DAFTAR FUSTAKA
1 AS Pabla, Sistem Distribusi Daya Listrik, Erlangga. 1995.
2 Hartono Poerba, Utility Bangunan, M.ARCH. 1992
3 Badan Standardisasi Nasional, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), Panitia revisi PUIL, Jakarta
3 Modul 2012, Sistem Distribusi Listrik, Universitas Ichsan Gorontalo.
5 Marsudi, Djiteng, “Operasi Sistem Tenaga Listrik”, Edisi Kedua, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
6 Kadir, Abdul, “Pembangkit Tenaga Listrik”, UI-Press, Jakarta, 1996.
7 Pujawan, I. N., Ekonomi Teknik. 2004, Surabaya: Guna Widya.
8 Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis. 2003, Jakarta: Penerbit Kencana.
9 Giatman, Drs. M., MSIE, “Ekonomi Teknik”. Edisi 1, Grafindo, Jakarta,2006.
11 Ginting, Elisabet, Ir. M.Si., Ekonomi Teknik. Medan. 2013.
12 Neidle, Michael. „ Teknologi Instalasi Listrik‟. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. 1991.
13 Harten, P. Van dan Setiawan, Ir. E. „ Instalasi Listrik Arus Kuat 1‟. Nederland. 1974.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan agustus 2015
(selama tiga bulan) di Proyek Irian Supermarket Kisaran yang berlokasi di Jl.
Imam Bonjol, Kab. Asahan, Sumatera Utara.
3.2. Rumusan Masalah Dan Strategis Pemilihan Metode
Tahap awal melakukan penelitian adalah merumuskan masalah membuat
hipotesis, dan menentukan strategi penelitian.
3.2.3.Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan pada pembahasan
sebelumnya, maka dirumuskan pertanyan-pertanyaan penelitian (research
questions) untuk dianalisis.
Dari rumusan masalah tersebut, maka diperoleh hipotesis dalam penelitian
ini adalah : “Dengan Diterapkannya Value Engineering pada Proyek
Pembangunan Pusat Perbelanjaan ini Maka akan Efisiensi Biaya.”
3.2.4.Strategis Pemilihan Metode
Dalam penelitian digunakan suatu strategi atau metode pengumpulan data
untuk memperoleh bahan-bahan keterangan suatu kenyataan yang benar sehingga
Sedangkan berdasarkan pendekatannya, penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitaif ini didukung dengan pendekatan
kualitatif melalui wawancara.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data diperlukan juga
instrumen pengumpulan data yaitu alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut sistematis.
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Data Primer, yaitu data yang secara langsung diambil dari objek penelitian.
Data primer ini merupakan data pokok yang digunakan unuk menganalisis
value engineering. Data primer pada penelitian ini dapat berupa data teknis proyek, seperti gambar kerja dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
2. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh tidak secara langsung dari objek
penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data pendukung yang
dijadikan input dan referensi dalam melakukan analisis VE. Data sekunder
terdiri dari daftar harga satuan atau analisa pekerjaan, data bahan, material,
dan peralatan bangunan yang digunakan, data tenaga kerja,
peraturan-peraturan mengenai sistem kelistrikan yang dapat dijadikan referensi dalam
melakukan analisis VE.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
Metode ini ditunjukkan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi gambar kerja, Rencana Anggaran Biaya (RAB),
buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan laporan kegiatan dan data-data
tentang penggunaan energi listrik, baik dari genset maupun PLN (yang
meliputi spesifikasi peralatan yang bersangkutan dengan pembangkit dari
genset maupun PLN).
2. Metode Pengamatan
Metode pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan. Observasi dilakukan pada tahap pengumpulan informasi.
3.3.1.Suplai Daya Listrik dan Beban Daya Terpasang
Daya terpasang adalah keseluruhan beban listrik yang terdapat Panel Utama
Tegangan Rendah (PUTR) yang disalurkan ketiap lantai serta tiap panel sub
distribusi panel (SDP) yang ada pada perencanaan sistem kelistrikan proyek ini.
Untuk suplai daya listrik yang ada di Irian Supermarket Kisaran terdiri dari
beberapa panel yang disalurkan ke tiap lantai. Dari Tabel 3.1 dapat dilihat data
beban yang terpasang pada proyek perencanaan pusat perbelanjaan Irian
Supermarket Kisaran sebesar 481.424 watt, dengan disuplai sistem back-up
genset secara keseluruhan, yang berfungsi untuk menyuplai daya listrik apabila
Beban listrik pusat perbelanjaan yaitu berupa fuse box (MCB) yang
terpasang pada masing-masing lokasi, Panel Peralatan dan Panel Sub Distribusi
Panel. Adapan jumlah panel yang akan disalurkan berjumlah 53 panel.
Tabel 3.1 Data Beban Daya Terpasang
Koridor / Lobby 496
Sumber : Proyek Irian Supermarket Kisaran
3.3.2.Kapasitas Daya
Kebutuhan daya maksimum sangat perlu diketahui agar dapat ditentukan
kebutuhan akan besarnya kapasitar transformator. Faktor kebutuhan (Fdm) dapat
dihitung dengan cara melakukan perbandingan antara kebutuhan maksimum
dalam sebuah sistem dengan total beban yang terpasang pada sistem tersebut.
(Haryono, Tiyono)
Pada Tabel 3.2. standar faktor kebutuhan untuk penentuan daya terpasang.
Tabel 3.2 Faktor kebutuhan untuk penentuan daya terpasang (Haryono, Tiyono)
Pemilihan kapasitas KVA Trafo distribusi didasarkan pada beban yang akan
dilayani. Diusahakan pembebanan trafo distribusi mendekati 80%. Bila beban
trafo terlalu besar dan melebihi batas efesiensi maksimum, maka tidak sesuai
ratingnya. Rumus berikut dapat digunakan untuk perhitungan rating trafo
distribusi yang dipilih :
……….…… (3.2)
Untuk menentukan kapasitas generator yang digunakan harus diketahui
terlebih dahulu faktor kebutuhan sistem, yang dirumuskan sebagai berikut :
……… (3.4)
Dimana, S = kapasitas generator (kVa)
P = Beban sistem (kW)
Ƞ = Efisisensi (jika tidak diketahui diasumsikan 85%)
Cos Ø = Faktor daya (jika tidak diketahui diasumsikan 0,8)
DF = faktor kebutuhan
3.4. Harga Energi Listrik
Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi listrik yang berbeda-beda
yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan
biaya operasi pembangkit listrik tersebut. Secara umum harga energi listrik yaitu
biaya pembangkitan per kW, biaya pengoperasian per kW, biaya perawatan per
kW, suku bunga, depresiasi, umur operasi dan daya yang dibangkitkan.
Untuk mengetahui jumlah biaya per kWh adalah dengan membagi seluruh
jumlah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah kWh yang digunakan.
3.5. Biaya Investasi Modal (Capital Cost)
Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit
tenaga listrik yang dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan faktor penyusutan
atau depresiasi. Dapat ditentukan dengan rumus :
……..…. (2.1)
Dimana, CC = Capital Cost (Biaya Modal)
i = tingkat suku bunga n = umur pembangkit
3.6. Biaya Bahan Bakar (Fuel Consuption) Biaya Bahan bakar
[ ] [ ]…. (2.2)
Maka pemakaian bahan bakar dalam setahun,
………..………… (2.3)
Sehingga Pemakaian Bahan Bakar Spesifik (SFC) mesin diesel sebagai
berikut :
………...………. (2.4)
Dimana, t = lama genset bekerja (jam)
Q = Jumlah bahan bahan bakar (liter)
P = Jumlah daya yang dibangkitkan (kWh)
3.7. Biaya Tahunan (Annual Cost)
Biaya tahunan adalah biaya beban yang masih harus dipikul oleh pihak
pemilik/ investasi. Pada prinsipnya biaya yang masih diperlukan sepanjang umur
proyek ini, meliputi biaya Bunga, depresiasi dan biaya operasi dan pemeliharaan.
1. Gaji operator
Gaji operator terdiri dari 4 orang :
3 Orang operator teknisi
……….. (2.5)
2. Biaya pelumas
….. (2.6)
Maka biaya pelumas adalah :
……… (2.7)
3. Biaya Tak terduga dan suku cadang
….. (2.8)
Maka biaya pelumas adalah :
……… (2.9)
4. Biaya administrasi
………..……(2.10)
Jadi besar biaya O&M atau biaya tahunan O&M pembangkitan dapat
dihitung dengan rumus :
...(2.11)
Jadi besar biaya total atau biaya tahunan pembangkitan dapat dihitung
dengan rumus :
3.8. Daya Tersambung Dari Jasa PLN
Disamping menggunakan genset sendiri, juga membeli daya listrik dari jasa
PLN sebagai energi listrik utama.
3.8.1.Tarif Dasar Listrik
Tarif tenaga listrik adalah tarif tenaga listrik untuk konsumen yang
disediakan oleh Perusahaan Perseroan ( Persero ) PT Perusahaan Listrik Negara.
Tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan ( Persero ) PT
Perusahaan Listrik Negara dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan
golongan tarif. Tarif dasar listrik terdiri atas tarif listrik reguler dan tarif listrik
prabayar. Tarif listrik reguler merupakan tarif listrik yang dibayarkan setelah
pemakaian tenaga listrik oleh konsumen. Sedangkan tarif listrik prabayar
merupakan tarif listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh
konsumen.
Sesuai dengan Tarif Dasar Listrik 2015, tarif yang berlaku adalah Tarif
Bisnis Besar (B-3) dengan sambungan pada sisi Tegangan Menengah, dan yang tercantum dalam Rekening listrik Setiap bulannya dengan ketemtuan :
a. Biaya pemakaian
˗Blok WBP = K x 1.115,60 (Rp/kWh)
˗Blok LWBP = 1.115,60 (Rp/kWh) ˗Biaya kVARh = 1.120,65 (Rp/kVARh)
˗Rekening Minimum (RM)
RM = 40 (jam nyala) x Daya tersambung (kVA) x Biaya Pemakaian LWBP
K : faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai
dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat.
WBP : Waktu Beban Puncak
LWBP : Luar Waktu Beban Puncak
Jam nyala : kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung.
Biaya pemakaian energi listrik untuk kelompok tarif dasar listrik untuk
keperluan bisnis terdapat pada Tabel 2.2.
Biaya pemakaian listrik yang dijual PT. PLN (Persero) ditentukan oleh
pemerintah. Peraturan peundang-undangan yang mengatur hal tersebut adalah
Keputusan Presiden (Keppres) serta Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor Peraturan Mentero ESDM No. 7 Tahun 2010 tentang, ketentuan
pelaksanaan harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh PT. PLN (Persero).
3.8.2.Biaya Kelebihan Pemakaian Daya Reaktif
a. Tarif dasar listrik berlaku untuk pemakaian tenaga listrik dengan faktor daya
rata-rata setiap bulan sekurang-kurangnya 0,85 ( nol koma delapan puluh
lima ).
b. Dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 ( nol koma
delapan puluh lima ), maka terhadap beberapa golongan tarif tersebut
dikenakan biaya kelebihan pemakaian daya reaktif ( kVArh ).
c. Biaya kelebihan pemakaian daya reaktif diberlakukan apabila pemakaian
kVArh yang tercatat dalam 1 ( satu ) bulan lebih tinggi dari 0,62 ( nol koma
enam puluh dua ) jumlah kWh pada bulan yang bersangkutan, sehingga
faktor daya ( Cos φ ) rata-rata kurang dari 0,85 ( nol koma delapan puluh lima ).
3.8.3.Penetapan Faktor “K”
Direksi Perusahaan Perseroan ( Persero ) PT Perusahaan Listrik Negara
menetapkan besarnya faktor perbandingan ( faktor "K" ) antara harga Waktu
dilihat pada Tabel 2.2, sesuai dengan karakteristik beban sistem tenaga listrik
setempat, serta menetapkan waktu dan lamanya Waktu Beban Puncak ( WBP ).
3.8.4.Straight Line Depreciation (SLD) / Depresiasi Garis Lurus
Metode depresiasi garis lurus (SLD) adalah metode paling sederhana dan
yang paling sering dipakai dalam perhitungan depresiasi aset, karena metode ini
relatif sederhana. Metode ini pada dasarnya memberikan hasil perhitungan
depresiasi yang sama setiap tahun umur perhitungan aset.
Parameter-parameter yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah nilai
investasi, umur produktif aset/ lamanya aset akan dikenakan depresiasi, nilai sisa
aset pada akhir umur produktif aset.
Rumus :
Di mana : SLD = Jumlah depresiasi per tahun
I = Investasi (nilai aset awal)
S = nilai sisa aset akhir umur produktif
N = Lamanya aset akan di depresiasi
Jumlah aset yang telah didepresiasi selama t tahun adalah : t
∑
Nilai buku (book value) tiap akhir t tahun depresiasi adalah :
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
4.4. Tahap Informasi
Berdasasrkan rencana kerja (job plan) dalam value engineering, tahap
pertama yang harus dilalui dalam studi VE adalah mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin mengenai desain perencanaan sistem kelistrikan proyek mulai
data umum hingga batasan desain yang didinginkan dalam proyek tersebut.
Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi item pekerjaan berbiaya tinggi.
4.1.1.Mengumpulkan Informasi
Data proyek diperlukan untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu
proyek. data-data proyek berisi informasi umum proyek, fungsi gedung proyek,
dan batasan desain perencanaan proyek. informasi mengenai proyek diperoleh
Gambar 4.1. Kunjungan ke lokasi penelitian
4.1.2.Data Umum Proyek
Studi value engineering ini akan dilakukan pada proyek pembangunan
sistem kelistrikan pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran.
1. Berikut data-data umum yang diperlukan sebagai bahan informasi untuk
penerapan Value Engineering pada bangunan ini:
˗ Jenis proyek : Pusat Perbelanjaan Irian Supermarket.
˗ Lokasi Proyek : Jalan Imam Bonjol, Kisaran, Sumatera Utara. ˗ Pemberi Tugas : Group Irian Supermarket
˗ Status Proyek : Swasta
˗ Perencana : Lokal Medan
˗ Luas Site : 7.600,13 m2
2. Karakteristik Proyek adalah sebagai berikut:
Pada penelitian ini, pekerjaan yang akan dianalisis adalah pekerjaan sistem
kelistrikan terhadap efisiensi biaya proyek pembangunan yang akan diterapkan
pada perencanaan proyek ini.
Gambar 4.3. Foto Satelit Lokasi Proyek
Gambar 4.4. Rencana Posisi Gardu PLN Lokasi Proyek
Gambar 4.5. Rencana Ruang Trafo Gedung
4.1.3.Analisis Kapasitas Daya Kebutuhan
Besarnya kapasitas daya yang di butuhkan pusat perbelanjaan Irian
Supermarket Kisaran berdasarkan data hasil penelitian. Sesuai dengan faktor
kebutuhan (demand factor) (lihat Tabel 2.2.) terhadap daya terpasang yang akan
direncanakan pada proyek ini, sebagai berikut Tabel 4.1. Perhitungan Daya
Listrik:
Tabel 4.1. Perhitungan Daya Listrik
Lantai Lokasi
Daya
Terpasang
FD
Demand
Watt Watt
LANTAI 1 PL - 1
PL - Super Market 79,520 0.9 71,568
PL - Roof Penerangan 3,000 0.8 2,400
Sehingga total kebutuhan daya maksimum dapat dihitung dengan rumus :
Faktor Kebutuhan =
= = 0.86
Kebutuhan maksimum = Jumlah daya terpasang x FK
= 566,4 kVA x 0.86
= 487,1 kVA
Sehingga dengan didapatnya total daya maksimum sebesar 487,1 kVA
berdasarkan tabel tarif dasar listrik berada pada pelanggan golongan tarif dasar
dengan Batas Daya diatas 200 kVA. sesuai dengan “PENETAPAN PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK (TARIFF ADJUSTMENT) BULAN
JUNI 2015.
Keadaan beban listrik digedung pusat perbelanjaan Irian Supermarket
kisaran adalah beban terpasang secara keseluruhan sebesar 566,4 kVA dan total
daya maksimum sebesar 487,7 kVA.
4.2. Biaya Pembangkit Listrik Jasa PLN
Pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran, disamping
menggunakan genset sendiri, juga membeli daya listrik dari jasa PLN.
4.2.1.Penggunaan Energi Listrik PLN
Prakiraan rekening listrik yang dibebankan PLN kepada pusat perbelanjaan
Irian Supermarket Kisaran adalah :
Listrik PLN Pada Operasi LWBP (Beban 75 % dari daya maksimum
kebutuhan)
Listrik PLN beroperasi selama 8 jam mulai pukul 10.00 s/d 18.00, maka
jumlah pembangkit tenaga listrik dari jasa PLN dalam 1 hari adalah :
= Daya tersambung (kW) x t x 1 hari
= 310,89 kW x 8 x 1 hari = 2.487 kWh/ hari
Untuk jumlah pembangkit tenaga listrik dari jasa PLN dalam 1 bulan
adalah:
= 310,89 kW x 8 x 30 hari = 74.610 kWh/ bulan
jumlah pembangkit tenaga listrik dari jasa PLN dalam 1 hari adalah :
= Daya tersambung (kW) x t x 1 hari
Tabel 4.2. Rekapitulasi Daya Dari Jasa PLN
LWBP 8 2.487 74.610 907.755
WBP 4 1.658 49.740 605.170
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
4.2.2.Biaya Pemakaian kWh
Adalah biaya pemakaian energi, dihitung berdasarkan jumlah pemakaian
energi yang diukur dalam kWh meter. Karena pada penelitian operasional belum
berjalan masih keadaan perencanaan berlangsung maka jumlah energi yang
dihitung berdasarkan perkiraan total daya (terlampir tabel 4.8. Rekapitulasi Daya
Dari Jasa PLN ). Untuk golongan tarif tertentu, pemakaian energi ini dipilih
menjadi dua bagian yaitu: Pemakaian WBP dan pemakaian LWBP (Tabel 2.2.
Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Bisnis, hal.27).
a. Untuk perhitungan prakiraan rekening listrik dalam sebulan pada operasi
jam LWBP dan WBP sebesar :
1. Biaya Pemakaian Blok LWBP = 74.610 kwh x Rp. 1.115,60
= Rp. 83.234.916,-
2. Biaya Pemakaian Blok WBP = 49.740 kwh x Rp. 1.115,60
= Rp. 55.489.944,-
3. Biaya Pemakaian kVarh = 0 (Asumsi Cos Phi sebesar 0.86 dan tidak
dikenakan biaya kVarh)
Jadi jumlah biaya Pemakaian Tenaga Listrik (PTL) :
4. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) = 3 % x Rp. 138.724.860
= Rp. 4.161.745,-
5. Biaya materai = Rp. 6.000
Jadi jumlah tagihan listrik dalam sebulan :
PTL + PPJ + Biaya materai = Rp. 138.724.860+ Rp. 4.161.745,-
+ Rp. 6.000
= Rp. 142.892.605
4.2.3.Biaya Investasi
Perhitungan biaya untuk gardu distribusi pusat perbelanjaan Irian
Supermarket Kisaran serta material yang digunakan :
1. Kabel 3x(N2XSY 1x150 mm2) dari PUTM ke Trafo
Untuk 15 m kabel = 15 x Rp. 302.900= Rp. 4.543.500
2. TRANSFORMER OIL 650 Kva 20 KV/ 400 V; 50 Hz; DYN-5
Untuk 1 buah TRAFO 650 kVA = 1 x Rp. 151.800.000 = Rp. 151.800.000
3. Biaya Bangunan Sipil Ruang Trafo Gedung
Dengan luas bangunan ruangan trafo 3,59x3,27 m = 11,73 m2
Untuk ruangan genset = 11,73 m2 x Rp. 346.770 = Rp 4.067.612,-
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh pusat perbelanjaan Irian Supermarket
Tahun 2010 tanggal 30 Juni 2010, Untuk Penyambungan Baru Tarif/ Daya B-3/
601.780 VA wajib membayar Biaya Penyambungan (BP) sebesar Rp. 505,00/VA,
biaya yang diperhitungkan :
Investasi total yang dikeluarkan oleh pusat perbelanjaan Irian Supermarket
Kisaran :
= biaya kabel dari PUTM ke Trafo + biaya Transformer Gedung + biaya
bangunan sipil + biaya penyambungan
= Rp. 4.543.500 + Rp. 151.800.000 + Rp 4.067.612 + Rp. 424.260.900
= Rp. 584.672.012
4.3. Biaya Pembangkitan Daya Sendiri (Genset)
Untuk mendapatkan jumlah biaya produksi listrik per kWh, dalam investasi,
perlu dilakukan analisis perhitungan terhadap biaya modal, biaya operasional dan
perawatan, biaya bahan bakar, biaya penyusutan (depresiasi) dan biaya
pembangkitan total.
Pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran merencanakan
akan diambil asumsi secara umum bahwa pembangkitan PLTD (Genset) memiliki
demand factor atau faktor kebutuhan 52% (kw terpakai/ kw terpasang) dan memiliki lifetime umur pembangkit 20 tahun.
4.3.1.Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kWh/ Tahun) 1. Operasi Genset Pada jam Waktu Beban Puncak
Genset bekerja selama 4 jam mulai pukul 18.00 s/d 22.00 dan genset
beroperasi 2 unit. Daya terpasang 800 kW dan faktor kapasitas 60% maka jumlah
pembangkit tenaga listrik (kWh) adalah :
kWhout = Daya terpasang x faktor kapasitas x t x 1 hari
= 800 kW x 0.52 x 4 jam x 1 hari = 1.664 kWh/ hari
Untuk jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) yang dihasilkan genset
dalam 1 bulan adalah :
kWhout = Daya terpasang x faktor kapasitas x t x 30 hari
= 800 kW x 0.52 x 4 jam x 30 hari = 49.920 kWh/ bulan
Untuk jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) yang dihasilkan genset
dalam 1 tahun adalah :
kWhout = Daya terpasang x faktor kapasitas x t x 365 hari
= 800 kW x 0.52 x 4 jam x 365 hari = 607.360 kWh/ tahun
Tabel 4.4. Rekapitulasi Daya Yang Dibangkitkan Oleh Genset
100% 4 1.664 49.920 607.360 Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Perhitungan Biaya Pembangunan
Perhitungan biaya untuk pembangkitan listrik dengan genset serta material
sebagai berikut :
1. Biaya untuk pembelian 2 unit genset
(Pada juni 2015 1 USD = Rp. 12.700)
Untuk 2 unit genset = 2 x $ 53.000 = $ 106.000
= $ 106.000 x Rp. 12.700 = Rp. 1.346.200.000
2. Biaya tanki solar mingguan
Tanki solar mingguan dengan kapasitas 12.000 liter.
Untuk 1 unit tanki = 1 x Rp. 20.000.000 = Rp. 20.000.000
3. Biaya bangunan sipil untuk ruang genset
Dengan luas bangunan ruangan genset 7,21x4,68 m = 33,74 m2
Untuk ruangan genset = 33,74 m2 x Rp. 346.770 = Rp 11.700.000
Sehingga dapat dihitung biaya pembangunan modal pembangkit listrik
genset :
Biaya pembangunan = Biaya unit genset + biaya tanki solar + biaya sipil
= Rp. 1.346.200.000 + Rp. 25.000.000 +
Rp 11.700.000
4.3.2.Biaya Depresiasi Pembelian Unit Genset
Pusat perbelanjaan Irian Supermarket mengeluarkan biaya investasi
pembelian alat. Dalam perhitungan depresiasi aset ini metode yang dipergunakan
adalah metode depresiasi garis lurus (SLD). Dengan asumsi nilai sisa 15% dari
nilai awal.
Tabel 4.5. Jadwal Tahunan Depresiasi Aset Investasi
Harga Pembelian Unit Genset Rp. 1.346.200.000
Nilai Sisa atu Residu di asumsikan
15% Rp.201,930,000
1 1,288,986,500 57,213,500 57,213,500
2 1,231,773,000 57,213,500 114,427,000
3 1,174,559,500 57,213,500 171,640,500
4 1,117,346,000 57,213,500 228,854,000
5 1,060,132,500 57,213,500 286,067,500
6 1,002,919,000 57,213,500 343,281,000
7 945,705,500 57,213,500 400,494,500
8 888,492,000 57,213,500 457,708,000
9 831,278,500 57,213,500 514,921,500
10 774,065,000 57,213,500 572,135,000
11 716,851,500 57,213,500 629,348,500
12 659,638,000 57,213,500 686,562,000
13 602,424,500 57,213,500 743,775,500
15 487,997,500 57,213,500 858,202,500
16 430,784,000 57,213,500 915,416,000
17 373,570,500 57,213,500 972,629,500
18 316,357,000 57,213,500 1,029,843,000
19 259,143,500 57,213,500 1,087,056,500
20 201,930,000 57,213,500 1,144,270,000
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
4.3.3.Perhitungan Biaya Modal (CC/Capital Cost)
Dalam perhitungan biaya modal, tergantung pada tingkat suku bunga dan
umur ekonomis. Nilai suku bunga diperhitungkan adalah suku bunga pertahun
yang harus dibayar dengan memperhitungkan umur dari pembangkit yang
mempunyai rumus sebagai berikut :
Untuk suku bunga i = 9 % ; jumlah periode bunga tahunan n = 20.
[ ]
[ ] [ ]
Tabel 4.6. Tabel Rekapitulasi Biaya Modal (capital cost)
Biaya Modal
1. Biaya bahan bakar (Fuel Consuption)
Genset yang beroperasi pada irian supermarket kisaran menggunakan bahan
bakar solar. Harga bahan bakar minyak solar industri Periode juni 2015
sebesar Rp. 11.060 setiap liternya.
Operasi Genset Pada jam Waktu Beban Puncak
Untuk BBM genset beroperasi pada LWBP (Pukul 18.00 s/d 22.00)
Operasi Genset Pada Beban 52% dari Daya Terpasang 800 kW, genset
Minyak solar untuk dalam keadaan beban 52% membutuhkan banyak solar :
113 liter/jam
Bahan bakar yang digunakan dalam sehari :
= 4 jam x 113liter x 1 hari = 452 liter dalam sehari
Bahan bakar yang digunakan dalam sebulan :
= 4 jam x 113 liter x 30 hari = 13.560 liter dalam sebulan
Bahan bakar yang digunakan dalam setahun :
= 4 jam x 113 liter x 365 hari = 164.980 liter dalam setahun
Maka biaya yang dikeluarkan oleh Irian Supermarket Kisaran untuk
kepentingan bahan bakar dalam setahun adalah :
164.980 liter x Rp. 11.060 = Rp. 1.824.678.800
Jadi biaya operasi mesin (bahan bakar) untuk daya yang dihasilkan dalam
setahun untuk setiap kW :
[ ]
Sehingga pemakaian bahan bakar spesifik (SFC) mesin diesel sebagai
berikut :
Biaya BBM 1. Biaya operasional dan pemeliharaan (O&M)
a. Biaya gaji operator
Untuk gaji operator terdiri dari 4 orang operator, kerja dalam 3 ship dalam
sehari (ship I = 07.00 s/d 15.00 ; ship II = 15.00 s/d 23.00 dan ship III =
23.00 s/d 07.00), 1 orang operator menengah setiap ship, dan operator ahli
bekerja mulai pukul 09.00 s/d 17.00 Wib setiap hari. Setiap bulan
menerima gaji sebesar, yakni seperti pada tabel berikut:
Tabel. 4.8. Gaji Karyawan Operator Genset
No Karyawan Jlh Stn Gaji (Rp) Total Gaji (Rp)
Untuk 1 tahun gaji operator adalah :
= 12 x Rp. 10.450.000 = Rp. 125.400.000,-
Pelumas genset di ganti secara berkala setiap tempuh lama (run hour)
bekerja genset selama 250 jam.
Genset beroperasi pada LWBP (Pukul 18.00 s/d 22.00)
Lamanya run hour genset : [ ]
[ ]
Pelumas selama 1 tahun pelumas di ganti: [ ]
[ ]
Jadi pelumas dalam 1 tahun di lakukan 6 kali penggantian untuk kedua
genset tersebut.
Kapasitas oli / pelumas masing-masing genset sebesar 50 liter, dengan
harga pelumas per liternya Rp. 40.000.
Biaya yang dikeluarkan dalam setahun untuk pelumas genset :
= 6 x 2 unit x 50 liter x Rp. 40.000 = Rp. 24.000.000
Jadi biaya pelumas untuk genset selama 1 tahun adalah : Rp. 24.000.000,-
c. Biaya Suku Cadang
Biaya tak terduga dan untuk suku cadang spare part unit genset diambil
0.3 % dari nilai harga genset per unit.
Biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk biaya tak terduga dan suku
cadang genset :
= 0.3 % x Rp. 673.100.000 = Rp. 2.019.300 setiap bulan
Jadi biaya tak terduga dan suku cadang dalam setahun :
Biaya administrasi untuk keperluan ruang genset ditaksir ± Rp. 45.000
setiap bulannya pembelian buku laporan dan pena.
Untuk 1 tahun biaya adminstrasi adalah :
= 12 x Rp. 45.000 = Rp. 540.000
Jadi biaya administrasi dalam 1 tahun adalah : Rp. 540.000,-
Total untuk biaya O&M dalam setahun :
Genset beroperasi WBP (pukul 18.00 s/d 22.00)
= Rp. 125.400.000 + Rp. 24.000.000 + Rp. 24.231.600
+ Rp. 540.000
= Rp. 174.171.600,-
Sehingga dapat dihitung biaya O&M untuk setiap kW dalam setahun :
[ ]
Tabel 4.9. Tabel Rekapitulasi Biaya O&M
4.3.6.Total Biaya Pembangkitan
Maka biaya pembangkitan Total kWh dalam setahun dapat dinyatakan
dengan persamaan 2.12 sebagai berikut :
TC = CC + FC + O&M
Genset beroperasi pada jam WBP (Pukul 18.00 s/d 22.00)
Pada suku bunga 9%
TC = CC + FC + O&M
= Rp. 192.828 / kwh + Rp. 3.004 kwh + Rp. 286,78 kwh
= Rp. 196.118,78 [kwh/ tahun]
Pada suku bunga 12%
TC = CC + FC + O&M
= Rp. 241.386 / kwh + Rp. 3.004 kwh + Rp. 286,78 kwh
= Rp. 244.676,78 [kwh/ tahun]
Tabel 4.10. Biaya total pembangkit
Biaya Total Cost 9 % kWh per tahun
12 % kWh per tahun Genset Beroperasi
4 jam Rp. 196.118
Rp. 244.676
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Hasil analisa dan dan perhitungan kebutuhan daya serta harga pemakaian
energi listrik dari kedua sumber di pusat perbelanjaan Irian Supermaket Kisaran
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Biaya Investasi terbesar pada pembangkit listrik sendiri Genset yaitu sebesar
Rp. 1.377.900.000 sedangkan biaya investasi terkecil terjadi pada
pembangkit listrik dari jasa PLN yaitu sebesar Rp. 584.672.012.
2. Biaya depresiasi/ penyusutan per tahun dalam nilai pembelian unit genset
pada pembangkit sendiri sebesar Rp. 57.213.500.
3. Biaya produksi listrik genset yang didapat dari perhitungan berdasarkan
suku bunga 9% dan 12% adalah Rp. 196.118/kWh dan Rp. 244.676/kWh.
4. Dari penilaian value engineering dapat dikatakan menguntungkan baik dari
aspek biaya, dari hasil perhitungan yang diperoleh kedua hal yang dikaji
tersebut dikatakan bahwa pusat perbelanjaan Irian Supermarket dari sisi
kepemilikan dan operasional menguntungkan.
5.2. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan penelitian ini, peneliti memiliki
1. Pusat perbelanjaan Irian Supermarket hendaknya menggunakan energi
listrik dari PLN sebagai sumber utama karena terbukti lebih efisien, dan
genset sebagai sumber cadangan energi listrik.
2. Penggunaan genset dilakukan pada saat supli listrik PLN mengalami
gangguan (padam) dan apabila terjadi kekurangan daya genset bisa
BAB II
LANDASAN TEORI MENGENAI EFISIENSI BIAYA PEMBANGUNAN SISTEM KELISTRIKAN PUSAT PERBELANJAAN
MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING
2.1. Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi
Secara sederhana “Sistem Distribusi Tenaga Listrik” dapat diartikan sebagai
sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat beban. Sementara untuk “Sistem Instalasi” adalah cara pemasangan penyalur tenaga listrik atau
peralatan listrik untuk semua barang yang memerlukan tenaga listrik, dimana
pemasangannya harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan di dalam
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
Oleh karena sumber tenaga listrik untuk beban memiliki kondisi dan
persyaratan-persyaratan tertentu, maka saran penyampaiannya pun dikehendaki
memenuhi persyaratan tertentu pula. Kondisi dan persyaratan yang dimaksudkan
tersebut antara lain :
1. Setiap peralatan listrik dirancang memiliki rating tegangan, frekuensi dan
daya nominal tertentu.
2. Letak titik sumber (Pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.
3. Pada pengoperasian peralatan listrik perlu dijamin keamanan bagi peralatan
itu sendiri, bagi manusia pengguna, dan bagi lingkungannya.
Dalam upaya antisipasi ketiga hal tersebut, maka untuk sistem penyampaian
1. Diperlukan saluran daya (tenaga) yang handal, efektif, ekonomis dan
efisien.
2. Diperlukan tersedianya daya (tenaga) listrik dengan kapasitas yang cukup
(memenuhi), tegangan (dan frekuensi) yang stabil pada harga nominal
tertentu, sesuai design peralatan. Singkatnya diperlukan penyediaan daya
dengan kualitas yang baik.
3. Diperlukan sarana sistem pengaman yang baik, sesuai dengan persyaratan
pengamanan (cepat kerja, peka, selektif, handal dan ekonomis).
2.2. Sumber Tenaga Listrik
Pada masa sekarang ini di negara-negara berkembang seperti di negara kita
ini kebutuhan akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, terutama
dengan berkembangnya sektor industri, pendidikan, telekomunikasi, teknologi dan
lain sebagainya. Sumber energi listrik tersebut dapat diperoleh pengubahan suatu
energi primer menjadi bentuk energi lainnya secara langsung ataupun tidak
langsung. Sistem langsung atau biasa disebut sistem konvensional energi dimana
energi primer dikonversikan menjadi energi listrik dengan mediator perantara,
seperti turbin, motor bakar, dan lain sebagainya. Pada sistem tidak langsung atau
sistem non konvensional disini energi primer di konversikan menjadi energi listrik
tanpa mediator atau perantara, sebagai contohnya adalah solar cell, fotosintesis,
dan sebagainya.
Pada sistem konvensional banyak macam atau tipe pembangkitan tenaga
listrik yang digunakan untuk menunjang serta menyediakan tenaga listrik, antara
pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), pembangkit tenaga listrik tenaga gas
(PLTG), pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), pembangkit listrik tenaga
panas bumi (PLTPB), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sustu sistem
pembangkitan listrik adalah :
1. Jenis pembangkit
2. Daya yang dibutuhkan
3. Biaya operasional dan perawatan serta biaya pembangunan
4. Lokasi pusat pembangkit
5. Keuntungan dan kerugian sistem pembangkitan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam sektor industri banyak
digunakan pembangkit energi listrik tenaga diesel sebagai penambah daya listrik
ataupun sebagai backup power.
Kebutuhan tenaga listrik pada suatu industri harus disesuaikan dengan
keadaan produktivitas perusahaan itu sendiri, yang paling penting adalah
kontinuitas dan keandalan yang tinggi dalam pelayanannya. Mengingat bahwa tenaga listrik sangat penting dalam proses produksi, maka sumber tenaga listrik
ini harus dijaga dari adanya berbagai macam gangguan.
Adapun suplai daya listrik digunakan pada pusat perbelanjaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Sulplai jaringan dari PLN
b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET)
Suplay PLN dipakai sebagai main supply untuk memenuhi kebutuhan listrik
dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Genset. Kedua sumber tenaga listrik
tersebut tidak dapat bekerja bersama-sama melainkan bergantian. Bila suplay PLN
down atau mengalami gannguan maka Genset akan bertindak sebagai main supply. Sedangkan bila keadaan kembali normal maka PLN akan bertindak sebagai main supply dan genset akan off.
2.2.1.Sumber Tenaga Listrik Tenaga PLN
Untuk menyalurkan tenaga listrik ke konsumen, PLN membangun gardu
distribusi di pusat-pusat beban. Di gardu distribusi ini terjadi penurunan tegangan
dari tegangan transmisi ketegangan menengah distribusi. Dalam ketentuan
pelanggan atau konsumen itu harus memiliki gardu distribusi sendiri.
2.2.2.Sumber Tenaga Listrik Diesel (PLTD/ Genset)
Untuk menjaga kemungkinan terjadi pemutusan atau semacam gangguan
aliran listrik dari PLN, maka suatu industri menyediakan pembangkit listrik
sendiri sebagai back-up, biasanya digunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD/GENSET). Namun ada juga suatu industri yang tidak mempergunakan
suplai daya dari PLN, tapi hanya tergantung pada Pembangkit Lisrik Tenaga
Diesel (PLTD) GENSET. Pembangkit Lisrik Tenaga Diesel (PLTD/GENSET)
lebih cocok digunakan untuk industri dibandingkan dengan jenis pembangkit
listrik lain, seperti pembangkit listrik tenaga uap, gas dan sebagainya karena
pemeliharaannya dan perawatannya lebih mudah dibandingkan pembangkit listrik
2.2.3.Perbandingan antara PLN dan Genset
Perbandingan dalam skripsi ini dapat diartikan yaitu membandingkan antara
efisiensi penggunaan listrik dari Genset dengan listrik PLN.
Sedangkan efisiensi itu sendiri mempunyai arti penggunaan listrik.
Tabel 2.1 Perbandingan Perawatan PLN dan Genset
PLN GENSET
Penggunaan energi listrik genset lebih membutuhkan operator atau divisi
teknik didalam pengoperasian serta perawatan. Akan tetapi didalam pengunaan
listrik PLN tidak memerlukan operator atau divisi untuk pengoperasian maupun
tanpa harus memikirkan gangguan akibat adanya beban puncak. Sedangkan dari
PLN harus memikirkan apabila terjadi gangguan baik berupa listrik padam
maupun beban puncak.
2.3. Struktur Distribusi Tenaga Listrik
Gardu tiang PLN memberikan suplai tenaga listrik ke jaringan distribusi.
Tegangan suplai 70/20 kv dari gardu tiang PLN merupakan jaringa tegangan
menengah/ primer (JTM), yang menggunakan tiga kawat atau empat kawat untuk
tiga fasa. Selanjutnya menuju trafo disribusi gedung befungsi sebagai
mentrasformasikan tenaga listrik tegangan tinggi ke tegangan rendah (JTR)
dengan tegangan 380/ 220 volt, yaitu ke Panel Utama Tegangan Rendah (PUTR).
Sistem distribusi tenaga listrik dari sumber tenaga listrik PLN dan/ atau
Genset sampai ke beban-bebannya merupakan sistem model radial.
2.4. Value Engineering
Bagian ini terdiri dari sejarah munculnya value engineering (VE), defenisi
tentang VE, defenisi nilai, tahapan-tahapan dalam melakukan VE, serta
perkembangan VE di Indonesia.
2.4.1.Sejarah dan Filosofi VE
Value Enineering (VE) dikembangkan pertama kali oleh Lawrence D. Miles
pada ahun 1940-an di perusahaan General Electric, guna menyelesaikan masalah
kurangnya material penting dari produk yang akan mereka produksi selama
perang dunia kedua. Pada awalnya, VE bernama analisis nilai (Value Analysis/
VA) dengan pondasi kunci adalah fungsi. Pada mulanya fungsi ini mengkaji
setiap komponen bagian dari perubahan/ bagian dari produk eksistin. Pada
perkembangannya, metode analisis ini mengalami perubahan konteks, yaitu dari
pengkajian terhadap bagian produk eksisting ke peningkatan rancangan konsep,
oleh karena itu nama value engineering (VE) muncul sebagai bentuk penyesuaian
terhadap perubahan konteks tersebut (Priyanto, 2010). Selama perkembangannya
banyak pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan oleh para praktisi VE. Guna
berbagai pengetahuan dan inovasi, pada tahun 1959, para praktisi membentuk asosiasi pembelajaran di Washington, DC dengan nama „Society of American Value Engineers (SAVE)‟ (Priyanto, 2010). Dalam waktu yang relatif singkat,
lain yang dikembangkan dalam metode ini. Untuk menarik para pengembang dan
praktisi dari tools, teknik dan proses lain menjadi anggota SAVE, maka pada tahun 1996, nama asosiasi ini diubah menjadi „SAVE International.
Dalam uraian singkat mengenai perkembangan VE yang dimuat dalam buku
standar SAVE International (2007), tersirat adanya filosofi VE yang memberi
kemudahan bagi upaya memahami konsep VE. Filosofi VE tersebut adalh
menyediakan cara pengelolaan nilai (value) dan upaya peningkatan inovasi yang
sistematik guna memberikan keunggulan daya asing bagi sebuah produk yang
akan dirakit, karena produk-produk dibeli untuk apa yang dapat mereka lakukan
(fungsi dari produk), baik melalui pekerjaan yang mereka dapat lakukan atau
kualitas estetika yang mereka sediakan. Untuk dapat fokus pada pemahaman
fungsi, maka fungsi di definisikan dengan menggunakan gabungan kata aktif
(active verb) dan kata benda yang diukur (measure noun) yang dapat memberikan
karakteristik manfaat dari fungsi yang dimaksud. Oleh karena itu, metode ini
menempatkan analisis fungsi sebagai pondasi kunci. Analisis fungsi terus
dikembangkan dan menjadi tool untuk membantu individu dan tim memahami
sebuah konsep melaui fungsi-fungsinya guna memutuskan apakah desain dapat
ditingkatkan atau diadakan material atau konsep lain yang dapat memenuhi fungsi
tersebut.
2.4.2.Defenisi dan Konsep Nilai (Value)
Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa nilai
(value) merupakan sesuatu yang dikelola dalam pengelolaan nilai. Nilai (value)
akurat karena nilai merupakan fungsi waktu, orang, subyek dan kondisi. Menurut
Snogdgrass dan Kasi (1986), sebuah nilai tidak bisa ditetapkan hanya dengan
mempertimbangkan subyek itu sendiri, oleh karena itu tim harus menetapkan
terlebih dahulu alat ukur nilai (value). Masing-masing komponen seharusnya
diukur kinerjanya dengan alat ukur ini.
2.4.3.Defenisi VE
Defenisi VE perlu dipahami untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai VE. Defenisi VE tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Value Engineering (VE) adalah aplikasi metodologi nilai (value methodology) pada sebuah proyek atau layan yang telah direncanakan atau dikonsepkan untuk mencapai peningkatan nilai (value). Metodologi nilai
adalah sebuah proses sistematis yang digunakan oleh disiplin untuk
meningkatkan nilai (value) dari sebuah proyek melalui analisa terhadap
fungsi-fungsinya. (standar SAVE, 2007).
2. Value Engineering (VE) adalah sebuah upaya terorganisir diarahkan pada analisa fungsi-fungsi dari sistem, perlengkapan, fasilitas, jasa layanan dan
jasa penyediaan untuk mencapai tujuan significan pada siklus hidup
(life-cycle cost) yang paling rendah, konsisten dengan persyaratan kinerja (perfomance), kepercayaan (reliability), mutu (quality) dan keamanan
(safety) (PBS-PQ250. 1992, PBS-PQ251, 1993).
3. Value Engineering (VE) adalah suatu sistem pemecahan masalah yang dilaksanakan dengan menggunakan kumpulan teknik tertentu, ilmu
untuk mendefinisikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan
seperti biaya yang tidak memberikan konstribusi bagi mutu, kegunaan, umur
dan penampilan produk serta daya tarik konsumen (Miles, 1972).
2.4.4.Alasan – Alasan Untuk Unnecessary Cost
Pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi overbuget, hal ini terjadi
karena adanya biaya-biaya yang tidak perlu (Unnecessery Cost).
Dell‟ Isola (1997) menguraikan mengenai alasan-alasan biaya yang tidak perlu
antara lain (p.xxii) :
1. Kurangnya informasi,
Data yang tidak cukup mengenai fungsi owner/ pengguna inginkan/
butuhkan dan informasi material baru, produk, yang dapat mempertemukan
kebutuhan ini.
2. Kekurangan ide,
Kegagalan untuk mengembangkan solusi aternatif, dibeberapa kasus,
pembuat keputusan menerima solusi pertama yang terlintas dipikirannya.
Kecenderungan ini selalu mendatangkan unnecessery cost, yang dapat
dieliminasi dengan menuntut keputusan yang didasarkan pada ekonomi dan
prestasi.
3. Keadaan sementar,
Desain, jadwal dan pengiriman yang mendesak dapat memaksa pembuat
keputusan mencapai kesimpulan cepat untuk memenuhi persyaratan waktu
tanpa memperhatikan nilai yang baik.
Uncessery cost juga sering disebabkan oleh keputusan yang didasarkan pada apa yang pembuat keputusan percaya sebagai keputusan yang benar,
daripada mempertimbangkan pada kondisi nyata. Hal ini dapat menghalangi
ide bagus.
5. Kebiasaan dan perilaku,
Manusia menciptakan kebiasaan. Sebuah kebiasaan adalah bentuk dari
respon, melakukan hal yang sama, cara yang sama, pada kondisi yang sama.
Kebiasaan adalah reaksi dan respon yang orang pelajari secara otomatis,
tanpa berpikir atau memutuskan. Kebiasaan adalah bagian yang penting dari
kehidupan, tetapi ada satu hal yang harus dipertanyakan, “Apakah saya
melakukan cara ini karena ini adalah cara yang terbaik, karena saya merasa nyaman dengan metode ini, atau karena saya selalu melakukan cara ini!”
6. Perubahan kebutuhan owner,
Sering, kebutuhan baru owner memaksa perubahan selama desain atau
konstruksi yang meningkatkan biaya dan merubah jadwal. Pada banyak
kasus owner tidak mempertimbangkan dampak dari perusahaan ini.
7. Kurangnya komunikasi dan koordinasi,
Kurangnya komunikasi dan informasi adalah alasan utama untuk
unnecessery cost. VE membuka saluran komunikasi bahwa alat diskusi persoalan dan mengijinkan mengepresikan pendapat.
8. Standar dan spesifikasi yang kuno,
Beberapa standar dan spefikasi yang digunakan dalam konstruksi berumur
kurang dari sepuluh tahun. Sebagai teknologi yang baru, pembaharuan
VE membantu untuk mengisolasi dan fokus pada teknologi dan standar baru
dimana biaya tinggi dan nilai jelek mungkin terjadi.
Setiap alasan untuk nilai jelek ini menyediakan sebuah kesempatan untuk
memperbaiki keputusan yang dibuat dan sebuah area dimana upaya value
engineering adalah tindakan yang tepat.
2.4.5.Elemen – Elemen penting Dalam VE
Elemen-elemen VE ini digunakan untuk membantu dalam analisis VE,
elemen ini terdiri dari :
1. Pemilihan komponen proyek untuk studi VE
2. Pembiayaan untuk nilai
3. Pemodelan biaya
4. Pendekaan fungsional
5. Teknik sistem analisa fungsi (Functional Analysis System Technique –
FAST)
6. Rencana kerja VE
7. Kreativitas
8. Penentuan dan pembiayaan program VE
9. Kedinamisan manusia, dan
10.Pengaturan hubungan antara pemilik, perancang dan konsultan VE
Setiap elemen tersebut diatas harus digunakan dalam studi VE untuk sebuah
2.4.6.Perkembangan Value Engineering Di Indonesia
Value engineering (VE) mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986 oleh bapak DR. Ir. Suriana Chandra melaui seminar-seminar diberbagai kota.
Pada tahun itu juga, metode ini digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan
Layang Cawang. Selanjutnya pada tahun 1987, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Departemen Keuangan, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya
mengajukan pemakaian VE di Indonesia untuk seluruh pembangunan rumah dinas
dan gedung negara di atas satu milyar rupiah.
Periode sejak berikutnya tahun 1990-an sampai awal tahun 2003,
perkembangan VE di Indonesia tidak banyak diketahui. Jika ditinjau dari regulasi
yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan konstruksi pada periode tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Perumahan Dan Pemukiman Nomor 24 tahun 1992;
2. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999;
3. Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung Nomor 28 tahun 2002;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28, 29, 30 tahun 2000;
5. Keputusan Menteri (Kepmen) Pemukiman dan Prasarana Wilayah
(Kimpraswi) Nomor 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Gedung Negara.
Maka tampaknya anjuran Bappenas tahun 1987 untuk menerapkan value
engineering pada pembangunan rumah dinas dan gedung negara, tidak dilanjuti dengan penyusunan regulasi yang lebih tinggi tingkatan hukumnya, karena tidak
penerapan VE. Bbeberapa praktisi memperkirakan bahwa perkembangan VE pada
periode ini telah terhenti.
Pada periode berikutnya mulai tahun 2003 sejak dikeluarkannya Kepres 80
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah sampai awal
tahun 2007, VE di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda
perkembangan yang berarti. Pada periode ini kewajiban menerapkan Kepres 80
dianggap menghambat perkembangan penerapan VE khususnya pada
proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Kepres 80, disatu sisi menyatakan bahwa
pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyediaan jasa dan barang harus
menghindari terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan, disisi lain tidak
menyediakan ruang bagi penyedia untuk berkreasi mengupayakan penghematan
dengan metode-metode dan inovasi-inovasi baru yang lebih baik.
Value engineering yang dalam aplikasinya memerlukan keleluasaan untuk berkreasi dan inovasi terhadap desain awal seringkali tidak terakomodasi atau
tidak dipahami oleh owner (panitian pengadaan) dan aparat penegak hukum.
Keterlambatan pemahaman aparat penegak hukum terkait dengan pelaksanaan
konstruksi menyebabkan mereka berpegang pada aturan-aturan kaku yang
sebenarnya masih harus disempurnakan. Hal ini menyebabkan value engineering
masih jarang digunakan di Indonesia.
2.4.7.Value Engineering Pada Rancang Bangun Konstruksi
Dari tahun ke tahun, industri konstruksi di Indonesia terus mengalami
perkembangan yang signifikan. Dalam pembangunan suatu proyek konstruksi
biaya proyek. dalam kegiatan suatu proyek akan banyak didapati masalah seperti
panggunaan material yang boros, tenaga kerja yang kurang terampil dan waktu
penyelesaian proyek yang tidak tepat waktu sehingga menyebalkan pemborosan
biaya yang tidak sesuai perencanaan.
Dalam manajemen rekayasa konstruksi (MRK) terdapat suatu disiplin ilmu
teknil listrik yang digunakan untuk mengefisiensikan biaya. Ilmu tersebut dikenal
dengan nama Rekayasa Nilai (Value Enginering). Rekayasa Nilai (Value
engineering) adalah suatu cara pendekatan yang kreatif dan terencana dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengefisiensikan biaya-biaya yang tidak perlu.
2.5. Dasar – Dasar Ilmu Ekonomi Teknik
Dewasa ini teknologi telah berkembang dengan pesat sehingga dalam
praktiknya untuk mewujudkan suatu kebutuhan manusia akan dihadapkan dengan
berbagai pilihan/ alternatif. Alternatif tersebut bisa dalam bentuk desain/ rencana,
prosedur, metode, material, waktu dan lainya.
Karena setiap pilihan alternatif akan berdampak langsung pada pemakaian
sumber daya, dimana sumber daya itu sendiri semakin mahal dan sulit, maka
pemilihan alternatif harus didasarkan pada prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas
dari pemanfaatan sumber daya itu sendiri. Prinsip ini akan menjadi lebih penting
lagi bila persoalannya berkaitan dengan penerapan kegiatan keteknikan
(engineering), di mana pada umumnya kegiatan teknik akan melibatkan biaya
awal (investasi) yang relatif besar dan berdampak langsung pula pada kebutuhan
rancangan teknik yang akan diterapkan perlu diuji dengan pertanyaan-pertanyaan
kritis seperti berikut ini :
˗ Mengapa memilih yang itu, dan mengapa tidak yang lain? Mengapa
melakukannya sekarang, bagaimana kalau lain waktu?
˗ Mengapa melakukannya dengan cara ini, mengapa tidak dengan cara lain?
˗ Dan sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan bagaian dari keputusan-keputusan
teknik yang tidak dapat diabaiakn dalam rangka membuktikan bahwa desain/
rancangan yang dibuat merupakan rancangan yang baik dan menguntungkan
untuk dilaksanakan/ direalisasikan.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu kriteria
dan indikator penilaian yang tepat dan relevan sehingga jawaban yang dihasilkan
objektif dan rasional. Untuk pertanyaan yang bersifat teknis pada dasarnya perlu
dijawab dengan kriteria dan indikator teknis melalui evaluasi teknis, namun pada
akhirnya keputusan-keputusan teknis dapat dikonversikan menjdai kriteria-kriteria
ekonomis melalui indikator-indikator cashflow yang diakibatkan oleh aspek biaya
dan manfaat yang terkandung dari setiap alternatif teknis yang diusulkan tersebut.
Dengan demikian, ekonomi teknik pada dasarnya suatu ilmu pengetahuan yang
menjelaskan bagaimana metode menilai suatu desain teknis direncanakan juga
layak ekonomis/ menguntungkan untuk direalisasikan.
2.6. Pengertian Biaya
Dalam membicarakan biaya sebenarnya diketahui ada dua istilah atau
1. Biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai suatu tujuan diukur dengan nilai uang.
2. Pengeluaran (expence) adalah berkaitan dengan sejumlah uang yang
dikeluarkan atau dibayarkan dalam rangka mendapatkan sesuatu hasil yang
diharapkan.
Secara umum biaya dapat diklasifikasikan yakni :
1. Biaya Pertama adalah biaya awal kepemilikan yang terkapitalisasi, yang
meliputi transportasi, instalasi, dan pengeluaran awal lain.
2. Biaya Operasi dan Perawatan adalah kelompok biaya yang dialami secara
terus menerus selama masa manfaat aktivitas tersebut.
3. Biaya Tetap adalah kelompok biaya yang diperlukan dalam aktivitas
berjalan yang totalnya akan relatif tetap sepanjang jangkauan (periode)
waktu aktivitas operasional.
4. Biaya Variabel adalah kelompok biaya yang berubah-ubah mengikuti
perubahan level aktivitas operasional.
5. Biaya kenaikan dan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan
sebagai hasil dari output yang meningkatkan sebanyak satu unit tambahan.
2.7. Ekonomi Pembangkit
Dalam pembahasan aspek ekonomi pembangkit mempertimbang biaya
modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan pemeliharaan yang dijumlah
menjadi biaya pembangkit total. Adapun faktor utama yang mempengaruhi
dalam masa operasi pembangkit. Dalam mempertimbangkan hal diatas, maka
dapat ditentukan kelayakan satu teknologi pembangkit dari sisi ekonomi.
2.8. Jenis Pengaman (ACB, MCCB dan MCB) Dan Luas Penampang (Kabel)
Untuk mencegah terjadinya arus hubung singkat atau arus lebih pada setiap
salauran instalasi listrik pada pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran
menggunakan pengaman Air Circuit breaker (ACB), Moulded Case Circuit
Breaker (MCCB) dan Mini Circuit Breaker (MCB) dan jenis penampang (Kabel).
Untuk jenis pengaman dan penampang beban listrik ini setiap lokasi
masing-masing terbagi dalam beberapa kelompok panel listrik di pusat perbelanjaan Irian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang paling pokok untuk
menunjang kehidupan manusia saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
maupun bisnis memerlukan tenaga listrik. Secara umum dapat dikatakan bahwa
tenaga listrik merupakan salah satu persyarat kehidupan manusia, perkembangan
industri perbisnisan, dan pusat perbelanjaan mall memerlukan penyediaan dan
backup (cadangan) tenaga listrik.
Kebutuhan tenaga listrik di Pusat Perbelanjaan Irian Supermarket
diperkirakan masih akan terus menerus tumbuh selama beberapa waktu ke depan,
mengingat proses perkembangan plant (rencana) yang masih terus berlangsung.
Oleh sebab itu, energi listrik yang telah ada perlu dijaga keberadaannya dan
integrasi kualitasnya dalam melayani segala kebutuhan.
Dalam pembangunan suatu proyek perencanaan pengendalian biaya proyek
merupakan hal penting dalam proses pengelolaan biaya proyek. Dalam
manajemen Konstruksi (MK) terdapat suatu disiplin ilmu teknik Elektro yang
dapat digunakan untuk mengefesiensikan dan mengefektifkan biaya dan waktu.
Ilmu tersebut dikenal dengan nama value engineering (VE). Dalam VE digunakan
suatu metode evaluasi yang menganalisis teknik dan nilai dari suatu proyek, yang
batasan fungsional dan tahapan rencana tugas yang dapat mengidentifikasi dan
mengoptimalkan biaya-biaya itu serta usaha yang tak perlu.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis bahwa proyek pembangunan
pusat perbelanjaan irian supermarket kisaran, khususnya pada pekerjaan
perencanaan sumber tenaga listrik dapat dilakukan VE karena dari referensi yang
sudah ada, VE memberikan efek positif berupa efisiensi biaya dan waktu dan akan
memberi metode terbaik tanpa mengurangi fungsi utama.
Dengan adanya kondisi tersebut diatas maka dituntut suatu sistem
kelistrikan yang mempunyai keandalan dan kontinuitas yang tinggi dalam
penyediaan dan penyaluran daya listrik dari PT PLN (PERSERO) dan atau genset.
1.2. Perumusan Masalah
Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam penyediaan energi listrik baik
dari segi ekonomis, segi teknis dan lainnya maka agar penelitian dapat lebih
terarah diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun dalam penelitian ini,
permasalahan dibatasi pada sistem kelistrikan proyek pembangunan pusat
perbelanjaan dilihat dari penerapan value engineering terhadap efisiensi biaya
proyek pembangunannya.
Dari pembatasan masalah permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja syarat standart operasi sistem tenaga listrik pada pusat
2. Apakah dengan dilakukannya metode value engineering pada proyek
perencanaan sumber tenga listrik ini akan diperoleh biaya yang paling
efisien ?
3. Bagaimanakah cara perhitungan biaya pemakaian tenaga listrik genset dan
PLN dengan metode value engineering ?
4. Bagaimana perbandingan biaya antara pemakaian listrik dengan
menggunakan tenaga listrik genset dengan PLN ?
1.3. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui syarat dan standar operasi sistem tenaga listrik.
2. Mengetahui sejauh mana value engineering ini bisa diterapkan pada proyek
perencanaan.
3. Menganalisis penghematan biaya yang diperoleh dari penerapan rekayasa
nilai.
4. Memberikan solusi alternatif dengan biaya lebih rendah dengan tetap
menjaga kualitas, kehandalan, dan fungsi.
1.4. Batasan Masalah
Ruang lingkup masalah didalam suatu proyek adalah begitu luas dan
kompleks sehingga dalam penelitian ini hanya dibatasi pada biaya pelaksanaan
direncanakan, investasi awal sistem tenaga listrik, penyambungan PLN dan
perbandingan ekonomis.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan merupakan masukan yang sangat
berarti bagi unsur-unsur pelaksana proyek perencanaan/ pembangunan, sekaligus
merupakan koreksi terhadap kondisi yang nyata yang sedang berlangsung demi
peningkatan efisiensi dan efektivitas dana pembangunan, dan sehingga termotifasi
lebih mengenalkan bangunan secara value engineering.
1.6. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :
1. Bagian pendahuluan skripsi, yang berisi halaman judul, halaman pengesahan,
kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar dan daftar tabel.
2. Bagian isi skripsi, yang terdiri atas lima bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penulis, batasan masalah penulis, manfaat penulis dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI MENGENAI BIAYA RANCANG BANGUN
KONSTRUKSI MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING
Dalam bab ini berisi tentang sumber tenaga listrik, value engineering
dan dasar-dasar ilmu ekonomi teknik.
Dalam bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, metode
pengumpulan data, metode penelitian dan jadwal penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahsan.
BAB V : PENUTUP
ABSTRAK
Pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran adalah salah satu bangunan
komersil yang bergerak dibidang bisnis. Kebutuhan tenaga listrik di Pusat
Perbelanjaan Irian Supermarket diperkirakan masih akan terus menerus tumbuh
selama beberapa waktu ke depan, mengingat proses perkembangan plant
(rencana) yang masih terus berlangsung.
Daya listrik yang terpasang di pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran
disupli dari PLN dan pembangkit listrik sendiri (Genset). Dimana PLN sering
padam karena mengingat pusat perbelanjaan ini agar peralatan listrik berjalan
dengan baik dan para pengunjung merasakan kenyamanan fasilitas yang ada di
pusat perbelanjaan.
Dari hasil analisa dan perhitungan diperoleh, pemakaian energi listrik
pembangkit sendiri/ genset dan dari jasa PLN terdapat perbedaan biaya
pembangkitan per tahun.
TUGAS AKHIR
PENERAPAN VALUE ENGINEERING (VE)
TERHADAP EFISIENSI BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN
SISTEM KELISTRIKAN PADA PUSAT PERBELANJAAN
IRIAN SUPERMARKET KISARAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Sub Konsentrasi Energi Listrik
OLEH :
ROIHAN NASUTION NIM : 120422027
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran adalah salah satu bangunan
komersil yang bergerak dibidang bisnis. Kebutuhan tenaga listrik di Pusat
Perbelanjaan Irian Supermarket diperkirakan masih akan terus menerus tumbuh
selama beberapa waktu ke depan, mengingat proses perkembangan plant
(rencana) yang masih terus berlangsung.
Daya listrik yang terpasang di pusat perbelanjaan Irian Supermarket Kisaran
disupli dari PLN dan pembangkit listrik sendiri (Genset). Dimana PLN sering
padam karena mengingat pusat perbelanjaan ini agar peralatan listrik berjalan
dengan baik dan para pengunjung merasakan kenyamanan fasilitas yang ada di
pusat perbelanjaan.
Dari hasil analisa dan perhitungan diperoleh, pemakaian energi listrik
pembangkit sendiri/ genset dan dari jasa PLN terdapat perbedaan biaya
pembangkitan per tahun.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penyusun Tugas Akhir ini dapat saya
selesaikan dengan baik, Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) di fakultas Teknik
Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan, motivasi dan bantuan semua pihak. Untuk itu melalui
Tulisan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan tidak terhinga
kepada :
1. Kedua orang Tua tercinta, yang selalu memberikan yang terbaik serta tiada
henti mengiringi dengan doa dan motivasi yang tidak ternilai.
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT. USU dan selaku Dosen Pembimbing saya yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan dukungan dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Masykur SJ. MT selaku Dosen Wali.
4. Bapak Ir. Eddy Warman, MT dan Bapak Ir. Raja Harahap, MT selaku
Dosen Pembimbing Penguji saya yang telah memberikan
masukan-masukan kepada saya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh Pegawai PT. Bangun Mandiri Manajemen yang telah bersedia
memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama melaksanakan
penelitian di lapangan.
7. Teman-teman angkatan 2012 Ekstensi yang nama-namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bisa membangun Tugas Akhir ini menjadi lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga penulis tugas akhir ini dapat berguna
memberikan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Medan, Nopember 2015