• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan boarding pada PT. Prathita Titian Nusantara Di Bandara Internasional Minangkabau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penanganan boarding pada PT. Prathita Titian Nusantara Di Bandara Internasional Minangkabau"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGANAN BOARDING PADA PT.PRATHITA TITIAN

NUSANTARA DI BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU

KERTAS KARYA

OLEH

JEMMY NOVA SORMIN

122204088

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENANGANAN BOARDING PADA PT.PRATHITA TITIAN

NUSANTARA DI BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU

OLEH

JEMMY NOVA SORMIN

122204088

(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Penanganan boarding Pada PT. Prathita Titian Nusantara Di Bandara Internasional Minangkabau

Oleh : JEMMY NOVA SORMIN

Nim : 122204088

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis,M.A.

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

(5)

i ABSTRAK

Penanganan Boarding pada PT. PTN di Bandara Internasional Minangkabau

PTN adalah perusahaan Airport Service Independen yang dikelola oleh manajemen yang profesional. Oleh karena itu, PTN telah berkembang menjadi Perusahaan Ground Handling yang menyediakan jasa pelayanan bagi maskapai penerbangan di seluruh Indonesia. Pelayanan yang diberikan oleh Front Liner kepada passenger dari awal chek-in sampai menuju pesawat merupakan salah satu aktifitas penanganan boarding dan boarding di lakukan 30 menit sebelum pesawat take off. Saat ini PTN telah mendukung pelayanan operasi penerbangan Reguler,charter, VIP, VVIP baik domestik maupun Internasional di 33 Bandara di Indonesia.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik. Kertas karya merupakan salah satu persyaratan yang diterapkan untuk memperoleh gelar Diploma pada program studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Penanganan boarding pada PT. Prathita Titian Nusantara Di Bandara Internasional Minangkabau”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan kertas karya ini dan penulisan kertas karya ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati maka penulis menghaturkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Dr. Syahron Lubis,M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara 2. Arwina Sufika, S.E., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Solahuddin Nasution, S.E., MSP. Selaku koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. 5.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(7)

iii

8. Teristimewa kepada Ayahanda W. Sormin dan Ibunda E. Sinaga penulis mengucapkan terimakasih atas kasih sayang, doa, motivasi, dan pengorbanan baik moril maupun materil yang tiada henti-hentinya dari awal perkuliahan sampai selesainya kertas karya ini.

9. Saudara Penulis yaitu: Toni Sormin, hendro Sormin, dan Riko Sormin.

10.Buat yang terkasih yang selama ini telah memberikan dukungan dan yang telah menjadi inspirasi penulis sehingga kertas karya ini dapat selesai dengan tepat waktunya.

11.Teman-teman seperjuangan: Eva Fransiska Sianipar, Adelina Arevi Hasibuan, Asmaul husna, Humaira Radhiatul Mardiah, Silvia Novita, dan teman-teman UW’12 yang telah membantu penulis menyelesaikan kertas karya ini.

Penulis menyadari kertas karya ini belumlah sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para Pembaca. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(8)

iv

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN ...8

2.1. Pengertian Pariwisata ...8

2.2. Pengertian Kepariwisataan ... 10

2.3. Prasarana dan Sarana Kepariwisataan ...12

2.4. Ruang Lingkup Kepariwisataan ... 15

2.5. Mitologi Kepariwisataan ... 18

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG GROUND HANDLING DAN PROFIL PT. PRATHITA TITIAN NUSANTARA ... 20

3.1. Pengertian Groundhandling ... 20

3.2. Ruang Lingkup Ground Handling PT.PTN ... 26

3.3. Sejarah Singkat Perusahaan ... 27

3.4. Profil PT. Pratihita Titian Nusantara ... 28

(9)

v

BAB IV PENANGANAN BOARDING PT.PRATHITA TITIAN

NUSANTARA DI BANDARA INTERNASIONAL

MINANGKABAU ... 32

4.1. ...

Penanganan Boarding ... 32 4.2. ...

Pengertian Penumpang ... 4.3. ...

Jenis-Jenis Penumpang ... 4.4. ... Yang

Terkait Dalam Penanganan Penumpang ... 4.5. ... Pelak

sanaan Loading Dan Unloading ... 4.6. ... Kapa

sitas Penumpang Dalam Pesawat Terbang ...

(10)

vi DAFTAR GAMBAR

(11)
(12)

i ABSTRAK

Penanganan Boarding pada PT. PTN di Bandara Internasional Minangkabau

PTN adalah perusahaan Airport Service Independen yang dikelola oleh manajemen yang profesional. Oleh karena itu, PTN telah berkembang menjadi Perusahaan Ground Handling yang menyediakan jasa pelayanan bagi maskapai penerbangan di seluruh Indonesia. Pelayanan yang diberikan oleh Front Liner kepada passenger dari awal chek-in sampai menuju pesawat merupakan salah satu aktifitas penanganan boarding dan boarding di lakukan 30 menit sebelum pesawat take off. Saat ini PTN telah mendukung pelayanan operasi penerbangan Reguler,charter, VIP, VVIP baik domestik maupun Internasional di 33 Bandara di Indonesia.

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarik-dan akhirnya, kebutuhan akan perjalanan memberikan inspirasi bagi penemuan-penemuan atau inovasi yang tidak pernah berkesudahan dalam bidang perdagangan, eksplorasi, penaklukan, atau hanya untuk sekedar besenang-senang, tidak ada pengalaman lain yang pernah bisa menandingi pengalaman yang diberikan oleh petualangan yang gagah berani. Perjalanan berkembang karena adanya kebutuhan untuk tetap bertahan hidup, keinginan untuk memperluas jaringan perdagangan, dan keinginan untuk menaklukkan atau memperluas daerah jajahan. Kekuatan pendorong di balik perkembangan pariwisataadalah rasa ingn tahu tentang dunia dan keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan kehidupan perkotaan.

(14)

2

Penerbangan lintas samudera mengubah bentuk transportasi udara. Hanya pesawat terbang besar dengan tiga mesin atau lebih dapat terbang melintasi samudera. Yang pertama dari jenis adalah buatan Jerman dari jenis Focke-Wulf Condor, dapat mengangkut penumpang dari Berlin ke New Yorkdalam waktu 24 jam.

Pesawat terbang transport modern pertama, Boing 247, mulai beroperasi pada 1933. Pesawat terbang dengan mesin kembar ini dapat mengangkut 10 penumpang dan terbang dengan kecepatan 155 mph pada ketinggian 18.000 kaki. Sebagaimana perjalanan dengan pesawat jet menjadi sesuatu yang biasa, Bandar di paksa membangun landasan pacu baru dan menambah bangunan terminal untuk bisa menampung dan melayani pesawat terbang yang lebih baru dan lebih besar.

(15)

3

Ground Handling berasal dari kata “Ground” dan “Handling”. Ground artinya darat atau di darat, yang dalam hal ini di Bandara (Airport). Handling berasal dari kata Hand atau Handle yang artinya tangan atau tangani. To Handle berarti Menangani, Melakukan suatu pekerrjaan tertentu dengan dengan penuh kesadaran. Handling berarti Penanganan atau pelayanan (Service ot To Service, sehingga pada banyak kesempatan, kita sering menjumpai pemakaian kata “Ground Service”. Dan dalam banyak kasus. Kita juga sering menemukan kata “Ground Operation”, Baik “Ground Handling”, “Ground Service”, “Ground Operation” maupun “Airport Service”, pada dasarnya mengandung maksud dan pengertian yang sama, yaitu merujuk kepada “Suatu aktifitasperusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama berada di Bandara, untuk keberangkatan (Departure) maupun untuk kedatangan atau ketibaan (Arrival)”. Secara sederhana “Ground Handling” atau “Tata Operasi Darat” adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan pesawat di Apron,penanganan penumpang dan bagasinya di terminal dan kargo serta pos cargo area.

Menurut Erawati ( 2013 : 5) boarding adalah proses naiknya penumpang kedalam pesawat mulai dari boarding gate sampai ke cabin pesawat.

Kegiatan-kegiatan boarding

a. Menempatkan staf pada boarding gate yang telah ditentukan.

b. Mempersiapkan perlengkapan peralatan boarding gate antara lain : Sigh board,

Radio HT, Hand count, Handling label, Kertas print, Anouncement Board, Prepare

Activity Check list.

c. Memastikan letak pesawat.

(16)

4

e. Menginformasikan ke unit Ramp Handling tentang special passenger.

f. Menginformasikan ke unit yang terkait antara lain security airport, information service perihal proses passenger masuk ruangan tunggu keberangkatan.

g. Memeriksa dan memastikan kesesuaian identitas penumpang antara identitas KTP dengan identitas di boarding pass dengan tujuan tidak adanya kekeliruan atau kesalahan data pada penumpang.

h. Memeriksa boarding pass penumpang untuk melihat rute dan registrasi pesawat serta jam penerbangan dan ruang tunggu agar tidak terjadi kesalahan dalam memasuki ruang tunggu ( boarding gate ).

i. Memastikan antara seat numer yang ada di boarding pass atau transit card penumpang dengan information sheet.

j. Apabila pada saat pesawat sudah akan flight, tetapi penumpang boarding tidak sesuai atau masih ada kekurangan, maka petugas boarding gate harus melakukan pemberitahuan panggilan terakhir ( last minute called ) kepada penumpang yang bersangkutan, agar segera menuju pesawat.

k. Apabila pesawat tidak menggunakan avio bridge maka petugas boarding gate akan menyiapkan anak tangga.

l. Terakhir petugas boarding gate menyerahkan flight document pada awak kabin..

(17)

5 1.2. Alasan Pemilihan Judul

Adapun alasan penulis memilih judul kertas karya ini adalah:

1. Untuk mengetahui ruang lingkup dan prosedur Penanganan Boarding di Bandara Internasional Padang.

(18)

6

3. Masalah ini belum pernah digarap dan dibicarakan secara terperinci.

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan ini sangat penting karena hal-hal yang menyangkut pelayanan yang diberikan kepada penumpang.Disini penulis tidak mungkin membicarakannya secara menyeluruh. Karena itu, penulis membuat batasan-batasan yang akan dibicarakan yaitu hanya mengenai bagaimana prosedur penanganan untuk boarding PT.PTN.

1.4. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian akan mempunyai tujuan agar penelitian tersebut mempunyai arah dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan prosedur ground handling, penanganan boarding dan penanganan bagasi.

1.5. Metode Penelitian

Untuk keabsahan isi kertas karya ini, penulis mempersiapkan data dan keterangan yang akurat yang dapat dipertanggung jawabkan. Adapun teknik yang digunakan:

1.Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu melaksanakan penelitian langsung ke

lapangan, mengamati serta mengambil kesimpulan dan keputusan dari pengamatan tersebut.

2.Library Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu mengumpulkan data dari berbagai

(19)

7

majalah,surat kabar, brosur dan literatur lainnya yang mendukung judul kertas karya ini.

1.6. Sistematika Penulisan

Didalam penulisan kertas karya ini, penulis mengadakan pembabakan, adapun tujuan pembabakan ini untuk mempermudah hal-hal yang akan dibahas .

Untuk itu penulis menguraikannya dalam V bab yaitu:

BAB I. Merupakan Pendahuluan, Latar Belakang, Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II. Uraian Teoritis Tentang pengertian Pariwisata, Pengertian

Kepariwisataan, Prasarana dan Sarana Kepariwisataan, Ruang Lingkup Kepariwisataaan, dan Mitologi.

BAB III. Tinjauan umum tentang PT.PTN.

Pengertian Groundhandling, Ruang Lingkup Ground Handling, Profil PT. Pratihita Titian Nusantara, Struktur Organisasi Perusahaan Dan Uraian Tugas.

(20)

8

Penanganan Bagasi Rusak Dan Kehilangan Bagasi, Jenis Pesawat Yang Beroperasi Dan Operational Flight Plan.

(21)

9 BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1. Pengertian Pariwisata

Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yakni ; pari dan wisata. Pari artinya dari dan ke, sedangkan wisata artinya perjalanan atau kunjungan. Jadi kata pariwisata dapat didefenisikan yaitu suatu perjalanan atau kunjungan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,pengusaha,dan pemerintah

(Dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun 2010 tentang kepariwisataan).

Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Sehingga teori yang menyatakan bahwa setiap pendapatan digunakan untuk keperluan asumsi: sandang, pangan, papan, saat ini harus ditambah sandang, pangan,

papan,jalan-jalan. Disamping itu para ahli ramal (futurulog), John Naisbaitt telah memperkirakan pula

bahwa pariwisata dunia akan menjadi industri terbesar pada abad ke duapuluh satu (21), berdasarkan riset dan penelitian yang dilakukannya terhadap 400 orang pimpinan perusahaan besar di 20 negara besar dunia.

(22)

10

diantara mereka menggunakan waktu luangnya untuk melakukan perjalanan wisata dalam negeri atau luar negeri.

Meningkatnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata menuntut pula peningkatan pelayanan Biro Perjalanan Umum, Tour Operator, dan Agen Perjalanan. Dengan kata lain diperlukan peningkatan pelayanan pengatur perjalanan wisata yang lebih baik pula dan semuannya ini akhirnya sangat tergantung pula pada pada sumber daya manusia yang professional yang mengelolanya.

Sampai dengan bulan Oktober tahun 1994 saja jumlah usaha perjalanan wisata sudah meningkat 1.663, yang terdiri dari 968 Biro Perjalanan Wisata, 410 Cabang Biro Perjalanan Wisata, dan 285 Agen Perjalanan yang hanya melayani penjualan tiket saja. Jumlah ini secara kuantitatif relative cukup banyak, tetapi secara kualitatif dirasakan sekali kekurangnya.

(23)

11

Sebelum mengakaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan sosial, maka terlebih dulu dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frechtling (1976 :59) bahwa defenisi-defenisi untuk kepariwisataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:

1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus jelas mendefenisikan tentang suatu aktivitas atau suatu entity suatu aktivitas atau entity yang berbeda dari suatu aktivitas atau entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak mencakup dalam suatu kategori.

2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.

3. Pembuatan defenisi harus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari untuk mempermudah perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.

Prinsip-prinsip diatas kurang mendapat perhatian dalam penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan hingga dewasa ini. Dalam kenyataan jumlah defenisi mengenai kepariwisataan yang sekarang ini ada hamper sama banyaknya dengan jumlah pengkajian fenomena kepariwisataan yang telah dilakukan oleh Frechtling, ditemukan empat puluh tiga defenisi yang berbeda untuk tiga istilah yaitu traveler, tourist dan visitor. Penemuan tersebut diatas menunjukkan kurangnya koordinasi dalam penelitian-penelitian mengenai perjalanan dan hal ini menghambat perbandingan-perbandingan antara data penelitian perjalanan.

(24)

bersenang-12

senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan.

Menurut Oxford English Dictionary (1933: 190) defenisi dari tourist adalah yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi; orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kebudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.

Frechtling (1976: 60) analisisnya mengenai defenisi-defenisi tersebut diatas telah menyusun empat kriteria dasar yang dipergunakan dalam perumusan defenisi, yaitu: 1. Tujuan perjalanan

2. Modal transportasi

3. Lama tinggal di tempat tujuan 4. Jarak perjalanan.

Telah disepakati secara umum bahwa dua kriteria yang disebutkan pertama diatas tidak cukup untuk defenisi-defenisi komtemporer yang praktis. Oleh karena itu perhatian telah di konsentrasikan pada dua criteria yang disebutkan terakhir. Lama tinggal (length of stay) merupakan salah satu unsur utama dalam defenisi tourist yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengharuskan bahwa lamanya tinggal wisatawan ditempat tujuan adalah lebih dari 24 jam dan kurang dari 12 bulan.

2.3. Prasarana dan Sarana Kepariwisataan

(25)

13

industri pariwisata. Prasarana dalam kepariwisataan sama sperti prasarana dalam perekonomian pada umumnya, karena kegitan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu sector kegiatan perekonomian juga.

Yang di maksud dengan prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan berjalan lancer sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah:

a. Prasarana Umum (General Infrastruktur).

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk kelompok ini di antaranya ialah:

− System penyediaan air bersih − Pembangkit tenaga listrik

− Jaringan jalan raya dan jembatan − Airport, pelabuhan laut,terminal,stasion − Kapal tambang (ferry), kereta api dan dll − Telekomunikasi

b. Kebutuhan masyrakat banyak ( Basic Need of Civilized Life). Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyrakat banyak yang termasuk dalam kelompok ini ialah:

(26)

14 − Pemerintahan umum.

Tanpa adanya prasarana tersebut di atas suakrlah bagi sarana-sarana kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travelers lainnya.

Sarana Kepariwisataan

Kita mengenal ada 3 macam sarana kepariwisataan, dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap Negara untuk membuat wisatawan lebih banyak dating,lebih lama tinggal,lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya,maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting. Ketiga sarana yang dimaksud ialah:

a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Supersructure)

Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwasataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan traavellers lainnya. Fungsinya ialah menyediakan fasilits pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Pariwisata sebagai industri mutlak memerlukan sarana pokok kepariwisataan semacam ini.

Adapun perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini ialah:

1. Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan. Di dalam literatur kepariwisataan disebut dengan “Receptive Touist Plan”. Yang dimaksud dengan “Receptive Touist Plan” ialah perusahan-perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaran tour, sightseeing bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation.

(27)

15

“Residential Tourist Plan”. Yang di maksud dengan “Residential Tourist Plan” adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan, missal: Hotel,Motel,Youth Hostel,Cottage,Camping Areas,Caravaning Taverns.

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure)

Yang dimaksud dengan sarana pelengkap kepariwisataan, ialah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau di daerah yang di kunjunginya. Dalam literature kepariwisataan dikenal dengan istilah “recreative and sportive plant” dan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah: fasilitas untuk berolahraga, baik di musim dingin atau musim panas, seperti: ski, golf course, tennis court, swimming pool, boating facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya.

c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)

(28)

16 2.4. Ruang Lingkup Kepariwisataan

Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih dulu dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frecthling (1976:59) menyatakan bahwa defenisi-defenisi untuk penelitian kepariwisataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:

1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus secara jelas mendefenisikan tentang suatu aktivitas atau suatu entity sebagai aktivitas atau entity yang berbeda dengan seluruh aktivitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak mencakup dalam suatu kategori.

2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.

3. Pembuatan defenisi haus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari unuk mempermudah perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.

Hal ini sangat fundamental dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah unsur utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni touist (wisatawan). Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster Internasional mengandung arti: suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut kembali ketitik semula; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis, bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan.

(29)

17

sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.

Dengan meningkatnya jumlah penelitian mengenai kepariwisataan, maka istilah tourist menurut kamus tersebut diatas sekarang ini telah bertambah luas dan bertambah kompleks. Ogilvie (1933) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu sosial. Dia menguraikan bahwa seorang turist setiap orang yang perjalanannya memenuhi 2 kondisi, yaitu sebagai berikut:

1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selama periode waktu tertentu yang relative singkat.

2. Uang yang di belanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah uang yang di bawa dari tempat kediamannya dan bukan uang di peroleh di tempat tujuan yang di kunjungi nya.

Pada tahun 1963 PBB telah menseponsori suatu konferensi mengenai travel dan pariwisata yang di adakan di Roma. Konferensi ini berhasil merekomendasikan defenisi unutk visitor (pengunjung) dan touris (wisatawan) untuk di pergunakan dalam statistik iternasional. Untuk keperluan statistik, istilah visitor menunjukkan orang yang mengunjungi suatu negara dimana dia bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari memenuhi kesempatan yang diberikan oleh negara yang di kunjungi. Defenisi ini mencakup:

1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di

ngara yang di kunjungi dan tujuan perjalanan dapat di klasifikasikan dibawah salah satu dari beberapa golongan berikut:

− Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan dan olahraga).

(30)

18

2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24

jam di Negara atau daerah yang di kunjungi, termasuk para pelaku perjalanan melalui kapal-kapal pesiar (International Union of Official Travel Organizaion)

Menurut defenisi dari PBB tersebut di atas, wisatawan dapat di kelompkkan dalam peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta menjadi libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi satu hari dapat di masukkan dalam kategori wisatawan ekserkursi (excursionist). Namun demikian pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari bentuk rekreasi lainnya karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi dalam aktivitas yang sama di lokasi yang sama.

Oleh karena itu, fenomena kepariwisataan sekarang ini telah menjadi suatu fenomena massa dan sangat terkonsentrasi di daerah tujuan wisata tertentu, maka dampak yang ditimbulkan akan lebih nyata di bandingkan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh para pelaku perjalanan wisata ekserkusi, walaupun dampak tersebut hampir sama dengan dampak yang di sebutkan terlebih dahulu.

2.5. Mitologi Kepariwisataan

Dalam perusahaan masa, satu ketetapan pada dekade belakangan ini terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri. Pada tahun 1990 kepariwisataan merupakan industri yang sangat vital dalam pendapatan ekspor selain minyak dan otomotif. Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang merugikan dan perkembangnnya tidak dapat diletakkan sebagai pasar yang menarik.

(31)

19

ekonomi dan kepariwisataansecara relatife disebut clean industry atau industry bersih/bebas dari pencemaran lingkungan, di lain pihak kepariwisataan tidak jarang dijadikan kambing hitam penyebab menurunnnya nilai-nilai sosial dalam masyrakat, dan seringkali pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung dalam berbagai tujuan.

Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar dengan adanya persepsi umum yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan. Kondisi ini perlu di ansipasi dengan solusu sebagi berikut:

1. Kepariwisataan di dominasi oleh wisatawan domestic (melakukan perjalanannya di negerinya sendiri) dan bukan wisatawaan mancanegara.

2. Perjalanan kepariwisataan di dunia di lakukan dengan transportai melalui darat, bukan melalui udara.

3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga merupakan urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan, pendidikan, dll.

Dalam sejarahnya, banyak kegiatan wisata yang relatif baru dalam perkembangnya dan dewasa ini layak di pertimbangkan urusan bisnis dan studi akademik yang lebih serius. Bagaimanapun juga, industri pariwisata merupakan nilai ekonomi yang cukup penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dari segi ekonomi, lingkungan dan satu lembaga yang cukup berpengaruh terhadap kepariwisataan serta layak untuk di kembangkan.

(32)

20

1. Seputar masalah kepariwisataan itu sendiri merupakan masalah yang cukup komleks, yaitu berupa ketidaktransparanan dan kelemahan konsepnya, membuat sebagian orang masih tidak menyetujui konsepnya dan defenisi peristilahan dalam kepariwisataan, dan terdiri dari apa sajakah kepariwisataan itu.

2. Kepariwisataan meliputi bermacam-macam sector industry dan pokok-pokok akademik, akan tetapi memberikan sumber yang tidak pasti, juga kepada para siswa. 3. Kepariwisataan mengalami kekurangan sumber data yang seragam serta

berkualitas.

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG GROUND HANDLING DAN PROFIL PT. PRATHITA TITIAN NUSANTARA

3.1. Pengertian Groundhandling

(33)

21

yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama berada di Bandara, untuk keberangkatan (Departure) maupun untuk kedatangan atau ketibaan (Arrival)”. Secara sederhana “Ground Handling” atau “Tata Operasi Darat” adalah pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan pesawat di Apron,penanganan penumpang dan bagasinyadi terminal dan kargo serta pos dicargo area.

Ground Handling mencakup antara lain :

A. Prosedur keberangkatan dan kedatangan penumpang

1. Prosedur keberangkatan dan kedatangan cargo/mail 2. Prosedur keberangkatan dan kedatangan pesawat udara 3. Lay out sebuah airport

4. Membaca ABC Guide, Time Table, Travel Information Manual(TIM) 5. Cara menghitung flight time

6. Cara memeriksa Paspor, Visa, Health Certificate, Tiket, Fiskal, Airport Tax 7. Aircraft and the positioning of the transportation equipment

8. Hal-hal yang berhubungan dengan pesawat udara : 1. Cleaning (membersihkan

2. Catering (penyediaan makanan dan minuman)

3. Fuelling (pengisian bahan bakar)

(34)

22 5. Push back (alat pendorong pesawat)

6. Maintenance (pemeliharaan) B. Terminal Area

1. Prosedur Keberangkatan Penumpang

Yang perlu disiapkan petugas sebelum check – ini counter dibuka : 1. Passenger Manifest (Passenger Name List).

2. Boarding Pass (bila secara manual). 3. Baggage Claim Tag.

4. Label/Tag lainnya, seperti security tag, priority tag, fragile tag, group tag, name tag, checked baggage tag, dsb.

5. Excess baggage ticket.

6. Seat Allocation, terutuma tentang pemesanan special ticket. 7. Purser Information.

8. Form Passenger Baggage Weight Sheet (PWBS) 9. Form Passenger Transfer Message (PTM)

10.Free baggage allowance serta cara menghitung excess baggage.

(35)

23

Dari check – in counter, dimana penumpang juga membayar airport tax dan fiscal, penumpang menuju pemeriksaan imigrasi, lalu ke boarding gate untuk menunggu boarding time.

Untuk kemyamanan calon penumpang dan kelancaran kerja, para petugas di check – in counter harus memperhatikan hal – hal berikut:

1. Penampilan harus rapi, banyak senyum, dan ramah. 2. Harus menguasai tata cara check – in, antara lain:

1. Bagaimana cara memeriksa tiket, paspor, visa, surat kesehatan (dan bilamana surat ini diperlukan).

2. Cara mempersiapkan boarding pass. 3. Cara mempersiapkan baggage claim tag.

4. Cara membaca PNL (Passenger Name List) atau PNR (Passenger Name Record) atau Daftar Nama Penumpang.

5. Cara membuat excess baggage ticket seandainya penumpang mempunyai kelebihan berat ats bagasinya.

6. Cara mambaca buku ABC, TIM

Foto 2.1

Chek-in Counter, seorang front liner sedang memeriksa kartu identitas penumpang.

Koleksi Foto Jemmy N. Sormin 2015

(36)

24

Petugas di bagian kedatangan pesawat/penumpang haruslah mengetahui jam – jam kedatangan pesawat (ETA = Estimate Time Arrival), sehingga mereka bisa

mempersiapkan diri. Mereka juga harus mengetahui apakah ada penumpang yang transit, yang transfer (pindah pesawat menuju ke lain kota/Negara), dan yang turun di situ. Penumpang yang transit (singgah) akan diberi transit card atau kartu singgah. Yang transfer atau pindah pesawat akan segera dibantu sehubungan dengan yempat duduk, bagasi, dsb. Dan bagi yang turun disitu, akan dibimbing ke bagian imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan visa, lalu ke tempat pengambilan bagasi.

C.Apron Area

LOAD CONTROL

I. DEFINISI :

Adalah unit yang menerima data- data pesawat dan muatan dari beberapa bagian yang terkait yang kemudian harus dihitung untuk mendapatkan keseimbangan pesawat (weight and balance) yang optimum mengacu pada dua aspek yaitu safety dan economical operation.

II. TUJUAN :

Memberikan panduan tentang aktivitas Load Control dalam menjalankan fungsinya sehingga diperoleh pelayanan yang aman dan benar sesuai ketentuan yang berlaku dan terjalin koordinasi yang baik dan efektif dengan pihak-pihak yang terkait, seperti :

1. Mengusahakan maksimum payload pada suatu penerbangan

(37)

25

3. Memperhatikan factor Ramp Safety dan on time performance

III. TUGAS DARI LOAD CONTROL :

1. Mempersiapkan registrasi aircraft, crew, pantry, basic weight dan basic index

2. Membuat ideal trim di system atau manual 3. Menerima data CPM dan LDM

4. Membuat loading instruction untuk unloading 5. menerima data actual cargo dari warehouse 6. membuat loading instruction untuk loading 7. menerima fuel dari ramp handling

8. menerima closing penumpang dari check-in 30 menit sebelum keberangkatan

DEPARTURE CONTROL

Departure Control adalah Tempat pergerakan atau movement departure dan arrival pesawat garuda dan maskapai penerbangan asing ( MPA ) di apron selama 24 jam khususnya di terminal E dan F.

Departure Control menggunakan system antara lain:

DCS => Departure controlled system yang terhubung langsung ke terminal garuda.

(38)

26 SITATEX => Fasilitas telex jaringan SITA. FIS => Flight informasi system.

Untuk menetapkan metode dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan departure contol.

Work instruction adalah Penanganan irregularities

yang berlaku untuk seluruh personil yang bertugas menjalankan fungsi sebagai petugas departure control.

3.2. Ruang Lingkup Ground Handling PT.PTN

Ruang lingkup atau batasan pekerjaan “Ground Handling”, yaitu pada fase atau tahap :

1. Pre-Flight

Kegiatan penanganan terhadap penumpang berikut bagasinya dan kargo serta pos dan pesawat sebelum keberangkatan (di Bandara asal/Origin Station)

2. Post Flight

(39)

27

Atau dengan kata lain penanganan penumpang dan pesawat selam berada di Bandara. Secara teknis operasional, aktifitas “Ground Handling” dimulai pada saat pesawat “ taxi” (Parking Stand), mesin pesawat sudah dimatikan, roda pesawat sudah diganjal (Block On) dan pintu pesawat sudah dibuka (Open The Door) dan para penumpang sudah dipersilahkanuntuk turun atau keluar dari pesawat, maka pada saat itu para staff udara sudah memiliki kewenangan untuk mengambil alih pekerjaan dari “Pilot In Command (PIC)” beserta cabin crew-nya. Dengan demikian, fase ini kita namakan “Arrival Handling”. Dan sebaliknya, kegiatan atau pekerjaan orang-orang darat berakhir ketika pesawat siap-siap untuk lepas landas, yaitu pada saat pintu pesawat ditutp, mesin dihidupkan dan ganjal roda pesawat sudah dilepas (Block Off). Tanggung jawab pada fase ini (In-Flight) berada di tangan “Piloy In Command” beserta para awak kabinnya. Fase ini dikenal dengan istilah “Departure Handling”.

Obyek yang ditangani oleh Ground Staff pada intinya, meliputi : penumpang (Pax), barang bawaan penumpang (Baggage), barang kiriman (Cargo), benda-benda pos (Mail), ramp dan aircraft. Sebagai sebuah proses penangana, maka muncul istilah : Passenger Handling, Baggage Handling, Cargo and Mail Handling dan Ramp Handling. Dimana baik ruang lingkup maupun obyek kegiatan tersebut harus mengacu kepada aturan yang telah ditetapkan oleh “IATA Airport Handlng Manual, 810 Annex A”, yang telah menetapkan sebanyak 14 section pelayanan standar atau 14 kegiatan. Tujuan Ground Handling:

Ground Handling mempunyai tujuan atau target-target/sasaran-sasaran yang ingin dicapai, yakni:

1. Flight Safety

(40)

28 4. Reliability

3.3. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Prathita Titiannusantara (PTN), didirikan pada tanggal 01 Juli 1987. Pada awalnya bergerak dibidang Cargo, General Trading dan Pelayanan Ground Support Equipment.

Dalam perjalanannya PTN telah berkembang menjadi Perusahaan Ground Handling Services yang professional dan bersertifikat.

PT. Prathita Titiannusantara (PTN) adalah salah satu unit usaha milik Dana Pensiun (DAPEN) PT. Merpati Nusantara Airlines yang pada awal berdirinya dipersiapkan hanya memberikan pelayanan kepada PT. Merpati Nusantara Airlines saja. Kini PTN telah menjadi Perusahaan Airport Services yang Independen dan memberikan pelayanan kepada hampir semua Airlines Domestik dan International di Indonesia.

Saat ini PTN memberikan layanan pendukung di darat (airport ground services) untuk penerbangan Reguler, Charter, VIP, CIP, VVIP baik untuk penerbangan domestik maupun internasional di 33 (tiga puluh tiga) Bandara di Indonesia.

Pelayanan PTN meliputi:

• Ramp Services

• Passanger Services

• Cargo and Mail Services

• Load Control

• Communications and Flight Operations Services

(41)

29 3.4. Profil PT. Pratihita Titian Nusantara

1. PELAYANAN

• Konsep pelayanan PTN adalah “247 non stop service”, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

• PTN berkomitmen memberikan pelayanan berkualitas dengan selalu menjaga dan meningkatkan faktor safety, regularity and compliance to regulations.

• Semua pelanggan PTN dilayani dengan standard service yang tinggi yang sesuai dengan standard IATA.

2. AIRCRAFT GROND HANDLING • Passenger Service

PTN menyediakan pelayanan sebelum terbang (pre flight) bagi para penumpang maskapai penerbangan mulai dari saat chek-in sampai dengan pesawat lepas landas (boarding) serta setelah pesawat mendarat (post flight).

• Ramp Service.

• Load Control, Communication and Flight Operation. • Cargo dan Mail Service.

3. AIRCRAFT GROUND SUPPORT EQUIPMENT (GSE)

(42)

30

4. MECHANICAL DAN ELECTRICAL SERVICE

Unit Mechanical dan Electrical merupakan unit usaha jasa yang memberikan layanan pelaksanaan, pengelolaan, perawatan dan pengoperasian peralatan gedung atau bangunan yang di dalamnya terpasang berbagai macam system peralatan. Pelayanan nya antara lain Air Condition Central,AC non Central, intalasi arus kuat/lemah, System pencegahan/ perlawanan kebakaran, system pengadaan air bersih, system STP (Sewage Treatment Plant), Generator Set.

3.5. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Uraian Tugas

(43)

31

Struktur Organisasi Perusahaan

Table 1.2 Uraian Tugas

(44)

32

BRANCH MANAGER (BM) Mengepalai Segala Personalia PT.PTN Bandara Internasional Minangkabau.

SUPERVASIOR Penanggung Jawab Operational di PT.PTN.

GL FRONT LINER Penangggung Jawab Yang Mencakup Chek-in Counter,Gate dan Lost Fount

GL RAMP Mengawasi Segala Kinerja Ramp Area (Loading, Unloading, Ramp Staff dan AIC)

(45)

33 BAB IV

PENANGANAN BOARDING PADA PT.PRATHITA TITIAN

NUSANTARA DI BANDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU

4.1. Penanganan Boarding

Dalam Kamus besar bahasa indonesia (2010:1533) menjelaskan bahwa penanganan yaitu “proses, cara atau pembuatan:penggarapan”. Dalam dunia transportasi udara, pada dasarnya kata penanganan mengandung pengertian suatu aktifitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan pelayanan termasuk bagasi, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakkan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama di Bandar udara, untuk keberangkatan (Departure) maupun kedatangan (arrival).

1. Pengertian Boarding

Menurut Erawati ( 2013 : 5) boarding adalah proses naiknya penumpang kedalam pesawat mulai dari boarding gate sampai ke cabin pesawat.

2. Kegiatan-kegiatan boarding

a. Menempatkan staf pada boarding gate yang telah ditentukan

b. Mempersiapkan perlengkapan peralatan boarding gate antara lain : Sigh board,

Radio HT, Hand count, Handling label, Kertas print, Anouncement Board, Prepare

Activity Check list

c. Memastikan letak pesawat

(46)

34

f. Menginformasikan ke unit yang terkait antara lain security airport, information service perihal proses passenger masuk ruangan tunggu keberangkatan

g. Memeriksa dan memastikan kesesuaian identitas penumpang antara identitas KTP dengan identitas di boarding pass dengan tujuan tidak adanya kekeliruan atau kesalahan data pada penumpang

h. Memeriksa boarding pass penumpang untuk melihat rute dan registrasi pesawat serta jam penerbangan dan ruang tunggu agar tidak terjadi kesalahan dalam memasuki ruang tunggu ( boarding gate )

i. Memastikan antara seat numer yang ada di boarding pass atau transit card penumpang dengan information sheet

j. Apabila pada saat pesawat sudah akan flight, tetapi penumpang boarding tidak sesuai atau masih ada kekurangan, maka petugas boarding gate harus melakukan pemberitahuan panggilan terakhir ( last minute called ) kepada penumpang yang bersangkutan, agar segera menuju pesawat

k. Apabila pesawat tidak menggunakan avio bridge maka petugas boarding gate akan menyiapkan anak tangga

(47)

35 Foto 2.2

Boarding , front liner sedang melakukan boarding kepada penumpang.

Koleksi Foto Jemmy N. Sormin 2015

3. Pengertian Penanganan

Dalam Kamus besar bahasa indonesia (2010:1533) menjelaskan bahwa penanganan yaitu “proses, cara atau pembuatan:penggarapan”. Dalam dunia transportasi udara, pada dasarnya kata penanganan mengandung pengertian suatu aktifitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan pelayanantermasuk bagasi, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakkan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama di Bandar udara, untuk keberangkatan (Departure) maupun kedatangan (arrival).

(48)

36

Penumpang adalah setiap orang yang diangkut atau penumpang yang harus diangkut di dalam pesawat udara ataupun alat-alat pengangkut lainnya, atas dasar persetujuan dari perusahaan ataupun badan yang menyelenggarakan angkutan tersebut (perusahaan penerbangan, perkapalan dan lainnya). Tidak termasuk penumpang adalahpara awak pesawat atau crew.

Foto 2.3

Arrival , penumpang.

Koleksi Foto Jemmy N. Sormin 2015

Menurut majid dan Eko Probo D.Warpani yang dikutip oleh Ginting penumpang adalah “orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan dengan menggunakan peswat udara. Pada umumnya penumpang dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Penumpang domestik adalah penumpang yang melakukan penerbangan/perjalanan

dari suatu kota ke kota yang lain dalam satu wilayah/negara tertentu

2. Penumpang internasional adalah penumpang yang melakukan

(49)

37

1. Penumpang biasa yaitu penumpang yang dapat melakukan perjalanan dan melakukan proses keberangkatan sendiri tanpa membutuhkan bantuan siapapun

Foto 2.4

Chek-in Counter, penumpang biasa yang sedang chek-in.

Koleksi Foto Jemmy N. Sormin 2015

2. Penumpang khusus (special passenger) yaitu penumpang yang memiliki kondisi fisik dan mental, status sosoal ekonomi, kedudukan, jabatan, pengaruhnya dikenakan latar belakang penumpang yang bersangkutan tersebut atau Karena perusahaan penerbangan menganggap penumpang tersebut perliu mendapatkan pelayanan khusus. Yang termasuk penumpang khusus adalah : Wheelchair Passenggers adalah penumpang yang karena kondisi kesehatannya/keadaan fisiknya yang memerlukan kursi roda untuk menuju ke pesawat atau sebaliknya. Stretcher

Passengers (penumpang yang ditandu) adalah Penumpang ini kondisi fisk dan

(50)

38

Muda Bepergian Sendiri (Young Passenger Travelling Alone / YPTA)yang berusia 12 - 16 tahun,VVIP (Very Very important person) ,VIP (Very important person), CIP

(Commercial Important Person), Elderly Passengers adalah penumpang yang sudah

berumur atau lansia, Unruly Passengers "Penumpang yang tidak mau mengikuti

peraturan setelah diberitahu, Inadmissible Passenger adalah penumpang yang tiba dari suatu penerbangan tetapu kedatangannya ditolsk oleh badan yang berwenang di Negara tersebut, incapacitated Passenger adalah penumpang yang memerlukan penanganan atau permintaan khusus melebihi penumpang lainnya karena keadaan fisik, kesehatan atau mentalnya, Pregnant Passengers adalah penumpang wanita hamil, Blind Passenger adalah penumpang yang mengalami kebutaan,Obesitas

Passenger adalah penumpang yang memiliki berat badan melebihi

(51)

39 Foto 2.4

Terminal Keberangkatan, penumpang khusus yang sedang memasuki ruang pesawat akan dibantu oleh Front

Liner.

Koleksi Foto Jemmy N. Sormin 2015

4.4. Yang Terkait Dalam Penanganan Penumpang

1. Pengertian Proses/Penanganan

Segala bentukusaha atau perusahaan yang terorganisasi pastinya berupaya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efesien. Didalam pencapaiannya hal tersebut terdapat tahapan-tahapan atau alur yang harus diikuti serta dipatuhi. Bagi PT. PTN yang bergerak di dalam bidang jasa pelayanan darat (Ground Handling), selalu berupaya untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal.

Dalam beberapa uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa proses adalah suatu cara yang beraturan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam beberapa buku penulis menemukan kesamaan pendapat dimana hal ini disebabkan oleh titik berat sudut pandang yang sama dari beberapa penulis tersebut.

2. Tiket

(52)

40

memakai jasa penerbangan, dan data penerbangan penumpang yang mempunyai masa periode waktu tertentu (Darsono, 2004 :15).

Tiket merupakan salah satu dokumen perjalanan yang harus dimiliki oleh seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat transportasi. Tiket biasanya dikeluarkan oleh suatu perusahaan transportasi menurut jenis alat transpoertasi yang digunakan. Salah satunya adalah transportasi udara (pesawat udara), tiket yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan penerbangan (airlines) telah mendapatkan ijin dari IATA. Pada umumnya tiket dalam transportasi udara dibagi menjadi dua tiket yaitu tiket domestik dan tiketinternasional.

Menurut Triyuni yang dikutip oleh Ginting (2005 : 6) tiket adalah “karcis atau kupon yang diterbitkan oleh perusahaan penerbangan, sebagai bukti untuk memasuki atau menempati ruangan tempat duduk yang dimiliki oleh perusahaan penerbangan tersebut”.

Dalam hal Ground Handling tiket memiliki beberapa bagian yang terdiri dari beberapa bagiab yaitu :

a. Bagian sampul depan yang dilambangkan IATA, perhatian, syarat-syarat perjanjian, pemberitahuan kepada penumpang internasional mengenai batas-batas tanggung jawab, pemberitahuan mengenai pembatasan tanggung jawab atas bagasi, pajak dan biaya yang dikenakan olej pemerintah, waktucheck-in, barang-barang berbahaya dalam bagasi, syarat-syarat perjanjian peraturan dalam negeri, dan lain sebagainya.

b. Agent Coupon yaitu bagian dari tiket yang diambil pada saat penyerahan tiket kepadapembeli untuk dismpan sebagai catatan agen atau arsip oleh agen atau perusahaan yang menjualkan tiket.

(53)

41

d. Flight Coupon adalah bagian dari tiket yang akan diambil oleh staf check-inpada sat melakukan proses check-in untuk mendapatkan Boarding Pass.

e. Passenger Coupon adalah bagian dari tiket yang letaknya paling belakang dan digunakan sebagai bukti bahwa ia telah mengadakan kontrak dengan suatu perusahaan penerbangan untum melakukan suatu perjalanan.

3. Paspor

Menurut Budiarta yang dikutip oleh Ginting (2006 : 28)Paspor adalah “dokumen resmi yang dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten dalam suatu Negara untuk warga Negaranya atau warga Negara asing”.

Menurut Astuti (2011 : 23) Paspor adalah “suatu dokumen resmi yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah bagi warga Negaranya atau warga Negara asing yang tidak memiliki status kewarganegaraan, namun berdomisili di negara paspor itu dikeluarkan”.

Menurut Sucipta yang dikutip oleh Ginting (2005 : 6) Paspor adalah “dokumen resmi yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah bagi warga negaranya atau orang asing yang tidak memiliki status kewarganegaraan, namun berdomisili di Negara dimana paspor tersebut dikeluarkan, berfungsi sebagi surat perjalanan yang digunakanuntuk meninggalkan dan memasuki kembali Negara yang bersangkutan”.

Dalam hal ini paspor berisikan hal-hal sebagai berikut : a. Data pemilik/pemegang paspor

b. Foto pemegang paspor

c. Tempatdan tanggal lahir pemilik/pemegang paspor d. Masa berlakunya paspor

e. Pekerjaan/jabatan pemilik/pemegang paspor

(54)

42

1) Paspor biasa adalah passport biasa yang dikeluarkan untuk warga Negara biasa, Biasanya suatu negara menerbitkan untuk warga negaranya sebuah paspor biasa untuk perjalanan reguler. Di Indonesia paspor ini diberi sampul berwarna hijau dan dikeluarkan oleh Ditjen Keimigrasian, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia . 2) Paspor diplomatik adalah paspor yang dikeluarkan untuk para pegawai/pejabat diplomatik, biasanya untuk sebagian orang diterbitkan paspor diplomatik guna mengidentifikasi mereka sebagai perwakilan diplomatik dari negara asalnya. Karena itu, pemegang paspor ini menikmati beberapa kemudahan perlakuan dan kekebalan di negara tempat mereka bertugas. Di Indonesia, paspor ini diberi sampul berwarna hitam dan dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri.

3) Paspor dinas/resmi adalah paspor yang dikeluarkan oleh pemerintah kepada pegawai/petugas pemerintah yang ditugaskan secara resmi oleh pemerintah. Biasanya paspor ini diterbitkan untuk kalangan teknisi dan petugas administrasi dari suatu misi pemerintah yang sedang melaksanakan tugas ke luar negeri. Pemegang paspor jenis ini mendapatkan beberapa kemudahan yang tidak dimiliki oleh pemegang paspor biasa.

Di Indonesia, paspor ini diberi sampul berwarna biru dan dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri setelah mendapat izin dari Sekretariat Negara.

4) Paspor orang orang asing adalah paspor yang diberikan kepada seseorang yang bukan warga negaranya. Syarat dan ketentuan untuk memiliki paspor jenis ini diatur oleh masing-masing negara. Contoh paspor ini adalah paspor yang dipakai untuk berhaji (paspor coklat), yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

(55)

43

6) Paspor haji dan umrah adalah paspor yang dikeluarkan khusus untuk warga Negara yang ingin menunaikan ibadah haji. khusus jamaah haji dan umrah, nama yang tertera dalam paspor harus menggunakan 3 kata misalnya " Ahmad Hasan Ismail "

7) Paspor Palang Merah Internasional adalah paspor yang dikeluarkan oleh PBB 8) Paspor Keluarga adalah paspor yang dikeluarkan untuk keluarga yang bepergian secara bersama-sama.

Paspor adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah nasional, yang menyatakan untuk tujuan perjalanan internasional, identitas dan kebangsaan dari pemegangnya. Unsur-unsur identitas adalah nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan tempat lahir. Paspor dikeluarkan oleh kantor imigrasi. Negara yang bersangkuta, dimana pada umumnya paspor memiliki waktu tenggang atau masa berlaku selama 5 tahun dari pembuatan paspor tersebut.

Dalam hal ini, Astuti (2012:1) menyatakan bahwa “Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti pesawat udara dan helikopter dapat lepas landas dan mendarat. Suatu bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landasan pacu atau helipad ( untuk pendaratan helikopter), sedangkan untuk bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya seperti bangunan terminal dan hanggar. Serta pengertian lainnya menyebutkan bandara dengan tempat dimana pengunjung atau penumpang pesawat melakukan perjalanan melalui udara mulai dari berangkat(Departure) sampai tiba di daerah tujuan (Arrival) dimana pesawat udara biasanya mendara atau lepas landas”.

(56)

44

Menurut Annex 14 dari udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.

4.5. Pelaksanaan Loading Dan Unloading

1) Passenger Loading

Keselamatan penumpang (passenger) pada area ramp merupakan hal yang harus diutamakan. Kemudian, hal-hal yang mungkin terjadi pada penumpang di area ramp ketika pesawat parkir di remote area (tidak menggunakanAviobridge), misalnya : jatuh, tergelincir, tertabrak oleh peralatan yang bergerak di area ramp. Prosedur berikut membantu untuk dapat memberikan tingkat keselamatan pada penumpang baik selama boarding maupun pada saat turun (disembark):

a. Tangga penumpang atau PBS (Passengger Boarding Stair) ditempatkan dengan benar, sehingga tidak ada celah (gap) antara tangga dengan pesawat.

b. Setelah diposisikan dengan benar, PBS (Passengger Boarding Stair) di kunci agar tidak bergerak.

c. Kapasitas beban maksimum tangga hendaknya tidak dilampaui, beban yang diterima tangga harus diperhitungkan.

d. Hal-hal yang menghambat gerakan penumpang dan pesawat ke gerbang dan sebaliknya, seperti: pipa-pipa, kabel-kabel ground power, oil, grease atau genangan air, hendaknya dihindarkan atau dibersihkan.

(57)

45

f. Penumpang tidak diizinkan berada di area ramp, mengingat bahaya semburan jet (jet blast) ataupropeler wash.

g. Aktivitas penumpang di area ramp ada dibawah pengawasan petugas.

h. Penumpang tidak diperkenankan berada di area ramp / air side demi alasan keamanan dan keselamatan.

i. Penumpang atau pun petugas tidak diperkenankan merokok di area ramp.

2) Pelaksanaan Un-loading

− Memeriksa dan memastikan Daily Log Aircraft Schedule

− Mengumpulkan, menyortir dan memeriksa data atau message yang masuk berkenaan dengan persiapan Unloading yang akan dilakukan, seperti :

a. LDM b. CPM c. CLI

d. Surat masuk (incoming message) e. Delivery Order Form

f. Informasi lainnya

− Berkoordinasi dengan unit terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala operasional berkaitan dengan GSE.

(58)

46 Pesawat Narrow Body

a. BTT (Baggage Towing Tractor) b. BCT (Baggage Cart)

c. BCL (Baggage Conveyor Loader) Pesawat Wide Body

a. MDL (Main Deck Loader) (utk mega top/cargo) b. HLL (High Lift Loader)

c. BCL (Belt Conveyor Loader)

d. CTL ( Cargo Transporter Loader) (utk transfer load) e. BTT (Baggage Towing Tractor)

f. BCT (Baggage Carl) g, CDL (Container Dollies)

− Melakukan persiapan Unloading dengan urutan mulai dari kompartemen belakang dan kemudian beralih ke kompartemen depan.

− Membuka pintu cargo untuk memastikan kondisi dari cargo, mail dan bagasi. − Melihat secara fitsik kondisi cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan

kemasan/ pelindung.

− Menyakinkan bahwa Dangerous Goods / Perishable item / Live Animal masih dalam kondisi yang aman.

(59)

47

− Menggunakan CTL (jika diperlukan) untuk transfer muatan dari HLL ke cargo tack/dollies atau sebaliknya.

− Memastikan bahwa pada saat proses transfer dollies berada pada posisi terkunci. − Melakukan Unloading sesuai dengan katagori/klasifikasi dan prioritas, misalnya

bagasi kelas utama, barang tidak tahan lama/perishable, binatang hidup, atau karena pertimbangan keselamatan (safety),

− Memberikan instruksi ke operator BTT yang membawa bagasi dan cargo untuk mengirim/membawa ke make-up area atau gudang cargo.

− Menggunakan Delivery Order dokumen untuk serah terima bagasi/cargo.

− Melaporkan jika ada penyimpangan atau kerusakan pada sistern pesawat yang terjadi selama proses Unloading.

4.6. Kapasitas Penumpang Dalam Pesawat Terbang

Pesawat terbang kecil digunakan pada jalur yang lalu lintas penumpangnya turun (jumlah penumpang realtif sedikit). Sebagai contoh, jika sebuah rute atau jalur rata-rata mempunyai 5 reservasi setiap harinya, sebuah pesawa Cessna 402, yang mempunyai kapasitas penumpang 4-8 penumpang, bias dipergunakan. Jika sebuah rute mempunyai tingkat pemesanan rata-rata 32 penumpang setiap harinya, pesawat terbang seperti shorths 360, yang dapat menampung penumpang sampai 36 penumpang, seringkali digunakan.

(60)

48

Jumbo Jet pertama,747, dirancang utnuk mengangkut 500 penumpan, tetapi hampir sebagian pesawat terbang 747 digunakan dewasa ini, tempat duduknya di rancang utnuk menangani 430 sampai dengan 452 penumpang. Tempat duduk sebuah DC-10 biasanya menampung sekitar 300 penumpang.

Tabel 1.3

Kapisatas tempat duduk yang di tentukan utnuk pesawat terbang penumpang

Aircraft Passengger Capacity

Cassena 4-8

Piper T-1040 9

DeHavilland Twin Otter 20

Boeing 727 70-131

McDonnell-Douglas MD-9 90-139

Lockheed L-1011 TriStar 246-330

McDonnell-Douglas DC-10 250-380

Airbus Industrie A-300B 201-345

(61)

49 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab terdahulu dalam kertas karya ini akhirnya penulis mengambil kesimpulan sebaigai berikut:

1) Saat ini PTN memberikan layanan pendukung di darat (airport ground services) untuk penerbangan Reguler, Charter, VIP, CIP, VVIP baik untuk penerbangan domestik maupun internasional di 33 (tiga puluh tiga) Bandara di Indonesia. Pelayanan PTN meliputi:

• Ramp Services

• Passanger Services

• Cargo and Mail Services

• Load Control

• Communications and Flight Operations Services

• Security Services

(62)

50

3) Setelah check in dan memperoleh boarding pass, penumpang tersebut diperbolehkan untuk masuk ruang tunggu (boarding gate). Pada saat masuk ke boarding gate, boarding pass penumpang akan diperiksa oleh petugas boarding gate. Pemeriksaan dilakukan agar petugas bisa mendata kembali berapa banyak penumpang yang sudah masuk ke boarding gate. Jika pesawat sudah boarding, petugas boarding gate akan mengarahkan penumpang untuk masuk ke dalam pesawat sesuai urutan.

(63)

51 5.2. Saran

Penulis memberikan saran yang akan berguna untuk kemajuan dan perkembangan Groundhandling PT.PTN Bandara Internasional Minangkabau, sebagai berikut:

1) Setiap Front Liner harus megutamakan service yang baik kepada penumpang.

(64)

52

DAFTAR PUSTAKA

Prathita Titian Nusantara (PTN). 2013. Airport Service. Bungur Besar Raya 34 H Jakarta. Jakarta.

A.Yoeti, Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Angkasa. Bandung.

A.Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

Gambar

Tabel 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Malaysia Airlines salah satu perusahaan penerbangan komersial yang bergerak dibidang usaha transportasi udara berupaya untuk meningkatkan jumlah penumpang dengan meningkatkan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 32 Tahun 2015 Tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos yang Diangkut dengan Pesawat

Dengan adanya masalah di bagian bagasi seperti bagasi hilang atau rusak Malaysia Airlines juga memiliki penanganan untuk masalah tersebut agar para penumpang merasa lebih puas

Dari hasil penulisan tersebut, penulis memiliki saran untuk petugas bagasi Malaysia Airlines, diharapkan lebih meningkatkan lagi pelayanan dalam penanganan bagasi penumpang

Malaysia Airlines salah satu perusahaan penerbangan komersial yang bergerak dibidang usaha transportasi udara berupaya untuk meningkatkan jumlah penumpang dengan meningkatkan

dalam pelaksanaan penerbangan yang dimana maskapai penerbangan berkewajiban mengangkut penumpang atau bagasi dengan aman, utuh dan selamat sampai di tempat tujuan,

Perkembangan industri penerbangan disebabkan karena meningkatnya jumpah pengguna jasa transportasi udara. Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga membutuhkan

Untuk dapat mengetahui perencanaan sistem penanganan bagasi yang layak digunakan di Terminal 1A Keberangkatan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta,