PRA RANCANGAN UNIT
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
UNTUK KEPERLUAN AIR IRIGASI PERTANIAN
KAPASITAS 2.566 m
3/hari
KARYA AKHIR DISUSUN OLEH :
NIM : 015201042
NUR ENDANG RAJAGUKGUK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PRA RANCANGAN UNIT
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KEPERLUAN AIR IRIGASI PERTANIAN
KAPASITAS 2.566 m3/hari
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Program Diploma IV (D-IV)
Program Studi Teknologi Kimia Industri FT-USU Disusun Oleh :
NIM : 015201042 NUR ENDANG RAJAGUKGUK
Telah Diperiksa/Disetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
( Ir. Indra Surya, MSc ) ( Maya Sarah, ST, MT NIP. 131 836 666 NIP. 132 282 134
)
Dosen Penguji I Dosen Penguji II Dosen Penguji III
( Ir. Indra Surya, MSc ) ( Ir. Netti Herlina, MT ) ( Ir. Dharmansyah DLM NIP. 131 836 666 NIP. 132 243 746 NIP. 131 127 314
)
Mengetahui Koordinator Karya Akhir
( Dr. Eng. Ir Irvan, MSi NIP. 132 126 842
)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam upaya peningkatan gizi masyarakat, susu dan hasil olahannya merupakan bahan makanan yang mempunyai peranan penting terutama sebagai sumber protein. Susu dan hasil olahannya merupakan bahan pangan yang sangat baik sebagai sumber protein yang dikandungnya dapat dicerna dan diserap oleh tubuh.
Akan tetapi sebagian masyarakat yang sejak kecil tidak terbiasa meminum susu atau mengkonsumsinya, sehingga di dalam sistem pencernaannya tidak terdapat enzim laktase. Enzim ini diperlukan untuk mencerna laktosa yang kadarnya cukup tinggi pada susu. Orang yang tidak memiliki enzim laktase dalam sistem pencernaannya, jika mengkonsumsi susu dapat mengakibatkan laktose intolerance.
Susu kedelai merupakan salah satu jenis bahan yang kandungan gizinya cukup tinggi, terutama protein yang tersusun oleh asam-asam amino essensial yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan memelihara tubuh, Selain itu kedudukan susu kedelai dimasa depan akan menjadi semakin penting, hal ini dimungkinkan karena beberapa keunggulan yang dimilikinya yaitu tidak mengandung laktosa, proteinnya tidak menimbulkan alergi, rendah lemak, bebas kolesterol, bergizi tinggi, teknologi pembuatan relatif mudah, biaya produksi relatif murah serta dapat diolah lebih lanjut menjadi es krim, yoghurt dan lain-lain.
Namun demikian, ada beberapa faktor yang menyebabkan produk olahan kedelai kurang disukai, antara lain bau langu, rasa pahit dan rasa seperti kapur. Kedelai juga mengandung sejenis oligosakarida yang tidak bisa dicerna oleh tubuh dan menyebabkan flatulensi (perut kembung). Selain itu kedelai juga mengandung zat anti nutrisi (antitripsin, fitat, saponin, hemaglutin) yang membatasi kapasitas protein untuk diserap oleh tubuh. Untunglah senyawa-senyawa tersebut mudah diatasi dengan proses perendaman, perebusan atau fermentasi sehingga aman dikonsumsi manusia.
industri pangan gum arab digunakan sebagai pengikat aroma, penstabil dan pengemulsi dan untuk meningkatkan daya tarik terhadap soygurt sering ditambahkan flavour buah.
1.2. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan minuman kesehatan maka dirancanglah Pabrik Pembuatan Yoghurt dengan kapasitas 5 ton/jam.
1.3. Tujuan Rancangan
Di dalam ilmu keteknikan, maka Teknologi Kimia Industri membidangi perancangan (design) konstruksi, operasi peralatan, serta proses pengolahan bahan mentah atau bahan baku menjadi produk yang berdaya guna untuk bahan baku bagi proses berikutnya maupun untuk kebutuhan masyarakat. Tujuan Rancangan Pembuatan Yoghurt dari Kacang Kedelai adalah juga untuk mengaplikasikan Ilmu Teknologi Kimia Industri yang meliputi neraca massa, neraca energi, operasi teknik kimia, utilitas, dan bagian ilmu Teknologi Kimia Industri lainnya yang penyajiannya disajikan pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Yoghurt dari Kacang Kedelai dengan kapasitas 5 ton/jam.
1.4. Manfaat Rancangan
1. Meningkatkan kesehatan masyarakat. 2. Menciptakan lapangan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
2.1. Komposisi Kimia Susu Kedelai
Susu kedelai atau susu nabati dikenal di negara Cina sebagai air dadih
kedelai atau hasil ekstraksi kacang kedelai yang telah lama dikonsumsi menjadi
minuman yang sangat populer karena mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi
dibandingkan dengan susu hewani (Sibuea, 1990 didalam Sidabutar, 1994).
Di Indonesia pengolahan susu kedelai juga dikembangkan, dimana dengan
kandungan protein 2,5-3% dapat dijadikan semacam minuman ringan (soft drink) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan anak-anak. Bagi balita yang kekurangan
gizi, susu kedelai dapat mengisi kekurangan gizi tersebut. Dimana, dengan
meminum dua gelas susu kedelai sudah terpenuhi 30% dari kebutuhan protein
perhari (Saraswati, 1986).
Dipandang dari segi gizi, susu kedelai yang dibuat dengan kadar protein
3% mempunyai nilai gizi mendekati susu, kedelai mengandung provitamin A
serta mengandung vitamin B kompleks tinggi, kecuali vitamin B12
Menurut Miller (1961), secara komersil susu kedelai pertama kali
dikembangkan oleh suatu perusahaan susu di Shanghai pada tahun 1935.
Perusahaan ini mula-mula mensterilisasikan susu kedelai hingga menyerupai susu
sapi dan selanjutnya dibotolkan. Ada 2 macam susu kedelai yaitu berbentuk cairan
dan berbentuk bubuk, cairan susu dipanaskan kemudian dikeringkan dengan . Namun susu
kedelai mempunyai kandungan kapur yang rendah kira-kira 18,5% dari susu sapi
menggunakan spray drayer, sedangkan untuk memperoleh susu kedelai cair, setelah selesai penyaringan biasanya dimasak sampai mendidih atau diseterilkan
dalam botol (Winarno dan Rahman, 1974).
Komposisi kimia dari berbagai jenis susu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Dari Berbagai Jenis Susu Dalam 100 gr Bahan Komponen Susu Sapi Susu Kedelai Susu Kerbau
Kalori (kal) 61 41 60
Protein (g) 3,2 3,5 6,3
Lemak (g) 3,2 2,5 12
Karbohidrat (g) 4,3 5 7,1
Kalsium (mg) 143 50 216
Fosfor (mg) 60 45 101
Besi (mg) 133 0,7 0,2
Vitamin A (SI) 130 200 80
Vitamin B1
Air (g) 88,3 87 73,8
Sumber : Departemen Kesehatan RI., (1992).
2.2. Lemak
(mg) 0,03 0,08 0,04
Vitamin C (mg) 1 2 1
Lemak pada kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak tidak jenuh dan
sisanya berupa asam lemak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada
kedelai berupa asam linoleat, asam oleat, asam linoleat dan arakidonat. Asam
lemak jenuh yang terdapat pada kedelai terdiri dari asam palmitat, stearat, arakidat
dan asam laurat. Selain itu kedelai juga mengandung lemak dalam bentuk
fosfolipida yaitu lemak yang mengandung gugusan fosfor. Lemak-lemak tersebut
pengemulsi alami yang terdapat dalam kedelai kira-kira 2 persen (Soemaatmadja,
1978).
Kedelai mengandung sekitar 18-20% lemak dan dari jumlah tersebut
terdiri dari asam lemak tidak jenuh yang bebas kolesterol. Disamping itu, didalam
lemak kedelai terkandung beberapa fosfolid yang penting yaitu lesitin, sepalin dan
lipositol (Koswara, 1992).
Menurut Somaatmadja (1978), kacang kedelai mempunyai kadar lemak
yang cukup tinggi yaitu antara 14-24% dan rata-rata 18% adalah asam lemak tidak
jenuh dan 15% asam lemak jenuh. Komposisi asam lemak yang terdapat pada
kacang kedelai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Susunan Asam Lemak Kacang Kedelai Jenis Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Lemak Jenuh
- Asam Palmitat 7-10
- Asam Stearat 2-5
- Asam Arakidat 0,2-1
- Asam Laurat 0-0,2
Asam Lemak tidak Jenuh
- Asam Linoleat 25-64
- Asam Oleat 11-60
- Asam Linolenat 1-12
- Asam hexadekanoat 1-5
Oleh karena lemak kedelai tersebut mengandung asam lemak jenuh yang
rendah dan asam lemak tidak jenuh yang tinggi, serta rendah dari kolesterol, maka
orang-orang yang menggunakan kedelai sebagai sumber lemak akan lebih sedikit
kemungkinannya menderita arteriosklerosis dibandingkan dengan sumber lemak yang lain seperti minyak kelapa dan minyak sawit (Shurleff dan Aoyagi, 1979).
2.3. Protein
Protein susu kedelai mempunyai asam amino yang mendekati susu sapi,
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti susu ibu atau sebagai pengganti susu
bagi orang-orang yang alergi terhadap protein hewani (Winarno dan Rahman,
1974).
Susu kedelai dan susu sapi mempunyai kandungan protein yang kira-kira
sama yaitu 3,5-4% dan perbandingan susunan asam amino mempunyai kesesuaian
yang baik. Dengan sedikit suplementasi khusus dapat menggantikan secara baik
susu sapi (Sibuea, 1990 di dalam Sidabutar, 1994).
Kedelai mengandung asam-asam amino lisin yang tinggi metionin yang
rendah, sementara asam amino lisin justru merupakan asam amino yang paling
rendah jumlahnya diantara asam amino esensial dalam protein nabati. Hal ini
menunjukkan kedelai merupakan pelengkap yang baik untuk makanan sereal yang
kurang lisin, tetapi kaya metionin (Basuki dan Hardjo, 1979).
Kandungan asam-asam amino essensial protein kacang kedelai
dibandingkan dengan susunan asam amino daging sapi dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.3. Perbandingan Kandungan Asam-asam Amino Essensial pada Protein Kacang Kedelai dengan Daging Sapi
Asam Amino Kacang Kedelai Daging Sapi
Isoleusin 320 327
Leusin 480 512
Lysin 400 546
Phinilalanin 320 257
Metionin 80 155
Threonin 250 276
Tryptofan 90 73
Valin 350 347
Sumber : Winarno dan Rahman, (1974).
2.4. Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat yang tidak dicerna oleh tubuh seperti
sellulosa, pentosa, galaktosa, rafinosa, dan hemiselulosa. Bagian yang dapat dicerna dalam jumlah yang kecil sedangkan yang sulit dicerna terdapat dalam
jumlah banyak (Suliantari dan Rahayu, 1990).
Koswara (1992), menyatakan kedelai mengandung karbohidrat sekitar
10%. Dari kandungan tersebut, berarti hanya 12-14% saja yang dapat digunakan
tubuh secara biologis. Karbohidrat pada kedelai terdiri atas golongan
polisakarida terdiri dari arabinogalaktan dan bahan-bahan sellulosa. Jenis dan
jumlah karbohidrat pada kedelai dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4. Komposisi Karbohidrat Kedelai
Komponen Jumlah (% biji utuh)
Sellulosa 4
Hemisellulosa 15
Stakiosa 3,8
Raffinosa 1,1
Sukrosa 5
Gula-gula lain Sedikit
Sumber : Koswara, (1992).
2.5. Mineral Dan Vitamin
Beberapa mineral yang terdapat pada kedelai antara lain adalah Fe, Na, K,
Ca, P, Mg, S, Cu, Zn, Co, Mn dan Cl. Dan diantara mineral-mineral tersebut yang
terpenting adalah Fe karena selain jumlahnya cukup tinggi, yaitu sekitar 0,9-1,5%
Fe juga terdapat dalam bentuk yang langsung dapat digunakan untuk
pembentukan hemoglobin darah (Suliantari dan Rahayu, 1990).
Secara umum kedelai merupakan sumber vitamin B, karena kandungan
vitamin B1, B2, niasin, peridoksin dan golongan vitamin B lainnya banyak
terdapat di dalamnya. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak
ialah vitamin E dan K. Sedangkan vitamin A dan D terkandung dalam jumlah
yang sangat sedikit. Dalam kedelai muda terdapat vitamin C dengan kadar yang
2.6. Masalah Yang Dihadapi Dalam Penggunaan Kedelai Sebagai Bahan Pangan
Masalah yang sering dihadapi dalam proses pembuatan minuman susu
kedelai yaitu terdapatnya bau langu, stabilitas koloid yang kurang mantap dan
adanya zat anti tripsin yang dapat menghambat daya cerna tripsin serta adanya
asam pitat yang dapat menghambat penyerapan mineral (Susanto dan Saneto,
1994).
Bau dan rasa langu merupakan salah satu masalah dalam pengolahan
kedelai. Rasa langu yang tidak disukai ini diakibatkan oleh adanya enzim
lipoksigenase pada kedelai. Hal ini terjadi karena enzim lipoksigenase menghidrolisis atau menguraikan lemak kedelai menghasilkan senyawa penyebab
bau langu, yang tergolong dalam kelompok hexanol (Koswara, 1992).
Menurut Smith dan Circle (1972), bahwa enzim lipoksigenase yang terdapat di dalam kedelai akan mengoksidasi lipid dan menghasilkan ethil vinil
keton yang dapat menyebabkan langu pada kedelai tersebut.
Disamping enzim lipoksigenase, kedelai juga mengandung enzim-enzim
urease dan “Soybean Trypsin Inhibitor”. SBTI ini dapat mengganggu menghambat aktivitas enzim trypsin yang terdapat pada pencernaan tubuh
manusia dan hewan sehingga daya serap tubuh terhadap protein akan terganggu
atau terhambat. Adanya enzim urease dalam biji kedelai dapat menyebabkan
2.7. Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Yoghurt 2.7.1. Gula
Kelompok gula pada umumnya mempunyai rasa manis, tetapi
masing-masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki rasa manis rasa khas yang saling
berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu jenis
pemanis, konsentrasi, suhu, serta sifat mediumnya. Tujuan penambahan gula ini
umumnya adalah memperbaiki flavor bahan makanan sehingga rasa manis yang
timbul dapat meningkatkan kelezatan (Sudarmadji, 1982).
Gula disamping sebagai sumber aroma (manis) juga merupakan sumber
energi yang baik bagi mikroorganisme. Semakin besar jumlah gula yang
ditambahkan maka substrat yang tersedia bagi mikroba semakin banyak, sehingga
pertumbuhannya semakin banyak dan cepat, sehingga aktivitas mendegredasi
laktosa dan bahan organik lainnya menjadi asam organik semakin tinggi pula
(Harper dan Hall, 1976).
2.7.2. Gum arab
Gum arab pada dasarnya merupakan polimer yang sangat banyak
bercabang terdiri atas rangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam
D-glukoronat, dan L-Ramnosa. Berat molekulnya 250.000–1.000.000 (Tranggono, 1990).
Gum yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan adalah polimer kompleks dari
berbagai gula dan gula turunan asam uronik. Semua gum bersifat hidrofilik
sehingga dapat membentuk larutan koloid atau membentuk gel. Yang termasuk
gum adalah gum arab, gum karayu, locust bean gum, gum tragacant, gum guar
Gum arab dapat digunakan untuk memperbaiki kekentalan atau viskositas,
tekstur dalam bentuk makanan. Selain itu gum arab dapat mempertahankan flavor
dari bahan yang dikeringkan dengan pengering semprot. Dalam hal ini gum arab
membentuk lapisan partikel flavor, sehingga melindungi dari oksidasi dan
absorbsi air dari udara. Di dalam industri pangan gum arab digunakan sebagai
pengikat aroma, penstabil, pengemulsi dalam pembuatan es krim (Tranggono,
1990).
Gum arab secara komersil dipisahkan berdasarkan warna, yang berwarna
sangat pucat mempunyai harga yang sangat tinggi, terutama untuk konfeksioneri,
gum dengan warna yang lebih gelap biasanya mempunyai rasa yang kurang
menyenangkan (Minifie, 1989).
Menurut Blanshard (1979), fungsi gum di dalam produk bahan pangan
adalah sebagai perekat, alat pengikat, alat penjernih, alat penguat, alat pelapis alat
pembusa, alat penyatu atau penggabung dan sebagainya. Namun fungsi yang
umum dari gum adalah pengental dan alat penstabil.
2.7.3. Potasium Sorbat (C6H7KO2
Asam sorbat dapat mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri dengan
cara menonaktifkan enzim dehidrogenase yang diperlukan oleh mikroba tersebut )
Sorbat biasanya digunakan dalam bentuk garam kalium dan mampu
menghambat berbagai jenis kapang dan khamir. Berbeda dengan asam benzoat,
untuk metabolisme karbohidrat dan asam-asam lemak. Asam sorbat, kalium
sorbat, atau natrium sorbat sering digunakan di dalam makanan untuk mencegah
pertumbuhan kapang (Winarno, 1980).
Asam sorbat berdisosiasi di dalam sel mikroorganisme yang mengganggu
pH sitoplasma dan akan menyebabkan denaturasi protein mikroba sehingga
metabolisme dalam selnya akan terhambat bahkan merusak inti selnya. Pemberian
asam sorbat menonaktifkan enzim dehidrogenasi yang diperlukan mikroba dalam
metabolisme karbohidrat, asam lemak, dan lain-lain (Hanafiah, 1978).
2.7.4. CaCl2
Di dalam susu, kalsium berikatan dengan kasein membentuk kalsium
kaseinat yang bila diperlakukan dengan asam, ikatan tersebut akan lepas dan
kasein akan menggumpal. Kalsium kaseinat yang berbentuk globulin mempunyai
diameter 40-300 mµ yang disebut misella (Harper dan Hall, 1976).
Dengan adanya asam, baik yang ditambahkan maupun hasil perombakan
mikroba (asam laktat, asam lemak dan asam amino) kasein akan lepas dari
kalsium dan mengendap. Alkohol dapat bertindak sebagai ”dehidrating agent” yang menarik air dari kasein sehingga kalsium kaseinat akan mengendap dan
menggumpal (Harper dan Hall,1976).
2.7.5. Starter (Mikroba Yang Aktif Pada Fermentasi)
Jenis mikroba fermentatif memegang peranan yang sangat penting pada
pemeraman dan pembentukan aroma yang khas untuk berbagai jenis hasil olahan
Pada permulaan fermentasi dimana starter yang ditambah mengandung
kedua jenis bakteri dalam perbandingan yang sama (1 : 1), Streptococcus
thermophillus lebih cepat tumbuh dari Lactobasillus bulgaricus. Setelah ratio antara Streptococcus thermopillus dan Lactobasillus bulgaricus mencapai 3 : 1, produk asam laktat telah cukup tinggi untuk menghambat pertumbuhan
Streptococus thermophilus, tetapi merangsang pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus hingga akhirnya mencapai keseimbangan populasi dengan ratio 1 : 1 (Winarno, 1982).
Menurut Pederson (1979), pertumbuhan Streptococcus thermopilus akan berhenti pada keasaman (sebagai asam laktat) media 0,7–1%. Pada keasaman ini
bakteri Lactobacillus bulgaricus yang lebih cepat sampai keasaman 2,5-3%. Pada fermentasi susu skim yang terjadi pada yoghurt, bakteri Streptococcus
thermopilus dan Lactobacillus bulgaricus akan tumbuh secara sinergis, dimana fermentasi yang berlangsung lebih cepat bila keduanya berada secara
bersama-sama seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5. Pembentukan Asam pada Susu Skim oleh Streptococcus dan
Lactobasillus serta Kombinasi Keduanya Selama Fermentasi pada Suhu Inkubasi 45o
Inokulum Total Asam Setelah Fermentasi (Jam) 0 1 2 3
Streptococcus thermophillus (2%) 0.19 0.22 0.22 0.27
Lactobasillus bulgaricus (2%) 0.99 0.21 0.26 0.39 C
Gabungan (1%) 0.90 0.23 0.42 0.70
Pada Tabel 2.5. dapat dilihat bahwa dengan jumlah yang sama, kombinasi
Streptococus thermopillus dan Lactobacillus bulgaricus (1+1)% menghasilkan total asam yang lebih tinggi dibandingkan secara sendiri-sendiri dengan jumlah
yang sama (2%).
Disamping bakteri-bakteri yang merombak laktosa, pada fermentasi susu
juga tumbuh bakteri yang menghasilkan asam sitrat yang dikenal dengan nama
Citric Acid Fermentatif (CAF) bakteri. Bakteri CAF antara lain Leuconostoc ceremonis yang menghasilkan asam sitrat, glukosa, galaktosa dan laktosa. Dan juga Lactobasillus dexatranicum yang menghasilakan asam sitrat dari glukosa, galaktosa, laktosa dan sukrosa.
Streptococus lactis sub sp diacetylactis juga aktif pada fermentasi susu yaitu asam merombak asam sitrat menjadi diacetyl, dan bahan organik lain yang
mudah menguap yang merupakan aroma yang khas dari hasil olah susu yang
difermentasi (Harper dan Hall, 1976).
2.7. Deskripsi Proses
Kacang kedelai yang telah disortir ditimbun dalam loading ramp (J-102)
kemudian kacang kedelai ditransformasikan ke dalam hammer mill (C-110), pada
hammer mill kacang kedelai dikupas cangkang kedelai diumpankan ke incinerator
(A-120) untuk dibakar dan kernel kedelai direndam pada bak perendaman I
(F-130) dengan temperatur 90oC selama 30 menit. Kernel hasil rendaman
ditransformasikan ke bak perendaman II (F-150) dengan larutan NaHCO3 0,5%
dengan perbandingan 3 : 1 selama 15 menit. Hasil rendaman dari bak II dicuci
kedelai direbus pada ketel rebusan dengan steam sampai kernel kedelai
benar-benar lunak, setelah itu kernel kedelai diumpankan ke ketel adukan, pada alat ini
kernel diblender dengan penambahan air panas 90oC. Perbandingan antara kernel
kedelai dengan air panas adalah 1 : 8. Hasil belender kemudian dipompakan ke
alat filter press (H-210), pada alat ini hasil adukan dipress dan ampas diumpankan
kepengolahan limbah, sedangkan hasil pengepresan (susu kedelai) diumpankan ke
Agitator I (M-220). Pada Agitator I ini susu kedelai ditambah gula 1% dan
kemudian hasil dari pencampuran diumpankan ke tangki Fermentor (F-230)
kemudian didinginkan sampai temperatur 40oC, kemudian ditambah gum arab
0,1% dan bibit starter dimasukkan 1,5% kemudian diaduk. Hasil adukan
diumpankan ke tangki agitator II pada tangki ini hasil campuran ditambah CaCl2
sebanyak 3,5% dan potasium sorbat 500 ppm, kemudian disimpan pada inkubator
(F-300) dan diinokulasi pada suhu 27oC selama 12-13 jam dan disimpan dalam
botol dan dipasarkan.
BAB III
NERACA BAHAN
Kapasitas pengolahan : 5 ton/jam
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan Massa : Kilogram (kg)
3.1. Hammer Mill (C-110)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 1 Alur 2 Alur 3
Biji kedelai
Cangkang
Kernel
5000
-
-
-
-
2400
-
2600
Sub Total 5000 2400 2600
3.2. Bak Perendaman I (F-130)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 2 Alur 4 Alur 5 Alur 6
Biji kedelai
Cangkang
3.3. Bak Perendaman II (F-150)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
3.4. Bak Pencuci (F-160)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) Alur 9 Alur 10 Alur 11 Alur 13 Kernel
Air
2400
-
-
2400
2400
-
-
2400
Sub Total 2400 2400 2400 2400
TOTAL 4800 4800
3.5. Tangki Rebus (Q-170)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 11 Alur 12 Alur 14
Kernel
Air
2400
-
-
2400
2400
2400
Sub Total 2400 2400 4800
TOTAL 4800 4800
3.6. Ketel Adukan (Q-200)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 14 Alur 15 Alur 16
Kernel
Air
2.400
-
-
19.200
2400
19.200
Sub Total 2.400 19.200 21.600
3.7. Filter Press (H-210)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 16 Alur 17 Alur 18
Kernel
Air
Susu kedelai
Ampas
2.400
19.200
-
-
-
-
-
2.160
-
-
19.440
-
Sub Total 21.600 2.160 19.440
TOTAL 19.440 19.440
3.8. Agitator I (M-220)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam Alur 18 Alur 20 Alur 21 Susu kedelai
Gula
19.440
-
-
1.944
19.440
1.944
Sub Total 19.440 1.944 21.384
3.9. Fermentor (F-230)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam Alur 21 Alur 22 Alur 23 Alur 24 Susu kedelai
Gula
Sub Total 21.698,15 294,516 19,634 21.698,15
TOTAL 21.698,15 21.698,15
3.10. Agitator II (M-250)
Komposisi
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam Alur 24 Alur 25 Alur 26 Alur 27 Susu kedelai
Gula
Gum arab Bibit Starter CaCl
Potasium Sorbat
-
Sub Total 21.698,15 9,974 698,199 22.406,323
BAB IV
NERACA PANAS
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Satuan panas : Kilo joule (kJ)
4.1. Bak Perendaman I (F-130)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ) Alur 2 Alur 4 Alur 5 Alur 6 Kernel
Air
244.248
-
-
5.459.064
2.442.480
-
4.199.280
-
Sub total 244.248 5.459.064 2.442.480 4.199.280
Panas yang dibutuhkan 938.448 - -
TOTAL 6.641.760 6.641.760
4.2. Tangki Rebus (Q-170)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 11 Alur 12 Alur 14
Kernel
Air
244.248
-
-
209.964
1.709.736
-
Sub Total 244.248 209.964 1.709.736
Panas yang dibutuhkan 1.255.752 -
4.3. Ketel Adukan (Q-200)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 14 Alur 15 Alur 16
Kernel
Air
1.709.736
-
-
21.836.266
5.431.536
18.476.832
Sub Total 1.709.736 21.836.266 23.908.368
Panas yang dilepas - 32.3666
TOTAL 23.546.002 23.546.002
4.4. Agitator I (M-220)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ) Alur 18 Alur 20 Alur 21 Susu kedelai
Gula
4.888.382,4
-
-
21.257,64
3.821.826,24
182.815,704
Sub Total 4.888.382,4 21.257,64 4.004.641,944
Panas yang dilepas - 905.556,160
4.5. Fermentor (F-230)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ) Alur 21 Alur 23 Alur 24 Susu kedelai
Gula
Sub Total 4.004.641,944 303,84 1.397.879,64
Panas yang dilepas - 2.607.066,144
TOTAL 4.004.945,784 4.004.945,784
4.6. Agitator II (M-250)
Komposisi
Masuk (kJ) Keluar (kJ)
Alur 24 Alur 25 Alur 26 Alur 27 Susu kedelai
Gula
Potasium Sorbat
-
Sub Total 1.397.879,64 669,78 39.978,9 191.803,776
Panas yang dilepas - 1.251.521,544
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1. Gudang (F-100)
Fungsi : Menyimpan persedian bahan baku selama 1 bulan
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng
Laju alir bahan baku : 5 ton/jam
Tinggi gudang : 4 m
Lebar gudang : 17,447 m
Panjang gudang : 34,894 m
5.2. Loading Ramp (J-101)
Fungsi : Tempat penimbunan sementara untuk mempermudah pemuatan biji
kacang kedelai ke screw conveyor
Jumlah loading ramp : 1 unit
Kapasitas loading ramp : 5 ton
Volume loading ramp : 3,529 m
Panjang sisi atas : 2,915 m
3
Panjang sisi bawah : 0,795 m
Tinggi : 1,193 m
5.3. Screw Conveyor I (J-102)
Fungsi : Mengangkut biji kacang kedelai dari loading ramp ke hammer Mill.
Bahan konstruksi : Baja
Kapasitas : 6 ton/jam
Dari tabel 21.6 Perry 1997, karena kapasitas lebih kecil dari 14 ton/jam, maka
untuk screw conveyor dipilih kapasitas dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Diameter flight = 9 in
- Diameter pipa = 2 ½
- Diameter shaft = 2 in
- Hanger center = 10 ft
- Kecepatan putar = 40 rpm
- Kapasitas tourque maksimum = 7.600 in.lb
- Diameter feed section = 6 in - Daya motor pada pengangkutan 30 ft = 0,85 HP
5.4. Hammer Mill (C-110)
Fungsi : Untuk memecah biji kacang kedelai.
Bahan konstruksi : Stainless steel
Laju bahan masuk : 5000 kg/jam
Kapsitas hammer mill : 6000 kg/jam
Diameter (D) : 2 ft
Panjang : 3 ft
Ball charge : 0,85 ton
Kecepatan Mill (k) : 0,174 ton Daya penghancur (p) : 1,3402 Hp
5.5. Bak Perendaman I (F-130)
Fungsi : Merendam kacang kedelai dengan air panas selama 30 menit.
Laju bahan umpan masuk : 7200 kg/jam
Bahan konstruksi : Beton
Volume bak perendaman : 10,585 m
16 11
3
Tinggi bak peredaman : 1,413 m
Panjang bak perendam : 3,533 m
Lebar bak perendam : 2,120 m
5.6. Bucket Elevator I (J-131)
Fungsi : Mengangkut kacang kedelai dari bak perendaman I ke bak perendaman II
Bahan konstruksi : Besi
Kapasitas : 5 ton/jam
Ukuran bucket : (6 x 4 x 4½) in
Jarak tiap bucket : 12 in
Elevator center : 25 ft
Kecepatan Putar : 43 rpm
Kecepatan Bucket : 225 ft/men
Daya head shaft : 1 Hp
Diameter head shaft : 1 16 15
in
Pully head shaft : 20 in
Pully tail : 14 in
Lebar head : 7 in
Effesiensi motor : 80%
Daya tambahan : 1,5 Hp
5.7. Filter Press (H-210)
Fungsi : Untuk memisahkan susu kedelai dengan ampas (serat kedelai)
Jenis : Plate and frame filter
Bahan konstruksi : Carbon steel
Bahan media filter : kanvas
Jumlah : 1 buah
Porositas cake : 0,208
Luas plate : 0,2 m2
Jumlah plate : 1001 buah
5.8. Tangki CaCl2
Fungsi : Untuk membuat larutan CaCl2 3,5%
Bentuk : Selinder vertikal dengan dasar dan tutup ellipsoidal
Bahan : Baja karbon SA-283 Grade C
Jumlah : 1 unit
Volume tangki : 613,002 m
Diameter tangki : 10,296 m
Tinggi selinder : 5,148 m
Tinggi tutup : 2,574 m
Tinggi tangki : 7,722 m
Tebal tangki : 0,402 in
Daya pengaduk : 2,466 Hp
5.9. Tangki NaHCO3
Fungsi : Untuk membuat larutan NaHCO3 0,5 %
Bentuk : Selinder vertikal dengan dasar dan tutup ellipsoidal
Bahan : Baja karbon SA-283 Grade C
Jumlah : 1 unit
Volume tangki : 5169,474 m3
Diameter tangki : 21,457 m
Tinggi selinder : 10,729 m
Tinggi tutup : 5,364 m
Tinggi tangki : 16,093 m
Tebal tangki : 0,787 in
Daya pengaduk : 2,967 Hp
5.10. Bak Perendaman II (F-150)
Fungsi : Merendam kacang kedelai dengan larutan NaHCO3.
Laju bahan umpan masuk : 9600 kg/jam
Bahan konstruksi : Beton
Volume bak perendaman : 8,802 m
16 11
3
Tinggi bak peredaman : 1,329 m
Panjang bak perendam : 3,323 m
Lebar bak perendam : 1,994 m
5.11. Bucklet Elevator II (J-151)
Fungsi : Mengangkut kacang kedelai dari bak perendaman I ke bak perendaman II
Bahan konstruksi : Besi
Kapasitas : 5 ton/jam
Ukuran bucket : (6 x 4 x 4½) in
Jarak tiap bucket : 12 in
Elevator center : 25 ft
Kecepatan Putar : 43 rpm
Kecepatan Bucket : 225 ft/men
Daya head shaft : 1 Hp
Diameter tail shaft : 1 in
Diameter head shaft : 1 16 15
in
Pully head shaft : 20 in
Pully tail : 14 in
Lebar head : 7 in
Effesiensi motor : 80%
5.12. Bak Pencuci (F-160)
Fungsi : Mencuci kacang kedelai dari bak perendaman II..
Laju bahan umpan masuk : 2400 kg/jam
Bahan konstruksi : Beton
Volume bak pencuci : 4,8 m3
Tinggi bak pencuci : 1,086 m
Panjang bak pencuci : 2,715 m
Lebar bak pencuci : 1,629 m
5.13. Tangki Perebusan (Q-170)
Fungsi : Untuk merebus kacang kedelai yang sudah dicuci.
Bentuk : Selinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal.
Laju bahan masuk : 2400 kg/jam
Volume ketel adukan : 7,688 m3
Diameter : 1,137 m
Tinggi selinder : 0,569 m
Tinggi head : 0,284 m
Tinggi tangki : 0,853 m
Tekanan desain : 23,41 Psi
Tebal tangki : 0,27 in
5.14. Ketel Adukan (Q-200)
Fungsi : Untuk menghancurkan kernel kedelai sehingga mudah untuk dipress.
Bentuk : Selinder tegak
Volume ketel adukan : 21,6 m3
Kapasitas ketel adukan : 26,05 m3
Daya penghancur : 1009,707 Hp
Diameter : 2 ft
Panjang : 3 ft
5.15. Agitator I (M-220)
Fungsi : untuk menghomogenkan susu kedelai dengan gula dan susu skim.
Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 Grade C
Bentuk : Selionder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal. Jumlah : 4 unit
Volume agitator : 7,932 m3 Diameter agitator : 1,165 m Tinggi agitator : 1,747 m
Tekanan desain : 18,73 Psi
Tebal agitator : 0,238 in Daya pengaduk : 0,344 Hp
5.16. Fermentor (F-200)
Fungsi : Untuk menginokulasicampuran dengan bekteri fermentasi.
Jenis : Selinder vertikal dengan tutup ellipsoidal. Jumlah : 3 unit
Diameter : 2,476 m
Tinggi : 1,857 m
Tebal : 0,198 in
5.17. Inkubator
Fungsi : Untuk menginokulasi campuran dengan bekteri fermentasi.
Jenis : Selinder vertikal dengan tutup ellipsoidal.
Jumlah : 3 unit
Bahan : Baja karbon SA-283 Grade C Diameter : 2,476 m
Tinggi : 1,857 m
Tebal : 0,198 in
5.18. Gudang Pengemasan
Fungsi : Mengemas hasil produk dari tangki inkubator.
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng
Laju alir bahan baku : 25.769 kg/jam
Tinggi gudang : 4 m
Lebar gudang : 7,522 m
Panjang gudang : 15,044 m
5.19. Gudang Penyimpanan
Bentuk : Prisma tegak segi empat
Bahan : Dinding beton dan atap seng
Laju alir bahan baku : 25.769 kg/jam
Tinggi gudang : 4 m
Lebar gudang : 7,522 m
Panjang gudang : 15,044 m
5.20. Pompa NaHCO3
Fungsi : Mengalirkan larutan NaHCO3 ke bak pencucian I
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan : Commercial steel
Nominal size number : 1/8 in
ID : 0,269 in
OD : 0,485 in
Luas penampang : 0,0004 ft2
Flow rate per pipe : 0,0001 ft/det Daya : 0,0005 Hp
5.21. Pompa CaCl2
Fungsi : Mengalirkan larutan CaCl2 ke tangki agitator II
Jenis : Pompa sentrifugal Bahan : Commercial steel
Nominal size number : 3/4 in
OD : 1,05 in
Luas penampang : 0,006 ft2
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1. Instrumentasi
Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Dalam suatu pabrik pemakaian alat-alat pengontrol merupakan hal yang sangat
penting karena adanya rangkaian instrumentasi tersebut maka operasi dan peralatan
yang ada di pabrik dapat dipantau dan dikontrol dengan cermat sehingga kondisi
operasi selalu berada dalam keadaan yang diharapkan.
Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan
pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga
mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolnya dapat dilakukan secara manual atau
otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada
pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat
instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang di atas papan
instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang
kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis).
Pada dasarnya instrumentasi terdiri dari :
1. Sensing Element (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel
2. Elemen Pengukur (Mearusing Element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya
perubahan temperatur, tekanan, laju alir, maupun tinggi fluida. Perubahan ini
merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen
pengontrol.
Instrumen yang umum digunakan dalam pabrik adalah :
1. Temperature Controller (TC)
Adalah alat/instrumen yang digunakan sebagai alat pengukur suhu atau
pengukur sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan temperatur dilakukan dengan
mengatur jumlah material proses yang harus ditambahkan/dikeluarkan dari dalam
suatu proses yang sedang bekerja.
Prinsip kerja:
Rate fluida masuk atau keluar alat dikontrol oleh diafragma valve. Rate fluida ini memberikan sinyal kepada TC untuk mendeteksi dan mengukur suhu sistem pada
set point.
2. Pressure Controller (PC)
Adalah alat/instrumen yang dapat digunakan sebagai alat pengatur tekanan
atau pengukur tekanan atau pengubah sinyal dalam bentuk gas menjadi sinyal
mekanis. Pengatur tekanan dapat dilakukan dengan mengatur jumlah uap/gas yang
keluar dari suatu alat dimana tekanannya ingin dideteksi.
Prinsip kerja:
Pressure control (PC) akibat tekanan uap keluar akan membuka/menutup diafragma valve. Kemudian valve memberikan sinyal kepada PC untuk mengukur dan
3. Flow Controller (FC)
Adalah alat/instrumentasi yang bisa digunakan untuk mengatur kecepatan
aliran fluida dalam pipa line atau unit proses lainnya. Pengukuran kecepatan aliran
fluida dalam pipa biasanya diatur dengan mengatur out put dari alat yang
mengakibatkan fluida mengalir dalam pipa line.
Prinsip kerja:
Kecepatan aliran diatur oleh regulating valve dengan mengubah tekanan
discharge dari pompa. Tekanan discharge pompa melakukan bukaan/tutupan valve dan FC menerima sinyal untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan aliran pada set
point.
4. Level Controller (LC)
Adalah alat/instrumen yang dipakai untuk mengatur ketinggian (level) cairan dalam suatu alat dimana cairan tersebut bekerja. Pengukuran tinggi permukaan cairan
dilakukan dengan operasi dari sebuah control valve, yaitu dengan mengatur rate
cairan masuk atau keluar proses.
Prinsip kerja:
Jumlah aliran fluida diatur oleh control valve. Kemudian rate fluida melalui valve ini akan memberikan sinyal kepada LC untuk mendeteksi tinggi permukaan
pada set point. Alat sensing yang digunakan umumnya pelampung atau transduser
diafragma untuk mendeteksi dan menunjukkan tinggi permukaan cairan dalam alat
dimana cairan bekerja.
5. Level Indicator Controller (LIC)
Adalah alat/instrumen yang dipakai untuk menunjukkan/mengukur dan
mengatur ketinggian (level) cairan dalam suatu alat dimana cairan tersebut bekerja
Tabel 6.1. Daftar instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Yoghurt dari Kacang Kedelai.
No Nama Alat Jenis Instrumen
1 Tangki Level Controller (LC)
Flow Controller (FC)
2 Deaerator Temperatur Controller (TC)
3 Pompa Flow Controller (FC)
Instrumen yang digunakan dalam Unit Penyediaan Air pada Pabrik Pembuatan
Yoghurt dari Kacang Kedelai adalah :
• Pengontrol temperatur, digunakan pada deaerator.
PC TC
TC
Keluar Produk
Masuk
kondensat steam
• Pengontrol tinggi cairan, digunakan pada tangki-tangki pelarutan bahan.
• Pengontrol laju aliran digunakan pada pompa
FC
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumentasi adalah :
1. Level instrumentasi
2. Range yang diperlukan untuk pengukuran
3. Ketelitian yang dibutuhkan
4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variabel
yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengendalikan variabel
pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian secara
semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi
pada variabel kontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang diinginkan
dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat (recorder).
6.2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik, oleh
tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik
pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan
Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Makin tinggi tingkat keselamatan kerja dari suatu
pabrik, maka makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini disebabkan
oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan.
Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban
perancang pabrik untuk melaksanakannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
- Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik
- Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin
- Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin
- Jarak antara mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas
- Setiap mesin dan peralatannya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran
- Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya
- Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran
6.3. Keselamatan Kerja Pada Unit Utilitas Pabrik Pembuatan Yoghurt Dari Kacang Kedelai
Dalam pra rancangan unit penyediaan air pada pabrik yoghurt dari kacang
kedelai, usaha-usaha pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi
6.3.1. Pencegahan Terhadap Kebakaran Dan Ledakan
- Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang pada
tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang proses.
- Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat main hole dan hand hole yang
cukup untuk pemeriksaan.
- Sistem perlengkapan energi dibedakan warnanya dan letaknya agar tidak
mengganggu gerakan karyawan seperti pipa bahan bakar warna merah, saluran
udara warna hijau, saluran steam warna kuning dan air warna biru.
- Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station (stasiun kebakaran)
setiap saat dalam keadaan siaga.
- Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak seperti SO2
6.3.2. Peralatan Perlindungan Diri
Selama berada di dalam lokasi pabrik disediakan peralatan perlengkapan
perlindungan diri yang wajib dipakai oleh karyawan dan setiap orang yang memasuki
pabrik. Adapun peralatan perlindungan diri ini meliputi:
harus disimpan
pada tempat yang aman dan dikontrol secara teratur.
- Pakaian dan perlengkapan pelindung
- Sepatu pengaman
- Pelindung mata
- Masker udara
6.3.3. Keselamatan Kerja Terhadap Listrik
- Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekring
atau pemutus arus listrik otomatis lainnya.
- Sistem perkabelan listrik harus dirancang secara terpadu dengan tata letak
pabrik untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika harus dilakukan
perbaikan.
- Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh mengganggu lalu
lintas pekerja.
- Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan
tinggi.
- Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan.
- Setiap peralatan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan alat penangkal
petir yang dibumikan.
- Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerja
dengan suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.
6.3.4. Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan
- Setiap karyawan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja selama berada di
dalam lokasi pabrik.
- Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti SO2
- Bahan-bahan kimia yang selama pembuatan, pengelolaan, pengangkutan,
penyimpanan, dan penggunaannya dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
korosi maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara cermat. , karyawan
harus memakai sarung tangan karet serta penutup hidung dan mulut.
6.3.5. Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis
- Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup kuat, untuk mencegah
kemungkinan jatuh atau terguling.
- Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat
kegiatan karyawan.
- Jalur perpipaan harus berada di atas permukaan tanah atau diletakkan pada atap
lantai pertama bila di dalam gedung atau setinggi 3,5 meter bila di luar gedung
agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.
- Letak alat diatur sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja dengan
tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau pembongkaran.
- Pada alat-alat yang bergerak atau berputar seperti roll mill, bucket elevator
harus diberikan tutup pelindung untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai-nilai
disiplin bagi para karyawan yaitu :
- Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman-pedoman yang diberikan.
- Setiap peraturan dan ketentuan yang ada harus dipatuhi.
- Perlu keterampilan untuk mengatasi kecelakaan dengan menggunakan peralatan
yang ada.
- Setiap kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan pada atasan.
- Setiap karyawan harus saling mengingatkan perbuatan yang dapat
menimbulkan bahaya.
- Pengontrolan secara periodik terhadap alat instalasi pabrik harus dilakukan
BAB VII
UTILITAS
Dalam suatu pabrik, utilitas merupakan unit penunjang utama dalam
memperlancar jalannya proses produksi. Oleh karena itu, segala sarana dan
prasarananya harus dirancang sedemikian rupa sehingga menjamin kelangsungan
operasi suatu pabrik. Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan
minuman yoghurt ini adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan uap (Steam) 2. Kebutuhan air
3. Kebutuhan bahan kimia
4. Kebutuhan listrik
5. Kebutuhan bahan bakar
7.1. Kebutuhan Uap (Steam)
Dalam pabrik, uap digunakan sebagai media pemanas pada silo biji untuk
mengurangi kandungan air pada biji yang akan dipecah dan pada alat shell
cyclone untuk mengurangi kandungan air pada cangkang sebelum diumpankan ke
boiler. Kebutuhan uap pada tangki rebusan yaitu 592,214 kg/jam. Total kebutuhan
steam adalah = 592,214 kg/jam. Tambahan untuk kebocoran dan lain-lain diambil faktor keamanan diambil sebesar 25% (Perry, 1997), maka:
Untuk faktor keamanan diambil 20% = 20% x 592,214 kg/jam = 118,443 kg/jam.
Jadi, total steam yang dibutuhkan = 592,214 + 118,443 = 710,657 kg/jam.
Kondensat yang digunakan kembali = 80% x 710,657 kg/jam
= 568,526 kg/jam.
Kebutuhan air tambahan untuk umpan boiler = 20% x 568,526 kg/jam
= 142,131 kg/jam.
7.2. Kebutuhan Air
• Air untuk umpan boiler = 710,657 + 142,788 = 852,788 kg/jam
• Air domestik diperkirakan 10 liter/jam.orang x 150 karyawan = 1500
kg/jam.
• Air proses untuk proses untuk pencucian dan tangki rebus = 4800 kg/jam.
• Air panas untuk perendaman dan ketel adukan = 31.164 kg/jam.
Sehingga total kebutuhan air adalah = 37.131,788 kg/jam.
Sumur air untuk pabrik pembuatan minuman yogurt adalah berasal dari sumur
bor. Kualitas sumur bor didasarkan atas analisa hasil sumur bor PKS PTPN IV
Kebun Adolina seperti tabel 7.1 berikut:
Tabel 7.1. Kualitas sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina
Parameter Satuan Kadar
PH - 5,7
Alumina (Al2O3) mg/L 20,00
Silika (SiO3) mg/L 56,45
Kalsium (CaO) mg/L 5,85
Magnesium (MgO) mg/L 3,45
Klorida (Cl) mg/L 0,33
Besi (FeO3) mg/L 9,50
Kandungan organik mg/L 1,45
(Sumber: PKS PTPN IV Kebun Adolina, 1999).
Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di lokasi
pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air yang merupakan tempat
pengolahan air sumur bor. Pengolahan air pada pabrik ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
1. Pengendapan
2. Klarifikasi
3. Filtrasi
4. Deminiralisasi
5. Daerasi
7.2.1. Pengendapan
Pengendapan merupakan tahap awal dari pengolahan air. Pada bak
pengendapan, partikel-partikel padat yang berdiameter besar akan mengendap
secara gravitasi, sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama
air menuju unit pengolahan selanjutnya. Diameter padat dalam air berkisar antara
10-4m (Alaerts, 1984). Untuk membunuh kuman-kuman dalam air dilakukan
proses klorinasi yaitu dengan mereaksikan air dengan klor. Klor yang digunakan
biasanya berupa kaporit (Ca(ClO)2
Kebutuhan air domestik = 315 kg/jam ).
Kaporit yang digunakan mengandung 70% klorin (Alaerts, 1984).
Kebutuhan kaporit =
000 . 000 . 1 7 , 0
315 2 x
x
= 0,001 kg/jam
7.2.2. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air. Air
dari bak pengendapan dialirkan ke bak clarifier setelah diinjeksikan larutan alum
(Al2(SO4)3) dan soda abu (Na2CO3), dimana alum (Al2(SO4)3) berfungsi sebagai
koagulan dan (Na2CO3) berfungsi sebagai bahan pembantu untuk mempercepat
pengendapan dan penetralan pH.
Setelah pencampuran, sambil dilakukan pengadukan maka akan terbentuk
flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier secara gravitasi dan air jernih
akan keluar melimpah yang selanjutnya masuk ke penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.
Pemakaian alum (Al2(SO4)3) hingga 50 ppm terhadap air yang akan
diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum (Al2(SO4)3) dan soda abu
(Na2CO3
Total kebutuhan air = 37.131,788 kg/jam ) adalah 1 : 0,54 (Baron, 1982).
Larutan alum yang dibutuhkan = 50.10-6
= 1,856 kg/jam.
x 37.131,788 kg/jam
Larutan soda abu yang dibutuhkan = 0,54 x 50.10-6
= 1,003 kg/jam.
7.2.3. Filtrasi
Filtrasi bertujuan untuk memisahkan flok dan koagulan yang masih terikut
bersama air. Pada proses filtrasi digunakan penyaring pasir (sand filter) yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu (Hammer, 1996):
• Lapisan I terdiri dari pasir hijau (green sand) setinggi 24 in
• Lapisan II terdiri dari antrasit setinggi 12 in
• Lapisan III terdiri dari gravel setinggi 7 in
Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan.
Selama pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari sand
filter, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan untuk berbagai kebutuhan. Untuk air umpan ketel, masih diperlukan pengolahan lebih lanjut,
yaitu proses demineralisasi dan deaerasi.
7.2.4. Demineralisasi
Air untuk umpan ketel harus murni yang bebas dari garam-garam terlarut,
untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
• Menghilangkan kation-kation Ca2+, Mg
• Menghilangkan anion-anion SO
2+
42-, CO32-, Cl
Alat-alat demineralisasi dibagi atas:
-a) Kation Exchanger
Penukar kation berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan
kation Ca, Mg dan kation lain yang larut dalam air dengan kation resin. Resin
yang digunakan bermerek Daulite C-225.
Reaksi yang terjadi:
2H+R + Ca2+ Ca2+R2 + 2H
2H
+
+
R + Mg2+ Mg2+R2 + 2H+
Untuk regenerasi dipakai H2SO4
Ca
dengan reaksi sebagai berikut:
2+
R2 + 2H2SO4 CaSO4 + 2H+
Mg
R
+
R2 + 2H2SO4 MgSO4 + 2H
b) Anion Exchanger
+
Anion exchanger berfungsi untuk mengikat atau menyerap anion-anion
yang terlarut dalam air seperti SO42-, Cl-, dan CO3 akan diikat oleh resin yang
bersifat basa dengan merek R-Dowex, sehingga resin akan melepas ion OH
-2R-OH + SO
Persamaan reaksi yang terjadi dalam anion exchanger adalah:
42- R2SO4 + 2OH
R-OH + Cl
RCl + OH
Perhitungan Kesadahan Kation
-Air sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina mengandung kation Ca, Mg dan Fe,
masing-masing: 5,85 ppm; 3,45 ppm; dan 9,5 ppm.
1 gr/gal = 17,1 ppm
Total kesadahan kation = 5,8 + 3,45 + 9,5
= 18,8 ppm x
ppm 17,1
gr/gal 1
= 1,0994 gr/gal
= 3
= 226,258 gal/jam
Kesadahan air total = 1,0994 gr/gal x 226,258 gal/jam x 24 jam/hari
= 5.969,953 gr/hari = 5,969 kg/hari
Volume exchanger yang digunakan kapasitas = 7,7 Kgrain/ft3
3
Berarti kapasitas exchanger =
Volume kation exchanger =
EC
Direncanakan menggunakan resin 0,1 ft
Jumlah air yang diolah = x jumlah umpan boiler
=
x 852,788 kg/jam x 24 jam/hari
= 171,066 kg.
Waktu regenerasi =
boiler
Untuk regenerasi digunakan 6 lb H2SO4/ft3………(Nalco, 1979)
Maka kebutuhan H2SO4 = (6 lb/ft3)(11,964 ft3/hari)(1 hari/24 jam)(1 kg/2,2046
= 1,357 kg/jam
Perhitungan Kesadahan Anion
Air sumur bor PKS PTPN IV Kebun Adolina mengandung anion Cl dan SO2
ppm
masing-masing 0,33 ppm dan 0,38 ppm.
1 gr/gal = 17,1 ppm
Total kesadahan anion = (0,33 + 0,38) ppm
=0,71 ppm x = 0,0415 gr/gal
Jumlah air yang diolah = 852,788 kg/jam
=
= 226,258 gal/jam
Kesadahan air total = 0,0415 gr/gal x 226,258 gal/jam x 24 jam/hari
= 225,352 gr/hari = 0,225 kg/hari.
Volume exchanger digunakan memiliki kapasitas = 12 Kgrain/ft3
grain
…(Nalco, 1979)
Berarti kapasitas exchanger = = 0,7776 kg/ft
/hari
Direncanakan menggunakan resin 0,1 ft
Jumlah air yang diolah = x jumlah umpan boiler
=
x 852,788 kg/jam x 24 jam/hari
Waktu regenerasi = 13,64jam kg/jam
518,4
kg 7.073,365 boiler
umpan air
diolah yang air
=
= = 14 jam
Untuk regenerasi digunakan 5 lb NaOH/ft3………….(Nalco, 1979)
Maka kebutuhan NaOH = (5 lb/ft3)(0,289 ft3/hari)(1 hari/24 jam)(1 kg/2,2046 lb)
= 0,027 kg/jam
7.2.5. Deaerasi
Daerator berfungsi untuk memanaskan air yang keluar dari alat penukar uap (anion exchnager) sebelum dikirim sebagai umpan ketel. Air hasil
demeneralisasidikumpulkan pada tangki air umpan ketel sebelum dipompakan ke
daerator.
Pada proses daerator ini, air dipanaskan hingga suhu 900
1. Al
C hingga gas yang
terlarut dalam air dapat dihilangkan. Pemanasan ini juga berfungsi untuk
mencegah perbedaan suhu yang besar dengan air umpan ketel sehingga beban
ketel dapat dikurangi. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan koil pemanas
di dalam daerator.
7.3. Kebutuhan bahan kimia
Kebutuhan bahan kimia pada pabrik pembuatan yoghurt dari kacang kedelai ini
sebagai berikut:
2(SO4)3
2. Na
= 1,856 kg/jam
2CO3
3. Kaporit = 0,001 kg/jam = 1,003 kg/jam
4. H2SO4
7.4. Kebutuhan Listrik
Perincian kebutuhan listrik diperkirakan sebagai berikut:
1. Unit proses = 1017,3397 kW
2. Unit utilitas = 5,595 kW
3. Ruang kontrol dan laboratorium = 14,914 kW
4. Penerangan dan kantor = 14,914 kW
5. Bengkel = 29,828 kW
6. Perumahan = 22,371 kW
Total kebutuhan listrik = 1017,339 + 5,595 + 14,914 + 14,914 + 29,828 + 22,371
= 1104,971 kW
Untuk cadangan diambil 20% maka:
Listrik yang diperlukan = 1,2 x 1104,971 kW = 1325,965 kW
Untuk memenuhi kebutuhan listrik pada power plant digunakan 3 unit diesel
engine generatting set (2 operasi dan 1 stand by). Efisiensi generator 80%, maka:
Daya output generator = (1325,965 kW)/0,8 = 1657,456 kW…(Desphande, 1985)
Untuk perancangan dipakai diesel generator AC, 1700 kW.
7.5. Kebutuhan Bahan Bakar Bahan bakar generator
Nilai Bahan bakar solar = 19.860 Btu/lbm
Densitas bahan bakar solar = 0,89 kg/L
Daya generator yang dihasilkan = 1657,456 kW x
kW 1
= 1570,936 Btu/det x 3600 det/jam
= 5.622.369,6 Btu/jam
Jumlah bahan bakar solar =
Btu/lbm 19.860
Btu/jam 6
5.655.369,
= 284,7618 lbm/jam x 0,454 kg/lbm
= 129,282 kg/jam
Kebutuhan solar =
kg/L 0,89
kg/jam 129,282
= 145,26 L/jam
= 3486,24 Liter/hari
7.6. Pencemaran yang terjadi dan cara penanggulangannya
Pencemaran tanah, air laut, udara, pandangan dan pendengaran pada
akhirnya akan berakibat mengganggu umat manusia dan isi alam semesta lainnya
yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sehingga diperlukan ketentuan-ketentuan
tentang pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup akibat
industri.
a. Umum
Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk
mencegah dan menaggulangi terjadinya gangguan atau pencemaran terhadap tata
lingkungan hidup.
b. Pencegahan dan Penaggulangan Pencemaran Akibat Industri
1. Dalam rangka mendapatkan izin usaha, pengusaha diwajibkan untuk
memasukkan (Soedjono, 1979):
a. Uraian mengenai teknologi/proses pembuatan produksinya secara cukup
b. Daftar seluruh bahan/zat berbahaya yang digunakan dalam proses
produksi yang setiap saat tersedia/tersimpan dalam lingkungan (complex)
industri yang akan didirikan.
c. Daftar seluruh macam bahan/zat berbahaya serta jumlahnya yang akan
dibuang/masuk kedalam lingkungan baik yang berbentuk padat, cair
maupun gas.
d. Cara pembuangan ataupun proses netralisasi dari bahan/zat berbahaya
yang akan dibuang/masuk kedalam lingkungan tersebut diatas.
2. Kriteria maupun daftar bahan/zat yang digolongkan sebagai bahan/zat
berbahaya ditentukan oleh direktur jendral.
3. Untuk menaggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan akibat
terlepasnya sesuatu bahan/zat yang berbahaya, pengusaha industri yang
menggunakan bahan/zat berbahaya diwajibkan untuk menyusun rencana
keadaan darurat (“emergency plan”)
4. Rencana keadaan darurat yang berisi tindakan-tindakan penanggulangan untuk
membatasi, membersihkan serta meniadakan pencemaran oleh bahan/zat yang
berbahaya itu diajukan kepada dan disetujui oleh Direktur Jendral.
c. Pengaturan dan Pengawasan
Pengawasan pelaksanaan penanggulangan dan penelitian tentang
gangguan dan pencemaran tata lingkungan hidup sebagai akibat dari usaha
industri, dilakukan oleh Direktur Jendral.
d. Sanksi
1. Terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan tersebut diatas, Direktur Jendral
kegiatan usaha industri yang jelas-jelas menimbulkan gangguan dan
pencemaran tata lingkungan hidup.
2. Sebelum dilakukan penghentian sementara, sebagaian ataupun seluruh
kegiatan usaha industri, terlebih dahulu perlu pertimbangan pendapat tertulis
dari industri-industri dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah
tersebut.
e. Kecermatan Dalam Penentuan Lokasi Industri
Penempatan suatu industri yang akan membuang beban pencemaran akan
mempunyai pengaruh lingkungan yang besarnya berbeda-beda, tergantung dari
jenis dan beban pencemaran dari penggunaan tanah dan air yang akan
menampung buangan tersebut.
Penempatan lokasi industri tidak hanya ditinjau dari sudut
teknis-ekonomis saja, tapi harus juga memperhatikan pengaruh bahan pencemar terhadap
lingkungan.
Surat keputusan Mentri Perindustrian no. 12/M/SK/I/78 tanggal 26 januari
1978 Tentang Pencegahan Dan Penaggulangan Pencemaran Lingkungan Sebagai
Akibat Industri, merupakan upaya pengamanan hukum yang disebabkan oleh
usaha industri saja.
Dari ketentuan-ketentuan yang tercakup dalam SKEP Mentri Perindustrian
tersebut dapat kita telaah fungsi pengamanan dari segi hukum sebagai berikut:
a. Bahwa usaha-usaha industri selain mendatangkan kemakmuran bagi
masyarakat, dapat mengakibatkan gangguan dan pencemaran tata lingkungan
b. Bahwa peraturan perundangan yang telah ada belum cukup mengatur
pencegahan dan penanggulangan masalah pencemaran lingkungan sesuai
dengan perkembangan teknologi.
c. Bahwa sehubungan dengan itu maka dianggap perlu untuk menetapkan
ketentuan-ketentuan tentang pencegahan dan penaggulangan Pencemaran
Lingkungan sebagai akibat dari usaha industri.
7.7. Spesifikasi Peralatan Utilitas 7.7.1. Pompa Air Sumur Bor (L-411)
Fungsi : Untuk memompakan air sumur bor ke bak pengendapan.
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Bahan konstruksi : commercial steel Kapasitas : 37.131,788 kg/jam
Jenis pipa : Schedule number 40
Diameter dalam pipa : 5,047 in
Diameter luar pipa : 5,563 in
Efisiensi pompa : 80%
Daya pompa : 1,669 Hp
7.7.2. Bak Pengendapan (H-410)
Fungsi : Tempat penampungan sementara air sumur bor
Bentuk : Persegi panjang
Kapasitas : 37.131,788 kg/jam
Tinggi bak : 2,616 m
Panjang bak : 26,16 m
Lebar bak : 15,696 m
Volume bak : 1074,035 m3
7.7.3. Clarifier (H-420)
Fungsi : Memisahkan endapan (flok-flok) yang terbentuk karena penambahan
alum dan soda abu.
Bahan konstruksi : carbon steel SA-53
Kondisi operasi : Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Jumlah : 1
Kapasitas : 37.131,788 kg/jam
Diameter clarifier : 2 m Tinggi clarifier : 3 m
Tebal dinding clarifier : 0,204 Daya motor : 0,5 Hp
7.7.4. Tangki Pelarutan Alum (M-421)
Fungsi : Membuat larutan alum (Al2(SO4)3
Bentuk : Selinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Plate steel SA-167, Tipe 304
Kondisi operasi : Temperatur : 30o
Jumlah : 1
C
Kapasitas tangki : 3,922 m3
Diameter tangki : 3,327 m
Tinggi tangki : 4,991 m
Tebal dinding tangki : 1/4 in
Daya pengaduk : 4,81 Hp
7.7.5. Tangki Pelarutan Soda abu (M-422)
Fungsi : Membuat larutan soda abu (Na2CO3)
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Plate steel SA-167, tipe 304
Kondisi opersai : Temperatur : 30oC
Tekanan : 1 atm
Jumlah : 1
Kapasitas : 2,117 m3
Diameter tangki : 1,847 m
Tinggi tangki : 2,771 m
Daya pengaduk : 35,094 Hp
7.7.6. Pompa Bak Pengendapan (L-421)
Fungsi : Memompakan air dari bak pengendapan ke clarifier
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan konstruksi : commercial steel Kondisi operasi : Temperatur : 30oC
Jumlah : 1
Kapasitas : 37.131,788 kg/jam
Jenis pipa : Schedule number 40 Diameter dalam pipa : 5,017 in
Diameter luar pipa : 5,563 in
Efisiensi pompa : 80%
Daya pompa : 0,560 Hp
7.7.7. Sand Filter (H-430)
Fungsi : Menyaring partikel-partikel yang masih terbawa dalam
air yang keluar dari clarifier.
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-53, Grade B Kondisi operasi : Temperatur : 30oC
Tekanan : 1 atm
Jumlah : 2
Kapasitas sand filter : 11,287 m3 Diameter sand filter : 1,923 m
Tinggi sand filter : 3,847 m Tebal dinding tangki : 3/16 in
7.7.8. Menara Air (F-440)
Fungsi : Mendistribusikan air untuk berbagai kebutuhan.
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-53, Grade B Kondisi operasi : Temperatur : 30oC
Tekanan : 1 atm
Kapasitas menara : 268,502 m3
Diameter menara : 6,579 m
Tinggi menara : 7,894 m
Tebal dinding tangki : 1/4 in
7.7.9. Pompa Sand Filter (L-441)
Fungsi : Memompakan air dari sand filter ke menara air
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan konstruksi : commercial steel
Kondisi operasi : Temperatur : 30oC
Tekanan : 1 atm
Jumlah : 1
Kapasitas : 37.131,788 kg/jam
Jenis pipa : Schedule number 40 Diameter dalam pipa : 5,047 in
Diameter luar pipa : 5,563 in
Efisiensi pompa : 80%
Daya pompa : 5,563 Hp
7.7.10. Kation Exchanger (T-450)