• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Value Engineering (VE) Terhadap Efisiensi Biaya Proyek Pembangunan Sistem Kelistrikan pada Pusat Perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Value Engineering (VE) Terhadap Efisiensi Biaya Proyek Pembangunan Sistem Kelistrikan pada Pusat Perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENERAPAN VALUE ENGINEERING (VE)

TERHADAP EFISIENSI BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN

SISTEM KELISTRIKAN PADA PUSAT PERBELANJAAN

IRIAN SUPERMARKET KISARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Sub Konsentrasi Energi Listrik

OLEH :

ROIHAN NASUTION NIM : 120422027

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: cabang irian supermarket

(2)
(3)

ABSTRAK

Pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran adalah salah satu bangunan

komersil yang bergerak dibidang bisnis. Kebutuhan tenaga listrik di Pusat

Perbelanjaan Irian Supermarket diperkirakan masih akan terus menerus tumbuh

selama beberapa waktu ke depan, mengingat proses perkembangan plant

(rencana) yang masih terus berlangsung.

Daya listrik yang terpasang di pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran

disupli dari PLN dan pembangkit listrik sendiri (Genset). Dimana PLN sering

padam karena mengingat pusat perbelanjaan ini agar peralatan listrik berjalan

dengan baik dan para pengunjung merasakan kenyamanan fasilitas yang ada di

pusat perbelanjaan.

Dari hasil analisa dan perhitungan diperoleh, pemakaian energi listrik

pembangkit sendiri/ genset dan dari jasa PLN terdapat perbedaan biaya

pembangkitan per tahun.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas

berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penyusun Tugas Akhir ini dapat saya

selesaikan dengan baik, Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) di fakultas Teknik

Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari

bimbingan, dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Untuk itu melalui

Tulisan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan tidak terhinga

kepada :

1. Kedua orang Tua tercinta, yang selalu memberikan yang terbaik serta tiada

henti mengiringi dengan doa dan motivasi yang tidak ternilai.

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro FT. USU dan selaku Dosen Pembimbing saya yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan dukungan dalam

penyelesaian Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Masykur SJ. MT selaku Dosen Wali.

4. Bapak Ir. Eddy Warman, MT dan Bapak Ir. Raja Harahap, MT selaku

Dosen Pembimbing Penguji saya yang telah memberikan

masukan-masukan kepada saya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro,

(5)

6. Seluruh Pegawai PT. Bangun Mandiri Manajemen yang telah bersedia

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama melaksanakan

penelitian di lapangan.

7. Teman-teman angkatan 2012 Ekstensi yang nama-namanya tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang bisa membangun Tugas Akhir ini menjadi lebih baik.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulis tugas akhir ini dapat berguna

memberikan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Nopember 2015

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ………. i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 2

1.3. Tujuan ………... 3

1.4. Batasan Masalah ……… 3

1.5. Manfaat ……… 4

1.6. Sistematika Penulisan ………. 4

BAB 2. LANDASAN TEORI MENGENAI EFISIENSI BIAYA PEMBANGUNAN SISTEM KELISTRIKAN PUSAT PERBELANJAAN MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING 2.1. Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi ……….. 6

2.2. Sumber Tenaga Listrik……… 7

2.2.1.Sumber Tenaga Listrik Tenaga PLN ……… 9

(7)

2.2.3.Perbandingan antara PLN dan Genset ………..…………. 10

2.3. Struktur Distribusi Tenaga Listrik ……….. 11

2.4. Value Engineering ……..……..……….. 12

2.4.6.Perkembangan Value Engineering Di Indonesia ………... 18

2.4.7.Value Engineering Pada Rancang Bangun Konstruksi ………. 19

2.5. Dasar – Dasar Ilmu Ekonomi Teknik ………. 20

2.6. Pengertian Biaya ……… 21

2.7. Ekonomi Pembangkit ………. 22

2.8. Jenis Pengaman (ACB, MCCB dan MCB) Dan Luas Penampang (Kabel) ……… 23

BAB 3. OBJEK METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 24

3.2. Rumusan Masalah Dan Strategis Pemilihan Metode ………. 24

3.2.1.Rumusan Masalah ……….. 24

3.2.2.Strategis Pemilihan Metode ……… 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ……… 25

3.3.1.Suplai Daya Listrik dan Beban Daya Terpasang ……… 26

3.3.2.Kapasitas Daya ……… 29

(8)

3.5. Biaya Investasi Modal (Capital Cost) ……… 31

3.6. Biaya Bahan Bakar (Fuel Consuption) ……….………. 32

3.7. Biaya Tahunan (Annual Cost) ……….... 32

3.8. Daya Tersambung Dari Jasa PLN ……….. 34

3.8.1.Tarif Dasar Listrik ……….. 34

3.8.2.Biaya Kelebihan Pemakaian Daya Reaktif ………. 36

3.8.3.Penetapan Faktor „‟K‟‟……… 36

3.8.4.Straight Line Depreciation (SLD) / Depresiasi Garis Lurus ……….. 37

BAB 4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1. Tahap Informasi ……… 38

4.1.1.Mengumpulkan Informasi ……….. 38

4.1.2.Data Umum Proyek ……… 39

4.1.3.Analisis Kapasitas Daya Kebutuhan ……….. 42

4.2. Biaya Pembangkit Listrik Jasa PLN……… 46

4.2.1.Penggunaan Energi Listrik PLN ………. 46

4.2.2.Biaya Pemakaian kWh……… 48

4.2.3.Biaya Investasi ……… 49

4.3. Biaya Pembangkitan Daya Sendiri (Genset) ………. 50

4.3.1.Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kWh/Tahun) .… 51 4.3.2.Biaya Depresiasi Pembelian Unit Genset ………... 53

4.3.3.Perhitungan Biaya Modal (Capital Cost)…..……….. 54

4.3.4.Biaya Bahan Bakar ……… 55

4.3.5.Biaya Operasi Dan Pemeliharaan ……….. 57

(9)

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ……… 61

5.2. Saran ………. 61

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Perawatan PLN dan Genset……… 10

Tabel 3.1 Data Beban Daya Terpasang………. 27

Tabel 3.2 Faktor kebutuhan untuk penentuan daya terpasang ………. 29

Tabel 3.3. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Bisnis ……… 34

Tabel 4.1. Perhitungan Daya Listrik ………. 42

Tabel 4.2. Rekapitulasi Daya Dari Jasa PLN ………. 46

Tabel 4.3. Biaya Penyambungan PLN ……… 49

Tabel 4.4. Rekapitulasi Daya Yang Dibangkitkan Oleh Genset ……….. 51

Tabel 4.5. Jadwal Tahunan Depresiasi Aset Investasi ……….. 52

Tabel 4.6. Tabel Rekapitulasi Biaya Modal (capital cost)……… 54

Tabel 4.7. Tabel Rekapitulasi Fuel Consuption ……… 55

Tabel. 4.8. Gaji Karyawan Operator Genset ………. 56

Tabel 4.9. Tabel Rekapitulasi Biaya O&M………... 58

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gardu Tiang PLN ………. 11

Gambar 4.1. Kunjungan ke lokasi penelitian ……… 38

Gambar 4.2. Peta Lokasi Proyek ………. 40

Gambar 4.3. Foto Satelit Lokasi Proyek ……….. 41

Gambar 4.4. Rencana Posisi Gardu PLN ………. 41

(12)

ABSTRAK

Pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran adalah salah satu bangunan

komersil yang bergerak dibidang bisnis. Kebutuhan tenaga listrik di Pusat

Perbelanjaan Irian Supermarket diperkirakan masih akan terus menerus tumbuh

selama beberapa waktu ke depan, mengingat proses perkembangan plant

(rencana) yang masih terus berlangsung.

Daya listrik yang terpasang di pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran

disupli dari PLN dan pembangkit listrik sendiri (Genset). Dimana PLN sering

padam karena mengingat pusat perbelanjaan ini agar peralatan listrik berjalan

dengan baik dan para pengunjung merasakan kenyamanan fasilitas yang ada di

pusat perbelanjaan.

Dari hasil analisa dan perhitungan diperoleh, pemakaian energi listrik

pembangkit sendiri/ genset dan dari jasa PLN terdapat perbedaan biaya

pembangkitan per tahun.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang paling pokok untuk

menunjang kehidupan manusia saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

maupun bisnis memerlukan tenaga listrik. Secara umum dapat dikatakan bahwa

tenaga listrik merupakan salah satu persyarat kehidupan manusia, perkembangan

industri perbisnisan, dan pusat perbelanjaan mall memerlukan penyediaan dan

backup (cadangan) tenaga listrik.

Kebutuhan tenaga listrik di Pusat Perbelanjaan Irian Supermarket

diperkirakan masih akan terus menerus tumbuh selama beberapa waktu ke depan,

mengingat proses perkembangan plant (rencana) yang masih terus berlangsung.

Oleh sebab itu, energi listrik yang telah ada perlu dijaga keberadaannya dan

integrasi kualitasnya dalam melayani segala kebutuhan.

Dalam pembangunan suatu proyek perencanaan pengendalian biaya proyek

merupakan hal penting dalam proses pengelolaan biaya proyek. Dalam

manajemen Konstruksi (MK) terdapat suatu disiplin ilmu teknik Elektro yang

dapat digunakan untuk mengefesiensikan dan mengefektifkan biaya dan waktu.

Ilmu tersebut dikenal dengan nama value engineering (VE). Dalam VE digunakan

suatu metode evaluasi yang menganalisis teknik dan nilai dari suatu proyek, yang

(14)

batasan fungsional dan tahapan rencana tugas yang dapat mengidentifikasi dan

mengoptimalkan biaya-biaya itu serta usaha yang tak perlu.

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis bahwa proyek pembangunan

pusat perbelanjaan irian supermarket kisaran, khususnya pada pekerjaan

perencanaan sumber tenaga listrik dapat dilakukan VE karena dari referensi yang

sudah ada, VE memberikan efek positif berupa efisiensi biaya dan waktu dan akan

memberi metode terbaik tanpa mengurangi fungsi utama.

Dengan adanya kondisi tersebut diatas maka dituntut suatu sistem

kelistrikan yang mempunyai keandalan dan kontinuitas yang tinggi dalam

penyediaan dan penyaluran daya listrik dari PT PLN (PERSERO) dan atau genset.

1.2. Perumusan Masalah

Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam penyediaan energi listrik baik

dari segi ekonomis, segi teknis dan lainnya maka agar penelitian dapat lebih

terarah diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun dalam penelitian ini,

permasalahan dibatasi pada sistem kelistrikan proyek pembangunan pusat

perbelanjaan dilihat dari penerapan value engineering terhadap efisiensi biaya

proyek pembangunannya.

Dari pembatasan masalah permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa saja syarat standart operasi sistem tenaga listrik pada pusat

(15)

2. Apakah dengan dilakukannya metode value engineering pada proyek

perencanaan sumber tenga listrik ini akan diperoleh biaya yang paling

efisien ?

3. Bagaimanakah cara perhitungan biaya pemakaian tenaga listrik genset dan

PLN dengan metode value engineering ?

4. Bagaimana perbandingan biaya antara pemakaian listrik dengan

menggunakan tenaga listrik genset dengan PLN ?

1.3. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui syarat dan standar operasi sistem tenaga listrik.

2. Mengetahui sejauh mana value engineering ini bisa diterapkan pada proyek

perencanaan.

3. Menganalisis penghematan biaya yang diperoleh dari penerapan rekayasa

nilai.

4. Memberikan solusi alternatif dengan biaya lebih rendah dengan tetap

menjaga kualitas, kehandalan, dan fungsi.

1.4. Batasan Masalah

Ruang lingkup masalah didalam suatu proyek adalah begitu luas dan

kompleks sehingga dalam penelitian ini hanya dibatasi pada biaya pelaksanaan

(16)

direncanakan, investasi awal sistem tenaga listrik, penyambungan PLN dan

perbandingan ekonomis.

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diharapkan merupakan masukan yang sangat

berarti bagi unsur-unsur pelaksana proyek perencanaan/ pembangunan, sekaligus

merupakan koreksi terhadap kondisi yang nyata yang sedang berlangsung demi

peningkatan efisiensi dan efektivitas dana pembangunan, dan sehingga termotifasi

lebih mengenalkan bangunan secara value engineering.

1.6. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :

1. Bagian pendahuluan skripsi, yang berisi halaman judul, halaman pengesahan,

kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.

2. Bagian isi skripsi, yang terdiri atas lima bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penulis, batasan masalah penulis, manfaat penulis dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI MENGENAI BIAYA RANCANG BANGUN

KONSTRUKSI MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING

Dalam bab ini berisi tentang sumber tenaga listrik, value engineering

dan dasar-dasar ilmu ekonomi teknik.

(17)

Dalam bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, metode

pengumpulan data, metode penelitian dan jadwal penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahsan.

BAB V : PENUTUP

(18)

BAB II

LANDASAN TEORI MENGENAI EFISIENSI BIAYA PEMBANGUNAN

SISTEM KELISTRIKAN PUSAT PERBELANJAAN

MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING

2.1. Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi

Secara sederhana “Sistem Distribusi Tenaga Listrik” dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat beban. Sementara untuk “Sistem Instalasi” adalah cara pemasangan penyalur tenaga listrik atau

peralatan listrik untuk semua barang yang memerlukan tenaga listrik, dimana

pemasangannya harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan di dalam

Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).

Oleh karena sumber tenaga listrik untuk beban memiliki kondisi dan

persyaratan-persyaratan tertentu, maka saran penyampaiannya pun dikehendaki

memenuhi persyaratan tertentu pula. Kondisi dan persyaratan yang dimaksudkan

tersebut antara lain :

1. Setiap peralatan listrik dirancang memiliki rating tegangan, frekuensi dan

daya nominal tertentu.

2. Letak titik sumber (Pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

3. Pada pengoperasian peralatan listrik perlu dijamin keamanan bagi peralatan

itu sendiri, bagi manusia pengguna, dan bagi lingkungannya.

Dalam upaya antisipasi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem penyampaian

(19)

1. Diperlukan saluran daya (tenaga) yang handal, efektif, ekonomis dan

efisien.

2. Diperlukan tersedianya daya (tenaga) listrik dengan kapasitas yang cukup

(memenuhi), tegangan (dan frekuensi) yang stabil pada harga nominal

tertentu, sesuai design peralatan. Singkatnya diperlukan penyediaan daya

dengan kualitas yang baik.

3. Diperlukan sarana sistem pengaman yang baik, sesuai dengan persyaratan

pengamanan (cepat kerja, peka, selektif, handal dan ekonomis).

2.2. Sumber Tenaga Listrik

Pada masa sekarang ini di negara-negara berkembang seperti di negara kita

ini kebutuhan akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, terutama

dengan berkembangnya sektor industri, pendidikan, telekomunikasi, teknologi dan

lain sebagainya. Sumber energi listrik tersebut dapat diperoleh pengubahan suatu

energi primer menjadi bentuk energi lainnya secara langsung ataupun tidak

langsung. Sistem langsung atau biasa disebut sistem konvensional energi dimana

energi primer dikonversikan menjadi energi listrik dengan mediator perantara,

seperti turbin, motor bakar, dan lain sebagainya. Pada sistem tidak langsung atau

sistem non konvensional disini energi primer di konversikan menjadi energi listrik

tanpa mediator atau perantara, sebagai contohnya adalah solar cell, fotosintesis,

dan sebagainya.

Pada sistem konvensional banyak macam atau tipe pembangkitan tenaga

listrik yang digunakan untuk menunjang serta menyediakan tenaga listrik, antara

(20)

pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), pembangkit tenaga listrik tenaga gas

(PLTG), pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), pembangkit listrik tenaga

panas bumi (PLTPB), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sustu sistem

pembangkitan listrik adalah :

1. Jenis pembangkit

2. Daya yang dibutuhkan

3. Biaya operasional dan perawatan serta biaya pembangunan

4. Lokasi pusat pembangkit

5. Keuntungan dan kerugian sistem pembangkitan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam sektor industri banyak

digunakan pembangkit energi listrik tenaga diesel sebagai penambah daya listrik

ataupun sebagai backup power.

Kebutuhan tenaga listrik pada suatu industri harus disesuaikan dengan

keadaan produktivitas perusahaan itu sendiri, yang paling penting adalah

kontinuitas dan keandalan yang tinggi dalam pelayanannya. Mengingat bahwa

tenaga listrik sangat penting dalam proses produksi, maka sumber tenaga listrik

ini harus dijaga dari adanya berbagai macam gangguan.

Adapun suplai daya listrik digunakan pada pusat perbelanjaan ini adalah

sebagai berikut :

a. Sulplai jaringan dari PLN

b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET)

Suplay PLN dipakai sebagai main supply untuk memenuhi kebutuhan listrik

(21)

dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Genset. Kedua sumber tenaga listrik

tersebut tidak dapat bekerja bersama-sama melainkan bergantian. Bila suplay PLN

down atau mengalami gannguan maka Genset akan bertindak sebagai main

supply. Sedangkan bila keadaan kembali normal maka PLN akan bertindak

sebagai main supply dan genset akan off.

2.2.1.Sumber Tenaga Listrik Tenaga PLN

Untuk menyalurkan tenaga listrik ke konsumen, PLN membangun gardu

distribusi di pusat-pusat beban. Di gardu distribusi ini terjadi penurunan tegangan

dari tegangan transmisi ketegangan menengah distribusi. Dalam ketentuan

pelanggan atau konsumen itu harus memiliki gardu distribusi sendiri.

2.2.2.Sumber Tenaga Listrik Diesel (PLTD/ Genset)

Untuk menjaga kemungkinan terjadi pemutusan atau semacam gangguan

aliran listrik dari PLN, maka suatu industri menyediakan pembangkit listrik

sendiri sebagai back-up, biasanya digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel

(PLTD/GENSET). Namun ada juga suatu industri yang tidak mempergunakan

suplai daya dari PLN, tapi hanya tergantung pada Pembangkit Lisrik Tenaga

Diesel (PLTD) GENSET. Pembangkit Lisrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET)

lebih cocok digunakan untuk industri dibandingkan dengan jenis pembangkit

listrik lain, seperti pembangkit listrik tenaga uap, gas dan sebagainya karena

pemeliharaannya dan perawatannya lebih mudah dibandingkan pembangkit listrik

(22)

2.2.3.Perbandingan antara PLN dan Genset

Perbandingan dalam skripsi ini dapat diartikan yaitu membandingkan antara

efisiensi penggunaan listrik dari Genset dengan listrik PLN.

Sedangkan efisiensi itu sendiri mempunyai arti penggunaan listrik.

Tabel 2.1 Perbandingan Perawatan PLN dan Genset

PLN GENSET

Penggunaan energi listrik genset lebih membutuhkan operator atau divisi

teknik didalam pengoperasian serta perawatan. Akan tetapi didalam pengunaan

listrik PLN tidak memerlukan operator atau divisi untuk pengoperasian maupun

perawatan. Sedangkan untuk pengecekan dilakukan oleh maintenance. Didalam

(23)

tanpa harus memikirkan gangguan akibat adanya beban puncak. Sedangkan dari

PLN harus memikirkan apabila terjadi gangguan baik berupa listrik padam

maupun beban puncak.

2.3. Struktur Distribusi Tenaga Listrik

Gardu tiang PLN memberikan suplai tenaga listrik ke jaringan distribusi.

Tegangan suplai 70/20 kv dari gardu tiang PLN merupakan jaringa tegangan

menengah/ primer (JTM), yang menggunakan tiga kawat atau empat kawat untuk

tiga fasa. Selanjutnya menuju trafo disribusi gedung befungsi sebagai

mentrasformasikan tenaga listrik tegangan tinggi ke tegangan rendah (JTR)

dengan tegangan 380/ 220 volt, yaitu ke Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR).

(24)

Sistem distribusi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik PLN dan/ atau

Genset sampai ke beban-bebannya merupakan sistem model radial.

2.4. Value Engineering

Bagian ini terdiri dari sejarah munculnya value engineering (VE), defenisi

tentang VE, defenisi nilai, tahapan-tahapan dalam melakukan VE, serta

perkembangan VE di Indonesia.

2.4.1.Sejarah dan Filosofi VE

Value Enineering (VE) dikembangkan pertama kali oleh Lawrence D. Miles

pada ahun 1940-an di perusahaan General Electric, guna menyelesaikan masalah

kurangnya material penting dari produk yang akan mereka produksi selama

perang dunia kedua. Pada awalnya, VE bernama analisis nilai (Value Analysis/

VA) dengan pondasi kunci adalah fungsi. Pada mulanya fungsi ini mengkaji

setiap komponen bagian dari perubahan/ bagian dari produk eksistin. Pada

perkembangannya, metode analisis ini mengalami perubahan konteks, yaitu dari

pengkajian terhadap bagian produk eksisting ke peningkatan rancangan konsep,

oleh karena itu nama value engineering (VE) muncul sebagai bentuk penyesuaian

terhadap perubahan konteks tersebut (Priyanto, 2010). Selama perkembangannya

banyak pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan oleh para praktisi VE. Guna

berbagai pengetahuan dan inovasi, pada tahun 1959, para praktisi membentuk asosiasi pembelajaran di Washington, DC dengan nama „Society of American

(25)

lain yang dikembangkan dalam metode ini. Untuk menarik para pengembang dan

praktisi dari tools, teknik dan proses lain menjadi anggota SAVE, maka pada tahun 1996, nama asosiasi ini diubah menjadi „SAVE International.

Dalam uraian singkat mengenai perkembangan VE yang dimuat dalam buku

standar SAVE International (2007), tersirat adanya filosofi VE yang memberi

kemudahan bagi upaya memahami konsep VE. Filosofi VE tersebut adalh

menyediakan cara pengelolaan nilai (value) dan upaya peningkatan inovasi yang

sistematik guna memberikan keunggulan daya asing bagi sebuah produk yang

akan dirakit, karena produk-produk dibeli untuk apa yang dapat mereka lakukan

(fungsi dari produk), baik melalui pekerjaan yang mereka dapat lakukan atau

kualitas estetika yang mereka sediakan. Untuk dapat fokus pada pemahaman

fungsi, maka fungsi di definisikan dengan menggunakan gabungan kata aktif

(active verb) dan kata benda yang diukur (measure noun) yang dapat memberikan

karakteristik manfaat dari fungsi yang dimaksud. Oleh karena itu, metode ini

menempatkan analisis fungsi sebagai pondasi kunci. Analisis fungsi terus

dikembangkan dan menjadi tool untuk membantu individu dan tim memahami

sebuah konsep melaui fungsi-fungsinya guna memutuskan apakah desain dapat

ditingkatkan atau diadakan material atau konsep lain yang dapat memenuhi fungsi

tersebut.

2.4.2.Defenisi dan Konsep Nilai (Value)

Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa nilai

(value) merupakan sesuatu yang dikelola dalam pengelolaan nilai. Nilai (value)

(26)

akurat karena nilai merupakan fungsi waktu, orang, subyek dan kondisi. Menurut

Snogdgrass dan Kasi (1986), sebuah nilai tidak bisa ditetapkan hanya dengan

mempertimbangkan subyek itu sendiri, oleh karena itu tim harus menetapkan

terlebih dahulu alat ukur nilai (value). Masing-masing komponen seharusnya

diukur kinerjanya dengan alat ukur ini.

2.4.3.Defenisi VE

Defenisi VE perlu dipahami untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai VE. Defenisi VE tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Value Engineering (VE) adalah aplikasi metodologi nilai (value

methodology) pada sebuah proyek atau layan yang telah direncanakan atau

dikonsepkan untuk mencapai peningkatan nilai (value). Metodologi nilai

adalah sebuah proses sistematis yang digunakan oleh disiplin untuk

meningkatkan nilai (value) dari sebuah proyek melalui analisa terhadap

fungsi-fungsinya. (standar SAVE, 2007).

2. Value Engineering (VE) adalah sebuah upaya terorganisir diarahkan pada

analisa fungsi-fungsi dari sistem, perlengkapan, fasilitas, jasa layanan dan

jasa penyediaan untuk mencapai tujuan significan pada siklus hidup (

life-cycle cost) yang paling rendah, konsisten dengan persyaratan kinerja

(perfomance), kepercayaan (reliability), mutu (quality) dan keamanan

(safety) (PBS-PQ250. 1992, PBS-PQ251, 1993).

3. Value Engineering (VE) adalah suatu sistem pemecahan masalah yang

dilaksanakan dengan menggunakan kumpulan teknik tertentu, ilmu

(27)

untuk mendefinisikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan

seperti biaya yang tidak memberikan konstribusi bagi mutu, kegunaan, umur

dan penampilan produk serta daya tarik konsumen (Miles, 1972).

2.4.4.Alasan – Alasan Untuk Unnecessary Cost

Pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi overbuget, hal ini terjadi

karena adanya biaya-biaya yang tidak perlu (Unnecessery Cost).

Dell‟ Isola (1997) menguraikan mengenai alasan-alasan biaya yang tidak perlu

antara lain (p.xxii) :

1. Kurangnya informasi,

Data yang tidak cukup mengenai fungsi owner/ pengguna inginkan/

butuhkan dan informasi material baru, produk, yang dapat mempertemukan

kebutuhan ini.

2. Kekurangan ide,

Kegagalan untuk mengembangkan solusi aternatif, dibeberapa kasus,

pembuat keputusan menerima solusi pertama yang terlintas dipikirannya.

Kecenderungan ini selalu mendatangkan unnecessery cost, yang dapat

dieliminasi dengan menuntut keputusan yang didasarkan pada ekonomi dan

prestasi.

3. Keadaan sementar,

Desain, jadwal dan pengiriman yang mendesak dapat memaksa pembuat

keputusan mencapai kesimpulan cepat untuk memenuhi persyaratan waktu

tanpa memperhatikan nilai yang baik.

(28)

Uncessery cost juga sering disebabkan oleh keputusan yang didasarkan pada

apa yang pembuat keputusan percaya sebagai keputusan yang benar,

daripada mempertimbangkan pada kondisi nyata. Hal ini dapat menghalangi

ide bagus.

5. Kebiasaan dan perilaku,

Manusia menciptakan kebiasaan. Sebuah kebiasaan adalah bentuk dari

respon, melakukan hal yang sama, cara yang sama, pada kondisi yang sama.

Kebiasaan adalah reaksi dan respon yang orang pelajari secara otomatis,

tanpa berpikir atau memutuskan. Kebiasaan adalah bagian yang penting dari

kehidupan, tetapi ada satu hal yang harus dipertanyakan, “Apakah saya melakukan cara ini karena ini adalah cara yang terbaik, karena saya merasa nyaman dengan metode ini, atau karena saya selalu melakukan cara ini!”

6. Perubahan kebutuhan owner,

Sering, kebutuhan baru owner memaksa perubahan selama desain atau

konstruksi yang meningkatkan biaya dan merubah jadwal. Pada banyak

kasus owner tidak mempertimbangkan dampak dari perusahaan ini.

7. Kurangnya komunikasi dan koordinasi,

Kurangnya komunikasi dan informasi adalah alasan utama untuk

unnecessery cost. VE membuka saluran komunikasi bahwa alat diskusi

persoalan dan mengijinkan mengepresikan pendapat.

8. Standar dan spesifikasi yang kuno,

Beberapa standar dan spefikasi yang digunakan dalam konstruksi berumur

kurang dari sepuluh tahun. Sebagai teknologi yang baru, pembaharuan

(29)

VE membantu untuk mengisolasi dan fokus pada teknologi dan standar baru

dimana biaya tinggi dan nilai jelek mungkin terjadi.

Setiap alasan untuk nilai jelek ini menyediakan sebuah kesempatan untuk

memperbaiki keputusan yang dibuat dan sebuah area dimana upaya value

engineering adalah tindakan yang tepat.

2.4.5.Elemen – Elemen penting Dalam VE

Elemen-elemen VE ini digunakan untuk membantu dalam analisis VE,

elemen ini terdiri dari :

1. Pemilihan komponen proyek untuk studi VE

2. Pembiayaan untuk nilai

3. Pemodelan biaya

4. Pendekaan fungsional

5. Teknik sistem analisa fungsi (Functional Analysis System Technique – FAST)

6. Rencana kerja VE

7. Kreativitas

8. Penentuan dan pembiayaan program VE

9. Kedinamisan manusia, dan

10.Pengaturan hubungan antara pemilik, perancang dan konsultan VE

Setiap elemen tersebut diatas harus digunakan dalam studi VE untuk sebuah

(30)

2.4.6.Perkembangan Value Engineering Di Indonesia

Value engineering (VE) mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986

oleh bapak DR. Ir. Suriana Chandra melaui seminar-seminar diberbagai kota.

Pada tahun itu juga, metode ini digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan

Layang Cawang. Selanjutnya pada tahun 1987, Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas), Departemen Keuangan, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya

mengajukan pemakaian VE di Indonesia untuk seluruh pembangunan rumah dinas

dan gedung negara di atas satu milyar rupiah.

Periode sejak berikutnya tahun 1990-an sampai awal tahun 2003,

perkembangan VE di Indonesia tidak banyak diketahui. Jika ditinjau dari regulasi

yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan konstruksi pada periode tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Perumahan Dan Pemukiman Nomor 24 tahun 1992;

2. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999;

3. Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung Nomor 28 tahun 2002;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29, 30 tahun 2000;

5. Keputusan Menteri (Kepmen) Pemukiman dan Prasarana Wilayah

(Kimpraswi) Nomor 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Gedung Negara.

Maka tampaknya anjuran Bappenas tahun 1987 untuk menerapkan value

engineering pada pembangunan rumah dinas dan gedung negara, tidak dilanjuti

dengan penyusunan regulasi yang lebih tinggi tingkatan hukumnya, karena tidak

(31)

penerapan VE. Bbeberapa praktisi memperkirakan bahwa perkembangan VE pada

periode ini telah terhenti.

Pada periode berikutnya mulai tahun 2003 sejak dikeluarkannya Kepres 80

tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah sampai awal

tahun 2007, VE di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda

perkembangan yang berarti. Pada periode ini kewajiban menerapkan Kepres 80

dianggap menghambat perkembangan penerapan VE khususnya pada

proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Kepres 80, disatu sisi menyatakan bahwa

pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyediaan jasa dan barang harus

menghindari terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan, disisi lain tidak

menyediakan ruang bagi penyedia untuk berkreasi mengupayakan penghematan

dengan metode-metode dan inovasi-inovasi baru yang lebih baik.

Value engineering yang dalam aplikasinya memerlukan keleluasaan untuk

berkreasi dan inovasi terhadap desain awal seringkali tidak terakomodasi atau

tidak dipahami oleh owner (panitian pengadaan) dan aparat penegak hukum.

Keterlambatan pemahaman aparat penegak hukum terkait dengan pelaksanaan

konstruksi menyebabkan mereka berpegang pada aturan-aturan kaku yang

sebenarnya masih harus disempurnakan. Hal ini menyebabkan value engineering

masih jarang digunakan di Indonesia.

2.4.7.Value Engineering Pada Rancang Bangun Konstruksi

Dari tahun ke tahun, industri konstruksi di Indonesia terus mengalami

perkembangan yang signifikan. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi

(32)

biaya proyek. dalam kegiatan suatu proyek akan banyak didapati masalah seperti

panggunaan material yang boros, tenaga kerja yang kurang terampil dan waktu

penyelesaian proyek yang tidak tepat waktu sehingga menyebalkan pemborosan

biaya yang tidak sesuai perencanaan.

Dalam manajemen rekayasa konstruksi (MRK) terdapat suatu disiplin ilmu

teknil listrik yang digunakan untuk mengefisiensikan biaya. Ilmu tersebut dikenal

dengan nama Rekayasa Nilai (Value Enginering). Rekayasa Nilai (Value

engineering) adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan terencana dengan

tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisiensikan biaya-biaya yang tidak perlu.

2.5. Dasar – Dasar Ilmu Ekonomi Teknik

Dewasa ini teknologi telah berkembang dengan pesat sehingga dalam

praktiknya untuk mewujudkan suatu kebutuhan manusia akan dihadapkan dengan

berbagai pilihan/ alternatif. Alternatif tersebut bisa dalam bentuk desain/ rencana,

prosedur, metode, material, waktu dan lainya.

Karena setiap pilihan alternatif akan berdampak langsung pada pemakaian

sumber daya, dimana sumber daya itu sendiri semakin mahal dan sulit, maka

pemilihan alternatif harus didasarkan pada prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas

dari pemanfaatan sumber daya itu sendiri. Prinsip ini akan menjadi lebih penting

lagi bila persoalannya berkaitan dengan penerapan kegiatan keteknikan

(engineering), di mana pada umumnya kegiatan teknik akan melibatkan biaya

awal (investasi) yang relatif besar dan berdampak langsung pula pada kebutuhan

(33)

rancangan teknik yang akan diterapkan perlu diuji dengan pertanyaan-pertanyaan

kritis seperti berikut ini :

˗ Mengapa memilih yang itu, dan mengapa tidak yang lain? Mengapa

melakukannya sekarang, bagaimana kalau lain waktu?

˗ Mengapa melakukannya dengan cara ini, mengapa tidak dengan cara lain? ˗ Dan sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan bagaian dari keputusan-keputusan

teknik yang tidak dapat diabaiakn dalam rangka membuktikan bahwa desain/

rancangan yang dibuat merupakan rancangan yang baik dan menguntungkan

untuk dilaksanakan/ direalisasikan.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu kriteria

dan indikator penilaian yang tepat dan relevan sehingga jawaban yang dihasilkan

objektif dan rasional. Untuk pertanyaan yang bersifat teknis pada dasarnya perlu

dijawab dengan kriteria dan indikator teknis melalui evaluasi teknis, namun pada

akhirnya keputusan-keputusan teknis dapat dikonversikan menjdai kriteria-kriteria

ekonomis melalui indikator-indikator cashflow yang diakibatkan oleh aspek biaya

dan manfaat yang terkandung dari setiap alternatif teknis yang diusulkan tersebut.

Dengan demikian, ekonomi teknik pada dasarnya suatu ilmu pengetahuan yang

menjelaskan bagaimana metode menilai suatu desain teknis direncanakan juga

layak ekonomis/ menguntungkan untuk direalisasikan.

2.6. Pengertian Biaya

Dalam membicarakan biaya sebenarnya diketahui ada dua istilah atau

(34)

1. Biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dibutuhkan dalam rangka

mencapai suatu tujuan diukur dengan nilai uang.

2. Pengeluaran (expence) adalah berkaitan dengan sejumlah uang yang

dikeluarkan atau dibayarkan dalam rangka mendapatkan sesuatu hasil yang

diharapkan.

Secara umum biaya dapat diklasifikasikan yakni :

1. Biaya Pertama adalah biaya awal kepemilikan yang terkapitalisasi, yang

meliputi transportasi, instalasi, dan pengeluaran awal lain.

2. Biaya Operasi dan Perawatan adalah kelompok biaya yang dialami secara

terus menerus selama masa manfaat aktivitas tersebut.

3. Biaya Tetap adalah kelompok biaya yang diperlukan dalam aktivitas

berjalan yang totalnya akan relatif tetap sepanjang jangkauan (periode)

waktu aktivitas operasional.

4. Biaya Variabel adalah kelompok biaya yang berubah-ubah mengikuti

perubahan level aktivitas operasional.

5. Biaya kenaikan dan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan

sebagai hasil dari output yang meningkatkan sebanyak satu unit tambahan.

2.7. Ekonomi Pembangkit

Dalam pembahasan aspek ekonomi pembangkit mempertimbang biaya

modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan pemeliharaan yang dijumlah

menjadi biaya pembangkit total. Adapun faktor utama yang mempengaruhi

(35)

dalam masa operasi pembangkit. Dalam mempertimbangkan hal diatas, maka

dapat ditentukan kelayakan satu teknologi pembangkit dari sisi ekonomi.

2.8. Jenis Pengaman (ACB, MCCB dan MCB) Dan Luas Penampang

(Kabel)

Untuk mencegah terjadinya arus hubung singkat atau arus lebih pada setiap

salauran instalasi listrik pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran

menggunakan pengaman Air Circuit breaker (ACB), Moulded Case Circuit

Breaker (MCCB) dan Mini Circuit Breaker (MCB) dan jenis penampang (Kabel).

Untuk jenis pengaman dan penampang beban listrik ini setiap lokasi

masing-masing terbagi dalam beberapa kelompok panel listrik di pusat perbelanjaan Irian

(36)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan agustus 2015

(selama tiga bulan) di Proyek Irian Supermarket Kisaran yang berlokasi di Jl.

Imam Bonjol, Kab. Asahan, Sumatera Utara.

3.2. Rumusan Masalah Dan Strategis Pemilihan Metode

Tahap awal melakukan penelitian adalah merumuskan masalah membuat

hipotesis, dan menentukan strategi penelitian.

3.2.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan pada pembahasan

sebelumnya, maka dirumuskan pertanyan-pertanyaan penelitian (research

questions) untuk dianalisis.

Dari rumusan masalah tersebut, maka diperoleh hipotesis dalam penelitian

ini adalah : “Dengan Diterapkannya Value Engineering pada Proyek

Pembangunan Pusat Perbelanjaan ini Maka akan Efisiensi Biaya.”

3.2.4.Strategis Pemilihan Metode

Dalam penelitian digunakan suatu strategi atau metode pengumpulan data

untuk memperoleh bahan-bahan keterangan suatu kenyataan yang benar sehingga

(37)

Sedangkan berdasarkan pendekatannya, penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitaif ini didukung dengan pendekatan

kualitatif melalui wawancara.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data diperlukan juga

instrumen pengumpulan data yaitu alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut sistematis.

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang secara langsung diambil dari objek penelitian.

Data primer ini merupakan data pokok yang digunakan unuk menganalisis

value engineering. Data primer pada penelitian ini dapat berupa data teknis

proyek, seperti gambar kerja dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

2. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh tidak secara langsung dari objek

penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data pendukung yang

dijadikan input dan referensi dalam melakukan analisis VE. Data sekunder

terdiri dari daftar harga satuan atau analisa pekerjaan, data bahan, material,

dan peralatan bangunan yang digunakan, data tenaga kerja,

peraturan-peraturan mengenai sistem kelistrikan yang dapat dijadikan referensi dalam

melakukan analisis VE.

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

terdiri dari:

(38)

Metode ini ditunjukkan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, meliputi gambar kerja, Rencana Anggaran Biaya (RAB),

buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan laporan kegiatan dan data-data

tentang penggunaan energi listrik, baik dari genset maupun PLN (yang

meliputi spesifikasi peralatan yang bersangkutan dengan pembangkit dari

genset maupun PLN).

2. Metode Pengamatan

Metode pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan secara

langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan. Observasi dilakukan pada tahap pengumpulan informasi.

3.3.1.Suplai Daya Listrik dan Beban Daya Terpasang

Daya terpasang adalah keseluruhan beban listrik yang terdapat Panel Utama

Tegangan Rendah (PUTR) yang disalurkan ketiap lantai serta tiap panel sub

distribusi panel (SDP) yang ada pada perencanaan sistem kelistrikan proyek ini.

Untuk suplai daya listrik yang ada di Irian Supermarket Kisaran terdiri dari

beberapa panel yang disalurkan ke tiap lantai. Dari Tabel 3.1 dapat dilihat data

beban yang terpasang pada proyek perencanaan pusat perbelanjaan Irian

Supermarket Kisaran sebesar 481.424 watt, dengan disuplai sistem back-up

genset secara keseluruhan, yang berfungsi untuk menyuplai daya listrik apabila

(39)

Beban listrik pusat perbelanjaan yaitu berupa fuse box (MCB) yang

terpasang pada masing-masing lokasi, Panel Peralatan dan Panel Sub Distribusi

Panel. Adapan jumlah panel yang akan disalurkan berjumlah 53 panel.

Tabel 3.1 Data Beban Daya Terpasang

(40)
(41)

Koridor / Lobby 496

Sumber : Proyek Irian Supermarket Kisaran

3.3.2.Kapasitas Daya

Kebutuhan daya maksimum sangat perlu diketahui agar dapat ditentukan

kebutuhan akan besarnya kapasitar transformator. Faktor kebutuhan (Fdm) dapat

dihitung dengan cara melakukan perbandingan antara kebutuhan maksimum

dalam sebuah sistem dengan total beban yang terpasang pada sistem tersebut.

(Haryono, Tiyono)

(42)

Pada Tabel 3.2. standar faktor kebutuhan untuk penentuan daya terpasang.

Tabel 3.2 Faktor kebutuhan untuk penentuan daya terpasang (Haryono, Tiyono)

Pemilihan kapasitas KVA Trafo distribusi didasarkan pada beban yang akan

dilayani. Diusahakan pembebanan trafo distribusi mendekati 80%. Bila beban

trafo terlalu besar dan melebihi batas efesiensi maksimum, maka tidak sesuai

ratingnya. Rumus berikut dapat digunakan untuk perhitungan rating trafo

distribusi yang dipilih :

……….…… (3.2)

Untuk menentukan kapasitas generator yang digunakan harus diketahui

terlebih dahulu faktor kebutuhan sistem, yang dirumuskan sebagai berikut :

………. (3.3)

(43)

……… (3.4)

Dimana, S = kapasitas generator (kVa)

P = Beban sistem (kW)

Ƞ = Efisisensi (jika tidak diketahui diasumsikan 85%)

Cos Ø = Faktor daya (jika tidak diketahui diasumsikan 0,8)

DF = faktor kebutuhan

3.4. Harga Energi Listrik

Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi listrik yang berbeda-beda

yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan

biaya operasi pembangkit listrik tersebut. Secara umum harga energi listrik yaitu

biaya pembangkitan per kW, biaya pengoperasian per kW, biaya perawatan per

kW, suku bunga, depresiasi, umur operasi dan daya yang dibangkitkan.

Untuk mengetahui jumlah biaya per kWh adalah dengan membagi seluruh

jumlah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah kWh yang digunakan.

3.5. Biaya Investasi Modal (Capital Cost)

Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit

tenaga listrik yang dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan faktor penyusutan

atau depresiasi. Dapat ditentukan dengan rumus :

……..…. (2.1)

Dimana, CC = Capital Cost (Biaya Modal)

(44)

i = tingkat suku bunga

n = umur pembangkit

3.6. Biaya Bahan Bakar (Fuel Consuption)

Biaya Bahan bakar

[ ] [ ]…. (2.2)

Maka pemakaian bahan bakar dalam setahun,

………..………… (2.3)

Sehingga Pemakaian Bahan Bakar Spesifik (SFC) mesin diesel sebagai

berikut :

………...………. (2.4)

Dimana, t = lama genset bekerja (jam)

Q = Jumlah bahan bahan bakar (liter)

P = Jumlah daya yang dibangkitkan (kWh)

3.7. Biaya Tahunan (Annual Cost)

Biaya tahunan adalah biaya beban yang masih harus dipikul oleh pihak

pemilik/ investasi. Pada prinsipnya biaya yang masih diperlukan sepanjang umur

proyek ini, meliputi biaya Bunga, depresiasi dan biaya operasi dan pemeliharaan.

1. Gaji operator

Gaji operator terdiri dari 4 orang :

(45)

3 Orang operator teknisi

……….. (2.5)

2. Biaya pelumas

….. (2.6)

Maka biaya pelumas adalah :

……… (2.7)

3. Biaya Tak terduga dan suku cadang

….. (2.8)

Maka biaya pelumas adalah :

……… (2.9)

4. Biaya administrasi

………..……(2.10)

Jadi besar biaya O&M atau biaya tahunan O&M pembangkitan dapat

dihitung dengan rumus :

...(2.11)

Jadi besar biaya total atau biaya tahunan pembangkitan dapat dihitung

dengan rumus :

(46)

3.8. Daya Tersambung Dari Jasa PLN

Disamping menggunakan genset sendiri, juga membeli daya listrik dari jasa

PLN sebagai energi listrik utama.

3.8.1.Tarif Dasar Listrik

Tarif tenaga listrik adalah tarif tenaga listrik untuk konsumen yang

disediakan oleh Perusahaan Perseroan ( Persero ) PT Perusahaan Listrik Negara.

Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan ( Persero ) PT

Perusahaan Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan

golongan tarif. Tarif dasar listrik terdiri atas tarif listrik reguler dan tarif listrik

prabayar. Tarif listrik reguler merupakan tarif listrik yang dibayarkan setelah

pemakaian tenaga listrik oleh konsumen. Sedangkan tarif listrik prabayar

merupakan tarif listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh

konsumen.

Sesuai dengan Tarif Dasar Listrik 2015, tarif yang berlaku adalah Tarif

Bisnis Besar (B-3) dengan sambungan pada sisi Tegangan Menengah, dan yang

tercantum dalam Rekening listrik Setiap bulannya dengan ketemtuan :

a. Biaya pemakaian

˗Blok WBP = K x 1.115,60 (Rp/kWh) ˗Blok LWBP = 1.115,60 (Rp/kWh) ˗Biaya kVARh = 1.120,65 (Rp/kVARh) ˗Rekening Minimum (RM)

RM = 40 (jam nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian LWBP

(47)

 K : faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai

dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat.

 WBP : Waktu Beban Puncak

 LWBP : Luar Waktu Beban Puncak

 Jam nyala : kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung.

Biaya pemakaian energi listrik untuk kelompok tarif dasar listrik untuk

keperluan bisnis terdapat pada Tabel 2.2.

(48)

Biaya pemakaian listrik yang dijual PT. PLN (Persero) ditentukan oleh

pemerintah. Peraturan peundang-undangan yang mengatur hal tersebut adalah

Keputusan Presiden (Keppres) serta Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral Nomor Peraturan Mentero ESDM No. 7 Tahun 2010 tentang, ketentuan

pelaksanaan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh PT. PLN (Persero).

3.8.2.Biaya Kelebihan Pemakaian Daya Reaktif

a. Tarif dasar listrik berlaku untuk pemakaian tenaga listrik dengan faktor daya

rata-rata setiap bulan sekurang-kurangnya 0,85 ( nol koma delapan puluh

lima ).

b. Dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 ( nol koma

delapan puluh lima ), maka terhadap beberapa golongan tarif tersebut

dikenakan biaya kelebihan pemakaian daya reaktif ( kVArh ).

c. Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif diberlakukan apabila pemakaian

kVArh yang tercatat dalam 1 ( satu ) bulan lebih tinggi dari 0,62 ( nol koma

enam puluh dua ) jumlah kWh pada bulan yang bersangkutan, sehingga

faktor daya ( Cos φ ) rata-rata kurang dari 0,85 ( nol koma delapan puluh lima ).

3.8.3.Penetapan Faktor “K”

Direksi Perusahaan Perseroan ( Persero ) PT Perusahaan Listrik Negara

menetapkan besarnya faktor perbandingan ( faktor "K" ) antara harga Waktu

(49)

dilihat pada Tabel 2.2, sesuai dengan karakteristik beban sistem tenaga listrik

setempat, serta menetapkan waktu dan lamanya Waktu Beban Puncak ( WBP ).

3.8.4.Straight Line Depreciation (SLD) / Depresiasi Garis Lurus

Metode depresiasi garis lurus (SLD) adalah metode paling sederhana dan

yang paling sering dipakai dalam perhitungan depresiasi aset, karena metode ini

relatif sederhana. Metode ini pada dasarnya memberikan hasil perhitungan

depresiasi yang sama setiap tahun umur perhitungan aset.

Parameter-parameter yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah nilai

investasi, umur produktif aset/ lamanya aset akan dikenakan depresiasi, nilai sisa

aset pada akhir umur produktif aset.

Rumus :

Di mana : SLD = Jumlah depresiasi per tahun

I = Investasi (nilai aset awal)

S = nilai sisa aset akhir umur produktif

N = Lamanya aset akan di depresiasi

Jumlah aset yang telah didepresiasi selama t tahun adalah : t

Nilai buku (book value) tiap akhir t tahun depresiasi adalah :

(50)

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

4.4. Tahap Informasi

Berdasasrkan rencana kerja (job plan) dalam value engineering, tahap

pertama yang harus dilalui dalam studi VE adalah mengumpulkan informasi

sebanyak mungkin mengenai desain perencanaan sistem kelistrikan proyek mulai

data umum hingga batasan desain yang didinginkan dalam proyek tersebut.

Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi item pekerjaan berbiaya tinggi.

4.1.1.Mengumpulkan Informasi

Data proyek diperlukan untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu

proyek. data-data proyek berisi informasi umum proyek, fungsi gedung proyek,

dan batasan desain perencanaan proyek. informasi mengenai proyek diperoleh

(51)

Gambar 4.1. Kunjungan ke lokasi penelitian

4.1.2.Data Umum Proyek

Studi value engineering ini akan dilakukan pada proyek pembangunan

sistem kelistrikan pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran.

1. Berikut data-data umum yang diperlukan sebagai bahan informasi untuk

penerapan Value Engineering pada bangunan ini:

˗ Jenis proyek : Pusat Perbelanjaan Irian Supermarket.

˗ Lokasi Proyek : Jalan Imam Bonjol, Kisaran, Sumatera Utara. ˗ Pemberi Tugas : Group Irian Supermarket

˗ Status Proyek : Swasta

˗ Perencana : Lokal Medan

˗ Luas Site : 7.600,13 m2

2. Karakteristik Proyek adalah sebagai berikut:

(52)

Pada penelitian ini, pekerjaan yang akan dianalisis adalah pekerjaan sistem

kelistrikan terhadap efisiensi biaya proyek pembangunan yang akan diterapkan

pada perencanaan proyek ini.

(53)

Gambar 4.3. Foto Satelit Lokasi Proyek

Gambar 4.4. Rencana Posisi Gardu PLN Lokasi Proyek

(54)

Gambar 4.5. Rencana Ruang Trafo Gedung

4.1.3.Analisis Kapasitas Daya Kebutuhan

Besarnya kapasitas daya yang di butuhkan pusat perbelanjaan Irian

Supermarket Kisaran berdasarkan data hasil penelitian. Sesuai dengan faktor

kebutuhan (demand factor) (lihat Tabel 2.2.) terhadap daya terpasang yang akan

direncanakan pada proyek ini, sebagai berikut Tabel 4.1. Perhitungan Daya

Listrik:

Tabel 4.1. Perhitungan Daya Listrik

Lantai Lokasi

Daya Terpasang

FD

Demand

Watt Watt

LANTAI 1 PL - 1

(55)
(56)
(57)

PL - Roof Penerangan 3,000 0.8 2,400

Sehingga total kebutuhan daya maksimum dapat dihitung dengan rumus :

Faktor Kebutuhan =

=

= 0.86

Kebutuhan maksimum = Jumlah daya terpasang x FK

= 566,4 kVA x 0.86

= 487,1 kVA

Sehingga dengan didapatnya total daya maksimum sebesar 487,1 kVA

berdasarkan tabel tarif dasar listrik berada pada pelanggan golongan tarif dasar

(58)

dengan Batas Daya diatas 200 kVA. sesuai dengan “PENETAPAN

PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK (TARIFF ADJUSTMENT) BULAN

JUNI 2015.

Keadaan beban listrik digedung pusat perbelanjaan Irian Supermarket

kisaran adalah beban terpasang secara keseluruhan sebesar 566,4 kVA dan total

daya maksimum sebesar 487,7 kVA.

4.2. Biaya Pembangkit Listrik Jasa PLN

Pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran, disamping

menggunakan genset sendiri, juga membeli daya listrik dari jasa PLN.

4.2.1.Penggunaan Energi Listrik PLN

Prakiraan rekening listrik yang dibebankan PLN kepada pusat perbelanjaan

Irian Supermarket Kisaran adalah :

 Listrik PLN Pada Operasi LWBP (Beban 75 % dari daya maksimum

kebutuhan)

Listrik PLN beroperasi selama 8 jam mulai pukul 10.00 s/d 18.00, maka

jumlah pembangkit tenaga listrik dari jasa PLN dalam 1 hari adalah :

= Daya tersambung (kW) x t x 1 hari

= 310,89 kW x 8 x 1 hari = 2.487 kWh/ hari

Untuk jumlah pembangkit tenaga listrik dari jasa PLN dalam 1 bulan

adalah:

(59)

= 310,89 kW x 8 x 30 hari = 74.610 kWh/ bulan

jumlah pembangkit tenaga listrik dari jasa PLN dalam 1 hari adalah :

= Daya tersambung (kW) x t x 1 hari

Tabel 4.2. Rekapitulasi Daya Dari Jasa PLN

(60)

LWBP 8 2.487 74.610 907.755

WBP 4 1.658 49.740 605.170

Sumber : Hasil Olahan Sendiri

4.2.2.Biaya Pemakaian kWh

Adalah biaya pemakaian energi, dihitung berdasarkan jumlah pemakaian

energi yang diukur dalam kWh meter. Karena pada penelitian operasional belum

berjalan masih keadaan perencanaan berlangsung maka jumlah energi yang

dihitung berdasarkan perkiraan total daya (terlampir tabel 4.8. Rekapitulasi Daya

Dari Jasa PLN ). Untuk golongan tarif tertentu, pemakaian energi ini dipilih

menjadi dua bagian yaitu: Pemakaian WBP dan pemakaian LWBP (Tabel 2.2.

Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Bisnis, hal.27).

a. Untuk perhitungan prakiraan rekening listrik dalam sebulan pada operasi

jam LWBP dan WBP sebesar :

1. Biaya Pemakaian Blok LWBP = 74.610 kwh x Rp. 1.115,60

= Rp. 83.234.916,-

2. Biaya Pemakaian Blok WBP = 49.740 kwh x Rp. 1.115,60

= Rp. 55.489.944,-

3. Biaya Pemakaian kVarh = 0 (Asumsi Cos Phi sebesar 0.86 dan tidak

dikenakan biaya kVarh)

Jadi jumlah biaya Pemakaian Tenaga Listrik (PTL) :

Pemakaian Blok LWBP + Pemakaian Blok WBP + Pemakaian kVarh =

(61)

4. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) = 3 % x Rp. 138.724.860

= Rp. 4.161.745,-

5. Biaya materai = Rp. 6.000

Jadi jumlah tagihan listrik dalam sebulan :

PTL + PPJ + Biaya materai = Rp. 138.724.860+ Rp. 4.161.745,-

+ Rp. 6.000

= Rp. 142.892.605

4.2.3.Biaya Investasi

Perhitungan biaya untuk gardu distribusi pusat perbelanjaan Irian

Supermarket Kisaran serta material yang digunakan :

1. Kabel 3x(N2XSY 1x150 mm2) dari PUTM ke Trafo

Untuk 15 m kabel = 15 x Rp. 302.900= Rp. 4.543.500

2. TRANSFORMER OIL 650 Kva 20 KV/ 400 V; 50 Hz; DYN-5

Untuk 1 buah TRAFO 650 kVA = 1 x Rp. 151.800.000 = Rp. 151.800.000

3. Biaya Bangunan Sipil Ruang Trafo Gedung

Dengan luas bangunan ruangan trafo 3,59x3,27 m = 11,73 m2

Untuk ruangan genset = 11,73 m2 x Rp. 346.770 = Rp 4.067.612,-

Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pusat perbelanjaan Irian Supermarket

(62)

Tahun 2010 tanggal 30 Juni 2010, Untuk Penyambungan Baru Tarif/ Daya B-3/

601.780 VA wajib membayar Biaya Penyambungan (BP) sebesar Rp. 505,00/VA,

biaya yang diperhitungkan :

Investasi total yang dikeluarkan oleh pusat perbelanjaan Irian Supermarket

Kisaran :

= biaya kabel dari PUTM ke Trafo + biaya Transformer Gedung + biaya

bangunan sipil + biaya penyambungan

= Rp. 4.543.500 + Rp. 151.800.000 + Rp 4.067.612 + Rp. 424.260.900

= Rp. 584.672.012

4.3. Biaya Pembangkitan Daya Sendiri (Genset)

Untuk mendapatkan jumlah biaya produksi listrik per kWh, dalam investasi,

perlu dilakukan analisis perhitungan terhadap biaya modal, biaya operasional dan

perawatan, biaya bahan bakar, biaya penyusutan (depresiasi) dan biaya

pembangkitan total.

Pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran merencanakan

(63)

akan diambil asumsi secara umum bahwa pembangkitan PLTD (Genset) memiliki

demand factor atau faktor kebutuhan 52% (kw terpakai/ kw terpasang) dan

memiliki lifetime umur pembangkit 20 tahun.

4.3.1.Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kWh/ Tahun)

1. Operasi Genset Pada jam Waktu Beban Puncak

Genset bekerja selama 4 jam mulai pukul 18.00 s/d 22.00 dan genset

beroperasi 2 unit. Daya terpasang 800 kW dan faktor kapasitas 60% maka jumlah

pembangkit tenaga listrik (kWh) adalah :

kWhout = Daya terpasang x faktor kapasitas x t x 1 hari

= 800 kW x 0.52 x 4 jam x 1 hari = 1.664 kWh/ hari

Untuk jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) yang dihasilkan genset

dalam 1 bulan adalah :

kWhout = Daya terpasang x faktor kapasitas x t x 30 hari

= 800 kW x 0.52 x 4 jam x 30 hari = 49.920 kWh/ bulan

Untuk jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) yang dihasilkan genset

dalam 1 tahun adalah :

kWhout = Daya terpasang x faktor kapasitas x t x 365 hari

= 800 kW x 0.52 x 4 jam x 365 hari = 607.360 kWh/ tahun

Tabel 4.4. Rekapitulasi Daya Yang Dibangkitkan Oleh Genset

(64)

100% 4 1.664 49.920 607.360 Sumber : Hasil Olahan Sendiri

Perhitungan Biaya Pembangunan

Perhitungan biaya untuk pembangkitan listrik dengan genset serta material

sebagai berikut :

1. Biaya untuk pembelian 2 unit genset

(Pada juni 2015 1 USD = Rp. 12.700)

Untuk 2 unit genset = 2 x $ 53.000 = $ 106.000

= $ 106.000 x Rp. 12.700 = Rp. 1.346.200.000

2. Biaya tanki solar mingguan

Tanki solar mingguan dengan kapasitas 12.000 liter.

Untuk 1 unit tanki = 1 x Rp. 20.000.000 = Rp. 20.000.000

3. Biaya bangunan sipil untuk ruang genset

Dengan luas bangunan ruangan genset 7,21x4,68 m = 33,74 m2

Untuk ruangan genset = 33,74 m2 x Rp. 346.770 = Rp 11.700.000

Sehingga dapat dihitung biaya pembangunan modal pembangkit listrik

genset :

Biaya pembangunan = Biaya unit genset + biaya tanki solar + biaya sipil

= Rp. 1.346.200.000 + Rp. 25.000.000 +

Rp 11.700.000

(65)

4.3.2.Biaya Depresiasi Pembelian Unit Genset

Pusat perbelanjaan Irian Supermarket mengeluarkan biaya investasi

pembelian alat. Dalam perhitungan depresiasi aset ini metode yang dipergunakan

adalah metode depresiasi garis lurus (SLD). Dengan asumsi nilai sisa 15% dari

nilai awal.

Tabel 4.5. Jadwal Tahunan Depresiasi Aset Investasi

Harga Pembelian Unit Genset Rp. 1.346.200.000 Nilai Sisa atu Residu di asumsikan

15% Rp.201,930,000

1 1,288,986,500 57,213,500 57,213,500

2 1,231,773,000 57,213,500 114,427,000

3 1,174,559,500 57,213,500 171,640,500

4 1,117,346,000 57,213,500 228,854,000

5 1,060,132,500 57,213,500 286,067,500

6 1,002,919,000 57,213,500 343,281,000

7 945,705,500 57,213,500 400,494,500

8 888,492,000 57,213,500 457,708,000

9 831,278,500 57,213,500 514,921,500

10 774,065,000 57,213,500 572,135,000

11 716,851,500 57,213,500 629,348,500

12 659,638,000 57,213,500 686,562,000

13 602,424,500 57,213,500 743,775,500

(66)

15 487,997,500 57,213,500 858,202,500

16 430,784,000 57,213,500 915,416,000

17 373,570,500 57,213,500 972,629,500

18 316,357,000 57,213,500 1,029,843,000

19 259,143,500 57,213,500 1,087,056,500

20 201,930,000 57,213,500 1,144,270,000

Sumber : Hasil Olahan Sendiri

4.3.3.Perhitungan Biaya Modal (CC/Capital Cost)

Dalam perhitungan biaya modal, tergantung pada tingkat suku bunga dan

umur ekonomis. Nilai suku bunga diperhitungkan adalah suku bunga pertahun

yang harus dibayar dengan memperhitungkan umur dari pembangkit yang

mempunyai rumus sebagai berikut :

 Untuk suku bunga i = 9 % ; jumlah periode bunga tahunan n = 20.

[ ]

[ ] [ ]

(67)

Tabel 4.6. Tabel Rekapitulasi Biaya Modal (capital cost)

Biaya Modal

1. Biaya bahan bakar (Fuel Consuption)

Genset yang beroperasi pada irian supermarket kisaran menggunakan bahan

bakar solar. Harga bahan bakar minyak solar industri Periode juni 2015

sebesar Rp. 11.060 setiap liternya.

 Operasi Genset Pada jam Waktu Beban Puncak

Untuk BBM genset beroperasi pada LWBP (Pukul 18.00 s/d 22.00)

Operasi Genset Pada Beban 52% dari Daya Terpasang 800 kW, genset

(68)

Minyak solar untuk dalam keadaan beban 52% membutuhkan banyak solar :

113 liter/jam

Bahan bakar yang digunakan dalam sehari :

= 4 jam x 113liter x 1 hari = 452 liter dalam sehari

Bahan bakar yang digunakan dalam sebulan :

= 4 jam x 113 liter x 30 hari = 13.560 liter dalam sebulan

Bahan bakar yang digunakan dalam setahun :

= 4 jam x 113 liter x 365 hari = 164.980 liter dalam setahun

Maka biaya yang dikeluarkan oleh Irian Supermarket Kisaran untuk

kepentingan bahan bakar dalam setahun adalah :

164.980 liter x Rp. 11.060 = Rp. 1.824.678.800

Jadi biaya operasi mesin (bahan bakar) untuk daya yang dihasilkan dalam

setahun untuk setiap kW :

[ ]

Sehingga pemakaian bahan bakar spesifik (SFC) mesin diesel sebagai

berikut :

(69)

Biaya BBM

1. Biaya operasional dan pemeliharaan (O&M)

a. Biaya gaji operator

Untuk gaji operator terdiri dari 4 orang operator, kerja dalam 3 ship dalam

sehari (ship I = 07.00 s/d 15.00 ; ship II = 15.00 s/d 23.00 dan ship III =

23.00 s/d 07.00), 1 orang operator menengah setiap ship, dan operator ahli

bekerja mulai pukul 09.00 s/d 17.00 Wib setiap hari. Setiap bulan

menerima gaji sebesar, yakni seperti pada tabel berikut:

Tabel. 4.8. Gaji Karyawan Operator Genset

No Karyawan Jlh Stn Gaji (Rp) Total Gaji (Rp)

Untuk 1 tahun gaji operator adalah :

= 12 x Rp. 10.450.000 = Rp. 125.400.000,-

(70)

Pelumas genset di ganti secara berkala setiap tempuh lama (run hour)

bekerja genset selama 250 jam.

 Genset beroperasi pada LWBP (Pukul 18.00 s/d 22.00)

Lamanya run hour genset : [ ]

harga pelumas per liternya Rp. 40.000.

Biaya yang dikeluarkan dalam setahun untuk pelumas genset :

= 6 x 2 unit x 50 liter x Rp. 40.000 = Rp. 24.000.000

Jadi biaya pelumas untuk genset selama 1 tahun adalah : Rp. 24.000.000,-

c. Biaya Suku Cadang

Jadi biaya tak terduga dan suku cadang dalam setahun :

= 12 x Rp. 2.190.300 = Rp. 24.243.600

(71)

Biaya administrasi untuk keperluan ruang genset ditaksir ± Rp. 45.000

setiap bulannya pembelian buku laporan dan pena.

Untuk 1 tahun biaya adminstrasi adalah :

= 12 x Rp. 45.000 = Rp. 540.000

Jadi biaya administrasi dalam 1 tahun adalah : Rp. 540.000,-

Total untuk biaya O&M dalam setahun :

 Genset beroperasi WBP (pukul 18.00 s/d 22.00)

= Rp. 125.400.000 + Rp. 24.000.000 + Rp. 24.231.600

+ Rp. 540.000

= Rp. 174.171.600,-

Sehingga dapat dihitung biaya O&M untuk setiap kW dalam setahun :

[ ]

Tabel 4.9. Tabel Rekapitulasi Biaya O&M

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Perawatan PLN dan Genset
Gambar 2.1 Gardu Tiang PLN
Tabel 3.1 Data Beban Daya Terpasang
Tabel 3.2 Faktor kebutuhan untuk penentuan daya terpasang (Haryono, Tiyono)
+7

Referensi

Dokumen terkait