PRA RANCANGAN
PEMBUATAN SUSU YOGHURT DARI KACANG KEDELAI
DENGAN KAPASITAS 8 TON/JAM
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Sains Terapan
Program Studi Teknologi Kimia Industri FT-USU
O
L
E
H
NIM: 015201009
BENNY SAMUEL
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR
INTI SARI i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1. Latar Belakang I-1
1.2. Perumusan Masalah I-3
1.3. Tujuan Rancangan I-3
1.4. Manfaat Rancangan I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES II-1
2.1. Komposisi Kimia Susu Kedelai II-1
2.2. Lemak II-2
2.3. Protein II-4
2.4. Karbohidrat II-5
2.5. Mineral Dan Vitamin II-6
2.6. Masalah Yang Dihadapi Dalam Penggunaan Kedelai Sebagai
Bahan Pangan II-7
2.7. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Yoghurt II-8
2.7.1. Susu Skim II-8
2.7.3. Gum Arab II-9
2.7.4. Potassium Sorbat II-10
2.7.5. CaCl2 II-10
2.7.6. Starter (Mikroba Yang Aktif Pada Fermentasi) II-11
2.8. Deskripsi Proses II-13
BAB III NERACA BAHAN III-1
3.1. Hammer Mill (C-110) III-1
3.2. Bak Perendaman I (F-130) III-2
3.3. Bak Perendaman II (F-150) III-2
3.4. Bak Pencuci (F-160) III-3
3.5.Tangki Rebus (Q-170) III-3
3.6. Ketel Adukan (Q-200) III-3
3.7. Filter Press (H-210) III-4
3.8. Agitator I (M-220) III-4
3.9. Fermentor (F-230) III-5
3.10. Agitator II (M-250) III-5
BAB IV NERACA PANAS IV-1
4.1. Bak Perendaman I (F-130) IV-1
4.2. Tangki Rebus (Q-170) IV-1
4.3. Ketel Adukan (Q-200) IV-2
4.4. Agitator I (M-220) IV-2
4.5. Fermentor (F-230) IV-3
4.6. Agitator II (M-250) IV-3
5.1. Gudang (F-100) V-1
5.2. Loading Ramp (J-101) V-1
5.3. Screw Conveyor I (J-102) V-2
5.4. Hammer Mill (C-110) V-2
5.5. Bak Perendaman I (F-130) V-3
5.6. Screw Conveyor II (J-131) V-3
5.7. Filter Press (H-210) V-4
5.8. Tangki CaCl2 V-4
5.9. Tangki NaHCO3 V-5
5.10. Bak Perendaman II (f-150) V-5
5.11. Bak Pencuci (F-160) V-6
5.12. Tangki Perebusan (Q-170) V-6
5.13. Ketel Adukan (Q-200) V-6
5.14. Agitator I (M-220) V-7
5.15. Fermentor (F-200) V-7
5.16. Inkubator V-8
5.17. Gudang Pengemasan V-8
5.18. Gudang Penyimpanan V-8
5.19. Pompa NaHCO3 V-9
5.20. Pompa CaCl2 V-9
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA VI-1
6.1. Instrumentasi VI-1
6.2.Keselamatan Kerja VI-5
Dari Kacang Kedelai VI-6
6.3.1. Pencegahan Terhadap Kebakaran Dan Ledakan VI-7
6.3.2. Peralatan Perlindungan Diri VI-7
6.3.3. Keselamatan Kerja Terhadap Listrik VI-8
6.3.4. Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan VI-8
6.3.5. Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis VI-9
BAB VII UTILITAS VII-1
7.1. Kebutuhan Uap (Steam) VII-1
7.2. Kebutuhan Air VII-2
7.2.1. Pengendapan VII-3
7.2.2. Klarifikasi VII-4
7.2.3. Filtrasi VII-5
7.2.4. Demineralisasi VII-5
7.2.5. Deaerasi VII-9
7.3. Kebutuhan Bahan Kimia VII-9
7.4. Kebutuhan Listrik VII-10
7.5. Kebutuhan Bahan Bakar VII-10
7.6. Pencemaran Yang Terjadi Dan Cara Penanggulangannya VII-11
7.7. Spesifikasi Peralatan Utilitas VII-14
7.7.1. Pompa Air Sumur Bor (L-411) VII-14
7.7.2. Bak Pengendapan (H-410) VII-14
7.7.3. Clarifier (H-420) VII-15
7.7.4. Tangki Pelarutan Alum (M-421) VII-15
7.7.6. Pompa Bak Pengendapan (L-421) VII-16
7.7.7. Sand Filter (H-430) VII-17
7.7.8. Pompa Clarifier (L-431) VII-17
7.7.9. Menara Air (F-440) VII-18
7.7.10. Pompa Sand Filter (L-441) VII-19
7.7.11. Kation Exchanger (T-450) VII-19
7.7.12. Tangki Pelarutan H2SO4 (M-451) VII-20
7.7.13. Pompa Menara Air (L-451) VII-20
7.7.14. Anion Exchanger (F-460) VII-21
7.7.15. Tangki Pelarutan NaOH VII-21
7.7.16. Pompa Kation Exchanger (L-461) VII-22
7.7.17. Tangki Kaporit (F-490) VII-23
7.7.18. Tangki Penampungan Air Umpan Ketel (F-500) VII-23
7.7.19. Pompa Air Umpan Ketel (L-501) VII-24
7.7.20. Deaerator (E-510) VII-24
7.7.21. Pompa Deaerator (L-511) VII-25
7.7.22. Boiler (E-250) VII-25
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK VIII-1
8.1. Lokasi Pabrik VIII-1
8.2. Tata Letak Pabrik VIII-3
8.3. Kebutuhan Areal Untuk Pendirian Pabrik VIII-4
BAB IX ORGANISASI MANAJEMEN PERUSAHAAN IX -1
9.1. Organisasi Dan Manajemen IX-1
9.2.1. Badan Usaha Perorangan (Single Proprietorship) IX-2
9.2.2. Badan Usaha Persekutuan (Partnership) IX-2
9.2.3. Badan Usaha Perseorangan (Corporation) IX-5
9.2.4. Koperasi (Coperative) IX-5
9.2.5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) IX-6
9.2.6. Penggabungan Badan Usaha (Joint Venture) IX-6
9.3. Bentuk Struktur Organisasi IX-6
9.4. Uraian Tugas Wewenang Dan Tanggung Jawab IX-7
9.4.1. Direktur IX-8
9.4.2. Kepala Bagian Produksi Dan Laboratorium IX-8
9.4.3. Kepala Bagian Personalia Dan Pemasaran IX-9
9.4.4. Sekretaris IX-9
9.5. Sistem Kerja Dan Tenaga Kerja IX-9
9.6. Kesejahteraan Tenaga Kerja IX-10
9.7. Jumlah, Tingkat Pendidikan Dan Gaji Tenaga Kerja IX-10
BAB X ANALISA EKONOMI X-1
10.1. Modal Investasi X-1
10.1.1. Modal Investasi Tetap/Fixed Capital Investment (FCI) X-2
10.1.2. Modal Kerja/Working Capital X-3
10.2. Hasil Penjualan X-4
10.3. Biaya Produksi Tetap X-4
10.3.1. Biaya Tetao/Fixed Cost X-4
10.3.2. Biaya Variabel/Variabel Cost (VC) X-5
10.5. Aspek Analisa Ekonomi X-5
10.5.1. Profit Margin (PM) X-5
10.5.2. Break Event Point X-6
10.5.3. Return On Investment (ROI) X-6
10.5.4. Pay Out Time (POT) X-7
10.5.5. Return On Network (RON) X-7
10.5.6. Internal Rate On Return (IRR) X-7
BAB XI KESIMPULAN XI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS LAMPIRAN C SPESIFIKASI PERALATAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Dari Berbagai Jenis Susu Dalam 100 gr Bahan II-2
Tabel 2.2. Susunan Asam Lemak Kacang Kedelai II-3
Tabel 2.3. Perbandingan Kandungan Asam-Asam Amino Essensial Pada
Protein Kacang Kedelai Dengan Daging Sapi II-5
Tabel 2.4. Komposisi Karbohidrat Kedelai II-6
Tabel 2.5. Pembentukan Asam Pada Susu Skim Oleh Streptococcus Dan
Lacobacillus Serta Kombinasi Keduanya Selama Fermentasi
Pada Suhu Inkubasi 45oC II-12
Tabel 3.1. Hammer Mill (C-110) III-1
Tabel 3.2. Bak Perendaman I (F-130) III-2
Tabel 3.3. Bak Perendaman II (F-150) III-2
Tabel 3.4. Bak Pencuci (F-160) III-3
Tabel 3.5. Tangki Rebus (Q-170) III-3
Tabel 3.6. Ketel Adukan (Q-200) III-3
Tabel 3.7. Filter Press (H-210) III-4
Tabel 3.8. Agitator I (M-220) III-4
Tabel 3.9. Fermentor (F-230) III-5
Tabel 3.10. Agitator II (M-250) III-5
Tabel 4.1. Bak Perendaman I (F-130) IV-1
Tabel 4.2. Tangki Rebus (Q-170) IV-1
Tabel 4.3. Ketel Adukan (Q-200) IV-2
Tabel 4.5. Fermentor (F-230) IV-3
Tabel 4.6. Agitator II (M-250) IV-3
Tabel 6.1. Daftar Instrumentasi Pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
Yoghurt Dari Kacang Kedelai VI-4
Tabel 7.1. Kualitas Sumur Bor PKS PTPN IV Kebun Adolina VII-2
Tabel 8.1. Perincian Luas Tanah Pabrik Pembuatan Minuman Kesehatan
Yoghurt VIII-5
Tabel 9.1. Jumlah, Tingkat Pendidikan dan Gaji Tenaga Kerja IX-10
Tabel 10.1. Modal Investasi Tetap (MIT/FCI) X-2
Tabel 10.2. Perincian Modal Kerja (Working Capital) X-3
Tabel 10.3. Perincian Biaya Tetap X-4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Didalam upaya peningkatan gizi masyarakat, susu dan hasil olahannya
merupakan bahan makanan yang mempunyai peranan penting terutama sebagai
sumber protein. Susu dan hasil olahannya merupakan bahan pangan yang sangat
baik sebagai sumber protein yang dikandungnya dapat dicerna dan diserap oleh
tubuh.
Akan tetapi sebagian masyarakat yang sejak kecil tidak terbiasa meminum
susu atau mengkonsumsinya, sehingga didalam sistem pencernaannya tidak
terdapat enzim laktase. Enzim ini diperlukan untuk mencerna laktosa yang kadarnya cukup tinggi pada susu. Orang yang tidak memiliki enzim laktase dalam
sistem pencernaannya, jika mengkonsumsi susu dapat mengakibatkan laktose intolerance.
Masalah laktose intolerance dapat diatasi dengan mengkonsumsi hasil olahan fermentasi susu dimana laktosanya telah dirombak atau difermentasi. Salah satu
hasil olahan fermentasi susu yang sangat populer dan digemari masyarakat negara
maju namun kurang populer di Indonesia adalah Yoghurt. Bentuk dari youghurt
ini mirip bubur atau es krim yang rasanya agak asam. Pada umumnya yoghurt
dibuat dari susu segar dengan penambahan susu skim dan gula hingga total solid
menjadi 15-18%. Untuk menurunkan biaya pembuatan yoghurt yang cukup
mahal, telah dibuat yogurt dari campuran susu dengan bahan-bahan lain misalnya
dengan susu kedelai yang disebut dengan soyghurt.
Susu kedelai merupakan salah satu jenis bahan yang kandungan gizinya cukup
tinggi, terutama protein yang tersusun oleh asam-asam amino essensial yang
sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan memelihara tubuh, Selain itu kedudukan
susu kedelai dimasa depan akan menjadi semakin penting, hal ini dimungkinkan
karena beberapa keunggulan yang dimilikinya yaitu tidak mengandung laktosa,
proteinnya tidak menimbulkan alergi, rendah lemak, bebas kolesterol, bergizi
tinggi, teknologi pembuatan relatif mudah, biaya produksi relatif murah serta
Namun demikian, ada beberapa faktor yang menyebabkan produk olahan
kedelai kurang disukai, antara lain bau langau, rasa pahit dan rasa seperti kapur.
Kedelai juga mengandung sejenis oligosakarida yang tidak bisa dicerna oleh
tubuh dan menyebabkan flatulensi (perut kembung). Selain itu kedelai juga
mengandung zat anti nutrisi (antitripsin, fitat, saponin, hemaglutin) yang
membatasi kapasitas protein untuk diserap oleh tubuh. Untunglah
senyawa-senyawa tersebut mudah diatasi dengan proses perendaman, perebusan atau
fermentasi sehingga aman dikonsumsi manusia.
Diversifikasi produk olahan susu kedelai sesuai selera, dengan susu hewani
lainnya bisa dijadikan soygurt yang bersifat probiotik, yakni bakteri yang
menguntungkan kesehatan. Setelah diolah menjadi soyghurt, susu kedelai menjadi
lebih awet, selain itu juga lebih berkhasiat sebagai minuman fungsional dan untuk
meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap soyghurt telah banyak dilakukan
usaha misalnya dengan penambahan penstabil. Gum arab dapat digunakan untuk
memperbaiki kekentalan /viskositas, tekstur dalam bentuk makanan. Didalam
Industri pangan gum arab digunakan sebagai pengikat aroma, penstabil dan
pengemulsi, dan untuk meningkatkan daya tarik terhadap soygurt sering
ditambahkan flavour buah.
1.2Perumusan Masalah
Sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan minuman
kesehatan maka dirancanglah Pabrik Pembuatan Yoghurt dengan kapasitas 8
ton/jam.
1.3Tujuan Rancangan
Sebagai ilmu keteknikan, maka Teknologi Kimia Industri membidangi
perancangan (design) konstruksi, operasi peralatan, serta proses pengolahan bahan
mentah atau bahan baku menjadi produk yang berdaya guna untuk bahan baku
bagi proses berikutnya maupun untuk kebutuhan masyarakat. Tujuan Rancangan
Pembuatan Yoghurt dari Kacang Kedelai adalah juga untuk mengaplikasikan Ilmu
Teknologi Kimia Industri yang meliputi neraca massa, neraca energi, operasi
penyajiannya disajikan pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Yoghurt Dari
Kacang Kedelai dengan Kapasita 8 ton/jam.
1.4Manfaat Rancangan
Berdasarkan tujuan Rancangan dapat diketahui mengenai kelayakan
(feasibility) dari Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Yoghurt dari Kacang Kedelai dengan kapasitas 8 ton/jam. Disamping itu manfaat rancangan ini adalah
meningkatkan kesehatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
2.1. Komposisi Kimia Susu Kedelai
Susu kedelai atau susu nabati dikenal di negara Cina sebagai air dadih
kedelai atau hasil ekstraksi kacang kedelai yang telah lama dikonsumsi menjadi
minuman yang sangat populer karena mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi
dibandingkan dengan susu hewani (Sibuea, 1990 didalam Sidabutar, 1994).
Di Indonesia pengolahan susu kedelai juga dikembangkan, dimana dengan
kandungan protein 2,5-3% dapat dijadikan semacam minuman ringan (soft drink)
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan anak-anak. Bagi balita yang kekurangan
gizi, susu kedelai dapat mengisi kekurangan gizi tersebut. Dimana, dengan
meminum dua gelas susu kedelai sudah terpenuhi 30% dari kebutuhan protein
perhari (Saraswati, 1986).
Dipandang dari segi gizi, susu kedelai yang dibuat dengan kadar protein
3% mempunyai nilai gizi mendekati susu, kedelai mengandung provitamin A
serta mengandung vitamin B kompleks tinggi, kecuali vitamin B12
Menurut Miller (1961), secara komersil susu kedelai pertama kali
dikembangkan oleh suatu perusahaan susu di Shanghai pada tahun 1935.
Perusahaan ini mula-mula mensterilisasikan susu kedelai hingga menyerupai susu
sapi dan selanjutnya dibotolkan. Ada 2 macam susu kedelai yaitu berbentuk cairan
dan berbentuk bubuk, cairan susu dipanaskan kemudian dikeringkan dengan . Namun susu
kedelai mempunyai kandungan kapur yang rendah kira-kira 18,5% dari susu sapi
menggunakan spray drayer, sedangkan untuk memperoleh susu kedelai cair,
setelah selesai penyaringan biasanya dimasak sampai mendidih atau diseterilkan
dalam botol (Winarno dan Rahman, 1974).
Komposisi kimia dari berbagai jenis susu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Dari Berbagai Jenis Susu Dalam 100 gr Bahan
Komponen Susu Sapi Susu Kedelai Susu Kerbau Kalori (kal) 61 41 60 Protein (g) 3,2 3,5 6,3 Lemak (g) 3,2 2,5 12 Karbohidrat (g) 4,3 5 7,1 Kalsium (mg) 143 50 216 Fosfor (mg) 60 45 101 Besi (mg) 133 0,7 0,2 Vitamin A (SI) 130 200 80 Vitamin B1
Air (g) 88,3 87 73,8 Sumber : Departemen Kesehatan RI., (1992).
2.2. Lemak
(mg) 0,03 0,08 0,04 Vitamin C (mg) 1 2 1
Lemak pada kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak tidak jenuh dan
sisanya berupa asam lemak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada
kedelai berupa asam linoleat, asam oleat, asam linoleat dan arakidonat. Asam
lemak jenuh yang terdapat pada kedelai terdiri dari asam palmitat, stearat, arakidat
dan asam laurat. Selain itu kedelai juga mengandung lemak dalam bentuk
fosfolipida yaitu lemak yang mengandung gugusan fosfor. Lemak-lemak tersebut
pengemulsi alami yang terdapat dalam kedelai kira-kira 2 persen (Soemaatmadja,
1978).
Kedelai mengandung sekitar 18-20% lemak dan dari jumlah tersebut
terdiri dari asam lemak tidak jenuh yang bebas kolesterol. Disamping itu, didalam
lemak kedelai terkandung beberapa fosfolid yang penting yaitu lesitin, sepalin dan
lipositol (Koswara, 1992).
Menurut Somaatmadja (1978), kacang kedelai mempunyai kadar lemak
yang cukup tinggi yaitu antara 14-24% dan rata-rata 18% adalah asam lemak tidak
jenuh dan 15% asam lemak jenuh. Komposisi asam lemak yang terdapat pada
kacang kedelai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Susunan Asam Lemak Kacang Kedelai
Jenis Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Lemak Jenuh
Asam Palmitat 7-10 Asam Stearat 2-5 Asam Arakidat 0,2-1 Asam Laurat 0-0,2
Asam Lemak tidak Jenuh
Asam Linoleat 25-64 Asam Oleat 11-60 Asam Linolenat 1-12 Asam hexadekanoat 1-5 Sumber : Soemaatmadja, 1978.
Oleh karena lemak kedelai tersebut mengandung asam lemak jenuh yang
rendah dan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, serta rendah dari kolesterol, maka
orang-orang yang menggunakan kedelai sebagai sumber lemak akan lebih sedikit
kemungkinannya menderita arteriosklerosis dibandingkan dengan sumber lemak
2.3. Protein
Protein susu kedelai mempunyai asam amino yang mendekati susu sapi,
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti susu ibu atau sebagai pengganti susu
bagi orang-orang yang alergi terhadap protein hewani (Winarno dan Rahman,
1974).
Susu kedelai dan susu sapi mempunyai kandungan protein yang kira-kira
sama yaitu 3,5-4% dan perbandingan susunan asam amino mempunyai kesesuaian
yang baik. Dengan sedikit suplementasi khusus dapat menggantikan secara baik
susu sapi (Sibuea, 1990 di dalam Sidabutar, 1994).
Kedelai mengandung asam-asam amino lisin yang tinggi metionin yang
rendah, sementara asam amino lisin justru merupakan asam amino yang paling
rendah jumlahnya diantara asam amino esensial dalam protein nabati. Hal ini
menunjukkan kedelai merupakan pelengkap yang baik untuk makanan sereal yang
kurang lisin, tetapi kaya metionin (Basuki dan Hardjo, 1979).
Kandungan asam-asam amino essensial protein kacang kedelai
dibandingkan dengan susunan asam amino daging sapi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.3. Perbandingan Kandungan Asam-asam Amino Essensial pada
Protein Kacang Kedelai dengan Daging Sapi
Asam Amino Kacang Kedelai Daging Sapi
Isoleusin 320 327
Leusin 480 512
Lysin 400 546
Phinilalanin 320 257
Metionin 80 155
Threonin 250 276
Tryptofan 90 73
Valin 350 347
2.4. Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat yang tidak dicerna oleh tubuh seperti
sellulosa, pentosa, galaktosa, rafinosa, dan hemiselulosa. Bagian yang dapat
dicerna dalam jumlah yang kecil sedangkan yang sulit dicerna terdapat dalam
jumlah banyak (Suliantari dan Rahayu, 1990).
Koswara (1992), menyatakan kedelai mengandung karbohidrat sekitar
10%. Dari kandungan tersebut, berarti hanya 12-14% saja yang dapat digunakan
tubuh secara biologis. Karbohidrat pada kedelai terdiri atas golongan
oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari
sukrosa, stakiosa, dan rafinosa yang larut dalam air. Sedangkan golongan
polisakarida terdiri dari arabinogalaktan dan bahan-bahan sellulosa. Jenis dan
jumlah karbohidrat pada kedelai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4. Komposisi Karbohidrat Kedelai
Komponen Jumlah (% biji utuh)
Sellulosa 4
Hemisellulosa 15
Stakiosa 3,8
Raffinosa 1,1
Sukrosa 5
Gula-gula lain Sedikit
Sumber : Koswara, (1992).
2.5. Mineral Dan Vitamin
Beberapa mineral yang terdapat pada kedelai antara lain adalah Fe, Na, K,
Ca, P, Mg, S, Cu, Zn, Co, Mn dan Cl. Dan diantara mineral-mineral tersebut yang
terpenting adalah Fe karena selain jumlahnya cukup tinggi, yaitu sekitar 0,9-1,5%
Fe juga terdapat dalam bentuk yang langsung dapat digunakan untuk
Secara umum kedelai merupakan sumber vitamin B, karena kandungan
vitamin B1, B2
Disamping enzim lipoksigenase, kedelai juga mengandung enzim-enzim
urease dan “Soybean Trypsin Inhibitor”. SBTI ini dapat mengganggu , niasin, peridoksin dan golongan vitamin B lainnya banyak
terdapat di dalamnya. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak
ialah vitamin E dan K. Sedangkan vitamin A dan D terkandung dalam jumlah
yang sangat sedikit. Dalam kedelai muda terdapat vitamin C dengan kadar yang
sangat rendah (Koswara, 1992).
2.6. Masalah Yang Dihadapi Dalam Penggunaan Kedelai Sebagai Bahan
Pangan
Masalah yang sering dihadapi dalam proses pembuatan minuman susu
kedelai yaitu terdapatnya bau langu, stabilitas koloid yang kurang mantap dan
adanya zat anti tripsin yang dapat menghambat daya cerna tripsin serta adanya
asam pitat yang dapat menghambat penyerapan mineral (Susanto dan Saneto,
1994).
Bau dan rasa langu merupakan salah satu masalah dalam pengolahan
kedelai. Rasa langu yang tidak disukai ini diakibatkan oleh adanya enzim
lipoksigenase pada kedelai. Hal ini terjadi karena enzim lipoksigenase
menghidrolisis atau menguraikan lemak kedelai menghasilkan senyawa penyebab
bau langu, yang tergolong dalam kelompok hexanol (Koswara, 1992).
Menurut Smith dan Circle (1972), bahwa enzim lipoksigenase yang
terdapat di dalam kedelai akan mengoksidasi lipid dan menghasilkan ethil vinil
menghambat aktivitas enzim trypsin yang terdapat pada pencernaan tubuh
manusia dan hewan sehingga daya serap tubuh terdapat protein akan terganggu
atau terhambat. Adanya enzim urease dalam biji kedelai dapat menyebabkan
pemecahan urea menjadi CO2 dan NH3 (Basuki dan Hardjo, 1979).
2.7. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Yoghurt
2.7.1. Gula
Kelompok gula pada umumnya mempunyai rasa manis, tetapi
masing-masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki rasa manis rasa khas yang saling
berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu jenis
pemanis, konsentrasi, suhu, serta sifat mediumnya. Tujuan penambahan gula ini
umumnya adalah memperbaiki flavor bahan makanan sehingga rasa manis yang
timbul dapat meningkatkan kelezatan (Sudarmadji, 1982).
Gula disamping sebagai sumber aroma (manis) juga merupakan sumber
energi yang baik bagi mikroorganisme. Semakin besar jumlah gula yang
ditambahkan maka substrat yang tersedia bagi mikroba semakin banyak, sehingga
pertumbuhannya semakin banyak dan cepat, sehingga aktivitas mendegredasi
laktosa dan bahan organik lainnya menjadi asam organik semakin tinggi pula
(Harper dan Hall, 1976).
2.7.2. Gum arab
Gum arab pada dasarnya merupakan polimer yang sangat banyak
bercabang terdiri atas rangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam
D-glukoronat, dan L-Ramnosa. Berat molekulnya 250.000–1.000.000 (Tranggono,
Gum yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan adalah polimer kompleks dari
berbagai gula dan gula turunan asam uronik. Semua gum bersifat hidrofilik
sehingga dapat membentuk larutan koloid atau membentuk gel. Yang termasuk
gum adalah gum arab, gum karayu, locust bean gum, gum tragacant, gum guar
dan ganggang laut turunan algin (Charley, 1982).
Gum arab dapat digunakan untuk memperbaiki kekentalan atau viskositas,
tekstur dalam bentuk makanan. Selain itu gum arab dapat mempertahankan flavor
dari bahan yang dikeringkan dengan pengering semprot. Dalam hal ini gum arab
membentuk lapisan partikel flavor, sehingga melindungi dari oksidasi dan
absorbsi air dari udara. Di dalam industri pangan gum arab digunakan sebagai
pengikat aroma, penstabil, pengemulsi dalam pembuatan es krim (Tranggono,
1990).
Gum arab secara komersil dipisahkan berdasarkan warna, yang berwarna
sangat pucat mempunyai harga yang sangat tinggi, terutama untuk konfeksioneri,
gum dengan warna yang lebih gelap biasanya mempunyai rasa yang kurang
menyenangkan (Minifie, 1989).
Menurut Blanshard (1979), fungsi gum di dalam produk bahan pangan
adalah sebagai perekat, alat pengikat, alat penjernih, alat penguat, alat pelapis alat
pembusa, alat penyatu atau penggabung dan sebagainya. Namun fungsi yang
umum dari gum adalah pengental dan alat penstabil.
2.7.3. Potasium Sorbat
Sorbat biasanya digunakan dalam bentuk garam kalium dan mampu
sorbat lebih efektif pada pH yang relatif tinggi. Sorbat digunakan pada roti dan
kue, juga pada Intermediate Moisture Food (IMF) sebagai anti jamur (Winarno,
1993).
Asam sorbat dapat mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri dengan
cara menginaktifkan enzim dehidrogenase untuk diperlukan oleh mikroba tersebut
untuk metabolisme karbohidrat dan asam-asam lemak. Asam sorbat, kalium
sorbat, atau natrium sorbat sering digunakan di dalam makanan untuk mencegah
pertumbuhan kapang (Winarno, 1980).
Asam sorbat berdisosiasi di dalam sel mikroorganisme yang mengganggu
pH sitoplasma dan akan menyebabkan denaturasi protein mikroba sehingga
metabolisme dalam selnya akan terhambat bahkan merusak inti selnya. Pemberian
asam sorbat menonaktifkan enzim dehidrogenasi yang diperlukan mikroba dalam
metabolisme karbohidrat, asam lemak, dan lain-lain (Hanafiah, 1978).
2.7.4. CaCl2
Didalam susu, kalsium berikatan dengan kasein membentuk kalsium
kaseinat yang bila diperlakukan dengan asam, ikatan tersebut akan lepas dan
kasein akan menggumpal. Kalsium kaseinat yang berbentuk globulin mempunyai
diameter 40-300 mµ yang disebut misella (Harper dan Hall, 1976).
Dengan adanya asam, baik yang ditambahkan maupun hasil perombakan
mikroba (asam laktat, asam lemak dan asam amino) kasein akan lepas dari
kalsium dan mengendap. Alkohol dapat bertindak sebagai ”dehidrating agent”
yang menarik air dari kasein sehingga kalsium kaseinat akan mengendap dan
2.7.5. Starter (Mikroba Yang Aktif Pada Fermentasi).
Jenis mikroba fermentatif memegang peranan yang sangat penting pada
pemeraman dan pembentukan aroma yang khas untuk berbagai jenis hasil olahan
susu seperti keju, asam-asam, kefir dan yoghurt (Harper dan Hall, 1976).
Pada permulaan fermentasi dimana starter yang ditambah mengandung
kedua jenis bakteri dalam perbandingan yang sama (1 : 1), Streptococcus
thermophillus lebih cepat tumbuh dari Lactobasillus bulgaricus. Setelah ratio
antara Streptococcus thermopillus dan Lactobasillus bulgaricus mencapai 3 : 1,
produk asam laktat telah cukup tinggi untuk menghambat pertumbuhan
Streptococus thermophilus, tetapi merangsang pertumbuhan Lactobacillus
bulgaricus hingga akhirnya mencapai keseimbangan populasi dengan ratio 1 : 1
(Winarno, 1982).
Menurut Pederson (1979), pertumbuhan Streptococcus thermopilus akan
berhenti pada keasaman (sebagai asam laktat) media 0,7–1%. Pada keasaman ini
bakteri Lactobacillus bulgaricus yang lebih cepat sampai keasaman 2,5-3%. Pada
fermentasi susu skim yang terjadi pada yoghurt, bakteri Streptococcus
thermopilus dan Lactobacillus bulgaricus akan tumbuh secara sinergis, dimana
fermentasi yang berlangsung lebih cepat bila keduanya berada secara
bersama-sama seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5. Pembentukan Asam pada Susu Skim oleh Streptococcus dan
Lactobasillus serta Kombinasi Keduanya Selama Fermentasi pada Suhu Inkubasi 45o
Inokulum Total Asam Setelah Fermentasi (Jam)
0 1 2 3 Streptococcus thermophillus (2%) 0.19 0.22 0.22 0.27 Lactobasillus bulgaricus (2%) 0.99 0.21 0.26 0.39
C
Pada Tabel 2.5. dapat dilihat bahwa dengan jumlah yang sama, kombinasi
Streptococus thermopillus dan Lactobacillus bulgaricus (1+1)% menghasilkan
total asam yang lebih tinggi dibandingkan secara sendiri-sendiri dengan jumlah
yang sama (2%).
Disamping bakteri-bakteri yang merombak laktosa, pada fermentasi susu
juga tumbuh bakteri yang menghasilkan asam sitrat yang dikenal dengan nama
Citric Acid Fermentatif (CAF) bakteri. Bakteri CAF antara lain Leuconostoc
ceremonis yang menghasilkan asam sitrat, glukosa, galaktosa dan laktosa. Dan
juga Lactobasillus dexatranicum yang menghasilakan asam sitrat dari glukosa,
galaktosa, laktosa dan sukrosa.
Streptococus lactis sub sp diacetylactis juga aktif pada fermentasi susu
yaitu asam merombak asam sitrat menjadi diacetyl, dan bahan organik lain yang
mudah menguap yang merupakan aroma yang khas dari hasil olah susu yang
difermentasi (Harper dan Hall, 1976).
2.7. Deskripsi Proses
Kacang kedelai yang telah disortir ditimbun dalam loading ramp (J-102)
kemudian kacang kedelai ditransformasikan ke dalam hammer mill (C-110), pada
hammer mill kacang kedelai dikupas cangkang kedelai diumpankan ke incinerator
(A-120) untuk dibakar dan kernel kedelai direndam pada bak perendaman I
(F-130) dengan temperatur 90oC selama 30 menit. Kernel hasil rendaman ditransformasikan ke bak perendaman II (F-150) dengan larutan NaHCO3 0,5%
dengan perbandingan 3 : 1 selama 15 menit. Hasil rendaman dari bak II dicuci
kedelai direbus pada ketel rebusan dengan steam sampai kernel kedelai
benar-benar lunak, setelah itu kernel kedelai diumpankan ke ketel adukan, pada alat ini
kernel diblender dengan penambahan air panas 90oC. Perbandingan antara kernel kedelai dengan air panas adalah 1 : 8. Hasil belender kemudian dipompakan ke
alat filter press (H-210), pada alat ini hasil adukan dipress dan ampas diumpankan
kepengolahan limbah, sedangkan hasil pengepresan (susu kedelai) diumpankan ke
Agitator I (M-220). Pada Agitator I ini susu kedelai ditambah gula 1% dan susu
skim 16% kemudian hasil dari pencampuran diumpankan ke tangki Fermentor
(F-230) kemudian didinginkan sampai temperatur 40oC, kemudian ditambah gum arab 0,1% dan bibit starter dimasukkan 1,5% kemudian diaduk. Hasil adukan
diumpankan ke tangki agitator II pada tangki ini hasil campuran ditambah CaCl2
sebanyak 3,5% dan potasium sorbat 500 ppm, kemudian disimpan pada inkubator
(F-300) dan diinokulasi pada suhu 27oC selama 12-13 jam dan disimpan dalam botol dan dipasarkan.
BAB III
NERACA BAHAN
Kapasitas pengolahan : 8 ton/jam
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan Massa : Kilogram (kg)
3.1. Hammer Mill (C-110)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 1 Alur 2 Alur 3
Biji kedelai
Cangkang
Kernel
8000
-
-
-
-
3840
-
4160
-
Sub Total 8000 3840 4160
3.2. Bak Perendaman I (F-130)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 2 Alur 4 Alur 5 Alur 6
Biji kedelai
Cangkang
Kernel
Air
-
-
3840
-
-
-
-
7680
-
-
-
7680
-
-
3840
-
Sub Total 3840 7680 7680 3840
TOTAL 11.520 11.520
3.3. Bak Perendaman II (F-150)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 6 Alur 7 Alur 8 Alur 9
Kernel
Air
NaHCO
3840
-
-
3
-
11.462,4
57,6
-
11.462,4
57,6
3840
-
-
Sub Total 3840 11.520 11.520 3840
3.4. Bak Pencuci (F-160)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 9 Alur 10 Alur 11 Alur 13
Kernel
Air
3840
-
-
3840
3840
-
-
3840
Sub Total 3840 3840 3840 3840
TOTAL 7680 7680
3.5. Tangki Rebus (Q-170)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 11 Alur 12 Alur 14
Kernel
Air
3840
-
-
3840
3840
3840
Sub Total 3840 3840 7680
TOTAL 7680 7680
3.6. Ketel Adukan (Q-200)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 14 Alur 15 Alur 16
Kernel
Air
3.840
-
-
30.720
3.840
30.720
Sub Total 3.840 30.720 34.560
3.7. Filter Press (H-210)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 16 Alur 17 Alur 18
Kernel
Air
Susu kedelai
Ampas
3.840
30.720
-
-
-
-
-
3.456
-
-
31.104
-
Sub Total 34.560 3.456 31.104
TOTAL 34.560 34.560
3.8. Agitator I (M-220)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam
Alur 18 Alur 20 Alur 21
Susu kedelai
Gula
31.104
-
-
311,04
31.104
311,04
Sub Total 31.104 311,04 31.415,04
3.9. Fermentor (F-230)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam
Alur 21 Alur 22 Alur 23 Alur 24
Susu kedelai
Gula
Gum arab
Bibit Starter
31.104
311,04
-
-
-
-
-
471,23
-
-
31,42
-
31.104
311,04
31,42
471,23
Sub Total 31.415,04 471,23 31,42 31.886,27
TOTAL 31.886,27 31.886,27
3.10. Agitator II (M-250)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam
Alur 24 Alur 25 Alur 26 Alur 27
Susu kedelai
Gula
Gum arab
Bibit Starter
CaCl
31.104
311,04
31,42
471,23
-
-
2
Potasium Sorbat
-
-
-
-
-
15,94
-
-
-
-
1.116,02
-
31.104
311,04
31,42
471,23
1.116,02
15,94
Sub Total 31.886,27 15,94 1.116,02 33.018,23
BAB IV
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan panas : Kilo joule (kJ)
4.1. Bak Perendaman I (F-130)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 2 Alur 4 Alur 5 Alur 6
Kernel
Air
390.796,8
-
-
671.884,8
6.718.848
-
3.907.968
-
Sub total 390.796,8 671.884,8 6.718.848 3.907.968
Panas yang dibutuhkan 956.413,4 - -
TOTAL 10.626.816 10.626.816
4.2. Tangki Rebus (Q-170)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 11 Alur 12 Alur 14
Kernel
Air
390.796,8
-
-
671.884,8
2.735.577,6
-
Sub Total 390.796,8 671.884,8 2.735.577,6
Panas yang dibutuhkan 1.672.896 -
4.3. Ketel Adukan (Q-200)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 14 Alur 15 Alur 16
Kernel
Air
2.753.577,6
-
-
40.313.088
4.298.764,8
29.562.931,2
Sub Total 2.753.577,6 40.313.088 33.861.696
Panas yang dilepas - 9.186.969,6
TOTAL 43.048.665,6 43.048.665,6
4.4. Agitator I (M-220)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 18 Alur 20 Alur 21
Susu kedelai
Gula
7.821.411,84
-
-
3.401,22
6.114.921,984
29.250,513
Sub Total 7.821.411,84 3.401,22 6.144.172.497
Panas yang dilepas - 1.680.640,563
4.5. Fermentor (F-230)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 21 Alur 23 Alur 24
Susu kedelai
Gula
Gum arab
Bibit Starter
6.114.921,984
29.250,513
-
-
-
-
1.382,092
-
2.133.112,32
10.203,667
1.382,092
-
Sub Total 6.174.172,076 1.382,092 2.387.995,012
Panas yang dilepas - 3.757.559,577
TOTAL 6.145.995,589 6.145.995,589
4.6. Agitator II (M-250)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 24 Alur 25 Alur 26 Alur 27
Susu kedelai
Gula
Gum arab
CaCl
2.133.112,32
10.203,667
1.382,092
-
-
2
Potasium Sorbat
-
-
-
-
1.031,461
-
-
-
59.396,436
-
284.414,976
1.360,488
184,278
7.919,830
137,528
Sub Total 2.387.995,012 1.031,461 59.396,436 2.682.776,329
Panas yang dilepas - 234.453,420
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1. Gudang (F-100)
Fungsi : Menyimpan persedian bahan baku selama 1 bulan
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng
Laju alir bahan baku : 8 ton/jam
Tinggi gudang : 4 m
Lebar gudang : 7,868 m
Panjang gudang : 15,736 m
5.2. Loading Ramp (J-101)
Fungsi : Tempat penimbunan sementara untuk mempermudah pemuatan biji kacang kedelai ke screw conveyor
Jumlah loading ramp : 1 unit Kapasitas loading ramp : 8 ton Volume loading ramp : 5,646 m Panjang sisi atas : 3,619 m
3
Panjang sisi bawah : 0,987 m
Tinggi : 1,480 m
Lebar : 1,645 m
5.3. Screw Conveyor I (J-102)
Fungsi : Mengangkut biji kacang kedelai dari loading ramp ke hammer Mill. Bahan konstruksi : Baja
Kapasitas : 8 ton/jam
Dari tabel 21.6 Perry 1997, karena kapasitas lebih kecil dari 14 ton/jam, maka untuk screw conveyor dipilih kapasitas dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Diameter flight = 9 in
- Diameter pipa = 2 ½
- Diameter shaft = 2 in
- Hanger center = 10 ft
- Kecepatan putar = 40 rpm
- Kapasitas tourque maksimum = 7.600 in.lb
- Diameter feed section = 6 in
- Daya motor pada pengangkutan 30 ft = 0,85 HP
5.4. Hammer Mill (C-110)
Fungsi : Untuk memecah biji kacang kedelai. Bahan konstruksi : Stainless steel
Laju bahan masuk : 8000 kg/jam Kapsitas hammer mill : 9.600 kg/jam Diameter (D) : 2 ft
Panjang : 3 ft
Ball charge : 0,85 ton Kapasitas kritis : 44,2263 rpm Kecepatan Mill (k) : 0,174 ton Daya penghancur (p) : 1,3402 Hp
5.5. Bak Perendaman I (F-130)
Fungsi : Merendam kacang kedelai dengan air panas selama 30 menit. Laju bahan umpan masuk : 3840 kg/jam
Bahan konstruksi : Beton
Volume bak perendaman : 14,113 m3 Tinggi bak peredaman : 1,652 m Panjang bak perendam : 4,13 m Lebar bak perendam : 2,478 m
5.6. Bucket Elevator (J-131)
Fungsi : Mengangkut kacang kedelai dari bak perendaman I ke bak perendaman II Bahan konstruksi : Besi
Kapasitas : 8 ton/jam
Jarak tiap bucket : 12 in Elevator center : 25 ft Kecepatan Putar : 43 rpm Kecepatan Bucket : 225 ft/men Daya head shaft : 1 Hp
Diameter tail shaft : 1 16 11
in
Diameter head shaft : 1
16 15
in
Pully head shaft : 20 in
Pully tail : 14 in
Lebar head : 7 in
Effesiensi motor : 80% Daya tambahan : 1,5 Hp
5.7. Bucket Elevator II
Fungsi : Mengangkut kacang kedelai dari bak perendaman II ke bak perendaman NaHCO
16 11 3
Bahan konstruksi : Besi Kapasitas : 8 ton/jam
Ukuran bucket : (6 x 4 x 4½) in Jarak tiap bucket : 12 in
Elevator center : 25 ft Kecepatan Putar : 43 rpm Kecepatan Bucket : 225 ft/men Daya head shaft : 1 Hp
Diameter tail shaft : 1 in
Diameter head shaft : 1
16 15
in
Pully head shaft : 20 in
Pully tail : 14 in
Lebar head : 7 in
Daya tambahan : 1,5 Hp
5.8. Filter Press (H-210)
Fungsi : Untuk memisahkan susu kedelai dengan ampas (serat kedelai) Jenis : Plate and frame filter
Bahan konstruksi : Carbon steel Bahan media filter : kanvas
Jumlah : 1 buah
Porositas cake : 0,208 Luas plate : 0,2 m2 Jumlah plate : 1000 buah
5.9. Tangki CaCl2
Fungsi : Untuk membuat larutan CaCl2 3,5%
Bentuk : Selinder vertikal dengan dasar dan tutup ellipsoidal
Bahan : Baja karbon SA-283 Grade C
Jumlah : 1 unit
Volume tangki : 910,768 m3 Diameter tangki : 12,028 m Tinggi selinder : 6,014 m Tinggi tutup : 3,007 m Tinggi tangki : 9,021 m Tebal tangki : 2,63 in Daya pengaduk : 2,466 Hp
5.9. Tangki NaHCO3
Fungsi : Untuk membuat larutan NaHCO3 0,5 %
Bentuk : Selinder vertikal dengan dasar dan tutup ellipsoidal
Bahan : Baja karbon SA-283 Grade C
Jumlah : 9 unit
Tinggi selinder : 5,677 m Tinggi tutup : 2,838 m Tinggi tangki : 8,515 m Tebal tangki : 2,5 in Daya pengaduk : 12,338 Hp
5.10. Bak Perendaman II (F-150)
Fungsi : Tempat merendam kacang kedelai dengan larutan NaHCO3.
Laju bahan umpan masuk : 3840 kg/jam
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 buah
Volume bak perendaman : 14,083 m3 Tinggi bak peredamanan : 1,329 m Panjang bak perendaman : 3,885 m Lebar bak perendaman : 2,331 m
5.11. Bak Pencuci (F-160)
Fungsi : Tempat mencuci kacang kedelai dari bak perendaman II.. Laju bahan umpan masuk : 3840 kg/jam
Bahan konstruksi : Beton
Volume bak pencuci : 7,68 m3 Tinggi bak pencuci : 1,269 m Panjang bak pencuci : 3,172 m Lebar bak pencuci : 1,903 m
5.12. Tangki Perebusan (Q-170)
Fungsi : Tempat merebus kacang kedelai yang sudah dicuci. Bentuk : Selinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal. Laju bahan masuk : 3840 kg/jam
Volume ketel adukan : 12,302 m3
Diameter : 2,865 m
Tinggi head : 0,716 m Tinggi tangki : 2,149 m Tekanan desain : 17,671 Psi Tebal tangki : 0,5 in
5.13. Ketel Adukan (Q-200)
Fungsi : Untuk menghancurkan kernel kedelai sehingga mudah untuk dipress. Bahan konstruksi : Stainless stell
Bentuk : Selinder tegak
Volume ketel adukan : 21,64 m3 Kapasitas ketel adukan : 26,05 m3 Daya penghancur : 1009,707 Hp
Diameter : 2 ft
Panjang : 3 ft
5.14. Agitator I (M-220)
Fungsi : untuk menghomogenkan susu kedelai dengan gula dan susu skim. Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 Grade C
Bentuk : Selionder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal.
Jumlah : 6 unit
Volume agitator : 6,547 m3 Diameter agitator : 2,321 m Tinggi agitator : 1,741 m Tekanan desain : 18,994 Psi Tebal agitator : 1/4 in Daya pengaduk : 0,337 Hp
5.15. Fermentor (F-200)
Fungsi : Tempat menginokulasi campuran dengan bekteri fermentasi. Jenis : Selinder vertikal dengan tutup ellipsoidal.
Jumlah : 7 unit
Diameter : 2,130 m Tinggi : 1,598 m Tebal : 1/4 in
5.16. Inkubator
Fungsi : Tempat meng inokulasi campuran dengan bekteri fermentasi. Jenis : Selinder vertikal dengan tutup ellipsoidal.
Jumlah : 8 unit
Bahan : Baja karbon SA-283 Grade C Diameter : 2,19 m
Tinggi : 1,642 m Tebal : 1/4 in
5.17. Gudang Pengemasan
Fungsi : Tempat mengemas hasil produk dari tangki inkubator.
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng Laju alir bahan baku : 38.286,52 kg/jam
Tinggi gudang : 4 m
Lebar gudang : 8,584 m
Panjang gudang : 17,168 m
5.18. Gudang Penyimpaan
Fungsi : Tempat menyimpan hasil pengemasan produk..
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng
Laju alir bahan baku : 38.286,52 kg/jam
Tinggi gudang : 4 m
Lebar gudang : 8,584 m
Panjang gudang : 17,168 m
Fungsi : Mengalirkan larutan NaHCO3 ke bak pencucian I
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan : Commercial steel
Nominal size number : 1/8 in
ID : 0,269 in
OD : 0,485 in
Luas penampang : 0,0004 ft2 Flow rate per pipe : 0,0001 ft/det
Daya : 0,00125 Hp
5.20. Pompa CaCl2
Fungsi : Mengalirkan larutan CaCl2 ke tangki agitator II
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan : Commercial steel
Nominal size number : 3/4 in
ID : 0,824 in
OD : 1,05 in
Luas penampang : 0,006 ft2 Flow rate per pipe : 2 ft/det
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1. Instrumentasi
Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam suatu pabrik pemakaian alat-alat pengontrol merupakan hal yang sangat
penting karena adanya rangkaian instrumentasi tersebut maka operasi dan peralatan
yang ada di pabrik dapat dipantau dan dikontrol dengan cermat sehingga kondisi
operasi selalu berada dalam keadaan yang diharapkan.
Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan
pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga
mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolnya dapat dilakukan secara manual atau
otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada
pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat
instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang di atas papan
instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang
kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis).
Pada dasarnya instrumentasi terdiri dari :
1. Sensing Element (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel
2. Elemen Pengukur (Mearusing Element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya
perubahan temperatur, tekanan, laju alir, maupun tinggi fluida. Perubahan ini
merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen
pengontrol.
Instrumen yang umum digunakan dalam pabrik adalah :
1. Temperature Controller (TC)
Adalah alat/instrumen yang digunakan sebagai alat pengukur suhu atau
pengukur sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan temperatur dilakukan dengan
mengatur jumlah material proses yang harus ditambahkan/dikeluarkan dari dalam
suatu proses yang sedang bekerja.
Prinsip kerja:
Ratefluida masuk atau keluar alat dikontrol oleh diafragma valve. Rate fluida
ini memberikan sinyal kepada TC untuk mendeteksi dan mengukur suhu sistem pada
set point.
2. Pressure Controller (PC)
Adalah alat/instrumen yang dapat digunakan sebagai alat pengatur tekanan
atau pengukur tekanan atau pengubah sinyal dalam bentuk gas menjadi sinyal
mekanis. Pengatur tekanan dapat dilakukan dengan mengatur jumlah uap/gas yang
keluar dari suatu alat dimana tekanannya ingin dideteksi.
Prinsip kerja:
Pressure control (PC) akibat tekanan uap keluar akan membuka/menutup
diafragma valve. Kemudian valve memberikan sinyal kepada PC untuk mengukur dan
3. Flow Controller (FC)
Adalah alat/instrumentasi yang bisa digunakan untuk mengatur kecepatan
aliran fluida dalam pipa line atau unit proses lainnya. Pengukuran kecepatan aliran
fluida dalam pipa biasanya diatur dengan mengatur out put dari alat yang
mengakibatkan fluida mengalir dalam pipa line.
Prinsip kerja:
Kecepatan aliran diatur oleh regulating valve dengan mengubah tekanan
discharge dari pompa. Tekanan discharge pompa melakukan bukaan/tutupan valve
dan FC menerima sinyal untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan aliran pada set
point.
4. Level Controller (LC)
Adalah alat/instrumen yang dipakai untuk mengatur ketinggian (level) cairan
dalam suatu alat dimana cairan tersebut bekerja. Pengukuran tinggi permukaan cairan
dilakukan dengan operasi dari sebuah control valve, yaitu dengan mengatur rate
cairan masuk atau keluar proses.
Prinsip kerja:
Jumlah aliran fluida diatur oleh control valve. Kemudian rate fluida melalui
valve ini akan memberikan sinyal kepada LC untuk mendeteksi tinggi permukaan
pada set point. Alat sensing yang digunakan umumnya pelampung atau transduser
diafragma untuk mendeteksi dan menunjukkan tinggi permukaan cairan dalam alat
dimana cairan bekerja.
5. Level Indicator Controller (LIC)
Adalah alat/instrumen yang dipakai untuk menunjukkan/mengukur dan
mengatur ketinggian (level) cairan dalam suatu alat dimana cairan tersebut bekerja
Tabel 6.1. Daftar instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
Yoghurt dari Kacang Kedelai.
No Nama Alat Jenis Instrumen
1 Tangki Level Controller (LC)
Flow Controller (FC)
2 Deaerator Temperatur Controller (TC)
3 Pompa Flow Controller (FC)
Instrumen yang digunakan dalam Unit Penyediaan Air pada Pabrik Pembuatan
Yoghurt dari Kacang Kedelai adalah :
• Pengontrol temperatur, digunakan pada deaerator.
PC TC
TC
Keluar
Produk
Masuk
kondensat steam
• Pengontrol tinggi cairan, digunakan pada tangki-tangki pelarutan bahan.
• Pengontrol laju aliran digunakan pada pompa
FC
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumentasi adalah :
1. Level instrumentasi
2. Range yang diperlukan untuk pengukuran
3. Ketelitian yang dibutuhkan
4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variabel
yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengendalikan variabel
pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian secara
semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi
pada variabel kontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang diinginkan
dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat (recorder).
6.2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik, oleh
tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik
pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan
Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Makin tinggi tingkat keselamatan kerja dari suatu
pabrik, maka makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini disebabkan
oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan.
Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban
perancang pabrik untuk melaksanakannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
- Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik
- Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin
- Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin
- Jarak antara mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas
- Setiap mesin dan peralatannya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran
- Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya
- Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran
6.3. Keselamatan Kerja Pada Unit Utilitas Pabrik Pembuatan Yoghurt Dari
Kacang Kedelai
Dalam pra rancangan unit penyediaan air pada pabrik gula dari tebu,
usaha-usaha pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan adalah
6.3.1. Pencegahan Terhadap Kebakaran Dan Ledakan
- Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang pada
tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang proses.
- Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat main hole dan hand hole yang
cukup untuk pemeriksaan.
- Sistem perlengkapan energi dibedakan warnanya dan letaknya agar tidak
mengganggu gerakan karyawan seperti pipa bahan bakar warna merah, saluran
udara warna hijau, saluran steam warna kuning dan air warna biru.
- Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station (stasiun kebakaran)
setiap saat dalam keadaan siaga.
- Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak seperti SO2
6.3.2. Peralatan Perlindungan Diri
Selama berada di dalam lokasi pabrik disediakan peralatan perlengkapan
perlindungan diri yang wajib dipakai oleh karyawan dan setiap orang yang memasuki
pabrik. Adapun peralatan perlindungan diri ini meliputi:
harus disimpan
pada tempat yang aman dan dikontrol secara teratur.
- Pakaian dan perlengkapan pelindung
- Sepatu pengaman
- Pelindung mata
- Masker udara
6.3.3. Keselamatan Kerja Terhadap Listrik
- Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekring
atau pemutus arus listrik otomatis lainnya.
- Sistem perkabelan listrik harus dirancang secara terpadu dengan tata letak
pabrik untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika harus dilakukan
perbaikan.
- Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh mengganggu lalu
lintas pekerja.
- Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan
tinggi.
- Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan.
- Setiap peralatan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan alat penangkal
petir yang dibumikan.
- Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerja
dengan suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.
6.3.4. Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan
- Setiap karyawan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja selama berada di
dalam lokasi pabrik.
- Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti SO2
- Bahan-bahan kimia yang selama pembuatan, pengelolaan, pengangkutan,
penyimpanan, dan penggunaannya dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
korosi maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara cermat. , karyawan
harus memakai sarung tangan karet serta penutup hidung dan mulut.
6.3.5. Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis
- Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup kuat, untuk mencegah
kemungkinan jatuh atau terguling.
- Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat
kegiatan karyawan.
- Jalur perpipaan harus berada di atas permukaan tanah atau diletakkan pada atap
lantai pertama bila di dalam gedung atau setinggi 3,5 meter bila di luar gedung
agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.
- Letak alat diatur sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja dengan
tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau pembongkaran.
- Pada alat-alat yang bergerak atau berputar seperti roll mill, bucket elevator
harus diberikan tutup pelindung untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai-nilai
disiplin bagi para karyawan yaitu :
- Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan.
- Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipatuhi.
- Perlu ketrampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan peratan
yang ada.
- Setiap kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan pada atasan.
- Setiap karyawan harus saling mengingatkan perbuatan yang dapat
menimbulkan bahaya.
- Pengontrolan secara periodik terhadap alat instalasi pabrik harus dilakukan
BAB VII
UTILITAS
Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga menjamin kelangsungan operasi suatu pabrik. Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan minuman yoghurt ini adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan uap (Steam) 2. Kebutuhan air
3. Kebutuhan bahan kimia 4. Kebutuhan listrik 5. Kebutuhan bahan bakar
7.1. Kebutuhan Uap (Steam)
Dalam pabrik, uap digunakan sebagai media pemanas pada tangki perebus untuk merebus kernel kedelai sebelum dipress. Kebutuhan uap pada tangki rebusan yaitu 791,604 kg/jam. Total kebutuhan steam adalah = 791,604 kg/jam. Tambahan untuk kebocoran dan lain-lain diambil faktor keamanan diambil sebesar 20% (Perry, 1997), maka:
Untuk faktor keamanan diambil 20% = 20% x 791,604 kg/jam = 158,320 kg/jam. Jadi, total steam yang dibutuhkan = 791,604 + 158,320 = 949,924 kg/jam. Diperkirakan 80% kondensat dapat dipergunakan lagi (Evans, 1978)
Kondensat yang digunakan kembali = 80% x 949,924 kg/jam = 759,939 kg/jam.
Kebutuhan air tambahan untuk umpan boiler = 20% x 759,939 kg/jam = 189,984 kg/jam.
7.2. Kebutuhan Air
• Air untuk umpan boiler = 949,924 + 189,984 = 1.139,908 kg/jam
• Air panas untuk perendaman dan ketel adukan = 33.120 kg/jam. Sehingga total kebutuhan air adalah = 1.139,908 + 1600 + 7680 + 33.120
= 43.539,908 kg/jam.
[image:52.595.114.511.249.466.2]Sumur air untuk pabrik pembuatan minuman yogurt adalah berasal dari sumur bor. Kualitas sumur bor didasarkan atas analisa hasil sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina seperti tabel 7.1 berikut:
Tabel 7.1. Kualitas sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina
Parameter Satuan Kadar
PH - 5,7
Alumina (Al2O3) mg/L 20,00
Silika (SiO3) mg/L 56,45
Kalsium (CaO) mg/L 5,85
Magnesium (MgO) mg/L 3,45
Klorida (Cl) mg/L 0,33
Sulfat (SO2) mg/L 0,38
Besi (FeO3) mg/L 9,50
Kandungan organik mg/L 1,45
(Sumber: PKS PTPN IV Kebun Adolina, 1999).
Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air yang merupakan tempat pengolahan air sumur bor. Pengolahan air pada pabrik ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Pengendapan 2. Klarifikasi 3. Filtrasi
4. Deminiralisasi 5. Daerasi
7.2.1. Pengendapan
secara gravitasi, sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air menuju unit pengolahan selanjutnya. Diameter padat dalam air berkisar antara 10-4m (Alaerts, 1984). Untuk membunuh kuman-kuman dalam air dilakukan proses klorinasi yaitu dengan mereaksikan air dengan klor. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit (Ca(ClO)2
Kebutuhan air domestik = 1600 kg/jam ).
Kaporit yang digunakan mengandung 70% klorin (Alaerts, 1984). Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air (Alaerts, 1984).
Kebutuhan kaporit =
000 . 000 . 1 7 , 0
1600 2
x x
= 0,004 kg/jam
7.2.2. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air dari bak pengendapan dialirkan ke bak clarifier setelah diinjeksikan larutan alum (Al2(SO4)3) dan soda abu (Na2CO3), dimana alum (Al2(SO4)3) berfungsi sebagai
koagulan dan (Na2CO3) berfungsi sebagai bahan pembantu untuk mempercepat
pengendapan dan penetralan pH.
Setelah pencampuran, sambil dilakukan pengadukan maka akan terbentuk flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier secara gravitasi dan air jernih akan keluar melimpah yang selanjutnya masuk ke penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.
Pemakaian alum (Al2(SO4)3) hingga 50 ppm terhadap air yang akan
diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum (Al2(SO4)3) dan soda abu
(Na2CO3
Total kebutuhan air = 43.539,908 kg/jam ) adalah 1 : 0,54 (Baron, 1982).
Larutan alum yang dibutuhkan = 50.10-6
= 2,176 kg/jam.
x 43.539,908 kg/jam
Larutan soda abu yang dibutuhkan = 0,54 x 50.10-6 = 1,176 kg/jam.
7.2.3. Filtrasi
Filtrasi bertujuan untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Pada proses filtrasi digunakan penyaring pasir (sand filter) yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu (Hammer, 1996):
• Lapisan I terdiri dari pasir hijau (green sand) setinggi 24 in • Lapisan II terdiri dari antrasit setinggi 12 in
• Lapisan III terdiri dari gravel setinggi 7 in
Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari sand filter, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan untuk berbagai kebutuhan. Untuk air umpan ketel, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut, yaitu proses demineralisasi dan deaerasi.
7.2.4. Demineralisasi
Air untuk umpan ketel harus murni yang bebas dari garam-garam terlarut, untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Menghilangkan kation-kation Ca2+, Mg • Menghilangkan anion-anion SO
2+ 42-, CO32-, Cl
Alat-alat demineralisasi dibagi atas:
-a) Kation Exchanger
Penukar kation berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan mengurangi kesadahan air yang digunakan. Proses yang terjadi adalah pertukaran kation Ca, Mg dan kation lain yang larut dalam air dengan kation resin. Resin yang digunakan bermerek Daulite C-225.
Reaksi yang terjadi:
2H+R + Ca2+ Ca2+R2 + 2H
2H
+ +
R + Mg2+ Mg2+R2 + 2H+
Untuk regenerasi dipakai H2SO4
Ca
dengan reaksi sebagai berikut:
2+
R2 + 2H2SO4 CaSO4 + 2H+
Mg
R
+
b) Anion Exchanger
Anion exchanger berfungsi untuk mengikat atau menyerap anion-anion yang terlarut dalam air seperti SO42-, Cl-, dan CO3 akan diikat oleh resin yang
bersifat basa dengan merek R-Dowex, sehingga resin akan melepas ion OH
-2R-OH + SO
Persamaan reaksi yang terjadi dalam anion exchanger adalah:
42- R2SO4 + 2OH
R-OH + Cl
RCl + OH
Perhitungan Kesadahan Kation
-Air sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina mengandung kation Ca, Mg dan Fe, masing-masing: 5,85 ppm; 3,45 ppm; dan 9,5 ppm.
1 gr/gal = 17,1 ppm
Total kesadahan kation = 5,8 + 3,45 + 9,5
= 18,8 ppm x
ppm 17,1
gr/gal 1
= 1,0994 gr/gal Jumlah air yang diolah = 1.139,908 kg/jam
= 3
3 x264,17gal/m kg/m
995,68
kg/jam 1.139,908
= 302,436 gal/jam
Kesadahan air total = 1,0994 gr/gal x 302,436 gal/jam x 24 jam/hari = 7.979,955 gr/hari = 7,979 kg/hari
Volume exchanger yang digunakan kapasitas = 7,7 Kgrain/ft3
3 grain 3 grain t 0,4989kg/f K kg 0,0648 x kg /ft K 7,7 = …(Nalco,1979)
Berarti kapasitas exchanger =
Volume kation exchanger =
EC total kesadahan = kg/hari 0,4989 kg/hari 7,979
= 1139,965 ft3/hari Direncanakan menggunakan resin 0,1 ft
air kesadahan total EC x resin 3
= kg/hari 7,979 kg/ft 0,4989 x ft
0,1 3 3
x 1139,965 kg/jam x 24 jam/hari
= 228,672 kg.
Waktu regenerasi =
boiler umpan air diolah yang air = kg/jam 1139,965 kg 228,672
= 0,2 jam
Untuk regenerasi digunakan 6 lb H2SO4/ft3………(Nalco, 1979)
Maka kebutuhan H2SO4 = (6lb/ft3)(1139,965ft3
Perhitungan Kesadahan Anion
/hari)(1 hari/24jam)(1kg/2,2046 lb)
=129,965 kg/jam
Air sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina mengandung anion Cl dan SO2
ppm gal gr 1 , 17 / 1 , masing-masing 0,33 ppm dan 0,38 ppm.
1 gr/gal = 17,1 ppm
Total kesadahan anion = (0,33 + 0,38) ppm
=0,71 ppm x = 0,0415 gr/gal
Jumlah air yang diolah = 1139,965 kg/jam
= 3
kg/m 995,68
kg/jam 1139,965
x 264,17 gal/m3
= 302,451 gal/jam
Kesadahan air total = 0,0415 gr/gal x 302,451 gal/jam x 24 jam/hari = 301,241 gr/hari = 0,301 kg/hari.
Volume exchanger digunakan memiliki kapasitas = 12 Kgrain/ft3
grain 3 grain K kg 0,0648 x kg /ft K 12 …(Nalco, 1979)
Berarti kapasitas exchanger = = 0,7776 kg/ft
/hari ft 0,387 kg/ft 0,7776 kg/hari 0,301 EC total kesadahan 3 3 = = 3
Volume anion excnanger =
Jumlah air yang diolah = air kesadahan total EC x resin
x jumlah umpan boiler
= hari kg ft kg x ft / 301 , 0 / 7776 , 0 1 ,
0 3 3
x 1139,965 kg/jam x 24 jam/hari
= 7.067,934 kg
Waktu regenerasi = 6,2jam
kg/jam 518,4 kg 7.067,934 boiler umpan air diolah yang air = =
Untuk regenerasi digunakan 5 lb NaOH/ft3………….(Nalco, 1979)
Maka kebutuhan NaOH = (5 lb/ft3)(0,387 ft3/hari)(1 hari/24 jam)(1 kg/2,2046 lb) = 0,0365 kg/jam
7.2.5. Deaerasi
Daerator berfungsi untuk memanaskan air yang keluar dari alat penukar uap (anion exchnager) sebelum dikirim sbagai umpan ketel. Air hasil demeneralisasidikumpulkan pada tangki air umpan ketel sebelum dipompakan ke daerator.
Pada proses daerator ini, air dipanaskan hingga suhu 900
1. Al
C hingga gas yang terlarut dalam air dapat dihilangkan. Pemanasan ini juga berfungsi untuk mencegah perbedaan suhu yang besar dengan air umpan ketel sehingga beban ketel dapat dikurangi. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan koil pemanas di dalam daerator.
7.3. Kebutuhan bahan kimia
Kebutuhan bahan kimia pada pabrik pembuatan yoghurt dari kacang kedelai ini sebagai berikut:
2(SO4)3
2. Na
= 2,176 kg/jam
2CO3
3. Kaporit = 0,004 kg/jam = 1,176 kg/jam
4. H2SO4
7.4. Kebutuhan Listrik
Perincian kebutuhan listrik diperkirakan sebagai berikut:
1. Unit proses = 1029,766 Hp x
Hp 1,34102
1Kw
= 767,897 Hp
2. Unit utilitas = 32,4975 Hp x
Hp 1,34102
1Kw
= 24,233 kW
3. Ruang kontrol dan laboratorium = 14,914 kW 4. Penerangan dan kantor = 14,914 kW
5. Bengkel = 29,828 kW
6. Perumahan = 22,371 kW
Total kebutuhan listrik = 767,897 + 24,233 + 14,914 + 14,914 + 29,828 + 22,371 = 874,158 kW
Untuk cadangan diambil 20% maka:
Listrik yang diperlukan = 1,2 x 874,158 kW =