BAB II
URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1. Pengertian Pariwisata
Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata
yakni ; pari dan wisata. Pari artinya dari dan ke, sedangkan wisata artinya perjalanan
atau kunjungan. Jadi kata pariwisata dapat didefenisikan yaitu suatu perjalanan atau
kunjungan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari suatu tempat ke
tempat lainnya.
Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta
menghidupkan berbagai bidang usaha.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,pengusaha,dan pemerintah
(Dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun 2010 tentang kepariwisataan).
Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi kebutuhan pokok manusia pada
umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu.
Sehingga teori yang menyatakan bahwa setiap pendapatan digunakan untuk keperluan
asumsi: sandang, pangan, papan, saat ini harus ditambah sandang, pangan,
papan,jalan-jalan. Disamping itu para ahli ramal (futurulog), John Naisbaitt telah memperkirakan pula
bahwa pariwisata dunia akan menjadi industri terbesar pada abad ke duapuluh satu (21),
berdasarkan riset dan penelitian yang dilakukannya terhadap 400 orang pimpinan
perusahaan besar di 20 negara besar dunia.
Pariwisata di Indonesia berkembang dengan pesatnya. Ini merupakan suatu bukti
keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini juga merupakan suatu
diantara mereka menggunakan waktu luangnya untuk melakukan perjalanan wisata dalam
negeri atau luar negeri.
Meningkatnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata menuntut pula
peningkatan pelayanan Biro Perjalanan Umum, Tour Operator, dan Agen Perjalanan.
Dengan kata lain diperlukan peningkatan pelayanan pengatur perjalanan wisata yang
lebih baik pula dan semuannya ini akhirnya sangat tergantung pula pada pada sumber
daya manusia yang professional yang mengelolanya.
Sampai dengan bulan Oktober tahun 1994 saja jumlah usaha perjalanan wisata
sudah meningkat 1.663, yang terdiri dari 968 Biro Perjalanan Wisata, 410 Cabang Biro
Perjalanan Wisata, dan 285 Agen Perjalanan yang hanya melayani penjualan tiket saja.
Jumlah ini secara kuantitatif relative cukup banyak, tetapi secara kualitatif dirasakan
sekali kekurangnya.
Sebelum mengakaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan
pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan sosial, maka terlebih dulu
dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frechtling (1976 :59) bahwa
defenisi-defenisi untuk kepariwisataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus jelas mendefenisikan tentang suatu
aktivitas atau suatu entity suatu aktivitas atau entity yang berbeda dari suatu aktivitas
atau entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau
tidak mencakup dalam suatu kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan defenisi harus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai
perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari untuk mempermudah
perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.
Prinsip-prinsip diatas kurang mendapat perhatian dalam penelitian-penelitian yang
telah dilaksanakan hingga dewasa ini. Dalam kenyataan jumlah defenisi mengenai
kepariwisataan yang sekarang ini ada hamper sama banyaknya dengan jumlah pengkajian
fenomena kepariwisataan yang telah dilakukan oleh Frechtling, ditemukan empat puluh
tiga defenisi yang berbeda untuk tiga istilah yaitu traveler, tourist dan visitor. Penemuan
tersebut diatas menunjukkan kurangnya koordinasi dalam penelitian-penelitian mengenai
perjalanan dan hal ini menghambat perbandingan-perbandingan antara data penelitian
perjalanan.
Hal ini sangat fundamental dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh
kepariwisataan adalah unsur utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni tourist
(wisatawan). Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster Internasional
mengandung arti suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut akan kembali ketitik
bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan
untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana
perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionary (1933: 190) defenisi dari tourist adalah yang
melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi; orang yang
melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kebudayaan, orang yang mengunjungi
sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang
menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.
Frechtling (1976: 60) analisisnya mengenai defenisi-defenisi tersebut diatas telah
menyusun empat kriteria dasar yang dipergunakan dalam perumusan defenisi, yaitu:
1. Tujuan perjalanan
2. Modal transportasi
3. Lama tinggal di tempat tujuan
4. Jarak perjalanan.
Telah disepakati secara umum bahwa dua kriteria yang disebutkan pertama diatas
tidak cukup untuk defenisi-defenisi komtemporer yang praktis. Oleh karena itu
perhatian telah di konsentrasikan pada dua criteria yang disebutkan terakhir. Lama
tinggal (length of stay) merupakan salah satu unsur utama dalam defenisi tourist yang
dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengharuskan bahwa lamanya
tinggal wisatawan ditempat tujuan adalah lebih dari 24 jam dan kurang dari 12 bulan.
2.3. Prasarana dan Sarana Kepariwisataan
Baik prasarana maupun sarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan “tourist
industri pariwisata. Prasarana dalam kepariwisataan sama sperti prasarana dalam
perekonomian pada umumnya, karena kegitan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain
adalah salah satu sector kegiatan perekonomian juga.
Yang di maksud dengan prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang
memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan berjalan lancer sedemikian
rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi
fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan
pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana
adalah:
a. Prasarana Umum (General Infrastruktur).
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian.
Adapun yang termasuk kelompok ini di antaranya ialah:
− System penyediaan air bersih
− Pembangkit tenaga listrik
− Jaringan jalan raya dan jembatan
− Airport, pelabuhan laut,terminal,stasion
− Kapal tambang (ferry), kereta api dan dll
− Telekomunikasi
b. Kebutuhan masyrakat banyak ( Basic Need of Civilized Life). Yaitu prasarana yang
menyangkut kebutuhan masyrakat banyak yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
− Rumah sakit
− Apotik
− Bank
− Kantor pos
− Pemerintahan umum.
Tanpa adanya prasarana tersebut di atas suakrlah bagi sarana-sarana
kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan
dan travelers lainnya.
Sarana Kepariwisataan
Kita mengenal ada 3 macam sarana kepariwisataan, dimana satu dengan yang
lainnya saling melengkapi. Dalam hubungan usaha setiap Negara untuk membuat
wisatawan lebih banyak dating,lebih lama tinggal,lebih banyak mengeluarkan uangnya di
tempat yang dikunjunginya,maka ketiga sarana ini sangat memegang peranan penting.
Ketiga sarana yang dimaksud ialah:
a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Supersructure)
Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwasataan adalah
perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan
dan traavellers lainnya. Fungsinya ialah menyediakan fasilits pokok yang dapat
memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Pariwisata sebagai industri mutlak
memerlukan sarana pokok kepariwisataan semacam ini.
Adapun perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
1. Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan
perjalanan wisatawan. Di dalam literatur kepariwisataan disebut dengan “Receptive
Touist Plan”. Yang dimaksud dengan “Receptive Touist Plan” ialah
perusahan-perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaran tour, sightseeing
bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation.
2. Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana
“Residential Tourist Plan”. Yang di maksud dengan “Residential Tourist Plan” adalah
perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan
makanan dan minuman di daerah tujuan, missal: Hotel,Motel,Youth
Hostel,Cottage,Camping Areas,Caravaning Taverns.
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure)
Yang dimaksud dengan sarana pelengkap kepariwisataan, ialah fasilitas-fasilitas
yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat
membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau di daerah yang di kunjunginya.
Dalam literature kepariwisataan dikenal dengan istilah “recreative and sportive plant” dan
yang termasuk kedalam kelompok ini adalah: fasilitas untuk berolahraga, baik di musim
dingin atau musim panas, seperti: ski, golf course, tennis court, swimming pool, boating
facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)
Yang dimaksud dengan sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang
diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya
melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting
adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang
dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Night Club, Steambath,
2.4. Ruang Lingkup Kepariwisataan
Sebelum mengkaji lebih lanjut mengenai pariwisata dan memperkirakan
pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih dulu
dibuat defenisi yang tepat mengenai kepariwisataan. Frecthling (1976:59) menyatakan
bahwa defenisi-defenisi untuk penelitian kepariwisataan haruslah memenuhi criteria
sebagai berikut:
1. Harus diskrit dan tidak meragukan serta harus secara jelas mendefenisikan tentang
suatu aktivitas atau suatu entity sebagai aktivitas atau entity yang berbeda dengan
seluruh aktivitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa
yang mencakup atau tidak mencakup dalam suatu kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan defenisi haus mengacu pada penelitian-penelitian terpenting mengenai
perjalanan wisata dan penggunaan bahasa sehari-hari unuk mempermudah
perbandingan antara hasil-hasil yang dicapai dengan hasil penelitian.
Hal ini sangat fundamental dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh
kepariwisataan adalah unsur utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni touist
(wisatawan). Tourist berasal dari kata tour yang menurut kamus Webster Internasional
mengandung arti: suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebut kembali ketitik
semula; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis,
bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tersebut akan dikunjungi beberapa tempat dan
untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana
perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionay (1930:190) defenisi dari tourist adalah orng
sejumlah tempat untuk melihat-lihat obyek-obyek wisata dengan pemandangan yang
menarik atau hal-hal lain dengan tujuan yang sama.
Dengan meningkatnya jumlah penelitian mengenai kepariwisataan, maka istilah
tourist menurut kamus tersebut diatas sekarang ini telah bertambah luas dan bertambah
kompleks. Ogilvie (1933) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu
sosial. Dia menguraikan bahwa seorang turist setiap orang yang perjalanannya memenuhi
2 kondisi, yaitu sebagai berikut:
1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selama periode waktu
tertentu yang relative singkat.
2. Uang yang di belanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah uang
yang di bawa dari tempat kediamannya dan bukan uang di peroleh di tempat tujuan
yang di kunjungi nya.
Pada tahun 1963 PBB telah menseponsori suatu konferensi mengenai travel dan
pariwisata yang di adakan di Roma. Konferensi ini berhasil merekomendasikan defenisi
unutk visitor (pengunjung) dan touris (wisatawan) untuk di pergunakan dalam statistik
iternasional. Untuk keperluan statistik, istilah visitor menunjukkan orang yang
mengunjungi suatu negara dimana dia bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari
memenuhi kesempatan yang diberikan oleh negara yang di kunjungi. Defenisi ini
mencakup:
1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di
ngara yang di kunjungi dan tujuan perjalanan dapat di klasifikasikan dibawah salah
satu dari beberapa golongan berikut:
− Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan dan
olahraga).
2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24
jam di Negara atau daerah yang di kunjungi, termasuk para pelaku perjalanan melalui
kapal-kapal pesiar (International Union of Official Travel Organizaion)
Menurut defenisi dari PBB tersebut di atas, wisatawan dapat di kelompkkan dalam
peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta menjadi
libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi satu hari dapat di
masukkan dalam kategori wisatawan ekserkursi (excursionist). Namun demikian
pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari bentuk rekreasi lainnya
karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi dalam aktivitas yang sama di
lokasi yang sama.
Oleh karena itu, fenomena kepariwisataan sekarang ini telah menjadi suatu
fenomena massa dan sangat terkonsentrasi di daerah tujuan wisata tertentu, maka dampak
yang ditimbulkan akan lebih nyata di bandingkan dengan akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh para pelaku perjalanan wisata ekserkusi, walaupun dampak tersebut hampir sama
dengan dampak yang di sebutkan terlebih dahulu.
2.5. Mitologi Kepariwisataan
Dalam perusahaan masa, satu ketetapan pada dekade belakangan ini
terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri. Pada
tahun 1990 kepariwisataan merupakan industri yang sangat vital dalam pendapatan
ekspor selain minyak dan otomotif. Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam
menahan kondisi politik dan ekonomi yang merugikan dan perkembangnnya tidak dapat
diletakkan sebagai pasar yang menarik.
Organisasi internasional pun mendukung lajunya perkembngan kepariwisataan,
ekonomi dan kepariwisataansecara relatife disebut clean industry atau industry
bersih/bebas dari pencemaran lingkungan, di lain pihak kepariwisataan tidak jarang
dijadikan kambing hitam penyebab menurunnnya nilai-nilai sosial dalam masyrakat, dan
seringkali pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung
dalam berbagai tujuan.
Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar dengan
adanya persepsi umum yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan. Kondisi ini perlu di
ansipasi dengan solusu sebagi berikut:
1. Kepariwisataan di dominasi oleh wisatawan domestic (melakukan perjalanannya
di negerinya sendiri) dan bukan wisatawaan mancanegara.
2. Perjalanan kepariwisataan di dunia di lakukan dengan transportai melalui darat,
bukan melalui udara.
3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga merupakan
urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan, pendidikan, dll.
Dalam sejarahnya, banyak kegiatan wisata yang relatif baru dalam
perkembangnya dan dewasa ini layak di pertimbangkan urusan bisnis dan studi akademik
yang lebih serius. Bagaimanapun juga, industri pariwisata merupakan nilai ekonomi yang
cukup penting dan mempunyai pengaruh yang kuat dari segi ekonomi, lingkungan dan
satu lembaga yang cukup berpengaruh terhadap kepariwisataan serta layak untuk di
kembangkan.
Pariwisata sudah sepantasnya untuk di jadikan suatu bentuk kajian ilmu
pengetahuan yang akan terus mengalami perkembangan menjadi bidang studi dan
kemudian mengarah pada suatu disiplin ilmu. Peningkatan dan pengembangan studi