homoseksualitas diterapkan baik bagi orang yang mempunyai preferensi
yang kuat pada pasangan seks dari jenis yang sama. Bagi mereka, tanpa menghiraukan
preferensi seks, yang terlibat dalam hubungan seks dengan orang dari jenis yang sama.
Kemampuan untuk bereaksi terhadap kedua jenis kelamin terdapat pada manusia dan
makhluk-makhluk lain.
Komunitas gay memiliki cara tersendiri saat mencari pasangan yang disebut dengan
istilah gaydaryaitu sebuah insting ketika menemukan seseorang yang juga gay. Ada pula
yang sudah bergabung dalam komunitas khusus yang memang menampung para kaum gay.
Namun, untuk beberapa masih discreet belum mendeklarasikan dirinya sebagai gay
dikalangan publik cenderung memilih mencari teman dijejaring sosial khusus untuk mereka
Meskipun beberapa diantara mereka ada yang tidak memiliki komunitas. Tetapi
sesama gay biasanya akan terjadi interaksi baik dalam hal pertemanan sesama gay ataupun
dalam hal berpasangan. Biasanya interaksi ini terjadi didunia nyata maupun didunia maya.
Didunia nyata, interaksi serta komunikasi terjalin misalnya ketika mereka berkumpul atau
sedang “nongkrong”. Sedangkan didunia maya komunikasi terjadi di jejaring sosial.
Kaum gay biasanya berpenampilan seperti laki biasa, tingkah laku seperti
laki-laki biasa dan sulit dibedakan dengan laki-laki-laki-laki umunya. Untuk mengetahui gay atau
tidak,orang tertentu atau kelompok sendiri yang mengetahui. Para gay punya sandi
ataupassword tersendiri untuk memberi sinyal kepada gay lainya misalnya, tatapan sendu
yang mengandung seksualitas, memakai anting-anting sebelah kiri, saputangan di kantong
belakang dan cincin dikelingking kiri. Gay juga dapat dilihat dari penampilanbersih, rapi dan
gaya hidup (lifestyle). Sesama gay ada kontak batin pas bertemu, meski tidak kenal satu
dengan yang lainya.
Ciri-ciri kaum gay dapat dilihat dari aspek kepribadian, interaksi sosial maupun dari
gaya hidup (life style). Seorang gay dalam kehidupan sehari-hari adalah seorang yang normal,
hanya mempunyai orientasi seksual yang berbeda. Dari gaya hidup seorang gay dapat dilihat
ciri khas yang ditunjukkanya seperti penggunaan tindik padabagian kuping biasanya sebelah
kanan. Secara umum, ciri-ciri gay yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: sebagian besar
para gay secara fisik merupakan sosok pria dengan ketampanan diatas rata-rata pria pada
umunya, bahkan tampil cenderung tampan dan gagah.
Kaum gay juga menandai dirinya dengan tindik pada bagian kuping yang biasanya
sebelah kanan yaitu sebagai tanda bahwa dia adalah seorang gay atau memberikan sinyal
terhadap sesama gay, namun sebagian lagi bahkanada yang menindik kedua bagian
kupingnya, oleh karena itu baiknya bagi pria yang berniat untuk melakukan tindik sebaiknya
memakai perhiasan seperti kalung layaknya seorang metroseksual. Sebagian besar gay secara
sifat adalah jenis lelaki yang sopan santun, terkesan sangat rapi namun tetap menampilkan
feminisme dalam gerak-geriknya tetapi ada juga gay yang sensitif dan dalam pergaulan
sehari-hari cukup supel dalam pergaulan, namun sangat perfectsionisme dalam bidangnya
(http://www.psycohologymania.com).
Kaum gay biasanya berkarir di berbagai bidangseperti dokter, dosen, artis, penyanyi,
desainer, penata rambut bahkan para model, namun secara garis besarnya mereka pada
umunyamembutuhkan detil dengan perasaan dan tingkat perfectsionis yang tinggi. Ciri ini
mungkin dengan mudah dijumpai disekitar kita, tetapi tidak semua orang yang termasuk
ciri-ciri gay secara mutlak dikelompokkan menjadi kaum gay akan tetapi membutuhkan penilaian
yang khusus bahkan pengakuan yang bersangkutan, sehingga kita menganggap seseorang
bahwa orang tersebut termasuk gay.
Identitas setiap manusia biasanya berbeda-beda tergantung bagaimana proses yang
dilaluinya untuk membentuk identittas tersebut. Kendatipun demikian, didalam masyarakat,
beberapa individu biasanya akan memiliki kesamaan identitas yang mengikat mereka.
Misalnya, kesamaan identitas karena suku, agama, ras, jenis kelamin dan orientasi seksual.
Kesamaan identitas inilah yang biasanya akan memunculkan sebuah komunitas. Komunitas
terbentuk biasanya karena adanya kesamaan nasib, kepercayaandan kesamaan karasteristik
pribadi (Gurin & Townsend, 1986). Didalam komunitas tersebut proses dan bentuk
komunikasi juga terjadi sama halnya seperti terbentuknya komunikasi dimasyarakat. Salah
satu bentuk komunikasi yang terjadi adalah komunikasi antar pribadi.
Menurut Wood (dalam Supraktiknya, 2006) komunikasi antar pribadi adalah suatu
pembentukan makna melalui pesan verbal atau non verbal melalui pertukaran oleh setiap
ditentukan oleh kemampuan individu mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan
secara baik dan jelas. Disamping hal tersebut, individu juga harus mampu menciptakan kesan
terhadap oranglain, agar orang lain terpengaruh dengan apa yang menjadi kehendak dan
tujuan kita.
Komunikasi bukan sebuah entitas yang bisa berdiri sendiri, komunikasi juga terbentuk
dan dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Ruang dan waktu yang dimaksud adalah lingkungan
keluarga, masyarakat, pertemanan, identitas, negara, sejarah, latar belakang dan komunitas
dan kolektifitas. Karena akan menjadi berbeda ketika kita berkomunikasi dalam ruang dan
waktu yang berbeda pula. Misalnya, ketika kita berkomunikasi akan berbeda ketika kita
berada didalam rumah dengan ketika berada digedung pemerintahan. Karena komunikasi
tercipta tidak boleh dilepaskan dari konteks dimana kita sedang berkomunikasi.
Mulyana (2005:7) mengatakan bahwa pembentukan konsep diri adalah salah satu dari
fungsi komunikasi sosial. Selanjutnya Mulyana mengatakan bahwa manusia yang tidak akan
pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak akan mungkin memiliki kesadaran
bahwa dirinya adalah manusia.Pembentukan identitas tersebut hanya didapatkan melalui
proses komunikasi dengan orang lain. Karena seperti yang dikatakan oleh Cooley (1983)
konsep diri adalah sebagai the looking glass self, yang secara signifikan ditentukan oleh apa
yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang lain terhadapnya. Singkatnya adalah untuk
dapat mengenal diri kita dibutuhkan data primer dari subjektifitas orang lain terhadap kita.
Pengungkapan diri (self disclosure) adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita
berbagi informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain Canary (dalam Supraktiknya,
2002). Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman
hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah
dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata
pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja (Taylor,
2009: 334).
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimanakah Proses Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Kaum Gay di Kota Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengungkapan diri (self disclosure) kaum gay.
2. Untuk mengetahui hambatam kaum gay dalam pengungkapan diri (self
disclosure).
3. Untuk mengetahui komunikasi verbal dan non verbal kaum gay pada saat
berkomunikasi sesama gay.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, peneliti ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta
memberikan sumbangi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi ataupun masyarakat
secara umum yang ingin mengetahui dan memperluas wacana seputar kehidupan
gay di kota Medan khususnya dalam hal berkomunikasi pengungkapan diri (self
disclosure).
2. Secara praktis, penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
3. Secara akademis, penelitian ini mampu merubah dan memperkaya khasanah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perspektif / Paradigma Kajian
Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang
dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori
konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut
berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikiranya. Menurut teori ini, realitas tidak
menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu
melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009:107).
Paradigmakonstruktivismedapatditelusuridaripemikiran Weber yang
menjadicirikhasbahwa perilakumanusiasecara fundamental berbedadenganperilkualam.
Manusiabertindaksebagai gen dalambertindakmengkonsruksirealitassosial. Cara
konstruksiyandilakukankepadacaramemahamiataumemberikanmaknaterhadapperilakumereka
sendiri.Weber
melihatbahwaindividuyanmemberikanpengaruhpadamasyarakattetapidenanbeberapacatatan,
bahwatindakansosialindividuberhubungandenganrasionalitas.Tindakansosial yang
dimaksudolehWeber berupatindakan yang nyatadiarahkan kepada orang lain.
Jugadapatberupatindakan yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang
mengklaimterjadikarenapengaruhpositifdarisituasitertentu(Sani, 2007:1).
Prinsipdasarkonstruktivismemenerangkanbahwatindakanseseorangditentukanolehkons
truksidirisekaligusjugakonstruksilingkungandariperspektifdiri.Komunikasidapatdirumuskandi
manaditentukanolehdiri ditengah pengaruhlinkunganluar.
personadalahdiri yang terlibatdalamlingkunganpublik,
padadirinyatedapatatributsosialbudayamasyarakat. Sedangkanselfadalahdiri yang
ditentukanolehpemikirankhasnyaditengahsejumlahsosialbudaya dimasyarakat (Ardianto,
2007:161).
Paradigmakonstruktivismedimana kata
kunciparadigmakonstrukstivismeadalahpendekatan personal melaluikomunikasi yang
berbasispada “konsepdiri” paradigmadalammembangun (mengkonstruksi)
pemahamanataumakna, secarabersama-samamelaluipemahamanberbasissubjek,
denganmenggunakanelaborasikode yang manamenghargaiperasaan, kepentingan,
dansudutpandang orang lain (Sani, 2007:5).
2.2 Kajian Pustaka
Pada suatu penelitian harus memiliki landasan teori yang sesuai dengan masalah yang
ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan penjelasan terhadap sesuatuyang sulit untuk
dimengerti. Teori memberikan dasar dalam suatu penelitian untuk memprediksi dan
merumuskan pernyataan-pernyataan yang menyangkut pemahaman pemikiran (Severin &
Tankard, 2008:12-13).
Teori merupakan posisi yang memberikan penjelasan atas suatu gejala. Teori
memberikan suatu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Teori merupakan
penjelasan atas rumusan yang pada umunya benar (Soehartono, 2008:6). Landasan teori
berfungsi sebagai dasar strategi dalam pelaksanaan penelitian dan sebagai tuntunan dalam
memecahkan masalah penelitian (Kaelan, 2005: 240). Teori merupakan generalisasi yang
menjelaskan pola-pola tetap, seperti perilaku komunikasi. Banyak uraian teoritis, namun teori
Ketika suatumasalah penelitian telah ditemukan, maka penelitian telah ditemukan,
maka peneliti mencoba membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya yang
dianggap mampu menjawab masalah penelitian (Bungin, 2008:31).Setiap upaya untuk
menjelaskan suatu pengalaman adalah teori, yaitu gagasan atau ide bagaimana sesuatu dapat
terjadi. Setiap orang pada dasarnya menggunakan teori yang digunakan untuk memandu
orang memahami berbagai hal dan memberikan keputusan mengenai tindakan apa yang harus
dilakukan. Teori selalu berubah dari waktu ke waktu dan perubahan teori terjadi ketika orang
menemukan hal baru atau mendapatkan perspektif baru.
Menurut Jonathan H.Turner (West dan Turner, 2008:49), teori adalah proses
pengembangan ide-ide yang akan membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa
sebuah kejadian terjadi. Jadi, sebelum peneliti melakukan penelitian hendaknya terus
mengetahui teori-teori apa yang digunakan dalam menjelaskan dan menyelesaikan
permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini
adalah:
2.2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses sosial. Komunikasi dikatakan sebagai suatu proses
sosial karena melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua
orang, yaitu pengirim dan penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam
proses komunikasi. Ketika komunikasi melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan
berbagai niat, motivasi dan kemampuan. Kemudian, ketika komunikasi dipandang sebagai
proses (process) karena komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir.
Komunikasi juga dinamis, kompleks dan senantiasa berubah. Oleh karena itu, komuikasi
Komunikasi dapat terjadi apabila didukung unsur-unsur komunikasi yaitu, sumber,
pesan, media, penerima, efek dan umpan balik. Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan
sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi
bisa juga dalam bentuk kelompok. Sumber sering disebut sebagai pengirim atau komunikator.
Unsur pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Unsur media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator kepada
komunikan. Unsur berikutnya adalah penerima atau komunikan, yaitu pihak yang menjadi
sasaran pesan yang dikirim oleh komunikator. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih
(Cangara, 2006:24).
Penerima adalah unsur penting dalam proses komuikasi, karena dia yang menjadi
sasaran dari komuikasi.Efek atau pengaruh sebagai unsur yang selanjutnya adalah perbedaan
antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau penguatan keyakinan
pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang akibat penerimaan pesan. Unsur terakhir,
yaitu umpan balik (feedback) adalah salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal dari
penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan
dan media, meski pesan sampai pada penerima (Cangara, 2006:24).
2.2.2KomunikasiAntarPribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
secara verbal dan non verbal. Devito (1985:4) mendefinisikan komunikasi antar pribadi
sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
dapat berlangsung anatar dua orang yang memang sedang berduaan, misalnyasuami-istri, dua
orang sahabat/teman dan antara dosen dengansalah seorang mahasiswanya.
Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
komunikasi diadik (diadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group
ommunication). Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antar dua orang
dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pacedapat dilakukan dalam tiga
bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam situasi
yang lebih bersahabat dan informal. Dialog yang berlangsung dalam situasi yang lebih intim
lebih dalam dan personal, sedangkan wawancara berlangsung dalam situasi yang bersifat
lebih serius (Cangara, 2006:32).
Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga
orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.
Komunikasi kelompok kecil termasuk tipe komunikasi antarpribadi, kerana pertama
anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.
Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa
berbicara dalam kedudukan yang sama, tanpa ada yang mendominasi. Ketiga, sumber dan
penerima sulit diidentifikasi. Semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan penerima.
(Cangara, 2006:32).
Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di
dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk
melangsungkan kehidupannya. Dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu
terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya.
berkomunikasi kita belajar tentang banyak hal. Belajar tentang diri sendiri dan orang lain,
bergaul, bersahabat, berbagi pengetahuan pengalaman, berkasih sayang, membenci dan
melestarikan peradaban manusia.
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental
sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan
kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan
kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih
akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,
televisi atau lewat teknologi canggih.
Teori komunikasi antar pribadiyang digunakan pada penelitian ini adalah teori
penetrasi sosial dan teori pengungkapan diri (self disclosure). Sedikit penjelasan teori
penetrasi sosial adalahteori ini pada intinya menyatakan bahwa kedekatan antarpribadi itu
berlangsung secara bertahap (gradual) dan berurutan yang di mulai dari tahap biasa-biasa
saja hingga tahap intim sebagai salah satu fungsi dari dampak saat ini maupun dampak masa
depannya.
Teori pengungkapan diri (self disclosure)adalah Pada self disclosure orang membuka
diri dan menyatakan informasi tentang dirinya pada lawan komunikasinya. Bahkan informasi
yang di ungkapkan pun bukan informasi yang biasa-biasa saja melainkan informasi yang
mendalam tentang dirinya.
Terdapat tiga tingkatan analisis dalam melakukan prediksi yaitu kultural, sosiologis
dan psikologis. Analisis pada tingkat kultural berarti keseluruhan kerangka kerja komunikasi
yaitu kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada, ekpresi wajah, penggunaan
Analisis pada tingkat sosiologis berarti prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau
(receiver) terhadap pesan-pesan yang disampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima
didalam kelompok sosial tertentu. Analisis pada tingkat psikologis berarti mengenai reaksi
pihak lain atau penerima terhadap perilaku komunikasi kita didasarkan pada analisis dari
pengalaman-pengalaman yang unik (Budyatna & Ganiem, 2011).
Interaksi komunikasi antarpribadi terdapat karakteristik penting untuk menjelaskan
hubungan antarpribadi. Hubungan antarpribadi berlangsung melalui beberapa tahap, mulai
dari tahap interaksi awal sampai keputusan. Terdapat lima tahap yang menguraikan
tahap-tahap penting dalam pengembangan hubungan (De Vito, 1997) yaitu sebagai berikut:
1. Kontak (Contact) pada tahap pertama kita membuat kontak, ada beberapa macam
persepsi alat indera yaitu melihat, mendengar, dan membaui seseorang. Tahap awal
ini menentukan seseorang untuk memutuskan tetap melanjutkan ketahap berikutnya
atau menghentikan langkahnya untuk melakukan komunikasi dengan lawan
bicaranya.
2. Keterlibatan (Invorment) yaitu tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih
jauh. Ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan
jugamengungkapkan diri kita. Bila ini termasuk kepada hubungan yang romantis
anda akan melakukan kencan pada tahap ini.
3. Keakraban (Intimacy), pada tahap keakraban, anda mengikat diri anda lebih jauh
pada orang lain. Anda mungkin membina hubungan primer dimana orang lain
menjadi sahabat baik atau kekasih anda.
4. Perusakan yaitu dua tahap berikutnya penurunan hubungan, ketika ikatan diantara
kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan anda mulai merasa hubungan ini
mungkin tidaklah sepenting yang anda pikirkan sebelumnya. Hubungan semakin
berdua bertemu, hubungan atau interaksi antara individu semakin merenggang.
Apabila tahap ini semakin parah sampai akhirnya timbul tahap akhir pemutusan.
5. Pemutusan (Solution/Disolution) yaitutahap pemutusan adalah tahap pemutusan
ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Pemutusan bisa berupa dampak positif
maupun dampak negatif.Begitu juga dalam pengungkapan diri kaum homseksual itu
sendiri terhadap komunitasnya. Dimana dalam tahap pemutusan bisa dalam bentuk
pemutusan hubungan dengan pasangan mereka untuk mengakhiri hubungan asmara
maupun dalam bentuk pemutusan hubungan untuk kembali dalam keadaan penuh
romantisme dengan melakukan perbaikan dalam hubunganya.
Adapun yang menjadi tujuan komunikasi antar pribadi (Fajar 2009:78) adalah:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain 2. Mengetahui dunia luar
3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna 4. Mengubah sikap dan perilaku
5. Bermain dan mencari hiburan 6. Membantu.
Teori penetrasi sosial merupakan teori yang menjelaskan bagaimana dalam
mengembangkan suatu hubungan. Daya tarik dalam teori ini adalah pndekatanya yang
langsung pada pengembangan hubungan. Terdapat asumsi-asumsi yang mengarah teori
penetrasi sosial ini yaitu: (1) hubungan-hubungan yang mengalami kemajuan dari tidak intim
menjadi intim, (2) secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi, (3)
perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan solusi, (4) pembukaan
diri adalah inti dari perkembangan hubungan (West dan Turner, 2008:54).
Teori penetrasi juga sering dikenal sebagai “teori kulit bawang”, karena setiap
lapisanya menggambarkan kepribadian seseorang. Artinya, sebelum kita mengenal seseorang
ada bagian-bagian luar dalam diri seseorang sebelum kita sampai pada intinya. Lapisan
orang lain secara langsung. Citra publik merujuk kepada fisik seseorang. Contoh,
pengembangan hubungan antara Cathy dan Barbra, mahasiswa tahun pertama di Universitas
Upon, yang secara acak ditempatkan sebagai teman sekamar di Blacstone Hall sebuah asrama
dikampus yang seluruh penghuninya wanita (West dan Turner, 2008:205).
Teori penetrasi sosial terdiri dari dari empat tahapan yang harus dilalui agar kita bisa
lebih mengenal orang lain secara mendalam (West dan Turner 2008:205). Pertama, tahap
orientasi: membuka sedikit demi sedikit. Dalam tahap ini seorang individu hanya membuka
sedikit tentang dirinya, tidak membagi informasi secara berlebihan biasanya suasana masih
canggung, sopan dan agak kaku. Tahap kedua, pertukaran penjajakan efektif yaitu munculnya
diri. Dalam tahap ini, individu mulai lebih terbuka dengan orang lain dan suasananya sudah
mulai mencair dan mulai terdapat pengguanaan kata-kata khusus diantara kedua individu.
Tahap ketiga, pertukaran afektif yaitu komitmen dan kenyamanan. Dalam tahap ini
mulai adanya persahabatan dan hubungan yang lebih erat atau intim. Kedua individu secara
spontan dan kecanggungan sudah tidak ada sama sekali. Tahap keempat, pertukaran stabil
yaitu kejujuran total dan keintiman. Dalam tahap terakhir ini, kedua individu sudah berada
pada hubungan yang intim/ dekat/akrab.
Sikap seseorang untuk terbuka atau tertutup merupakan suatu siklus dan siklus
keterbukaan dan ketertutupan suatu pasangan memiliki polaperubahan reguler, atau
perubahan yang dapat diperkirakan. Pada hubungan yang sudah sangat berkembang, siklus
berangsung dalam periodewaktu yanglebih panjang daripada hubungan tahap awal (kurang
berkembang). Alasanya, karena karena hubungan yang lebih berkembang rata-rata memiliki
keterbukaan lebih besar daripada hubungan yang kurang berkembang (Morissan, 2009:189).
Konsep Altman dan Taylor (dalamSupraktiknya,2009) mengajukan empat tahap
1. Tahap orientasi yaitu tahap dimana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi
(inpersonal).Para individu yangterlibat hanya menyampaikan informasi yang bersifat
sangat umum saja. Jika tahap ini mereka terlibat merasa cukup mendapatkan imbalan
dari interaksi awal, maka mereka akan melanjutkan ketahap berikutnya.
2. Tahap pertukaran efek eksploratif (eksploratory affective axchange)yaitu tahap
inidimana muncul gerakan menuju kearah keterbukaan yang lebih dalam.
3. Tahap pertukaran efek (affective exchange) yaitu tahap munculnya perasaan kritis dan
evaluatif pada yang lebih dalam. Tahap ketiga ini tidak akan dimasuki, kecuali para
pihak pada tahap sebelumnyatelah menerima imbalan yang cukup berarti
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
4. Tahap pertukaran stabil (stable exchange)yaitu adanya keintiman dan masing-
masing tindakan mereka memberikan tanggapan yang sangat baik.
Teori penetrasi sosial awal ini berperan penting dalam memusatkan perhatian pada
perkembangan. Namun demikian, teori ini dapat memberikan penjelasan yang memuaskan
terhadap praktik hubungan yang sebenarnya dalam kehidupan aktual sehari-hari. Gagasan
yang menyatakan bahwa interaksi gerakmeningkat mulai dar tahap umum hingga tahap
pribadi dalam suatu garis lurus (liner fashion) saat inisudah menjadi terlalu sederhana
(Morissan, 2009:189).
Perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran
sebagai (Burhan, 2003,132-141) yaitu Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab
dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau
ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada
membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam
semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah
yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal balik), terutama
pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua
belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat
timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang
pribasdi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat dan tidak secepat pada tahap
awal hubungan mereka dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika
semakin masuk kedalam lapisan yang makin dalam, tidak ada istilah “langsung akrab”.
Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Biasanya banyak dalam
hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada
dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut
mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini,
biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar.
Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan
berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak
secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Teori penetrasi sosial memiliki kedalaman suatu hubungan itu adalah penting, tetapi
keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal
tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan
Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam
urusan pengalaman di masa lalu atau yang lainnya.
Teori komunikasi antar pribadi terdapat juga konsep pengungkapan diri(self
disclosure)merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi
yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi untuk memahami suatu tanggapan
terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain
perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. Menurut (dalam
Jhonson, 1981) juga menjelaskan tentang teori self disclosure atau pengungkapan diri adalah
mengungkapkan reaksi atau tanggap terhadap situasi yang sedang kita hadapiserta
memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami
tanggapan kita di masa kini. Self disclosure adalah jenis dari komunikasi dimana informasi
mengenai diri kita yang biasanya disimpan atau dirahasiakan kita bagikan kepada orang lain
(Devito, 1997: 231-232).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri/self disclosure (Devito,
1997:62) yaitu: (1)Besar kelompok yaitu pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam
kelompok kecil dibanding kelompok besar, (2)Perasaan menyukai yaitu seseorang membuka
diri kepada orang-orang yang disukai atau dicintai, (3)Efek diadikyaitu, Seseorang
melakukan pengungkapan diri bila orang yang menjadi lawan bicaranya melakukan
pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat orang menjadi aman dan dapat memperkuat
perilaku pengungkapan diri seseorang, (4) Kompetensiadalah orang yang kompeten lebih
banyak melakukan pengungkapan diri daripada orang yang kurang kompeten (5)Kepribadian,
(6)Jenis kelaminyaitu faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai
perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai
sebuah jendela. “Jendela” tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan
daerah self(diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah
daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. Berikut ini
disajikan gambar ke 4 sel tersebut (Rakhmat, 2004:80).
Tabel 2.2.1
Konsep Johari Window
Sumber:
Rakhmat (2004 : 81)
Setiap manusia pasti ingin menjalin sebuah komunikasi yang efektif, supaya apa yang
disampaikan bisa dimengerti oleh orang lain dengan baik. Demikian juga dalam hal
pengungkapan diri (Self Disclosure). Namun, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti untuk
mencapai pengungkapan diri (Self disclosure) yaitu teori Penetrasi sosial.
2.2.1.2 Gay
Pengkategorian manusia berdasarkan jenis kelamin biologis yaitu perempuan dan
laki-laki sesungguhnya tidaklah sampai disitu saja. Berdasarkan alat kelamin biologis
kontruksi-kontruksi sosial budaya diciptakan seperti perempuan adalah istri sedangkan
laki-laki adalah suami, perempuan adalah feminine sedangkan laki-laki-laki-laki adalah maskulin,
Kontruksi-kontruksi ini sering dijadikan sebagai indikator mengkaji berbagai permasalahan
manusia, karena kontruksi ini diciptakan seolah-olah bersifat kodrati dan tidak bisa dirubah.
Secara umum, laki-laki memang mempunyai kecenderungan untuk menyukai
perempuan dan perempuan menyukai laki-laki sebagai pasangan seksnya. Golongan yang
umum ini adalah golongan yang berorientasiheteroseksual. Akan tetapi, ternyata dalam
masyarakat manapun terdapat sebagian kecil yang berorientasi homoseksual atau menyukai
sesama jenis. Menurut penelitian beal, Weinberg dan Hammer Smith (1981) di Amerika
Serikat diperkirakan terdapat 10% dari penduduk yang berorientasi homoseksual (Sarwono,
2002:186).
Orientasi seksual dijelaskan sebagai sebuah objek impuls seksual seseorang:
heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis kelamin sama) atau biseksual
(kedua jenis kelamin) (Kaplan,1997). Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJI, 1989:241) homoseskual adalah rasa tertarik secara
perasaan (kasih sayang, hubungan emosional), baik secara predominan (lebih menonjol)
maupun eksklusif (semata-mata) dengan atau tanpa hubungan fisik kepada sesama jenis.
Secara singkat homoseksual dapat didefenisikan sebagai salah satu identitas seksual yang
mengacu pada orang-orang yang memiliki dorongan impuls,preferensi,perilaku seksual dan
ketertarikan fisik,emosi dan seksual yang memiliki jenis kelamin sama serta orang-orang
yang mengidentifikasikan dirinya sebagai homoseksual.
Homoseksual sendiri diklasifikasikan lagi kedalam dua bagian besar istilah yaitu gay dan
lesbian. Gay adalah seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Sedangkan, Lesbian
adalah seorang perempuan yang tertarik dengan perempuan. perbedaan gay dan lesbian
secara istilah hanya terletak di subjeknya saja yang ditarik dari sex atau alat kelamin biologis
defenisi gay dan lesbian ditarik juga tidak hanya dari jenis kelamin biologisnya saja tetapi
dari jenis kelamin sosialnya (Butar-butar, 2014:50).
Pemikiran yang selama ini ada di masyarakat yang mengatakan bahwa hanya ada
laki-laki (maskulin) dan perempuan (feminim), heteroseksual (pasangan lawan jenis) telah
menutup ruang untuk mengenal lebih banyak lagi perbedaan-perbedaan orientasi seksual dan
identitas gender yang ada di lingkungan masing-masing, padahal justru dalam kenyataannya
orientasi seksual dan identitas gender memang beragam.
Penerimaan akan keberagaman orientasi seksual dan identitas gender itu yang menjadi
persoalan. Kaum lesbian, gay, biseks, dan transgender (LGBT) dianggap sebagai penyakit,
tidak normal, sesat, perilaku menyimpang, dosadan dilarang oleh agama. Hal inilah kemudian
membuat kaum LGBT mengalami stigma, kekerasan dan diskriminasi dengan bentuk yang
berbeda-beda. Pembenaran akan stigma tersebut kemudian membuat masyarakat berpikir
bahwa kaumLGBT layak untuk disembuhkan dengan berbagai cara seperti dimasukkan ke
rumah doa, dirawat di rumah sakit jiwa bahkan dipaksa dengan menggunakan berbagai
tindakan kekerasan. Hal ini lah kemudian menimbulkan seseorang menjadi Homophobia.
Homophobia adalah suatu sikap atau tindakan yang takut atau memberikan label
negatif kepada individu maupun kelompok atas dasar orientasi seksual dan identitas gender
seseorang seperti homoseksual “gay dan lesbian”, biseksual maupun transgender.
Tindakan Homophobia juga dapat dituangkan dalam bentuk kata, kalimat, media maupun
cara berpikir (Butar-butar, 2013).
Sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa homoseksual, biseksual
serta perilaku seks lainnya yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya sebagai
yang menyimpang karena perilaku seksual seperti ini belim berlaku secara umum dan dapat
diterima oleh masyarakat (Puspitosari dan Pujileksono, 2005:44).
Penyimpangan tersebut dapat terjadi akibat kelainan yang bersifat psikologis atau
kejiwaan, dapat melalui faktor lingkungan pergaulan dengan kata lain penyakit gay atau
homoseksual ini dapat menular, juga dapat terjadi akibat faktor genetik atau keturunan, dan
bisa asaja karena keinginan individu itu sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru yang belum
pernah mereka rasakan. Faktor lingkungan juga bisa menyebabkan seseorang menjadi gay
karena didikan orangtua mereka sejak kecil yang hancur “broken home”, pernah mengalami
pelecehan seksual, memiliki lingkungan pergaulan yang mayoritas gay dan mempunyai sisi
psikologis yang lemah atau mudah terpengaruh dan mempunyai trauma.
Simbol-simbol atau kalimat yang sering disampaikan seorang gay kepada gay lainya
yaitutop dan bottom. Top menunjukkan gay yang berperan sebagai laki-laki dalam hubungan
intim, sedangkan bottom merujuk pada gay dalam hubungan itu berperan sebagai perempuan.
Diam-diam luput dari perhatian publik, teknologi informasi telah menjadi bagian dari
keseharian kehidupan gay di Indonesia. Salah satu momentumnya adalah
hadirnya gadget berbasis android dengan harga terjangkau. Gay bisa mengunduh beragam
aplikasi chatting yang memungkinkan satu sama lain terhubung, membina pertemanan
maupun menjalin cinta, baik cuma semalam atau yang berkelanjutan.
Bahasa gaul yang sering digunakan oleh kaum gay sebagian besar tidak sama dengan
bahasa gaul yang digunakan oleh orang-orang pada umumnya. Bahasa gaul kaum selebritis
ternyata mirip dengan bahasa gaul kaum gay dan juga bahasa gaul kaum waria atau banci
(Mulyana, 2007:313). Melalui hiburan televisi bahasa gaul juga semakin diperkenalkan.
Contoh, ketika selebriti berdialog mengucapkan kata “ember” yang artinya emang bener atau
“akika” yang berarti aku. Contoh lainya, yaitu penggunaan bahasa gaul yang dipaki oleh
mengucapkan kata “handphone” menjadi “ hampina” atau “ siapa” menjadi kata “sapose”.
Bahasa gaul tidak hanya ditemukan di televisi tetapi juga diradio. Bahasa gaul digunakan
sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik, aneh bila didengar, yang maknanya
bisa bertentangan dengan arti yang lazim.
Bahasa gaul ini tidak hanya alat komunikasi namun juga alat identifikasi. Kaum gay
menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang
gay. Pengguna bahasa gaul juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Untuk
bisa mengamati kaum gay dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam
berkomunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk
menjaga rahasia identitasnya.
Gay adalah salah satu bagian dari homoseksual. Gay seperti dapat dijelaskan bahwa
seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Dalam masyarakat biasanya orang tidak bisa
membedakan antara gay dan waria, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda. Jika gay
merujuk pada ketertarikan terhadap sesama laki-laki sedangkan waria adalah orang yang
berpenampilan dan berperilaku berbeda dengan apa yang sudah dikontruksikan masyarakat
terhadapnya berdasarkan jenis kelamin biologisnya. Jadi tidak mengherankan bahwa gay
sering dipanggil dengan sebutan “ bencong atau waria” (Butar-butar 2013:38).
Dalam penelitian ini penulis fokus kepada orientasi seksual gay. Gay adalah laki-laki
yang tertarik secara emosional atau seksual kepada sesama laki-laki. Berikut adalah mitos
dan fakta mengenai gay( Wood & Dow, 2006).
1.1 Mitostentang kaum gay sebagai berikut:
1. Gay sering diketahui dari cara berpakaian, sikap dan bergaul. 2. Gay sering diidentikkan dengan feminim.
3. Gay bisa disembuhkan dengan dimasukkan kepondok pesantren atau sekolah agama lainya.
5. Kebanyakan gayadalah atheis.
6. Seorang gay disembuhkan melalui terapi dari psikolog atau psikiater 7. Gay adalah penyimpangan sosial dan penyakit kejiwaan
8. Seorang gay dapat berubah menjadi heteroseksual jika dinikahi secara heteroseksual.
9. Seorang gay berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home).
10.Gay adalah pendosa dan tidak bermoral. 11.Gay menular.
12.Pasangan gay tidak mampu merawat dan membesarkan anak.
1.2 Fakta tentang kaum gay sebagai berikut:
1. Cara berpakaian, sikap dan bergaul seorang apakah ia tampil maskulin, feminim (adrogin)tidak berhubungan dengan orientasi seksual seorang melainkan itu adalah ekspresi gender seseorang.
2. Dikomunitas banyak gay yang maskulin.
3. Tempat pesantren dan sekolah agama adalah tempat orang belajar ilmu agaman dan tidak bisa menyembuhkan, karenagay bukanlah penyakit atau hal-hal yang berkaitan dengan agama. Gay adalah orientasi seksual dan identitas gender yang sedang terberi sejak seseorang dilahirkan.
4. Gay bukanlah kondisi dimana seseorangmanusia dimasuki roh jahat atau enegri negatif lainya sehingga membutuhkan proses pelepasan dengan menggunakan ritual-ritual tertentu.
5. Setiap orang memounyai kepercayaan masing-masing seperti halnya dengan masyarakat secara umum banyak yang beragama dan taat melakukan ajaran agamanya bahkan gay yang menjadi pendeta, tokoh agama dan tokoh religius lainya.
6. Menjadi gay bukanlah sebuah penyakit kejiwaan sehingga tidak perlu dibawa kepsikolog atau psikiater.
7. Departemem kesehatan Republik Indonesia dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 dan 1993 (PPDGJ II dan III) disebutkan bahwa homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan tetapi merupakan varian biasadari seksualitas manusia. Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa (PPDGJ) ini menjadi acuan bagi para medis seperti dokter, psikologi, dan psikiater di indonesia. Penghapusan paham homoseksualitas sebagai gangguan jiwa adalah keputusan dari organisasi Kesehatan Sedunia (World Helath Organization) pada 17 Mei 1990.
8. Banyak gay dipaksa menikah mengalami depresi danmemutuskan bercerai untuk kembalimenjadi dirinya sebagai gay.
9. Banyak gay yang berasal dari keluarga yangharmonis dan banyak juga diantara mereka yang didukung oleh keluarga mereka, hanya saja kondisi di masyarakat sekitar yang menganggap hal tersebut tidak wajar sehinggabanyak orangtua yang menerima anaknya namun menutupinya.
10.Pada kenyataanya gay adalah orang-orang yang menyenangkan. Secara moral mereka taat beragama dan menjalankanya dengan baik.
11.Banyak gay yang berkawan dengan heteroseksual tapi tidak membuat merekan menjadi seorang gay. Menjadi seorang gay adalah perasaan pilihan hidup.
Pengungkapan diri (self disclosure) adalah jenis komunikasi. Istilah pengungkapan
diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi yang dilakukan secara sadar.
Dimana segala sesuatu baik itu pikiran, perasaan dan perilaku yang diceritakan secara sadar
dan terbuka kepada orang lain. Banyak hal yang diungkapkan tentang diri kita melalui
ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal
lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak
disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja.
Proses pengungkapan diri(self disclosure) pada lambang verbal dan non verbal terjadi
ketika partisipan komunikasi menggunakan kata-kata, baik itu melalui bahasa lisan maupun
tulisan. Komunikasi non verbal adalah ketika partisipan komunikasi menggunakan simbol
selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan sebagainya (Kuswarno, 2009:103).
Penelitian ini, peneliti lebih menekankan pengungkapan diri dengan pola komunikasi
antarpribadi yang dilakukan dalam bentuk bagaimana proses terjadinya pengungkapan
komunikasi diri yang dilakukan individu kepada komunitasnya. Dalam arti pengungkapan
komunikasi antarpribadi bertujuan untuk mencari teman kencan, kekasih bahkan mereka
mengungkapkan semua perasaan yang tertahan ketika kehidupan normal menuntut mereka
untuk menutupi tingkah laku dan perilaku mereka dalam bermasyakat. Selain itu penelitian
juga membahas mengenai penggunaan simbol dan bahasa yang digunakan dalam proses
pengungkapan diri terbentuk sampai pada tahap terbentuknya hubungan antar sesama
homoseksual itu.
2.2.3 Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah proses penyampaianpesankepadakomunikasidalambentuk
kata-kata secaralisanmaupunbentuktulisan. Komunikasi verbal memiliki tiga fungsi
a) Penamaan yaitu fungsi bahasa yang mendasar mengidentifikasi objek,
tindakan atau orang yang menyebut namanya sehingga dirujuk dalam
berkomunikasi.
b) Interaksi yaitu merujuk pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat
mengundang simpati pengertian ataupun kemarahan dan kebingungan.
c) Transmisi informasi yaitu bahasa merupakan media menyampaikan informasi
kepada orang lain. Bahasa media merupakan transmisi informasi yang bersifat
lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang
menghubungkan masa lalu, masa kini, masa depan, sehingga memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi.
2.2.4 Komunikasi Non Verbal
Komunikasinonverbaladalah proses
penyampaianpesankepadakomunikandalambentukekspresiwajah, sentuhan, waktu, gerak, isyarat, perilaku, matadan lain-lain yang bias
merangsangmaknadarikomunikantersebut. Proses pemaknaaninilah yang
pastikitaalamidalamsegalaaspekkehidupankitadimanapunkitamenajalinkomunikasidengan orang yang terlibatlansungdalamkomunikasivervaldankomunikasinon verbal.
Kesamaanpemaknaantehadap penggunaan simbol-simbol komunikasiverbal dannon verbalakanmembuatmudahberkomunikasiuntukmencapaipenertianbersama(Mulyana, 2007:259).
Menurut Mark L. Knapp (dalam Rakhmat, 1994)ada lima fungsi komunikasi
nonverbal yaitu sebagai berikut:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
2.3 Model Teoretik
Kerangka pemikiran adalah alur berpikir peneliti yang melatarbelakangi terjadinya
penelitian tersebut. Berikut ini kerangka pemikiran yang terbentuk:
Gambar 2.1
Model Teoretik
Sumber: (Peneliti, 2015) Pengungkapan diri (self disclourse) kaum gay
Komunikasi Antar Pribadi
1. Komunikasi Verbal 2. Komunikasi